Proses Komunikasi Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Antara Guru Dan Siswa-Siswi Di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Soreang

(1)

NEGERI 1 SOREANG

( Studi Deskriptif Mengenai Proses Belajar Mengajar Antara Guru dan Siswa-Siswi di SMAN 1 Soreang, Kabupaten Bandung )

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Gelar Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Oleh :

EVA INDAH SUCHARYANI SIREGAR

41807023

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA B A N D U N G


(2)

iv

PROSES KOMUNIKASI DALAM KEGIATAN BELAJAR

MENGAJAR ANTARA GURU DAN SISWA-SISWI

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

NEGERI I SOREANG

( Studi Deskriptif Mengenai Proses Belajar Mengajar Antara Guru dan Siswa-Siswi SMAN 1 Soreang, Kabupaten Bandung )

Oleh:

Eva Indah Sucharyani Siregar NIM. 41807023

Pembimbing: Drs. Manap Solihat, M.Si

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana”Proses Komunikasi Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Antara Guru dan Siswa-Siswi di Sekolah Menengah Atas Negeri I Soreang ( Studi Deskriptif Mengenai Proses Belajar Mengajar Antara Guru dan Siswa-Siswi SMAN 1 Soreang, Kabupaten Bandung )”. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dimunculkan pertanyaan tentang bagaimana Interaksi tatap muka, jumlah partisipan yang terlibat, maksud dan tujuan, kemampuan anggota dan proses komunikasi.

Tipe penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode deskriptif. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, dokumentasi, studi pustaka, internet

searching dan observasi. Jumlah informan yang didapatkan sebanyak 7 ( tujuh ) orang yang

diantaranya adalah kepala sekolah SMAN 1 Soreang, wakil kepala sekolah bagian kurikulum, guru serta siswa-siswi di SMAN 1 Soreang. Tenik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, pengumpulan data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proses komunikasi dapat berjalan secara efektif bila adanya komunikasi dua arah yang dilakukan oleh guru dan siswanya. Dalam praktiknya proses komunikasi dilakukan secara terminologi tatap muka (face to face) agar setiap anggota dalam kegiatan belajar mengajar dapat saling berinteraksi, jumlah partisipan siswa didalam kelas harus disesuaikan dengan kapasitas kelas karena bila melebihi kapasitas yang ditentukan maka pesan yang disampaikan tidak efektif, maksud dan tujuan yang dikehendaki adalah terjadinya perubahan sikap, perilaku, pendapat dan perubahan sosial, kemampuan anggota dapat dilihat dari hasil akhir dari kegiatan belajar mengajar yang didapatkan siswa.

Kesimpulan dari hasil penelitian, dalam kegiatan belajar mengajar guru harus mampu memposisikan dirinya agar lebih dekat dengan siswa agar guru dapat menentukan sikap sehingga proses komunikasi dapat berjalan efektif.

Saran peneliti bagi SMAN 1 Soreang setelah melaksanakan penelitian ini bahwa diharapkan guru dapat memposisikan dirinya agar lebih dekat dengan siswa-siswinya sehingga terjalinnya kedekatan antara kedua belah pihak yang hasilnya akan membantu proses komunikasi didalam kelas.


(3)

AT SEKOLAH MENENGAH ATAS

NEGERI 1 SOREANG

(Descriptive Study Hits Process Learns To Teach Between Teacher And Students At SMAN 1 Soreang Kabupaten Bandung)

By :

Eva Indah Sucharyani Siregar NIM. 41807023

Supervisor :

Drs. Manap Solihat, M.Si

The purpose of this studi was examine Communication Process In Activity Learns

Teach Between Teacher And Students At Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Soreang (Descriptive Study Hits Process Learns To Teach Between Teacher And Students At SMAN 1

Soreang Kabupaten Bandung)”. To achieve aim so showed question about how does interaction face to face, participant total in concerned, purpose and aim, member ability and communication process

In this research used a quantitative using A descriptive method. Data collections

technique by using a interview, documentation, book study, internet searching and

observation. Informant total got as much as 7 (seven) person between Headmaster SMAN 1

Soreang, curriculum part headmaster deputy, teacher with students at SMAN1 Soreang. Tenik data analysis that used data rediction, data collecting, data presentation, and conclusion with drawing.

These result indicate that the communication process can be run effectively if the two-way communication is conducted by teacher and students.In practice communication

process be done according to terminology face to face so that every member in school

activity can interact, student participant total insides class must be accustommed with class capacity because when exceed capacity that determined so message that submitted not effective, purpose and aim desire the happening of attitude change, behaviour, opinion and social change, member ability visible from end result from school activity that is got student.

The conclusions of the research, in teacher school activity must can to position self so that bearer with student so that teacher can determine attitude so that communication process ambulatory effective.

Researcher suggestion for sman 1 soreang after conducting this study that tearchers are expected to position it self to be closer to the students so intimate relations between the two sides that the results will the communication process in the classroom.


(4)

vi

Puji serta syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas segala rakhmat, berkat dan hidayah-Nya peneliti mampu menyelesaikan Skripsi Strata Satu yang berjudul Proses Komunikasi Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Antara Guru Dan Siswa-Siswi di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Soreang ( Studi Deskriptif Mengenai Proses Belajar Mengajar Antara Guru dan Siswa-Siswi di SMAN 1 Soreang, Kabupaten Bandung )“ dengan baik.

Peneliti menyadari bahwa penelitian skripsi ini bukan merupakan suatu yang instant. Ini merupakan buah dari proses yang relatif panjang, menyita segenap tenaga dan fikiran. Tidak sedikit penulis menghadapi kesulitan serta hambatan baik teknis maupun non tekhnis. Namun atas izin Tuhan YME, juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan serta dukungan yang peneliti terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan yang terasa jauh bila dikatakan baik apalagi sempurna. Namun peneliti yakin bagaimanapun wujudnya, penelitian skripsi ini adalah salah satu kebanggaan tersendiri bagi peneliti.

Selanjutnya dengan segala kerendahan serta ketulusan hati, perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang tercinta dan terkasih Papah dan Mamah, serta Adik-adikku, yang selalu membantu dan memberikan dukungan


(5)

vii

berguna bagi orang tua, keluarga , bangsa dan Negara, Amien.

Pada kesempatan ini pula, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa hormat, terimakasih, serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Tentu, tanpa dukungan dan partisipasi mereka, kesuksesan ini tidak dapat diraih. Secara khusus, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terimakasih dengan penuh rasa hormat kepada:

1) Yang Terhormat Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo. Drs., M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian demi kepentingan tugas akhir serta memberikan pengesahan pada skripsi ini sehingga bisa dijadikan literature bagi lembaga yang membutuhkannya.

2) Yang Terhormat Drs. Manap Solihat., M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sekaligus dosen pembimbing skripsi peneliti yang telah memberikan dukungan serta contoh baik kepada para mahasiswanya khususnya untuk diri pribadi peneliti. Terimakasih atas segala kesabaran dan ilmu


(6)

viii

pengetahuan dan berbagai gambaran mengenai masa depan.

3) Yth. Melly Maulin P. M.Si selaku Dosen wali peneliti selama ini yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, kesempatan kepada peneliti untuk sharing. Terimakasih ”ibuku” atas kesabarannya mendidik peneliti agar mampu menjadi manusia yang lebih baik lagi, terimakasih untuk segala dukungannya.

4) Yth. seluruh Staf Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia Bandung, seluruh Dosen Luar Biasa yang selalu professional dalam memberikan arahan dan pengajaran kepada peneliti sehingga peneliti bisa lebih bijaksana dan intelektual dalam menyingkapi dunia, karena melalui pendidikanlah menusia mampu lebih bijak dalam bertindak dan menyelesaikan masalah.

5) Yth. Seluruh staf sekretaris Program Studi Ilmu komunikasi Universitas Komputer Indonesia, terima kasih untuk Ibu Astri, Teh Intan, dan bagian Administrasi atas segala bantuannya dalam mengurus data-data peneliti dan memberikan kemudahan dalam menjalani perkuliahan.


(7)

ix

mengajar. Terimakasih karena telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menambah wawasan, pergaulan dan pengalaman serta lebih mengenal bagaimana sebenarnya proses komunikasi yang efektif itu dalam penyampaian pesan.

7) Yth. seluruh Staf Guru dan karyawan yang telah meluangkan waktunya kepada peneliti untuk bertanya mengenai setiap kegiatan belajar mengajar didalam kelas yang berkaitan dengan proses komunikasi.

8) Terimakasih kepada seluruh Namboru dan Uda peneliti yang tidak pernah lelah memberikan nasehat dan motivasinya untuk selalu rajin kuliah, jujur dalam berperilaku, rendah hati ketika besikap serta fokus dalam bertindak. Terimakasih telah menjadi penyeimbang kehidupan peneliti.

9) Terimakasih kepada adik kandungku Joshua Siregar dan Christian Siregar, kalian adalah perpaduan yang luar biasa untuk menjadi manusia yang sukses dikemudian hari.

10)Terimakasih kepada teman terbaik peneliti yaitu Arief Rachman Napitupulu yang tidak pernah letih memberikan nasehat, dorongan


(8)

x

yang sukses sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang.

