TINJAUAN PUSTAKA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KONFLIK SOSIAL DI BALI DARI PERSPEKTIF HUKUM.

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Keanekaragaman suku, agama, ras, dan budaya Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa, pada satu sisi merupakan suatu kekayaan bangsa yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi positif bagi upaya menciptakan kesejahteraan masyarakat. Namun pada sisi lain, kondisi tersebut dapat membawa dampak buruk bagi kehidupan nasional apabila terdapat ketimpangan pembangunan, ketidakadilan dan kesenjangan sosial dan ekonomi, serta ketidakterkendalian dinamika kehidupan politik. Di samping itu, transisi demokrasi dalam tatanan dunia yang makin terbuka mengakibatkan makin cepatnya dinamika sosial, termasuk faktor intervensi asing. Kondisi tersebut menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara yang rawan konflik, terutama konflik yang bersifat horisontal. Konflik tersebut, terbukti telah mengakibatkan hilangnya rasa aman, timbulnya rasa takut masyarakat, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, korban jiwa dan trauma psikologis seperti dendam, benci, dan antipati, sehingga menghambat terwujudnya kesejahteraan umum. 7 Untuk mencegah agar tidak terjadi konflik dalam masyarakat maka peranan hukum mutlak diperlukan. Peranan hukum dalam masyarakat adalah berfokus pada otoritas dan kontrol yang memungkinkan kehidupan kolektif manusia itu selalu berada dalam keadaan yang tertib dan tentram. 8 Hukum diartikan sebagai suatu kontrol sosial dan berhubungan dengan pembentukan dan pemeliharaan aturan-aturan sosial. 9 Hukum berfungsi sebagai mekanisme untuk melakukan integrasi terhadap berbagai kepentingan warga masyarakat, yang berlaku baik ada konflik maupun tidak ada konflik. Jika terjadi konflik di dalam masyarakat, maka hukum harus berperan. Olehnya itu, menurut Hobbes hukum itu ditentukan untuk mengatur 7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Penanganan Konflik Sosial, http:statushukum.com undang- undang- republik- indonesia- nomor- 7- tahun- 2012- tentang-penanganan- konflik-sosial.html, diakses Selasa 16 Juli 2013. 8 Soetandyo Wignjosoebroto, 2013, Hukum Dalam Masyarakat, Cet. I, Graha Ilmu, Yoyakarta, hlm. 1. 9 Adam Podgorecki dan Christoper J. Whelan Editor, 1987, Pendekatan Sosiologis Terhadap Hukum, judul asli: Sociological Approaches To Law penerjemah: Rnc. Widyaningsih dan G. Kartasapoetra, Cet. I, Bina Aksara, Jakarkat, hlm. 254. 11 konflik-konflik yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial. Inilah yang disebut oleh Hobbes fungsi hukum sebagai mekanisme pengintegrasi. 10 Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih bisa juga kelompok dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi, sebaliknya integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik. 11 Konflik dalam kamus umum bahasa Indonesia adalah pertentangan atau percecokan. Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi termasuk tingkah laku dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan interests dan interpretasi. Bagi pihak luar di luar yang berkonflik sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga. 12 Konflik sosial mengacu pada sebuah bentuk interaksi sosial yang bersifat antara dua orang kelompok atau lebih, di mana masing-masing pihak berusaha untuk saling mengalahkan atau bahkan meniadakan pihak lainnya. Sebagai sebuah bentuk interaksi sosial yang bersifat negatif, konflik sosial dapat dipahami sebagai akibat tidak sempurnanya 10 Ahmad Ubbe dkk, Laporan Pengkajian Hukum Tentang Mekanisme Penanganan Konflik Sosial, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI 2011, http:www.bphn.go.iddatadocumentspkj-2011-10, diakses Rabo 10 Juni 2015.pdf 11 Konflik Sosial, http:riko11f.blogspot.com201206konflik-sosial.html, diakses Selasa 16 Juli 2013. 