APLIKASI TEORI “MMA“ Aplikasi Teori Metabahasa Makna Alami Dalam Kajian Makna

❏ Mulyadi ❏ Rumnasari K. Siregar Aplikasi Teori Metabahasa Makna Alami dalam Kajian Makna LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume II No. 2 Oktober Tahun 2006 Halaman 72 makna asali polisemi sintaksis makna universal makna asali makna

3. APLIKASI TEORI “MMA“

Dalam tulisan ini, teori MMA diterapkan pada beberapa data bahasa Indonesia untuk menjelaskan model aplikasinya. Dalam analisis makna diikuti prosedur penelitian berikut: 1 menentukan makna asali dari kata-kata yang akan dianalisis, 2 mencari polisemi yang tepat dari maknanya, 3 mengungkapkan properti semantis yang lain di dalam makna kata tersebut disertai bukti-bukti sintaksis dan semantis, 4 membandingkan properti semantis kata-kata yang dianggap bertalian untuk memperlihatkan persamaan dan perbedaan maknanya, dan 5 membentuk SMU berdasarkan properti semantis yang ditemukan, dan 6 memparafrase atau mengeksplikasi makna kata-kata tersebut. Dalam prosedur pertama, penentuan makna asali sebuah kata sangat penting agar dapat dideskripsikan maknanya dengan tepat. Sebagai ilustrasi, kata-kata seperti mempercayai, menduga, mengkhayal, dan mendambakan mempunyai makna asali MEMIKIRKAN. Semua kata tersebut mensyaratkan pikiran. Begitu pula, MELIHAT menurunkan makna memandang, menatap, menonton, mengawasi, memeriksa, dan melayat. BERGERAK menerangkan makna berjalan, berlari, terjun, menyelam, dan berenang. MENGATAKAN mengungkapkan makna memohon, berjanji, membantah, memerintah, melarang, dan memuji. Dalam bahasa Indonesia, ada kemungkinan sebuah makna asali menderivasi sejumlah makna lain sehingga terdapat tingkatan makna. Misalnya, makna asali MELAKUKAN antara lain menurunkan makna ‘mengambil’, ‘memberi’, ‘memegang’, ‘membawa’, ‘memotong’, ‘merusak’, dan ‘memukul’. Dari makna ‘mengambil’ dapat dijelaskan makna mencuri, menculik, merampok, menjarah, merebut, mengadopsi, memungut, dan menyita. Makna ‘memberi’ mewadahi makna menyerahkan, mewariskan, menyumbang, membeli, membayar, menjual, dan mengajar. Makna ‘membawa’ terdapat pada mengangkat, membopong, menggendong, memikul, mengusung, menggotong, dan menjunjung. Makna ‘memotong’ memayungi makna membelah, menebas, menebang, menyayat, menyembelih, menggorok, dan memancung. Makna ‘merusak’ melekat pada menggempur, membongkar, merombak, mendobrak, dan menjebol. Makna ‘memukul’ diekspresikan oleh kata menghantam, menghajar, menggebuk, meninju, menampar, menggebrak, dan menerjang. Prosedur yang kedua adalah pencarian polisemi. Prosedur ini boleh dikatakan merupakan kunci untuk membuka tabir makna kata. Dikatakan demikian sebab polisemi merupakan dasar pembentukan SMU, tentunya setelah diungkapkan dan dibandingkan properti semantis lain di dalam makna kata-kata tersebut. Contohnya, MENGATAKAN dapat berpolisemi dengan TERJADI untuk menggambarkan situasi semantis bahwa seorang penutur mengatakan sesuatu pada petutur karena ia menginginkan suatu peristiwa terjadi pada petutur. Makna kata-kata seperti memohon, meminta, menuduh, dan menuntut diwakili oleh polisemi ini. Lagi, makna MELIHAT dapat berpolisemi dengan MERASAKAN, MEMIKIRKAN, MENGETAHUI, dan MENGATAKAN lihat Mulyadi, 2000. Pertimbangan semantisnya adalah bahwa orang akan MELIHAT sesuatu atau seseorang jika ia MERASAKAN sesuatu atau MEMIKIRKAN sesuatu. Begitu pula, orang akan MELIHAT sesuatu atau seseorang apabila ia ingin MENGETAHUI sesuatu atau ingin MENGATAKAN sesuatu. Prosedur ke-3 dan ke-4 bertalian erat dengan prosedur ke-5. Butir penting yang menghubungkan ketiganya adalah properti semantis. Sebagai contoh, dari eksplorasi yang dilakukan lihat Mulyadi 1998: 134—148, 2004: 185—198 verba ujaran seperti memohon, meminta, menuduh, dan menuntut tetap memiliki perbedaan semantis kendatipun dibentuk oleh polisemi MENGATAKANTERJADI. Jelasnya, memohon berciri sopan, impersonal, dan formal, sedangkan meminta berciri langsung, personal, dan informal. Misalnya, seorang suami lazimnya akan meminta istrinya untuk melakukan sesuatu. Namun, jika mereka bercerai, dia akan memohon, bukan meminta, katakanlah, agar dia diizinkan melihat anaknya. ❏ Mulyadi ❏ Rumnasari K. Siregar Aplikasi Teori Metabahasa Makna Alami Dalam Kajian