PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMANDU ACARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII A SEMESTER GENAP SMP 17.3 KATIBUNG LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMANDU ACARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII A

SEMESTER GENAP SMP 17.3 KATIBUNG LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh ASSARI

Penelitian Tindakan Kelas

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2013


(2)

i ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMANDU ACARA MELALUI

TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII A

SEMESTER GENAP SMP 17.3 KATIBUNG LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh ASSARI

Kemampuan memandu acara pada siswa masih rendah. Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan siswa dalam memandu acara. Kegiatan memandu acara meliputi beberapa aspek diantaranya (1) kelengkapan acara yang disampaikan, (2) kesesuaian acara dengan kegiatan, (3) pelafalan (4) kosakata, (5) kefasihan, (6) intonasi dan mimik.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan melalui dua siklus. Setiap siklus meliputi tahap analisis data yang dilakukan peneliti sejak awal tahap penelitian. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengobservasian, dan refleksi. Pelaksanaan siklus I dan siklus II sesuai dengan rencana pelaksaan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VIII pada semester genap.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I dan II terdapat peningkatan. Pada siklus I, nilai rata-rata siswa adalah 69,71. Siswa yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal dengan nilai 70,00 sebanyak 13 orang dengan persentase 52%, dan siswa yang belum mencapai KKM 12 orang dengan persentase 48%. Pada siklus II, nilai rata-rata siswa adalah 75,71. Siswa yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal 19 orang, dengan persentase 76%, dan siswa yang belum mencapai KKM 6 orang, dengan persentase 24%. Nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 6,00.


(3)

ii Siswa yang mencapai Kreteria Ketuntasan Minimal terjadi peningkatan yaitu sebesar 24 %.

Teknik pemodelan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memandu acara. Teknik pemodelan adalah kegiatan pembelajaran dengan memberikan model dengan tujuan untuk membahaskan gagasan yang kita pikirkan, mendemontrasikan bagaimana kita inginkan para siswa untuk belajar, atau melakukan apa saja yang kita inginkan agar siswa melakukannya.


(4)

(5)

(6)

(7)

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

SANWACANA ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Manfaat Teoretis ... 6

1.4.2 Manfaat Praktis ... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

1.5.1 Subjek Penelitian ... 7

1.5.2 Objek Penelitian ... 8

1.5.3 Tempat Penelitian... 8

1.5.4 Waktu Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Model Pembelajaran ... 9

2.1.1 Ciri-Ciri Kontekstual ... 10

2.1.2 Karakterisrik Kontekstual ... 12

2.2 Keterampilan Berbicara ... 13

2.3 Kegiatan Memandu Acara ... 14

2.4 Teknik Pemodelan ... 18

BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 19

3.2 Latar Penelitian ... 20

3.3 Kehadiran dan Peran Peneliti di Lapangan ... 20

3.4 Subjek Penelitian ... 20

3.5 Data dan Sumber Data ... 20

3.6 Pengumpulan Data ... 21

3.7 Analisis Data, Evaluasi, dan Refleksi ... 22

3.8 Prosedur Penelitian ... 26

3.8.1 Perencanaan Tindakan ... 26

3.8.2 Pelaksanaan Tindakan ... 27

3.8.3 Observasi ... 28


(8)

4.1 Profil SMP 17.3 Katibung Lampung Selatan ... 30

4.1.1 Sejarah SMP 17.3 Katibung ... 30

4.1.2 Izin Operasional SMP 17.3 Katibung ... 31

4.1.3 Sarana dan Prasarana ... 31

4.1.4 Struktur Organisasi ... 32

4.1.5 Daftar Guru ... 33

4.1.6 Daftar Karyawan ... 34

4.1.7 Keadaan Siswa ... 35

4.2 Pembelajaran Memandu Acara ... 35

4.2.1 Persiapan Pembelajaran ... 36

4.2.2 Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus I ... 39

4.2.3 Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus II ... 44

4.3 Hasil Penelitian ... 49

4.3.1 Analisis Hasil Tes ... 50

4.3.2 Perkembangan Antarsiklus ... 62

4.3.3 Keunggulan dan Kelemahan Teknik Pemodelan ... 63

4.3.4 Pembelajaran Memandu Acara Melalui Teknik Pemodelan ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi empat aspek keterampilan, yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek tersebut merupakan aspek yang terintegrasi dalam pembelajaran (Depdiknas 2006:2). Walaupun dalam pembelajaran keempat aspek (mendengar, berbicara, membaca dan menulis) tersebut masih dapat dipisahkan, karena kenyataannya guru harus mampu mengidentifikasi setiap kemampuan peserta didik. Dari keempat aspek keterampilan berbahasa (mendengar, berbicara, membaca dan menulis), keterampilan berbicara yang sulit dilakukan karena berbicara merupakan hal yang sangat memerlukan keterampilan.

Masalah yang menjadi hambatan dalam berbicara adalah gangguan dari segi berbicara itu sendiri, gangguan dari segi bahasa dan gangguan dari segi berpikir. Gangguan dari segi berbicara bisa bersifat gangguan teknik atau mekanisme berbicara atau alat-alat organ manusia yang terlibat sewaktu berbicara, bisa bersifat multifaktoral berbicara yang sembrono, propulsif dan lain sebagainya. Menurut Karomani (2011:44) berbicara merupakan kegiatan motorik voluntari yang mengandung modalitas psikis, sehingga secara singkat dikenal sebagai aktifitas psikomotorik. Karena itu, gangguan berbicara dapat dikelompokkan


(10)

menjadi dua kategori. Yang pertama adalah gangguan teknik atau mekanik yang berimplikasi gangguan organik dan yang kedua gangguan psikogenik. Sedangkan menurut Tarigan (1990:15) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

(Suwandi, 2008:180) mengemukakan bahwa pemandu acara atau sering disebut pewara adalah orang yang bertugas memandu suatu acara dengan membacakan dan mengatur jalannya acara dalam suatu kegiatan. Pemandu acara merupakan orang yang pertama tampil dan berbicara, sebelum pembicara-pembicara utama berbicara atau berpidato. Sebagai orang pertama yang berbicara, pemandu acara harus mampu menarik perhatian pendengar. Menurut (Wahono, 2007:173), untuk menjadi pemandu acara diperlukan sikap yang luwes, tidak kaku, berani tampil di depan umum, berpenampilan menarik, vokal atau suara yang jelas, dan mampu dengan cepat beradaptasi dengan konteks peristiwa yang terjadi.

Dalam kurikulum 2006, silabus kelas VIII terdapat Standar Kompetensi (KD) berbicara 10 yaitu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi melalui kegiatan diskusi dan protokoler. Kompetensi Dasar (KD) 10.2 yaitu membawakan acara dengan bahasa yang baik dan benar serta santun dengan indikator (1) mampu menyimpulkan tata cara protokoler pembawa acara dalam berbagai acara, (2) mampu menunjukkan garis besar susunan acara, (3) mampu membawakan acara dengan bahasa yang baik dan benar serta santun sesuai dengan konteks acara. ( Depdiknas, 2006:31).