11)Terimakasih kepada sahabat-sahabat peneliti yanng selalu setia dalam suka dan duka yaitu Mayang Riantie, Gabriella Victoria Raiza dan Wieke Aryani. Semoga persahabatan ini tidak lekang oleh waktu. Semoga Suriia dan Wewet bisa meraih semua yang dicita-citakan dan terimakasih kepada seluruh rekan-rekan dari jurusan Ilmu Komunikasi di Unikom Bandung.

12)Terimakasih kepada sahabat-sahabat peneliti yang selalu memotivasi peneliti didalam kelas dan tidak pernah lupa untuk selalu mengingatkan peneliti terhadap tugas-tugas kuliah yang selalu menumpuk. Terimakasih kepada Lina Fatinah, Iha Nurhayati, dan Ratih Gema Utami, Alia Ifada semoga setiap mimpi dan harapan kalian tercapai sehingga dapat berguna bagi keluarga, bangsa dan negara.

13)Terimakasih kepada Abang Agus Shaun the Sheep yang selalu memotivasi dan mengingatkan mengenai setiap data-data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi., Linda Ndut, Vee Verlian,


(9)

xi

dapat membuat kita menjadi orang yang berguna bagi setiap orang. Terimakasih kepada seluruh pihak yang bisa menjadi panutan baik kepada diri peneliti karena role model yang baik sangat dibutuhkan peneliti demi terciptanya kepribadian diri yang lebih baik lagi, seperti halnya kkehidupan yang selalu ingin mengalami perubahan untuk bisa hidup lebih baik lagi.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga amal kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak yang terlibat dalam penulisan penelitian ini, diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa laporan ini belum amat sempurna, oleh karena itu segala saran maupun kritik yang membangun akan penulis terima dengan lapang dada dan tangan terbuka, karena dengan segala kerendahan hati, diharapkan saran dan kritik itu mampu membuat penulis menjadi sosok yang lebih berkembang, maju, produktif, dan inovatif dalam berkarya. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

AMIN…

Bandung, Juli 2011


(10)

1

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal terpenting dalam membangun sebuah negara, karena pada dasarnya pendidikan adalah kunci dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Peran pendidikan yang sangat penting membuat hampir setiap negara lebih memfokuskan masalahnya dalam meningkatkan pendidikan terutama salah satunya Negara Indonesia yang lebih mengkonsentrasikan pembangunan dibidang pendidikan.

Salah satu aspek pembangunan tersebut dikarenakan pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti tertera didalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, menyatakan bahwa negara wajib mencerdaskan kehidupan bangsa, dalam upaya mewujudkan tujuan yang dimaksud setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan pengajaran, pasal 31 ayat 1 UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan.

Pelaksanaan pendidikan dilakukan dalam bentuk kegiatan, bimbingan, pengajaran, dan latihan. Bimbingan pada hakikatnya adalah pemberian


(11)

bantuan, arahan, motivasi, nasihat, dan penyuluhan agar siswa mampu mengatasi, memecahkan masalah, dan menanggulangi kesulitan sendiri. Dalam pendidikan dipastikan melalui kegiatan belajar mengajar, belajar mengajar adalah bentuk kegiatan dimana terjalin hubungan interaksi dalam pendidikan antara tenaga kependidikan (guru atau pengajar) dan peserta didik untuk mengembangkan perilaku sesuai dengan tujuan pendidikan.

Pendidikan tidak hanya dapat dilihat dari kualitas ilmu yang diberikan, namun juga dari faktor-faktor lain, seperti pendidik maupun terdidik dan didukung oleh materi dan fasilitas pendukung berupa infrastruktur yang harus diperhatikan juga ialah bagaimana ilmu (pesan) yang disampaikan itu dapat dikomunikasikan oleh pendidik kepada terdidik. Tentu saja dibutuhkan suatu keahlian dari pendidik (komunikator). Karena jika komunikator tersebut memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik maka ilmu atau pesan yang disampaikan pun akan diterima dengan baik oleh komunikannya.

Jourdan mengemukakan, bidang pendidikan, tidak bisa berjalan tanpa dukungan komunikasi, bahkan pendidikan hanya bisa berjalan melalui komunikasi atau dengan kata lain, tidak ada perilaku pendidikan yang tidak dilahirkan oleh komunikasi (Yusup, 2010 : 1). Menurut Effendy, fungsi umum komunikasi ialah informatif, edukatif, persuasif dan rekreatif (entertainment) (Yusup, 2010 : 3). Maksudnya ialah bahwa komunikasi berfungsi memberi keterangan, memberi data atau fakta, yang berguna bagi segala aspek kehidupan manusia. Disamping itu komunikasi juga berfungsi


(12)

mendidik masyarakat, mendidik setiap orang dalam menuju pencapaian kedewasaannya bermandiri. Seseorang bisa banyak tahu karena banyak mendengar, banyak membaca dan banyak berkomunikasi.

Ditinjau dari prosesnya, pendidikan termasuk dalam komunikasi, dalam arti kata proses tersebut melibatkan dua komponen yang terdiri dari manusia, yakni pengajar sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan. Pendidikan termasuk kedalam konteks komunikasi kelompok, komunikasi dalam kelompok merupakan bagian dari kegiatan sehari-hari. Seiring dengan perkembangan usia dan kemampuan intelektual kita masuk dalam kelompok-kelompok sekunder seperti sekolah. Melalui kelompok-kelompok memungkinkan kita dapat berbagi informasi, pengalaman, dan pengetahuan kita dengan anggota kelompok lainnya.

Pada umumnya pendidikan berlangsung secara berencana didalam kelas secara tatap muka (face to face), dimana dalam kelompok kecil tersebut dapat terjadi komunikasi dua arah atau dialog antara guru dan siswanya, komunikasi dua arah dapat terjadi apabila siswanya bersifat responsif, mengetengahkan pendapat atau mengajukan pertanyaan, diminta atau tidak diminta. Jika siswa tersebut pasif, hanya mendengarkan apa yang dikatakan oleh gurunya tanpa memberikan feedback, meskipun komunikkasi tersebut bersifat tatap muka, maka komunikasi hanya berlangsung satu arah dan komunikasi itu tidak efektif.


(13)

Sekolah adalah suatu lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa (atau “murid”) dibawah pengawasan guru. Sekolah Mengengah Atas (SMA) adalah salah satu jenjang pendidikan yang bukan termasuk program wajib belajar Sembilan tahun, namun SMA merupakan sebuah pendidikan formal yang wajib diikuti agar dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau langsung bekerja.

SMAN 1 Soreang merupakan salah satu SMA negeri di Kabupaten Bandung yang ditunjuk sebagai sekolah rintisan kategori mandiri yang memenuhi standar nasional pendidikan. Oleh sebab itu sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah favorit di Kabupaten Bandung. Selain karena memenuhi standarisasi nasional, sekolah tersebut juga banyak mendapatkan penghargaan dari setiap perlombaan yang diikuti apalagi beberapa tahun terakhir sekolah tersebut selalu berupaya memberikan fasilitas pendukung agar siswanya dapat mengikuti perkembangan teknologi sesuai dengan perkembangan informasi saat ini. Dalam kegiatan belajar mengajar, SMAN 1 Soreang berupaya untuk lebih memusatkan perhatiannya kepada siswa-siswi agar pada kegiatan belajar mengajar siswa-siswi dapat lebih memahami materi yang diberikan oleh guru, melalui media white board dan infokus diharapkan siswa-siswi dapat lebih bersemagat untuk belajar.

Kualitas pendidikan ditentukan oleh proses komunikasi yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar guru memiliki peranan penting karena guru adalah kreator yang akan


(14)

mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa yang menarik minatnya, mengekspresikan ide-ide dan kreatifiitasnya dalam batas-batas norma yang ditegakkan secara konsisten.

Tugas utama guru adalah mengembangkan potensi siswa secara maksimal lewat penyajian mata pelajaran. Setiap mata pelajaran, dibalik materi yang dapat disajikan secara jelas, memiliki nilai dan karakteristik tertentu yang mendasari materi itu sendiri. Oleh karena itu, pada hakekatnya setiap guru dalam menyampaikan suatu mata pelajaran harus menyadari sepenuhnya bahwa seiring menyampaikan materi pelajaran, ia harus pula mengembangkan watak dan sifat yang mendasari dalam mata pelajaran itu sendiri.

Materi pelajaran dan aplikasi nitai-nilai terkandung dalam mata pelajaran tersebut senantiasa berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakatnya, agar guru senantiasa dapat menyesuaikan dan mengarahkan perkembangan siswanya, maka guru harus memperbaharui dan meningkatkan ilmu pengetahuan yang dipelajari secara terus menerus. Dengan kata lain, diperlukan adanya pembinaan yang sistematis dan terencana bagi para guru.

