Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan Perkembangan Tunggakan Pajak

EKONOMI Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijakan perpajakan yang meminimalkan distorsi. POLITIK Mendukung proses demokratisasi bangsa. KELEMBAGAAN Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.

C. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan

Di setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi untuk menggambarkan secara jelas unsur-unsur yang membantu pimpinan dalam menjalankan perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas dapat diketahui posisi, tugas, dan wewenang setiap anggota. Tujuannya adalah untuk pencapaian kerja dalam organisasi yang berdasarkan pada pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggung jawab. Jenis struktur organisasi yang digunakan oleh KPP Pratama Medan Belawan adalah menggunakan jenis struktur “line and staff organization” atau gabungan dari jenis struktur organisasi garis dan organisasi fungsional. Struktur organisasi KPP Pratama Medan Belawan berdasarkan fungsi bukan jenis pajak. KPP Pratama dipimpin oleh seorang Kepala Kantor sedangkan setiap seksi dipimpin oleh kepala seksikepala subbagian umum dan dibantu oleh account representative AR dan pelaksana. Adapun seksi sub bagian umum dan kelompok fungsional tersebut adalah sebagai berikut : 1. Sub Bagian Umum 2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Perpajakan 3. Seksi Pelayanan 4. Seksi Pemeriksaan 5. Seksi Penagihan 6. Seksi Ekstensifikasi 7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 11. Fungsional I 12. Fungsional II Jumlah sumber daya manusia di lingkungan KPP Pratama Medan Belawan berjumlah 79 orang yang terdiri dari pegawai sebanyak 78 orang dan 1 kepala kantor. Adapun perincian sebaran jumlah pegawai adalah sebagai berikut : Grafik 2.1 Sebaran Pegawai Berdasarkan Jabatan kepala kantor Kepala Seksi Subbag Account Representative Kelompok fungsional Pelaksana jumlah 1 12 25 8 33 Sumber: KPP Pratama Medan Belawan 2015

D. Deskripsi dan Aktifitas Kerja Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Medan Belawan

1. Kepala Kantor

Kepala Kantor Pelayanan Pajak mempunyai tugas melaksanakan pelayanan,pengawasan adminitrasi pemeriksaan sederhana, penerapan terhadap Wajib Pajak di bidang PPh,PPN, PPnBM dan pajak lainnya dalam wilayah wewenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5 10 15 20 25 30 35 Kepala Kantor Kepala Seksi subbag Account Representatif Kelompok Fungsional Pelaksana

2. Sub. Bagian Umum

Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga kantor. Tugas Kepala Sub Bagian Umum : 1. Pelaksanaan tugas di bidang administrasi penerimaan pengiriman surat – surat serta pelaksanaan tugas bendaharawan. 2. Mendistribusikan surat – surat masuk kepada seksi yang bersangkutan dan pengiriman surat- surat keluar kepada instansi yang terkait. 3. Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bendaharawan rutin. 4. Memberi nasehat dan menegakkan disiplin kepada pegawai. 5. Memberi penilaian atas pelaksanaan pekerjaan pegawai.

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi PDI

Tugas Seksi PDI : 1. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data perpajakan. 2. Penyajian informasi perpajakan. 3. Perekaman dokumen perpajakan. 4. Urusan tata usaha penerimaan perpajakan. 5. Pelayanan dukungan teknis komputer. 6. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling. 7. Penyiapan laporan kinerja organisasi.

