PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS IX SEMESTER GANJIL SMP 17.3 KATIBUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA

KELAS IX SEMESTER GANJIL SMP 17.3 KATIBUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh SITI ALPIYAH

Penelitian ini merupakan Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Pendek dengan Menggunakan Media Lagu pada Siswa Kelas IX SMP 17.3 Katibung Ka-bupaten Lampung Selatan yang dilaksanakan pada semester ganjil Tahun Pel-ajaran 2011/2012 dengan jumlah 30 siswa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengobservasian, dan refleksi. Pada siklus I setiap siswa menulis cerita pendek dengan lagu yang mereka senangi. Aspek yang dinilai pada setiap siklus adalah aktivitas siswa dan guru. Hasil evaluasi pada siklus I menunjukkan ketidak berhasilan, dikarenakan aktivitas dan prestasi belajar siswa belum optimal. Pada siklus II dalam proses pembelajaran dan latihan menulis cerita pendek guru memberikan media yang lebih menarik, yaitu media audio visual yang berupa proyektor, seperangkat komputer dan kaset VCD.(video compact disk) Hasil evaluasi siklus II menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa meningkat karena sesuai dengan indikator kerja yang menyatakan


(2)

penelitian tindakan kelas berhasil, jika hasil belajar siswa mencapai kriteria ketuntasan klasikal sebesar 75%.

Hasil penelitian kemampuan menulis cerita pendek pada setiap siklus terdapat pe-ningkatan. Prasiklus siswa yang sudah mencapai KKM hanya 7 orang dengan persentase 23,33%, siswa yang belum mencapai KKM 23 orang dengan persentase 76,66%. Siklus I yang menapat nilai dengan kategori baik yaitu 3 orang siswa dengan presentase 6,66%, siswa yang mendapat nilai dengan kategori cukup adalah 15 siswa dengan presetase 10%, dan siswa yang mendapat nilai dengan kategori kurang sebanyak 12 siswa dengan presentase 40% dibandingkan dengan prasiklus mengalami kenaikan. Pada siklus II seluruh siswa telah mencapai nilai KKM, yaitu 8 orang siswa dengan kategori nilai baik sekali, 9 siswa yang mendapat nilai baik, dan 13 siswa mendapat nilai cukup. Hasil yang diperoleh mengalami peningkatan dari prasiklus ke siklus I meningkat 26,67%, sedangkan dari prasiklus ke siklus II sebesar 56,667%.

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa media lagu dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerita pendek pada siswa kelas IX SMP 17.3 Katibung Lam-pung Selatan sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu tercapainya KKM sekolah untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia 65,00.


(3)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA

KELAS IX SEMESTER GANJIL SMP 17.3 KATIBUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh SITI ALPIYAH

Penelitian Tindakan Kelas

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA

KELAS IX SEMESTER GANJIL SMP 17.3 KATIBUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2011/2012 (Penelitian Tindakan Kelas)

Oleh SITI ALPIYAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(5)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman 4.1 Diagram Ketuntasan Siswa Menulis Cerita Pendek Pada


(6)

DAFTAR HADIR SEMINAR PROPOSAL MAHASISWA S1 DALAM JABATAN JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SELASA,4 OKTOBER 2011

Penyaji : 1. Rosmaini NPM : 1013134003 2. Siti Alpiyah NPM : 1013076009


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

SANWACANA ... viii

MOTO ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Manfaat Teoretis ... 5

1.4.2 Manfaat Praktis ... 5

II. LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Konsep Menulis ... 7

2.1.1 Pengertian Menulis ... 7

2.1.2 Tujuan Menulis ... 8

2.1.3 Manfaat Menulis ... 10

2.2 Cerpen (Cerita Pendek) ... 14

2.2.1 Pengertian Cerpen ... 14

2.2.2 Ciri-Ciri Cerita Pendek ... 15

2.2.3 Unsur-Unsur Cerita Pendek ... 16

2.2.4 Tahapan Menulis Cerita Pendek ... 19

2.3 Media Pembelajaran Menulis Cerita Pendek ... 20

2.3.1 Pengertian Media ... 20

2.3.2 Ciri-Ciri Umum Media ... 21

2.3.3 Macam-Macam Media ... 22

2.3.4 Media Lagu dalam Pembelajaran ... 23


(8)

3.1 Rancangan Penelitian ... 25

3.2 Pelaksanaan Penelitian ... 26

3.2.1 Tempat Penelitian ... 26

3.2.2 Waktu Penelitian ... 26

3.3 Subjek Penelitian ... 27

3.4 Sumber Data ... 27

3.5 Teknik dan Alat Pengumpul Data ... 27

3.5.1 Teknik pengumpulan Data ... 27

3.5.2 Alat Pengumpul Data ... 28

3.6 Prosedur Penelitian ... 28

3.6.1 Urutan Tindakan Pembelajaran ... 28

3.7 Teknik Analisa Data ... 30

3.8 Langkah-Langkah Analisa Data ... 39

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1 Hasil Penelitian ... 41

4.1.1 Observasi Akivitas Belajar Siswa ... 41

4.1.2 Hasil Belajar ... 43

4.2 Pembahasan ... 47

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

5.1 Kesimpulan ... 53

5.2 Saran ... 53

Daftar Pustaka ... 55


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Indikator dan Deskriptor Kemampuan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas IX SMP 17.3 Katibung Lampung Selatan Tahun Pelajaran

2011/2012 ... 30 3.2 Tolok Ukur Kemampuan Menulis Cerita Pendek ... 40 4.1 Kegiatan Pembelajaran Menulis Cerita Pendek dengan Menggunakan Media Lagu pada Siswa Kelas IX SMP 17.3 Katibung Kabupaten

Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 42 4.2 Hasil Belajar Menulis Cerita Pendek Cerita Pendek dengan

Menggunakan Media Lagu pada Siswa Kelas IX SMP 17.3 Katibung KabupatenLampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 43 4.3 Data Ketuntasan Menulis Cerita Pendek Pendek dengan

Menggunakan Media Lagu pada Siswa Kelas IX SMP 17.3 Katibung KabupatenLampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 45 4.4 Skor Perolehan Menulis Cerita Pendek Pendek dengan

Menggunakan Media Lagu pada Siswa Kelas IX SMP 17.3 Katibung KabupatenLampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 46 4.5 Data Hasil Belajar Menulis Cerita Pendek Siswa dengan Lagu yang

Disenangi Siswa pada Siklus I ... 49 4.6 Data Hasil Belajar Menulis Cerita Pendek dengan Menggunakan


(10)

MOTO

“Jangan melihat siapa yang mengatakan, lihatlah apa yang dikatakan” (Al-hadist)


(11)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. ___________

Sekretaris : Dr. Nurlaksana Eko R., M.Pd. ___________ Penguji

Bukan Pembimbing : Eka Sofia Agustina, M.Pd. ___________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031003


(12)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur dan bahagia atas segala rahmat yang telah dilimpahkan Allah Swt, penulis mempersembahkan karya tulis ini, kepada orang-orang terkasih berikut:

1. Kedua orang tuaku tercinta dan mertua, dengan segala limpahan kasih sayang, doa, dan dorongan semangat untuk keberhasilan anaknya yang tidak mungkin dapat terbalaskan.

2. Suami terkasih, yang selalu memberi semangat dan motivasi serta kebersamaan sehingga memberi kedamaian dan keberhasilan.

3. Kedua buah hatiku, Dyoda Aliffandi M. dan Shesa Adyellayoda, yang selalu memberikan inspirasi dalam mengejar cita-cita di masa yang akan datang. 4. Dosen-dosenku yang telah membantu menyelesaikan kualiahku.


(13)

Judul PTK : Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Pendek dengan Menggunakan Media Lagu pada Siswa Kelas IX SMP 17.3 Katibung Kabupaten

Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012

Nama Mahasiswa : Siti Alpiyah Nomor Pokok Mahasiswa : 1013076009

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi pembimbing

Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. Dr. Nurlaksana Eko R., M.Pd. NIP 195907221986031003 NIP 196401061988031001

2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Drs. Imam Rejana, M.Si. NIP 194804211978031004


(14)

SANWACANA

Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat terselesaikan.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menu- lis Cerita Pendek dengan Menggunakan Media Lagu pada Siswa Kelas IX se-mester Ganjil SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011- 2012” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada.

1. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Pembimbing I yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, keikhlasan, memotivasi, memberkan peng-arahan, serta saran-saran dari penyusun proposal hingga PTK ini selesai. 2. Dr. Nurlaksana Eko R., M.Pd. selaku Pembimbing II, yang telah

memberi-kan bimbingan selama perkuliahan dan memberimemberi-kan ilmu, kritik, serta saran demi kesempurnaan penulis PTK ini.

3. Eka Sofia Agustina, M.Pd., penguji utama yang telah memberikan masukan berharga dalam PTK ini.

4. Dr. Edy Suyanto, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah yang telah memberikan pengarahan, bimbingan,


(15)

5. Drs. Imam Rejana, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Lampung beserta stafnya.

6. Bapak dan Ibu dosen FKIP Universitas Lampung yang telah membekali pe-nulis dengan ilmu dan pengetahuan selama menjalani masa perkuliahan. 7. Seluruh Staf Administrasi dan Karyawan Tata Usaha Jurusan Pendidikan

Ba-hasa dan Seni Unila yang membantu dan melayani urusan administrasi per-kuliahan.

8. Hasan Junaedi, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan yang memotivasi dan membantu kelancaran dalam pene-litian dan penyusunan PTK ini.

9. Keluarga Besar SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan, seluruh dewan guru, karyawan, dan staf Tata Usaha.

10. Teman-teman seperjuangan terima kasih atas kerja sama dan motivasi, yang telah kalian berikan, menemaniku dalam suka dan duka, tanpa kalian hidupku takkan berwarna.

11. Kedua orang tuaku, mertua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan doa, semangat dan dukungan kepadaku.

12. Teman-teman mahasiswa S-1 dalam Jabatan Program Studi Pedidikan Bahasa Indonesia Angkatan 2010/2011 yang telah memotivasi dan berpartisipasi dalam penyelesaian PTK ini.


(16)

13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan PTK ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan pengorbanan bapak, ibu, ka- kak, adik, dan teman-teman. Penulis menyadari dalam penulisan PTK ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan PTK ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam meningkatkan mutu pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah.