Makna LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume II No. 2 Oktober Tahun 2006 Halaman 73 Lebih jauh, dalam memohon penutur menahan diri dari anggapan bahwa orang yang ditujunya petutur harus memenuhi permohonannya terbentuk dalam SMU ‘aku tidak ingin mengatakan bahwa kau harus melakukan sesuatu’. Penutur lebih menginginkan sesuatu terjadi ‘aku ingin sesuatu terjadi’ daripada petutur melakukan sesuatu. Jadi, memohon berfokus pada keadaan yang diinginkan. Dalam meminta, penutur menginginkan hasil tertentu melalui tindakan petutur. Namun, karena penutur menganggap petutur enggan memenuhi permintaannya, penutur akan mengemukakan alasan yang meyakinkan mengapa petutur harus memenuhi permintaannya ‘aku berpikir bahwa ada alasan yang baik mengapa kau harus melakukan sesuatu’. Perbedaan makna di antara memohon dan meminta dapat dijustifikasi pula pada latar sintaksis. Misalnya, 3 a. Mbah Wiryo memohon pada Sutal untuk membebaskan Arif. b. Mbah Wiryo memohon Sutal untuk membebaskan Arif. 4 a. Amir meminta uang pada ibunya. b. Amir meminta ibunya uang. Dari contoh di atas tampak bahwa dalam bahasa Indonesia orang yang dimohon melakukan sesuatu tidak dapat menempati slot objek langsung. Hal ini merefleksikan perbedaan sikap penutur pada petutur dan menunjukkan bahwa orang tidak mengatakan apa yang diinginkannya secara terus terang. Demikian pula, orang yang diminta melakukan sesuatu tidak bisa diberi status objek langsung. Apa yang diminta harus dikatakan secara langsung, dan posisi yang tepat adalah pada objek langsung. Makna menuduh dan menuntut mengimplikasikan tindakan yang buruk. Apabila X menuduh Y, hal ini didasarkan pada anggapan bahwa Y melakukan sesuatu yang buruk; misalnya menuduh seseorang mencuri, berbohong, atau mengintip. Kata menuntut juga demikian. Di samping itu, dengan menuduh atau menuntut seseorang, penutur mengetahui bahwa orang tersebut akan merasakan sesuatu yang buruk. Perhatikan kalimat berikut: 5 Dia menuduh dua pemain AC Milan menerima suap. 6 Warga menuntut agar terdakwa dihukum seberat-beratnya. Perbedaan menuduh dengan menuntut terletak pada fakta bahwa dalam menuntut penutur mempunyai kewenangan atau alasan yang kuat dalam mengatakan sesuatu, tetapi dalam menuduh persyaratan demikian tidak terpenuhi. Misalnya, jaksa menuntut terdakwa, bukan jaksa menuduh terdakwa. Komponen kewenangan ini dirumuskan dalam SMU ‘X tahu bahwa X orang yang dapat mengatakan ini’. Setelah properti semantis kata-kata di atas berhasil diungkapkan dan dibandingkan satu sama lain, prosedur berikutnya adalah memparafrase maknanya, seperti dicontohkan di bawah ini. memohon X mengatakan sesuatu pada Y X mengatakan ini karena X ingin sesuatu terjadi X tidak ingin mengatakan bahwa Y harus melakukan sesuatu X mengatakan sesuatu seperti ini meminta X mengatakan sesuatu pada Y X mengatakan ini karena X ingin sesuatu terjadi X berpikir bahwa ada alasan yang baik mengapa Y harus melakukan sesuatu X mengatakan sesuatu seperti ini menuduh X mengatakan sesuatu pada Y X mengatakan ini karena X ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Y X tahu bahwa Y akan merasakan sesuatu yang buruk karena ini X mengatakan sesuatu seperti ini menuntut X mengatakan sesuatu pada Y X mengatakan ini karena X ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Y X tahu bahwa X orang yang dapat mengatakan ini X tahu bahwa Y akan merasakan sesuatu yang buruk karena ini X mengatakan sesuatu seperti ini Model aplikasi lain diilustrasikan pada kata-kata seperti gembira, bangga, lega, dan kecewa yang mempunyai makna asali MERASAKAN, dan makna ini berpolisemi dengan MEMIKIRKAN. Alasannya, orang yang merasakan emosi tertentu berarti mempunyai pikiran tertentu tentang situasi khusus, dan situasi ini direpresentasikan dalam perangkat komponen kognitif: ‘X memikirkan sesuatu seperti ini: …’ Pikiran yang dimaksud melibatkan acuan pada tindakan atau peristiwa, sesuatu yang ‘baik’ atau ‘buruk’, dan ‘ingin’ atau ‘tidak ingin’. Bagaimana mengeksplorasi properti semantisnya? Orang Indonesia merasa gembira kalau memperoleh hadiah atau uang, bertemu dengan teman lama, atau menikahkan anggota keluarganya. Rasa bangga muncul selain karena ❏ Mulyadi ❏ Rumnasari K. Siregar Aplikasi Teori