Pemahaman akan hakekat kerja guru ini sangatlah penting sebagai landasan dalam mengembangkan program pembinaan dan pengembangan guru, karena jika kita dapat mengamati karakteristik kerja guru, maka kita dapat bersikap lebih bijaksana dalam menentukan sikap. Berikut ini beberapa karakteristik kerja guru, antara lain :


(15)

1. Karakteristik pekerjaan guru adalah pekerjaan yang bersifat individualistis non colaboratif.

2. Karakteristik pekerjaan guru adalah pekerjaan yang dilakukan dalam ruang yang terisolir dan menyerap seluruh waktu.

3. Karakteristik pekerjaan guru adalah pekerjaan yang kemungkinan terjadinya kontak akademis antar guru rendah.

4. Karakteristik pekerjaan guru tidak pernah mendapatkan umpan balik. 5. Karakteristik pekerjaan guru memerlukan waktu untuk mendukung

waktu kerja di ruang kelas.1

Karakteristik pertama, pekerjaan guru bersifat individualistis non colaboratif, memiliki arti bahwa guru dalam melaksanakan tugas-tugas pengajarannya memiliki tanggung jawab secara individual, tidak mungkin dikaitkan dengan tanggung jawab orang lain. Pekerjaan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar dari waktu ke waktu dihadapkan pada pengambilan keputusan dan melakukan tindakan. Dalam pengambilan keputusan dan tindakan itu harus dilaksanakan oleh guru secara mandiri. Sebagai contoh, ditengah proses belajar mengajar berlangsung terdapat siswa yang tertidur sehingga siswa yang lain berisik. Guru harus mengambil keputusan dan menentukan tindakan saat itu, dan tidak mungkin meminta

1


(16)

pertimbangan guru yang lain. Oleh karena itulah, wawasan dan kecermatan sangat penting bagi seorang guru.

Karakteristik kedua, pekerjaan guru adalah pekerjaan yang dilakukan dalam ruang yang terisolir dan menyerap seluruh waktu. Hal ini sudah diketahui bersama, bahwa hampir seluruh waktu guru dihabiskan diruang-ruang kelas bersama para siswanya. Implikasi dari hal ini adalah bahwa keberhasilan kerja guru tidak hanya ditentukan oleh kemampuan akademik, tetapi juga oleh motivasi dan dedikasi guru untuk terus dapat hidup dan menghidupkan suasana kelas.

Karakteristik ketiga, pekerjaan guru adalah pekerjaan yang kemungkinan terjadinya kontak akademis antar guru rendah. Bisa dicermati, setiap hari berapa lama guru bisa berinteraksi dengan sejawat guru. Dalam interaksi ini apa yang paling banyak dibicarakan. Banyak bukti menunjukkan bahwa interaksi akademik antar guru sangat rendah. Rendahnya kontak akademik guru ini disamping dikarenakan soal waktu guru yang habis diserap diruang-ruang kelas, kemungkinan juga karena kejenuhan guru berinteraksi akademik dengan para siswanya.

Karakteristik keempat, pekerjaan guru tidak pernah mendapatkan umpan balik. Umpan balik adalah informasi baik berupa komentar ataupun kritik atas apa yang telah dilakukan dalam melaksanakan proses belajar


(17)

mengajar yang diterima oleh guru. Berdasarkan umpan balik inilah guru akan dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajarnya.

Karakteristik kelima, pekerjaan guru memerlukan waktu untuk mendukung waktu kerja diruang kelas. Waktu kerja guru tidak terbatas hanya diruang-ruang kelas saja. Dalam banyak hal, justru waktu guru untuk mempersiapkan proses belajar mengajar diruang kelas lebih lama.

Disamping karakteristik pekerjaan guru, karakteristik disiplin ilmu pengetahuan sangat penting artinya untuk dipahami, khususnya oleh guru sendiri. Sebab, guru harus menjiwai disiplin ilmu yang harus diajarkan. Namun realitas menunjukkan bahwa kualitas guru belum sebagaimana yang diharapkan. Berbagai usaha yang serius dan sungguh-sungguh serta terencana harus secara terus menerus dilakukan dalam pengembangan kualitas guru.

Agar dapat mengkomunikasikan pesan secara efektif maka guru harus mempunyai kemampuan dasar, diantaranya adalah :

1. Didaktik, yakni kemampuan untuk menyampaikan sesuatu secara oral atau ceramah, yang dibantu dengan buku teks, demontrasi, tes, dan alat bantu tradisional lain;

2. Coaching, dimana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih dan mempraktikan keterampilannya, mengamati sejauh mana


(18)

siswa mampu mempraktekkan keterampilan tersebut, serta segera memberikan umpan balik atas apa yang dilakukan siswa; dan,

3. Socratic atau mauitic question, dimana guru menggunakan pertanyaan pengarah untuk membantu siswa mengembangkan pandangan dan internalisasi terhadap materi yang dipelajari.2

Dengan menguasai tiga kemampuan dasar tersebut, metode mengajar yang dimiliki guru akan dapat diterima dengan baik oleh siswanya.

Dalam memilih materi yang akan disampaikan, guru juga harus memperhatikan aspek-aspek kekinian, artinya apakah materi yang akan disampaikannya relevan dengan perubahan-perubahan dan isu-isu yang terjadi saat ini, apakah materi yang disampaikan bermanfaat bagi siswa dalam menunjang kehidupan yang lebih baik dan produktif dalam kehidupan sehari-hari, guru pun tidak boleh memandang bahwa siswa harus menguasai materi pelajaran sama persis semasa beliau belajar pengetahuan tersebut pada masa lampau, sebab tuntutan dan pemahamannya pun sudah sangat berbeda, dengan demikian maka siswa akan sangat merasa penting melaksanakan belajar guna memenuhi kebutuhan-kebutuhannya pada masa kini.

2


(19)

Dalam memilih materi yang akan disampaikan, guru pun harus memperhatikan pula karakteristik materi. Yang dimaksud karakteristik disini adalah penguasaan konsep pada materi yang akan disampaikan apakah tingkat konkret, tingkat identitas, tingkat klasifikatori atau tingkat formal. Hal ini sangatlah penting, karena penentuan materi pelajaran yang tidak sesuai dengan perkembangan penguasaan konsep siswa akan menghasilkan pembelajaran yang tidak optimal. (Yusuf, 2010)

Dalam mencapai tujuan belajar, peserta didik dituntut untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar, agar mereka paham dengan materi (pesan) yang disampaikan oleh guru. Pemahaman dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008) berarti menguasai, mengerti, atau memahami, maksudnya ialah siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan baru untuk dihapalkan, namun mereka juga mengerti dan menguasai makna dari pesan yang disampaikan oleh guru, sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Karena pada kenyataannya, seperti yang dapat kita lihat dalam lingkungan pendidikan masih rendahnya pemahaman siswa terhadap suatu materi, kurangnya pemahaman siswa terhadap suatu materi dikarenakan kurangnya pemahaman siswa dalam mempelajari sebuah konsep yang telah disampaikan oleh guru, perhatian siswa terhadap mata pelajaran yang disampaikan guru sangat rendah, gangguan konsentrasi siswa yang sangat besar, partisipasi dan kemandirian siswa sangat rendah dalam memberikan


(20)

feedback pada mata pelajaran dan kurang komunikatifnya guru dalam menyampaikan pesan sehinga membuat siswa acuh terhadap pesan yang disampaikan.

Tidak efektifnya pesan yang disampaikan oleh guru dapat dilihat dalam Ujian Nasional yang diadakan oleh pemerintah guna meningkatkan pembangunan dalam bidang pendidikan, Ujian Nasional yang berlangsung pada tahun 2010 menggalami kegagalan, masih banyaknya siswa yang tidak lulus dalam ujian tersebut seharusnya menjadi evaluasi bagi guru agar dapat lebih meningkatkan strateginya dalam mengajar melalui proses komunikasi agar lebih efektif.

Dari data hasil ujian nasional tahun 2010, jumlah paling banyak siswa yang tidak lulus dan harus mengikuti ujian nasional ulangan ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (23,7 persen), Kalimantan Tengah (39,29 persen), Kalimantan Timur (30,53 persen), Nusa Tenggara Timur (52,08 persen), dan Gorontalo (46,22 persen). Adapun persentase siswa yang paling banyak lulus ada di Bali (97,18 persen), Jawa Barat (97,03 persen), Jawa Timur (96,69 persen), dan Sumatera Utara (95,85 persen). Meskipun terjadi penurunan tingkat kelulusan, menurut laporan Menteri Pendidikan Nasional, terjadi peningkatan nilai rata-rata dari 7,25 pada 2009 menjadi 7,29 pada tahun 2010. Sementara itu, para siswa yang mengulang berpotensi besar lulus, karena


(21)

mayoritas yang harus mengulang (99.433 siswa) tidak lulus hanya pada satu mata pelajaran yang diujikan.3

Fenomena mengenai banyaknya siswa yang tidak lulus dalam ujian tersebut merupakan salah satu kurang komunikatifnya guru dalam menyampaikan pesan sehingga tidak menarik perhatian murid untuk mengerti dan mendalami pesan yang disampaikan.

Persamaan makna dari pesan yang disampaikan oleh guru disekolah dapat dilihat dari besarnya nilai dan prestasi siswa yang didapatkan, karena penilaian tersebut merupakan sebuah bentuk pemahaman siswa menyangkut mata pelajaran yang diambil. Bila nilai siswa rata-rata cenderung kecil maka guru tersebut dapat katakan gagal dalam penyampaian pesan sebagai komunikator, namun apabila nilai tersebut diatas rata-rata berarti dapat dipastikan guru tersebut merupakan komunikator yang baik, komunikatif dan dapat mengerti situasi dan kondisi dari muridnya.