Bandar Lampung,

Penulis,


(17)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi empat aspek ketermpilan, yaitu men-dengar, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut merupakan aspek yang terintegrasi dalam pembelajaran. Walaupun dalam penyajian keempat aspek (mendengar, berbicara, membaca, dan menulis) tersebut masih dapat dipisahkan, karena dalam kenyataannya guru harus mampu mengidentifikasi setiap kemampuan peserta didik. Dari keempat aspek keterampilan berbahasa (mendengar, berbicara, membaca, dan menulis), keterampilan menulis yang sulit dilakukan karena menulis merupakan hal yang sangat memerlukan keterampilan. Masalah yang mengganggu untuk mengawali proses menulis biasanya adalah pe-nyakit malas, dan belum mengetahui atau merasa bingung dari mana harus mulai menulis, serta belum tahu manfaat menulis (Muslikhah, 2010 : 35). Hal ini sering terjadi pada guru maupun murid. Kesulitan-kesulitan lain yang dialami, yaitu (1) kesulitan untuk mengapresiasikan ide, gagasan, pikirannya, dalam sebuah

cerita;

(2) penyampaian materi pelajaran dengan menggunakan metode ceramah kurang efektif yang mengakibatkan komunikasi satu arah;


(18)

2 (3) kurang adanya media pembelajaran yang mampu menarik minat belajar siswa

dan merangsang daya kreatif siswa (Nursito, 2010:2).

Keterampilan menulis bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan melalui uraian atau penjelasan semata, siswa tidak akan memperoleh keterampilan menulis hanya de-ngan duduk, mendengar penjelasan guru dan mencatat penjelasan guru. Kete-rampilan menulis dapat ditingkatkan dengan melakukan kegiatan menulis terus-menerus sehingga akan mempengaruhi hasil dan prestasi siswa dalam menulis. Hasil dan prestasi akan meningkat apabila ada perubahan sikap dan tingkah laku siswa baik pada aspek pengetahuan, keterampilan maupun psikomotor.

Dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) mata pelajaran Bahasa In-donesia tingkat Sekolah Menengah Pertama kelas IX semester ganjil terdapat Standar Kompetensi (SK) Menulis ‘8. Mengungkapkan kembali pikiran, perasaan, dan pengalaman dalam cerita pendek’ dan Kompetensi Dasar (KD) ‘8.2 Menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang dialami’.

Tidak sedikit siswa yang mengalami hambatan dalam mengembangkan kete-rampilannya menulis cerita pendek. Hal ini juga dialami siswa kelas IX SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan, hambatan-hambatan tersebut yaitu daya imajinasi siswa masih kurang, diksi yang digunakan dalam menulis cerita pendek, kesulitan menentukan tema, dan kurang dapat mengembangkan ide.

Hal ini dibuktikan dari hasil ulangan harian siswa, kemampuan menulis cerita pendek masih rendah, 70 % siswa tidak mampu menulis cerpen. Dari 30 siswa hanya 9 siswa yang memiliki tingkat kemampuan sedang dengan presentasi 30%, 21 siswa memiliki tingkat kemampuan kurang dengan presentase 70%.


(19)

Berdasarkan observasi pembelajaran bahasa Indonesia mengenai keterampilan menulis cerita pendek di kelas IX SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru lebih cenderung ceramah dalam menyampaikan materi pada siswa, guru hanya menerangkan langkah-langkah menulis cerita pendek. Kemudian guru memberikan contoh berdasarkan teks cerita pendek yang dibagikan dan memberi tugas pada siswa. Siswa disuruh menulis sebuah cerita pendek berdasarkan sebuah teks cerita pendek yang dibaca. Sehingga proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru di kelas mengakibatkan siswa kurang aktif dan menjadi malas dan sulit untuk menyampaikan ide dan gagasan. Proses pembelajaran yang dilakukan guru ini juga dapat mengakibatkan siswa kurang bersemangat sehingga tidak ada peningkatan dalam melakukan menulis cerita pendek.

Beberapa faktor penghambat yang dialami siswa kelas IX SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan, yaitu (1) ketertarikan siswa dalam membuat cerita pendek kurang karena siswa malas dan dan ramai sendiri saat berlasungnya pembelajaran, (2) kurangnya buku tentang cerita pendek dan kumpulan cerita pendek yang dibaca siswa, (3) siswa kurang menuangkan ide dan gagasan, (4) kurangnya penguasaan tentang kosa kata yang dimiliki siswa.

Menurut peneliti semua permasalahan pelajaran bahasa Indonesia dalam menulis ceita pendek di kelas IX SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan harus ada penyelesaiannya. Dibutuhkan cara pembelajaran yang benar-benar dapat mengakumulasi semua permasalahan dan menemukan solusi yang menyeluruh dan mengakar pada permasalahan yang ada. Yaitu dengan pemanfaatan media pembelajaran. Media memegang peranan penting dalam kegagalan atau


(20)

keber-4 hasilan proses pembelajaran di kelas. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekadar mengetahui informasi dari sang guru. Oleh karena itu diperlukan sebuah media yang mampu menjembatani siswa untuk mengalami proses pembelajaran menyenangkan. Menurut (Trimantara, 2005:1) lagu sebagai media pembelajaran dapat meningkat-kan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Karena lagu dapat digunakan untuk menciptakan suasana yang nyaman dan memberikan sugesti yang merangsang berkembangnya imajinasi siswa. Menulis dengan cara memberikan sugesti lewat lagu bertujuan untuk merangsang imajinasi siswa. Media lagu digunakan sebagai pencipta suasana sugesti, stimulus, dan menjadi jembatan bagi siswa untuk membayangkan atau menciptakan gambaran atau kejadian berdasarkan tema lagu. Respon yang diharapkan muncul dari siswa berupa kemampuan melihat gambaran-gambaran kejadian dengan imajinasi-imajinasi dan logika yang dimiliki kemidian mengungkapkan kembali dalam bentuk tulisan ceita pendek.

Berdasarkan latar belakang, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “ Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Pendek dengan Menggunakan Media Lagu pada Siswa Kelas IX Semester Ganjil SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012”. Penulis mencoba memanfaatkan lagu sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek.


(21)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis cerita pendek dengan menggunakan media lagu pada siswa kelas IX SMP 17.3 Katibung semester ganjil Kecamatan Katibung Lampung Selatan”.

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Pendek dengan Menggunakan Media Lagu pada Siswa kelas IX Semester Ganjil SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran 2011/2012.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) ini menghasilkan dua macam manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

Untuk dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pengembangan keilmuan terutama di bidang pengajaran bahasa dan sastra Indonesia dan sebagai dasar pijakan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Dilihat dari segi praktis, penelitian ini bermanfaat antara lain. a. Mahasiswa Peneliti

1. Sebagai dasar penelitian lebih lanjut terhadap penelitian tentang kemampuan menulis cerita pendek


(22)

6 2. Sebagai acuan pembanding dalam penelitian pengajaran bahasadan sastra

khususnya kemampuan menulis cerita pendek.

3. Sebagai informasi tambahan lebih lanjut untuk memperluas wawasan tentang kemampuan menulis cerita pendek

b. Guru Bidang Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

1. Sebagai sumber informasi bagi guru untuk memantau kemampuan yang dimiliki siswa dalam menulis cerita pendek

2. Sebagai bahan acuan masukan dalam mengajarkan apresiasi sastra ,terutama kemampuan menulis cerita pendek.

3. Sebagai sumber informasi bagi guru untuk memantau sejauh mana kemampuan siswa menguasai bentuk tulisan dan gaya bahasa dalam menulis cerita pendek dengan baik.

c. Siswa

1. Siswa dapat mengetahui sejauh mana kemampuan yang mereka miliki dalam menulis cerita pendek.

2. Siswa dapat mengembangkan kemampuan menulis cerita pendek dalam pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.


(23)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi empat aspek ketermpilan, yaitu men-dengar, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut merupakan aspek yang terintegrasi dalam pembelajaran. Walaupun dalam penyajian keempat aspek (mendengar, berbicara, membaca, dan menulis) tersebut masih dapat dipisahkan, karena dalam kenyataannya guru harus mampu mengidentifikasi setiap kemampuan peserta didik. Dari keempat aspek keterampilan berbahasa (mendengar, berbicara, membaca, dan menulis), keterampilan menulis yang sulit dilakukan karena menulis merupakan hal yang sangat memerlukan keterampilan. Masalah yang mengganggu untuk mengawali proses menulis biasanya adalah pe-nyakit malas, dan belum mengetahui atau merasa bingung dari mana harus mulai menulis, serta belum tahu manfaat menulis (Muslikhah, 2010 : 35). Hal ini sering terjadi pada guru maupun murid. Kesulitan-kesulitan lain yang dialami, yaitu (1) kesulitan untuk mengapresiasikan ide, gagasan, pikirannya, dalam sebuah

cerita;

(2) penyampaian materi pelajaran dengan menggunakan metode ceramah kurang efektif yang mengakibatkan komunikasi satu arah;


(24)

2 (3) kurang adanya media pembelajaran yang mampu menarik minat belajar siswa

dan merangsang daya kreatif siswa (Nursito, 2010:2).

Keterampilan menulis bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan melalui uraian atau penjelasan semata, siswa tidak akan memperoleh keterampilan menulis hanya de-ngan duduk, mendengar penjelasan guru dan mencatat penjelasan guru. Kete-rampilan menulis dapat ditingkatkan dengan melakukan kegiatan menulis terus-menerus sehingga akan mempengaruhi hasil dan prestasi siswa dalam menulis. Hasil dan prestasi akan meningkat apabila ada perubahan sikap dan tingkah laku siswa baik pada aspek pengetahuan, keterampilan maupun psikomotor.

Dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) mata pelajaran Bahasa In-donesia tingkat Sekolah Menengah Pertama kelas IX semester ganjil terdapat Standar Kompetensi (SK) Menulis ‘8. Mengungkapkan kembali pikiran, perasaan, dan pengalaman dalam cerita pendek’ dan Kompetensi Dasar (KD) ‘8.2 Menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang dialami’.