(11)

Berdasarkaan observasi, pada kelas VIII SMP 17.3 Katibung Lampung Selatan, rata-rata kemampuan berbicara dalam memandu acara sangat rendah dapat dibuktikan berdasarkan nilai rata-ratanya 60,28. Rendahnya kemampuan berbicara dalam memandu acara pada SMP 17.3 Katibung salah satu faktor utamanya adalah metode yang digunakan dalam pembelajaran. Berangkat dari permasalahan tersebut, peneliti menerapkan teknik pembelajaran dengan pendekatan kontektual. Pendekatan pengajaran dan pembelajaran kontektual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan salah satu pendekatan yang cocok untuk melaksanakan program pendidikan. Teknik yang dipilih adalah pemodelan. Pemodelan (modeling), yaitu membahaskan gagasan yang kita pikirkan, mendemontrasikan bagaimana kita menginginkan para siswa untuk belajar , dan melakukan apa yang kita inginkan agar siswa melakukannya.

Rendahnya kemampuan memandu acara pada siswa kelas VIII A SMP 17.3 Katibung berjumlah 25 siswa dapat diketahui dari nilai rata-rata uji kompetensi memandu acara yaitu 60,28 dengan nilai tertinggi 78,54 dan nilai terendah 35,70 masih di bawah KKM yaitu 70,00. Siswa memiliki tingkat kemampuan baik dengan presentasi 8% sebanyak 2 orang. Siswa memiliki tingkat kemampuan sedang dengan presentasi 16% sebanyak 4 orang. Siswa memiliki tingkat kemampuan kurang dengan presentasi 60% sebanyak 15 orang, dan siswa dinyatakan gagal dengan presentasi 16% sebanyak 4 siswa. Rendahnya kemampuan siswa dalam pembelajaran berbicara di antaranya, sulitnya siswa memusatkan pikiran dan perhatian pada apa yang akan disampaikan. Selain itu perencanaan, strategi, dan teknik yang dipilih kurang melibatkan siswa secara langsung dan kurang menyenangkan karena bersifat monoton.


(12)

Hal tersebut di atas dapat digambarkan pada tabel berikut ini. Tabel 1.1

Sebaran Jumlah Siswa Menurut Klasifikasi Rentang Nilai Hasil Pengujian Memandu Acara Siswa Kelas VIII A SMP 17.3 Katibung

Kasifikasi Interval Jumlah Siswa Presentasi (%) Baik sekali Baik Cukup Kurang Gagal 85-100 75-84 60-74 40-59 0-39 - 2 4 15 4 - 8 % 16 % 60 % 16 %

Jumlah 25 100 %

Berdasarkan gambaran di atas, guru dituntut untuk menguasai pengetahuan yang luas dan mendalam tentang apa yang diajarkan, juga penggunaan berbagai macam strategi pembelajaran. Kenyataan ini apabila tidak segera ditangani secara serius oleh guru dapat menjadi terpuruknya kompetensi berbicara, khususya memandu acara. Pihak yang paling mengetahui akar permasalahan yaitu guru itu sendiri. Guru itulah yang dapat menentukan teknik pembelajaran yang bermutu, inovatif dan menyenangkan karena hanya guru yang mengetahui karakteristik dan tingkat perkembangan siswanya, bukan pihak luar. Salah satu cara untuk mencapai keberhasilan itu apabila guru tepat memilih teknik yang digunakan. Pemilihan teknik yang tepat merupakan hal yang menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran. Dari hasil pengamatan, rendahnya hasil belajar tersebut juga disebabkan beberapa faktor antara lain: (1) lemahnya teknik pembelajaran yang diterapkan, (2) tidak adanya faktor pendukung kegiatan memandu acara, (3) kurangnya kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran memandu acara, dan (4) lemahnya kegiatan memandu acara pada siswa.


(13)

Hanafiah (2009 : 74) mengemukakan bahwa proses pembelajaran akan lebih berarti jika didukung dengan adanya pemodelan yang ditiru, baik yang bersifat kejiwaan (identifikasi) maupun yang bersifat fisik (imitasi) yang berkaitan dengan cara mengoperasikan sesuatu aktivitas, cara untuk menguasai pengetahuan atau keterampilan tertentu. Pemodelan dalam pembelajaran bisa dilakukan guru, peserta didik, atau dengan cara mendatangkan narasumber dari luar (outsoursing), yang terpenting dapat membantu terhadap ketuntasan dalam belajar (master learning) sehingga peserta didik dapat mengalami akselerasi perubahan secara berarti. Teknik pemodelan (modeling) ini dipih karena membahaskan gagasan yang kita pikirkan, mendemontrasikan bagaimana kita menginginkan para siswa untuk belajar , dan melakukan apa yang kita inginkan agar siswa melakukannya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti perlu mengadakan penelitian tindakan kelas tentang memandu acara pada siswa kelas VIII A semester genap SMP 17.3 Katibung Lampung Selatan tahun pelajaran 2012/2013. Peneliti mangambil judul penelitian “Peningkatan Kemampuan Memandu Acara Melalui Teknik Pemodelan Pada Siswa Kelas VIII A Semester Genap SMP 17.3 Katibung

Lampung Selatan tahun pelajaran 2012/2013”

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah yaitu sebagai berikut.

1) bagaimanakah perencanaan peningkatan kemampuan memandu acara melalui teknik pemodelan pada siswa kelas VIII A semester genap SMP 17.3 Katibung Lampung Selatan tahun pelajaran 2012/2013?


(14)

2) bagaimanakah pelaksanaan peningkatan kemampuan memandu acara melalui teknik pemodelan pada siswa kelas VIII A semester genap SMP 17.3 Katibung Lampung Selatan tahun pelajaran 2012/2013?

3) bagaimanakah penilaian peningkatan kemampuan memandu acara melalui teknik pemodelan pada siswa kelas VIII A semester genap SMP 17.3 Katibung Lampung Selatan tahun pelajaran 2012/2013?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan kemampuan memandu acara melaui teknik pemodelan pada siswa kelas VIII A.

2. Memperbaiki proses pembelajaran memandu acara melaui teknik pemodelan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran di kelas memiliki manfaat yang penting, yang mencakup manfaat teoretis dan praktis. 1.4.1 Manfaat Teoretis

Melalui teknik pemodelan dapat bermanfaat membantu guru dalam memperbaiki proses pembelajaran pada kegiatan memandu sehingga kemampuan memandu acara pada siswa lebih meningkat.


(15)

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis meliputi : 1. Bagi siswa

a. Meningkatkan motivasi belajar dalam kegiatan membawakan acara.

b. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran membawakan berbagai acara.