Menurut peneliti masalah ini cukup menarik untuk dikaji karena pada pokok permasalahan yang diambil terlihat adanya kesenjangan (gap) dari proses belajar mengajar antara guru dan siswanya. Dari uraian tersebut peneliti berpendapat bahwa pokok permasalahan ini layak untuk dicari solusinya. Permasalahan yang dihadapi guru tidaklah mudah untuk menyelesaikannya, oleh karena itu peneliti melalui penelitian ini akan

3

http://Siswa%20Tidak%20Lulus%20UN%202010%20Sebanyak%20154.079%20_%20Pendhowo%2 0Dot%20Com.htm, pukul : 19:17, 17 April 2011


(22)

berusaha mencari solusi yang terbaik, maka peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut “Bagaimana Proses Komunikasi Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Antara Guru dan Siswa-Siswi di SMAN 1 Soreang Kabupaten Bandung ( Studi Deskriptif Mengenai Proses Belajar Mengajar Antara Guru dan Siswa-Siswi SMAN 1 Soreang, Kabupaten Bandung ) ?”.

1.2Identifikasi Masalah

Fokus dari permasalahan ini adalah, bagaimana model komunikasi proses belajar mengajar antara guru dan siswa-siswi SMAN 1 Soreang. Secara lebih khusus lagi permasalahan itu dijabarkan dalam identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana interaksi tatap muka yang dilakukan guru dalam kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa-siswi di SMAN 1 Soreang ?

2. Bagaimana cara mengajar guru dalam menangani jumlah partisipan yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa-siswi di SMAN 1 Soreang ?

3. Bagaimana maksud dan tujuan yang dikehendaki dalam kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa-siswi di SMAN 1 Soreang ? 4. Bagaimana kemampuan anggota dalam menumbuhkan

karakteristiksiswa dalam kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa-siswi di SMAN 1 Soreang ?


(23)

5. Bagaimana Proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa-siswi di SMAN 1 Soreang ?

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai Proses Komunikasi Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Antara Siswa-Siswi di SMAN 1 Soreang.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui interaksi tatap muka yang dilakukan guru dan siswi dalam kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa-siswi di SMAN 1 Soreang.

2. Untuk mengetahui cara mengajar guru dalam menangani jumlah partisipan yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa-siswi di SMAN 1 Soreang.

3. Untuk mengetahui maksud dan tujuan yang dikehendaki dalam kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa-siswi di SMAN 1 Soreang.

4. Untuk mengetahui kemampuan anggota dalam menumbuhkan karakteristikdalam kegiatanbelajar mengajar antara guru dan siswa-siswi di SMAN 1 Soreang.


(24)

5. Untuk mengetahui Proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa-siswi di SMAN 1 Soreang.

1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis peneliti berharap agar penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan Ilmu Komunikasi secara umum, serta mengenai proses komunikasi yang efektif dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga pesan yang disampaikan oleh guru dapat dipahami oleh siswa-siswinya.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Untuk Peneliti

Dijadikan sebagai bahan pengalaman dan pengetahuan khususnya mengenai Proses Komunikasi Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Antara Guru dan Siswa-Siswi di SMAN 1 Soreang agar dapat menerapkan pengetahuan yang diterima selama perkuliahan dan mempertajam nalar.

2. Untuk Akademisi

Penelitian ini diharapkan berguna bagi studi Ilmu Komunikasi maupun Universitas Komputer Indonesia secara keseluruhan yakni, diharapkan dapat menjadi bahan pengembangan dan penerapan Ilmu Komunikasi dan juga sebagai bahan perbandingan


(25)

dan pengembangan bagi penelitian sejenis lainnya untuk masa yang akan datang. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi program studi Ilmu Komunikasi maupun Universitas dan segenap aktivitasnya dalam pengembangan Jurnalistik

3. Untuk SMAN 1 Soreang

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang dapat digunakan untuk mengetahui proses komunikasi yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar serta memberikan masukan dan bahan informasi bagi SMAN 1 Soreang.

1.5Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Teoritis

Pada kerangka pemikiran teoritis akan dijelaskan menggunakan konsep-konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian untuk membantu menjawab pokok masalah.

Pada penelitian ini, peneliti akan menentukan fokus pada Proses Komunikasi dalam Kegiatan Belajar Mengajar Antara Guru dan Siswa-Siswi di SMAN 1 Soreang yang dilakukan oleh para pelaku pendidik, karena dalam proses belajar mengajar komunikator (guru) menyampaikan pesan kepada (komunikan) dengan proses komunikasi yang beragam, tergantung pada


(26)

bagaimana komunikator tersebut menyampaikan pesan agar komunikan (murid) dapat memaknainya.

Komunikasi merupakan aspek utama dalam melakukan berbagai interaksi, tidak hanya sebatas pada komunikasi kontemporer melalui media verbal saja tetapi melalui berbagai cara termasuk kemajuan teknologi dalam prakteknya. Hal penting dalam mengasumsikan komunikasi sebagi hal sentral dalam berinteraksi adalah dengan adanya penyampaian pesan yang tentunya harus diupayakan dapat disampaiakan melalui komunikasi.

Komunikasi bersifat fundamental karena berbagai maksud dan tujuan yang ingin dicapai memerlukan adanya suatu pengungkapan atas dasar-dasar tujuan tersebut, maka dalam hal ini komunikasi menjadi alat utama yang digunakan untuk menyampaiakan tujuan-tujuan tersebut. Komunikasi sangat mendasari berbagai pemaknaan yang akan dibuat dan akan terbuat setelahnya.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Fisher (1986:17) yang dikutip oleh wiryanto bahwa, “Ilmu komunikasi mencakup semua dan bersifat eklektif”. (Wiryanto, 2004 : 3). Sifat eklektif ini sejalan dengan pendapat yang digambarkan oleh Wilbur Schramm(1936 : 2) yang dikutip oleh wiryanto bahwa, “Komunikasi sebagai jalan simpang yang ramai, semua disiplin ilmu melintasinya”. (wiryanto, 2004 : 3)


(27)

Hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pembahasan dalam berkomunikasi adalah adanya proses didalamnya. Makna proses ini memberikan pengertian bahwa adanya langkah-langkah yang dilakukan dalam menentukan arah komunikasi dan dengan cara apa komunikasi tersebut dilakukan. Proses komunikasi kemudian menjadi bagian yang termanisfestasi dalam proses komunikasi sebagai media interaksi. Karena secara mendasar, proses komunikasi menjadi jawaban atas aplikasi komunikasi dan media yang digunakan dalam melakukan kegiatan komunikasi tersebut.

Proses komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media.4 Sedangkan Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek mengatakan bahwa “Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan)” (Effendy, 1997 : 11). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.

4

http://sulur.student-blog.undip.ac.id/2009/06/16/proses-komunikasi/ Jam: 18:04 hari Minggu, 8 Mei 2011


(28)

Pikiran bersama perasaan yang akan disampaikan kepada orang lain itu, oleh Walter Lippman dinamakan picture in our head, dan oleh Walter Hagemann disebut bewutsseinsinhalte. Yang menjadi permasalahan ialah bagaimana caranya agar “gambaran dalam benak” dan “isi kesadaran” pada komunikator itu dapat dimengerti, diterima dan bahkan dilakukan oleh komunikan. Dalam hal ini peneliti menggunakan komunikasi kelompok sebagai sebuah proses komunikasi yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar agar komunikator (guru) dapat menyampaikan pikiran atau perasaannya kepada komunikan (murid).

Ronald Adler dan George Rodman dalam bukunya Understanding Human communication mengatakan bahwa kelompok atau group merupakan sekumpulan kecil orang yang saling berinteraksi, biasanya tatap muka dalam waktu yang lama guna mencapai tujuuan tertentu (a small collection of people who interact with each other, usullay face to face, over time in order to reach goals).

Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya Human Communication, A Revisian of Approaching Speech/Communication, memberi batasan

“komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan


(29)

karakteristik anggota lainnya dengan akurat (the face-to-face interaction of three or more individuals, for a recognized purpose such as information sharing, self-maintenance, or problem solving, such that the members are able to recall personal characteristics of the other members accurately )” (Sendjaja, 2002 : 3.3).

Ada empat elemen yang tercakup dalam definisi diatas, yaitu interaksi tatap muka, jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi, maksud dan tujuan yang dikehendaki dan kemampuan anggota untuk menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya.

1. Terminology tatap muka (face to face) mengandung makna bahwa setiap anggota kelompok harus dapat melihat dan mendengar anggota lainnya dan juga harus dapat mengatur umpan balik secara verbal maupun non verbal dari setiap anggotanya. Dengan demikian, makna tatap muka tersebut berkaitan dengan adanya interaksi diantara semua anggota kelompok.

2. Jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok berkisar antara tiga sampai dua puluh orang agar memungkinkan berlangsungnya suatu interaksi dimana setiap anggota kelompok mampu melihat dan mendengar anggota lainnya.

3. Maksud atau tujuan yang dikehendaki sebagai elemen ketiga dari definisi diatas, bermakna bahwa maksud atau tujuan tersebut akan memberikan beberapa tipe indentitas kelompok. Kalau tujuan kelompok tersebut adalah berbagi informasi, maka komunikasi yang


(30)

dilakukan dimaksudkan untuk menanamkan pengetahuan (to impart knowledge). Sementara kelompok yang memiliki tujuan pemeliharaan diri (self-maintenance), biasanya memusatkan perhatiannya pada anggota kelompok atau struktur dari kelompok itu sendiri. Tindak komunikasi yang dihasilkan adalah kepuasan kebutuhan pribadi, kepuasan kebutuhan kolektif /kelompok bahkan kelangsungan hidup dari kelompok itu sendiri. Dan apabila tujuan kelompok adalah upaya pemecahan masalah, maka kelompok tersebut biasanya melibatkan beberapa tipe pembuatan keputusan untuk mengurangi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

4. Kemampuan anggota kelompok untuk menumbuhkan karakteristik personal anggota lainnya secara akurat, ini mengandung arti bahwa anggota kelompok secara tidak langsung berhubungan dengan satu sama lain dan maksud atau tujuan kelompok telah terdefinisikan dengan jelas, disamping itu identifikasi setiap anggota dengan kelompoknya relatif stabil dan permanen.

