Karakteristik Pasien Kondiloma Akuminata Di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode 1 Januari 2008 - 31 Desember 2011

(1)

KARAKTERISTIK PASIEN KONDILOMA AKUMINATA DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE 1 JANUARI 2008 - 31 DESEMBER 2011

Oleh:

ANDRU ASWAR

090100105

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

KARAKTERISTIK PASIEN KONDILOMA AKUMINATA DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE 1 JANUARI 2008 - 31 DESEMBER 2011

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

ANDRU ASWAR

090100105

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Karakteristik Pasien Kondiloma Akuminata di RSUP H. Adam Malik

Medan Periode 1 Januari 2008 - 31 Desember 2011

Nama : Andru Aswar

NIM : 090100105

Pembimbing

(dr. Kristina Nadeak, SpKK) NIP: 196312281989032003

Penguji I

(dr. Alfansuri Kadri, SpS) NIP: 197811092003121001

Penguji II

(Prof. Yasmeiny Yazier) Medan, Desember 2012

Dekan

Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH


(4)

ABSTRAK

Dunia kedokteran akhir-akhir ini menaruh perhatian terhadap kenaikan insidensi kondiloma akuminata, mengingat telah diketahui adanya hubungan antara penyebab kondiloma akuminata terutama HPV subtipe 16, 18 dengan lesi invasif atau prakanker serviks, vagina, vulva, anus, dan penis. Epidemiologi kondiloma akuminata analog dengan herpes genital yaitu prevalensi infeksi subklinis jauh lebih besar dibandingkan infeksi klinis. Di AS dari 122 juta penduduk berusia 15-49 diperkirakan lebih dari 1% yang menderita kondiloma akuminata dan 2% yang subklinis. Di Swedia dengan menggunakan teknik PCR didapatkan prevalensi kondiloma akuminata terutama HPV tipe 6 atau 16 sebesar 84% pria yang datang di klinik PMS.

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien kondiloma akuminata di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2008 sampai 31 Desember 2011 berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan status pernikahan.

Penelitian ini merupakan penelitian berjenis Desrkriptif Retrospektif, yaitu melihat kebelakang (backward looking). Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien kondiloma akuminata yang berobat ke poli Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan dan tercatat di bagian rekam medik periode 1 Januari 2008 - 31 Desember 2011 dengan jumlah sebanyak 76 orang yang diperoleh secara total sampling. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan program SPSS dan diinterpretasikan dalam bentuk tabel.

Hasil penelitian ini adalah pasien kondiloma akuminata terbanyak adalah dari kelompok umur 15 hingga 25 tahun (38,2%), lebih banyak pasien perempuan (53,9%) dari pada laki-laki (46,1%). Didapat pula tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA (63,2%), dengan jumlah yang lebih banyak pada orang yang bekerja sebagai wiraswasta (32,9%), dan status yang terbanyak adalah sudah menikah (52,6%).

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa karakteristik pasien kondiloma akuminata yang terbanyak adalah perempuan, dari kelompok umur 15 hingga 25 tahun, tingkat pendidikan SMA, pekerjaan wiraswasta, dan status sudah menikah.

Kata kunci: karakteristik pasien kondiloma akuminata, kondiloma akuminata, kutil kelamin


(5)

ABSTRACT

Lately, the world of medicine take great care to an increase in the level of condyloma acuminata incidence, considering it has been note the existence of relationship between the cause of condyloma acuminata especially subtype 16, 18, with invasive lession or cervical precancer, vagina, vulva, anus, and penis. Condyloma acuminata epidemiology analog with genital herpes i.e. subclinical infection prevalence is much larger than clinical infection. From 122 million people in the range of age 15-49 years old in the United States, more than 1% suffered from condyloma acuminata and 2% were subclinical. In Sweden, with PCR technique, founded that 84% men who visit sexual transmitted disease clinic suffered HPV type 6 or 16.

The goal of this research is to identify the condyloma acuminata patient's characteristics in RSUP H. Adam Malik Medan in the period of 1st January 2008 to 31st December 2011 based on the age, sex, education, jobs, and marital status.

Population and sample in this research are the whole condyloma acuminata patients who took medical treatment in Skin and Genital Health Clinic in RSUP H. Adam Malik Medan and had been recorded by medical record in the period of 1st January 2008 to 31st December 2011 with the amount of 76 people who were obtained by total sampling. Further, the data is processed with SPSS program in the table form.

Most condyloma acuminata patients are from the age group of 15 to 25 years old (38,2%), more women patients (53,9%) than men patients (46,1%). Most education level is senior high school (63,2%), with more patients in people who work as self employed (32,9%), and most patients are in married status (52,6%).

It can be concluded that the most condyloma acuminata patient's characteristics are women, from the group of age 15 to 25 years old, with senior high school education level, self employed, and married.

Key Words: Condyloma acuminata patient's characteristics, condyloma acuminata, genital warts


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Karakteristik Pasien Kondiloma Akuminata di RSUP H. Adam Malik Medan Periode 1 Januari 2008 - 31 Desember 2011”. Penulisan karya tulis ilmiah ini ditujukan sebagai tugas akhir dalam pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dari Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses pelaksanaan penelitian ini memberi pengalaman yang sangat berharga bagi saya karena seiring dengan berjalannya penelitian ini, saya mendapat banyak pelajaran dan pengalaman yang sangat berguna dalam kehidupan saya. Saya menyadari selesainya karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dengan selesainya karya tulis ilmiah ini, perkenankanlah saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Yang Terhormat:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), SpA(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Kristina Nadeak, SpKK selaku dosen pembimbing, bersama dr. Alfansuri Kadri, SpS dan Prof. Yasmeiny Yazier selaku dosen penguji yang penuh


(7)

kesabaran meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa, dan melengkapi penulisan karya tulis ilmiah ini hingga selesai. 4. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan, yang telah memberikan kesempatan

serta sarana untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

5. Seluruh pegawai dan staf bagian rekam medik RSUP H. Adam Malik Medan yang telah membantu saya dalam pengumpulan data karya tulis ilmiah ini. 6. Seluruh pegawai dan staf pengajar bagian IKK Fakultas Kedokteran USU

yang telah memberikan bimbingan dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini. 7. Kepada seluruh staf pengajar dan seluruh karyawan/ karyawati Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara, atas segala jasa dan kerjasamanya. 8. Kepada teman-teman seperjuangan, Doni Dian Prandora, Dizalia Ananda,

Cici Mei Putriyadi Siregar, Baginda Yusuf Siregar, Furqan Arief, Fauziah Dini Hanif, Fadhil Afif, M. Alfisahni, Fariz Nugraha Akbar, Wein Kesumandana Mimija, Abduh Halim Perdana.

9. Seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2009 atas doa, dukungan dan bantuannya.

10.Teman-teman sedosen pembimbing, Candra Rukmana dan Satria Gautama 11.Terima kasih yang tiada taranya saya ucapkan kepada kedua Orang Tua saya

yang tersayang, Ayahanda dr. Aswar Aboet, SpOG(K) dan Ibunda Dra. Rina Fauzia, yang telah membesarkan, membimbing, mendoakan, serta mendidik saya dengan penuh kasih sayang dari sejak kecil hingga kini, memberi contoh yang baik dalam menjalani hidup serta memberikan motivasi dan semangat kepada saya selama menjalani pendidikan ini.

12.Kepada kakak-kakak saya dr. Andri P Aswar, SpOG, dr. Andra Aswar, SpPD, dan dr. Andini Aswar. Kepada kakak ipar saya dr. Deyvia Daulay dan keponakan saya Althaf Rahan Andri. Terima kasih atas dorongan semangat dan doa yang diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan program pendidikan ini.