2. Bagi guru

a. Guru dapat memperbaiki proses pembelajaran membawakan berbagai acara di kelas.

b. Guru dapat memahami tentang teknik pemodelan dalam kegiatan membawakan acara.

c. Guru dapat meningkatkan kemampuannya secara profesional dalam pelaksanaan pembelajaran membawakan acara di kelas.

3. Bagi sekolah

Siswa dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM) yang telah ditentukan guru Bahasa Indonesia dan sekolah sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan mutu kelulusan Bahasa Indonesia yang lebih baik. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini mencakup (1) subjek penelitian, (2) objek penelitian, (3) tempat penelitian, dan (4) tempat penelitian. Adapun penjelasannya sebagai berikut.


(16)

1.5.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah SMP 17.3 Katibung Jalan Magelang No. 74 A Desa Transtanjungan Kecamatan Katibung Lampung Selatan.

1.5.2 Objek Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian objeknya adalah kelas VIII A SMP 17.3 Katibung Jalan Magelang No. 74 A Desa Transtanjungan Kecamatan Katibung Lampung Selatan.

1.5.3 Tempat Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian di SMP 17.3 Katibung Jalan Magelang No. 74 A Desa Transtanjungan Kecamatan Katibung Lampung Selatan.

1.5.4 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan saat kegiatan belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013.


(17)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Model Pembelajaran

Pendekatan dalam pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan kontektual. Pendekatan pengajaran dan pembelajaran kontektual atau Contextual Teaching

and Learning (CTL) merupakan salah satu pendekatan yang cocok untuk

melaksanakan program pendidikan. Hal itu berarti bahwa pendidikan seharusnya membekali siswa dengan berbagai keterampilan dan pengetahuan agar dapat menghadapi kehidupan. Oleh karena itu, dalam program pendidikan juga diperlukan pendidikan kecakapan hidup (Widodo, 2009:118).

Adapun model pembelajaran kontektual disusun berdasarkan 7 pilar, yaitu (Sani,2006) :

1. Kontruktivisme ( Constructivism), yaitu siswa belajar sedikit demi sedikit dari konteks terbatas kemudian siswa mengkontruksi (membangun) pemahamnnya.

2. Questioning atau bertanya, yaitu mendorong siswa unutk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, digunakan untuk menilai dan melatih kemampuan siswa dalam berpikir kritis.

3. Penemuan (inquiry), yaitu siklus yang terdiri dari mengamati, bertanya, menganalisis, dan merumuskan teori, baik perorangan maupun kelompok.


(18)

4. Learning community atau masyarakat belajar, yaitu memungkinkan siswa berbicara dan berbagi pengalaman dengan orang lain untuk menciptakan peembelajaran yang lebih baik dibanding dengan belajar sendiri.

5. Pemodelan (modeling), yaitu membahaskan gagasan yang kita pikirkan, mendemontrasikan bagaimana kita menginginkan para siswa untuk belajar , dan melakukan apa yang kita inginkan agar siswa melakukannya.

6. Authentic assessment atau penilaian yang sebenarnya, menilai dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber, mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa, mempersyaratkan penerapan pengetahuan atau pengalaman, tugas-tugas yang kontekstual dan relevan, dan proses dan produk kedua-duanya dapat diukur.

7. Refleksi (reflection), merupakan cara-cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari, menelaah dan merespon terhadap kejadian, aktivitas dan pengalaman, serta mencatat apa yang kita pelajari, bagaimana kita merasakan ide-ide baru.

2.1.1 Ciri-Ciri kontektual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu proses pembelajaran holistik yang bertujuan unutk membelajarkan peserta didik dalam memahami bahan ajar secara bermakna (meaningful) yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi, maupun kultural. Sehingga peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat diaplikasikan dan ditransfer dari suatu konteks


(19)

permasalahan yang satu ke permasalahan yang lain. Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut.

1. Real world learning.

2. Mengutamakan pengalaman nyata. 3. Berpikir tingkat tinggi.

4. Berpusat pada siswa.

5. Siswa aktif, kritis, dan kreatif.

6. Pengetahuan bermakna dalam kehidupan. 7. Dekat dengan kehidupan nyata.

8. Perubahan perilaku.

9. Siswa praktik, bukan menghafal. 10. Learning bukan teaching.

11. Pendidikan (education), bukan pengajaran (instruction). 12. Pembentukan manusia.

13. Memecahkan masalah.

14. Siswa akting, guru mangarahkan.

15. Hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes. (Suranto, 2009:58).


(20)

1.1.2 Karakteristik kontektual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)

Karakteristik kontektual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan tipe pembelajaran yang dilakukan guru dengan siswa dalam proses pembelajaran mendapatkan karakter atau kemampuan yang diinginginkan dengan hasil yang baik. Adapun karakteristik pembelajaran berbasis CTL ini menekankan pada prinsip:

a. Kerja sama antarpeserta didik dan guru (cooperative). b. Saling membantu antarpeserta didik dan guru (assist). c. Menyenangkan, tidak membosankan

d. Belajar dengan bergairah (enjoyfull learning). e. Pembelajaran terintegrasi secara kontekstual. f. Menggunakan berbagai sumber

g. Siswa aktif

h. Sharing dengan teman i. Siswa kritis guru kreatif

j. Dinding kelas dan lorong-lorong penuh hasil karya siswa, peta-peta, gambar-gambar, dan lain-lain.

k. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi juga hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain (Suranto, 2009:59).


(21)

2.2Keterampilan Berbicara

Berbicara merupakan salah satu kegiatan yang paling banyak dilakukan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Seseorang yang dapat berbicara secara efektif dan sistematis memiliki berbagai keuntungan sosial maupun profesional. Akan tetapi, realitas yang ada menunjukkan masih banyak orang yang tidak cakap berbicara. Menurut Karomani (2011:44) berbicara merupakan kegiatan motorik voluntari yang mengandung modalitas psikis, sehingga secara singkat dikenal sebagai aktifitas psikomotorik. Tarigan (2008:16) menyatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sementara menurut Bonar ( 2007: 11), berbicara di depan orang banyak adalah seni yang menggabungkan semua ilmu yang kita miliki. Artinya siap menyampaikan pesan pada orang-orang yang latar belakangnya berbeda. Zahro (2009: 109) keterampilan berbicara juga dapat digolongkan berdasarkan (1) situasi, (2) tujuan, (3) jumlah pendengar, (4) peristiwa khusus, dan (5) metode penyampaian. Sedangkan menurut Ningrum (2007: 27) berbicara adalah mengeluarkan suara atau melakukan komunikasi secara lisan. Oleh karena itu, harus lancar bicara dengan kualitas vokal yang baik, seperti pengaturan suara, pengendalian irama, tempo dan artikulasi.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis mengacu pada pendapat Tarigan, yaitu berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Oleh karena itu, kemampuan siswa dalam hal mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi dan kata-kata tidak hanya secara tepat saja,


(22)

melainkan siswa juga mampu menyampaikan pikiran, perasaan dalam mengomunikasikan gagasan tersebut sesuai dengan kebutuhan berbicara yang dilaksanakan.