1.5.2 Kerangka Konseptual

Berdasarkan landasan teoritis yang sudah dipaparkan dalam kerangkan teoritis, maka tergambar beberapa konsep yang akan dijadikan sebagai acuan peneliti dalam pengaplikasian penelitian ini.

Pada hakikatnya fungsi pendidikan melalui proses komunikasi yang dilakukan oleh guru dan siswa-siswi di SMAN 1 Soreang termasuk dalam


(31)

konteks komunikasi kelompok. Fungsi pendidikan dalam sebuah kelompok akan sesuai dengan yang diharapkan atau tidaknya bergantung pada beberapa faktor yaitu, interaksi tatap muka (face to face), jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi, maksud dan tujuan yang dikehendaki, dan kemampuan anggota untuk menumbuhkan karakteristik. Fungsi pendidikkan tersebut akan efektif jika setiap anggota (siswa maupun guru) mampu menyampaikan pengetahuan yang berguna bagi seluruh anggotanya. Bila guru selaku kreator tidak mampu memberikan informasi baru bagi siswa-siswi SMAN 1 Soreang maka mustahil fungsi pendidikan akan tercapai. Dalam hal ini peneliti lebih memfokuskan penelitian pada proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar dalam konteks komunikasi kelompok.

Interaksi tatap muka merupakan faktor penting pada proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar di SMAN 1 Soreang. Interaksi tatap muka disini adalah bagaimana cara guru mampu menyampaikan ilmu kepada siswa-siswi SMAN 1 Soreang, sehingga siswa-siswinya dapat memahami pesan yang disampaikan, dimana dalam menyampaikan pesan tersebut guru harus dapat mengatur posisinya didalam ruangan kelas agar dapat melihat ekspresi dari wajah seluruh siswa-siswinya. Biasanya posisi guru saat menyampaikan pesan dengan berdiri didepan kelas dibantu dengan media agar pesan tersebut dapat mudah dipahami. Sikap seperti apa yang harus dimiliki oleh siswa-siswi SMAN 1 Soreang agar mampu melihat dan mendengarkan pesan yang disampaikan oleh guru baik secara verbal maupun


(32)

non verbal sehingga menyebabkan interaksi antara guru dan siswa-siswi yang mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan kata lain bila adanya interaksi dalam kegiatan belajar mengajar maka pesan yang disampaikan oleh guru melalui proses komunikasi berjalan secara lancar, dan pesan yang disampaikan dapat efektif.

Jumlah Partisispan yang terlibat dalam interaksi juga salah satu yang mempengaruhi proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar. Jumlah partisipan disini harus disesuaikan dengan kemampuan guru dalam menyampaikan pesan. Karena secara psikologis tidak semua orang mampu berbicara didepan umum dalam kelompok besar. Jumlah partisipan yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar harus mampu berinteraksi satu sama lain dimana setiap siswa harus dapat melihat dan mendengar pendapat satu sama lain, sehingga proses komunikasi dapat berjalan dengan lancar.

Maksud dan tujuan yang dikehendaki pada proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa-siswi SMAN 1 Soreang adalah untuk tercapainya fungsi pendidikan dengan cara berbagi informasi, dengan menanamkan pengetahuan (to impart knowledge), dalam hal ini guru harus mampu meningkatkan pengetahuan siswanya mengenai suatu hal sehingga siswa tersebut menguasainya dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maksud dan tujuan guru dalam menyampaikan pesan ialah harus tertuju pada bagaimana caranya agar siswa-siswinya memiliki


(33)

kekuatan mental yang berkaitan pada pembentukan kesimpulan dan penilaian pada pokok masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Kemampuan anggota yang dimiliki oleh masing-masing siswa diharapkan dapat menumbuhkan karakteristik siswa lainnya sehingga setiap siswa dalam anggota tersebut secara tidak langsung memiliki maksud dan tujuan yang sama dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam proses komunikasi siswa-siswi SMAN 1 Soreang diharapkan mampu memberikan feedback dari setiap pesan yang disampaikan oleh guru, dimana feedback tersebut dapat diterapkan dapat kehidupan sehari-hari.

1.6Pertanyaan penelitian a. Interaksi tatap muka

1. Bagaimana cara guru SMAN 1 Soreang menempatkan posisinya didalam ruangan agar dapat berinteraksi secara tatap muka dengan siswa-siswinya?

2. Apakah terjadi komunikasi dua arah pada kegiatan belajar mengajar di SMAN 1 Soreang?

3. Apakah kesan yang timbul dari siswa-siswi SMAN 1 Soreang dapat mempengaruhi kelanjutan komunikasi maupun berhentinya proses komunikasi? Jelaskan!

4. Bagaimana cara guru mengatasi ketidaksesuaian pendapat yang terjadi pada siswanya?


(34)

b. Jumlah Partisipan yang terlibat dalam interaksi

1. Apakah proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar berpengaruh pada jumlah siswa yang ada didalam kelas?

2. Bagaimana cara guru mengatasi jumlah partisipan yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar?

3. Apakah jumlah partisipan yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar dapat menyemagati guru dalam menyampaikan pesan? c. Maksud dan Tujuan yang dikehendaki

1. Apakah maksud dan tujuan dari proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan fungsi pendidikan?

2. Apakah maksud dan tujuan dari proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar dapat menumbuhkan penalaran siswa-siswi SMAN 1 Soreang?

3. Pencapaian seperti apa yang diharapkan oleh guru dari para siswa yang mendapatkan pembelajaran dari anda ?

d. Kemampuan anggota

1. Bagaimana cara guru menumbuhkan karakteristik setiap siswa, sehingga siswa tersebut mempunyai peran penting dalam kegiatan belajar mengajar ?

2. Apakah siswa-siswi SMAN 1 Soreang memberikan feedback dalam setiap kegiatan belajar mengajar?


(35)

3. Bagaimana cara guru menilai setiap kemampuan yang dimiliki oleh siswa-siswi pada proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar ?

e. Proses Komunikasi

1. Apakah bahasa yang digunakan oleh guru SMAN 1 Soreang mudah dipahami oleh siswa-siswinya?

2. Media apa saja yang digunakan oleh guru SMAN 1 Soreang dalam kegiatan belajar mengajar?

3. Apakah media yang digunakan guru sudah dianggap efektif dalam proses belajar mengajar?

4. Adakah media lain yang dianggap guru lebih efektif dalam proses belajar mengajar?

1.7Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif Kualitatif. Penelitian deskriptif adalah : “Penelitian yang dimaksudkan untuk menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan situasi yang terjadi dan dialami sekarang, pengaruh terhadap suatu kondisi, perbedaan-perbedaan antar fakta, dan lain-lain” (Subana:2001:26).

Metode penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih. Metode deskriptif kualitatif sangat berguna untuk melahirkan teori-teori


(36)

tentative, itu perbedaan essensial antara metode deskriptif dengan metode-metode yang lain. Metode deskriptif mencari teori, bukan menguji teori; Hypotesis-generating, bukan Hypotesis testing. Peneliti terjun langsung ke lapangan, bertindak sebagai pengamat. Peneliti membuat kategori prilaku, meneliti gejala, dan mencatatnya dalam buku observasi dan tidak berusaha untuk memanipulasi variabel.

Metode deskriptif kualitatif tidak jarang melahirkan apa yang disebut Seltiiz, Wrightsman, dan Cook sebagai penelitian yang Insightmulating, yakni peneliti terjun ke lapangan tanpa dibebani atau diarahkan oleh teori. Peneliti tidak bermaksud menguji teori sehingga perspektifnya tidak tersaring. Peneliti bebas mengamati objeknya, menjelajah, dan menemukan wawasan-wawasan baru sepanjang penelitian, sehingga Peneliti menggunakan metode deskriptif karena penelitian ini dimaksudkan untuk memberi gambaran mengenai Proses Komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa-siswi di SMAN 1 Soreang serta mendeskripsikan sejumlah konsep yang berkenaan dengan masalah-masalah yang akan diteliti.


(37)

1.8Subjek dan Informan Penelitian 1.8.1 Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda, ataupun lembaga (organisasi), yang sifat keadaannya akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang ada didalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian. Sedangkan subjek penelitian menurut Tatang M (2009) adalah “sesuatu yang didalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian“.

Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek penelitiannya adalah SMAN 1 Soreang Kabupaten Bandung, dimana mewakili subjek penelitian berdasarkan judul penelitian.

