POTENSI LIMBAH TANAMAN KOPI DAN GAMAL SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA DI AREAL KAWASAN HUTAN REGISTER 45B KECAMATAN AIR HITAM KABUPATEN LAMPUNG BARAT

(1)

Abstract

THE POTENCY OF COFFE PLANTS WASTE AND GAMAL PLANTS AS RUMINANT ANIMALS FEEDING IN THE AREA OF REGISTER FOREST 45

B DISTRICT OF AIR HITAM REGENCY OF WEST LAMPUNG By

DAVID IRAWAN NATA KESUMA

Lampung Province has guite wide forest area, especially in District of Air Hitam, Regency of West Lampung, where some kinds of plants grow, such as cempaka, suren, pulai, medang, bayur, sonokeling, African wood, dadap, lamtoro, coffe plants, and greenery which can be used as alternative feeding of ruminant animals.

This experiment intends to (1) give the illustration of animals feeding in the area of register forest 45 B, Regency of West Lampung, District of Air Hitam; (2) know the source of animals feeding in the area of Register Forest 45 B,

regency of West Lampung, District of Air Hitam; (3) know the production of animals feeding in the area of Register Forest 45B, Regency of West Lampung, District of Air Hitam; (4) know the capacity of animals based on the potency of coffe plants waste in the area of register forest 45, Regency of West Lampung, District of Air Hitam.

This experiment was held step by step on July 2011, located in the area of Register Forest 45B, Regency of West Lampung, District of Air Hitam. This experiment used Purposive Sampling Method. The quality analysis of coffe shell waste and gamal leaves of dry material, water value, ash value, and rough protein value was held in Laboratory of Nutrient and Animals Feeding, Program Study of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, University of Lampung.

The result of this experiment shows that the extent of the area of coffe horticulture in the area of Register Forest 45B, Regency of West Lampung, District of Air Hitam. As wide as 4.955,79 ha produces the coffe shell waste as many as 6.244,2 ton/year, and gamal leaves as many as 27.653,30 ton/year. The using of coffe shell waste as the animals feeding wiith turn of use 30%, 40%, and 50% respextikely produces the capacity as many as 4242, 3185, and 2548 animal unit/ year. The using of gamal leaves as the ruminant animals feeding with turn of use 30%, 40%, and 50% produces the capacity as many as 18.881;14.108; and 11.287 animal unit/year respextikely.


(2)

David Irawan Nata Kesuma 0714061033

A. Latar Belakang dan Masalah

Provinsi Lampung dalam pembangunan subsektor peternakan memiliki peranan yang cukup besar dalam memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Salah satu upaya untuk mewujudkan visi tersebut dengan cara memanfaatkan potensi sumber daya alam lokal secara optimum dan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Peningkatan produksi ternak khususnya ternak ruminansia akan berhasil dengan baik jika ketersediaan pakan hijauan sebagai sumber pakan dapat dipenuhi secara kualitas dan kuantitas serta tersedia secara kontinyu. Provinsi Lampung merupakan daerah yang memiliki areal hutan yang cukup luas terutama pada daerah Kecamatan Air Hitam, Kabupaten lampung Barat, yang ditumbuhi beberapa jenis tumbuhan seperti pepohonan besar, kopi serta hijauan yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak. Pada kawasan areal hutan terdapat dua zona, yaitu zona lindung dan zona pemanfaatan.

B. Tujuan Penelitian

1. Memberi gambaran potensi pakan ternak yang ada di areal kawasan hutan register 45B Lampung Barat Kecamatan Air Hitam.

2. Mengetahui sumber daya pakan ternak yang tersedia di areal kawasan hutan register 45B Lampung Barat Kecamatan Air Hitam.

3. Mengetahui produksi pakan ternak di areal kawasan hutan register 45B Lampung Barat Kecamatan Air Hitam. 4. Mengetahui kapasitas tampung ternak berdasarkan potensi limbah tanaman kopi di areal kawasan hutan register

45B Kabupaten Lampung Barat Kecamatan Air Hitam.

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak dan pihak-pihak yang terkait

khususnya Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan tentang tumbuhan yang memiliki potensi sebagai pakan ternak yang berada di areal kawasan hutan register 45B Lampung Barat Kecamatan Air Hitam yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia.

D. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap selama bulan Juli 2011, di Kawasan areal hutan register 45B, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Lampung Barat.

E. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Purposive Sampling. Metode purposive sampling dilakukan dengan cara pengambilan sampel dengan sudah ada tujuannya dan sudah tersedia rencana sebelumnya. Ukuran sample tidak dipersoalkan (Nawawi, 2001). Biasanya sudah ada predefinisi terhadap kelompok-kelompok dan kekhususan yang dicari.

F. Peubah Yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah :

1. Menentukan potensi pakan asal tanaman kopi, dan tanaman gamal berdasarkan luas tanam.

2. Menentukan kapasitas ternak atau kapasitas tampung ternak berdasarkan produksi asal tanaman kopi, dan tanaman gamal.


(3)

ABSTRAK

POTENSI LIMBAH TANAMAN KOPI DAN GAMAL SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA DI AREAL KAWASAN HUTAN

REGISTER 45B KECAMATAN AIR HITAM KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Oleh

David Irawan Nata Kesuma

Provinsi Lampung memiliki areal hutan yang cukup luas terutama pada daerah Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat yang tumbuh beberapa jenis tumbuhan seperti cempaka, suren, pulai, medang, bayur, sonokeling, kayu afrika, dadap, lamtoro, tanaman kopi serta hijauan yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif ternak ruminansia.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Memberi gambaran potensi pakan ternak yang ada di areal kawasan hutan register 45B Lampung Barat Kecamatan Air Hitam, (2) Mengetahui sumber daya pakan ternak yang tersedia di areal kawasan hutan register 45B Lampung Barat Kecamatan Air Hitam, (3) Mengetahui produksi pakan ternak di areal kawasan hutan register 45B Lampung Barat

Kecamatan Air Hitam, (4) Mengetahui kapasitas tampung ternak berdasarkan potensi limbah tanaman kopi di areal kawasan hutan register 45B Kabupaten Lampung Barat Kecamatan Air Hitam

Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap pada Juli 2011, bertempat di areal kawasan hutan register 45B, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Lampung barat. Penelitian ini menggunakan menggunakan metode Purposive Sampling, dan analisis kualitas kulit kopi dan daun gamal berupa bahan kering, kadar air, kadar abu dan protein kasar dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Hasil penelitian menunjukkan luas wilayah perkebunan kopi pada kecamatan Air Hitam seluas 4.955,79 ha menghasilkan limbah kulit kopi sebanyak 6.244,2 ton/tahun, dan limbah daun gamal sebanyak 27.653,30 ton/tahun. Pada

pemanfaatan limbah kulit kopi sebagai pakan ternak dengan kisaran penggunaaan 30%, menghasilkan kapasitas tampung sebanyak 4.242 UT/tahun, 40%, sebanyak 3.185 UT/tahun, dan 50 % sebanyak 2.548 UT/tahun. Pada pemanfaatan limbah daun gamal sebagai pakan ternak ruminansia dengan kisaran penggunaan

30%,menghasilkan kapasitas tampung sebanyak 18.881 UT/tahun, 40% sebanyak 14.108 UT/tahun, dan 50% sebanyak 11.287 UT/tahun.


(4)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah 35.376,50 km2 yang terdiri dari areal pemukiman, areal pertanian, perkebunan dan areal hutan yang cukup luas. Pada dasarnya pembangunan di Lampung akan bisa

berkembang pesat bila menitikberatkan pada sektor pertanian, karena pertanian adalah unsur terpenting sebagai suplai bahan kebutuhan pangan yang merupakan sumber energi bagi manusia.

Provinsi Lampung merupakan bumi agribisnis sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Spesifikasi bidang usaha yang telah disesuaikan dengan potensi lahan dan potensi penduduk sangat diperlukan agar dapat dikembangkan secara ekonomis, sustainable, dan berjangka panjang.

Provinsi Lampung dalam pembangunan subsektor peternakan memiliki peranan yang cukup besar dalam memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional yang sejalan dengan visi pembangunan peternakan “Terwujudnya Lampung sebagai Lumbung Ternak”, melalui pembangunan peternakan yang berdaya saing dan berkelanjutan untuk kemakmuran dan ketahanan masyarakat Lampung. Salah


(5)

satu upaya untuk mewujudkan visi tersebut dengan cara memanfaatkan potensi sumber daya alam lokal secara optimum dan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.

Subsektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang memiliki nilai strategis dalam upaya pembangunan bangsa, meningkatan taraf hidup sosial ekonomi masyarakat dan kecerdasan bangsa menjadikan peternakan bagian kecil yang mampu membawa bangsa tersaing dengan negara lain. Mengingat pentingnya dunia peternakan bagi elemen terkait usaha untuk saling bekerjasama dalam pembangunan bangsa.

Peningkatan produksi ternak khususnya ternak ruminansia akan berhasil dengan baik jika ketersediaan pakan hijauan sebagai sumber pakan dapat dipenuhi secara kualitas dan kuantitas serta tersedia secara kontinyu. Jenis dan kualitas hijauan makanan ternak dipengaruhi oleh kondisi ekologi dan iklim disuatu wilayah, selain itu pula ketersediaan sumber hijauan makanan ternak akhir-akhir ini semakin terbatas yang disebabkan oleh berkurangnya lahan atau padang pengembalaan bagi produksi hijauan akibat penggunaan lahan untuk keperluan pangan dan tempat pemukiman.

Provinsi Lampung merupakan daerah yang memiliki areal hutan yang cukup luas terutama pada daerah Kecamatan Air Hitam, Kabupaten lampung Barat, yang ditumbuhi beberapa jenis tumbuhan seperti pepohonan besar, kopi serta hijauan yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak. Pada kawasan areal hutan terdapat dua zona, yaitu zona lindung dan zona pemanfaatan.


(6)

Pada zona pemanfaatan itu difungsikan sebagai pemanfaatan yang ditanami tanaman pertanian yang di dominasi oleh tanaman kopi dan juga ditanami dengan pohon peneduh seperti pohon dadap dan diareal yang dijadikan zona pemanfaatan ini mempunyai beberapa pohon yaitu diantaranya pohon Cempaka, Suren, Pulai, Medang, Durian, Nangka, Tangkil, Petai, Alpukat, Mangga, Kemiri, Jambu, Randu, Bayur, Sonokeling, Kayu Afrika, Pulai, Lamtoro. Diameter di zona pemanfaatan sekitar 10--20 cm sebagian yg masih fase pancang tiang sedangkan di zona lindung rata-rata sudah pohon dewasa. Pohon yang digunakan di zona pemanfaatan ini merupakan pohon yang dianggap menguntungkan dan tidak menjadi penghambat bagi produksi dari tanaman kopi.

Zona lindung difungsikan sebagai perlindungan, tata air, pencegah longsor, dan konservasi tanah. Pohon-pohon yang ada di zona tersebut adalah antara lain Semetong, Mentru, Kayu aren, Semantung, Delung, Lempaung, Serdang, Salak, Aren, Bambu, Tenam, Cemara, Pelas, Medang. Pohon pohon tersebut merupakan pohon yang masih khas. Zona lindung merupakan hutan alam yang masih asli dan masih banyak satwa-satwa atau binatang seperti beruang madu, kijang, rusa, monyet ekor panjang, burung elang, terenggiling, ular, dan burung-burung pemakan biji. Hijauan dan dedaunan dari tanaman yang tumbuh pada dua zona tersebut memberikan nilai ekonomis karena dapat dipergunakan sebagai pengganti konsentrat.