(8)

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya tuliskan yang telah memberikan bantuan kepada saya dalam pengerjaan karya tulis ilmiah ini. Kiranya Allah Subhanahu Wata’ala selalu membalas semua kebaikan yang selama ini diberikan kepada penulis dan melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Medan, Desember 2012


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 2

1.3.Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1. Tujuan Umum ... 2

1.3.2. Tujuan Khusus ... 2

1.4.Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Sejarah ... 5


(10)

2.3. Epidemiologi ... 5

2.4. Etiologi ... 5

2.5. Patogenesis ... 6

2.6. Gejala Klinis ... 7

2.7. Pemeriksaan Penunjang ... 9

2.8. Diagnosis Banding ... 13

2.9. Penatalaksanaan ... 15

2.10. Pencegahan ... 17

2.11. Komplikasi ... 18

2.12. Prognosis ... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 20

3.1. Kerangka Konsep ... 20

3.2. Definisi Operasional ... 20

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 22

4.1. Jenis Penelitian ... 22

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

4.3. Populasi dan sampel ... 22

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 22


(11)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 23

5.1. Hasil Penelitian ... 23

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 23

5.1.2. Karakteristik Responden ... 24

5.1.2.1. Usia ... 24

5.1.2.2. Jenis Kelamin ... 25

5.1.2.3. Pendidikan ... 26

5.1.2.4. Pekerjaan ... 26

5.1.2.5. Status Pernikahan ... 27

5.2. Pembahasan ... 28

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

6.1. Kesimpulan ... 31

6.2. Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 33


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1 Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur …………... 25 5.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin ……… 25 5.3 Distribusi Responden Menurut Pendidikan ………. 26 5.4 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan ………... 27 5.5 Distribusi Responden Menurut Status Pernikahan ………….. 27


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Daftar Riwayat Hidup

2 Surat Persetujuan Komisi Etik tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan 3 Surat Izin Penelitian dari RSUP.H. Adam Malik

Medan

4 Data Induk


(15)

ABSTRAK

Dunia kedokteran akhir-akhir ini menaruh perhatian terhadap kenaikan insidensi kondiloma akuminata, mengingat telah diketahui adanya hubungan antara penyebab kondiloma akuminata terutama HPV subtipe 16, 18 dengan lesi invasif atau prakanker serviks, vagina, vulva, anus, dan penis. Epidemiologi kondiloma akuminata analog dengan herpes genital yaitu prevalensi infeksi subklinis jauh lebih besar dibandingkan infeksi klinis. Di AS dari 122 juta penduduk berusia 15-49 diperkirakan lebih dari 1% yang menderita kondiloma akuminata dan 2% yang subklinis. Di Swedia dengan menggunakan teknik PCR didapatkan prevalensi kondiloma akuminata terutama HPV tipe 6 atau 16 sebesar 84% pria yang datang di klinik PMS.

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien kondiloma akuminata di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2008 sampai 31 Desember 2011 berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan status pernikahan.

Penelitian ini merupakan penelitian berjenis Desrkriptif Retrospektif, yaitu melihat kebelakang (backward looking). Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien kondiloma akuminata yang berobat ke poli Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan dan tercatat di bagian rekam medik periode 1 Januari 2008 - 31 Desember 2011 dengan jumlah sebanyak 76 orang yang diperoleh secara total sampling. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan program SPSS dan diinterpretasikan dalam bentuk tabel.

Hasil penelitian ini adalah pasien kondiloma akuminata terbanyak adalah dari kelompok umur 15 hingga 25 tahun (38,2%), lebih banyak pasien perempuan (53,9%) dari pada laki-laki (46,1%). Didapat pula tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA (63,2%), dengan jumlah yang lebih banyak pada orang yang bekerja sebagai wiraswasta (32,9%), dan status yang terbanyak adalah sudah menikah (52,6%).

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa karakteristik pasien kondiloma akuminata yang terbanyak adalah perempuan, dari kelompok umur 15 hingga 25 tahun, tingkat pendidikan SMA, pekerjaan wiraswasta, dan status sudah menikah.

Kata kunci: karakteristik pasien kondiloma akuminata, kondiloma akuminata, kutil kelamin


(16)

ABSTRACT

Lately, the world of medicine take great care to an increase in the level of condyloma acuminata incidence, considering it has been note the existence of relationship between the cause of condyloma acuminata especially subtype 16, 18, with invasive lession or cervical precancer, vagina, vulva, anus, and penis. Condyloma acuminata epidemiology analog with genital herpes i.e. subclinical infection prevalence is much larger than clinical infection. From 122 million people in the range of age 15-49 years old in the United States, more than 1% suffered from condyloma acuminata and 2% were subclinical. In Sweden, with PCR technique, founded that 84% men who visit sexual transmitted disease clinic suffered HPV type 6 or 16.

The goal of this research is to identify the condyloma acuminata patient's characteristics in RSUP H. Adam Malik Medan in the period of 1st January 2008 to 31st December 2011 based on the age, sex, education, jobs, and marital status.

Population and sample in this research are the whole condyloma acuminata patients who took medical treatment in Skin and Genital Health Clinic in RSUP H. Adam Malik Medan and had been recorded by medical record in the period of 1st January 2008 to 31st December 2011 with the amount of 76 people who were obtained by total sampling. Further, the data is processed with SPSS program in the table form.

Most condyloma acuminata patients are from the age group of 15 to 25 years old (38,2%), more women patients (53,9%) than men patients (46,1%). Most education level is senior high school (63,2%), with more patients in people who work as self employed (32,9%), and most patients are in married status (52,6%).

It can be concluded that the most condyloma acuminata patient's characteristics are women, from the group of age 15 to 25 years old, with senior high school education level, self employed, and married.

Key Words: Condyloma acuminata patient's characteristics, condyloma acuminata, genital warts


(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Penyakit kelamin adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual. Meskipun demikian tidak berarti bahwa semuanya harus melalui hubungan seksual, tetapi beberapa ada yang dapat juga ditularkan melalui kontak tidak langsung dari alat-alat, handuk, termometer, dan lain sebagainya. Cara hubungan kelamin tidak hanya terbatas secara genito-genital saja, tetapi dapat juga secara oro-genital, atau ano-genital, sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak terbatas hanya pada daerah genital saja, tetapi dapat juga pada daerah ekstra genital (Daili, 2010).

Penyakit kelamin (Venereal diseases) sudah lama dikenal dan beberapa diantaranya sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonore. Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan, seiring dengan perkembangan peradaban masyarakat, banyak ditemukan penyakit-penyakit baru, sehingga istilah itu tidak lagi sesuai dan diubah menjadi Sexually Transmitted Disease (STD) atau Penyakit Menular Seksual (PMS). Sejak tahun 1998 istilah STD mulai berubah menjadi STI (Sexually Transmitted Infection), agar dapat menjangkau penderita yang asimtomatik (Hakim, 2003).

Dunia kedokteran akhir-akhir ini menaruh perhatian terhadap kenaikan insidensi kondiloma akuminata, mengingat telah diketahui adanya hubungan antara penyebab kondiloma akuminata terutama HPV subtipe 16, 18 dengan lesi invasif atau prakanker serviks, vagina, vulva, anus, dan penis. Epidemiologi kondiloma akuminata analog dengan herpes genital yaitu prevalensi infeksi subklinis jauh lebih besar dibandingkan infeksi klinis. Di AS dari 122 juta penduduk berusia 15-49 diperkirakan lebih dari 1% yang menderita kondiloma


(18)

akuminata dan 2% yang subklinis. Di Swedia dengan menggunakan teknik PCR didapatkan prevalensi kondiloma akuminata terutama HPV tipe 6 atau 16 sebesar 84% pria yang datang di klinik PMS (Hakim, 2003).

Di Surakarta dan sekitarnya perkembangan kondiloma akuminata sangat pesat. Hanya dalam waktu 5 tahun, pasien dengan jenis penyakit ini yang berkunjung ke poliklinik PMS Rumah Sakit Umum Daerah Dr Moewardi, Surakarta meningkat sangat tajam. Pada tahun 2003, jumlah pasien penyakit ini yang datang berkunjung ke poliklinik PMS di RSUD Dr Moewardi berada pada urutan ke 78. Namun, pada tahun 2007, jumlah pasien jenis penyakit ini masuk menduduki urutan ketiga penyakit. Jumlah pasien penyakit ini sekitar 20% dari PMS lainnya (Sinombor, 2008).

Berjalan dari hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Karakteristik Pasien Kondiloma Akuminata di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (RSUPHAM) periode 1 Januari 2008 – 31 Desember 2011”.

1.2.Rumusan Masalah

Bagaimana karakteristik pasien kondiloma akuminata yang berobat ke poli ilmu kesehatan kulit dan kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan (RSUPHAM).