12 http:rizalardyansyah23.blogspot.com201212 makalah- bk-sosial- konflik.html, diakses Selasa 16 Juli 2013. 12 kontak sosial dan komunikasi sosial yang terjadi di antara pihak-pihak yang berkonflik. Dengan demikian sebuah interaksi sosial dapat menjadi sebuah kerjasama atau konflik, secara teoritis dapat diprediksi dari apakah kontak dan komunikasi sosial antara kedua pihak yang berinteraksi tersebut bersifat positif atau negatif. Sebagai salah satu bentuk interaksi sosial antar individu dan kelompok yang beraneka, konflik sosial adalah salah satu hakekat alamiah dari interaksi sosial itu sendiri. Konflik sosial tidak dapat ditiadakan, yang dapat dilakukan adalah upaya pengelolaan dan mempertahankan konflik pada tingkat yang tidak menghancurkan kebersamaan yang dibayangkan dan diinginkan bersama. 13 Pengertian konflik sosial terdapat dalam Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Penanganan Konflik Sosial, yang menyatakan Konflik Sosial, yang selanjutnya disebut Konflik, adalah perseteruan danatau benturan fisik dengan kekerasan antara dua kelompok masyarakat atau lebih yang berlangsung dalam waktu tertentu dan berdampak luas yang mengakibatkan ketidakamanan dan disintegrasi sosial sehingga mengganggu stabilitas nasional dan menghambat pembangunan nasional. 14 Pandangan ahli tentang konflik disampaikan oleh Robbin 1996: 431 mengatakan konflik dalam organisasi disebut sebagai The Conflict Paradoks, yaitu pandangan bahwa di satu sisi konflik dianggap dapat meningkatkan kinerja kelompok, tetapi di sisi lain kebanyakan kelompok dan organisasi berusaha untuk meminimalisasikan konflik. Pandangan ini yang meliputi antara lain: 15 1. Pandangan tradisional The Traditional View. Bahwa konflik itu hal yang buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan irrationality. Konflik ini merupakan suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan, keterbukaan di antara orang - orang. 2. Pandangan hubungan manusia The Human Relation View. Konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang wajar terjadi di dalam kelompok atau organisasi. 13 Ahmad Ubbe dkk, Laporan Pengkajian Hukum Tentang Mekanisme Penanganan Konflik Sosial, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI 2011, www.bphn.go.iddatadocumentspkj-2011-10, diakses Rabo 10 Juni 2015.pdf 14 Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Penanganan Konflik Sosial, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 116. 15 Konflik Sosial, http:riko11f.blogspot.com201206konflik-sosial.html, diakses Selasa 16 Juli 2013. 13 Konflik dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari karena di dalam kelompok atau organisasi pasti terjadi perbedaan pandangan atau pendapat antar anggota. Oleh karena itu, konflik harus dijadikan sebagai suatu hal yang bermanfaat guna mendorong peningkatan kinerja organisasi. Dengan kata lain, konflik harus dijadikan sebagai motivasi untuk melakukan inovasi atau perubahan di dalam tubuh kelompok atau organisasi. Demikian pula konflik yang terjadi pada manusia ada berbagai macam ragamnya, bentuknya, dan jenisnya. Soetopo 1999 mengklasifikasikan jenis konflik, dipandang dari segi materinya menjadi empat, yaitu: 16 1. Konflik Tujuan Konflik tujuan terjadi jika ada dua tujuan atau yang kompetitif bahkan yang kontradiktif. 2. Konflik Peranan Konflik peranan timbul karena manusia memiliki lebih dari satu peranan dan tiap peranan tidak selalu memiliki kepentingan yang sama. 3. Konflik Nilai Konflik nilai dapat muncul karena pada dasarnya nilai yang dimiliki setiap individu dalam organisasi tidak sama, sehingga konflik dapat terjadi antar individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan organisasi. 