1.8.2 Informan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan informan sebagaimana yang diungkapkan oleh Webster’s New Collegiate Directionary, ”Seorang Informan adalah seorang pembicara asli yang berbicara dengan mengulang kata-kata, frasa, dan kalimat dalam bahasa atau dialeknya sebagai imitasi dan sumber informasi”.(Spradley, 2006 : 36)

”seorang Informan adalah sumber data yang dibutuhkan oleh peneliti dalam sebuah penelitian. Dipilih guna mendapatkan informasi yang sesuai dengan permasalahan penelitian, dimana terlebih dahulu peneliti menetapkan siapa saja informannya dan kemudian mendelegasikan tugas dibidangnya yang sesuai dengan tema


(38)

penelitian, berbicara atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan oleh subjek lain (Moleong, 2001 : 90)”

Tabel 1.8 Informan Penelitian

Sumber : Data Peneliti 2011

1.9Teknik Pengumpulan Data

1.9.1 Observasi

Pengamatan yang dilakukan untuk memperoleh data yang nyata dan jelas mengenai kegiatan yang akan diteliti. Jenis observasi yang dilakukan penulis adalah observasi tidak langsung, dimana peneliti hanya sewaktu-waktu saja meninjau lokasi penelitian.

No

Nama

Jabatan

1. Drs.H.Totong Syamsudin,M.Si Kepala Sekolah

2. Ahmad Hamdani, SPd. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum 3. Bapak. E.S (Nama disamarkan) Guru

4. Ibu D.W (Nama disamarkan) Guru

5. D.S (Nama Samaran) Siswa Kelas IPA 4 6. J.S (Nama Samaran) Siswa Kelas IPA 4 7. Y.A (Nama Samaran) Siswa Kelas IPS 3


(39)

1.9.2 Wawancara Mendalam

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moleong, 2001:135). Wawancara merupakan suatu proses transmisi data dari seseorang (nara sumber/informan) kepada pewawancara sebagai bahan untuk melengkapi bidang yang diteliti oleh si pewawancara

1.9.3 Dokumentasi

Dokumen yang peneliti kumpulkan untuk melakukan penelitian ini yaitu mengenai kegiatan proses belajar mengajar antara guru dan siswa-siswi SMAN 1 Soreang, sebagaimana dikutip bahwa Metode atau teknik pengumpulan data melalui dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian sosial. Dokumen merupakan catatan yang didalamnya terdapat sebuah peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen tersebut bisa dalam bentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang.

1.9.4 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan ini dilakukan untuk memenuhi atau mempelajari serta mengutip pendapat-pendapat para ahli yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Studi pustaka menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) adalah “suatu kajian, telaah literatur tertulis (buku, artikel, kitab) yang dijadikan rujukan, acuan yang bersumber resmi” (KBBI, 2008).


(40)

1.9.5 Internet Searching atau Penelusuran Data Online

Dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti juga memanfaatkan Internet Searching untuk memperoleh data yang lebih maksimal. Sebagaimana dikutip bahwa Metode penelusuran data Online dalam tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data-informasi online yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin, dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. (Bugin, 2007:125).

1.10Teknik Analisis Data

Analisa data menurut Patton (dalam buku Penelitian Kualitatif, Moleong : 1980 : 268), adalah mengatur urutan data, dan mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan urutan dasar. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sepanjang penelitian berlangsung. Hal ini dilakukan melalui penjabaran dan penganalisisan suatu kasus. Penelaahan tema-tema yang ada, serta penonjolan-penonjolan pada tema tertentu (Creswell, 1998 : 65).

Teknik analisa data dapat dilakukan sepanjang proses penelitian, dimana sejak penelitian memasuki lapangan untuk mengumpulkan data. Dan terkait dengan hal itu, teknik analisis data yang akan ditempuh peneliti melalui tiga


(41)

tahap yakni reduksi data, penyajian (display) data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Seperti yang digambarakan di bawah ini. Model komponen-komponen analisis data interaktif.

Gambar 1.10

Komponen-Komponen Analisis data : Model Interaktif

Sumber : Milles dan Huberman (1992 : 20)

Data yang sudah diperoleh dari lapangan dilakukan analisis melalui tahap-tahap sebagai berikut :

a. Tahap pertama adalah Tahap Reduksi data, yaitu tahap dimana kategorisasi dan mereduksi data, melakukan pengumpulan terhadap informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian. Selanjutnya data yang sudah diperoleh di kelompokan sesuai dengan topic masalah.

Pengumpulan Data

Penarikan Kesimpulan Penyajian Data


(42)

b. Tahap kedua adalah Tahap Pengumpulan data, yaitu data yang sudah dikelompokan selanjutnya disusun dalam bentuk narasi-narasi, sehingga berbentuk rangkaian-rangkaian informasi yang bermakna sesuai dengan masalah penelitian.

c. Tahap yang ketiga adalah Tahap Penyajian data, yaitu dimana pada tahap ini melakukan interpretasi data yaitu menginterpritasikan apa yang telah diinterpretasikan informan terhadap

d. Tahap keempat adalah Tahap Penarikan Kesimpulan, yaitu pengambilan kesimpulan berdasarkan susunan narasi yang telah disusun pada tahap ketiga sehingga dapat memberikan jawaban atas masalah penelitian.

e. Tahap yang ke lima adalah Tahap Evaluasi, yaitu melakukan verifikasi hasil analisis data dengan informan, yang didasarkan pada kesimpulan tahap keempat. Pada tahap ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan interprestasi dari hasil wawancara dengan sejumlah informan yang dapat mengaburkan, maka persoalan sebenarnya dari fokus penelitian.

Tahapan-tahapan dalam analisis data di atas merupakan bagaian yang tidak saling terpisahkan, sehingga saling berhubungan anatara tahapan yang satu dengan tahapan yang lainnya. Analisis dilakukan secara bertahap (kontinyu) dari awal sampai akhir penelitian.


(43)

1.11Lokasi dan Waktu Penelitian 1.11.1 Lokasi penelitian

Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian di SMAN 1 Soreang, kabupaten Bandung yang berlokasi di Jl.Raya Soreang-Banjaran KM.3, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Bandung 40911

1.11.2 Waktu penelitian

Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan terhitung mulai bulan Februari sampai Juli 2011.

Tabel 1.11 Jadwal Penelitian

No Uraian

Febuari 2011 Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011 Juli 2011 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan Pengajuan judul ACC Judul Bertemu

pembimbing Penulisan BAB I Bimbingan

Seminar UP Penulisan BAB II Bimbingan Penulisan BAB III Bimbingan 2 Pengumpulan data

Instansi Wawancara Bimbingan 3 Pengolahan data Penulisan BAB IV Bimbingan


(44)

4 Penulisan BAB V Bimbingan 5 Penyusunan

skripsi Bimbingan 6 Sidang

Sumber : Data Peneliti 2011

1.12Sistematika Penulisan

Dalam usaha memberikan gambaran yang sistematis, peneliti membagi susunan skripsi ke dalam lima (V) BAB, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab awal dari keseluruhan yang berisikan antara lain : latar belakang penelitian, identifikasi masalah, Maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka penelitian, pertanyaan penelitian, metode penelitian, subjek dan informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan lokasi dan waktu penelitian, serta sistematika penulisannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan dan dijelaskan mengenai teori-teori berdasarkan studi kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan atau kasus yang diteliti dalam penelitian ini.


(45)

BAB III OBJEK PENELITIAN

Pada BAB III ini, peneliti memberikan gambaran tentang sejarah, visi dan misi, struktur organisasi, tinjauan mengenai guru dan tinjauan mengenai siswa.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini peneliti menguraikan hasil penelitian berdasarkan analisis data yang dilakukan oleh peneliti. Uraian dari hasil penelitian berdasarkan data yang terkumpul dilapangan, mencakup Model Komunikasi Proses Belajar Mengajar Antara Guru dan Siswa-Siswi SMAN 1 Soreang, yang peneliti peroleh melalui metode wawancara mendalam (indepth interview), dokumentasi, studi kepustakaan, dan internet searching atau penelusuran data online yang kemudian dilakukan penganalisisan terhadap data-data tersebut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada BAB V berisikan kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan guna menjawab identifikasi masalah yang menjadi acuan dalam penelitian dan diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak.


(46)

37 2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah salah satu aktifitas yang sangat fundamental dalam kehidupan umat manusia, hampir semua kegiatan yang dilakukan dengan cara berkomunikasi. Dimanapun, kapanpun, dari dalam kesadaran atau situasi seperti apapun manusia terjebak oleh komunikasi. Dengan komunikasi manusia dapat memenuhi tujuan dan mencapai tujuan hidupnya.

Menurut Willbur Schram dalam buku yang ditulis oleh Tommy Suprapto, bahwasannya komunikasi berasal dari kata-kata dalam bahasa Latin yaitu communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commones) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha membagi informasi, ide atau sikap (Suprapto, 2005 :5)

Pengertian komunikasi menurut Hovland, Janis & Kelley dalam buku Sasa Djuarsa Sendjaja adalah :


(47)

“Suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak)“ (Sendjaja, 2004 : 1.10)

Sedangkan Raymond S Ross mendefinisikan komunikasi bisa dijelalaskan sebagai berikut :

”Proses transaksional yang meliputi pemisahan dan pemilihan bersama

lambang-lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengelaurkan pengalaman sendiri atau respons yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber. (Rahkmat, 1996:3)

Carl .I. Hovland yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy mendefinisikan komunikasi sebagai berikut:

The process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify the behavior of other individuals (communicatess).” (Proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang bahasa) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan). (Effendy, 2002: 49)

Sedangkan menurut Gerald A Miller yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy menjelaskan bahwa:

“Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, yang dimaksud dengan pernyataan antar manusia tersebut adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat


(48)

(message), orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator) sedangkan orang yang menerima pernyataan dinamakan komunikan (communicate)”. (Onong Uchjana Effendy, 2003 : 28).