(7)

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1) memberi gambaran potensi pakan ternak yang ada di areal kawasan hutan register 45B Lampung Barat Kecamatan Air Hitam.

2) mengetahui sumber daya pakan ternak yang tersedia di areal kawasan hutan register 45B Lampung Barat Kecamatan Air Hitam.

3) mengetahui produksi pakan ternak di areal kawasan hutan register 45B Lampung Barat Kecamatan Air Hitam.

4) mengetahui kapasitas tampung ternak berdasarkan potensi limbah tanaman kopi di areal kawasan hutan register 45B Kabupaten Lampung Barat Kecamatan Air Hitam.

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak dan pihak-pihak yang terkait khususnya Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan tentang tumbuhan yang memiliki potensi sebagai pakan ternak yang berada di areal kawasan hutan register 45B Lampung Barat Kecamatan Air Hitam yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia.

D. Kerangka Pemikiran

Lampung merupakan Provinsi yang memiliki areal hutan yang cukup luas di beberapa kabupaten. Banyak dari tanam tumbuh yang berada di lokasi areal hutan dapat dimanfaatkan potensinya untuk digunakan sebagai makanan ternak yang


(8)

terdiri dari karet, kelapa sawit, kakao, kelapa, tebu dan beberapa hijauan yang tumbuh di sana.

Di kawasan areal hutan register 45B Lampung Barat Kecamatan Air Hitam banyak sekali warga yang bekerja sebagai peternak. Jenis ternak yang mendominasi di daerah tersebut adalah jenis ternak ruminansia seperti sapi, kambing, domba dan kerbau, dimana mereka menggunakan rerumputan sebagai bahan makanan ternak.

Pakan merupakan bahan yang dimakan dan dicerna oleh seekor ternak yang mampu menyajikan hara atau nutrien yang penting untuk hidup pokok, pertumbuhan, penggemukan, dan reproduksi. Oleh sebab itu, kualitas dan kuantitas pakan sangat diperlukan demi kelangsungan hidup ternak yang lebih baik.

Hijauan makanan ternak (HMT) memegang peranan penting yang mendukung tercapainya program swasembada sapi potong. Hal ini karena perkembangan ternak ruminansia perlu didukung oleh produksi hijauan makanan ternak dalam jumlah dan kualitas yang cukup. Hijauan makanan ternak merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia yang berfungsi tidak hanya sebagai pengenyang tetapi juga sebagai sumber zat-zat makanan seperti protein, energi, lemak, vitamin dan mineral yang sangat diperlukan bagi tubuh ternak. Dengan demikian,

ketersediaan hijauan makanan ternak akan memengaruhi kelangsungan hidup dalam memenuhi kebutuhan pokok dan produksi ternak. Oleh karena itu, penyediaan hijauan makanan ternak sebaiknya mendapat perhatian yang besar bagi pengelola usaha ternak ruminansia.


(9)

Pemenuhan kebutuhan hijauan bagi ternak yang dipelihara secara digembalakan sangat tergantung pada kemampuan padang pengembalaan ataupun suatu lahan dan sumber daya hijauan lainnya dalam memproduksi hijauan. Menurut Widodo (1997) padang pengembalaan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain iklim, temperatur, curah hujan, kesuburan tanah, spesies tanaman yang tumbuh, tata laksana, adaptasi terhadap lingkungan. Selain itu, kapasitas tampung suatu padang pengembalaan atau suatu lahan dipengaruhi oleh produktivitas tanah. Produktivitas tanah dipengaruhi oleh curah hujan dan penyebarannya, serta topografi.

Masalah yang dihadapi pada peningkatan produksi ternak khususnya ternak ruminansia yaitu ketersediaan pakan berupa hijauan yang harus dipenuhi secara kualitas dan kuantitas dan tersedia secara kontinyu. Pakan merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha pemeliharaan dan peningkatan produktivitas ternak. Oleh sebab itu, kualitas dan ketersediaannya yang terus-menerus harus terjaga sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup. Kecukupan pakan bagi ternak yang dipelihara merupakan tantangan yang cukup serius dalam pengembangan

peternakan di Indonesia. Indikasi kecurangan pasukan pakan dan nutrisi ialah masih rendahnya tingkat produksi ternak yang dihasilkan.

Ketersediaan sumber pakan hijauan makanan ternak akhir-akhir ini semakin terbatas. Warga areal kawasan Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Lampung Barat, harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk mendapatkan hijauan sebagai pakan ternak ruminansia, sedangkan limbah kulit buah kopi, dan limbah daun gamal tersedia cukup banyak, dan tidak termanfaatkan. Berdasarkan uraian


(10)

diatas, penulis mencoba melakukan penelitian tentang pakan yang berada di areal kawasan hutan register 45B Lampung barat Kecamatan Air Hitam, yang memiliki potensi yang berkualitas dan memiliki kuantitas yang banyak serta kontinyu yang dapat dijadikan makanan ternak.


(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat.

Kabupaten Lampung Barat mempunyai areal hutan yang cukup luas yaitu kawasan register 45B yang terdapat di Kecamatan Air Hitam. Kecamatan Air Hitam merupakan wilayah pemekaran kecamatan Way Tenong yang diresmikan oleh Bupati Lampung Barat pada tanggal 15 Juli 2010.

1. Bidang pemerintahan

a) Luas dan Batas Wilayah

Luas Kecamatan lebih kurang 7.624,4 hektar dengan batas wilayah sebagai berikut :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Way Tenong 2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Gedung Surian 3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Way Tenong 4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sekincau

b) Keadaan Geogarfis

1) Ketinggian tanah dari permukaan laut : 700--1000 mm 2) Banyaknya curah hujan : 2500--3000 mm


(12)

Data curah hujan perbulan pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data curah hujan Kecamatan Air Hitam perbulan pada tahun 2010

No. Bulan Hari Hujan Curah Hujan (mm) 1 Januari 25 4023

2 Februari 23 5020

3. Maret 17 3680

4. April 12 2850

5. Mei 15 1497

6. Juni 13 1220

7. Juli 12 1740

8. Agustus 14 1360

9. September 18 2500

10. Oktober 19 2380

11. November 17 3100

12. Desember 21 3820

Sumber : BP3K (Badan Penyuluh Pertanian Perkebunan dan Kehutanan) Lampung Barat (2010).

3) Tofografinya tanah bergunung dengan relatif dan bergelombang, dengan jenis tanah pada tingkat perbandingan 30% tanah liat berpasir, dan 70% lempung liat berpasir.

c) Orbitasi (jarak dari pemerintahan pusat kecamatan) 1) Jarak dari pusat pemerintahan Kabupaten ± 55 Km 2) Jarak dari pusat pemerintahan Propinsi ± 100 Km

d) Kondisi Demografi

Kondisi wilayah Kecamatan Air Hitam dengan jumlah 6.402 KK penduduk sebanyak 16.290 jiwa yang tersebar di 10 Pekon. Data luas wilayah dan jumlah penduduk dapat dilihat pada Tabel 2.


(13)

Tabel 2. Data luas wilayah dan jumlah penduduk No Nama Pekon Luas Wilayah

(ha)

Jumlah Penduduk

(jiwa) Jumlah kk

1 Sidodadi 966.7 1715 684

2 Semarang Jaya 599.2 1466 520

3 Sumber Alam 798.6 2052 829

4 Gunung Terang 845.1 2522 1045

5 Sukajadi 1508.3 1880 524

6 Sri Menanti 802.8 1918 634

7 Datar Mayan 620.4 1012 325

8 Margoyoso 560.3 1198 338

9 Sukadamai 499.5 1226 620

10 Sinar Jaya 423.4 1301 523

Jumlah 7624.3 16290 6042

Sumber : Keluarga Besar Pecinta Alam dan Lingkungan Hidup (WATALA) Lampung Barat (2010).

e) Luas Wilayah dan jangkauan

Luas Wilayah dan jangkauan di setiap pekon yang berada pada Kecamatan Air Hitam berbeda-beda. Wilayah teluas dari 10 pekon yang berada di kawasan Kecamatan Air Hitam adalah Pekon Sidodadi dengan luas wilayah 1508.3 dari luas seluruh wilayah, dengan jarak dari pusat kecamatan sejauh 5 km. Pusat pemerintahan di Kecamatan Air Hitam berada pada pekon Sumber alam yang memiliki luas areal 798.6l. Data luas wilayah dan jangkaun dari masing-masing Pekon dapat dilihat pada Tabel 3.


(14)

Tabel 3. Luas wilayah dan jangkauan

No Nama Pekon

Luas Wilayah

(ha)

Jarak Jangkauan (km) Kabupaten Kecamatan

1 Sidodadi 966.7 67 3

2 Semarang Jaya 599.2 60 1

3 Sumber Alam 798.6 62 2

4 Gunung Terang 845.1 69 3

5 Sukajadi 1.508.3 74 5

6 Sri Menanti 802.8 64 3

7 Datar Mayan 620.4 60 2

8 Margoyoso 560.3 62 0

9 Sukadamai 499.5 72 4

10 Sinar Jaya 423.4 68 3

Jumlah 7.624,3

Sumber : Keluarga Besar Pecinta Alam dan Lingkungan Hidup (WATALA) Lampung Barat (2010).

2. Potensi daerah

a) Perekonomian

Mata pencaharian sebagian besar dari penduduk adalah petani kebun dengan mengandalkan budidaya kopi, dan sebagian lainnya jasa dan perdagangan.

b) Sarana dan prasarana 1) Pendidikan

Di Kecamatan Air Hitam terdapat beberapa lokasi pendidikan yang meliputi Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah


(15)

Pertama, Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah, yang tersebar dibeberapa pekon Kecamatan Air Hitam.

Data sarana pendidikan untuk wilayah kecamatan ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Sarana pendidikan

No Jenjang sekolah Status Jumlah

(unit)

Negeri Swasta

1 TK 0 6 6

2 SD 8 0 8

3 MI 0 5 5

4 SMP 1 0 1

5 MTS 0 2 2

6 SMA 0 1 1

7 MA 0 1 1

8 SMK 0 0 0

9 Perguruan Tinggi 0 0 0

TOTAL 9 15 24

Sumber : Keluarga Besar Pecinta Alam dan Lingkungan Hidup (WATALA) Lampung Barat (2010).

2) Transportasi

Untuk wilayah kecamatan ini jalur transportasi melalaui jalan darat, dengan kondisi jalan aspal, batu, dan tanah. Untuk jalan aspal, meliputi beberpa pekon, tetapi ada dua pekon yang jalannya belum diaspal, yaitu Pekon Sidodadi dan Pekon Sukajadi.

Sebagai sarana transportasi, sebagian besar masyarakat mengandalkan kendaraan roda dua dan beberapa memilki kendaraan roda empat, seperti pada data Tabel 5.


(16)

Tabel 5. Data sarana transportasi

No Jenis Kendaraan Jumlah

1 Roda dua 2.666

2 Roda empat 61

3 Lain-lain 12

Total 2.739

Sumber : Keluarga Besar Pecinta Alam dan Lingkungan Hidup (WATALA) Lampung Barat (2010).

3) Pertanian

Di daerah Kecamatan Air Hitam, Pekon Gunung Terang, dan Pekon Rigis Jaya sudah mengenal pertanian sejak tahun 1930, saat itu Provinsi Lampung masih tergabung di dalam wilayah kresidenan wilayah Sumatera bagian selatan, wilayah tersebut menjadi lokasi perkebunan kopi. Hal ini berawal ketika hijrahnya

sekelompok masyarakat suku semendo asal Sumatera Selatan ke wilayah pegunungan Riggis untuk membuka lahan areal hutan untuk dijadikan lokasi bercocok tanam. Daerah pegunungan Riggis mempunyai tingkat ketinggian yang sama dengan daerah asal kelompok tersebut di Sumatera bagian selatan, sehingga kelompok masyarakat suku semendo menanam kopi jenis robusta pada daerah tersebut. Seiring berjalannya waktu Kecamatan Air Hitam menjadi sentra perkebunan kopi di kawasan Lampung barat.