2.3 Kegiatan Memandu Acara

Pemandu acara (pewara) adalah orang yang membawakan narasi atau informasi dalam suatu acara atau kegiatan, ataupun dalam acara televisi, radio dan film. Pemandu acara biasanya membaca naskah yang telah disiapkan sebelumnya, tapi sering juga mereka harus memberikan komentar atau informasi tanpa naskah (Wisanggeni, 2011:51). Seperti halnya yang diungkapkan Novita (2011: 10) seorang pemandu acara adalah orang yang diberi tugas memandu sebuah acara atau kegiatan yang biasanya memperlihatkan kemampuan membawa hadirin untuk menghidupkan suasana. Sedangkan menurut Sugeng, 2005:155) berhasil atau tidaknya suatu acara ditentukan oleh sosok penting sorang pemandu acara, dalam istilah lain disebut pewara baik secara resmi atau tidak resmi.

(Sarwiji, 2008:180) pemandu acara atau sering disebut pewara adalah orang yang bertugas memandu suatu acara dengan membacakan dan mengatur jalannya acara dalam suatu kegiatan. Pemandu acara merupakan orang yang pertama tampil dan berbicara, sebelum pembicara-pembicara utama berbicara atau berpidato. Sebagai orang pertama yang berbicara, pemandu acara harus mampu menarik perhatian pendengar. Tugas pemandu acara berbeda dengan tugas pengarah acara. Tugas pengarah acara lebih luas daripada pembawa acara. Pengarah acara bertugas


(23)

merencanakan secara detil acara yang akan diselenggarakan mulai dari persiapan, personal yang akan terlibat, serta waktu efektif yang akan digunakan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memandu acara: a. Menyampaikan salam pembuka.

b. Menyapa hadirin.

c. Mengajak hadirin memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.

d. Memohon perkenan kepada hadirin untuk membacakan susunan acara.

e. Membawakan acara demi acara dengan bahasa yang baik, benar, serta memperhatikan santun berbahasa.

f. Menyampaikan ucapan terima kasih kepada hadirin atas perhatian yang diberikan, serta permohonan maaf kepada hadirin atas segala kesalahan yang mungkin dilakukan dalam membawakan acara.

g. Menutup acara dengan menyampaikan salam penutup.

Menurut Wisanggeni (2011:57) seorang pemandu acara akan menjadi pusat perhatian seperti layaknya artis yang tampil di panggung. Untuk itu tampil menarik dan enak dilihat adalah suatu keharusan. Persiapan yang harus dilakukan agar menjadi pemandu acara adalah sebagai berikut.

a. Rileks. Pastikan kondisi tubuh dan suara fit, segar dan normal. Atasi rasa gugup dengan menarik nafas panjang dan dalam, menggerakkan badan sedikit untuk sekedar melemaskan otot yang kaku, berdiri tegap lalu tersenyumlah.


(24)

b. Know the room. Kenalilah ruangan tempat Anda akan menjadi pembawa acara.

c. Know the audience. Kenali karakteristik tamu dan pandang mereka sebagai sahabat.

d. Know the meterial. Kuasai bahan atau acara yang akan dibawakan.

e. Tambah wawasan. Baca literatur yang diperlukan untuk menunjang pengetahuan Anda, karena semakin banyak yang diketahui tentang acara yang dibawakan, pasti semakin percaya diri.

f. Pointer. Susun pointer untuk membantu mengingat apa yang akan diucapkan.

g. Jangan. Jangan terlalu sering mengucapkan kata (meminta) maaf pada audiens.

h. Pakaian. Pakailah pakaian yang serasi/cocok dengan acara, jangan sampai salah kostum.

i. Make up. Pakailah make up yang wajar, agar wajah tidak mengkilap atau gelap.

j. Gerakan tangan. Lakukan gerakan tangan seperlunya saat sudah berada di atas pentas.

k. Jaga mulut dan tenggorokan selalu basah. Untuk itu siapkan air putih yang siap diminum jika dibutuhkan.

l. Hindari makanan tertentu. Jangan makan atau minum yang akan menggangu organ tubuh.

m. Tampillah percaya diri.

Menurut (Wahono, 2007:173) bahwa menjadi pemandu acara diperlukan sikap yang luwes, tidak kaku, berani tampil di depan umum, berpenampilan menarik,


(25)

vokal atau suara yang jelas, dan mampu dengan cepat beradaptasi dengan konteks peristiwa yang terjadi. Hal-hal yang perlu diperhatikan pemandu acara adalah sebagai berikut.

1. Memahami benar konteks konteks acara yang dibawakan (resmi/tidak resmi, di lapangan terbuka, di dalam gedung, menggunakan pengeras suara, dan lain-lain).

2. Volume suara harus disesuaikan dengan banyaknya pendengar, kalau jumlah pendengarnya banyak suara harus agak keras atau dibantu dengan mikrofon. 3. Pelafalan harus jelas.

4. Penjedaan harus tepat.

5. Ekspresi hendaknya bersahabat, tidak murung, tidak cemberut, usahakan selalu riang gembira.

6. Sikap dan gerakan badan mendukung sesuai dengan kalimat yang diucapkan. 7. Mampu menjembatani acara yang satu dengan acara yang lain, memberikan

komentar sedikit yang enak didengar dengan tujuan memperjelas bagian-bagian yang penting.

8. Mampu dengan cepat beradaptasi dengan peristiwa yang terjadi, misalnya ketika terjadi kesalahan yang dilakukan oleh orang yang memberikan sambutan atau oleh pembawa acara itu sendiri, pembawa acara harus segera memberi penjelasan dengan ungkapan yang kondusif, enak didengar, dan tidak menyinggung perasaan orang lain.

Sebelum acara kegiatan dimulai, pemandu acara sebaiknya mengetahui hal-hal yang terkait dengan acara kegiatan. Hal ini dimaksudkan agar pemandu acara bisa menentukan gaya bicara, bahasa, intonasi, dan sebagainya.


(26)

2.4 Teknik Pemodelan

Teknik pemodelan merupakan teknik yang digunakan oguru untuk membelajarkan kepada siswa dengan menggunakan model. Hanafiah (2009 : 74) mengemukakan bahwa proses pembelajaran akan lebih berarti jika didukung dengan adanya pemodelan yang ditiru, baik yang bersifat kejiwaan (identifikasi) maupun yang bersifat fisik (imitasi) yang berkaitan dengan cara mengoperasikan sesuatu aktivitas, cara untuk menguasai pengetahuan atau keterampilan tertentu. Pemodelan dalam pembelajaran bisa dilakukan guru, peserta didik, atau dengan cara mendatangkan narasumber dari luar (outsoursing), tayangan rekaman video, yang dijadikan sebagai pusat pembelajaran dan yan terpenting dapat membantu terhadap ketuntasan dalam belajar (master learning) sehingga peserta didik dapat mengalami akselerasi perubahan secara berarti.

