Normalisasi Sungai TINJAUAN PUSTAKA

23

II.4. Normalisasi Sungai

Mengendalikan banji di daerah hilir dengan pelurusan sungai disebut dengan istilah normalisasi. Penghilanagn batuan dan tumbuhan dari daerah aliran sungai DAS dengan membangun dinding beton, justru akan menghilangkan fungsi kontrol aliran oleh biota dan dan material di dalamnya. Selain itu juga terjadi pendangkalan dan terputusnya daur ekosistem di DAS. Dr. Gadis Sri Harayni, dalam Seminar Nasional bertema Pengelolaan Sumber Daya Perairan Darat Secara terpadu Di Indonesia mengatakan bahwa masalah banjir hendaknya tidak diatasi secara simptomatik sehingga mengakibatkan over engineering atau terlalu berlebihan. Seharusnya dengan cara mengerti atau mencari penyebab yang paling fundamental. Pada kenyataannya berbagai sungai seperti ciliwung, cisadane, dan khususnya sungai deli telah dinormalisasi. Normalisasi ini dilaksanakan dengan melakukan pelurusan, penembokan, penimbunan, pengerasan dinding sungai, pembuatan tanggul, pengerukan, serta penghilangan tumbuhan, Lumpur, pasir dan batuan di tepi sungai. Hal ini mengakibatkan hilangnya fungsi daerah peralihan dua ekosistem; lahan kering dan basah di tepi sungai. Dampaknya adalah hilang pula kemampuan sungai mengontrol aliran energi dan nutrien yang diperlukan biota yang hidup disana. Dampak lebih lanjut adalah menurunnya keragaman hayati berbarengan karena hilangnya spesies di lahan tersebut. Ini pada akhirnya mengakibatkan perubahan ekosistem, hingga timbulnya bencana erosi dasar sungai, banjir dan pendangkalan di hilir. Memang normalisasi sungai telah dilakukan di masa lalu di seluruh dunia terutama oleh negara barat seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Universitas Sumatera Utara 24 Belanda. Namun dampak negatif perubahan ini terhadap ekologi sangat besar dan konsep ini pun telah ditinggalkan. Banyak negara barat telah mengembalikan kondisi sungainya pada kondisi alaminya, dengan mengembalikan aliran sungai ke alur kelokan asli, mengisi bebatuan di sungai dan menanami kembali tepian sungai dengan tuimbuhan aslinya.

II.5. Perubahan Lingkungan Sosial Budaya