4. Konflik Kebijakan Konflik kebijakan dapat terjadi karena ada ketidaksetujuan individu atau kelompok terhadap perbedaan kebijakan yang dikemukakan oleh satu pihak dan kebijakan lainnya. Menurut Sumaatmaja 2003:6.5 penyebab konflik adalah tiap-tiap manusia mempunyai sifat, watak, kehendak, dan kepentingannya masing-masing. Kehendak dan kepentingan orang di sekitarnya, maka akan terjalin hubungan kerja sama yang harmonis untuk mewujudkan keinginannya dan harapannya. Namun kenyataannya tidak jarang 16 Konflik Sosial, http:riko11f.blogspot.com201206konflik-sosial.html, diakses Selasa 16 Juli 2013. 14 kehendak dan keinginan serta kepentingan manusia yang satu dengan yang lainnya itu saling bertabrakan, maka akibatnya akan terjadi konflik diantara manusia itu. 17 Adapun dampak negatif yang ditimbulkan oleh konflik sosial adalah sebagai berikut: 18 1. Konflik dapat menimbulkan keretakan hubungan antara individu dan kelompok. 2. Konflik menyebabkan rusaknya berbagai harta benda dan jatuhnya korban jiwa. 3. Konflik menyebabkan adanya perubahan kepribadian. 4. Konflik menyebabkan dominasi kelompok pemenang. Sumaatmaja 2003:6.5 menyebutkan bahwa sumber-sumber konflik antar suku bangsa dan golongan dalam negara-negara berkembang seperti Indonesia, paling sedikit 5 lima macam sumber konflik yaitu : 19 1. Konflik bisa terjadi kalau warga dari dua suku bangsa masing-masing bersaing dalam hal mendapatkan lapangan mata pencaharian hidup yang sama. 2. Konflik bisa terjadi kalau warga dari satu suku bangsa mencoba memaksakan unsur- unsur dari kebudayaan kepada warga dari suatu suku bangsa lain. 3. Konflik bisa terjadi kalau warga dari satu suku bangsa mencoba memaksakan konsep- konsep agamanya terhadap warga dari suku lain dari suku bangsa lain yang berbeda agama. 4. Konflik akan terjadi kalau satu suku bangsa berusaha mendominasi suatu suku bangsa lain secara politis. 5. Potensi konflik terpendam ada dalam hubungan anatar suku-suku bangsa yang telah bermusuhan secara adat. Beberapa wujud konflik sosial yang perlu mendapat perhatian khusus karena sangat kuat terkonfirmasi sebagai konflik yang mengakar dan mengemuka secara berulang sepanjang sejarah kehidupan masyarakat Indonesia. Tiga diantaranya hádala : 20 17 http:rizalardyansyah23. blogspot.com 2012 12 makalah-bk-sosial-konflik.html, diakses Selasa 16 Juli 2013. 18 Konflik Sosial, http:riko11f.blogspot.com201206konflik-sosial.html, diakses Selasa 16 Juli 2013. 19 http:rizalardyansyah23.blogspot.com201212makalah-bk-sosial-konflik.html, diakses Selasa 16 Juli 2013 . 15 a. Konflik ideologis yang bersumber pada perbenturan nilai tentang bentuk negara yang digunakan sebagai bingkai bagi bangsa Indonesia yang merdeka. b. Konflik horisontal rasial, yang bersumber pada perbedaan etnis yang cenderung rasial, dan dipicu oleh kesenjangan dalam penguasaan sumber-sumber ekonomi. c. Konflik vertikal yang bersumber pada ketidak-puasan masyarakat pada penguasa, yang seringkali meledak dalam bentuk konflik horisontal karena dua faktor, yaitu rasa frustrasi dan tidak berdaya masyarakat dalam menghadapi kuatnya kekuasaan dan pemanfaatan potensi-potensi konflik horisontal oleh penguasa untuk mempertahankan kelanggengan kekuasaannya. d. Konflik politik yang bersumber pada pertarungan antara kepentingan pemerintah dan masyarakat lokal, pemerintah nasional, dan kepentingan-kepentingan masyarakat internasional, yang dapat berakibat pada ancaman serius bagi kelanggengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 20 Ahmad Ubbe dkk, Laporan Pengkajian Hukum Tentang Mekanisme Penanganan Konflik Sosial, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI 2011, www.bphn.go.iddatadocumentspkj-2011-10, diakses Rabo 10 Juni 2015.pdf 16

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN