Substrat anatomi yang terlibat dalam fisiologi tidur

berdasarkan rekaman EEG, stadium tidur dibagi menjadi 3, yaitu N1, N2 dan N3. Waktu tidur REM berkisar antara 20-25 dari total waktu tidur keseluruhan. Petanda spesifik tidur REM adalah adanya gerakan mata cepat ke segala arah dan ketiadaan aktivitas otot yang dapat direkam oleh EMG Chokroverty, 2010. Tabel 2.1 berikut ini menunjukkan kriteria spesifik tingkah laku dan fisiologi yang terjadi sepanjang fase terjaga, tidur NREM, dan REM. Tabel 2.1 Kriteria tingah laku dan fisiologi fase bangun tidur Chokroverty, 2010 Kriteria Fase bangun Tidur NREM Tidur REM Postur Mobilitas Respon terhadap stimulasi Tingkat kewaspadaan Kelopak mata Gerakan mata EEG EMG tonus otot EOG Berdiri, duduk Normal Normal Waspada Terbuka Waking eye movement Gelombang alfa, desinkronisasi Normal Waking eye movement Berbaring Postural shift, immobile Menurun Tidak sadar tapi reversibel Tertutup Slow rolling eye movement Sinkronisasi Sedikit menurun Slow rolling eye movement Berbaring Immobile, myoclonic jerks Menurun, bahkan tidak berespon Tidak sadar tapi reversibel Tertutup Rapid eye movement Thetha, saw tooth wave Desinkronisasi Menurun bahkan tidak ada, Rapid eye movement