Tidak sedikit siswa yang mengalami hambatan dalam mengembangkan kete-rampilannya menulis cerita pendek. Hal ini juga dialami siswa kelas IX SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan, hambatan-hambatan tersebut yaitu daya imajinasi siswa masih kurang, diksi yang digunakan dalam menulis cerita pendek, kesulitan menentukan tema, dan kurang dapat mengembangkan ide.

Hal ini dibuktikan dari hasil ulangan harian siswa, kemampuan menulis cerita pendek masih rendah, 70 % siswa tidak mampu menulis cerpen. Dari 30 siswa hanya 9 siswa yang memiliki tingkat kemampuan sedang dengan presentasi 30%, 21 siswa memiliki tingkat kemampuan kurang dengan presentase 70%.


(25)

Berdasarkan observasi pembelajaran bahasa Indonesia mengenai keterampilan menulis cerita pendek di kelas IX SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru lebih cenderung ceramah dalam menyampaikan materi pada siswa, guru hanya menerangkan langkah-langkah menulis cerita pendek. Kemudian guru memberikan contoh berdasarkan teks cerita pendek yang dibagikan dan memberi tugas pada siswa. Siswa disuruh menulis sebuah cerita pendek berdasarkan sebuah teks cerita pendek yang dibaca. Sehingga proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru di kelas mengakibatkan siswa kurang aktif dan menjadi malas dan sulit untuk menyampaikan ide dan gagasan. Proses pembelajaran yang dilakukan guru ini juga dapat mengakibatkan siswa kurang bersemangat sehingga tidak ada peningkatan dalam melakukan menulis cerita pendek.

Beberapa faktor penghambat yang dialami siswa kelas IX SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan, yaitu (1) ketertarikan siswa dalam membuat cerita pendek kurang karena siswa malas dan dan ramai sendiri saat berlasungnya pembelajaran, (2) kurangnya buku tentang cerita pendek dan kumpulan cerita pendek yang dibaca siswa, (3) siswa kurang menuangkan ide dan gagasan, (4) kurangnya penguasaan tentang kosa kata yang dimiliki siswa.

Menurut peneliti semua permasalahan pelajaran bahasa Indonesia dalam menulis ceita pendek di kelas IX SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan harus ada penyelesaiannya. Dibutuhkan cara pembelajaran yang benar-benar dapat mengakumulasi semua permasalahan dan menemukan solusi yang menyeluruh dan mengakar pada permasalahan yang ada. Yaitu dengan pemanfaatan media pembelajaran. Media memegang peranan penting dalam kegagalan atau


(26)

keber-4 hasilan proses pembelajaran di kelas. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekadar mengetahui informasi dari sang guru. Oleh karena itu diperlukan sebuah media yang mampu menjembatani siswa untuk mengalami proses pembelajaran menyenangkan. Menurut (Trimantara, 2005:1) lagu sebagai media pembelajaran dapat meningkat-kan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Karena lagu dapat digunakan untuk menciptakan suasana yang nyaman dan memberikan sugesti yang merangsang berkembangnya imajinasi siswa. Menulis dengan cara memberikan sugesti lewat lagu bertujuan untuk merangsang imajinasi siswa. Media lagu digunakan sebagai pencipta suasana sugesti, stimulus, dan menjadi jembatan bagi siswa untuk membayangkan atau menciptakan gambaran atau kejadian berdasarkan tema lagu. Respon yang diharapkan muncul dari siswa berupa kemampuan melihat gambaran-gambaran kejadian dengan imajinasi-imajinasi dan logika yang dimiliki kemidian mengungkapkan kembali dalam bentuk tulisan ceita pendek.

Berdasarkan latar belakang, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “ Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Pendek dengan Menggunakan Media Lagu pada Siswa Kelas IX Semester Ganjil SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012”. Penulis mencoba memanfaatkan lagu sebagai media untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek.


(27)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis cerita pendek dengan menggunakan media lagu pada siswa kelas IX SMP 17.3 Katibung semester ganjil Kecamatan Katibung Lampung Selatan”.

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Pendek dengan Menggunakan Media Lagu pada Siswa kelas IX Semester Ganjil SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran 2011/2012.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) ini menghasilkan dua macam manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

Untuk dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pengembangan keilmuan terutama di bidang pengajaran bahasa dan sastra Indonesia dan sebagai dasar pijakan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Dilihat dari segi praktis, penelitian ini bermanfaat antara lain. a. Mahasiswa Peneliti

1. Sebagai dasar penelitian lebih lanjut terhadap penelitian tentang kemampuan menulis cerita pendek


(28)

6 2. Sebagai acuan pembanding dalam penelitian pengajaran bahasadan sastra

khususnya kemampuan menulis cerita pendek.

3. Sebagai informasi tambahan lebih lanjut untuk memperluas wawasan tentang kemampuan menulis cerita pendek

b. Guru Bidang Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

1. Sebagai sumber informasi bagi guru untuk memantau kemampuan yang dimiliki siswa dalam menulis cerita pendek

2. Sebagai bahan acuan masukan dalam mengajarkan apresiasi sastra ,terutama kemampuan menulis cerita pendek.

3. Sebagai sumber informasi bagi guru untuk memantau sejauh mana kemampuan siswa menguasai bentuk tulisan dan gaya bahasa dalam menulis cerita pendek dengan baik.

c. Siswa

1. Siswa dapat mengetahui sejauh mana kemampuan yang mereka miliki dalam menulis cerita pendek.

2. Siswa dapat mengembangkan kemampuan menulis cerita pendek dalam pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.


(29)

II. LANDASAN TEORI

2.1Konsep Menulis

Beberapa konsep yang dikemukakan para pakar dalam melakukan kegiatan me-nulis adalah.

2.1.1 Pengertian Menulis

Menulis adalah suatu proses kegiatan pikiran manusia yang hendak meng-ungkapkan kandungan jiwanya kepada orang lain atau kepada diri sendiri dalam bentuk tulisan (Widyamartaya, 1991:9).

Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang meng-gambarkan suatu bahasa yang dapat dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambar grafik (Tarigan, 1987:11).

Menulis adalah menuangkan gagasan , pikiran, perasaan, dan pengalaman melalui bahasa tulis (Depdiknas, 2003:6).

Menulis merupakan bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis kepada khalayak pembaca yang dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu (Akhdiah, 1996:8).


(30)

8 Berdasarkan beberapa teori di atas, penulis mengacu pada pengertian menulis yang dikeluarkan oleh Depdiknas yaitu menulis adalah menuangkan gagasan, pi-kiran, perasaan dan pengalaman melalui bahasa tulis. Menulis cerpen mengung-kapkan isi hati seseorang yang berupa ide, pikiran, perasaan, atau pun penga-laman pribadi bahkan pengapenga-laman orang lain sehingga menjadi sebuah cerita yang padu dan dapat dinikmati sekali duduk.

2.1.2 Tujuan Menulis

Tujuan menulis adalah (the writer’s intention) adalah “responsi” atau jawaban da- ri pembaca kepada penulisnya. Berdasarkan batasan di atas, dapatlah dikatakan bahwa

a) tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative discourse);

b) tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana per- suasif (persuasive discourse);

c) tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang me- ngandung tujuan estetik disebut tulisan literer atau wacana kesastraan (lite- rary discourse);

d) tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif (eksfressive discourse).

Dalam praktiknya jelas sekali terlihat bahwa tujuan-tujuan yang disebutkan di atas sering tumpang-tindih, dan setiap orang mungkin saja menambahkan tujuan lain, dari menulis, tetapi dari sekian banyak tujuan menulis, hanya ada satu tujuan yang


(31)

dominan. Tujuan menulis yang dominan inilah yang memberi nama atas ke- seluruhan tujuan tersebut (D’Angelo dalam Tarigan, 2008:25). Sehubungan dengan tujuan penulisan suatu tulisan, seorang ahli merangkumnya sebagai berikut.

a) Tujuan penugasan (assignment purpose)

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Pe- nulis menuliskan sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (mi- salnya siswa yang diberi tugas merangkum buku, sekretaris yang ditugaskan membuat laporan atau notulen rapat).

b) Tujuan altruistik (altruistic purpose)

Penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca, menghindarkan perasaan duka para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Seseorang tidak akan dapat menulis secara tepat guna kalau dia tidak percaya, baik secara sadar maupun tidak bahwa pembaca atau penikmat karyanya adalah “lawan” atau “musuh”. Tujuan altruistik adalah kunci keterbacaan sesuatu tulisan.

c) Tujuan persuasif (persuasive purpose)

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

d) Tujuan informasional, tujuan penerangan (informational purpose)

Tulisan yang bertujuan memberikan informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca.


(32)

10 e) Tujuan pernyataan diri (self-exsfressive purpose)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan tau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

f) Tujuan kreatif (creative purpose)

Tujuan ini erat hubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi “keinginan kreatif” di sini melebihi pernyataan diri, dam melibatkan dirinya dengan ke- inginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.

g) Tujuan pemecahan masalah (problem-solving purpose)

Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca (Hartig dalam Tarigan, 2008: 25-26).

2.1.3Manfaat Menulis dalam Pembelajaran

Menulis penting dan besar kegunaannya bagi kehidupan seseorang terutama pe- lajar. Karena setiap pelajar tidak akan lepas dari kegiatan menulis. Berikut man- faat menulis.

1. Menulis menyumbang kecerdasan

Menurut para ahli psikolinguistik, menulis adalah suatu aktivitas yang kom- pleks. Kompleksitas menulis terlihat pada kemampuan mengharmonikan ber- bagai aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi pengetahuan mengenai topik yang akan dituliskan, menuangankan pengetahuan ke dalam racikan bahasa yang jernih, yang disesuaikan dengan corak wacana dan kemampuan


(33)

penulisan. Untuk sampai pada kesanggupan seperti itu, seseorang perlu memiliki kekayaan dan keluwesan pengungkapan, kemampuan mengendali-kan emosi, serta menata dan mengembangmengendali-kan daya nalarnya dalam berbagai level berpikir, dari tingkat mengingat sampai evaluasi.