Menurut Suranto (2009: 56) pemodelan (modeling), yaitu membahaskan gagasan yang kita pikirkan, mendemontrasikan bagaimana kita menginginkan para siswa unutk belajar, melakukan apa yang kita inginkan agar siswa melakukannya. Komponen CTL selanjutnya adalah pemodelan. Widodo (2009: 124) menyatakan pemodelan adalah kegiatan pembelajaran dengan pemberian model dengan tujuan untuk membahasakan gagasan yang kita pikirkan, mendemonstrasikan bagaimana kita menginginkan para siswa untuk belajar, atau melakukan apa saja yang kita inginkan agar siswa melakukannya.


(27)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tinda-kan Kelas merupaTinda-kan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran, dan mencobakan hal-hal baru di bidang pembelajaran.( Saryono 2010 dalam Yanti dan Munaris 2012 : 11)

Adapun rancangan penelitian ini sebagaimana terlihat pada gambar berikut.

Gambar 1.1 Bagan Model Tahapan-Tahapan Pelaksanaan PTK menurut Arikunto (2011:16)

Refleksi

Refleksi

Perencanaan

Pengamatan Siklus I

Pengamatan Perencanaan

Pelaksanaan Pelaksanaan

Siklus II


(28)

3.2 Latar Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan di SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampungselatan pada semester genap tahun pelajaran 2012/ 2013. Pelaksanaan Penelitian Tindakan kelas sesuai dengan jadwal pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VIII A dengan alokasi waktu 2 X 40 menit per tatap muka.

3.3 Kehadiran dan Peran Peneliti di Lapangan

Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), pengajar sekaligus berperan sebagai peneliti pada pembelajaran membawakan acara. Hal ini dilakukan karena peneliti melihat kemampuan membawakan acara pada siswa masih kurang sehingga perlu diadakan penelitian sebagai upaya peningkatan kemampuan membawakan acara. Guru yang sekaligus peneliti, menyiapkan perangkat pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan membawakan acara tersebut. Penelitian dilakukan bersama kolaborator yang berada di dalam kelas yang berperan membuat catatan-catatan selama penelitian berlangsung sebagai bahan refleksi bagi peneliti.

3.4 Subjek Penelitian

Subjek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah kelas VIII A SMP 17.3 Katibung Kabupaten Lampung Selatan dengan jumlah 25 siswa terdiri atas laki-laki 9 dan perempuan 16.

3.5 Data dan Sumber Data

Data yang diperoleh sebagai dasar pelaksanaan penelitian adalah dengan pengujian pemahaman materi. Setelah dilakukan pengujian materi terhadap kelas


(29)

VIII yang berjumlah 2 rombel, kelas yang siswa terbanyak kurang memenuhi standar KKM adalah kelas VIII B. Jadi pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan di kelas VIII A.

Tabel 3.1

Keadaan siswa kelas VIII

No. Kelas Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

1 Kelas VIII A 17 orang 8 orang

2 Kelas VIII B 10 orang 16 orang

3.6 Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan (analisis) dokumentasi. Instrumen-instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data yang peneliti butuhkan. Pengumpulan data-data tersebut diperoleh dengan langkah-langkah berikut.

1. Observasi

Observasi dilaksanakan saat peneliti menyampaikan materi pelajaran melakukan tes lisan dengan bentuk membawakan acara. Pedoman pelaksanaan observasi di isi selama pembelajaran berlangsung dengan cara memberi tanda cek list ( ) pada setiap aspek diamati sesuai dengan kategori ( keadaan di kelas), dengan keterangan sangat baik, baik, cukup, dan kurang.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan setiap akhir pelaksanaan siklus dan di luar jam pelajaran. Siswa yang diwawancarai tidak semua, tetapi hanya beberapa siswa yang


(30)

mendapat nilai tertinggi dan nilai terendah pada setiap siklus. Peneliti meminta siswa menjawab pertanyaan secara tertulis yang telah disediakan sebelumnya. Kegiatan wawancara dilakukan untuk mengungkapkan efektivitas teknik pemodelan dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan kesulitan-kesulitan siswa ketika mengikuti pembelajaran membawakan acara.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan hasil lembar kerja siswa. Teknik dokumentasi digunakan untuk mencari data-data yang mendukung permasalahan yang akan diteliti.

3.7 Analisis Data, Evaluasi, dan Refleksi

Dalam analisis data guna sebagai dasar penelitian, ada hal-hal yang dinilai meliputi aspek,yaitu (1) kelengkapan acara yang disampaikan, (2) kesesuaian acara dengan kegiatan, (3) pelafalan, (4) kosakata, (5) kefasihan, dan (6) intonasi dan mimik. (Wahono, 2007: 175)

Tabel 3.2

Rubrik Penilaian Kemampuan Memandu Acara

No Aspek Indikator Skor Siswa Skor

1 Kelengkapan acara yang disampaikan

Acara yang disampaikan lengkap mencakup pembuka, isi, dan penutup

3 Hanya terdapat dua bagian

(pembuka dan isi atau isi dan penutup)

2 Hanya terdapat satu bagian

(pembuka saja, isi saja, atau penutup saja)

1 2 Kesesuaian acara

dengan kegiatan

Acara yang disampaikan sesuai

dengan kegiatan yang berlangsung 2 Acara yang disampaikan kurang 1


(31)

sesuai denga kegiatan yang berlangsung

Acara yang disampaikan tidak sesuai dengan kegiatan yang berlangsung

0 3 Pelafalan Ucapannya jelas

2 Melafalkan sulit, sekali-kali timbul

kesalahan 1

Ucapannya susah dipahami

0 4 Kosakata Pengunaan kata-kata yang

diungkapkan baik 2

Kadang-kadang menggunakan kata

yang tidak tepat 1

Sering menggunakan kata yang

tidak tepat 0

5 Kefasihan Pembicaraannya lancar

3 Terdapat beberapa bagian yang

kurang lancar 2

Sering ragu-ragu dalam berbicara, sehingga sering terpaksa diam dan penguasaan bahasanya terbatas

1 Pembicaraannya banyak berhenti

dan pendek-pendek, percakapannya tidak dapat berlangsung

0 6 Intonasi dan mimik Intonasi tepat dan mimik

bersahabat 2

Intonasi tepat tetapi mimik kurang

bersahabat 1

Intonasi tidak tepat dan mimik

tidak bersahabat 0

Skor Maksimal 14

(Wahono, 2007:175)

1. Kelengkapan Acara yang Disampaikan

Dalam memandu acara harus lengkap dari awal sampai akhir acara. Apabila acara yang disampaikan lengkap mencakup pembuka, isi, dan penutup, siswa mendapat skor 3. Apabila hanya terdapat dua bagian (pembuka dan isi atau isi dan penutup,


(32)

siswa mendapat skor 2, dan apabila hanya terdapat satu bagian (pembuka saja, isi saja, atau penutup saja), siswa mendapat skor 1.