Metabahasa Makna Alami dalam Kajian Makna LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume II No. 2 Oktober Tahun 2006 Halaman 74 kelebihan yang ada pada diri pengalam misalnya, bangga mempunyai mobil, bangga mendapat juara satu di sekolah, juga karena kelebihan orang lain yang bertalian dengan dirinya; misalnya, bangga mempunyai anak pintar atau bangga mempunyai istri cantik. Kata gembira dan bangga mempunyai ciri temporal yang sama. Dalam maknanya terdapat batas temporal. Ketidakberterimaan kalimat 7 menjelaskan bahwa gembira dan bangga hanyalah peristiwa sesaat, dan acuan temporal ini dimarkahi oleh elemen ‘sedang’ terbentuk dalam SMU ‘sesuatu yang baik sedang terjadi’. 7 ??Sejak kejadian itu, ia gembirabangga terus. Perbedaannya ialah bahwa pada kata gembira terdapat SMU ‘aku ingin orang mengetahui ini’ untuk menjelaskan bahwa pengalam ingin menunjukkan perasaanya kepada orang lain. Cara yang biasa dilakukan ialah dengan mengundang teman, tetangga, dan kerabat untuk makan bersama di rumah. Pada kata bangga terdapat pola sintaksis universal ‘orang mengatakan sesuatu yang baik tentang aku’. Komponen ini menjelaskan bahwa orang merasa bangga jika orang lain memuji dirinya. Selanjutnya, makna lega berorientasi pada peristiwa masa mendatang. Dalam hal ini, ada kesamaan lega dengan kecewa. Perbedaannya terletak pada peristiwa yang diharapkan. Kalimat 8 menjelaskan bahwa orang yang lega berpikir tentang sesuatu yang buruk yang akan terjadi, tetapi ia kemudian mengetahui bahwa hal itu tidak terjadi. Oleh karena itu, orang tersebut merasakan sesuatu yang baik. Sebaliknya, orang yang kecewa mengharapkan sesuatu yang baik, tetapi peristiwa itu tidak terjadi. Akibatnya, orang tersebut merasakan sesuatu yang buruk. 8 a. X lega??kecewa karena peristiwa yang buruk tidak terjadi. b. ??X legakecewa karena peristiwa yang baik tidak terjadi. Bandingkan makna keempat kata tersebut di bawah ini. gembira X memikirkan sesuatu seperti ini: sesuatu yang baik sedang terjadi aku menginginkan ini aku ingin orang mengetahui ini karena ini, X merasakan sesuatu yang baik. bangga X memikirkan sesuatu seperti ini: sesuatu yang baik sedang terjadi orang mengetahui ini orang mengatakan sesuatu yang baik tentang aku karena ini aku menginginkan ini karena ini, X merasakan sesuatu yang baik. lega X memikirkan sesuatu seperti ini: sesuatu yang buruk akan terjadi aku tidak menginginkan ini setelah ini, X memikirkan sesuatu seperti ini: aku tahu sekarang: ini tidak terjadi karena ini, X merasakan sesuatu yang baik kecewa X memikirkan sesuatu seperti ini: sesuatu yang baik akan terjadi aku menginginkan ini setelah ini, X memikirkan sesuatu seperti ini: aku tahu sekarang: ini tidak terjadi karena ini, X merasakan sesuatu yang buruk Dengan teknik analisis yang sama kata- kata seperti guru, dokter, dan petani yang dikenal sebagai kata profesi dalam bahasa Indonesia juga dapat diparafrase maknanya. Makna ketiga kata ini berpadanan pada elemen ‘seseorang’, ‘ingin’, dan ‘melakukan’. Namun, terdapat ciri semantis masing-masing. Pada kata guru terdapat elemen ‘mengetahui’ sebagai ciri terpenting; pada kata dokter terdapat elemen ‘merasakan’; dan pada kata petani elemen ‘mati’. Perhatikan parafrase maknanya di bawah ini. guru X adalah guru X adalah seseorang Jika kau ingin mengetahui sesuatu, kau menginginkan orang ini Setelah ini, orang ini akan melakukan sesuatu Orang ini mengatakan sesuatu padamu Sekarang, kau mengetahui sesuatu karena orang ini X adalah seseorang seperti orang ini dokter X adalah dokter X adalah seseorang Jika kau merasakan sesuatu yang buruk, kau menginginkan orang ini Setelah ini, orang ini akan melakukan sesuatu padamu Sekarang, kau merasakan sesuatu yang baik karena orang ini X adalah seseorang seperti orang ini ❏ Mulyadi ❏ Rumnasari K. Siregar Aplikasi Teori Metabahasa Makna Alami Dalam Kajian Makna LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume II No. 2 Oktober Tahun 2006 Halaman 75 petani X adalah petani X adalah seseorang Orang ini melakukan sesuatu di suatu tempat Tidak ada jenis orang lain di tempat ini Semua orang menginginkan orang ini Jika tidak ada orang seperti orang ini, semua orang dapat mati X adalah seseorang seperti orang ini

4. SIMPULAN