2. Menulis mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas

Di dalam kegiatan membaca, segala hal telah tersedia dalam bacaan itu untuk dimanfaatkan. Sebaliknya dalam menulis, seseorang harus menyiapkan dan mensuplai sendiri segala sesuatunya. Unsur mekanik tulisan yang benar se- perti pungtuasi, ejaan, diksi, pengkalimatan, pewacanaan, bahasan topik, serta pertanyaan dan jawaban yang harus diajukan dan dipuaskannya sendiri. Agar hasilnya enak dibaca, maka apa yang dituliskan harus ditata dengan runtut, jelas, dan menarik.

3. Menulis menumbuhkan keberanian

Ketika menulis, seorang penulis harus berani menampilkan kediriannya, ter- masuk pemikiran, perasaan, dan gayanya, serta menawarkannya kepada pub-lik. Konsekuensinya, sebagai penulis harus siap dan mau melihat dengan jer-nih pelaian serta tanggapan apa pun dari pembaca, baik yang bersifat positif ataupun negatif.

4. Menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. Se- seorang menulis karena mempunyai ide, gagasan, pendapat, atau sesuatu hal yang menurutnya perlu disampaikan dan diketahui orang lain. Tetapi apa yang akan disampaikan itu tidak selalu dimiliki saat itu. Kondisi ini akan me- macu seseorang untuk mencari, mengumpulkan, dan menyerap informasi un- tuk dijadikan bahan tulisannya dengan cara membaca, mendengar, meng-


(34)

12 amati, berdiskusi, atau wawancara. Informasi yang telah didapat akan dijaga sumbernya dan diorganisasikan sebaik mungkin. Upaya ini dilakukan agar ketika diperlukan informasi itu dapat dengan mudah ditemukan dan diguna- kan (Akhadiah, 1.4-1.5).

2.1.4 Klasifikasi Tulisan

Telah banyak ahli yang membuat klasifikasi mengenai tulisan. Pembagian tulisan berdasarkan bentuknya adalah sebagai berikut.

1. Bentuk-bentuk objektif, yang mencakup

a) penjelasan yang terperinci mengenai proses; b) batasan;

c) laporan; d) dokumen;

2. Bentuk-bentuk subjektif, yang mencakup a) otobiografi;

b) surat-surat; c) penilaian pribadi; d) esei informal; e) potret/gambaran;

f) satire (Salisbury dalam Tarigan, 2008:27-28).

Juga berdasarkan bentuknya, Weayer mengkalsifikasikan tulisan sebagai berikut. 1. Eksposisi yang mencakup

a) definisi; b) analisis.


(35)

2. Deskripsi yang mencakup a) deskripsi ekspositori; b) deskripsi literatur. 3. Narasi yang mencakup

a) urutan waktu; b) motif;

c) konflik; d) titik pandang; e) pusat minat.

4. Argumentasi yang mencakup a) induksi;

b) deduksi (Tarigan, 2008:28).

Klasifikasi yang hampir bersamaan dengan klasifikasi Weayer adalah yang dibuat oleh Morris beserta rekan-rekannya sebagai berikut.

1. Eksposisi yang mencakup 6 metode analisis a) klasifikasi;

b) definisi; c) eksemplifikasi; d) sebab dan akibat; e) komparasi dan kontras; f) prose.

2. Argumentasi yang mencakup


(36)

14 b) persuasi informal.

3. Deskripsi yang meliputi a) deskripsi ekspositori; b) deskripsi artistik/literer. 4. Narasi yang meliputi

a) narasi informatif;

b) narasi artistik/literer (Morris dalam Tarigan, 2008: 29). Berikut klasifikasi menurut ahli yang lain:

1. Tulisan kreatif yang memberi penekanan pada ekspresi diri secara pribadi, salah satunya menulis sastra, misalnya menulis cerita pendek.

2. Tulisan ekspotori, yang mencakup: a) penulisan surat;

b) penulisan laporan;

c) timbangan buku, resensi buku;

d) rencana penelitian (Chenfeld dalam Tarigan, 2008: 29). 2.2Cerpen (Cerita Pendek)

Beberapa pengertian cerita pendek adalah sebagai berikut: 2.2.1 Pengertian Cerpen

Cerita pendek adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri (Tarigan, 1984 : 176)


(37)

Cerita pendek adalah cerita atau parasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif tidak benar-benar terjadi tetapi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja serta relatif pendek (Sain dalam Sumarjo, 1997 : 37)

Dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa cerita pendek adalah suatu karangan yang bersifat fiktif yang menceritakan suatu peristiwa dalam kehidupan pelakunya relatif singkat dan padat serta dapt dinikmati oleh penikmat sastra seketia (sekali duduk).

2.2.2 Ciri-Ciri Cerita Pendek

Cerita pendek (cerpen) memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) ceritanya pendek; b) bersifat rekaan (ficion); c) bersifat naratif; dan d) memiliki kesan tunggal (Sain dalam Sumarjo, 1997:36).

Pendapat lain mengemukakan cerita pendek mengandung inspirasi pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung:

a) Dalam sebuah cerita pendek sebuah insiden yang terutama menguasai jalan cerita;

b) Cerita pendek harus mempunyai seorang yang menjadi tokoh utama (Tarigan, 1995:177).

Ciri utama cerita pendek adalah singkat, padu dan intensif. Unsur-unsur cerita pendek adalah adegan, tokoh dan gerak. Bahasa yag digunakan dalam cerita pendek adalah harus tajam, sugestif dan menarik perhatian (Morris dalam Tarigan, 1985:177).


(38)

16 Berdasarkan pengertian ciri cerita pendek penulis menyimpulkan bahwa ciri-ciri cerita pendek adalah suatu kesatuan cerita yang di dalamnya terdapat tokoh, adegan serta bahasa yang digunakan menarik perhatian.

2.2.3 Unsur-Unsur Cerita Pendek

Sebagai hasil cipta karya sastra, cerita pendek dibangun atas dua unsur, yang pertama adalah unsur intrinsik yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam, unsur yang kedua adalah unsur ekstrinsik yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra dari luar.

Unsur intrinsik cerita pendek meliputi : (1) tema; (2) alur; (3) penokohan; (4) latar; (5) ketegangan (suspanse); (6) sudut pandang; (7) gaya bahasa (Zulfahnur, 1997:62).

Dari beberapa pendapat di atas mengenai unsur-unsur cerita pendek, penulis ingin meneliti kemampuan isinya menyajikan unsur-unsur tersebut ke dalam cerita pendek melalui media lagu yang meliputi unsur tema, alur, penokohan, latar, dan gaya bahasa.

Mengungkap tentang unsur-unsur intrinsik cerita pendek yang dikemukakan oleh Zulfahnur, untuk lebih jelasnya akan penulis uraikan sebagai berikut:

1. Tema

Tema adalah pandangan hidup tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang terbentuk atau membangun gagasan utama.


(39)

Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas tentang pengertian tema pada da-sarnya memiliki kesamaan. Pengertian tema yang dikemukakan oleh Zulfahnur dan pengertian tema yang diungkapkan oleh Brooks dalam Tarigan bahwa tema yang dimaksud adalah pokok pikiran yang terdapat dalam sebuah cerita. 2. Alur

Yang dimaksud dengan alur atau plot adalah struktur gerak yang terdapat dalam fiksi atau cerita pendek (Brooks dalam Tarigan, 1991:126).

Plot adalah rangkaian kejadian dan perbuatan, rangkaian hal-hal yang diderita dan dikerjakan oleh pelaku yang bersangkutan (Hudson dalam Wirya, 1983:79) Alur fiksi hendaknya diartikan tidak hanya sebagai peristiwa-peristiwa yang diceritakan dengan panjang lebar dalam suatu rangkaian tertentu, tetapi lebih merupakan penyusunan yang dilakukan oleh penulisannya tentang peristiwa-peristiwa tersebut berdasarkan hubungan kausalitasnya (Sayuti,1997:19). Plot adalah struktur penyusunan kejadian-kejadian dalam cerita tetapi disusun secara logis (Wirya dalam Hamalik,1983:79).

Pengertian yang diungkapkan oleh beberapa pakar tersebut pada dasarnya mempunyai kesamaan yaitu alur adalah rangkaian kejadian dan perbuatan, rangkaian hal-hal yang diderita dan dikerjakan pelaku yang bersangkutan. 3. Perwatakan atau Penokohan

Dalam sebuah cerita fiksi selain didukung oleh adanya alur, perwatakan atau penokohan juga sangat mendukung, yang melukiskan watak-watak tokoh dalam cerita tersebut.


(40)

18 Perwatakan atau penokohan adalah pelukisan tokoh atau pelaku cerita melalui sifat-sifat, sikap, dan tingkah lakunya dalam cerita (Zulfahnur, 1999:29).

Tokoh/penokohan adalah elemen struktur fisik yang melahirkan peristiwa (Sayuti, 1994:47). Penokohan ialah bagaimana cara pengarang mengambarkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh dalam sebuah cerita rekaan (Esten, 1987:27).

4. Latar

Latar adalah situasi tempat, ruang dan waktu terjadinya cerita (Zulfahnur, 1999:37). Latar adalah latar belakang fisik, unsur, tempat, dan ruang dalam suatu cerita (Brooks dalam Tarigan,1991:136).

Latar dapat dibedakan atas atas: (a) latar waktu mengacu kepada saat terjadinya peristiwa secara historis dalam plot; (b) latar sosial; merupakan lukisan status yang me-nunjukkan hakikat seseorang atau beberapa orang tokoh di dalam masyarakat yang ada disekelilingnya; (c) latar tempat; menyangkut deskripsi tempat suatu cerita terjadi (Sayuti, 1997:80).

Pada dasarnya pengertian latar pendapat pakar di atas memiliki inti yang sama latar yang dimaksud dalam cerita fiksi (cerpen) adalah tempat terjadinya cerita kapan dan dimana cerita itu terjadi.

5. Suspense (ketegangan)

Suspanse atau ketegangan adalah cara menyusun suatu cerita sehingga para pembaca selalu ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya (Tarigan, 1991:126). Suspanse juga merupakan sarana yang dapat dipergunakan untuk


(41)

melahirkan atau menciptakan suspanse dalam cerita ialah foreshadowing ‘padahan’ yakni perkenalan atau pemaparan detil-detil yang mengisyaratkan arah yang akan dituju oleh suatu cerita (Sayuti, 1997:32).