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik pasien-pasien kondiloma akuminata yang berobat ke poli ilmu kesehatan kulit dan kelamin RSUPHAM.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik pasien kondiloma akuminata berdasarkan usia 2. Megetahui karakteristik pasien kondiloma akuminata berdasarkan jenis


(19)

3. Mengetahui karakteristik pasien kondiloma akuminata berdasarkan pendidikan

4. Mengetahui karakteristik pasien kondiloma akuminata berdasarkan pekerjaan

5. Mengetahui karakteristik pasien kondiloma akuminata berdasarkan status pernikahan

1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi peneliti

1. Dapat menambah wawasan peneliti mengenai kondiloma akuminata 2. Sebagai sarana pengembangan ilmu yang telah diperoleh di Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) 1.4.2. Bagi RSUPHAM

1. Memberi informasi mengenai karakteristik pasien kondiloma akuminta yang berobat di poli ilmu kesehatan kulit dan kelamin RSUPHAM

2. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan populasi yang paling beresiko mengidap kondiloma akuminata, sehingga dapat melakukan pencegahan, diagnosis dini, dan penanganan yang tepat

1.4.3. Bagi masyarakat

Sebagai sumber informasi sehingga dapat menambah wawasan serta melakukan pencegahan agar tidak menderita kondiloma akuminata.

1.4.4. Bagi instalasi pendidikan

1. Sebagai refrensi dalam memperbarui ilmu

2. Sebagai acuan terhadap pembuatan penelitian bagi peneliti selanjutnya 1.4.5. Bagi profesi

1. Dapat melakukan pencegahan terhadap penyebaran kondiloma akuminata 2. Dapat memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai penyakit

kondiloma akuminata


(20)

(21)

BAB 2

Tinjauan Pustaka

2.1.Sejarah

Kondiloma akuminata sudah dikenal sejak zaman Romawi dan Yunani kuno. Kondiloma berasal dari bahasa Yunani yang artinya ”tumor bulat”, dan akuminata berasal dari bahasa latin yang artinya “titik yang tajam”. Sepertinya kedua istilah ini digunakan karena dari jauh kondiloma akuminata terlihat seperti tumor kulit yang bulat, tetapi dari dekat permukaannya terlihat seperti kumpulan kutil dengan permukaan yang tidak rata (G.Dyment, 1996).

2.2.Definisi

Kondiloma akuminata adalah kelainan kulit berbentuk vegetasi bertangkai dengan permukaan berjonjot dan disebabkan oleh virus yaitu Human Papilloma Virus (HPV) jenis tertentu (Harahap, 2000; Handoko 2010). Menurut Zubier (2003) pada pasien kondiloma akuminata terjadi kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa.

2.3.Epidemiologi

Frekuensi terjadinya kondiloma akuminata pada pria dan wanita sama, penyebarannya kosmopolit, dan transmisinya bisa melalui kontak kulit langsung maupun hubungan seksual (Harahap, 2000; Handoko 2010).

2.4.Etiologi

Penyebab dari kondiloma akuminata adalah Human Papilloma Virus (HPV). HPV adalah virus DNA yang merupakan virus epiteliotropik


(22)

(menginfeksi epitel) dan tergolong dalam famili Papovaviridae (Handoko, 2010; Zubier, 2003).

Menurut Zubier (2003) sampai sekarang ini telah dapat diisolasi lebih dari 120 tipe HPV, sedangkan menurut Handoko (2010) sampai saat ini telah dikenal sekitar 70 tipe HPV. Tapi tidak seluruhnya menyebabkan kondiloma akuminata. Tipe yang pernah ditemui pada kondiloma akuminata adalah tipe 6, 11, 16, 18, 30, 31, 33, 35, 39, 41, 42, 44, 51, 52, dan 56 (Handoko, 2010). Dari semua tipe tersebut yang sering di jumpai pada kondiloma akuminata adalah HPV tipe 6, 11, 16, dan 18 (Hunter, Savin, dan Dahl, 2002; Oats dan Abraham, 2005; Kerdel dan Jeminez-Acosta, 2003; Wolff et al, 2008).

Adanya hubungan antara infeksi HPV tipe tertentu dengan terjadinya karsinoma serviks maka HPV dibagi menjadi 2 berdasarkan terjadinya displasia epitel dan keganasan yaitu (Zubier,2003):

1. HPV yang mempunyai resiko rendah (low risk) Yaitu: HPV tipe 6 dan tipe 11

2. HPV yang mempunyai resiko tinggi (high risk) mempunyai potensi onkogen yang tinggi

Yaitu: HPV tipe 16 dan tipe 18

2.5.Patogenesis

Kebanyakan infeksi HPV di daerah anogenital didapatkan melalui hubungan seksual. Setelah akuisisi, HPV menginfeksi sel basal dari anogenital epitelium. HPV bereplikasi dan berbentuk virion saat sel basal berdiferensiasi dan tumbuh ke permukaan epitel. Spektrum penyakit tergantung pada tingkat mitosis dan penggantian epitel dengan sel basaloid yang immatur (V. Chin-Hong dan M. Palefsky, 2007).


(23)

2.6.Gejala Klinis

Masa inkubasi kondiloma akuminata berlangsung antara 1-8 bulan (rata-rata 2-3 bulan). HPV masuk ke dalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit, sehingga kondiloma akuminata sering timbul pada daerah yang mudah mengalami trauma pada saat melakukan hubungan seksual (Zubier, 2003).

Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab, misalnya di daerah genitalia eksterna. Pada pria tempat predileksinya di perineum dan sekitar anus, sulkus koronarius, glans penis, muara uretra eksterna, korpus dan pangkal penis. Pada wanita di daerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina, kadang pada porsio uteri. Pada wanita yang banyak mengeluarkan fluor albus atau wanita yang hamil pertumbuhan penyakit lebih cepat (Handoko, 2010).

Untuk kepentingan klinis kondiloma akuminata dibagi dalam 3 bentuk yaitu (Zubier, 2003):

1. Bentuk akuminata

Terutama dijumpai pada lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi bertangkai dengan permukaan yang berjonjot-jonjot seperti jari. Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak seperti kembang kol. Lesi yang besar ini sering dijumpai pada wanita yang mengalami fluor albus, pada wanita hamil, dan pada keadaan imunitas terganggu.

2. Bentuk papul

Lesi bentuk papul biasanya didapati pada daerah dengan keratinisasi sempurna, seperti batang penis, vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum. Kelainannya berupa papul dengan permukaan yang halus dan licin, multipel dan tersebar secara diskret.


(24)

3. Bentuk datar

Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama sekali tidak tampak dengan mata telanjang (infeksi subklinis), dan baru terlihat setelah dilakukan tes asam asetat. Dalam hal ini penggunaan kolposkopi sangat menolong.

Meskipun demikian perlu diingat bahwa tidak ada batasan yang jelas antara ketiga bentuk tadi dan sering pula dijumpai bentuk-bentuk peralihan. Selain ketiga bentuk klinis diatas, dijumpai juga bentuk klinis yang lain yang telah diketahui berhubungan dengan keganasan pada genitalia, yaitu:

1. Giant condyloma Buschke-Lowenstein

Bentuk ini diklasifikasikan sebagai karsinoma sel skuamosa dengan keganasan derajat rendah. Hubungan antara kondiloma akuminata dengan giant condyloma diketahui dengan ditemukannya HPV tipe 6 dan tipe 11. Lokalisasi lesi yang paling sering adalah pada penis dan kadang-kadang pada vulva dan anus. Klinis tampak sebagai kondiloma yang besar, bersifat invasif lokal dan tidak bermetastasis. Secara histologis giant condyloma tidak berbeda dengan kondiloma akuminata. Giant condyloma ini umumnya refrakter terhadap pengobatan (Zubier, 2003; Kerdel dan Jeminez-Acosta, 2003).

2. Papulosis Bowenoid

Secara klinis berupa papul likenoid berwarna coklat kemerahan dan dapat berkonfluens menjadi plakat. Ada pula lesi yang berbentuk makula eritematosa dan lesi yang mirip leukoplakia atau lesi subklinis. Umumnya lesi multipel dan kadang-kadang berpigmentasi. Berbeda dengan kondiloma akuminata, permukaan lesi papulosis Bowenoid biasanya halus atau hanya sedikit


(25)

papilomatosa. Gambaran histopatologik mirip penyakit bowen dengan inti yang berkelompok, sel raksasa diskeratotik dan sebagai mitotik atipik. Dalam perjalanan penyakitnya, papulosis Bowenoid jarang menjadi ganas dan cenderung untuk regresi spontan (Zubier, 2003; Wolff et al, 2008).

2.7.Pemeriksaan penunjang 1. Tes asam asetat

Bubuhkan asam asetat 5% dengan lidi kapas pada lesi yang dicurigai. Dalam 1-5 menit lesi akan berubah warna menjadi putih (acetowhite). Perubahan warna pada lesi di daerah perianal perlu waktu lebih lama (sekitar 15 menit) (Zubier, 2003; Wolff et al, 2008).