2.2.2 Substrat anatomi yang terlibat dalam fisiologi tidur

Temuan-temuan genetik terbaru mengindikasikan bahwa mekanisme molekulerlah yang mengontrol irama sirkadian dan mengatur stadium tidur terkonservasi secara filogenetik. Gangguan tidur dalam jangka lama mempengaruhi pengaturan temperatur tubuh, metabolisme, dan fungsi imunologi. Pada susunan saraf manusia, instruksi genet genetik yang lebih tingg neuronal subkortikal yan yang dijelaskan oleh gamba Gambar 2.1 Substrat a Hobson, 2002 Jam sirkadian molekul yang berlokasi secara bil tersebut mengandung meka terhadap siklus siang mala Setelah demikian lam bangun-tidur, ternyata me netik diekspresikan secara progresif pada leve nggi, sintesis protein, dan hubungan dinamis ang terlibat dalam membentuk substrat anatomi mbar dibawah ini Pace-Schott dan Hobson, 2002 t anatomi yang terlibat dalam fisiologi tidur Pac on, 2002. olekuler secara genetik diekspresikan oleh 20.000 bilateral di hipotalamus, tepat di atas kiasma opt ekanisme “master clock” yang mengatur ritme fis alam selama 24 jam Pace-Schott dan Hobson, 2002 lama ditemukannya sirkadian spesifik dan mekani mekanisme irama biologis juga melibatkan strukt evel transkripsi is antar bagian omi tidur seperti on, 2002. Pace-Schott dan 20.000 sel-sel SCN optikum. Sel-sel fisiologis tubuh on, 2002. kanisme kontrol uktur lain selain selain SCN yang berlokasi dekat dengan nukleus tersebut. Struktur tersebut antara lain nukleus paraventrikular pada subparaventrikular zone SPZ, daerah hipotalamus yang menerima sejumlah besar proyeksi dari SCN, dan nukleus dorsomedial hypothalamic DMH yang menerima proyeksi dari SPZ Pace-Schott dan Hobson, 2002. Substrat neuanatomi tidur dan fisiologi bangun tidur terdiri dari mekanisme kompleks yaitu jalur aktivasi dan inhibisi yang bersifat umpan balik antara berbagai pusat yang terletak di rostral batang otak dan korteks seperti yang dijelaskan pada gambar 2.2 di bawah. Mekanisme bangun tidur dimediasi oleh ascending reticular activating system ARAS dan jalur inhibisinya yang berproyeksi melalui nukleus- nukleus formasio retikularis batang otak dan rostral batang otak ke talamus dan basal forebrain BF. Terdapat dua jalur proyeksi yang terlibat dalam mekanisme tersebut. Jalur pertama melalui bagian dorsal, yaitu neuron-neuron kolinergik pedunculopontine tegmental atau lateral dorsal tegmental PPTLDT yang mengeksitasi neuron-neuron retikular dan talamokortikal. Jalur kedua adalah melalui bagian ventral yang meliputi hipotalamus dan BF. Proyeksi jalur tersebut bermula dari nukleus locus coeruleus LC yang bersifat noradrenergik, nukleus rafe dorsalis yang bersifat serotonergik, nukleus di daerah ventral periaquductal greymatter PAG yang bersifat dopaminergik, tuberomamillary nucleus TMN yang bersifat histaminergik, serta hipotalamus bagian lateral yang menghasilkan oreksin dan melanin-concentrating hormone. Kelompok neuron-neuron tersebut lebih aktif saat fase bangun dibandingkan tidur non-REM dan tidak menunjukkan aktivitas selama tidur REM gambar 2.2 A Ventrolateral preoptic nucleus VLPO diperkirakan berperanan dalam sirkuit inhibisi ARAS. Mekanisme inhibisi oleh nukleus preoptik dan aktivasi oleh ARAS disebut “flip-flop switch design”. Sistem ini secara indirek distabilisasi oleh neuron- neuron oreksin dan neuron yang mengandung melanin-concentrating hormone di daerah lateral hipotalamus, yang mencegah mekanisme aktivasiinhibisi secara spontan, seperti halnya pada kondisi narkolepsi. Neuron-neuron VLPO yang aktif saat tidur tersebut menghasilkan neurotransmiter inhibisi gamma-aminobutyric acid GABA dan galanin gambar 2.2 B Saper dkk., 2005, Fuller dkk., 2006. Gambar 2.2 Sirkuit bangun-tidur; A ARAS yang terdiri dari jalur dorsal dan ventral, B jalur inhibisi terhadap sirkuit ARAS Fuller dkk., 2006 Lesi eksitotoksik pada SPZ menyebabkan gangguan irama sirkadian tidur, aktivitas lokomotor dan temperatur tubuh. Proyeksi SPZ adalah pada VLPO yang berperan dalam regulasi tidur NREM. Target proyeksi SPZ yang lain adalah DMH yang mengandung banyak neuron oreksin, yang pada akhirnya berproyeksi menuju VLPO. Lesi pada daerah DMH menyebabkan penurunan amplitudo sirkadian dan temperatur tubuh pada binatang coba. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa terdapat hubungan daerah tersebut dengan SCN. Terdapat aliran impuls transinaptik retrograd yang menunjukkan adanya proyeksi indirek dari SCN melalui DMH. Proyeksi ini kemudian diteruskan ke nukleus VLPO di hipotalamus kemudian ke nukleus noradrenergik di LC. Oreksin meningkat pada aktivitas LC Pace-Schott dan Hobson, 2002. Gambar 2.3 dan 2.4 di bawah ini menunjukkan skema sirkadian manusia saat siang dan malam dan jalur yang terlibat dalam pengontrolan bangun-tidur mulai dari retina ke hipotalamus traktus retinohipotalamus. Gambar 2.3 Skema sirkadian manusia Culebras dkk., 2007 Serat-serat saraf retinal postgalionik membentuk traktus retinohipotalamik menuju ke SCN. Kemudian ke ganglion servikalis superior yang akhirnya mencapai badan pineal. Sistem neuronal di oleh cahaya Culebras dkk., 2007 Gambar 2.4 Jalur Shne Impuls lainnya dari superior, dan SPZ. Nukle ini dipengaruhi oleh mel tidur Shneerson, 2005. Aktivasi reseptor α konsentrasi cyclic adhenos arylalkilamine N-acetyltr Irama harian sekresi me berlokasi di SCN. Gamb SCN dengan sekresi mela l di retina distimulasi oleh situasi gelap dan da dkk., 2007. lur yang menghubungkan retina, SCN dan ba hneerson, 2005 ri sel ganglion retina mencapai daerah pretektu Nukleus kolinergik PPT atau LDT juga berproyeksi ke elatonin yang menginhibisi aktivitas SCN dan m . α -1 dan β-1 adrenergik di badan pineal m adhenosin monophosphat c-AMP dan kalsium serta ltransferase yang mengawali sintesis dan produk melatonin dikontrol oleh “master pacemaker” e bar 2.3 juga menjelaskan hubungan temporal ant elatonin dalam periode 24 jam Culebras dkk., 2007 dapat diinhibisi n badan pineal ktum, kolikulus ksi ke SCN. Jalur n menyebabkan meningkatkan ta mengaktivasi oduksi melatonin. endogen yang antara aktivitas dkk., 2007. Substrat neuroanatomi tidur REM dan NREM berlokasi pada bagian susunan saraf pusat yang berbeda. Tidak ada pemisahan antara keduanya dengan pusat pengaturan bangun tidur, namun kedua fase tidur ini dihasilkan oleh perubahan pada sistem interkoneksi neuronal yang dimodulasi oleh neurotransmiter dan neuromodulator. Substrat neuroanatomi tidur REM diperkirakan adalah pada area kecil di tegmentum pontin dorsolateral yaitu sublaterodorsal SLD yang berhubungan dengan dorsal subcoeruleus atau perilocus coeruleus alpha. Selama tidur NREM dan fase terjaga, neuron pada SLD akan diinhibisi hiperpolarisasi oleh input GABA-ergik dari neuron REM-off GABA-ergik REM yang berlokasi di SLD, mesensefalon dan nukleus retikularis pontin, serta ventrolateral periaquaductal graymatter VLPAG seperti halnya dengan neuron REM-off monoaminergik. Neuron-neuron GABA-ergik dan glutaminergik memainkan peranan penting dalam tidur REM. Neuron GABA-ergik bertanggung jawab terhadap inaktivasi neuron monoaminergik selama tidur REM. Neuron kolinergik tidak memainkan peranan dalam aktivasi REM Chokroverty, 2010. 2.3 Gangguan Tidur pada Remaja 2.3.1 Prevalensi dan insidensi gangguan tidur pada remaja