Selain itu sebagai dareah dataran tinggi, potensi pertanian di daerah ini sangat baik yang meliputi : Perkebunan, Pertanian, Hortikultura, Peternakan, Perikanan. Data Produktivitas dan luas lahan perkebunan dapat dilihat pada Tabel 6.


(17)

Tabel 6. Data produktivitas dan luas lahan perkebunan dan pertanian No Komoditas Luas lahan

(ha)

Produktivitas (ton/ha)

Total Produksi (ton/tahun)

1 Kopi 1.782 2 3.564

2 Lada 252 0.8 201,6

3 Cengkeh 11 1,5 16,5

4 Jagung 12 1.2 14,4

5 Kedelai 15 1,2 60

6 Kacang tanah 20 0,8 16

7 Ubi kayu 20 15 300

8 Ubi jalar 13 9,3 120,9

9 Pisang 20 4 80

10 Padi 22 4 88

11 Lain-lain 3 0 0

Jumlah 2.170 37,8 4.461,4

Sumber : Keluarga Besar Pecinta Alam dan Lingkungan Hidup (WATALA) Lampung Barat (2010).

Sementara untuk komoditas hortikultura yang mencakup tanaman sayur-mayur dapat dilihat pada Tabel 7.


(18)

Tabel 7. Data produktivitas tanaman hortikultura No Komoditas Luas lahan

(ha)

Produktivitas (ton/ha)

Total Produksi (ton/tahun)

1 Cabe merah 10 15--20 150--200

2 Labu siam 7 40 280

3 Kacang panjang 7 15 105

4 Tomat 12 15--50 300--600

5 Buncis 10 15--40 250--400

6 Terung 5 15 75

7 Kentang 2 25 50

8 Wortel 3 25 75

9 Kangkung 2 20 40

10 Sawi 2 40 80

11 Daun bawang 4 1 4

Jumlah 64 291 1.409

Sumber : Keluarga Besar Pecinta Alam dan Lingkungan Hidup (WATALA) Lampung Barat (2010).

Potensi peternakan mencakup ternak sapi, kerbau, kambing, domba, ayam dan kelinci dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Data potensi peternakan

No Jenis ternak Populasi

(ekor)

Jumlah peternak (KK)

Keterangan

1 Sapi 53 27

2 Kerbau 19 13

3 Kambing 4782 737

4 Domba 358 127

5 Ayam buras 3820 - Rumah tangga

6 Kelinci 154 -

Sumber : Keluarga Besar Pecinta Alam dan Lingkungan Hidup (WATALA) Lampung Barat (2010).


(19)

Untuk potensi perikanan, dimana pemanfaatan air digunakan untuk budidaya ikan air tawar. Jumlah kolam dan luas lahan untuk perikanan dapt dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah kolam dan luas lahan perikanan

No Uraian Jumlah (blok) Luas (ha) Jumlah petani

1 Kolam 250 42 175

2 Perairan umum 1 - -

Sumber : Keluarga besar Pecinta Alam dan Lingkungan Hidup (WATALA) Lampung Barat (2010).

B. Program Pembangunan

Sebagai daerah yang baru dimekarkan menjadi kecamatan baru, tentunya perlu adanya program pembangunan ke depan agar kecamatan ini menjadi lebih maju. Kehidupan masyarakat wilayah ini tentunya masih masih sangat jauh

dibandingkan dengan yang lain dari segi sarana dan prasarana. Dengan kehidupan masyarakat yang masih alami dan penuh rasa gotong royong, akan dijadikan modal di dalam pembangunan wilayah ini.

Program pembangunan dari kabupaten, provinsi maupun dari pusat masih sangat diharapkan untuk mempercepat pertumbuhan sarana dan prasarana dalam

membangun kecamatan yang masih baru. Program unggulan yang sedang dan akan terus diringkatkan mencakup beberapa sektor, yaitu perkebunan, pertanian, peternakan dan beberapa sektor lain yang perlu didukung adalah sektor jasa dan sarana prasarana, seperti jalan-jalan dan lampu penerangan (listrik).


(20)

Sektor perkebunan merupakan sektor yang paling dominan, dimana masyarakat pada umumnya melakukan budidaya kopi. Hal ini sangat layak untuk didukung dan terus dikelola baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Ditinjau dari perekonomian dan mobilitas penduduk Pekon Semarang Jaya, lebih maju

dibandingkan dengan Pekon Gunung terang dan Sumber Alam. Oleh karena itu, pembangunan atau letak kecamatan di pusatkan di pekon ini. Hal ini didukung adanya sarana dan prasarana, seperti sekolah, pasar, dan jalur transportasi yang cukup baik.

Selain Semarang Jaya, Pekon Gunung Terang termasuk pekon yang mempunyai kesadaran untuk berswadaya dan merespon setiap program pembangunan.

Pelaksanaan pembangunan yang perlu diperhatikan selain hal tersebut di atas, agar perkembangan kecamatan nantinya lebih maju adalah pembangunan sumber daya manusia (SDM), baik dibidang ekonomi maupun sosial budaya. Hal ini

dikarenakan masih banyaknya masyarakat yang pengetahuannya masih rendah dan kesadaran masyarakat untuk pembangunan secara swadaya masih kurang. Selain itu untuk meningkatakan ekonomi sangat diperlukan pelatihan-pelatihan atau belajar bersama. Karena tingkat ekonomi masyarakat belum stabil, hal ini disebabkan oleh sebagian besar mata pencarian masyarakat adalah petani kopi, sehingga tingkat ekonominya sangat terpengaruhi oleh fluktuasi harga kopi di pasaran. Oleh sebab itu wilayah kecamatan baru ini masih sangat membutuhkan dukungan dan bantuan baik secara moril maupun material untuk pembangunan yang berkelanjutan. Sehingga wilayah ini, menjadi lebih maju dan menjadi andalan di Kabupaten Lampung Barat.


(21)

C. Pengertian Hutan

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan, (Pasal 1 angka 2 UU No. 41 tahun 1999) jadi jika hanya lahan yang didominasi oleh pepohonan belum tentu hutan, bisa saja hanya kebun.

1. Jenis-jenis Hutan

Adapun jenis-jenis hutan antara lain :

a) hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah (Pasal 1 angka 4 UU No. 41 tahun 1999).

b) hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah (Pasal 1 angka 5 UU No. 41 tahun 1999).

c) hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat (Pasal 1 angka 6 UU No. 41 tahun 1999).

d) hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan (Pasal 1 angka 7 UU No. 41 tahun 1999).

e) hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. (Pasal 1 angka 8 UU No. 41 tahun 1999).


(22)

f) hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya (Pasal 1 angka 9 UU No. 41 tahun 1999).

g) hutan tanaman industri yang selanjutnya disingkat HTI adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok industri kehutanan untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan (Pasal 1 angka 18 PP No. 6 Tahun 2007).

h) hutan tanaman rakyat (HTR) adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi dan

kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan (Pasal 1 angka 19 PP No. 6 Tahun 2007).

i) hutan tanaman hasil rehabilitasi (HTHR) adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun melalui kegiatan merehabilitasi lahan dan hutan pada kawasan hutan produksi untuk memulihkan, mempertahankan dan

meningkatkan fungsi lahan dan hutan dalam rangka mempertahankan daya dukung, produktivitas dan peranannya sebagai sistem penyangga kehidupan (Pasal 1 angka 20 PP No. 6 Tahun 2007).

j) hutan kemasyarakatan adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat (Pasal 1 angka 23 PP No. 6 Tahun 2007).


(23)

k) hutan desa adalah hutan negara yang belum dibebani izin/hak, yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa (Pasal 1 angka 24 PP No. 6 Tahun 2007).

l) hutan produksi yang dapat dikonversi yang selanjutnya disebut HPK adalah kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi pembangunan di luar kehutanan. (Pasal 1 angka 2 Permenhut No: P. 50/Menhut-II/2009).

m) hutan produksi tetap yang selanjutnya disebut HP adalah kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai dibawah 125, di luar kawasan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam dan taman buru. (Pasal 1 angka 3 Permenhut No: P. 50/Menhut-II/2009).

n) hutan produksi terbatas yang selanjutnya disebut HPT adalah kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai antara 125-174, di luar kawasan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam dan taman buru.

o) hutan tetap adalah kawasan hutan yang akan dipertahankan keberadaannya sebagai kawasan hutan, terdiri dari hutan konservasi, hutan lindung, hutan produksi terbatas dan hutan produksi tetap. (Pasal 1 angka 7 Permenhut No: P. 50/Menhut-II/2009).


(24)

D. Gambaran Umum Hutan Kemasyarakatan (HKm)

Hutan Kemasyarakatan adalah Hutan Negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat. Pemberdayaan Masyarakat setempat adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan

kemandirian masyarakat setempat untuk mendapatkan manfaat sumberdaya hutan secara optimal dan adil melalui pengembangan kapasitas dan pemberian akses dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.

1. Tujuan Hutan Kemasyarakatan

Penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan dengan:

1) menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional;

2) mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi, yang seimbang dan lestari;

3) meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai;

4) meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan

keberdayaan masyarakat secara partisipatif, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan sehingga mampu menciptakan ketahanan sosial dan ekonomi serta ketahanan terhadap akibat perubahan eksternal; dan


(25)

2. Penggunaan Kawasan Hutan di Luar Kegiatan Kehutanan

Kawasan hutan dapat digunakan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan, antara lain kegiatan:

1) religi.

2) pertambangan.

3) instalasi pembangkit, transmisi, dan distribusi listrik, serta teknologi energi baru dan terbarukan.

4) pembangunan jaringan telekomunikasi, stasiun pemancar radio, dan stasiun relay televisi.

5) jalan umum, jalan tol, dan jalur kereta api.

6) sarana transportasi yang tidak dikategorikan sebagai sarana transportasi umum untuk keperluan pengangkutan hasil produksi.

7) sarana dan prasarana sumber daya air, pembangunan jaringan instalasi air, dan saluran air bersih dan/atau air limbah.

8) fasilitas umum.

9) industri terkait kehutanan. 10) pertahanan dan keamanan.

11) prasarana penunjang keselamatan umum. 12) penampungan sementara korban bencana alam.

dengan syarat :

1) hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan produksi; dan/atau kawasan hutan lindung. Berarti tidak dapat dilakukan dalam hutan konservasi (Taman Nasional, Cagar Alam, Tahura).


(26)

2) tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan dengan mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan. 3) kawasan hutan lindung hanya dapat dilakukan penambangan dengan pola

pertambangan bawah tanah (tidak boleh melakukan penambangan dengan pola pertambangan terbuka)dengan ketentuan dilarang mengakibatkan turunnya permukaan tanah; berubahnya fungsi pokok kawasan hutan secara permanen; dan terjadinya kerusakan akuiver air tanah.

4) hanya dapat dilakukan untuk kegiatan yang mempunyai tujuan strategis yang tidak dapat dielakkan yaitu kegiatan yang diprioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan keamanan negara, pertumbuhan ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.

5) penggunaan kawasan hutan dilakukan berdasarkan izin pinjam pakai kawasan hutan yang diberikan oleh Menteri berdasarkan permohonan.

6) penggunaan kawasan hutan untuk pertambangan yang berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis, izin pinjam pakai kawasan hutan hanya dapat diberikan setelah mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat.