2. Kolposkopi

Merupakan tindakan yang rutin dilakukan di bagian kebidanan, namun belum digunakan secara luas di bagian penyakit kulit. Pemeriksaan ini terutama berguna untuk melihat lesi kondiloma akuminata yang subklinis (Zubier, 2003). Kolposkopi menggunakan sumber cahaya yang kuat dan lensa binokular sehingga lesi dari infeksi HPV dapat diidentifikasi. Biasanya kolposkopi digunakan bersama asam asetat untuk membantu visualisasi dari jaringan yang terkena. Walaupun awalnya kolposkopi didisain untuk memeriksa alat kelamin wanita, aplikasi dari kolposkopi sudah dikembangkan untuk memeriksa penis dan anus. Servikal kolposkopi dan anoskopi resolusi tinggi biasanya dilakukan setelah tes sitologi yang abnormal pada skrining dari kanker serviks dan anus (V. Chin-Hong dan M.Palefsky, 2007).


(26)

3. Tes sitologi

Tes pap adalah dasar dari skrining kanker serviks dan Cervikal Intraepithelial Neoplasia (CIN). Tes ini terbukti sangat bermanfaat penerapannya karena sukses menurunkan insiden dan mortalitas kanker serviks. Penggunaan tes sitologi tidak berperan untuk mendiagnosa kutil kelamin, tetapi wanita yang terkena kutil kelamin tetap harus diskrining dengan tes pap. US Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan pada dokter untuk melakukan tes pap serviks saat melakukan pemeriksaan pelvik untuk skrining Infeksi Menular Seksual (IMS) pada wanita yang tidak pernah melakukan tes pap selama 12-36 bulan. Hal tersebut dikarenakan wanita yang datang ke klinik pelayanan IMS memiliki prevalensi mengalami CIN 5 kali lebih tinggi dari pada wanita yang datang ke klinik pelayanan keluarga berencana, dan riwayat IMS adalah faktor resiko kanker serviks yang invasif (V. Chin-Hong dan M. Palefsky, 2007; Oats dan Abraham, 2005).

Gambaran pemeriksaan sitologi serviks bisa normal ataupun abnormal. Yang termasuk kategori abnormal adalah High-grade squamous intraepithelial lesion (HSIL), low-grade squamous intraepithelial lesions (LSIL), atypical squamous mungkin yang undetermined significance (ASC-US), atau yang mencurigakan sebagai HSIL (ASC-H).

Sama dengan hubungan antara kondiloma akuminata dengan CIN, ada resiko dari anal intra epithelial neoplasia pada pria dan wanita dengan kutil anogenital. Diyakini bahwa kelompok tertentu seperti homoseksual, pria dan wanita terinfeksi HIV tanpa memperhatikan seksual orientasinya,


(27)

wanita dengan riwayat kanker vulva atau kanker serviks, dan penerima transplantasi adalah kelompok dengan resiko terbesar mengalami anal intraepithelial neoplasia dan kanker anus dan harus diskrining dengan tes sitologi (V. Chin-Hong dan M. Palefsky, 2007).

Tes sitologi anus dilakukan setiap 1-2 tahun. Tes ini merupakan pemeriksaan yang murah dalam pencegahan kanker anus pada homoseksual penderita HIV. Sedangkan homoseksual yang tidak terinfeksi HIV dilakukan tes sitologi setiap 2-3 tahun. Untuk melakukan tes sitologi anus, kita masukkan Dacron swab yang dibasahi dengan air ke saluran anus, kemudian kita tarik perlahan sambil mempertahankan tekanan ke saluran anus. Sehingga kita mendapatkan sel dari rektum bagian bawah, squamocolumnar junction, dan saluran anus. Sama dengan sistem yang digunakan pada skrining kanker serviks dan CIN, gambaran sitologi anus dibagi menjadi normal, ASC-US, ASC-H, LSIL, dan HSIL. Individu dengan gambaran sitologi yang abnormal dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan anoskopi, alat yang identik dengan kolposkopi yang digunakan untuk pemeriksaan serviks, di gunakan untuk membantu mengidentifikasi lesi yang menyebabkan gambaran sitologi yang abnormal (V. Chin-Hong dan M. Palefsky, 2007).

4. Histologi

Pemeriksaan histologis menunjukkan kelainan pada epidermis, termasuk akantosis (menebalnya stratum spinosum), parakeratosis (retensi nuklei di sel stratum korneum), dan hiperkeratosis (menebalnya stratum korneum), menyebabkan pembentukan papillomatosis yang khas. Karakteristik lain yang


(28)

ditemukan dari pemeriksaan jaringan yang dibiopsi adalah koilosit (sel epitel squamous dengan nukleus abnormal di dalam halo sitoplasma yang besar). Biopsi tidak tarlalu diperlukan untuk diagnosa kutil kelamin, mengingat tampilan klinisnya yang khas. Bagaimanapun, disarankan melakukan biopsi jika temuan atipikal seperti pigmentasi, ulserasi, masa nodular, untuk menyingkirkan kemungkinan displasia tingkat tinggi atau malignansi (V. Chin-Hong dan M. Palefsky, 2007; Wolff et al, 2008).

5. Metode molekular

Menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) dan teknologi hybrid capture adalah metode yang sensitif dan spesifik dalam mendiagnosa infeksi HPV. PCR menggunakan DNA polimerase primer spesifik untuk memperbesar DNA HPV. HPV type-specific PCR assay telah tersedia. Hybrid capture menggunakan RNA probe spesifik untuk mengidentifikasi tipe HPV tertentu yang dibagi menjadi onkogenik (resiko tinggi) dan nononkogenik (resiko rendah), tetapi tidak memberikan informasi tipe yang spesifik. PCR dan metode hybrid capture dapat digunakan untuk mendiagnosa infeksi HPV menggunakan spesimen sel dan jaringan yang didapat dengan cara biopsi. Walaupun umumnya PCR dan hybrid capture yang digunakan dalam penelitian, hanya hybrid capture yang tidak dianjurkan FDA sebagi tambahan dalam skrining sitologi serviks untuk mendeteksi CIN. PCR and hybrid capture tidak rutin digunakan untuk diagnosa atau penanganan dari kondiloma akuminata (V. Chin-Hong dan M. Palefsky, 2007).


(29)

6. Serologi

Enzym-lingked imunoabsorbent assay (ELISA) digunakan untuk mengukur IgG dan IgM pada infeksi HPV dengan target partikel khusus seperti virus. Pasien dengan kondiloma akuminata dan penyakit lain yang berhubungan dengan infeksi HPV ditemukan memiliki respon serologi spesifik terhadap HPV tipe 6 dan 11. Pentingnya mengukur serologi HPV masih belum diketahui dan pengukuran ini hanya digunakan untuk penelitian. Respon antibodi terhadap HPV dapat bertahan untuk beberapa tahun atau berkurang dengan pulihnya penyakit, dan mengindikasikan baik infeksi saat ini atau infeksi yang lama. Saat ini belum ada indikasi klinis pemeriksaan serologi HPV (V. Chin-Hong dan M. Palefsky, 2007).

2.8.Diagnosis Banding

1. Pearly penile papules

Secara klinis tampak sebagai papul berwarna sama seperti warna kulit atau putih kekuningan, berukuran 1-2 mm, tersebar diskret, mengelilingi sulkus koronarius dan memberikan gambaran seperti cobblestone. Papul-papul ini merupakan varian anatomi normal dari kelenjar sebasea, sehingga tidak memerlukan pengobatan (Zubier, 2003; Wolff et al, 2008).

2. Kondiloma lata

Merupakan salah satu bentuk sifilis stadium II. Lesi berupa papul-papul dengan permukaan yang lebih halus, bentuknya lebih bulat daripada kondiloma akuminata, besar, berwarna putih atau abu-abu, lembab, lesi datar, plakat yang


(30)

erosif, ditemukan banyak spirochaeta pallidum. Terdapat pada daerah lipatan yang lembab seperti anus dan vulva (Zubier, 2003; Handoko, 2010; Wolff et al, 2008; Hunter, Savin, dan Dahl, 2002).

3. Veruka vulgaris

Vegetasi yang tidak bertangkai, kering dan berwarna abu-abu atau sama dengan warna kulit (Handoko, 2010). 4. Karsinoma sel skuamosa

Vegetasi seperti kembang kol mudah berdarah dan berbau. Kadang-kadang sulit dibedakan dengan kondiloma akuminata. Pada lesi yang tidak memberikan respon pada pengobatan perlu dilakukan pemeriksaan histopatologi (Zubier, 2003; Wolff et al, 2008).

5. Moluskum kontagiosum

Lesi dari poxvirus, moluskum kontagiosum, berupa papul miliar kadang-kadang lentikular berbentuk kubah yang di tengahnya terdapat delle. Bisa muncul di manapun di tubuh kecuali telapak tangan dan telapak kaki. Berwarna putih seperti lilin 2-5 mm, muncul bisa secara tunggal atau berkelompok, kadang-kadang susah membedakannya dengan kondiloma akuminata. Walaupun bisa sembuh sendiri pada pasien imuokompeten, lesinya bisa sulit diobati pada pasien AIDS dengan kadar CD4 T-sel yang rendah (V. Chin-Hong dan M. Palefsky, 2007; Hunter, Savin, dan Dahl, 2002; Handoko, 2010).

6. Lichen planus, nevi dan keratosis seboroik kadang juga bisa meragukan karena terlihat mirip dengan kondiloma akuminata (V. Chin-Hong dan M. Palefsky, 2007; Wolff et al, 2008).


(31)

2.9.Penatalaksanaan

Pemilihan cara pengobatan yang dipakai tergantung pada besar, lokalisasi, jenis dan jumlah lesi, serta keterampilan dokter yang melakukan pengobatan (Zubier, 2003). Ada beberapa cara pengobatan KA yaitu:

1. Kemoterapi

a. Tingtur podofilin

Yang digunakan tingtur podofilin 15-25%. Setelah melindungi kulit di sekitar lesi dengan vaselin agar tidak terjadi iritasi, oleskan tingtur podofilin pada lesi dan biarkan sampai 4-6 jam, kemudian cuci. Bila belum terjadi penyembuhan boleh diulang setelah 3 hari. Pemberian obat dilakukan seminggu dua kali. Setiap pemberian tidak boleh melebihi 0,5 cc karena akan diserap dan bersifat toksik. Gejala toksisitas adalah mual, muntah, nyeri abdomen, gangguan alat nafas, dan keringat yang disertai kulit dingin. Dapat pula terjadi kompresi sumsum tulang yang disertai trombositopenia dan leukopenia. Tidak\boleh diberikan pada wanita hamil karena dapat menyebabkan kematian fetus. Cara pengobatan dengan pedofilin ini sering dipakai. Hasilnya baik pada lesi yang baru, tetapi kurang memuaskan pada lesi yang hiperkeratotik, lama atau yang berbentuk pipih (Zubier, 2003: Handoko, 2010; Hunter, Savin, dan Dahl, 2002; Oats dan Abraham, 2005).

b. Podofilotoksin 0,5% (podofiloks)

Bahan ini merupakan zat aktif yang terdapat dalam podofilin. Setelah pemakaian podofiloks, dalam beberapa hari akan terjadi destruksi pada jaringan kondiloma akuminata. Reaksi iritasi pada pemakaian podofiloks lebih


(32)

jarang terjadi dibandingkan dengan podofilin dan reaksi sistemik belum pernah dilaporkan. Obat ini dapat dioleskan sendiri oleh penderita sebanyak 2 kali sehari selama 3 hari berturut-turut (Zubier, 2003; Hunter, Savin, dan Dahl, 2002; Oats dan Abraham, 2005; Kerdel dan Jeminez-Acosta, 2003).

c. Asam trikloroasetat

Digunakan larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan setiap minggu. Pemberiannya harus hati-hati karena dapat menimbulkan ulkus yang dalam. Dapat diberikan pada wanita hamil (Handoko, 2010).

d. 5-Fluorourasil

Konsentrasinya antara 1-5% dalam krim. Obat ini terutama untuk kondiloma akuminata yang lesinya terletak pada meatus uretra atau di atas meatus uretra. Pemberiannya setiap hari sampai lesi hilang. Sebaiknya penderitanya tidak miksi selama 2 jam setelah pengobatan (Zubier, 2003; Handoko, 2010; Kerdel dan Jeminez-Acosta, 2003).

2. Tindakan bedah (Zubier, 2003; Handoko; 2010; V. Chin-Hong dan M. Palefsky, 2007; Hunter, Savin, dan Dahl, 2002; Oats dan Abraham, 2005).

a. Bedah skalpel b. Bedah listrik

c. Bedah beku (N2 cair, N2O cair) d. Bedah laser (CO2 laser)

3. Interferon

Pemberiannya dalam bentuk suntikan (intra muscular atau intra lesi), bentuk krim (topical) dan dapat diberikan


(33)

bersama pengobatan yang lain. Secara klinis terbukti interferon alfa-, beta-, gama- bermanfaat dalam pengobatan infeksi HPV. Interferon alfa diberikan dengan dosis 406 mU secara intra muscular 3 kali seminggu selama 6 minggu atau dengan dosis 1-5 mU intramuscular selama 6 minggu. Interferon beta diberikan dengan dosis 2 x 106 unit secara intramuskular atau 2 kali 10 mega IU secara intramuskular selama 10 hari berturut-turut (Zubier, 2003; Handoko, 2010).

4. Immunoterapi

Pada penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadap pengobatan dapat diberikan pengobatan bersama imunostimulator (Zubier, 2003; Handoko, 2010).

2.10. Pencegahan

Metode yang paling handal mencegah terinfeksi HPV adalah menghindari hubungan seksual yang bebas dan berganti-ganti pasangan. Setialah pada satu pasangan dan pastikan pasangan kita juga setia pada kita. Kondom pria yang terbuat dari latex terbukti memberi perlindungan terhadap infeksi dan juga penyakit yang diakibatkan oleh HPV seperti kondiloma akuminata, CIN 2 atau3, dan kangker serviks yang infasif. Walaupun tidak disarankan oleh US Centers for Disease Control and Prevention (CDC), evaluasi pasangan memberi kesempatan untuk skrining dan pemberian edukasi tentang HPV dan IMS yang lain (V. Chin-Hong dan M. Palefsky, 2007).

Pencegahan dengan vaksin menawarkan pilihan baru. Vaksin multivalent terhadap 4 subtipe HPV (6, 11, 16, dan 18) sudah diizinkan oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk diberikan pada wanita berumur 9-26 tahun pada juni 2006. Di Cina


(34)

dari penelitian yang dilakukan Wang dan Qiao (2008) pemberian vaksin mencegah sampai 83% kasus kondiloma akuminata. Vaksinasi ini menggunakan komponen utama dari kapsid protein HPV yang dirangkai dalam partikel mirip virus, tidak mengandung DNA HPV dan tidak infeksius. Vaksinasi dirancang untuk meningkatkan antibodi sebelum terkena infeksi HPV (V. Chin-Hong dan M. Palefsky, 2007).

2.11.Komplikasi

Kondiloma akuminata memiliki resiko berkembang menjadi kanker yang invasif. Bagaimanapun, individu dengan kondiloma akuminata biasanya memiliki faktor resiko terkena HPV tipe ongkogenik yang menyebabkan CIN dan anal intraepithelial neoplasia. Kondiloma akuminata dapat berproliferasi dan membesar selama kehamilan dan dapat menyumbat panggul saat proses persalinan pervaginam. Pada anak yang lahir dari ibu penderita kondiloma akuminata bisa terjadi respiratori papillomatosis berulang tapi kejadiannya sangat jarang. Kutil berkembang di tenggorokan bayi, biasanya di pita suara, menyebabkan hoarseness dan stridor. Kutil tersebut biasanya dibuang dengan cara bedah laser untuk menghindari kemungkinan kegagalan bernafas. Karena prevalensi terjadinya respiratori papillomatosis berulang rendah, proses persalinan secara seksio sesarea biasanya tidak disarankan bagi wanita yang menderita kondiloma akuminata (V. Chin-Hong dan M. palefsky, 2007). Tetapi jika terjadi pertumbuhan kutil yang sangat besar, baik di dalam vagina maupun vulva sehingga menghambat turunnya kepala atau menyebabkan perdarahan yang banyak maka dianjurka melakukan seksio sesarea (Prawirohardjo, 2002).


(35)

2.12.Prognosis

Walaupun sering mengalami residif, prognosisnya baik. Faktor predisposisi dicari, misalnya hygiene, adanya fluor albus, atau kelembaban pada pria akibat tidak di sirkumsisi (Handoko, 2010).


(36)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1. kerangka konsep

3.2. Definisi operasional

1. Usia adalah umur pasien (dalam tahun) yang tercatat di bagian rekam medik saat pasien datang berobat ke poli ilmu kesehatan kulit dan kelamin RSUPHAM dikelompokkan menjadi:

 < 15 tahun  15-25 tahun  26-35 tahun  36-45 tahun  46-55 tahun

Pasien kondiloma akuminata

Karakteristik:  Usia

 Jenis kelamin  Pendidikan  Pekerjaan


(37)

 56-65 tahun  > 65 tahun

2. Jenis kelamin adalah jenis kelamin pasien yang tercatan di bagian rekam medik saat pasien datang berobat ke poli ilmu kesehatan kulit dan kelamin RSUPHAM dikelompokkan menjadi:

 Laki-laki  Perempuan

3. Pendidikan adalah tingkat pendidikan pasien yang tercatat di bagian rekam medik saat pasien datang berobat ke poli ilmu kesehatan kulit dan kelamin RSUPHAM dikelompokkan menjadi:

 Tidak sekolah  Sekolah Dasar (SD)

 Sekolah Menengah Pertama (SMP)  Sekolah Menegah Atas (SMA)  Perguruan Tinggi

4. Pekerjaan adalah pekerjaan pasien yang tercatat di bagian rekam medik saat pasien datang berobat ke poli ilmu kesehatan kulit dan kelamin RSUPHAM 5. Status pernikahan adalah status pernikahan pasien yang tercatat di bagian rekam

medik saat pasien datang berobat ke poli ilmu kesehatan kulit dan kelamin RSUPHAM yang dikelompokkan menjadi:

 Menikah  Tidak menikah  Janda

 Duda


(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1.Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian berjenis Deskriptif Retrospektif, yaitu melihat kebelakang (backward looking). Penelitian ini dilakukan dengan cara melihat dan mencatat kembali data rekam medik dari pasien yang berobat ke poli ilmu kesehatan kulit dan kelamin RSUPHAM dari 1 Januari 2008 sampai 31 Desember 2011.

4.2.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan di bagian rekam medik RSUPHAM dari Juli 2012 sampai November 2012

4.3.Populasi dan Sampel

Semua pasien kondiloma akuminata yang tercatat di bagian rekam medik RSUPHAM dari 1 Januari 2008 sampai 31 Desember 2011

4.4.Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dari rekam medik pasien.

4.5.Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan akan diolah dengan bantuan program SPSS (Statistic Package of Social Science) dan diinterpretasikan dalam bentuk tabel.


(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit tipe A dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai pusat unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan juga merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Lokasinya dibangun diatas tanah seluas kurang lebih 10 Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No. 17 Km 12 Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara

Dalam rangka melayani kesehatan masyarakat umum, RSUP H. Adam Malik Medan didukung oleh 1.995 orang tenaga kerja yang terdiri dari 790 orang tenaga medis dari berbagai spesialisasi dan sub spesialisasi, 604 orang paramedis perawatan, 298 orang paramedis non perawatan dan 263 orang tenaga non-medis serta ditambah dengan Dokter Brigade Siaga Bencana (BSB) sebanyak 8 orang.

RSUP H. Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat darurat, bedah pusat, hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik terpadu, patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi medis, kardiovaskular, mikrobiologi), pelayanan


(40)

penunjang non-medis (instalasi gizi, farmasi, Central Sterilization Supply Depart (CSSD), bioelektrik medik, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS), dan pelayanan non-medis (instalasi tata usaha pasien, teknik sipil pemulasaraan jenazah).

Bagian rekam medik terletak di lantai dasar tepat dibelakang poliklinik Obstetri Ginekologi RSUP H. Adam Malik Medan.

5.1.2. Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini sebanyak 76 pasien kondiloma akuminata di poli Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2008 sampai 31 Desember 2011. Karakteristik responden pada penelitian ini akan dijabarkan di bawah ini.

5.1.2.1.Usia

Berdasarkan penelitian, didapatkan kelompok usia responden yang paling banyak adalah pada kelompok usia 15-25 tahun dengan jumlah 29 orang (38,2%). Kemudian diikuti dengan kelompok usia 26-35 tahun dengan jumlah 25 orang (32,9%), kemudian kelompok usia 36-45 tahun dengan jumlah 14 orang (18,4%), kemudian kelompok usia 46-55 tahun dengan jumlah 6 orang (7,9%), kemudian kelompok usia 56-65 tahun dengan jumlah 1 orang (1,3%), kemudian kelompok usia > 65 tahun dengan jumlah 1 orang (1,3%), dan tidak ada pasien kondiloma akuminata dari kelompok usia < 15 tahun.


(41)

Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Kelompok Usia Periode 1 Januari 2008-31 Desember 2011

No Kelompok Usia (tahun) Jumlah Persentasi (%)

1 < 15 0 0

2 15-25 29 38,2

3 26-35 25 32,9

4 36-45 14 18,4

5 46-55 6 7,9

6 56-65 1 1,3

7 >65 1 1,3

Jumlah 76 100

5.1.2.2.Jenis Kelamin

Berdasarkan penelitian, didapatkan jumlah responden perempuan lebih banyak dari pada responden laki-laki, dimana terdapat 41 orang (53,9%) responden perempuan dan 35 orang (46,1%) responden laki-laki yang mengidap kondiloma akuminata.

Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Periode 1 Januari 2008-31 Desember 2011

No Jenis Kelamin Jumlah Persentasi (%)

1 Laki-laki 35 46,1

2 Perempuan 41 53,9


(42)

5.1.2.3.Pendidikan

Berdasarkan penelitian, pendidikan responden paling banyak adalah SMA dengan jumlah 48 orang (63,2%). Setelah itu Perguruan Tinggi dengan jumlah 13 orang (17,1%), SMP 11 orang (14,5%), SD 3 orang (3,9%), tidak sekolah 1 orang (1,3%).

Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Periode 1 Januari 2008-31 Desember 2011

No Pendidikan Jumlah Persentasi(%)

1 Tidak Sekolah 1 1,3

2 SD 3 3,9

3 SMP 11 14,5

4 SMA 48 63,2

5 Perguruan Tinggi 13 17,1

Jumlah 76 100

5.1.2.4.Pekerjaan

Berdasarkan penelitian, pekerjaan responden paling banyak adalah wiraswasta 25 orang (32,9%). Setelah itu ibu rumah tangga 23 orang (30,3%), pelajar 9 orang (11,8%), tidak bekerja 8 orang (10,5%), pegawai negeri 7 orang (9,2%), pegawai swasta 3 orang (3,9%), TNI dan POLRI 1 orang (1,3%).


(43)

Tabel 5.4 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Periode 1 Januari 2008-31 Desember 2011

No Pekerjaan Jumlah Persentasi (%)

1 Pegawai Negeri 7 9,2

2 Pegawai Swasta 3 3,9

3 Wiraswasta 25 32,9

4 Ibu Rumah Tangga 23 30,3

5 Pelajar 9 11,8

6 TNI dan POLRI 1 1,3

7 Tidak Bekerja 8 10,5

Jumlah 76 100

5.1.2.5.Status Pernikahan

Berdasarkan penelitian, didapatkan lebih banyak responden yang sudah menikah dibandingkan dengan yang tidak menikah, janda, dan duda. Jumlah responden yang sudah menikah 40 orang (52,6%), tidak menikah 34 orang (44,7%), janda 1 orang (1,3%), duda 1 orang (1,3%).

Tabel 5.5 Distribusi Responden Menurut Status Pernikahan Periode 1 Januari 2008-31 Desember 2011

No Status Pernikahan Jumlah Persentasi (%)

1 Menikah 40 52,6

2 Tidak menikah 34 44,7

3 Janda 1 1,3

4 Duda 1 1,3


(44)

5.2. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan data sekunder rekam medik di RSUP H. Adam Malik Medan dengan periode dari 1 Januari 2008-31 Desember 2011, diperoleh data mengenai karakteristik yang dimiliki oleh pasien kondiloma akuminata yang menjadi responden dalam penelitian ini. Data-data tersebut yang akan digunakan sebagai dasar dari pembahasan hasil akhir penelitian ini, yang dijabarkan di bawah ini.

