Dasar Hukum Penagihan Pajak Tindakan Penagihan

b. Memberitahukan surat paksa. c.Melaksanakan penyitaan atas barang penanggung pajak berdasarkan surat perintah Melaksanakan Penyitaan. d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah Penyanderaan. 2.4 Sebagaimana Surat Pengangkatan Tugas diterbitkan ketika jurusita pajak diangkat, maka Surat Keputusan Pencabutan atau Pemberhentian juga diterbitkan ketika Jurusita Pajak diberhentikan. Adapun Jurusita Pajak dapat diberhentikan apabila: a. meninggal dunia, b. pensiun, c. karena alih tugas atau kepentingan dinas lainnya, d. ternyata lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugas, e. melakukan perbuatan tercela, f. melanggar sumpah atau janji jurusita pajak, atau g. sakit jasmani atau rohani terus menerus. Dari uraian di atas bahwa jurusita pajak adalah pelaksana penagihan pajak yang bertanggung jawab dalam melaksanakan kebijakan penagihan sesuai dengan surat perintah yang diterbitkan oleh pejabat.

3. Dasar Hukum Penagihan Pajak

3.1 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. 3.2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa selanjutnya disebut pula UU PPSP. 3.3 Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. 3.4 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 562KMK.042000 tentang Syarat-syarat Pengangkatan dan Pemberhentian Jurusita Pajak. 3.5 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 24PMK.032008 tentang Tatacara Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus dan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. 3.6 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 62PJ.2001 tentang Tatacara Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung Pajak yang Tersimpan pada Bank dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

4. Tindakan Penagihan

Tindakan penagihan pajak yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan terdapat dua proses, diantaranya penagihan pajak secara pasif persuasif maupun penagihan pajak secara aktif represif. Adapun prosesnya sebagai berikut 4.1 Penagihan Pajak Secara Pasif Penagihan pajak secara pasif dilakukan dengan melakukan pendekatan terhadap wajib pajak penanggung pajak antara lain jurusita pajak menghubungi Wajib PajakPenanggung Pajak melalui telpon, mengundang Wajib Pajak Penanggung Pajak untuk menyelesaikan utang pajak, mengirimkan surat himbauan mengenai pelunasan utang pajak, dan meminta Wajib Pajak Penanggung Pajak untuk menyerahkan asetnya secara sukarela sebagai jaminan pelunasan utang pajak. 4.2 Penagihan Pajak Secara Aktif Tindakan penagihan pajak aktif oleh Jurusita Pajak dilakukan dengan menerbitkan surat teguran, melaksanakan pemberitahuan surat paksa, melakukan penyitaan, sampai pelaksanaan lelang, termasuk, termasuk juga tindakan pemblokiran, pencegahan dan penyanderaan. Penagihan pajak aktif dilakukan terhadap Wajib PajakPenanggung Pajak yang bersikap non-kooperatif. Wajib PajakPenanggung Pajak non-kooperatif yaitu Wajib PajakPenanggung Pajak yang tidak bersedia merespon pemberitahuan yang disampaikan melalui telepon atau surat, Wajib PajakPenanggung Pajak yang tidak memberikan data informasi yang lengkap mengenai keadaan perusahaan, Wajib PajakPenanggung Pajak yang tidak memberikan penjelasan tentang penyelesaian utang pajaknya dan tidak mau bekerja sama dalam setiap pemeriksaan pada umumnya dan delinquency audit pada khususnya serta Wajib PajakPenanggung Pajak yang tidak bersedia dan tidak mau bekerja sama dalam setiap pemeriksaan pada umumnya dan delinquency audit pada khususnya serta Wajib PajakPenanggung Pajak yang tidak bersedia untuk menyerahkan harta kekayaannya untuk pelunasan pajak. Adapun cara yang dilakukan sebagai berikut : - Melakukan bedah tunggakan terhadap penunggak pajak kemudian dibuat profilnya mengenai kondisi wajib pajak tersebut lengkap dengan daftar harta kekayaan yang masih dimiliki dan dilengkapi dengan pemohon kepemilikan dalam perusahaan yang bersangkutan dimiliki oleh grup perusahaan. Berdasarkan profil tersebut, kemudian melakukan analisis probabilitas pencairan piutang pajak terhadap penunggak pajak yang tersebar diwilayah kerja dan menetapkan prioritas tindakan penagihan. - Melaksanakan tindakan penagihan aktif secara optimal terutama untuk piutang pajak yang akan mendekati kadaluwarsa namun tindakan penagihannya belum atau tidak dapat dilaksanakan. Terhadap tindakan penagihan yang terhenti pelaksanaannya, perlu dilakukan penelitian administrasi dan penelitian setempat kemudian dituangkan dalam berita acara dan laporan penelitian setempat kemudian dituangkan dalam berita acara dan laporan penelitian setempat dengan disertai alasan dan bukti pendukungnya. Segera melakukan tindakan penagihan kepada Wajib PajakPenunggak Pajak terutama yang non-kooperatif, dengan memperioritaskan: a. Penyitaan atas harta kekayaan Wajib PajakPenanggung Pajak yang tersimpan pada bank. Pelaksanaan penyitaan mengacu kepada Direktur Jenderal Pajak nomor PER- 109PJ2007 tanggal 6 Agustus 2007 dengan skala prioritas dengan perinsip kehati– hatian dan memperhatikan ada tidaknya upaya hukum yang diajukan wajib pajak dengan melakukan pemblokiran rekening Wajib Pajak yang bersangkutan terlebih dahulu dan apabila piutang pajak belum lunas, maka pemblokiran dapat dilakukan kepada rekening para Direksi dan pemegang saham mayoritasnya sebagai penanggung pajaknya. Daftar cabang bank tempat Wajib Pajak telah disediakan Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan bekerja sama dengan Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan dan dapat dilihat pada portal subdit penagihan. b. Pencegahan Pencegahan dilakukan secara selektif dengan memperhatikan prinsip kehati hatian antara lain: - Ada tidaknya upaya hukum Wajib Pajak Penanggung Pajak - Validitas data mengenai status legalitas penanggung pajak dalam kedudukannya selaku penanggung pajak suatu badan usaha Dalam hal Wajib Pajak memiliki lebih dari satu penanggung pajak, Kantor Pelayanan Pajak Pratama dapat mempertimbangkan untuk tidak mengusulkan pencegahan terhadap seluruh penanggung pajak yang ada, tetapi usul pencegahan dapat dilakukan secara bergantian dengan memperhatikan skala prioritas. Melakukan pengawasan secara intensif dan melaksanakan hak mendahulu atas piutang pajak terhadap Wajib Pajak yang dinyatakan pailit, bubar, atau likuiditas dengan melakukan koordinasidengan curator, likuidator, orang atau badan yang ditugasi melakukan pemberesan, segera setelah diperoleh informasinya. Adapun di seksi penagihan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan terdapat seorang kepala seksi empat orang pelaksana dan dua orang jurusita pajak.

5. Pelaksanaan Penagihan Pajak