4. Seksi Pelayanan

Tugas Seksi Pelayanan : 1. Menetapkan penerbitan produk hukum perpajakan. 2. Mengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan. 3. Menerima dan mengolah Surat Pemberitahuan SPT serta penerimaan surat lainnya. 4. Memberikan penyuluhan perpajakan. 5. Melaksanakan registrasi wajib pajak. 6. Memungut fiskal luar negeri di pelabuhan Belawan

5. Seksi Penagihan

Tugas Seksi Penagihan 1. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, memproses permohonan pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak. 2. Melakukan penerbitan surat tagihan, surat paksa, surat perintah melakukan penyitaan. 3. Melakukan penyitaan, usulan lelang dan penagihan lainnya. Di seksi penagihan terdapat beberapa orang Jurusita Pajak yang telah mendapat pendidikan khusus berkaitan dengan penagihan dan penyitaan pajak. Tugas Jurusita Pajak : 1. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus SPPSS . 2. Memberitahukan Surat Paksa. 3. Melaksanakan penyitaan barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan SPMP . 4. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan. Jurusita Pajak dalam melaksanakan tugasnya harus memakai pakaian Jurusita Pajak dan memperlihatkan kartu tanda pengenal kepada penanggung pajak .

6. Seksi Pemeriksaan

Tugas Seksi Pemeriksaan : 1. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan. 2. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan. 3. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

7. Seksi Ekstensifikasi

Tugas Seksi Ekstensifikasi : a. Melakukan pengamatan dan penggalian potensi perpajakan. b. Pendataan obyek dan subyek pajak. c. Penilaian objek pajak dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan 8 . Seksi Pengawasan dan Konsultasi Tugas pegawasan dan konsultasi : a. Melakukan Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan dari wajib pajak terdaftar. b. Memberikan Bimbingan himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan. c. Penyusunan Profil wajib pajak. d. Menganalisis kinerja wajib pajak. e. Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil keputusan banding. Pada pelaksanaannya, wilayah kerja keempat seksi pengawasan dan konsultasi dibagi berdasarkan domisili tempat tinggal wilayah tempat wajib pajak terdaftar. 1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I WASKON I Kepala seksi : Margono - Kelurahan Kampung Besar. - Kelurahan Martubung. - Kelurahan Sei Mati - Kelurahan Pekan Labuhan. - Kelurahan Tangkahan. - Kelurahan Nelayan Indah 2. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II WASKON II Kepala Seksi : La Ode Irfah Firdaus - Kelurahan Labuhan Deli - Keluharan Rengas Pulau - Kelurahan Terjun - Kelurahan Tanah 600 - Kelurahan Paya Pasir 3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III WASKON III Kepala Seksi : Martua Frisland Situmorang - Kelurahan Tanjung Mulia - Kelurahan Tanjung Mulia Hilir - Kelurahan Mabar - Kelurahan Kota Bangun - Kelurahan Titi Papan - Kelurahan Mabar Hilir 4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV WASKON IV Kepala Seksi : Erwin Sianipar - Kelurahan Sicanang - Kelurahan Belawan Bahari - Kelurahan Belawan Bahagia - Kelurahan Belawan I - Kelurhan Belawan II - Kelurahan Bagan Deli Catatan : Wajib Pajak Bendaharawan berada di Pengawasan Seksi Waskon IV

9. Account Resperentative AR

Account Resperentative AR merupakan petugas di Kantor Pajak , yang memantau keadaan wajib pajak sebagai penghubung dan tempat konsultasi antara Wajib Pajak dengan Kantor Pelayanan Pajak. Keberadaan Account Resperentative AR merupakan bentuk peningkatan pelayanan kepada Wajib Pajak. Wajib Pajak akan dilayani oleh Account Resperentative AR yang telah ditunjuk sehingga akan terjalin keterbukaan. Tugas Account Resperentative AR : a. Melayani penyelesaian permohonan retisusi Pajak Pertambahan Nilai. b. Melayani penerbitan surat perintah membayar kelebihan pajak SMPKP c. Melayani penyelesaian permohonan legalisasi ijn prinsip pembebasan Pajak Penghasilan pasal 22 impor. 10. Fungsional Pemeriksa dan Penilai Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama. dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi. Tabel 2.1 Target Penerimaan Pajak Tahun 2013 dan 2014 Tahun Pajak 2013 2014 Jumlah Target 239.924.000.000 274.693.130.000 Sumber: KPP Pratama Medan Belawan 2015 Tabel 2.2 Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2013 dan 2014 Tahun Pajak 2013 2014 Jumlah Realisasi 268.857.954.820 358.240.961.320 Sumber: KPP Pratama Medan Belawan 2015 BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Penagihan Pajak