2. Kesesuaian Acara dengan Kegiatan

Keseuaian acara dengan kegiatan berlangsung. Apabila acara yang disampaikan sesuai dengan kegiatan yang berlangsung, siswa mendapat skor 2. Apabila acara yang disampaikan kurang sesuai denga kegiatan yang berlangsung, siswa mendapat skor 1, dan apabila acara yang disampaikan tidak sesuai dengan kegiatan yang berlangsung, siswa mendapat skor 0.

3. Pelafalan

Pelafalan yang baik adalah saat pengucapan memandu acara jelas. Apabila ucapannya sangat jelas, siswa mendapat skor 2. Apabila dalam elafalkan sulit, sekali-kali timbul kesalahan, siswa mendapat skor 1, dan apabila ucapannya susah dipahami, siswa mendapat skor 0.

4. Kosakata

Kosakata yang disampaikan hendaknya tepat. Apabila pengunaan kata-kata yang diungkapkan baik, siswa mendapat skor 2. Apabila kadang-kadang menggunakan kata yang tidak tepat, siswa mendapat skor 2, dan apabila sering menggunakan kata yang tidak tepat, siswa mendapat skor 0.

5. Kefasihan

Kefasihan siswa dalam memandu acara akan memudahkan pendengar memahami dengan yang disampaikan. Apabila pembicaraannya lancar, siswa mendapat skor


(33)

3. Apabila terdapat beberapa bagian yang kurang lancar, siswa mendapat skor 2. Apabila sering ragu-ragu dalam berbicara, sehingga sering terpaksa diam dan penguasaan bahasanya terbatas, siswa mendapat skor 1, dan apabila pembicaraannya banyak berhenti dan pendek-pendek, percakapannya tidak dapat berlangsung, siswa mendapat skor 0.

6. Intonasi dan mimik

Intonasi dan mimik harus tepat dan bersahabat. Apabila ntonasi tepat dan mimik bersahabat, siswa mendapat skor 2. Apabila intonasi tepat tetapi mimik kurang bersahabat, siswa mendapat skor 1, dan apabila intonasi tidak tepat dan mimik tidak bersahabat, siswa mendapat skor 0.

Langkah-langkah dalam menganalisis data sebagai berikut.

1. Siswa mempresentasikan pembelajaran memandu acara di depan kelas.

2. Guru atau peneliti melakukan penilaian meliputi aspek kelengkapan acara yang disampaikan, kesesuaian acara dengan kegiatan, pelafalan, kosakata, kefasihan, dan intonasi dan mimik.

3. Menjumlah skor memandu acara secara keseluruhan.

4. Menghitung nilai akhir kemampuan siswa dalam memandu acara dengan penghitungan skor yang diperoleh dibagi skor maksimal dikali 100.

Skor perolehan

Nilai siswa = x 100 Skor maksimal


(34)

Tabel 3.3

Tolok Ukur Penilaian Kebahasaan dan Nonkebahsaan dalam Memandu Acara

Interval Presentasi Tingkat

Kemampuan Tingkat Kemampuan 85 % – 100 %

75 % – 84 % 60 % – 74 % 40 % - 59 % 0 %- 39 %

Baik sekali Baik Cukup Kurang

Gagal (Nurgiantoro, 2001:399)

3.8 Prosedur Penelitian

Dalam prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dengan dua siklus. Lebih rinci prosedur tindakan setiap siklus adalah sebagai berikut.

3.8.1 Perencanaan Tindakan

Dalam perencanaan tindakan kegiatan yang dilakukan adalah 1. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, 2. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran,

3. Menyusun lembar pengamatan untuk pembelajaran membawakan acara dengan bahasa yang baik dan benar serta santun dan lembar pengamatan aktifitas siswa dan guru di dalam kelas,

4. Mempersiapkan perangkat pembelajaran, 5. Mempersiapkan lembar evaluasi.


(35)

1.8.2 Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada proses pembelajaran di kelas pada jam pelajaran Bahasa Indonesia. Siswa yang menjadi objek penelitian adalah siswa kelas VIII A SMP 17.3 Katibung. Pada siklus pertama waktu pembelajaran selama 2 X 2 X 40 menit ( 2 X pertemuan), dengan langkah-langkah sebagai berikut.

Pertemuan pertama 1. Kegiatan Awal

a. Guru mengondisikan kelas

b. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran

c. Guru mengadakan apersepsi dengan bertanya jawab dengan siswa yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.

2. Kegiatan Inti

a. Guru menjelaskan pembelajaran memandu acara dengan menggunakan teknik pemodelan.

b. Guru menyiapkan model untuk pembelajaran memandu acara.

c. Guru meminta siswa mendengar dan memperhatikan model saat memandu acara.

d. Model melakukan memandu acara.

e. Guru meminta siswa berperan memandu acara. f. Guru menilai siswa saat memandu acara. 1. Kegiatan Akhir

Guru dan siswa melakukan refleksi dari kegiatan pembelajaran membawakan acara.


(36)

Pertemuan Kedua 1. Kegiatan Awal

a. Guru mengondisikan kelas.

b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari. 2. Kegiatan Inti

a. Guru menjelaskan kembali pembelajaran memandu acara dengan menggunakan teknik pemodelan.

b. Guru meminta siswa mamandu acara. c. Guru menilai siswa saat memandu acara. 2. Kegiatan Akhir

Guru dan siswa melakukan refleksi dari kegiatan pembelajaran membawakan acara.

1.8.3 Observasi

Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan. Observasi dilakukan bersama teman sejawat. Kegiatan observasi difokuskan pada proses pembelajaran menggunakan teknik pemodelan yang dilakukan oleh guru dan memperhatikan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran.

1.8.4 Refleksi

Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti berdiskusi bersama teman sejawat dan mengkolaborasikan hasil yang sudah dilakukan. Dalam diskusi meliputi keberhasilan, hambatan, dan hembatan-hambatan yang dijumpai saat melakukan


(37)

tindakan penelitian. Data yang diperoleh, dipilih yang memang benar-benar dibutuhkan dan menjadi acuan dalam penyusunan laporan hasil penenlitian. Permasalahan dan hambatan yang dijumpai, langkah berikutnya peneliti menyusun kembali rencana kegiatan penelitian selanjutnya sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik pada siklus kedua dan siklus berikutnya.


