HUBUNGAN DIAMETER LINGKAR PINGGANG TERHADAP HIPERTENSI PADA PASIEN POLI PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN WAIST CIRCUMFERENCE
WITH HYPERTENSION IN POLYCLINIC PATIENTS IN
GENERAL HOSPITAL ABDUL MOELOEK
BANDARLAMPUNG
By
AFFANDY ABDILLAH

Amidst the spreading of fast food which contains fat and lifestyle changes part of
the city, then the disease as the impact of diseases of lifestyle changes that will
emerge more and more. One such disease is Hypertension or High Blood
Pressure.
The purpose of this study is to determine the relationship of waist circumference
to hypertension in patients in polyclinic General HospitalAbdul MoeloekBandar
Lampung.
The study was conducted on 67 samples of diagnosed hypertension at the General
Hospital, Abdul Moeloek Bandar Lampung. Each sample was checked blood
pressure followed by waist circumference measurement.
Based on the research, found the results of hypertensive patients with a waist
circumference of 80-100 cm, 73.13% and waist circumference> 100cm 26.87% of

the total sample. The results showed the value of p is 0.003, this suggests there is
a meaningful or significant relationship between waist diameter of hypertension.
Keywords: Hypertension, Obesity, Waist Circumference

ABSTRAK
HUBUNGAN DIAMETER LINGKAR PINGGANG TERHADAP HIPERTENSI
PADA PASIEN POLI PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM ABDUL
MOELOEK BANDAR LAMPUNG

Oleh
AFFANDY ABDILLAH

Di tengah menjamurnya makanan siap saji yang banyak mengandung lemak dan
perubahan gaya hidup sebagian masyarakat perkotaan, maka penyakit penyakit
sebagai imbas dari perubahan gaya hidup itu pun akan bermunculan semakin
banyak. Salah satu penyakit tersebut adalah Hipertensi atau Tekanan Darah
Tinggi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan diameter lingkar
pinggang terhadap hipertensi pada pasien poli penyakit dalam Rumah Sakit
Umum Abdul Moeloek Bandar Lampung.

Penelitian dilakukan terhadap 67 sampel terdiagnosa hipertensi di Rumah Sakit
Umum Abdul Moeloek Bandar Lampung. Setiap sampel diperiksa tekanan darah
kemudian dilanjutkan dengan pengukuran lingkar pinggang.

Berdasarkan penelitian, ditemukan hasil pasien hipertensi dengan lingkar
pinggang 80-100 cm 73,13% dan lingkar pinggang > 100cm 26,87% dari total
sampel. Hasil penelitian menunjukkan nilai p sebesat 0,003, hal ini menunjukkan
ada hubungan yang bermakna atau signifikan antara diameter lingkar pinggang
terhadap hipertensi.

Kata kunci : Hipertensi, Obesitas, Lingkar Pinggang

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah
1. Latar Belakang
Di tengah menjamurnya makanan siap saji yang banyak mengandung lemak dan
perubahan gaya hidup sebagian masyarakat perkotaan, maka penyakit penyakit sebagai
imbas dari perubahan gaya hidup itu pun akan bermunculan semakin banyak. Salah satu
penyakit tersebut adalah Hipertensi atau Tekanan Darah Tinggi (Anonim, 2007).

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai
sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat
diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah
salah satu faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma
arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis. Penelitian Framingham
menunjukkan mortalitas gagal jantung kronik selama 5 tahun sebesar 62% pada pria dan
42% wanita. Berdasarkan perkiraan tahun 1989, di Amerika terdapat 3 juta penderita gagal
jantung dan setiap tahunnya bertambah 400.000 orang. Walaupun angka-angka yang pasti
belum ada untuk seluruh Indonesia, dapat diperkirakan jumlah penderita gagal jantung
akan bertambah setiap tahunnya (Adsence, 2009; Harmanto, 2009).
Pada sekitar 90% penderita hipertensi, penyebabnya tidak diketahui dan keadaan ini
dikenal sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer. Hipertensi esensial

kemungkinan memiliki banyak penyebab yaitu ; beberapa perubahan pada jantung dan
pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10%
penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya
adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu misalnya pil KB (Anonim, 2006).
Salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi yaitu obesitas. Berbagai laporan terkini

mengindikasikan bahwa prevalensi obesitas di seluruh dunia baik di negara berkembang
maupun negara yang sedang berkembang telah meningkat dalam jumlah yang
mengkhawatirkan. Hal tersebut dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang serius
karena obesitas dapat memacu kelainan kardiovaskuler, ginjal, metabolik, prototombik,
dan respon inflamasi (Booth et al., 2003; Flegal et al., 2001; Semiardji, 2004).
Dalam studi Farmingham disebutkan bahwa hipertensi essensial, 65% pada wanita dan
78% pada pria berhubungan langsung dengan peningkatan berat badan dan obesitas.
Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di
Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Diperkirakan sekitar 80 %
kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639
juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi
ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini
(Boivin et al., 2007; Ridwan, 2007).
Kartari (1988) melaporkan hasil survei populasi hipertensi pada berbagai daerah di
Indonesia, dan hasilnya menunjukkan 68,4% termasuk hipertensi ringan diastolik (95-104
mmHg) dan 28,1% hipertensi sedang (diastolik 105-129 mmHG) dan hanya 3,5% dengan
hipertensi berat (diastolik sama atau lebih besar dengan 130 mmHg). Mulai tahun 1995,
saat batasan hipertensi berubah, mulai dilakukan penelitian berskala nasional, antara lain