1. Pengertian Penagihan

Beradasarkan Pasal 1 ayat 9 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita. Tujuan pelaksanaan Penagihan Pajak adalah guna melunasi utang pajak oleh Wajib PajakPenanggung Pajak. Bagi setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi ketentuan perpajakannya diwajibkan untuk membayar pajak terutangnya. Dalam hal ini dibutuhkan kesadaran masyarakat akan ketentuan perpajakan tersebut. Mengacu pada Pasal 18 ayat 1 Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 jo.Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, adapun yang menjadi dasar penagihan pajak adalah Surat Tagihan Pajak STP, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah. Pada dasarnya proses penagihan pajak melibatkan unsur-unsur yang mempunyai arti penting, yaitu 1.1 Utang pajak, yaitu besarnya utang pajak yang belum dilunasi oleh Wajib Pajak ditambah dengan biaya penagihan sebagai dasar untuk melakukan penagihan pajak. 1.2 Serangkaian tindakan sesuai jadwal waktu yang benar, yaitu penerbitan Surat Teguran, pemberitahuan Surat Paksa, pelaksanaan penyitaan berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, sampai dengan pelaksanaan lelang. 1.3 Aparat Direktorat Jenderal Pajak, yaitu jurusita pajak yang telah memenuhi syarat untuk melakukan penagihan pajak. 1.4 Penanggung Pajak yang mempunyai kewajiban melunasi utang pajak. 1.5 Undang-Undang Perpajakan yang berlaku, yaitu UU KUP 1984 dan UU PPSP serta peraturan pelaksana.

2. Jurusita Pajak

Berdasarkan Pasal 1 ayat 6 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, disebutkan bahwa Jurusita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan penyanderaan. Jurusita Pajak diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Keuangan untuk penagihan pajak pusat, dan oleh Gubernur atau BupatiWalikota untuk penagihan pajak daerah. Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 562KMK.042000 tentang Syarat-syarat Pengangkatan dan Pemberhentian Jurusita Pajak syarat-syarat untuk menjadi Jurusita Pajak adalah sebagai berikut: a. Berijazah serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau sederajat. b. Berpangkat serendah-rendahnya Pengatur MudaGolongan IIa. c. Berbadan sehat. d. Lulus pendidikan dan latihan jurusita pajak. e. Jujur bertanggung jawab dan penuh pengabdian. 2.1 Adapun wewenang jurusita pajak adalah Jurusita pajak menjalankan tugas di wilayah kerja Pejabat yang mengangkatnya, kecuali ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri atau Keputusan Kepala Daerah sesuai dengan pasal 5 ayat 5 UU PPSP. 2.2 Sebagaimana dijelaskan pada pasal 5 ayat 4 UU PPSP, dalam melaksanakan tugas, Jurusita Pajak dapat meminta bantuan Kepolisian, Kejaksaan, Departemen yang membidangi hukum dan perundang-undangan, Pemerintah Daerah Setempat, Badan Pertahanan Nasional, Direktorat Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri, Bank atau pihak lain. 2.3 Jurusita Pajak berwenang untuk memasuki dan memeriksa semua ruangan untuk menemukan objek sita di tempat usaha dan melakukan penyitaan di tempat kedudukan, di tempat tinggal penanggung pajak atau di tempat lain yang dapat diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita dalam melaksanakan penyitaan. Tugas jurusita pajak sesuai dengan Pasal 5 ayat 1 dan 2 UU PPSP adalah: a. Melaksanakan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus. b. Memberitahukan surat paksa. c.Melaksanakan penyitaan atas barang penanggung pajak berdasarkan surat perintah Melaksanakan Penyitaan. d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah Penyanderaan. 2.4 Sebagaimana Surat Pengangkatan Tugas diterbitkan ketika jurusita pajak diangkat, maka Surat Keputusan Pencabutan atau Pemberhentian juga diterbitkan ketika Jurusita Pajak diberhentikan. Adapun Jurusita Pajak dapat diberhentikan apabila: a. meninggal dunia, b. pensiun, c. karena alih tugas atau kepentingan dinas lainnya, d. ternyata lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugas, e. melakukan perbuatan tercela, f. melanggar sumpah atau janji jurusita pajak, atau g. sakit jasmani atau rohani terus menerus. Dari uraian di atas bahwa jurusita pajak adalah pelaksana penagihan pajak yang bertanggung jawab dalam melaksanakan kebijakan penagihan sesuai dengan surat perintah yang diterbitkan oleh pejabat.