(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, pembelajaran melalui teknik pemodelan yang telah dilaksanakan di kelas VIII A SMP 17.3 Katibung Lampung Selatan tahun pelajaran 2012/2013 dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memandu acara. Penerapan teknik pemodelan dapat memperbaiki dan meningkatkan proses dan hasil pembelajaran memandu acara pada berbagai kegiatan. Teknik pemodelan dapat memotivasi siswa untuk tampil dengan lebih baik, lebih kreatif, lebih berani dalam melakukan kegiatan memandu acara. Hasil penelitian dan pembahasan antara lain sebagai berikut.

1. Hasil pembelajaran antarsiklus terjadi perkembangan. Hal terlihat dari hasil prasiklus, daya serapnya hanya mencapai 24% dan 76% masih di bawah rata. Pada siklus I terjadi peningkatkan daya serap yang baik mencapai 68 % dan yang masih di bawah SKM 32%. Dan kegiatan pembelajaran pada siklus II lebih meningkat yaitu daya serapya mencapai 76% dan yang masih di bawah SKM hanya 24%. Dengan demikian hasil pembelajaran dari prasiklus 24% ke siklus I 68% mencapai 44%. Siklus I 68% ke siklus II 76% mencapai 12%. Jadi secara keseluruhan dari prasiklus 24% ke siklus II 76% adalah 52%. 2. Kinerja guru dalam proses pembelajaran setiap siklus meningkat melalui


(39)

3. Guru mampu memotivasi siswa dengan menjadikan siswa kakak kelas yang mendapat nilai terbaik untuk dijadikan model saat memandu acara sehingga siswa bersemangat dalam kegiatan pembelajaran.

4. Guru harus lebih inovatif dalam proses pembelajaran agar kemampuan siswa lebih meningkat.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dari kesimpulan yang diperoleh dapat dikemukan saran sebagai berikut.

1. Pemanfaatan teknik pemodelan merupakan salah satu teknik yang digunakan oleh guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran di kelas untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa pada aspek berbicara seperti melaksanakan kegiatan memandu acara.

2. Dalam menggunakan pendekatan pembelajaran teknik pemodelan, guru harus tahu model yang seperti apa yang dapat memberi rangsangan dan mampu memotivasi siswa dalam belajar, misalnya yang dijadikan model adalah guru mungkin kurang menarik bagi siswa, maka guru harus mencari model yang lebih menarik, misalnya yang dijadikan model adalah siswa kakak kelas. Siswa yang dijadikan model merupakan siswa yang mempunyai kemampuan dalam memandu acara dan melampaui KKM memandu acara pada tahun sebelumnya.

3. Apabila terjadi kesulitan-kesulitan terhadap kemampuan belajar siswa, guru harus segera cepat tanggap dan mencari apa yang menyebabkan kemampuan belajar siswa menurun. Untuk mengatasi hal tersebut, guru diharapkan


(40)

menggunakan teknik pembelajaran yang variatif dan inovatif seperti menggunakan teknik pemodelan. Guru harus selalu memberikan bimbingan dan nasihat kepada siswa agar apa yang menjadi target yang diharapkan guru dapat tercapai.

4. Dalam proses peingkatan kemampuan pembelajaran, guru dapat mengikuti workshop-worshop peningkatan kemampuan dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

5. Siswa harus memperbanyak melakukan latihan-latihan untuk dapat lebih menguasai dan mengatasi kelemahan serta kekurangan yang dimiliki.

6. Siswa harus dapat menempatkan bahwa Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang harus dikuasai dengan benar dan baik, secara lisan maupun tulisan dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari di sekolah maupun di luar sekolah. Siswa harus dapat memilih bahasa lisan maupun tertulis yang sesuai penggunaannya, dan dianggap benar dan baik sesuai konteksnya.

7. Siswa harus banyak berlatih untuk mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimilikinya.


(41)

Arikunto,Suharsimi.2011.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta:Bumi Aksara.

Bonar, Sirait Charles. 2007. Kiat Sukses Berbicara di Depan Publik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Depdiknas.2006.Panduan Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.Jakarta:Dirjen MPDMP SMP.

Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhanna.2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Hopkins,D.1993.A Teacher’s Guide to Classroom Research.2nd edition.

Karomani.2011.Keterampilan Berbicara.Ciputat Tangsel: Matabaca Publishing. Ningrum, Fatmasari. 2007. Sukses menjadi Penyiar Scripwriter dan Reporter

Radio. Jakarta : Penebar Swadaya.

Novita, Astri. 2011. Lancar Pidato dan MC untuk Pemula Tanpa Gugup tanpa Panik. Yogyakarta : Buku Pintar.

Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: BPSG.

Sugeng. 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VIII SMP dan MTs. Jakarta : Bumi Aksara.

Suranto.2009.Konsep Pembelajaran Berbasis Contextual Teaching and Learning.Semarang:Sindur Pres.

Suwandi,Sarwiji.2008.Bahasa Indonesia Bahasa Kebanggaanku Untuk Kelas VIII SMP/MTs.Jakarta:Pusat Perbukuan Depdiknas.

Tarigan, Henry Guntur.1990.Pengajaran Kompetensi Bahasa.Bandung.Angkasa. ---.2008. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Universitas Lampung.2008.Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandarlampung: Universitas Lampung.

Wahono.2007.Bahasa Indonesia Untuk SMP/MTs Kelas VIII.Bandarlampung: Gita Perdana.

Widodo,Mulyanto.2009.Strategi Belajar Mengajar.Lampung:FKIP Unila.

Wisanggeni,Tantra.2011.Cara Instan Jago MC & Berpidato Dalam Bahasa Indonesia.Yogyakarta:Pinang Merah Publisher.

Yanti,Yuli dan Munaris.2012.Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Tulungagung: Cahaya Abadi.

Zahro, Azizatuz. 2009. Strategi Kooperatif Dalam Pembelajaran Menyimak dan Berbicara. Malang: Asih Asah Asuh.


(1)

Pertemuan Kedua 1. Kegiatan Awal

a. Guru mengondisikan kelas.

b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari. 2. Kegiatan Inti

a. Guru menjelaskan kembali pembelajaran memandu acara dengan menggunakan teknik pemodelan.

b. Guru meminta siswa mamandu acara. c. Guru menilai siswa saat memandu acara. 2. Kegiatan Akhir

Guru dan siswa melakukan refleksi dari kegiatan pembelajaran membawakan acara.

1.8.3 Observasi

Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan. Observasi dilakukan bersama teman sejawat. Kegiatan observasi difokuskan pada proses pembelajaran menggunakan teknik pemodelan yang dilakukan oleh guru dan memperhatikan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran.