6. Sudut Pandang

Sudut pandang adalah tempat pencerita dalam hubungannya dengan cerita, dari sudut mana pencerita menyampaika kisahnya (Zulfahnur dalam Sudjiman, 1999:35). Sudut pandang dapat diartikan tempat pengarang di dalam cerita dalam ia mengisahkan ceritanya (Zulfahnur, 1999:36).

Sudut pandang dapat dibedakan atas; (a) pengarang pelibat, pengarang ikut ambil bagian dalam cerita sebagai tokoh utama atau yang lain; (b) pengarang sebagai pengamat, posisi pengarang sebagai pengamat yang mengisahkan pengamatannya sebagai tokoh samping; (c) pengarang serba tahu, pengarang berada di luar cerita tapi serba tahu apa yang di rasa dan dipikirkan oleh tokoh cerita (Shaw dalam Zulfahnur, 1999:35).

2.2.4 Tahapan Menulis Cerita Pendek

Ada beberapa tahapan atau langkah-langkah dalam menulis sebuah ceria pendek yaitu

a) Menentukan tema cerita pendek. tema merupakan permasalah dasar yang menjadi pusat perhatian dan akan diuraikan sehingga menjadi jelas. Tema sangat berkaitan dengan amanat, pesan, tujuan yang hendak disampaikan.


(42)

20 b) Mengumpulkan data-data, keterangan, informasi, dokumen yang terkait dengan

peristiwa atau pengalaman yang menjadi sumber inspirasi cerita.

c) Menentukan garis besar alur atau plot cerita. Secara bersamaan dengan tahap ini menciptakan tokoh dan menentukan latar cerita.

d) Menetapkan titik pusat kisahan atau sudut pandang pengarang. e) Mengembangkan garis besar cerita menjadi cerita utuh.

f) Memeriksa ejaan, diksi, dan unsur-unsur kebahasaan lainnya serta mem-perbaikinya jika terdapat kesalahan.

2.3Media Pembelajaran Menulis Cerita Pendek

Beberapa pengertian media pembelajaran menurut para ahli 2.3.1 Pengertian Media

Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar (Gagne dalam Sadiman, 2005). Media adalah segala alat fisik yang dapat menyajika pesan serta merangsang siswa untuk belajar (Brings dalam Sadiman, 2005:6). Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audioisual serta peralatannya (Sadiman, 2005:7). Media adalah metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah (Hamalik, 1994:12).


(43)

Dari beberapa pengertian di atas penulis mengacu pada pendapat Hamalik. Pen-dapat ini mempunyai maksud bahwa media lagu yang digunakan merupakan alat untuk memudahkan penyampaian informasi dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan menggunakan media siswa lebih mudah menangkap tujuan pembelajaran di sekolah serta lebih mudah menggambarkan objek yang dimaksudkan.

Berkaitan dengan penelitian kemampuan menulis cerita pendek melalui media la-gu di SMP 17.3 katibung Kabupaten Lampung Selatan, media lala-gu yang akan pe-nulis gunakan diharapkan dapat menunjang dan memudahkan siswa mepe-nulis ceri-ta pendek yang sesuai seperti yang diharapkan.

2.3.2 Ciri-Ciri Umum Media

Beberapa karakteristik/ciri media pembelajaran sebagai berikut:

1) Media pembelajaran identik dengan alat peraga langsung dan tidak langsung. 2) Media pembelajaran digunakan dalam proses komunikasi proses

pembe-lajaran.

3) Media pembelajaran merupakan alat yang efektif dalam pembelajaran.

4) Media pembelajaran memiliki muatan normatif bagi kepentingan pem-belajaran.

5) Media pembelajaran erat kaitannya dengan metode mengajar khususnya. (Saksono dalam Sakwa, 2009:15).


(44)

22 2.3.3 Macam-Macam Media

Bahwa dilihat dari jenisnya, media dibagi menjadi lima (Faturrohman dan Sutikno dalam Badiah, 2010: 67-68) yaitu :

1) Media Audio, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, casette recorder, dan piringan hitam.

2) Media Visual, yaitu media yang mengandalkan indra penglihatan sperti film bisu, kartun, OHP, dan slide.

3) Media Audio Visual, yaitu media yang dapat menampilkan unsur dan gambar bergerak seperti film suara, video casette, dan televisi.

4) Komputer dan LCD, yaitu media yang menggunakan komputer atau LCD dalam pembelajaran.

5) Multimedia berbasis komputer dan inter-actif video. Multimedia ini secara sederhana diartikan lebih dari satu media, ia bisa berupa kombinasi antara teks, grafik, animasi, suara, dan video.

Dari berbagai macam-macam media yang dikemukakan, penulis menggunakan penggabungan antara media audio-visual dan computer serta LCD untuk pembelajaran menulis cerita pendek berdasarkan lagu. Namun penggunaan media audio-visual memiliki keunggulan dan kelemahan. Beberapa kelebihan yang dapat diperoleh dengan menggunakan audio-visual (lagu) diantaranya adalah.

1) menyajikan obyek belajar secara konkreat atau pesan pembelajaran secara realistik, sehingga sangat baik untuk menambah pengalaman belajar;


(45)

2) sifatnya yang audiovisual, sehingga memiliki daya tarik tersendiri dan dapat memacu atau memotivasi pebelajaran untuk belajar;

3) sangat baik untuk pencapaian tujuan belajar psikomotorik;

4) dapat mengurangi kejenuhan belajar, terutama jika dikobinasikan dengan tek-nik mengajar secara ceramah dan diskusi persoalan yang ditayangkan;

5) menambah daya tahan ingatan atau retensi tentang objek belajar yang dipelajari pembelajar;

6) portable dan mudah didistribusikan

Kelemahan penggunaan audiovisual adalah 1) pengadaannya memerlukan biaya mahal;

2) tergantung pada energy listrik, sehingga tidak dapat dihidupkan disembarang tempat;

3) sifat komunikasi searah, sehingga tidak dapat member peluang untuk ter-jadinya umpan balik;

4) mudah tergoda untuk menayangkan kaset VCD yang bersifat hiburan sehingga suasana belajar akan terganggu (Sanaky, 2011:103).

2.3.4 Media Lagu dalam Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran diperlukan media atau alat untuk mendukung proses pembelajaran guna menarik perhatian siswa. Salah satu media yang diduga dapat menarik perhatian siswa adalah media audio-visual yaitu lagu. Lagu termasuk ke dalam media audio visual karena lagu merupakan hal atau sesuatu yang berkaitan


(46)

24 Lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian. Bahwa lirik lagu merupakan karya sastra yang diciptakan dengan bahasa sebagai medianya, yang merupakan perpaduan harmonis antara isi yang menarik dan bahasa yang indah (Deltriana, 2005:3). Lirik lagu merupakan suatu karya seni (budaya) yang mengekspresikan jiwa si pencipta dan ling-kungannya.

Lagu juga merupakan syair-syair yang dinyanyikan dengan irama yang menarik agar menjadi enak didengar. Lagu dapat menjadi curahan hati orang yang mem-buat lagu, sehingga lagu yang dinyanyikan dapat bernuansa sedih, senang, mau-pun jenaka.

Lagu sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek dan meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembe-lajaran (Trimantara, 2005:1). Karena lagu dapat digunakan untuk menciptakan suasana yang nyaman dan memberikan sugesti yang merangsang berkembangnya imajinasi siswa.

Media lagu digunakan sebagai pencipta suasana sugesti, stimulus, dan sekaligus menjadi jembatan bagi siswa untuk membayangkan atau menciptakan gambaran dan kejadian berdasarkan tema lagu. Dengan demikian siswa dapat menciptakan sebuah cerpen berdasarkan syair lagu yang ditetapkan guru dan dapat memperoleh nilai sesuai dengan standar KKM (kreteria ketuntasan minimum).


(47)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian tin- dakan kelas (PTK). Ruang lingkup penelitian ini adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melak- sanakan, (3) mengamati, dan (3) merefleksi tindakan secara kolaboratif dan par- tisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa meningkat (Kusumah, 2011: 9).

Penelitian tindakan Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari ada- nya berbagai model penelitian tindakan yang lain, khususnya PTK. Dikatakan de- mikian karena dialah yang pertama kali memperkenalkan Action Research atau penelitian tindakan. Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt Lewin terdiri dari empat komponen. Hubungan keempat kompenen tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 3.1

Hubungan Perencanaan, Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi. Model Kurt Lewin. Tindakan

(acting)

Pengamatan (observating) Perencanaan

(planning)

Refleksi (reflecting)


(48)

26 Penelitian tindakan kelas ini bercirikan adanya perubahan yang berlangsung seca- ra terus menerus. Apabila pembelajaran menulis naskah drama dengan menggu- nakan teknik pelatihan terbimbing belum meningkat pada siklus pertama, penulis akan merencanakan tindakan siklus kedua, dan seterusnya sampai tercapai hasil yang diharapkan. Dengan demikian, jumlah siklus tidak terikat dan tidak ditentu- kan sampai siklus tertentu.

Pelaksanaan tindakan siklus disesuaikan dengan kebutuhan dalam upaya pening- katan hasil pembelajaran. Jika terdapat peningkatan dalam pembelajaran yang se- suai dengan indikator, maka siklus tersebut dapat dihentikan, meskipun masih da-lam siklus kedua. Siklus juga dihentikan apabila dirasa tidak ada perubahan hasil belajar dalam setiap tahapan yang telah dilalui karena akan menimbulkan kejenu- han pada siswa.

3.2 Pelaksanaan Penelitian

Dalam melakukan penelitian meliputi beberapa aspek yaitu: 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan Tiga Kabupaten. SMP 17.3 Katibung memiliki 6 rombongan belajar yang terdiri atas 2 ruang kelas VII, 2 ruang kelas VIII, dan 2 ruang kelas IX.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 terhitung dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2011 (tiga bulan). Pelaksanaan PTK


(49)

sesuai dengan jadwal pelajaran, dan penelitian akan berlangsung sampai indikator yang telah ditentukan tercapai.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada kelas IX Sekolah Menengah Pertama 17.3 Katibung Kabupaten Lampung SelatanTahun Pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 30 siswa, yang terdiri atas 12 siswa laki-laki dan18 siswa perempuan.

3.4 Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data hasil kemampuan menulis cerita pendek dengan memperhatikan kaidah penulisan menulis cerita pendek pada siswa kelas IX Sekolah Menengah Pertama 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012.