3. Dasar Hukum Penagihan Pajak

3.1 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. 3.2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa selanjutnya disebut pula UU PPSP. 3.3 Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. 3.4 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 562KMK.042000 tentang Syarat-syarat Pengangkatan dan Pemberhentian Jurusita Pajak. 3.5 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 24PMK.032008 tentang Tatacara Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus dan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. 3.6 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 62PJ.2001 tentang Tatacara Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung Pajak yang Tersimpan pada Bank dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

4. Tindakan Penagihan

Tindakan penagihan pajak yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan terdapat dua proses, diantaranya penagihan pajak secara pasif persuasif maupun penagihan pajak secara aktif represif. Adapun prosesnya sebagai berikut 4.1 Penagihan Pajak Secara Pasif Penagihan pajak secara pasif dilakukan dengan melakukan pendekatan terhadap wajib pajak penanggung pajak antara lain jurusita pajak menghubungi Wajib PajakPenanggung Pajak melalui telpon, mengundang Wajib Pajak Penanggung Pajak untuk menyelesaikan utang pajak, mengirimkan surat himbauan mengenai pelunasan utang pajak, dan meminta Wajib Pajak Penanggung Pajak untuk menyerahkan asetnya secara sukarela sebagai jaminan pelunasan utang pajak. 4.2 Penagihan Pajak Secara Aktif Tindakan penagihan pajak aktif oleh Jurusita Pajak dilakukan dengan menerbitkan surat teguran, melaksanakan pemberitahuan surat paksa, melakukan penyitaan, sampai pelaksanaan lelang, termasuk, termasuk juga tindakan pemblokiran, pencegahan dan penyanderaan. Penagihan pajak aktif dilakukan terhadap Wajib PajakPenanggung Pajak yang bersikap non-kooperatif. Wajib PajakPenanggung Pajak non-kooperatif yaitu Wajib PajakPenanggung Pajak yang tidak bersedia merespon pemberitahuan yang disampaikan melalui telepon atau surat, Wajib PajakPenanggung Pajak yang tidak memberikan data informasi yang lengkap mengenai keadaan perusahaan, Wajib PajakPenanggung Pajak yang tidak memberikan penjelasan tentang penyelesaian utang pajaknya dan tidak mau bekerja sama dalam setiap pemeriksaan pada umumnya dan delinquency audit pada khususnya serta Wajib PajakPenanggung Pajak yang tidak bersedia dan tidak mau bekerja sama dalam setiap pemeriksaan pada umumnya dan delinquency audit pada khususnya serta Wajib PajakPenanggung Pajak yang tidak bersedia untuk menyerahkan harta kekayaannya untuk pelunasan pajak. Adapun cara yang dilakukan sebagai berikut : - Melakukan bedah tunggakan terhadap penunggak pajak kemudian dibuat profilnya mengenai kondisi wajib pajak