Susenas, Surkesnas, dan SKRT. Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) 2001

menunjukkan proporsi hipertensi pada pria 27% dan wanita 29%. Sedangkan hasil Survesi
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004, hipertensi pada pria 12,2% dan wanita 15,5%.
Penyakit sistem sirkulasi dari hasil SKRT tahun 1992, 1995, dan 2001 selalu meduduki
peringkat pertama dengan prevalensi terus meningkat yaitu 16,0%, 18,9%, dan 26,4%
(Anonim, 2007)
Jean Vague (2006) merupakan ilmuwan pertama yang mengemukakan adanya hubungan
erat antara perbedaan morfologi tubuh atau tipe distribusi lemak tubuh dengan gangguan
kesehatan yang berkaitan dengan faktor risiko obesitas. Dalam sebuah studi prospektif
diungkapkan bahwa obesitas tubuh bagian atas (obesitas abdominal) berhubungan lebih
kuat dengan intoleransi glukosa / diabetes melitus, hiperinsulinemia, hipertensi,
hipertrigliseridemia, dan gout dibandingkan obesitas 2 tubuh bagian bawah (Boivin et al.,
2007; Semiardji, 2004; Tchernof, 2007; Widjaya et al., 2004).
Terdapat berbagai metode pengukuran antropometri tubuh yang dapat digunakan sebagai
skreening obesitas. Metode tersebut antara lain pengukuran indeks massa tubuh, lingkar
pinggang, lingkar panggul, lingkar lengan, serta perbandingan lingkar pinggang dan
lingkar panggul. Lingkar pinggang merupakan pengukur distribusi lemak abdominal yang
mempunyai

hubungan


erat

dengan

indeks

massa

tubuh.

Studi

Farmingham

memperlihatkan bahwa peningkatan lingkar pinggang merupakan prediktor sindroma
metabolik dimana salah satu gejala dari sindrom metabolik yaitu hipertensi (Bell et al.,
2001 ; Sjostrom et al., 2001).
Berdasarkan data pada bagian rekam medik didapatkan 240 pasien yang didiagnosa
menderita hipertensi selama 3 bulan. Selama bulan November 2009, di poli penyakit
dalam Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek didapatkan 79 pasien hipertensi, pada bulan


Desember 2009 didapatkan 83 pasien hipertensi, dan pada bulan Januari 2010 didapakan
78 pasien yang didiagnosa menderita hipertensi. Sehingga mendorong penulis untuk
melakukan penelitian mengenai hubungan antara lingkar pinggang dengan hipertensi.
2. Rumusan Masalah
Berbagai penelitian epidemiologik telah membuktikan adanya hubungan yang kuat antara
obesitas dan hipertensi. Mekanisme penyebab utama terjadinya hipertensi pada obesitas
diduga berhubungan dengan kenaikan volume tubuh, peningkatan curah jantung, dan
menurunnya resistensi vaskuler sistemik (M. Wahba, 2007).
Selama 3 bulan (November 2009 – Januri 2010) pada Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit
Umum Abdul Moeloek di dapatkan 240 pasien yang didiagnosa menderita hipertensi.
Terdapat berbagai metode pengukuran antropometri tubuh yang dapat digunakan sebagai
skreening obesitas. Salah satu metode skreening selain pengukuran IMT (Berat Badan dan
Tinggi Badan) adalah dengan pengukuran diameter Lingkar Pinggang. Berdasarkan hal
tersebut, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui Adakah hubungan antara lingkar
pinggang dengan hipertensi.
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara diameter


lingkar

pinggang terhadap hipertensi pada pasien poli penyakit dalam Rumah Sakit Umum Abdul
Moeloek Bandar Lampung.
b. Tujuan Khusus

 Untuk mengetahui diameter lingkar pinggang pada pasien poli penyakit dalam
Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek Bandar Lampung.
 Untuk mengetahui derajat hipertensi pada pasien poli penyakit dalam Rumah Sakit
Umum Abdul Moeloek Bandar Lampung.
 Untuk mengetahui hubungan diameter lingkar pinggang dengan hipertensi pada
pasien poli penyakit dalam Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek Bandar Lampung
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
a. Penulis, yaitu penelitian yang telah dilakukan dapat memperluas wawasan penulis
mengenai masalah hipertensi dan merupakan pengalaman yang bermanfaat dalam
menerapkan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan.
b. Peneliti selanjutnya, yaitu memberikan kemudahan dan masukan data dalam meneliti
permasalahan hipertensi tinjauan faktor lainnya.

c. Terbukanya peluang bagi para akademisi dalam penelitian untuk menentukan metode
pengukuran antropometri tubuh yang paling baik sebagai screening sindroma metabolik
dengan faktor risiko obesitas