(27)

E. Data Vegetasi Pohon (Multi Purpose Tree Species) MPTS dan Kayu-Kayuan di Hutan Kemasyarakatan

Pada Hutan kemasyarakatan yang terdapat pada wilayah kecamatan Air Hitam dikelola oleh dua kelompok yaitu kelompok KMPH Rigis Jaya II dan Kelompok KMPH Hijau Kembali.

Adapun data tanam tumbuh yang terdapat pada wilayah pengelolaan kelompok sebagai berikut :

1) Kelompok Masyarakat Pengelola Hutan (KMPH) atau Hutan

Kemasyarakatan (HKm) Rigis jaya II Ketua : Pak Subari

Pohon MPTS : 40% Kayu-kayuan : 60%

Jenis pohon Multy Purpose Tree Spesies (MPTS)

1. Nangka 6. Mangga

2. Durian 7. Jambu

3. Petai 8. Kemiri

4. Alpukat 9. Randu

5. Aren

Jenis pohon Kayu-kayuan

1. Cempaka 7. Sonokeling

2. Surian 8. Mahoni


(28)

4. Rimau 10. Pulai

5. Sengon 11. Gamal

6. Lamtoro hantu

Jenis pohon yang berada di zona lindung

1. Tenam 10. Kayu Are

2. Cemara 11. Semantung

3. Pelas 12. Delung

4. Medang 13. Seserah

5. Pasang 14. Lempaung

6. Semanpat 15. Serdang

7. Rukem 16. Salak

8. Teja 17. Aren

9. Mentru 18. Bambu

Jenis pohon yg di luar kawasan tanah marga

1. Nangka 6. Mangga

2. Jambu 7. Cempaka

3. Petai 8. Dadap

4. Alpukat 9. Kayu Afrika

5. Sengon semendo Diameter :

Di zona pemanfaatan : ada yg besar sekitar 20 cm dan ada yg masih fase pancang, tiang, dan di zona lindung rata-rata usia pohon sudah dewasa.


(29)

Yang di inginkan petani atau kelompok adalah pohon : 1. Sengon Semendo

2. Lamtoro Hantu

2). HKM (Hutan Kemasyarakatan) Hijau Kembali Ketua : Pak Darsono

Pohon MPTS : 40% Kayu-kayuan : 60%

Jenis pohon Multy Purpose Tree Spesies (MPTS)

1. Durian 6. Mangga

2. Nangka 7. Kemiri

3. Tangkil 8. Jambu

4. Pete 9. Randu

5. Alpukat

Jenis kayu-kayuan

1. Cempaka 6. Sonokeling

2. Suren 7. Kayu Afrika

3. Pulai 8. Dadap

4. Medang 9. Pulai

5. Bayur 10. Lamtoro

Jenis pohon yang berada di zona pemanfaatan

1. Cempaka 11. Kemiri


(30)

3. Pulai 13. Randu

4. Medang 14. Bayur

5. Durian 15. Sonokeling

6. Nangka 16. Kayu Afrika

7. Tangkil 17. Dadap

8. Petai 18. Pulai

9. Alpukat 19. Lamtoro

10. Mangga

Jenis pohon yg di luar kawasan ( Tanah marga )

1. Nangka 6. Manggga

2. Jambu 7. Cempaka

3. Petai 8. Dadap

4. Alpukat 9. Kayu Afrika

5. Sengon semendo

Jenis pohon yang berada di zona lindung

1. Semetong 8. Salak

2. Mentru 9. Aren

3. Kayu are 10. Bambu

4. Semantung 11. Tenam

5. Delung 12. Cemara

6. Lempaung 13. Pelas


(31)

Diameter :

Di zona pemanfaatan : ada yg besar sekitar 10-20 cm dan ada yg masih fase pancang tiang dan di zona lindung rata-rata usia pohon sudah dewasa. Yang di inginkan petani atau kelompok adalah pohon :

1. Cempaka 2. Alpukat

F. Deskripsi Tanaman

Tumbuhan yang mendominasi areal hutan pada dua kelompok tersebut adalah tanaman kopi dan tanaman gamal. Adapun deskripsi dan pemanfaatan dari tanaman tersebut sebagai berikut:

1) Tanaman Kopi

Kata kopi berasal dari bahasa Turki kahveh, yang kemudian dikenal dalam bahasa Belanda sebagai kaffie, diikuti dengan bahasa Inggris dengan sebutan coffie. Bangsa Arab mengenalnya dengan qahwah, artinya kekuatan, kemudian bahasa Indonesia membakukannya menjadi kata kopi.

Sejarah mencatatkan, kopi pertama kali ditemukan di dataran Ethiopia, sebagai tanaman liar kala itu. Baru pada pertengahan abad 15, kopi dikembangkan disemenanjung Arab, yang kemudian kita kenal dengan istilah Kopi Arabica. Legenda kopi di negeri Arab ini, memiliki cerita tersendiri. Menurut mereka, kopi ditemukan oleh seorang penggembala kambing muda bernama Kaldi, melihat kambingnya menunjukkan gejala gembira saat memakan biji atau daun hijau dari


(32)

tanaman kopi tersebut. Penasaran akan hal tersebut, maka Kaldi turut memakan biji kopi tersebut dan mendapati perasaan gembira pula. Sejak saat itu, cerita ini menyebar ke seluruh negeri Arab. Baru pada tahun 1610, kopi ditanam di India dan kemudian Belanda mulai belajar mengembangbiakkan pada tahun 1614. Tahun 1699, Belanda mengembangkan tanaman kopi di Srilangka dan tanah Jawa (Indonesia).

.

2) Deskripsi Tanaman kopi

Kopi (Coffea spp) adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam family Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan tumbuh dapat mencapai tinggi 12 meter, daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing, daun tumbuh berhadapan pada batang, cabang dan ranting-rantingnya. Kopi mempunyai sistem percabangan yang agak berbeda dengan tanaman lain. Tanaman ini mempunyai beberapa jenis cabang yang sifat dan fungsinya agak berbeda.

3) Jenis-Jenis Tanaman kopi a) Kopi Arabika

Kopi Arabika adalah jenis biji tertua dan merupakan yang paling banyak

dibudidayakan, akuntansi untuk 74 persen dari biji yang ditanam di dunia. Kopi Arabika tumbuh pada ketinggian antara 600 dan 1.800 meter di atas permukaan laut dan memerlukan waktu enam sampai sembilan bulan untuk menjadi biji yang matang.


(33)

Biji kopi Arabika berharga lebih tinggi di pasar kopi karena kopi tumbuh pada ketinggian yang lebih tinggi dan padat karya. Biji Kopi Arabika jatuh ke tanah segera setelah matang, sehingga harus dipanen segera untuk mencegah dari rasa dan bau tanah. Kopi Arabika juga biasanya diproses dengan metode basah yang memakan biaya lebih tinggi dibandingkan proses dengan metode kering (Erick, 2010).

b) Kopi Robusta

Kopi Robusta merupakan keturunan beberapa spesies kopi terutama Coffea canephora. Tumbuh baik di ketinggian 400-700 m dpl, temperatur 21-24° C dengan bulan kering 3-4 bulan secara berturut-turut dan 3-4 kali hujan kiriman. Kualitas buah lebih rendah dari Arabika dan Liberika (Anonimous, 2011).

Kopi Robusta mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) memiliki rasa yang lebih seperti cokelat.

2) bau yang dihasilkan khas dan manis.

3) warnanya bervariasi sesuai dengan cara pengolahan.

4) memiliki tekstur yang lebih kasar dari arabika. (Mawardi Surip, 2010).

c) Kopi Liberika

Kopi Liberika sangat mirip dengan Kopi Excelsa, jenis kopi ini juga mampu dengan cepat beradaptasi dengan iklim. Awal masuknya kopi Liberika ke Indonesia yaitu pada abad ke-20 atau pada masa penjajahan Belanda. Ketika itu perkebunan kopi milik pemerintah Belanda di Indonesia terserang hama dan hampir memusnahkan seluruh perkebunan kopi. Pemerintah Belanda kemudian


(34)

menanam kopi liberika untuk menanggulangi hama tersebut. Varietas ini tidak begitu lama populer dan akhinya juga terserang hama. Saat ini Kopi liberika masih dapat ditemui di pulau Jawa, walau jarang ditanam sebagai bahan produksi komersial. Kopi Liberika mempunyai ukuran daun, cabang, bunga, buah dan pohon lebih besar dibandingkan kopi arabika dan robusta. Biji kopi liberika sedikit lebih besar dari biji kopi arabika dan kopi robusta ukuran buah juga tidak seragam. Cabang primer dapat bertahan lebih lama dan dalam satu buku dapat keluar bunga atau buah lebih dari satu kali, agak sensitif terhadap penyakit HV. Kualitas buah relatif rendah. Kopi jenis Liberika biasanya dapat berbuah sepanjang tahun.

Kopi Liberika mempunyai ciri-ciri antara lain: 1. Kopi Liberika tumbuh di dataran rendah. 2. Ukuran pohon besar dan kekar.

3. Tinggi pohon bisa mencapai 18 meter. 4. Daun agak lebar dan permukaannya kasar.

5. Ukuran biji besar namun tidak seragam (Mawardi Surip,2010).

d) Kopi Excelsa

DewevreiCoffea atau kopi Ekselsa (Excelsa) memang tidak terlalu banyak

dibudidayakan di tanah Indonesia. Kopi Ekselsa merupakan jenis kopi yang tidak begitu peka terhadap penyakit HV dan dapat ditanam di dataran rendah dan lembap, atau dapat juga disimpulkan bahwa kopi Ekselsa (Excelsa) ini dapat ditanam di daerah yang tidak sesuai untuk kopi robusta. Kopi Ekselsa (Excelsa) juga dapat ditanam di atas lahan gambut, kemudian cukup 3,5 tahun, tanaman ini


(35)

sudah mampu memproduksi beras kopi sekitar 800-1200 kg per Hektar. Beberapa perusahaan kopi terkemuka di Indonesia telah menggunakan kopi ini sebagai bahan baku. Jenis Kopi Ekselsa (Excelsa) sejak dahulu telah menjadi kopi andalan daerah jambi, bahkan beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan permintaan dari Malaysia dan Singapura, dengan harga jual mencapai Rp 26.000 per kilogram (Anonimous, 2011)

Dari hasil survey yang didapat pada daerah areal kawasan hutan register45B kecamatan Air hitam, Lampung Barat tumbuhan kopi yang mendominasi daerah tersebut adalah jenis kopi Robusta.

4) Sistem Perakaran Tanaman Kopi

Meskipun tanaman kopi merupakan tanaman tahunan, tetapi umumnya mempunyai perakaran yang dangkal. Oleh karena itu tanaman ini mudah

mengalami kekeringan pada kemarau panjang bila di daerah perakarannya tidak di beri mulsa.

Secara alami tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah. Tetapi akar tunggang tersebut hanya dimiliki oleh tanaman kopi yang bibitnya berupa bibit semaian atau bibit sambungan (okulasi) yang batang bawahnya merupakan semaian. Tanaman kopi yang bibitnya berasal dari bibit stek, cangkokan atau bibit okulasi yang batang bawahnya merupakan bibit stek tidak memiliki akar tunggang sehingga relatif mudah rebah.