tersebut lengkap dengan daftar harta kekayaan yang masih dimiliki dan dilengkapi dengan pemohon kepemilikan dalam perusahaan yang bersangkutan dimiliki oleh grup perusahaan. Berdasarkan profil tersebut, kemudian melakukan analisis probabilitas pencairan piutang pajak terhadap penunggak pajak yang tersebar diwilayah kerja dan menetapkan prioritas tindakan penagihan. - Melaksanakan tindakan penagihan aktif secara optimal terutama untuk piutang pajak yang akan mendekati kadaluwarsa namun tindakan penagihannya belum atau tidak dapat dilaksanakan. Terhadap tindakan penagihan yang terhenti pelaksanaannya, perlu dilakukan penelitian administrasi dan penelitian setempat kemudian dituangkan dalam berita acara dan laporan penelitian setempat kemudian dituangkan dalam berita acara dan laporan penelitian setempat dengan disertai alasan dan bukti pendukungnya. Segera melakukan tindakan penagihan kepada Wajib PajakPenunggak Pajak terutama yang non-kooperatif, dengan memperioritaskan: a. Penyitaan atas harta kekayaan Wajib PajakPenanggung Pajak yang tersimpan pada bank. Pelaksanaan penyitaan mengacu kepada Direktur Jenderal Pajak nomor PER- 109PJ2007 tanggal 6 Agustus 2007 dengan skala prioritas dengan perinsip kehati– hatian dan memperhatikan ada tidaknya upaya hukum yang diajukan wajib pajak dengan melakukan pemblokiran rekening Wajib Pajak yang bersangkutan terlebih dahulu dan apabila piutang pajak belum lunas, maka pemblokiran dapat dilakukan kepada rekening para Direksi dan pemegang saham mayoritasnya sebagai penanggung pajaknya. Daftar cabang bank tempat Wajib Pajak telah disediakan Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan bekerja sama dengan Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan dan dapat dilihat pada portal subdit penagihan. b. Pencegahan Pencegahan dilakukan secara selektif dengan memperhatikan prinsip kehati hatian antara lain: - Ada tidaknya upaya hukum Wajib Pajak Penanggung Pajak - Validitas data mengenai status legalitas penanggung pajak dalam kedudukannya selaku penanggung pajak suatu badan usaha Dalam hal Wajib Pajak memiliki lebih dari satu penanggung pajak, Kantor Pelayanan Pajak Pratama dapat mempertimbangkan untuk tidak mengusulkan pencegahan terhadap seluruh penanggung pajak yang ada, tetapi usul pencegahan dapat dilakukan secara bergantian dengan memperhatikan skala prioritas. Melakukan pengawasan secara intensif dan melaksanakan hak mendahulu atas piutang pajak terhadap Wajib Pajak yang dinyatakan pailit, bubar, atau likuiditas dengan melakukan koordinasidengan curator, likuidator, orang atau badan yang ditugasi melakukan pemberesan, segera setelah diperoleh informasinya. Adapun di seksi penagihan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan terdapat seorang kepala seksi empat orang pelaksana dan dua orang jurusita pajak.