1.8.4 Refleksi

Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti berdiskusi bersama teman sejawat dan mengkolaborasikan hasil yang sudah dilakukan. Dalam diskusi meliputi keberhasilan, hambatan, dan hembatan-hambatan yang dijumpai saat melakukan


(2)

dibutuhkan dan menjadi acuan dalam penyusunan laporan hasil penenlitian. Permasalahan dan hambatan yang dijumpai, langkah berikutnya peneliti menyusun kembali rencana kegiatan penelitian selanjutnya sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih baik pada siklus kedua dan siklus berikutnya.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, pembelajaran melalui teknik pemodelan yang telah dilaksanakan di kelas VIII A SMP 17.3 Katibung Lampung Selatan tahun pelajaran 2012/2013 dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memandu acara. Penerapan teknik pemodelan dapat memperbaiki dan meningkatkan proses dan hasil pembelajaran memandu acara pada berbagai kegiatan. Teknik pemodelan dapat memotivasi siswa untuk tampil dengan lebih baik, lebih kreatif, lebih berani dalam melakukan kegiatan memandu acara. Hasil penelitian dan pembahasan antara lain sebagai berikut.

1. Hasil pembelajaran antarsiklus terjadi perkembangan. Hal terlihat dari hasil prasiklus, daya serapnya hanya mencapai 24% dan 76% masih di bawah rata. Pada siklus I terjadi peningkatkan daya serap yang baik mencapai 68 % dan yang masih di bawah SKM 32%. Dan kegiatan pembelajaran pada siklus II lebih meningkat yaitu daya serapya mencapai 76% dan yang masih di bawah SKM hanya 24%. Dengan demikian hasil pembelajaran dari prasiklus 24% ke siklus I 68% mencapai 44%. Siklus I 68% ke siklus II 76% mencapai 12%. Jadi secara keseluruhan dari prasiklus 24% ke siklus II 76% adalah 52%. 2. Kinerja guru dalam proses pembelajaran setiap siklus meningkat melalui


(4)

mendapat nilai terbaik untuk dijadikan model saat memandu acara sehingga siswa bersemangat dalam kegiatan pembelajaran.

4. Guru harus lebih inovatif dalam proses pembelajaran agar kemampuan siswa lebih meningkat.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dari kesimpulan yang diperoleh dapat dikemukan saran sebagai berikut.

1. Pemanfaatan teknik pemodelan merupakan salah satu teknik yang digunakan oleh guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran di kelas untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa pada aspek berbicara seperti melaksanakan kegiatan memandu acara.

2. Dalam menggunakan pendekatan pembelajaran teknik pemodelan, guru harus tahu model yang seperti apa yang dapat memberi rangsangan dan mampu memotivasi siswa dalam belajar, misalnya yang dijadikan model adalah guru mungkin kurang menarik bagi siswa, maka guru harus mencari model yang lebih menarik, misalnya yang dijadikan model adalah siswa kakak kelas. Siswa yang dijadikan model merupakan siswa yang mempunyai kemampuan dalam memandu acara dan melampaui KKM memandu acara pada tahun sebelumnya.

3. Apabila terjadi kesulitan-kesulitan terhadap kemampuan belajar siswa, guru harus segera cepat tanggap dan mencari apa yang menyebabkan kemampuan belajar siswa menurun. Untuk mengatasi hal tersebut, guru diharapkan


(5)

menggunakan teknik pembelajaran yang variatif dan inovatif seperti menggunakan teknik pemodelan. Guru harus selalu memberikan bimbingan dan nasihat kepada siswa agar apa yang menjadi target yang diharapkan guru dapat tercapai.

4. Dalam proses peingkatan kemampuan pembelajaran, guru dapat mengikuti workshop-worshop peningkatan kemampuan dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

5. Siswa harus memperbanyak melakukan latihan-latihan untuk dapat lebih menguasai dan mengatasi kelemahan serta kekurangan yang dimiliki.

6. Siswa harus dapat menempatkan bahwa Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang harus dikuasai dengan benar dan baik, secara lisan maupun tulisan dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari di sekolah maupun di luar sekolah. Siswa harus dapat memilih bahasa lisan maupun tertulis yang sesuai penggunaannya, dan dianggap benar dan baik sesuai konteksnya.

7. Siswa harus banyak berlatih untuk mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimilikinya.


(6)

Depdiknas.2006.Panduan Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.Jakarta:Dirjen MPDMP SMP.

Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhanna.2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Hopkins,D.1993.A Teacher’s Guide to Classroom Research.2ndedition.

Karomani.2011.Keterampilan Berbicara.Ciputat Tangsel: Matabaca Publishing. Ningrum, Fatmasari. 2007. Sukses menjadi Penyiar Scripwriter dan Reporter

Radio. Jakarta : Penebar Swadaya.

Novita, Astri. 2011. Lancar Pidato dan MC untuk Pemula Tanpa Gugup tanpa Panik. Yogyakarta : Buku Pintar.

Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: BPSG.

Sugeng. 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VIII SMP dan MTs. Jakarta : Bumi Aksara.

Suranto.2009.Konsep Pembelajaran Berbasis Contextual Teaching and Learning.Semarang:Sindur Pres.

Suwandi,Sarwiji.2008.Bahasa Indonesia Bahasa Kebanggaanku Untuk Kelas VIII SMP/MTs.Jakarta:Pusat Perbukuan Depdiknas.

Tarigan, Henry Guntur.1990.Pengajaran Kompetensi Bahasa.Bandung.Angkasa. ---.2008. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Universitas Lampung.2008.Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandarlampung: Universitas Lampung.

Wahono.2007.Bahasa Indonesia Untuk SMP/MTs Kelas VIII.Bandarlampung: Gita Perdana.

Widodo,Mulyanto.2009.Strategi Belajar Mengajar.Lampung:FKIP Unila.

Wisanggeni,Tantra.2011.Cara Instan Jago MC & Berpidato Dalam Bahasa Indonesia.Yogyakarta:Pinang Merah Publisher.

Yanti,Yuli dan Munaris.2012.Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Tulungagung: Cahaya Abadi.

Zahro, Azizatuz. 2009. Strategi Kooperatif Dalam Pembelajaran Menyimak dan Berbicara. Malang: Asih Asah Asuh.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS IX SEMESTER GANJIL SMP 17.3 KATIBUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 12 65

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA LAGU PADA SISWA KELAS IX SEMESTER GANJIL SMP 17.3 KATIBUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 21 59

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I TEGINENENG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 13 74

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I TEGINENENG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

4 37 79

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKS BERITA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII-B SMP PGRI 4 LABUHAN RATU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

3 99 45

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INDAH MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VII-A SMP MUHAMMADIYAH BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 62

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMANDU ACARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII A SEMESTER GENAP SMP 17.3 KATIBUNG LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 41

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII SMP TRIMULYA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013

2 7 108

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBAWAKAN ACARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN KELAS VIII G SMP NEGERI 1 KATIBUNG KECAMATAN KATIBUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015

0 3 66

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBAWAKAN ACARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN KELAS VIIIG SMP NEGERI 1 KATIBUNG KECAMATAN KATIBUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015

0 2 66