Melihat pernyataan-pernyataan diatas jelaslah bahwa komunikasi merupakan suatu kegiatan mengeluarkan pikiran atau perasaan dengan cara memindahkan ide atau gagasan yang dikemukakan dalam bentuk lambang-lambang yang dapat dimengerti oleh orang lain dan dapat memahami apa yang dimaksudkan.

2.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Menurut Harold Laswell dalam buku Deddy Mulyana “cara terbaik untuk

menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan” who says what in which channel to whom with what effect ?“ (Mulyana, 2007 : 69–71)

1. Sumber (source)

Nama lain dari sumber adalah sender, communicator, speaker, encoder atau originator. Merupakan pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber bisa saja berupa individu, kelompok, organisasi, perusahan bahkan negara.

2. Pesan (message)

Merupakan seperangkat simbol verbal atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud dari sumber (source).


(49)

Menurut Rudolph F Verderber, pesan terdiri dari 3 komponen yaitu makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna dan bentuk / organisasi pesan.

3. Saluran (channel, media)

Merupakan alat atau wahana yang digunakan sumber (source) untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran pun merujuk pada bentuk pesan dan cara penyajian pesan.

4. Penerima (receiver)

Nama lain dari penerima adalah destination, communicate, decoder, audience, listener dan interpreter dimana penerima merupakan orang yang menerima pesan dari sumber.

5. Efek (effect)

Merupakan apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut. (Mulyana, 2007 : 69–71)


(50)

2.1.3 Fungsi Komunikasi

Onong Uchjana Effendy menjelaskan bahwasannya terdapat 4 fungsi komunikasi. Fungsi-funsi tersebut ialah :

1. To Inform

Maksudnya adalah memberikan informasi kepada masyarakat dan memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain serta segala sesuatu yang disampaikan oleh orang lain.

2. To Educate

Fungsi mendidik adalah mengetahui peran komunikasi dalam menyampaikan pengetahuan agar dapat dimengerti, serta memberikan pendidikan bagi yang membutuhkan. Fungsi mendidik yang dimaksud disini adalah memberi pelajaran dan pengertian agar lebih baik dan dapat memberikan pengertian tentang arti pentingnya komunikasi dalam pendidikan.

Fungsi pendidikan merupakan fungsi utama dalam kegiatan belajar mengajar dimana didalamnya terdapat interaksi komunikasi yang diinginkan oleh guru dan siswa pada saat materi pelajaran disampaikan dalam suatu dialogis yang efektif


(51)

3. To Entertain

Maksudnya adalah komunikasi berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.

4. To Influence

Maksudnya adalah “fungsi mempengaruhi setiap individu yang

berkomunikasi dengan cara saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha mengubah sikap dan tingkah laku komunikan

sesuai dengan yang diharapkan”. ( Effendy, 1994 : 36 )

Sedangkan William I Gordon dalam buku Deddy Mulyana menyatakan 4 fungsi komunikasi yaitu :

1. Komunikasi Sosial

Bahwasannya komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, memupuk hubungan dan memperoleh kebahagiaan.

2. Komunikasi Ekspresif

Bahwasannya komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain namun dapat dilakukan sejauh komunikasi bisa menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan/emosi kita


(52)

3. Komunikasi Ritual

Bahwasannya komunikasi yang menampilkan perilaku tertentu yang bersifat simbolik dan berkomitmen untuk kembali pada tradisi keluarga, suku, bangsa, negara, ideology dan agama. Komunikasi ritual ini erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif

4. Komunikasi Instrumental

Bahwasannya komunikasi ini memiliki beberapa tujuan umum seperti menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, keyakinan, perilaku dan menghibur. Komunikasi sebagai instrumental untuk membangun suatu hubungan begitu pula sebaliknya. Komunikasi sebagai instrument berfungsi untuk mencapai tujuan pribadi dan pekerjaan baik yang berjangka pendek atau panjang. ( Mulyana, 2007 : 5 – 38 )

2.1.4 Sifat Komunikasi

Fajar Burnama dalam Blog Fajar Burnama menuliskan sifat komunikasi yang teridiri dari :

1. Tatap Muka (Face to Face)

Komunikasi yang dilakukan dengan cara bertemu langsung dengan teman bicara dimana dalam kegiatan komunikasi ini komunikan dan komunikator saling bertatap muka. Contoh dari konteks komunikasi tatap


(53)

muka ini adalah komunikasi antar persona, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi.

2. Bermedia

Komunikasi yang dilakukan dengan cara menggunakan suatu media dimana berkaitan erat dengan penguasaan pengetahuan dan penggunaan teknologi komunikasi. Contoh dari konteks komunikasi bermedia ini adalah komunikasi massa dan komunikasi media.

3. verbal

Komunikasi yang dilakukan dengan cara berbicara kepada lawan bicara kita dengan menggunakan kata-kata.

4. Non Verbal

Komunikasi yang dilakukan dengan cara penggunaan isyarat dan non kata-kata. Contohnya adalah bahasa tubuh, postur tubuh, eye contact, aspek parabahasa dll. 1

1

http://fajardawn.blogspot.com/2009/05/sifat-komunikasi.html ( diposting oleh Fajar Burnama pada 29 mei 2009


(54)

2.1.5 Tujuan Komunikasi

Onong Uchjana Effendy mengelompokan tujuan komunikasi menjadi 4 yaitu :

1. Perubahan Sikap (Attitude Change)

2. Perubahan Pendapat (Opinion Change)

3. Perubahan Perilaku (Behavior Change)

4. Perubahan Sosial (Sosial Change) (Effendy, 2004 : 8)

2.1.6 Proses Komunikasi

Komunikasi tidak pernah terlepas dari sebuah proses, oleh karena itu apakah pesan dapat tersampaikan atau tidak tergantung dari proses komunikasi yang terjadi. Seperti yang diungkapkan oleh Rosady Ruslan bahwa:

“Proses komunikasi dapat diartikan sebagai “transfer informasi” atau pesan-pesan (messages) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikan, dalam proses komunikasi tersebut bertujuan (feed back) untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) antara kedua belah pihak” (Ruslan, 1999: 69). Dalam buku “Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek”, Onong Uchjana Effendy membagi proses komunikasi menjadi dua tahap yakni proses komunikasi secara primer dan secara sekunder.


(55)

1. Proses Komunikasi secara Primer

“Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran

dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna,

dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan.” (Effendy,

2003: 11).

Dalam komunikasi bahasa disebut lambang verbal (verbal symbol) yang banyak digunakan manusia dalam berkomunikasi dengan tujuan dapat dimengerti atau dipahami oleh orang lain ketika menyampaikan pesan. Sedangkan lambang– lambang lain yang bukan bahasa dinamakan lambang nirverbal (non verbal symbol) adalah kial (isyarat), gambar dan warna. Walaupun lambang nirverbal dapat dimengerti oleh orang lain saat penyampaian pesan, tetapi tidak sejelas menggunakan bahasa.

2. Proses Komunikasi Secara Sekunder

“Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Media kedua yang digunakan dalam proses komunikasi sekunder ini adalah media massa, baik media elektronik maupun media cetak. Penggunaan media massa ini untuk mencapai khalayak yang lebih banyak dan luas. Namun kekurangan dari proses komunikasi sekunder ini adalah umpan balik yang tidak langsung


(56)

karena bersifat satu arah (one way communication)” (Effendy, 2003 : 31).

Media massa yang digunakan seperti surat kabar, radio, televisi, film, dan lain-lain memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain massif (massive) atau massal (massal), yakni tertuju kepada sejumlah orang yang relatif banyak. Sedangkan media nirmassa atau media nonmassa seperti, telepon, surat, telegram, spanduk, papan pengumuman, dan lain-lain tertuju kepada satu orang atau sejumlah orang yang relatif sedikit.

Sedangkan proses komunikasi Menurut Harold Laswell dalam buku Onong Uchjana Effendy terdapat 4 komponen dalam proses komunikasi yaitu :

1. Adanya pesan yang disampaikan

2. Adanya pemberian pesan (komunikator)

3. Adanya penerimaan pesan (komunikan)

4. Adanya umpan balik (feedback) (Onong, 1994 : 14)

William G Scott mengutip pendapat Babcock dan Thoha bahwa terdapat 5 faktor yang mempengaruhi proses komunikasi dalam buku yang dikutip oleh Tommy Suprapto. Faktor – faktor tersebut adalah :

1. The Act (Perbuatan)

The Act merupakan perbuatan komunikasi yang menginginkan lambang-lambang agar dapat dimengerti dengan baik.


(57)

2. The Scene (Adegan)

The Scene menekankan pada hubungan dengan lingkungan komunikasi. Adegan menjelaskan apa yang dilakukan, symbol apa yang digunakan dan arti apa yang dikatakan.

3. The Agent (Pelaku)

The Agent merupakan individu-individu yang mengambil bagian dalam komunikasi seperti pengirim dan penerima.

4. The Agency (Perantara)

The Agency ini terwujud melalui alat-alat yang digunakan dalam komunikasi.