(36)

5) Bunga dan Buah Tanaman Kopi

Tanaman kopi umumnya akan mulai berbunga setelah berumur ± 2 tahun. Mula-mula bunga ini keluar dari ketiak daun yang terletak pada batang utama atau cabang reproduksi. Tetapi bunga yang keluar dari kedua tempat tersebut biasanya tidak berkembang menjadi buah, jumlahnya terbatas, dan hanya dihasilkan oleh tanaman-tanaman yang masih sangat muda. Bunga yang jumlahnya banyak akan keluar dari ketiak daun yang terletak pada cabang primer. Bunga ini berasal dari kuncup-kuncup sekunder dan reproduktif yang berubah fungsinya menjadi kuncup bunga. Kuncup bunga kemudian berkembang menjadi bunga secara serempak dan bergerombol.

6) Jenis Cabang Kopi

a) Cabang Reproduksi (cabang orthrotrop)

Cabang reproduksi adalah cabang yang tumbuhnya tegak dan lurus. ketika masih muda cabang ini juga sering disebut wiwilan. Cabang ini berasal dari tunas reproduksi yang terdapat di setiap ketiak daun pada batang utama atau cabang primer. Setiap ketiak daun bisa mempunyai 4-5 tunas reproduksi, sehingga apabila cabang reproduksi mati bisa diperbaharui sebanyak 4-5 kali. Cabang ini mempunyai sifat seperti batang utama, sehingga bila suatu ketika batang utama mati atau tidak tumbuh sempurna, maka fungsinya dapat digantikan oleh cabang ini.

b) Cabang Primer (cabang plagiotrop)

Cabang primer adalah cabang yang tumbuh pada batang utama atau cabang reproduksi dan berasal dari cabang primer. Pada setiap ketiak daun hanya


(37)

mempunyai satu tunas primer, sehingga apabila cabang ini mati, ditempat itu sudah tidak dapat tumbuh cabang primer lagi. Cabang primer mempunyai ciri-ciri (1) arah pertumbuhannya mendatar, (2) lemah, (3) berfungsi sebagai penghasil bunga karena disetiap ketiak daunnya terdapat mata atau tunas yang dapat tumbuh menjadi bunga.

Setiap ketiak daun pada cabang primer mempunyai tunas reproduksi dan tunas sekunder. Tunas reproduksi dapat tumbuh menjadi cabang reproduksi, demikian pula tunas sekunder dapat tumbuh menjadi cabang sekunder. Namun demikian tunas reproduksi dan tunas sekunder tersebut biasanya tidak berkembang menjadi cabang, melainkan tumbuh dan berkembang menjadi bunga.

c) Cabang Sekunder

Cabang sekunder adalah cabang yang tumbuh pada cabang primer dan berasal dari tunas sekunder, cabang ini mempunyai sifat seperti cabang primer sehingga dapat menghasilkan bunga.

d) Cabang Kipas

Cabang kipas kipas adalah cabang reproduksi yang tumbuh kuat pada cabang primer karena pohon sudah tua. Pohon yang sudah tua biasanya hanya tinggal mempunyai sedikit cabang primer karena sebagian besar sudah mati dan luruh. Cabang yang tinggal sedikit ini biasanya terletak diujung batang dan mempunyai pertumbuhan yang cepat sehingga mata reproduksinya tumbuh cepat menjadi cabang-cabang reproduksi. Cabang reproduksi ini sifatnya seperti batang utama dan sering disebut sebagai cabang kipas.


(38)

e) Cabang Pecut

Cabang pecut adalah cabang kipas yang tidak mampu membentuk cabang primer, meskipun tumbuhnya cukup kuat.

f) Cabang Balik

Cabang balik adalah cabang reproduksi yang tumbuh pada cabang primer, berkembang tidak normal dan mempunyai arah pertumbuhan menuju ke dalam mahkota tajuk.

g) Cabang Air

Cabang air adalah cabang reproduksi yang tumbuhnya pesat, ruas-ruas daunnya relatif panjang dan lunak atau banyak mengandung air.

7) Bunga Tanaman Kopi

Jumlah kuncup bunga pada setiap ketiak daun terbatas, sehingga setiap ketiak daun yang sudah menghasilkan bunga dengan jumlah tertentu tidak akan pernah menghasilkan bunga lagi. Namun demikian cabang primer dapat terus tumbuh memanjang membentuk daun baru, batang pun dapat terus menghasilkan cabang primer sehingga bunga bisa terus dihasilkan oleh tanaman. Tanaman kopi yang sudah cukup dewasa dan dipelihara dengan baik dapat menghasilkan ribuan bunga dalam satu saat. Bunga tersebut tersusun dalam kelompok yang masing-masing terdiri dari 4--6 kuntum bunga. Pada setiap ketiak daun dapat menghasilkan 8--18 kuntum bunga, atau setiap buku menghasilkan 16--36 kuntum bunga.

Bunga tanaman kopi berukuran kecil, mahkotanya berwarna putih dan berbau harum semerbak. Kelopak bunga berwarna hijau, pangkalnya menutupi bakal


(39)

buah yang mengandung dua bakal biji. Benangsarinya terdiri dari 5--7 tangkai yang berukuran pendek. Bila bunga sudah dewasa, kelopak dan mahkotanya akan membuka dan segera mengadakan penyerbukan (peristiwa bertemunya tepungsari dan putik). Setelah terjadi penyerbukan, secara perlahan-lahan bunga akan berkembang menjadi buah. Mula-mula mahkota bunga tampak mengering dan berguguran. Kulit buah yang berwarna hijau makin lama makin membesar. bila sudah tua kulit ini akan berubah menguning dan akhirnya menjadi merah tua. waktu yang diperlukan sejak terbentuknya bunga hingga buah menjadi matang ± 6--11 bulan, tergantung dari jenis dan faktor-faktor lingkungannya. Kopi arabika membutuhkan waktu 6--8 bulan, sedangkan kopi robusta 8--11 bulan.

Bunga tanaman kopi biasanya akan mekar pada permulaan musim kemarau sehingga pada akhir musim kemarau telah berkembang menjadi buah yang siap dipetik. Pada awal hujan, cabang primer akan memanjang dan membentuk daun-daun baru yang siap mengeluarkan bunga pada awal musim kemarau mendatang. Menurut cara penyerbukannya, kopi dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu kopi self steril dan kopi self fertil. Kopi self steril adalah jenis kopi yang tidak akan menghasilkan buah bila bunganya mengadakan penyerbukannya sendiri (tepung sari berasal dari jenis kopi yang sama). Kopi self steril ini baru menghasilkan buah bila bunganya menyerbuk silang (tepung sari berasal dari kopi jenis lainnya). Oleh karena itu,tanaman kopi ini harus ditanam bersamaan dengan kopi jenis lainnya sehingga penyerbukan silang bisa berlangsung. Kopi self fertil adalah kopi yang mampu menghasilkan buah bila mengadakan penyerbukan sendiri sehingga tidak harus ditanam bersamaan dengan kopi jenis lainnya.


(40)

8) Buah Kopi

Buah tanaman kopi terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri atas 3 (tiga) bagian lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging (mesokarp), dan lapisan kulit tanduk (endokarp) yang tipis tetapi keras. Buah kopi umumnya mengandung dua butir biji, tetapi kadang-kadang hanya mengandung 1 (satu) butir atau bahkan tidak berbiji (hampa) sama sekali. Biji ini terdiri dari atas kulit biji dan lembaga. Lembaga atau sering disebut endosperm merupakan bagian yang bisa

dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat minuman kopi (Anonimous, 2009).

9) Manfaat Tanaman kopi a) Daun Kopi

Bagi yang sedang menderita penyakit Hipertensi, daun kopiyang masih muda dapat menurunkan tekanan darah tinggi, caranya cuci dan rebus 20 helai daun kopi yang masih muda hingga mendidih, aduk pelan-pelan sampai air rebusan berwarna merah. Tuang ke dalam gelas, lalu masukkan gula pasir atau gula batu, dan minum selagi masih hangat. atau ada juga yang menyebutkan 10 helai daun kopi langsung di makan (Fajari, 2011).

b) Pohon Kopi

Pohon kopi didaerah pegunungan mempunyai manfaat untuk membantu mencegah terjadinya erosi, dan pohon kopi yang kering atau mati banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai kayu bakar serta akar pohon kopi yang telah mati memberikan nilai ekonomis karena dapat dijadikan kerajinan tangan.


(41)

c) Kulit Kopi

 Sebagai Pakan Ternak

Sejak awal Orde Baru, sebenarnya pemerintah serta kalangan akademisi terus mencari berbagai terobosan untuk mengatasi krisis HMT. Teknik amoniasi dan silase pun diperkenalkan, untuk mengawetkan rumput dan HMT yang berlimpah di musim hujan, kemudian diberikan kepada ternak di musim kemarau.

Sebenarnya banyak juga material di luar rumput dan HMT yang bisa diolah dengan teknik amoniasi. Salah satunya adalah limbah kulit kopi, limbah yang selama ini kerap mangkrak di perkebunan dan penggilingan kopi itu bisa

dimanfaatkan untuk ternak ruminansia (sapi, kambing, domba), bahkan bisa juga diberikan kepada unggas.

Proses pengolahan kopi dibedakan menjadi dua macam, yaitu pengolahan kopi merah (masak) dan pengolahan kopi hijau (mentah). Pengolahan kopi merah diawali dengan pencucian, perendaman, dan pengupasan kulit luar.

Proses ini akan menghasilkan 65 persen biji kopi dan 35 persen limbah kulit kopi. Biji kopi lalu dikeringkan dengan oven. Hasilnya adalah biji kopi kering oven (31 %), yang akan digiling untuk menghasilkan kopi bubuk (21 %), sedangkan 10 persen lagi berupa limbah kulit dalam.

Proses pengolahan kopi hijau diawali dari penjemuran sampai bobotnya mencapai 38 persen dari bobot basah. Kopi kering digiling dan menghasilkan kopi bubuk 16,5 %, sisanya 21,5 %, berupa campuran limbah kulit luar dan kulit dalam (Anonimous, 2010).


(42)

Limbah pertanian dan agroindustri pertanian memiliki potensi yang cukup besar sebagai sumber pakan ternak ruminansia. Limbah yang memiliki nilai nutrisi relatif tinggi digunakan sebagai pakan sumber energi atau protein, sedangkan limbah pertanian yang memiliki nilai nutrisi relatif rendah digolongkan sebagai pakan sumber serat.

Kendala dalam memanfaatkan bahan pakan lokal diantaranya tidak adanya jaminan keseragaman mutu dan kontinuitas produksi. Disamping itu jumlah produksi bahan pakan lokal pada umumnya berskala kecil dan lokasinya

terpencar. Pakan lokal selalu dikaitkan dengan harga yang murah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bahan pakan diantaranya, ketersediaan bahan, kadar gizi,harga, kemungkinan adanya faktor pembatas zat racun atau anti nutrisi serta perlu tidaknya bahan tersebut diolah sebelum digunakan sebagai pakan ternak.

Sejak lama, berbagai penelitian telah dilakukan untuk optimalisasi pakan lokal yang belum lazim digunakan. Pertimbangan nilai ekonomis akibat adanya introduksi teknologi masih banyak dilupakan sehingga hasil penelitian belum dapat langsung diterapkan. Pada kesempatan ini disampaikan beberapa hasil penelitian dan uji lapang tentang pemanfaatan bahan pakan limbah pertanian dan agroindustri potensial yang bernilai harga relatif murah pada usaha pembibitan sapi potong lokal.

Dalam pengelolaan kopi akan dihasilkan 45% kulit kopi, 10% lendir, 5% kulit ari dan 40% biji kopi. Harga kulit kopi sangat murah, terutama pada saat musim


(43)

panen raya (Juli-Agustus). Pemanfaatan kulit kopi sebagai pakan ternak digunakan sebagai pupuk organik pada perkebunan kopi, coklat atau pertanian lainnya. Pada usaha pembibitan, kulit kopi dapat menggantikan konsentrat komersial hingga 20% (Anonimous, 2010).