3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik dan alat pengumpul data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut.

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan selama kegiatan penelitian ini berlangsung dengan tes. Tes ini digunakan untuk mengumpulkan data nilai-nilai siswa. Hal ini dila- kukan untuk mengetahui kemampuan menulis cerita pendek dengan menggunakan media lagu pada siswa kelas IX SMP 17.3 Katibung Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2011/2012.


(50)

28 3.5.2 Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah tes tertulis. 3.6 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah menggunakan daur ulang atau siklus. Setiap siklus terdiri atas empat kegiatan inti, yaitu: perencanaan, tin- dakan observasi, dan refleksi. Kegiatan pertama penelitian didahulukan dengan menemukan masalah dan berupaya mencari solusi berupa perencanaan perbaikan (perenungan). Dilanjutkan dengan tindakan yang telah direncanakan sehingga menghasilkan perbaikan untuk tindakan selanjutnya pada siklus-siklus berikutnya.

3.6.1 Urutan Tindakan Pembelajaran

Siklus I

Penyampaian materi pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut.

1. Guru menyampaikan apersepsi dan menginformasikan tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

2. Guru menjelaskan pengertian cerita pendek.

3. Guru dan siswa mengadakan tanya jawab tentang yang telah dijelaskan. 4. Siswa menyusun kerangka berdasarkan sair lagu yang disukai dan

meng-embangkannya menjadi sebuah cerita pendek

5. Siswa mengumpulkan hasil kerja masing-masing.

6. Guru dan siswa membuat kesimpulan.


(51)

Berdasarkan kajian dan hasil tes tertulis pada siklus I, guru merumuskan ke-unggulan dan kelemahan yang ada pada siklus 1 yang akan dijadikan bahan pertimbangan dalam pelaksanaan strategi pembelajaran pada siklus II. Pada siklus I, penulis belum menggunakan media lagu dengan maksimal.

Siklus II

Penyampaian materi pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut.

1. Guru menyampaikan apersepsi dan menginformasikan tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

2. Guru membagikan lembar kerja kepada masing-masing siswa untuk menyele-

saikan tugasnya.

3. Guru memutarkan lagu yang berjudul Cerita Kepada Teman yang dipopulerkan

oleh Ebit G Ade melalui alat yang telah disediakan yaitu leptop dan LCD 4. Setiap siswa mengerjakan apa yang diminta guru, yaitu menulis cerita pendek

dengan berdasarkan syair lagu yang telah diputrarkan serta memperhatikan kaidah penulisan cerita pendek.

5. Guru memberikan bimbingan kepada siswa, dengan mendatangi siswanya satu persatu, menanyakan kesulitan yang siswa hadapi dalam menulis cerita pendek.

6. Siswa mengumpulkan hasil kerja masing-masing.

7. Guru dan siswa membuat kesimpulan.


(52)

30 3.7 Teknik Analisa Data

Hal-hal yang dinilai dalam penelitian ini ada dua aspek, yaitu aktivitas siswa dan efektivitas penggunaan media dan aktivitas guru. Aspek aktivitas siswa, meliputi menentukan kelengkapan aspek formal cerpen (judul, pengarang dialog dan narasi), kelengkapan unsur intrinsik cerpen, dan kesesuaian penggunaan bahasa cerpen. Aspek aktivitas guru meliputi penyajian materi dan penggunaan media lagu.

Tabel 3.1 Indikator dan Deskriptor Kemampuan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas IX SMP 17.3 Katibung Lampung Selatan

Tahun Pelajaran 2011/2012

No Indikator Deskriptor Skor Sklor

Maks

1 2 3 4 5

1 Tema Dalam menulis tema terdapat unsur –

unsur pandangan hidup tertentu, perasaan tertentu, mengenai kehidupan, rangkaian nilai-nilai tertentu yang terbentuk dan membangun gagasan utama, sesuai dengan isi lagu yang telah diputarkan.

5

5 Tema hanya menunjukkan perasaan

tertentu, mengenai kehidupan, rangkaian nilai-nilai tertentu, yang terbentuk atau membangun gagasan utama, dan sesuai dengan lagu yang telah diputarkan.

4

Tema hanya menunjukkan mengenai kehidupan, rangkaian nilai-nilai tertentu, yang terbentuk atau membangun gagasan utama, dan sesuai dengan isi lagu yang telah diputarkan.

3

Tema hanya menunjukkan rangkaian nilai-nilai tertentu, yang membangun gagasan utama, dan sesuai dengan isi


(53)

No Indikator Deskriptor Skor Sklor Maks

1 2 3 4 5

Tema menunjukkan pandangan hidup tertentu, perasaan tertentu mengenai kehidupan, rangkaian nilai-nilai tertentu, yang terbentuk atau membangun gagasan utama, dan sesuai dengan lagu yang telah diputarkan, namun tidak tepat.

1

2 Alur Penulisan alur terdapat rangkaian

kejadian, perbuatan, rangkaian hal-hal yang diderita oleh pelaku yang

bersangkutan, yang ada di dalam lagu yang telah diputarkan.

5

5 Alur hannya menunjukkan perbuatan,

rangkaian hal-hal yang diderita oleh pelaku yang bersangkutan, yang ada di dalam isi lagu.

4

Alur hannya menunjukkan rangkaian hal-hal yang diderita oleh pelaku yang bersangkutan, yang ada di dalam isi lagu yang telah diputarkan.

3 Alur menunjukkan kesesuaian dengan

isi lagu yang telah diputarkan. 2

Alur menunjukkan rangkaian kejadian, perbuatan, rangkaian hal-hal yang diderita oleh pelaku yang bersangkutan, yang ada di dalam lagu yang telah diputarkan, namun tidak tepat.

1

3 Penokohan Penokohan menunjukkan beberapa sifat

yakni pelukisan tokoh atau pelaku cerita melalui sifat-sifat, sikap dan tingkah laku sesuai dengan cerita yang terdapat di dalam isi lagu yang diputarkan.

5

5 Penokohan hanya menunjukkan sikap

dan tingkah laku sesuai dengan cerita yang terdapat di dalam isi lagu yang diputarkan.


(54)

32

No Indikator Deskriptor Skor Sklor

Maks

1 2 3 4 5

Penokohan menunjukkan sikap dan tingkah laku dalam cerita, namun tidak

sesuai isi lagu yang diputarkan. 3

5 Penokohan tidak sesuai dengan isi lagu

yang diputarkan. 2

Penokohan menunjukkan pelukisan tokoh atau pelaku cerita melalui sifat-sifat, sikap dan tingkah laku dalam cerita yang terdapat di dalam lagu yang diputarkan, namun tidak tepat.

1

4 Latar Dalam penulisan latar terdapat latar

belakang fisik, unsur, tempat, dalam suatu cerita yang terdapat di dalam isi lagu yang diputarkan.

5

5 Dalam penulisan latar hannya terdapat

unsur, tempat, dalam suatu cerita yang terdapat di dalam isi lagu yang

diputarkan.

4 Latar hannya menunjukkan latar tempat, dalam suatu cerita yang terdapat di dalam

isi lagu yang diputarkan. 3

Latar menunjukkan tempat, dalam suatu cerita namun tidak ada di dalam isi lagu

yang diputarkan. 2

Latar menunjukkan latar belakang fisik, unsur, tempat, dalam suatu cerita yang terdapat di dalam isi lagu yang diputarka. Namun tidak tepat.

1

5 Suspanse

(ketegangan) Menata ketegangan dengan jelas dan memperhatikan hubungan sebab akibat dalam cerpen sehingga dapat

menimbulkan emosi jiwa pada diri pendengar/ pembaca sesuai dengan sair lagu yang diputarkan.

5

5 Menata ketegangan dengan jelas dan

memperhatikan hubungan sebab akibat dalam cerpen, tetapi kurang dapat

menimbulkan emosi jiwa diri pendengar/ pembaca, kurang sesuai dengan lagu yang diputarkan.


(55)

No Indikator Deskriptor Skor Sklor Maks

1 2 3 4 5

Menata ketegangan dengan jelas dan memperhatikan hubungan sebab akibat dalam cerpen, tetapi kurang dapat

menimbulkan emosi jiwa diri pendengar/ pembaca, kurang sesuai dengan lagu yang diputarkan.

3

Tidak menata konflik sehingga tidak terdapat hubungan sebab akibat dalam cerpen dan tidak ada gejolak yang timbul pada jiwa pendengar/pembaca dan tidak ada hubungan dengan lagu yang

diputarkan.

2

6 Sudut

Pandang Penulisan sudut pandang terdapat beberapa unsur yaitu tempat penceritaan dalam hubungannya dengan cerita, dari sudut mana pencerita menyampaikan kisahnya yang dibedakan menjadi pengara pelibat, pengarang sebagai pengamat, pengarang serba tahu dan sesuai dengan isi lagu yang diputarkan.

5

5 Sudut pandang hannya menunjukkan

pengarang sebagai pengamat, pengarang serba tahu dan sesuai dengan isi lagu yang diputarkan.

4 Sudut pandang hannya menunjukkan,

pengarang serba tahu dan sesuai dengan

isi lagu yang diputarkan. 3

Sudut pandang menunjukkan pengarang serba tahu namun tidak sesuai dengan isi

lagu yang diputarkan. 2

Sudut pandang menunjukkan pengara pelibat, pengarang sebagai pengamat, pengarang serba tahu dan sesuai dengan isi lagu yang diputarkan. Namun tidak tepat.

1

Jumlah 30

(Dimodifikasi dari Nurgiantoro, 2001:281 dan Depdiknas dalam Sakwan 2009:79). Yang disesuaikan dengan judul sehingga indikator yang digunakan sesuai untuk penilaian kemampuan siswa dalam menulis cerita pendek).