5. Pelaksanaan Penagihan Pajak

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 56KMK.04200 tentang penagihan seketika dan sekaligus pelaksanaan Surat Paksa jadwal waktu tindakan penagihan pajak adalah sebagai berikut: 5.1 Tindakan pelaksanaan penagihan pajak diawali dengan penerbitan Surat Teguran oleh pejabat atau kuasa yang ditunjuk oleh pejabat tersebut setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo pembayaran. 5.2 Surat Teguran tidak diterbitkan terhadap Penanggung Pajak yang telah disetujui untuk menunda atau mengangsur pembayran pajaknya. 5.3 Apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat waktu 21 hari sejak diterbitkan Surat Teguran pejabat segera menerbitkan Surat Paksa. 5.4 Apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat waktu 2 x 24 jam sejak Surat Paksa diberitahukan kepadanya, pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. 5.5 Pelaksanan Lelang adalah setiap penjualan barang di muka umum dengan cara penawaran lisan dan tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli. Lelang dilaksanakan apabila Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak setelah 14 hari sejak pelaksanaan penyitaan. B. PERKEMBANGAN DAN PENCAIRAN PIUTANG PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN Wajib pajak orang pribadi atau badan dalam menjalankan kewajibannya ada yang patuh dan ada yang tidak disini penulis akan menjabarkan peranan jurusita pajak terhadap penagihan selama tahun 2013 dan 2014 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan. Tabel 3.1 Jumlah Surat Teguran Tahun 2013 dan 2014 Tahun Lembar Rupiah Pencairan Piutang 2013 1007 50.503.243.535 118.295.723 2014 1471 18.461.344.966 10.026.553.434 Sumber: KPP Pratama Medan Belawan 2015 Tabel 3.2 Jumlah Pelaksanaan Surat Paksa Tahun 2013 dan 2014 Tahun Lembar Rupiah Pencairan Piutang 2013 360 9.075.964.661 1.080.712.561 2014 135 8.719.052.852 929.305.054 Sumber: KPP Pratama Medan Belawan 2015 Tabel 3.3 Jumlah Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan Tahun 2013 dan 2014 Tahun Lembar Rupiah Pencairan Piutang 2013 6 1.484.774.742 555.684.942 2014 1 149.055.634 149.055.634 Sumber: KPP Pratama Medan Belawan 2015 BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI Untuk mengetahui seberapa besar peranan Jurusita Pajak dalam mendukung pencairan piutang pajak melalui pelaksanaan tindakan penagihan pajak secara aktif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan selama tahun 2013 dan 2014, penulis melakukan analisis sebagaimana diuraikan berikut ini

A. Perkembangan Tunggakan Pajak

Berdasarkan data pada Tabel 2.1, 2.2, 3.1, 3.2, 3.3 adalah sebagai berikut: 1. Target penerimaan pajak tahun 2013 sebesar 239.924.000.000 realisasi penerimaan pajak tahun 2013 sebesar 268.857.954.820 berarti terjadi pencapaian penerimaan pajak melewati target yang ditetapkan. 2. Target penerimaan pajak tahun 2014 sebesar 274.693.130.000 realisasi penerimaan pajak tahun 2014 sebesar 358.240.961.320 berarti terjadi pencapaian penerimaan pajak melewati target yang ditetapkan. 3. Jumlah Surat Teguran tahun 2013 yang dikeluarkan 1007 lembar saldo piutang 50.503.243.535 pencairan piutang 118.295.723 4. Jumlah Surat Teguran tahun 2014 yang dikeluarkan 1471 lembar saldo piutang 18.461.344.966 pencairan piutang 10.026.553.434 5. Jumlah Surat Paksa tahun 2013 yang dikeluarkan 360 lembar saldo piutang 9.075.964.661 pencairan piutang 1.080.712.561 6. Jumlah Surat Paksa tahun 2014 yang dikeluarkan 135 lembar saldo piutang 8.719.052.852 pencairan piutang 929.305.054 7. Jumlah Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan tahun 2013 yang dikeluarkan 6 lembar saldo piutang 1.484.774.742 pencairan piutang 555.684.942 8. Jumlah Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan tahun 2014 yang dikeluarkan 1 lembar saldo piutang 149.055.634 pencairan piutang 149.055.634 9. Pelaksanaan Lelang pada tahun 2013 dan 2014 tidak ada. Dalam perkembangan tunggakan pajak terdapat perbedaan antara tahun 2013 dan 2014 hal ini bisa saja disebabkan oleh semakin banyaknya Wajib Pajak yang terdaftar di KPP ataupun kinerja dari pegawai pajak yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Pelaksanaan tindakan penagihan pajak secara aktif memiliki dampak yang cukup bagus dalam pencapaian target penerimaan pajak. Jumlah pencairan piutang tahun 2013 sebesar 1.754.693.226 tahun 2014 sebesar 11.104.914.122 terdapat perbedaan yang sangat signifikan hal ini dikarenakan pada tahun 2014 pencairan piutang Surat Teguran sangat besar dibandingkan tahun 2013.

B. Masalah Yang Dihadapi Jurusita Pajak