Pada tabel 5.1 diperoleh bahwa dari 76 kasus kondiloma akuminata yang terjadi di RSUP H. Adam Malik Medan dengan periode 1 Januari 2008-31 Desember 2011, dapat diketahui bahwa responden yang menderita kondiloma akuminata paling banyak berasal dari kelompok usia 15-25 tahun yaitu sebanyak 29 orang (38,2%), yang diikuti oleh kelompok usia 26-35 tahun sebanyak 25 orang (32,9%), 36-45 tahun sebanyak 14 orang (18,4%), 46-55 tahun sebanyak 6 orang (7,9%), 56-65 tahun sebanyak 1 orang (1,3%), > 65 tahun yang juga sebanyak 1 orang (1,3%), dan tidak ada dari kelompok usia < 15 tahun.

Dari hasil penelitian Silitonga di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2009 disebutkan bahwa pasien kondiloma akuminata terbanyak pada kelompok usia 20-24 tahun (30%). Pada penelitian Hidayat di RS dr M Djamil Padang pada tahun 2012 didapatkan usia rata-rata pasien kondiloma akuminata adalah 27,7 ± 8,6 tahun dengan sebaran dari umur 18-46 tahun. Kelompok usia terbanyak ditemukannya kondiloma akuminata pada kelompok usia kurang dari usia rata-rata (60%). Walaupun berbeda dalam pengelompokkan usia tetapi hasil penelitian ini cukup sesuai dengan kedua penelitian di atas, yaitu usia yang terbanyak adalah usia muda.


(45)

Pada tabel 5.2 diperoleh bahwa jumlah responden perempuan lebih banyak daripada responden laki-laki. Diperoleh jumlah responden perempuan sebanyak 41 orang (53,9%) sedangkan laki-laki sebanyak 35 orang (46,1%).

Hal ini cukup sesuai dengan hasil penelitian Silitonga di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2009 yang menyebutkan jumlah penderita kondiloma akuminata lebih banyak pada perempuan (60%) dari pada laki-laki (40%). Tetapi hal ini berbeda dengan penelitian Hidayat di RS dr M Djamil Padang pada tahun 2012 yang menyebutkan bahwa jumlah penderita kondiloma akuminata lebih banyak pada laki-laki (60%) dari pada perempuan (40%).

Pada tabel 5.3 diperoleh bahwa kondiloma akuminata lebih banyak terjadi pada responden dengan tingkat pendidikan SMA yaitu 48 orang (63,2%). Setelah itu responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi sebanyak 13 orang (17,1%), SMP sebanyak 11 orang (14,5%), SD sebanyak 3 orang (3,9%), dan yang paling sedikit adalah responden yang tidak bersekolah sebanyak 1 orang (1,3%).

Hal ini cukup sesuai dengan penelitian Hidayat di RS dr M Djamil Padang pada tahun 2012 yang menyebutkan semua pasien kondiloma akuminata berada dalam tingkat pendidikan SMA (100%). Sedangkan dari penelitian Silitonga di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2009 menyebutkan pasien kondiloma akuminata yang paling banyak adalah pasien dengan tingkat pendidikan menengah (SMP atau SMA) sebanyak 85%.

Pada tabel 5.4 diperoleh kondiloma akuminata lebih banyak pada responden yang bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 25 orang (32,9%). Setelah itu ibu rumah tangga sebanyak 23 orang (30,3%), pelajar sebanyak 9 orang (11,8%), tidak bekerja sebanyak 8 orang (10,5%), pegawai negeri


(46)

sebanyak 7 orang (9,2%), pegawai swasta sebanyak 3 orang (3,9%), dan yang paling sedikit adalah TNI dan POLRI sebanyak 1 orang (1,3%).

Penelitian Silitonga di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2009 menyebutkan 60% pasien kondiloma akuminata yang bekerja dan 40% pasien yang tidak bekerja. Dari penelitian ini didapatkan pekerjaan pasien kondiloma akuminata yang terbanyak adalah wiraswasta dengan jumlah 25 orang (32,9%).

Pada tabel 5.5 diperoleh kondiloma akuminata lebih banyak pada pasien yang sudah menikah yaitu sebanyak 40 orang (52,6%). Setelah itu tidak menikah sebanyak 34 orang (44,7%). Yang paling sedikit adalah janda dan duda. Janda ada sebanyak 1 orang (1,3%) begitu juga dengan duda yaitu sebanyak 1 orang (1,3%).

Hal ini cukup sesuai dengan penelitian Silitonga di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2009 disebutkan bahwa pasien kondiloma akuminata lebih banyak yang sudah menikah yaitu sebesar 65%. Hal ini juga cukup sesuai dengan penelitian Hidayat di RS dr M Djamil Padang pada tahun 2012 yang menyebutkan lebih banyak pasien yang sudah menikah (60%) menderita kondiloma akuminata. Tetapi hal ini berbeda dengan penelitian Aprilianingrum pada tahun 2006 pada Pekerja Seks Komersial (PSK) Argorejo Semarang yang menyebutkan lebih banyak penderita kondiloma akuminata yang berstatus belum pernah menikah/ pernah menikah (janda) yaitu sebesar 96%.


(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai karakteristik pasien kondiloma akuminata di RSUP H. Adam Malik Medan periode 1 Januari 2008-31 Desember 2011 dengan jumlah responden sebanyak 76 orang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Distribusi kelompok usia pada penderita kondiloma akuminata paling banyak adalah 15-25 tahun sebanyak 29 orang (38,2%).

2. Distribusi jenis kelamin pada penderita kondiloma akuminata paling banyak adalah perempuan sebanyak 41 orang (53,9%).

3. Distribusi pendidikan pada penderita kondiloma akuminata paling banyak adalah SMA sebanyak 48 orang (63,2%).

4. Distribusi pekerjaan pada penderita kondiloma akuminata paling banyak adalah wiraswasta sebanyak 25 orang (32,9%).

5. Distribusi status pernikahan pada penderita kondiloma akuminata paling banyak adalah sudah menikah sebanyak 40 orang (52,6%).

6.2. Saran

Saran peneliti mengenai penelitian ini:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kondiloma akuminata menggunakan data dari beberapa rumah sakit yang bertujuan untuk


(48)

memperbanyak dan memperkaya data sehingga karakteristik pasien kondiloma akuminata dapat diketahui dengan lebih baik.

2. Bagi RSUP H. Adam Malik Medan khususnya bagian rekam medik sebaiknya dapat melengkapi dan meningkatkan kualitas data rekam medik pasien, sehingga dapat memberikan data yang lebih akurat bagi penelitian selanjutnya.

3. Perlu dilakukan banyak penyuluhan tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) khususnya kondiloma akuminata untuk mengurangi angka kejadian penyakit ini.

4. Bagi Dinas Kesehatan diharapkan dapat melakukan kegiatan monitoring prevalensi PMS khususnya kondiloma akuminata yang dilaksanakan secara berkesinambungan baik itu kegiatan skrining ataupun survey prevalensi.

5. Bagi masyarakat diharapkan dapat menghindari melakukan hubungan seks yang bebas dan beresiko agar terhindar dari PMS khususnya kondiloma akuminata.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Androphy, E. J., & Lowy, D. R. (2008). warts. In K. Wolff, L. A. Goldsmith, S. I. Katz, B. A. Gilchrest, A. S. Paller, & D. J. Leffell, Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine (7 ed., Vol. 2, pp. 1914-1923). The McGraw-Hill Companies. Aprilianingrum, Farida. (2006). Faktor Risiko Kondiloma Akuminata Pada Pekerja Seks Komersial (Studi Kasus Pada PSK Resosialisasi Argorejo Kota Semarang). Universitas Diponegoro Semarang.

Chin-Hong, P. V., & Palefsky, J. M. (2007). External Genital Warts. In J. D. Klausner, & E. W. Hook III (Eds.), Current Diagnosis & Treatment of Sexually Transmitted Diseases (pp. 92-98). The McGraw-Hill Companies, Inc.

Daili, S. F. (2010). Tinjauan Penyakit Menular Seksual. In A. Djuanda, M. Hamzah, & S. Aisah (Eds.), Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (5 ed., pp. 363-365). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Dyment, P. G. (1996, February 1). Human Papillomavirus Infection.

Hakim, L. (2003). Epidemiologi Penyakit Menular Seksual. In S. F. Daili, W. I. Makes, F. Zubier, & J. Judanarso (Eds.), Penyakit Menular Seksual (pp. 1-14). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Handoko, R. P. (2010). Penyakit Virus. In A. Djuanda, M. Hamzah, & S. Aisah (Eds.), Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (5th ed., pp. 110-126). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Harahap, M. (2000). Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Hipokrates.