(56)

34

Penjelasan Indikator Kemampuan Menulis Cerita Pendek

1) Tema

Tema merupakan hal yang terpenting dalam penulisan cerita pendek karena tema merupakan pokok pikiran yang terdapat dalam sebuah cerita. Dengan demikian apabila siswa menulis cerpen dengan ketentuansesuai dengan pengertian tema yaitu tema menunjukkan pandangan hidup tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupa, rangkaian nilai-nilai tertentu yang terbentuk atau membangun gagasan utama, sesuai dengan isi lagu yang telah diputarkan. siswa memperoleh sekor 5. Tema menunjukkan perasaan tertentu mengenai kehidupan, rangkaian nilai-nilai tertentu, yang terbentuk atau membangun gagasan utama, dan sesuai dengan lagu yang telah diputarkan, siswa memperoleh sekor 4. Tema menunjukkan mengenai kehidupan, rangkaian nilai-nilai tertentu, yang terbentuk atau membangun gagasan utama, dan sesuai dengan isi lagu yang telah diputarkan. siswa memperoleh sekor 3. Tema menunjukkan rangkaian nilai-nilai tertentu, yang membangun gagasan utama, dan sesuai dengan isi lagu yang telah diputarkan, siswa memperoleh sekor 2. Tema menunjukkan pandangan hidup tertentu, perasaan tertentu mengenai kehidupan, rangkaian nilai-nilai tertentu, yang terbentuk atau membangun gagasan utama, dan sesuai dengan lagu yang telah diputarkan, namun tidak tepat. siswa memperoleh sekor 1.

2) Alur

Pada penulisan cerpen alur merupakan penyusunan yang dilakukan oleh pe-nulisannya tentang peristiwa-peristiwa dalam cerpent berdasarkan hubungan


(57)

kausalitasnya. Maka apabila siswa dapat menyusun alur sesuai dengan yang ada dalam alur yaitu alur merupakan rangkaian kejadian, perbuatan, rangkaian hal-hal yang diderita oleh pelaku yang bersangkutan, yang ada di dalam lagu yang telah diputarkan, siswa memperoleh sekor 5; 2) alur tidak menunjukkan perbuatan, rangkaian hal-hal yang diderita oleh pelaku yang bersangkutan, yang ada di dalam isi lagu, siswa memperoleh sekor 4; 3) alur menunjukkan rangkaian hal-hal yang diderita oleh pelaku yang bersangkutan, yang ada di dalam isi lagu yang telah diputarkan, siswa memperoleh sekor 3; 4) alur menunjukkan kesesuaian dengan isi lagu yang telah diputarkan siswa memperoleh sekor 2; 5) alur menunjukkan rangkaian kejadian, perbuatan, rangkaian hal-hal yang diderita oleh pelaku yang bersangkutan, yang ada di dalam lagu yang telah diputarkan, namun tidak tepat. siswa memperoleh sekor 1.

3) Penokohan

Penokohan merupakan hal yang harus ada dalam sebuah cerita karena, Dalam sebuah cerita fiksi selain didukung oleh adanya alur, perwatakan dan penokohan juga sangat mendukung, yang melukiskan watak-watak tokoh dalam cerita tersebut.

Jadi apabila siswa dalam mengidentifikasi tokoh dengan jelas sesuai dengan pengertian penokohan yaitu penokohan adalah pelukisan tokoh atau pelaku cerita melalui sifat-sifat, sikap dan tingkah laku dalam cerita yang terdapat di dalam isi lagu yang diputarkan, mendapatkan skor 5. Penokohan menunjukkan, pelaku cerita melalui sifat-sifat, melalui sikap dan tingkah laku dalam cerita yang terdapat di dalam isi lagu yang diputarkan, mendapatkan skor 4. Penokohan menunjukkan sikap dan tingkah laku dalam cerita, namun sesuai isi lagu yang


(58)

36 diputarkan.mendapat skor 3. Penokohan tidak sesuaii dengan isi lagu yang diputarkan, siswa mendapatkan skor 2. Penokohan menunjukkan pelukisan tokoh atau pelaku cerita melalui sifat-sifat, sikap dan tingkah laku dalam cerita yang terdapat di dalam lagu yang diputarkan, namun tidak tepat, siswa mendapatkan skor 1.

4) Latar

Latar adalah situasi tempat, ruang dan waktu terjadinya cerita. Dalam penulisan sebuah cerpen siswa harus mengetahui tempat, ruang dan waktu cerita yang ditulis berdasarkan syair lagu yang telah diputarkan. Latar merupakan tempat atau waktu terjadinya suatu peristiwa dalam sebuah karya sastra. Pada latar biasanya terdapat lukisan latar belakang alam atau lingkungan dimana tokoh tersebut barada, dan juga terdapat latar yang menggambarkan tingkah laku, adat dan pandangan hidup. Jadi dalam menata latar, siswa harus mampu menyerasikan antara tokoh, alur, dialog dan juga tema yang terdapat pada naskah drama yang telah mereka tulis. Jadi apabila siswa dapat menata latar sesuai dengan pengertian latar yaitu latar adalah latar belakang fisik, unsur, tempat, dalam suatu cerita yang terdapat di dalam isi lagu yang diputarkan mendapatkan skor 5. Apabila latar menunjukkan latar unsur, tempat, dalam suatu cerita yang terdapat di dalam isi lagu yang diputarkan mendapatkan skor 4. Apabila latar menunjukkan latar tempat, dalam suatu cerita yang terdapat di dalam isi lagu yang diputarkan. mendapatkan skor 3. Apabila latar menunjukkan tempat, dalam suatu cerita namun tidak ada di dalam isi lagu yang diputarkan.mendapatkan skor 2. Apabila siswa dalam menyusun


(59)

latar menunjukkan latar belakang fisik, unsur, tempat, dalam suatu cerita yang terdapat di dalam isi lagu yang diputarka. Namun tidak tepat, mendapatkan skor 1.

5) Suspense (ketegangan)

Suspanse atau ketegangan adalah cara menyusun suatu cerita sehingga para

pembaca selalu ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Untuk menulis sebuah cerpen siswa diarahkan agar dapat menyusun sebuah cerpen sesuai dengan pengertian suspense. Indikator suspense meliputi 1) menata ketegangan dengan jelas dan memperhatikan hubungan sebab akibat dalam cerpen sehingga dapat menimbulkan emosi jiwa pada diri pendengar/pembaca sesuai dengan sair lagu yang diputarkan; 2) menata ketegangan dengan jelas dan memperhatikan hubungan sebab akibat dalam cerpen, tetapi kurang dapat menimbulkan emosi jiwa diri pendengar/pembaca, kurang sesuai dengan lagu yang diputarkan; 3) menata ketegangan tidak jelas, dan kurang memperhatikan hubungan sebab akibat dalam cerpen sehingga tidak menimbulkan gejolak pada jiwa pen-dengar/pembaca, dan tidak sesuai dengan lagu yang diputarkan; 4) Tidak menata konflik sehingga tidak terdapat hubungan sebab akibat dalam cerpen dan tidak ada gejolak yang timbul pada jiwa pendengar/pembaca dan tidak ada hubungan dengan lagu yang diputarkan.

Jadi, apabila siswa dalam menata ketegangan sudah jelas dan memperhatikan hubungan sebab akibat dalam cerpen sehingga mampu menimbulkan emosi jiwa pada diri pendengar/pembaca dan sesuai dengan sair lagu maka mendapatkan skor 4. Apabila dalam menata konflik siswa sudah jelas dan memperhatikan hubungan sebab akibat dalam cerpen, namun kurang dapat menimbulkan emosi jiwa diri pendengar atau pembaca cerpen serta kurang sesuai dengan sair lagu maka


(60)

38 mendapat skor 3. Apabila dalam menata konflik tidak jelas, dan kurang memperhatikan hubungan sebab akibat dalam cerpen sehingga tidak menimbulkan gejolak jiwa pendengar/pembaca dan tidak sesuai dengan lagu, maka mendapatkan skor 2. Apabila pada penulisan cerpen siswa tidak menata konflik sehingga tidak terdapat hubungan sebab akibat dan tidak ada gejolak yang timbul pada jiwa pendengar/pembaca, maka mendapatkan skor 1.

6) Sudut Pandang

Sudut pandang adalah tempat pencerita dalam hubungannya dengan cerita, dari sudut mana pencerita menyampaikan kisahnya. Indikator dalam sudut padang meliputi cerita disajikan dengan sudut pandang yang tepat sesuai dengan syair lagu yang diputarkan, cerita disajikan dengan sudut pandang hampir tepat sesuai dengan syair lagu yang diputarkan, cerita disajikan dengan sudut pandang cukup tepat sesuai dengan syair lagu yang diputarkan, cerita disajikan dengan sudut pandang kurang tepat sesuai dengan syair lagu yang diputarkan, cerita disajikan dengan sudut pandang yang tidak tepat tidak sesuai dengan syair lagu yang diputarkan.

Maka, apa bila siswa menulis cerpen sudut pandang adalah tempat penceritaan dalam hubungannya dengan cerita, dari sudut mana pencerita menyampaikan kisahnya yang dibedakan menjadi pengara pelibat, pengarang sebagai pengamat, pengarang serba tahu dan sesuai dengan isi lagu yang diputarkan, siswa memperoleh sekor 5, Sudut pandang menunjukkan pengarang pelibat, pengarang sebagai pengamat, pengarang serba tahu dan sesuai dengan isi lagu yang diputarkan, siswa memperoleh sekor 4, cerita disajikan dengan sudut pandang


(61)

menunjukkan pengarang sebagai pengamat, pengarang serba tahu dan sesuai dengan isi lagu yang diputarkan, siswa memperoleh sekor 3, cerita disajikan dengan sudut pandang menunjukkan pengarang serba tahu dan sesuai dengan isi lagu yang diputarkan, siswa memperoleh sekor 2, cerita disajikan Sudut pandang menunjukkan pengara pelibat, pengarang sebagai pengamat, pengarang serba tahu dan sesuai dengan isi lagu yang diputarkan. Namun tidak tepat, maka siswa memperoleh skor 1.

3.8 Langkah-Langkah Analisis Data

Cara yang penulis gunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penulis melakukan penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menulis

cerpen dengan membaca secara keseluruhan cerpen yang telah ditulis oleh siswa.

2. Menjumlahkan skor penulisan cerpen berdasarkan tolok ukur penilaian dalam

tabel 3.2.

3. Menghitung skor rata-rata kemampuan siswa dalam menulis cerpen pada indikator kemampuan siswa.

Nilai akhir = Skor Perolehan x 100


(62)

40

4. Menemukan tingkat kemampuan siswa dalam menulis cerpen dengan

memperhatikan kaidah penulisan cerpen dengan tolok ukur di bawah ini.