 Sebagai pupuk organik

Penggunaan pupuk kandang dan kompos limbah kulit kopi menunjukkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik, dan dapat memperbaiki sifat fisik tanah, namun mengingat ketersediaan kulit kopi sebagai bahan baku pembuatan kompos di lokasi kegiatan yang melimpah dan sulitnya untuk memperoleh pupuk kandang (Yufniati dkk,2010).

10) Tanaman Gamal

a) Deskripsi Tanaman Gamal

Gamal (Gliricidia sepium) adalah nama sejenis perdu dari kerabat polong-polongan (suku Fabaceae alias Leguminosae). Sering digunakan sebagai pagar hidup atau peneduh, perdu atau pohon kecil ini merupakan salah satu jenis leguminosa multiguna yang terpenting setelah lamtoro (Leucaena leucocephala). Nama-nama lainnya adalah kerside, gliriside (kolokial), sliridia, liriksidia (Jw.);

kh’è: no:yz, kh’è: fàlangx (Laos (Sino-Tibetan)); bunga Jepun (Mly.); kakawate

(Filipina); madre de cacao (Portugis); mata raton (Honduras); dan gliricidia, Nicaraguan coffee shade (Ingg.).

Perdu atau pohon kecil, biasanya bercabang banyak, tinggi 2--15m dan gemang (besar batang) 15--30 cm. Pepagan coklat keabu-abuan hingga keputih-putihan,


(44)

kadang kala beralur dalam pada batang yang tua dan menggugurkan daun di musim kemarau.

Daun majemuk menyirip ganjil, panjang 15--30 cm, ketika muda dengan rambut-rambut halus seperti beledu. Anak daun 7--17 (-25) pasang yang terletak

berhadapan atau hampir berhadapan, bentuk jorong atau lanset, 3--6 cm × 1.5--3 cm, dengan ujung runcing dan pangkal membulat. Helaian anak daun gundul, tipis, hijau di atas dan keputih-putihan di sisi bawahnya.

Karangan bunga berupa malai berisi 25--50 kuntum, 5--12 cm panjangnya. Bunga berkelopak 5, hijau terang, dengan mahkota bunga putih ungu dan 10 helai

benangsari yang berwarna putih. Umumnya bunga muncul di akhir musim kemarau, tatkala pohon tak berdaun. Buah polong berbiji 3--8 butir, pipih

memanjang, 10--15 cm × 1.5--2 cm, hijau kuning dan akhirnya coklat kehitaman, memecah ketika masak dan kering, melontarkan biji-bijinya hingga sejauh 25 m dari pohon induknya.

b) Manfaat Tanaman Gamal

Gamal terutama ditanam sebagai pagar hidup, peneduh tanaman (kakao, kopi, teh), atau sebagai rambatan untuk vanili dan lada. Perakaran gamal merupakan penambat nitrogen yang baik. Tanaman ini berfungsi pula sebagai pengendali erosi dan gulma terutama alang-alang, dalam bahasa Indonesia gamal merupakan akronim dari: ganyang mati alang-alang. Bunga-bunga gamal merupakan pakan lebah yang baik, dan dapat pula dimakan setelah dimasak. Daun-daun gamal mengandung banyak protein dan mudah dicernakan, sehingga cocok untuk pakan


(45)

ternak, khususnya ruminansia. Daun-daun dan rantingnya yang hijau juga dimanfaatkan sebagai mulsa atau pupuk hijau untuk memperbaiki kesuburan tanah.

Gamal merupakan sumber kayu api yang baik, terbakar perlahan dan

menghasilkan sedikit asap, kayu gamal memiliki nilai kalori sekitar 4900 kcal/kg. Kayu terasnya awet dan tahan rayap, dengan BJ antara 0,5- 0,8, kayu ini baik untuk membuat perabot rumah tangga, mebel, konstruksi bangunan, dan lain-lain.

Daun-daun, biji dan kulit batang gamal mengandung zat yang bersifat racun bagi munisia dan ternak, kecuali ruminansia, dalam jumlah kecil, ekstrak bahan-bahan itu digunakan sebagai obat bagi berbagai penyakit kulit, rematik, sakit kepala, batuk, dan luka-luka tertentu. Ramuan bahan-bahan itu digunakan pula sebagai pestisida dan rodentisida alami (gliricidia berasal dari bahasa Latin yang berarti kurang lebih racun tikus) (Anonimous, 2010).

Gamal dapat dimanfaatkan antara lain sebagai pakan ternak yang banyak disukai oleh ternak ruminansia kecil seperti kambing dan domba (Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) BIP Irian Jaya No. 110/92, 1992). Gamal mempunyai nilai gizi yang tinggi, pencegah erosi, dan penyubur tanah. Kayunya dapat digunakan sebagai kayu bakar, arang atau sebagai bahan bangunan dan alat pertanian. Tanaman ini juga digunakan dalam berbagai sistem pertanaman, yaitu sebagai pohon pelindung dalam penanaman teh, cokelat, atau kopi. Selain itu juga berfungsi sebagai penyangga hidup untuk tanaman vanili, lada hitam, dan ubi jalar. Manfaat lain yang lebih umum yaitu digunakan sebagai pagar hidup,


(46)

tanaman pupuk hijau pada pola tanam tumpang sari, sebagai penahan tanah pada pola tanam lorong dan terasering. Selain itu, tanaman ini juga ternyata dapat digunakan untuk mereklamasi tanah atau lahan yang gundul atau tanah yang rapat ditumbuhi oleh alang alang (Imperata cylindrica) (Manglayang Farm Online, 6 Maret 2006). Salah satu sebab mengapa gamal cepat populer adalah resistensinya terhadap hama kutu loncat (Heteropsylla cubana) yang telah meluluhlantakan lamtoro di berbagai belahan dunia tropis. (FAO, 1998).

Manfaat lain dari gamal yaitu biji, pepagan, daun, dan akarnya dapat digunakan sebagai rodentisida dan pestisida setelah terlebih dahulu dilakukan fermentasi. Bunganya digunakan oleh lebah sebagai sumber nutrisi dan zat gula dalam pembuatan madu lebah. Bahkan di beberapa daerah, gamal ditanam sebagai tumbuhan eksotik dan penghias taman karena memiliki bunga berwarna lembayung yang indah (Manglayang Farm Online, 6 Maret 2006).

Pohon inimempunyai berbagai manfaat untuk pertaniandan kesehatan serta dapat diintegrasikandalam sistem agroforestri. Tanaman ini memberikan perlindungan bagi hewan, memproduksi bahan organik yang dapat digunakan sebagai pupuk organik, pestisida dan insektisida, makanan ternak, kayu bakar, dan cocok

digunakan sebagai tanaman pagar serta penahan angin. Kayunya keras dan tahan terhadap rayap. (Agus, F dan Rahayu, S, 2004).

c) Perkembangbiakan Gamal

Perkembangbiakkan Gamal sangat mudah. Tanaman ini dapat diperbanyak melalui biji ataupun stek. Namun karena sukarnya mendapatkan biji gamal


(47)

sebaiknya ditanam dengan menggunakan stek batang, karena lebih mudah dan lebih cepat daripada melalui biji (Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) BIP Irian Jaya No. 110/92, 1992). Tanaman yang diperbanyak dengan stek sudah dapat dipanen perdana pada usia di bawah 1 tahun (biasanya 8-10 bulan), sedangkan pada tanaman biji, hasil biomassa baru dapat diperoleh pada usia sekitar 2 tahun (Manglayang Farm Online, 6 Maret 2006).

G. Kapasitas Tampung

Kapasitas tampung adalah jumlah hijauan makanan ternak yang dapat disediakan dari kebun hijauan makanan ternak atau padang penggembalaan untuk kebutuhan ternak selama satu tahun yang dinyatakan dalam satuan ternak per hektar.

Kapasitas tampung sebidang tanah dipengaruhi oleh curah hujan, topografi, persentase hijauan yang tumbuh, jenis dan kualitas hijauan, pengaturan jumlah ternak yang digembalakan, sistem penggembalaan, dan luas lahan (Mcllroy, 1976).

Taksiran daya tampung didasarkan pada jumlah hijauan yang tersedia. Oleh karena tidak mungkin untuk mengamati setiap bagian dari padang rumput/areal perkebunan tersebut maka cara pengembilan cuplikan memegang peranan penting dalam analisis botani dan pengukuran produksi hijauan. Ada beberapa metode untuk menentukan letak petak-petak cuplikan. Metode-metode yang mungkin dipilih adalah biasanya: (1) dengan pengacakan, (2) dengan stratifikasi, dan (3) secara sistematik (dimulai dari titik yang telah ditentukan dan kemudian cuplikan-cuplikan dikali dengan jarak-jarak tertentu sepanjang garis yang memotong


(48)

padang rumput atau areal perkebunan). Setiap metode pengambilan cuplikan mempunyai kebaikan dan keburukan tetapi bisa dilakukan sebaik-baiknya dapat memberikan gambaran yang cukup objektif (Muhtarudin, et al., 2003).

Adha (1997) menyatakan bahwa berdasarkan perhitungan produksi hijauan yang tersedia dari suatu lahan per tahun dapat dihitung jumlah satuan ternak yang dapat ditampung oleh suatu lahan sumber hijauan. Perhitungan tersebut dengan

menghitung jumlah hijauan yang tersedia pada suatu lahan selama satu tahun (kg/ha/th) dibagi dengan jumlah hijauan yang dibutuhkan untuk satu satuan ternak (kg) selama setahun berdasarkan bahan kering. Perhitungan tersebut akan

mengetahui kemampuan suatu lahan dalam memproduksi hijauan setiap hektarnya dalam menampung ternak.

Menurut Munjiah (1999), besarnya produksi hijauan pada suatu areal dapat diperhitungkan sebagai berikut:

1) Produksi kumulatif, yaitu merupakan produksi padang penggembalaan atau areal penghasil hijauan yang ditentukan secara bertahap selama setahun. Setiap pemotongan, produksi hijauan diukur dan dicatat, setelah satu tahun hasilnya merupakan produksi kumulatif;

2) Produksi realitas, merupakan produksi yang ditentukan oleh setiap pemotongan hijauan seluruh areal padang penggembalaan;

3) Produksi potensial, merupakan produksi yang ditentukan atas dasar perkiraan produksi hijauan suatu areal padang penggembalaan.

Berdasarkan Society for Range Management, satu unit ternak (UT) setara dengan ternak seberat 455 kg (Santosa, 1995). Sedangkan menurut Munjiah (1999),


(49)

kriteria yang digunakan untuk menentukan kebutuhan bahan makanan ternak bagi tiap-tiap jenis ternak berdasarkan satuan unit ternak (ST) atau unit ternak (UT) tertera pada Tabel 10.

Tabel 10. Jenis dan kriteria beberapa ternak berdasarkan satuan ternak (ST)

Sumber : Munjiah (1999)

No Jenis ternak Kriteria ternak Satuan ternak (ST)

1 Sapi Dewasa (> 2 tahun) 1,000

Muda ( 1 -- 2 tahun) 0,500 Anak (< 1 tahun) 0,250

2 Kerbau Dewasa (> 2 tahun) 1,000

Muda (1 -- 2 tahun) 0,500 Anak (< 1 tahun) 0,250

3 Kambing Dewasa (> 2 tahun) 0,140

Muda (1 -- 2 tahun) 0,070 Anak (< 1 tahun) 0,035

4 Domba Dewasa (> 2 tahun) 0,140

Muda (1 -- 2 tahun) 0,070 Anak (< 1 tahun) 0,035


(50)

III. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap selama bulan Juli 2011, di kawasan areal hutan register 45B, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Lampung Barat.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah limbah tanaman kopi, yaitu kulit kopi, dan daun dari tanaman gamal. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah karung dan plastik sebagai tempat menampung sampel, pisau arit yang digunakan untuk memotong daun kopi, dan daun gamal, sekop untuk

pengumpulan kulit kopi, patok kayu, timbangan untuk mengukur berat sampel, meteran, alat tulis, alat hitung, kamera, tali rapiah, dan tabel kuisioner.

C. Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah :

1) menentukan potensi pakan asal tanaman kopi, dan tanaman gamal berdasarkan luas tanam.

2) menentukan kapasitas ternak atau kapasitas tampung ternak berdasarkan produksi asal tanaman kopi, dan tanaman gamal.


(51)

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Purposive Sampling. Metode purposive sampling dilakukan dengan cara

pengambilan sampel dengan sudah ada tujuannya dan sudah tersedia rencana sebelumnya. Ukuran sample tidak dipersoalkan (Nawawi, 2001). Biasanya sudah ada predefinisi terhadap kelompok-kelompok dan kekhususan yang dicari.

E. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dan dikumpulkan langsung dari

responden dan informan kunci di lapangan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi-instansi/lembaga-lembaga terkait.

Cara pengambilan sampel dilapangan adalah sebagai berikut:

1) diawali dengan mengumpulkan data sekunder untuk mengklarifikasi potensi produksi kopi dan daun gamal di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Lampung Barat.

2) selanjutnya menetapkan wilayah sebagai tempat penelitian.

3) memilih lahan sebagai tempat pengambilan data tanaman kopi, dan daun gamal yang dibutuhkan, dan tempat penggilingan kopi yang terdapat diwilayah tersebut untuk mengetahui limbah yang dihasilkan.

4) untuk mengetahui produksi limbah tanaman kopi,dan daun gamal, sampel diambil pada lahan yang sudah ditentukan, pengambilan bahan dilakukan


(52)

dengan cara membuat petak atau plot dengan ukuran 10 x 10 m pada lahan yang sedang panen,siap panen, atau sudah panen.

5) setelah pengambilan sample selanjutnya mendatangi beberapa petani kopi untuk mengetahui limbah tanaman kopi dan limbah tanaman gamal yang dihasilkan. Pengambilan data dilakukan dengan mewawancarai bagian produksi pabrik dan pengisisan kuesioner, terlampir.

6) menghitung Produksi limbah kopi dan tanaman gamal perhektar dengan mengggunakan rumus:

Produksi kulit kopi perhektar = Produksi kulit kopi perpohon Jumlah pohon perhektar.

Produksi daun gamal perhektar = Produksi daun gamal perpohon Jumlah pohon perhektar

7) menghitung Kapasitas Tampung

Untuk menhitung kapasitas tampung ternbak digunakan rumus :

( )

Ket : Konsumsi / ekor / tahun berdasarkan bahan kering.

Satu unit ternak (UT) setara dengan ternak seberat 455kg (Santosa, 1995).

Dengan asumsi bobot bahan kering satu ekor sapi per ekor perhari sebesar 3% dari bobot tubuh (Prakkasi,1999).

8) mencatat hasil data yang diperoleh dan melakukan analisis proksimat dari tiap sampel.


(53)

Analisis Laboratorium

Gambar 1. Proses pengambilan sampel kopi Kopi

Kulit Buah Kopi (Luar dan

dalam) Proses

Penggilingan

Biji Kopi

Sampel Dikeringkan (penjemuran) Pemanenan

Buah

Proses Pengeringan

Penjemuran


(54)

Analisis Laboratorium

Gambar 2. Proses pengambilan sampel gamal

F. Analisis Proksimat

Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Selain itu manfaat dari analisis proksimat adalah dasar untuk formulasi ransum dan bagian dari prosedur untuk uji kecernaan.

Gamal

Penjemuran Pemangkasan

Daun

Sampel Kering


(55)

Zat gizi sangat diperlukan oleh hewan untuk pertumbuhan, produksi, reproduksi dan hidup rokok. Makanan ternak berisi zat gizi untuk kebutuhan energi dan fungsi-fungsi di atas, tetapi setiap ternak kandungan zat gizi yang dibutuhkannya berbeda-beda. Suatu keuntungan bahwa zat gizi selain mineral dan vitamin tidak sendiri-sendiri mempunyai sifat kimia. Zat sumber energi dapat digolongkan misalnya dari sumber karbohidrat yang mempunyai kandungan kimia karbon, hidrogen dan oksigen. Sedangkan protein terdiri dari asam amino dan berisi ± 16% nitrogen.

G.Prosedur Kerja

1. Penentuan Kadar Air

Menguapkan air yang terdapat dalam bahan deengan oven dengan suhu 100o -105oC dalam jangka waktu tertentu (3-24 jam) hingga seluruh air yang terdapat dalam bahan menguap atau penyusutan berat bahan tidak berubah lagi.

Cara kerja analisis kadar air (Fathul, 2007) yaitu :

1) memanaskan cawan petri yang telah dibersihkan kedalam oven 105º C selama ± 1 jam;

2) mendinginkan dalam desikator selama 15 menit; 3) menimbang cawan petri dan mencatat bobotnya (A);

4) memasukan sample analisa kedalam cawan Petri sekitar satu gram, timbang dan mencatat bobotnya (B);

5) memanaskan cawan petri yang berisi sample didalam oven 105º C selama ≤ 6

jam;


(56)

7) menimbang cawan Petri berisi sample analisa tersebut setelah didinginkan (C); 8) menghitung kadar air dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

KA : kadar air (%)

A : bobot cawan petri (g)

B : bobot cawan berisi sampel sebelum dipanaskan (g) C : bobot cawan berisi sampel sesudah dipanaskan (g)

9. melakukan analisis sebanyak dua kali (duplo), kemudian menghitung kadar air rata-rata dengan rumus :

Keterangan :

KA1 : kadar air pada ulangan pertama (%) KA2 : kadar air pada ulangan kedua (%)

10. menghitung kadar bahan kering dengan rumus sebagai berikut :

BK = 100% - KA

Keterangan :

BK : kadar bahan kering (%) KA : kadar air (%)

Alat dan Bahan: a) Oven listrik.

b) Timbangan analitik. c) Cawan aluminium. d) Desikator.


(57)

2. Penentuan Kadar Abu

Membakar bahan dalam tanur (furnace) dengan suhu 600°C selama 3-8 jam sehingga seluruh unsur pertama pembentuk senyawa organik (C,H,O,N) habis terbakar dan berubah menjadi gas, sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang terdapat dalam bahan. Dengan perkataan lain, abu merupakan total mineral dalam bahan.

Alat dan Bahan:

a) Cawan porselen 30 ml.

b) Pembakar bunsen atau hot plate. c) Tanur listrik.

d) Desikator. e) Tang penjepit.

Cara kerja analisis kadar abu (Fathul., 1999) :

1) memanaskan cawan porselen beserta tutupnya yang bersih kedalam oven dewngan suhu 105 C selama kurang lebih 1 jam;

2) mendinginkan cawan porselen beserta tutupnya didalam desikator selama kurang lebih 15 menit;

3) menimbang cawan porselen beserta tutupnya dan mencatat bobotnya (A); 4) memasukan sample analisa kedalam cawan porselen sekitar 1 gram dan

kemudian mencatat bobotnya (B);

5) mengabukan sampel didalam tanur dewngan suhu 600 C selama 2 jam, tidak perlu menyertakan tutup cawan;


(58)

7) mendiamkan sampel sekitar 1 jam, kemudian mendinginkan kedalam desikator sampai mencapai suhu kamar biasa dan memasang tutup cawan porselen;

8) menimbang cawan porselen berisi abu dan mencatat bobotnya (C); 9) menghitung kadar abu dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

Kab : kadar abu (%)

A : bobot cawan porselen (g)

B : bobot cawan porselen berisi sampel sebelum diabukan (g) C : bobot cawan porselen berisi sampel setelah diabukan (g)

10) melakukan analisa dua kali (duplo). Menghitung rata-rata kadar abu dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

Kab1 : kadar abu pada ulangan 1 (%) Kab2 : kadar abu pada ulangan 2 (%)

3. Penentuan Kadar Protein Kasar

Penetapan nilai protein kasar dilakukan secara tidak langsung, karena analisis ini didasarkan pada penentuan kadar nitrogen yang terdapat dalam bahan.

Kandungan nitrogen yang diperoleh dikalikan dengan angka 6,25 sebagai angka konversi menjadi nilai protein. Nilai 6,25 diperoleh dari asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen(perbandingan protein : nitrogen =100 :16 = 6,25:1).


(59)

Penentuan nitrogen dalam analisis ini melalui tiga tahapan analis kimia, yaitu: a) destruksi, yaitu menghancurkan bahan menjadi komponen sederhana, sehingga

nitrogen dalam bahan terurai dari ikatan organiknya. Nitrogen yang terpisah diikat oleh H2SO4 menjadi (NH4)2SO4.

b) destilasi, yaitu pengikatan komponen organik tidak hanya kepada nitrogen saja, tetapi juga terhadap komponen lain, oleh karena itu nitrogen harus diisolasi. Untuk melepaskan nitrogen dalam larutan hasil destruksi adalah dengan membentuk gas NH3. Pemberian NaOH 40% akan merubah (NH4)2SO4 menjadi NH4OH. NH4OH bila dipanaskan akan berubah menjadi gas NH3 dan air, yang kemudian dikondensasi. NH3 akhirnya ditangkap oleh larutan asam borat 5% membentuk (NH4)3BO3.

c) titrasi, yaitu Nitrogen dalam (NH4)3BO3 ditentukan jumlahnya dengan cara dititrasi dengan HCl.

Alat dan Bahan:

a) Labu Kjeldahl 300 ml. b) Satu set alat estilasi. c) Erlenmeyer 250 cc. d) Buret 50 cc skala 0,1 ml. e) Timbangan analitik. f) Asam Sulfat pekat.

g) Asam Chorida ( yang sudah diketahui normalitasnya). h) Natrium Hydroxsida 40%.

i) Katalis campuran (yang dibuat dari CuSO4.5H2O dan K2SO4 dengan perbandingan 1:5.


(60)

j) Asam borax 5%.

k) Indikator campuran ( brom cresolgreen : Methyl merah = 4 : 5. sebanyak 0,9 gram campuran dilarutkan dalam alkohol 100 ml).

Cara Kerja

1) menimbang kertas saring biasa (6x6 cm²) dan mencatat bobotnya (A). 2) memasukan sampel sebanyak kurang lebih 0,1 gram dan mencatat bobot

kertas saring berisi sampel (B).

3) melipat kertas saring tersebut dan menggunakannya untuk membungkus sampel.

4) memasukan kedalam labu Kjedah dan menambahkan 15 ml H2SO4 pekat (diruang asam).

5) menambahkan 0,2 gram atau secukupnya campuran garam kedalam labu Kjedahl.

6) menyalakan alat destruksi, kemudian mengerjakan proses destruksi. 7) mematikan alat destruksi jika sampel berubah larutan menjadi berwarna

jernih kehijau-hijauan.

8) mendiamkan sampel sampai menjadi dingin (diruang asam). 9) menambahkan 200 ml air suling kedalam labu Kjedahl.

10) menyiapkan 25 ml H2SO4 di gelas Elenmeyer, kemudian masukan 2 tetes indikator (larutan berubah menjadi warna biru).


(61)

1. Destruksi

1) timbang contoh sampel kering oven sebanyak ± 1 gram (catat sebagai A gram).