Hunter, J., Savin, J., & Dahl, M. (2002). Clinical Dermatology (3 ed.). Blackwell Science.

Hidayat, Taufik. (2012). Deteksi Human Papilloma Virus Tipe 6 dan 11 Pada Lesi dan Peri Lesi Kondiloma Akuminatum Dengan Polymerase Chain Reaction. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.


(50)

Meffert, J. J., Viernes, J. L., Osswald, S. P., & Maingi, C. (2003). Viral Infection. In F. A. Kerdel, & F. Jimenez-Acosta, Dermatology Just the Facts (pp. 91-105). The McGraw-Hill Companies.

Oats, J., & Abraham, S. (2005). Fundamentals of Obstetrics and Gynaecology (8 ed.). Elsevier Mosby.

Prawirohardjo, S. (2002). Ilmu Kebidanan (6 ed.). (H. Wiknjosastro, A. B. Saifuddin, & T. Rachimhadhi, Eds.) Jakarta: Tridasa Printer.

Silitonga, J. T. (2009). Gambaran Infeksi Menular Seksual (IMS) di RSUP H. Adam Malik Medan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Sinombor, S. H. (2008, agustus 25). Penyakit Kulit Kelamin Merebak di Solo. Available from: http//www.kompas.com. [Accessed 25 April 2012]

Wang, H., & Qiao, Y. L. (2008). Human Papillomavirus Type-Distribution in Condyloma Acuminata of Mainland China .

Zubier, F. (2003). Kondilomata Akuminata. In S. F. Daili, W. I. Makes, F. Zubier, & J. Judanarso (Eds.), Penyakit Menular Seksual (pp. 125-130). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Zulfikri, M., Haryuna, T. S., Effendy, E., Rambe, A. Y., Betty, & Zahara, D. (2011). Desain Penelitian Klinis dan Statistika Kedokteran. Medan: USU Press.


(51)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama: : Andru Aswar

Tempat/Tanggal Lahir : kotamobagu, 5 Desember 1991

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

Alamat : Jl. Gedung Arca No 25, Medan Riwayat Pendidikan : 1. TK Al-Quran

Kotamobagu(1996-1997).

2. SD Kemala Bhayangkari 1 Medan (1997-2003).

3. SMP N 7 Medan (2003-2006). 4. SMA N 1 Medan (2006-2009). 5. Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2009).

Riwayat Training : 1. Masa Orientasi Pengenalan (MOP) HMI Koisariat FE USU (2009) 2. Latihan Kader 1 HMI Komisariat FK


(52)

3. Latihan Kepemimpinan Management Mahasiswa (LKMM) FK USU

Riwayat Organisasi : 1. Anggota Bidang Bina Iman dan Mental (Bintal) Badan Kemakmuran Mushola Ibnu Sina Smansa (Bakmis) (2008-2009).

2. Anggota Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Kepemudaan (PTKP) HMI Komisariat FK USU (2009-2010).

3. Anggota Bidang Keuangan dan Perlengkapan HMI Komisariat FK USU (2010-2011)


(53)

(1)

memperbanyak dan memperkaya data sehingga karakteristik pasien kondiloma akuminata dapat diketahui dengan lebih baik.

2. Bagi RSUP H. Adam Malik Medan khususnya bagian rekam medik sebaiknya dapat melengkapi dan meningkatkan kualitas data rekam medik pasien, sehingga dapat memberikan data yang lebih akurat bagi penelitian selanjutnya.

3. Perlu dilakukan banyak penyuluhan tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) khususnya kondiloma akuminata untuk mengurangi angka kejadian penyakit ini.

4. Bagi Dinas Kesehatan diharapkan dapat melakukan kegiatan monitoring prevalensi PMS khususnya kondiloma akuminata yang dilaksanakan secara berkesinambungan baik itu kegiatan skrining ataupun survey prevalensi.

5. Bagi masyarakat diharapkan dapat menghindari melakukan hubungan seks yang bebas dan beresiko agar terhindar dari PMS khususnya kondiloma akuminata.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Androphy, E. J., & Lowy, D. R. (2008). warts. In K. Wolff, L. A. Goldsmith, S. I. Katz, B. A. Gilchrest, A. S. Paller, & D. J. Leffell, Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine (7 ed., Vol. 2, pp. 1914-1923). The McGraw-Hill Companies. Aprilianingrum, Farida. (2006). Faktor Risiko Kondiloma Akuminata Pada Pekerja Seks Komersial (Studi Kasus Pada PSK Resosialisasi Argorejo Kota Semarang). Universitas Diponegoro Semarang.

Chin-Hong, P. V., & Palefsky, J. M. (2007). External Genital Warts. In J. D. Klausner, & E. W. Hook III (Eds.), Current Diagnosis & Treatment of Sexually Transmitted Diseases (pp. 92-98). The McGraw-Hill Companies, Inc.

Daili, S. F. (2010). Tinjauan Penyakit Menular Seksual. In A. Djuanda, M. Hamzah, & S. Aisah (Eds.), Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (5 ed., pp. 363-365). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Dyment, P. G. (1996, February 1). Human Papillomavirus Infection.

Hakim, L. (2003). Epidemiologi Penyakit Menular Seksual. In S. F. Daili, W. I. Makes, F. Zubier, & J. Judanarso (Eds.), Penyakit Menular Seksual (pp. 1-14). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Handoko, R. P. (2010). Penyakit Virus. In A. Djuanda, M. Hamzah, & S. Aisah (Eds.), Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (5th ed., pp. 110-126). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Harahap, M. (2000). Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Hipokrates.

Hunter, J., Savin, J., & Dahl, M. (2002). Clinical Dermatology (3 ed.). Blackwell Science.

Hidayat, Taufik. (2012). Deteksi Human Papilloma Virus Tipe 6 dan 11 Pada Lesi dan Peri Lesi Kondiloma Akuminatum Dengan Polymerase Chain Reaction. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.


(3)

Meffert, J. J., Viernes, J. L., Osswald, S. P., & Maingi, C. (2003). Viral Infection. In F. A. Kerdel, & F. Jimenez-Acosta, Dermatology Just the Facts (pp. 91-105). The McGraw-Hill Companies.

Oats, J., & Abraham, S. (2005). Fundamentals of Obstetrics and Gynaecology (8 ed.). Elsevier Mosby.

Prawirohardjo, S. (2002). Ilmu Kebidanan (6 ed.). (H. Wiknjosastro, A. B. Saifuddin, & T. Rachimhadhi, Eds.) Jakarta: Tridasa Printer.

Silitonga, J. T. (2009). Gambaran Infeksi Menular Seksual (IMS) di RSUP H. Adam Malik Medan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Sinombor, S. H. (2008, agustus 25). Penyakit Kulit Kelamin Merebak di Solo. Available from: http//www.kompas.com. [Accessed 25 April 2012]

Wang, H., & Qiao, Y. L. (2008). Human Papillomavirus Type-Distribution in Condyloma Acuminata of Mainland China .

Zubier, F. (2003). Kondilomata Akuminata. In S. F. Daili, W. I. Makes, F. Zubier, & J. Judanarso (Eds.), Penyakit Menular Seksual (pp. 125-130). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Zulfikri, M., Haryuna, T. S., Effendy, E., Rambe, A. Y., Betty, & Zahara, D. (2011). Desain Penelitian Klinis dan Statistika Kedokteran. Medan: USU Press.


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama: : Andru Aswar

Tempat/Tanggal Lahir : kotamobagu, 5 Desember 1991

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

Alamat : Jl. Gedung Arca No 25, Medan

Riwayat Pendidikan : 1. TK Al-Quran Kotamobagu(1996-1997).

2. SD Kemala Bhayangkari 1 Medan (1997-2003).

3. SMP N 7 Medan (2003-2006). 4. SMA N 1 Medan (2006-2009). 5. Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2009).

Riwayat Training : 1. Masa Orientasi Pengenalan (MOP) HMI Koisariat FE USU (2009) 2. Latihan Kader 1 HMI Komisariat FK


(5)

3. Latihan Kepemimpinan Management Mahasiswa (LKMM) FK USU

Riwayat Organisasi : 1. Anggota Bidang Bina Iman dan Mental (Bintal) Badan Kemakmuran Mushola Ibnu Sina Smansa (Bakmis) (2008-2009).

2. Anggota Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Kepemudaan (PTKP) HMI Komisariat FK USU (2009-2010).

3. Anggota Bidang Keuangan dan Perlengkapan HMI Komisariat FK USU (2010-2011)


(6)