Tabel 3. 2 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Menulis Cerita Pendek

Nilai Tingkat Kemampuan

85 – 100 70 – 84 55 – 69 40 – 54 ≤ 40

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang Sumber : Kusumah, 2011: 159


(63)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian tindakan kelas pada siswa kelas IX semester ganjil SMP 17.3 Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran 2011/2012, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Hasil prasiklus dari 30 siswa yang tuntas 7 dengan persentase 23,33% dan yang belum tuntas 23 siswa dengan persentase 76,66%. Pada siklus I pembelajaran menulis cerita pendek dengan menggunakan lagu yang disenangi siswa, siswa yang tuntas 14 orang dengan persentase 46,66%, dan yang belum tuntas 16 orang dengan persentase 53,33%. Selanjutnya pada siklus II proses pembelajaran dengan menggunakan media lagu dengan lagu yang dipilihkan guru tingkat ketuntasan siswa mencapai 100%.

2. Dengan penggunaan media lagu dapat meningkatkan kemampuan dan

memotivasi siswa lebih percaya diri, aktif dan berani dalam menuangkan inspirasinya menjadi sebuah tulisan yang dituangkan dalam cerita pendek. 5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah di laksanakan, peneliti menyarankan kepada guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP


(64)

54 17.3, Kabupaten Lampung Selatan apabila dalam proses kegiatan pembelajaran menemukan kesulitan, hendaknya menggunakan media yang menarik yang dapat membangkitkan kreatifitas siswa khususnya dalam menulis cerita pendek yaitu penggunaan media lagu. Dengan penggunaan media lagu terbukti dapat meningkatkan kemampuan menulis pada siswa, khususnya menulis cerita pendek.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Akhdiah, Sabarti. 1996. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Astri, Karimah. 2010. Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi dengan

Menggunakan Media Gambar Pada Siswa Kelas IV SD Negeri I Panjang Selatan Tahun Pelajaran 2009/2010. Bandar Lampung: FKIP Unila. Depdiknas. 2003. Kurikulum Sekolah Menengah Umum Garis-garis Besar Program

Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Depdiknas.

Hamalik. 1994. Media Pendidikan. Jakarta: Gramedia

Keraf, Gorys. 1991. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia. Muslikha. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Interprebook.

Nurgiantoro, B. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Nursito. 1999. Penuntun Mengarang. Yogyakarta: Adi Cipta.

Poerwadarminta. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Sadiman, Arif. 2005. Media Pendidikan. Jakarta: Balai Pustaka.

Sanaky, Hujair AH. 2011. Media Pembelajaran Yogyakarta: Kaukaba Dipantara. Sumarjo. 1997. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Media Indonesia.

Soeparno. 2002. Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Intan Pariwara. Thahar, Haris E. 1999. Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Hendri Guntur. 1987. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa.

Tarigan, Hendri Guntur. 1991. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Unila. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas Lampung Zulfahnur. 1997. Teori Sastra. Bandung: Angkasa.


(1)

mendapat skor 3. Apabila dalam menata konflik tidak jelas, dan kurang memperhatikan hubungan sebab akibat dalam cerpen sehingga tidak menimbulkan gejolak jiwa pendengar/pembaca dan tidak sesuai dengan lagu, maka mendapatkan skor 2. Apabila pada penulisan cerpen siswa tidak menata konflik sehingga tidak terdapat hubungan sebab akibat dan tidak ada gejolak yang timbul pada jiwa pendengar/pembaca, maka mendapatkan skor 1.

6) Sudut Pandang

Sudut pandang adalah tempat pencerita dalam hubungannya dengan cerita, dari sudut mana pencerita menyampaikan kisahnya. Indikator dalam sudut padang meliputi cerita disajikan dengan sudut pandang yang tepat sesuai dengan syair lagu yang diputarkan, cerita disajikan dengan sudut pandang hampir tepat sesuai dengan syair lagu yang diputarkan, cerita disajikan dengan sudut pandang cukup tepat sesuai dengan syair lagu yang diputarkan, cerita disajikan dengan sudut pandang kurang tepat sesuai dengan syair lagu yang diputarkan, cerita disajikan dengan sudut pandang yang tidak tepat tidak sesuai dengan syair lagu yang diputarkan.

Maka, apa bila siswa menulis cerpen sudut pandang adalah tempat penceritaan dalam hubungannya dengan cerita, dari sudut mana pencerita menyampaikan kisahnya yang dibedakan menjadi pengara pelibat, pengarang sebagai pengamat, pengarang serba tahu dan sesuai dengan isi lagu yang diputarkan, siswa memperoleh sekor 5, Sudut pandang menunjukkan pengarang pelibat, pengarang sebagai pengamat, pengarang serba tahu dan sesuai dengan isi lagu yang diputarkan, siswa memperoleh sekor 4, cerita disajikan dengan sudut pandang


(2)

menunjukkan pengarang sebagai pengamat, pengarang serba tahu dan sesuai dengan isi lagu yang diputarkan, siswa memperoleh sekor 3, cerita disajikan dengan sudut pandang menunjukkan pengarang serba tahu dan sesuai dengan isi lagu yang diputarkan, siswa memperoleh sekor 2, cerita disajikan Sudut pandang menunjukkan pengara pelibat, pengarang sebagai pengamat, pengarang serba tahu dan sesuai dengan isi lagu yang diputarkan. Namun tidak tepat, maka siswa memperoleh skor 1.

3.8 Langkah-Langkah Analisis Data

Cara yang penulis gunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penulis melakukan penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menulis cerpen dengan membaca secara keseluruhan cerpen yang telah ditulis oleh siswa.

2. Menjumlahkan skor penulisan cerpen berdasarkan tolok ukur penilaian dalam tabel 3.2.

3. Menghitung skor rata-rata kemampuan siswa dalam menulis cerpen pada indikator kemampuan siswa.

Nilai akhir = Skor Perolehan x 100


(3)

4. Menemukan tingkat kemampuan siswa dalam menulis cerpen dengan memperhatikan kaidah penulisan cerpen dengan tolok ukur di bawah ini.

Tabel 3. 2 Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Menulis Cerita Pendek

Nilai Tingkat Kemampuan

85 – 100 70 – 84 55 – 69 40 – 54 ≤ 40

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang


(4)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian tindakan kelas pada siswa kelas IX semester ganjil SMP 17.3 Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran 2011/2012, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Hasil prasiklus dari 30 siswa yang tuntas 7 dengan persentase 23,33% dan yang belum tuntas 23 siswa dengan persentase 76,66%. Pada siklus I pembelajaran menulis cerita pendek dengan menggunakan lagu yang disenangi siswa, siswa yang tuntas 14 orang dengan persentase 46,66%, dan yang belum tuntas 16 orang dengan persentase 53,33%. Selanjutnya pada siklus II proses pembelajaran dengan menggunakan media lagu dengan lagu yang dipilihkan guru tingkat ketuntasan siswa mencapai 100%.

2. Dengan penggunaan media lagu dapat meningkatkan kemampuan dan memotivasi siswa lebih percaya diri, aktif dan berani dalam menuangkan inspirasinya menjadi sebuah tulisan yang dituangkan dalam cerita pendek.

5.2Saran


(5)

17.3, Kabupaten Lampung Selatan apabila dalam proses kegiatan pembelajaran menemukan kesulitan, hendaknya menggunakan media yang menarik yang dapat membangkitkan kreatifitas siswa khususnya dalam menulis cerita pendek yaitu penggunaan media lagu. Dengan penggunaan media lagu terbukti dapat meningkatkan kemampuan menulis pada siswa, khususnya menulis cerita pendek.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Akhdiah, Sabarti. 1996. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Astri, Karimah. 2010. Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi dengan

Menggunakan Media Gambar Pada Siswa Kelas IV SD Negeri I Panjang

Selatan Tahun Pelajaran 2009/2010. Bandar Lampung: FKIP Unila.

Depdiknas. 2003. Kurikulum Sekolah Menengah Umum Garis-garis Besar Program

Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta:

Depdiknas.

Hamalik. 1994. Media Pendidikan. Jakarta: Gramedia

Keraf, Gorys. 1991. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia. Muslikha. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Interprebook.

Nurgiantoro, B. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Nursito. 1999. Penuntun Mengarang. Yogyakarta: Adi Cipta.

Poerwadarminta. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Sadiman, Arif. 2005. Media Pendidikan. Jakarta: Balai Pustaka.

Sanaky, Hujair AH. 2011. Media Pembelajaran Yogyakarta: Kaukaba Dipantara. Sumarjo. 1997. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Media Indonesia.

Soeparno. 2002. Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Intan Pariwara. Thahar, Haris E. 1999. Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Hendri Guntur. 1987. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa.Bandung: Angkasa.

Tarigan, Hendri Guntur. 1991. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Unila. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas Lampung


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CATATAN HARIAN DENGAN PENERAPAN METODE DISKUSI PADA SISWA SMP NEGERI 6 BANDARLAMPUNG KELAS VII SEMESTER GANJIL TAHUN 2011/2012

0 11 47

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CATATAN HARIAN DENGAN PENERAPAN METODE DISKUSI PADA SISWA SMP NEGERI 6 BANDARLAMPUNG KELAS VII SEMESTER GANJIL TAHUN 2011/2012

0 9 48

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS IX SEMESTER GANJIL SMP 17.3 KATIBUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 12 65

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS IX SEMESTER GANJIL SMP 17.3 KATIBUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 21 59

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULISKAN KEMBALI ISI TEKS BACAAN SASTRA MELALUI TEKNIK LATIHAN PADA SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 5 NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 65

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULISKAN KEMBALI ISI TEKS BACAAN SASTRA MELALUI TEKNIK LATIHAN PADA SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 5 NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 67

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MEDIA GRAFIS PADA SISWA KELAS IV SDN 4 PARDASUKA KECAMATAN KATIBUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 23 33

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI TEKNIK PELATIHAN PADA SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 WAWAY KARYA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 80

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI TEKNIK PELATIHAN PADA SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 WAWAY KARYA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

4 53 61

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMANDU ACARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII A SEMESTER GENAP SMP 17.3 KATIBUNG LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 41