2) masukan ke dalam labu kjeldhal dengan hati-hati, dan tambahkan 6 gram katalis campuran.

3) tambah 20 ml Asam Sulfat pekat.

4) panaskan dalam nyala api kecil di lemari asam. Bila sudah tidak berbuih lagi destruksi diteruskan dengan nyala api yang besar.

5) destruksi sudah di anggap selesai bila larutan sudah berwarna hijau jernih, setelah itu dinginkan.

2. Destilasi

1) siapkan alat destilasi selengkapnya, pasang dengan hati-hati jangan lupa batu didih, vaselin dan tali pengaman.

2) pindahkan larutan hasil destruksi ke dalam labu didih, kemudian bilas dengan aquades sebanyak lebih kurang 50 ml.


(62)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka kesimpulan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1) luas wilayah perkebunan kopi pada Kecamatan Air Hitam seluas 4.955,79 ha atau sebesar 65% dari total wilayah Kecamatan Air Hitam sehingga produksi limbah kulit kopi yang dihasilkan berdasarkan baahan kering (BK) sebanyak 6.244,2 ton/tahun, dan produksi limbah pemangkasan daun gamal sebanyak 27.653,30 ton/tahun.

2) berdasarkan bahan segar (BS) pada limbah kulit buah kopi mengandung Kadar Air (KA) sebesar 20,91%, dan berdasarkan pada bahan kering

(BK)Kadar Abu (KAb) sebesar 9,13%, dan kadar Protein Kasar (KP) sebesar 12,21%, Kadar Lemak 7,10 %, Serat Kasar (SK) 23,40%, BETN 48,13%. 3) pada limbah daun gamal berdasarkan bahan segar (BS) mengandung Kadar

Air (KA) sebesar 10,29 %, dan berdasarkan pada bahan kering (BK) Kadar Abu (KAb) sebesar 9,49%, dan Kadar Protein Kasar (KP) sebesar 30,61%, Kadar Lemak 5,59 %, Serat Kasar (SK) 10,10%, BETN 44,20%.

4) pada pemanfaatan limbah sebagai pakan ternak dengan kisaran penggunaan 30% memiliki kapasitas tampung sebesar 4.242 - - 18.811 UT/tahun,


(63)

14.108 UT/tahun, dan penggunaan pada batasan 50% memiliki kapasitas tampung sebesar 2.548 - - 11.287 UT/tahun.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian penelitian yang dilakukan maka, pada wilyah tersebut dapat disarankan beberapa hal, yakni sebagai berikut.

1) jumlah populasi ternak ruminansia yang berada di wilayah Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Lampung Barat yang terdiri dari sapi, kambing, dan domba masih dapat dilakukan penambahan jumlah populasi, karena pakan alternatif yang tersedia masih mapu mencukupi kebutuhan ternak ruminansia.

2) limbah tanaman yang berada diwilayah Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Lampung Barat cukup banyak yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak, salah satunya adalah limbah kulit buah kakao. Dalam penggunaan limbah kulit buah kakao tersebut perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut untuk meningkatkan nilai kualitas kulit buah kakao, sehingga pemanfaatan limbah tersebut sebagai bahan pakan ternak dapat lebih optimal.


(64)

POTENSI LIMBAH TANAMAN KOPI DAN GAMAL SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA DI AREAL KAWASAN HUTAN

REGISTER 45B KECAMATAN AIR HITAM KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Oleh

DAVID IRAWAN NATA KESUMA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PETERNAKAN

pada

Jurusan Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(65)

(66)

POTENSI LIMBAH TANAMAN KOPI DAN GAMAL SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA DI AREAL KAWASAN HUTAN

REGISTER 45B KECAMATAN AIR HITAM KABUPATEN LAMPUNG BARAT

(Skripsi)

Oleh

DAVID IRAWAN NATA KESUMA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(67)

(68)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ...X DAFTAR GAMBAR ...XI

I. PENDAHULUAN………..1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 4

C. Kegunaan Penelitian ... 4

D. Kerangka Pemikiran ... 4

II.TINJAUAN PUSTAKA...8

A. Gambaran Umum Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat ... 8

1. Bidang pemerintahan... 8

2. Potensi daerah ... 11

B. Program Pembangunan. ... 16

C. Pengertian Hutan...18

D. Gambaran Umum... ... ...21

1. Tujuan hutan kemasyarakatan ... 21

2. Penggunaan kawasan hutan di luar kegiatan kehutanan ... 22

E. Data Vegetasi Pohon MPTS dan Kayu-Kayuan di Hutan Kemasyarakatan ... 24

F. Deskripsi Tanaman... 28


(69)

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 48

B. Bahan dan Alat Penelitian ... 48

C. Peubah yang Diamati ... 48

D. Metode Penelitian ... 49

E. Pengumpulan Data. ... 49

F. Analisis Proksimat. ... 52

G. Prosedur Kerja. ... 53

1. Penentuan Kadar Air ... 53

2. Penentuan Kadar Abu. ... 55

3. Penentuan Kadar Protein Kasar ... 56

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...60

A. Produksi Limbah Tanaman...60

B. Kapasitas Tampung...69

C. Kualitas Limbah Tanaman...74

1. Kulit buah kopi...74

2. Daun gamal...75

V. KESIMPULAN DAN SARAN...77

A. Kesimpulan...77

B. Saran...78

DAFTAR PUSTAKA ...80


(70)

DAFTAR PUSTAKA

Adha, F. 1997. Kapasitas Tampung Sapi Perah Berdasarkan Ketersediaan Pakan Hijauan di Desa Gisting Atas Kecamatan Talangpadang Kabupaten

Tanggamus”. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Anonimous. 2009. Aneka Kopi di Indonesia. http://kopiaslibali.blogspot.com. Diakses tanggal 27 Juni 2011

---. 2010. Kopi Robusta. http://id.wikipedia.org. Diakses tanggal 27 Juni 2011

---. 2010. Limbah Kopi Untuk Pakan Ternak.

http://koperasifu.wordpress.com Diakses tanggal 27 Juni 2011

---. 2010. Tentang Buah Kopi Robusta . http://belantik.webs.com. Diakses tanggal 27 Juni 2011

---. 2011. Kopi Khas Jambi-Sumatera. http://kopijambi.blog.com Diakses tanggal 27 Juni 2011

Erick.2010.Jenis Kopi Dan Macam Macam Kopi. http://kedaikopiluwakindonesia .com Diakses tanggal 27 Juni 2011

Fajari, Awaludin. 2011. Khasiat Daun Kopi.

http://asepawaludinfajari.wordpress.com Diakses tanggal 27 Juni 2011 Fathul, F. 1999 ” Penentuan Kualitas dan Kuantitas Zat Makanan Dalam Bahan

Makanan Ternak” Penuntun praktikum pengetahuan bahan makanan ternak.

Universitas lampung. Lampung.

Goenawan. 2011. Artikel kopi Goenawan Information in Sharing. Jakarta Gohl, B. 1981. Tropical Feed Information Summeries and Nutritive Value. Animal

Production and Health Series No. 12. FAO. Rome.

Kearl, L.C. 1982. Nutrient Requitment of Ruminant in Developing Countries, Clogan, Utah USA. International Feedstuff Institute Utah Agricultural Experiment Utah State University.USA.


(1)

Judul Skripsi : POTENSI LIMBAH TANAMAN KOPI DAN GAMAL SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA DI AREAL KAWASAN HUTAN REGISTER 45B, KECAMATAN AIR HITAM, KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Nama : David Irawan Nata Kesuma

NPM : 0714061033

Jurusan : Peternakan

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S Ir. Yusuf Widodo, M.P. NIP 19610307 198503 1 006 NIP 19560109 198503 1 003

2. Ketua Jurusan Peternakan

Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S. NIP 19610307 198503 1 00


(2)

(3)

RIWAYAT HIDUP

David Irawan Nata Kesuma lahir di Tanjung Karang 04 Juni 1989, anak ke empat dari pasangan Bp. Khairul Thoni, dan Ibu Helnawati Pandji Kesuma, penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Islam Praja Muda, Natar, Lampung Selatan,diselesaikan pada tahun 1995: Sekolah Dasar Negeri 1 Bumi Agung, Tegineneng, Pesawaran diselesaikan pada 2001; Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Natar, Lampung Selatan diselesaikan pada 2004; Sekolah Menengah Atas Utama 3 Bandar Lampung diselesaikan pada 2007. Penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung pada Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian melalui jalur SNMPTN pada tahun 2007.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kecamatan Way Tenong dan Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Lampung Barat. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah bergabung dengan organisasi Badan eksekutif Mahasiswa sebagai Green Force pada tahun 2007, Ketua Pemilihan Raya Fakultas Pertanian 2007, Anggota Himpunan Mahasiswa Peternakan 2007--2011 . Ketua Umum Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas, Lembaga Studi Mahasiswa Pertanian (UKMF LS-MATA) 2009--2010. Selain itu, penulis juga aktif di organisasi mahasiswa eksternal Dewan Mahasiswa Lampung (DEMA LAMPUNG) sebagai Ketua Umum periode 2009--2011, Anggota Himpunan Mahasiswa Islam, Komisariat Pertanian Unila, (HMI KPU) Cabang Bandar Lampung 2007--2011.


(4)

(5)

SANWACANA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S--selaku Pembimbing Utama--dan sekaligus Ketua Jurusan Peternakan yang telah membimbing, memberikan motivasi terbaik, arahan, dan ilmu yang diberikan selama masa studi dan penyusunan skripsi;

2. Bapak Ir. Yusuf Widodo, M.P.-- selaku Pembimbing Anggota, --atas bimbingan, saran, arahan, dan ilmu yang diberikan selama masa studi dan penyusunan skripsi;

3. Ibu Dr. Ir. Farida Fathul, M.Sc --selaku Pembahas--atas saran, arahan, pengetahuan, dan pembelajaran selama menyusun skripsi;

4. Ibu. Sri Suharyati, S.Pt , M.TA--selaku Pembimbing Akademik – yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung ;

5. Bapak Ir. Arif Qisthon, M.Si.--selaku Sekretaris Jurusan Peternakan, --atas bimbingan, nasehat, dan ilmu yang diberikan selama masa studi;


(6)

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.--selaku Dekan Fakultas Pertanian;

7. Bapak dan ibu dosen Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Unila--atas bimbingan, nasehat, dan ilmu yang diberikan selama masa studi;

8. Ayah dan Umik terhormat yang telah memberikan kasih sayang, nasehat, bimbangan, dan arahan serta telah mendidik dan membesarkan dengan penuh cinta kasih tanpa pernah ada rasa mengeluh dan menunjukkan raut kesedihan. 9. Yang terhormat Tahta Raja (DeviYanti Nata Kesuma), Duli (Dina Feriza

Nata Kesuma) dan Daing Rajo (Edi Indrawan), Atur (Dessy Irma Nata Kesuma) terima kasih atas do’a, kasih sayang, keceriaan, nasehat, dan dukungannya yang telah diberikan selama ini;

10.Keluarga besar angkatan 2007 Noviar, Ivan, Ferry P., Deny, Gentleman, Ferry W., Marlina, M. Arifin, Asep, Andes, Indra, Nita, Yuni, Dani, Reza, Dea, Kundau, Nesti, Furi, M. Riduan, Jono, Tri, Tian, Evi, Andes, Eka, Wingki, Hadi, Dony, Rohatin;

11.Rekan-rekan PTK 03’, 04’, 05’, 06’, 08’,09’,10’ dan rekan-rekan perjuangan FP atas kebersamaan yang tulus;

12.Mba Erni, dan adinda Agus--atas bantuan dan fasilitas selama penyusunan skripsi.

Bandar Lampung, Juli 2011 Penulis