5. The Purpose (Tujuan)

Terdapat empat tujuan yang mempengaruhi proses komunikasi menurut Grace yakni tujuan fungsional (functional goals), tujuan manipulasi (manipulative goals), tujuan keindahan (aesthetic goals) dan tujuan keyakinan (confidence goals). (Suprapto, 2006 : 7–9)


(58)

2.1.7 Komponen Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses, suatu kegiatan manusia yang berlangsung terus menerus secara berkesinambungan, dimana dalam komunikasi perlu diketahui paling sedikit ada tiga hal, yaitu :

1. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan atau meneruskan pesan kepada orang lain, jadi bisa disebut penyebar pesan.

2. Pesan, suatu gagasan atau ide yang telah dituangkan dalam lambang-lambang untuk disebarkan atau diteruskan oleh komunikator.

3. Komunikan, yaitu orang yang menerima pesan tujuan. (Santoso, 1984:38)

Gambar 2.1 Komponen Komunikasi

Komunikator Pesan Komunikan

(Santoso, 1984:5)

Dengan demikian ketiga hal tersebut sangat penting dalam melakukan kegiatan komunikasi. Dalam proses belajar mengajar yang menjadi komunikator adalah guru, yang dimaksud dengan pesan adalah materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, dan yang menjadi komunikan adalah siswa.


(59)

2.1.8 Konseptualisasi Komunikasi

Komunikasi terdiri dari 3 konspetualisasi seperti yang diungkapkan oleh Wenburg dan Wilmot dalam buku Deddy Mulyana. Tiga konseptualisasi itu adalah:

1. Komunkasi sebagai tindakan satu arah

Maksudnya adalah komunikasi merupakan kegiatan menyampaikan pesan dan informasi yang searah dari komunikator kepada komunikannya. Sehingga komunikasi dianggap dimulai dengan sumber atau pengirim dan berakhir pada penerima, sasaran dan tujuannya.

2. Komunikasi sebagai interaksi

Maksudnya adalah menyetarakan komunikasi dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi yang arahnya bergantian. Konseptualisasi ini dipandang lebih dinamis namun masih membedakan para peserta sebagai pengirim dan penerima pesan walaupun peran bisa dilakukan secara bergantian.

3. Komunikasi sebagai transaksi

Maksudnya adalah proses personal karena makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Dalam konseptualisasi ini komunikasi dianggap telah berlangsung bila seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain. (Mulyana, 2007: 67 – 76)


(60)

2.2 Komunikasi Dalam Pendidikan

Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yakni pengajar sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan. Lazimnya pada tingkatan bawah dan menengah pengajar itu disebut guru, sedangkan pelajar itu disebut siswa.

Perbedaan antara komunikasi dengan pendidikan terletak pada tujuannya atau efek yang diharapakan. Ditinjau dari efek yang diharapkan itu tujuan komunikasi sifatnya umum, sedangkan tujuan pendidikan sifatnya khusus, yakni meningkatkan pengetahuan seseorang mengenai suatu hal sehingga ia menguasainya. Jika proses belajar itu tidak komunikatif, tidak mungkin tujuan pendidikan itu dapat tercapai, pada umumnya pendidikan berlangsung secara berencana di dalam kelas secara tatap muka atau face to face.

2.3Tinjauan Tentang Komunikasi Kelompok

2.3.1 Pengertian Komunikasi kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang terdiri dari dua atau tiga

orang bahkan lebih” (Burgin, 2009 : 270). Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konferensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya Human Communiation, A Revisian of Approaching Speech/Comumunication, memberi batasan


(61)

“Komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik anggota lainnya dengan akurat (the face-to-face interaction of three or more individuals, for a recognized purpose such as information sharing, self-maintenance, or problem solving, such that the members are able to recall personal characteristics of the other members accurately)”( Sendjaja, 2002 : 3.3).

Ada empat elemen yang tercakup dalam definisi diatas, yaitu interaksi tatap muka, jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi, maksud dan tujuan yang dikehendaki dan kemampuan anggota untuk menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya.

1. Terminology tatap muka (face to face) mengandung makna bahwa setiap anggota kelompok harus dapat melihat dan mendengar anggota lainnya dan juga harus dapat mengatur umpan balik secara verbal maupun non verbal dari setiap anggotanya. Dengan demikian, makna tatap muka tersebut berkaitan dengan adanya interaksi diantara semua anggota kelompok.

2. Jumlah partisispan dalam komunikasi kelompok berkisar antara tiga sampai 20 orang agar memungkinkan berlangsungnya suatu interaksi dimana setiap anggota kelompok mampu melihat dan mendengar anggota lainnya.


(62)

3. Maksud atau tujuan yang dikehendaki sebagai elemen ketiga dari definisi diatas, bermakna bahwa maksud atau tujuan tersebut akan memberikan beberapa tipe indentitas kelompok. Kalau tujuan kelompok tersebut adalah berbagi informasi, maka komunikasi yang dilakukan dimaksudkan untuk menanamkan pengetahuan (to impart knowledge). Sementara kelompok yang memiliki tujuan pemeliharaan diri (self-maintenance), biasanya memusatkan perhatiannya pada anggota kelompok atau struktur dari kelompok itu sendiri. Tindak komunikasi yang dihasilkan adalah kepuasan kebutuhan pribadi, kepuasan kebutuhan kolektif /kelompok bahkan kelangsungan hidup dari kelompok itu sendiri. Dan apabila tujuan kelompok adalah upaya pemecahan masalah, maka kelompok tersebut biasanya melibatkan beberapa tipe pembuatan keputusan untuk mengurangi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

4. Kemampuan anggota kelompok untuk menumbuhkan karakteristik personal anggota lainnya secara akurat, ini mengandung arti bahwa anggota kelompok secara tidak langsung berhubungan dengan satu sama lain dan maksud atau tujuan kelompok telah terdefinisikan dengan jelas, disamping itu identifikasi setiap anggota dengan kelompoknya relatif stabil dan permanen.


(63)

Batasan lain mengenai komunikasi kelompok dikemukakan oleh Ronald Adler dan George Rodman dalam bukunya Understanding Human Communication. Mereka mengatakan bahwa

”Kelompok atau group merupakan sekumpulan kecil orang yang saling

berinteraksi, biasanya tatap muka dalam waktu yang lama guna mencapai tujuan tertentu (a small collection of people who interct with each other, usually face to face, over time order to reach goals”). Sendjaja, 2002 : 3.4). Sedangkan Menurut Deddy Mulyana menyatakan komunikasi kelompok bisa diartikan :

“Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok

tersebut” (Deddy Mulyana : 2005).

2.3.2 Klasifikasi Komunikasi kelompok

Dalam komunikasi kelompok terdapat klasifikasi kelompok yang terbagi menjadi empat bagian (Jalaludin Rahmat, 2005). Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya akan menyampaikan tiga klasifikasi kelompok.

1. Kelompok primer dan sekunder.

Charles Horton Cooley (1909) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Ardianto, Elvinaro dan Erdinaya, Lukiati Komala. 2005. Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi, Teori Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta : Kencana

Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi (cetakan kelima). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Dimyati, dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Effendy, Onong Uchjana. , 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung

Effendy, Onong Uchjana.1997. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Mulyana, Deddy. 2003. Mengapa Kita Berkomunikasi : Fungsi-Fungsi Komunikasi (cetakan kelima). Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Rakhmat, Jalaludin. 1993. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung. PT. Remaja Rosda karya


(2)

Sendjaja, Djuarsa. 2002. Teori Komunikasi. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung ; Alfabeta

Wirawan Sarwono, Sarlito. , 1997. Individu Dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Psikologi Sosial, Balai Pustaka, Jakarta

Yusuf, Pawit. 2010. Komunikasi Instruksional Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara

Internet Searching

http://www. problematika_sptr_guru_23.html, pukul : 17:48, 17 April 2011 http://Siswa%20Tidak%20Lulus%20UN%202010%20Sebanyak%20154.079%20

_%20Pendhowo%20Dot%20Com.htm, pukul : 19:17, 17 April 2011

http://sulur.student-blog.undip.ac.id/2009/06/16/proses-komunikasi/ Jam: 18:04 hari Minggu, 8 Mei 2011

http://kuliah komunikasi .blogspot.com/2009/01/komunikasi-kelompok.html pukul 18:20, Minggu 8 Mei 2011

http://sulur.student-blog.undip.ac.id/2009/06/16/proses-komunikasi/ Jam: 18:04 hari Minggu, 8 Mei 2011

http://fajardawn.blogspot.com/2009/05/sifat-komunikasi.html ( diposting oleh Fajar Burnama pada 29 mei 2009

http://blogspot.com/2009/01/komunikasi-kelompok-html, diakses 16:20, 7 Mei 2011


(3)

Sumber Lain :

Ari kurnia. 2009. Proses komunikasi guru disekolah luar biasa SLB-B budaya bangsa bandung dalam kegiatan belajar mengajar dengan siswanya. Universitas Komputer Indonesia

Yulianti. 2006. Hubungan Kualitas Interaksi Guru dan Siswa Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMU Karya Pembangunan 2 Bandung.Universitas Komputer Indonesia


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Eva Indah Sucharyani Siregar Tempat/Tgl. Lahir : Bandung, 24 Agustus 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 21 Tahun

Alamat : Perumahan Gandasoli Indah Blok G no.10 No. Telepon/HP : 0856 2480 6171

Status : Belum Menikah Nama Ayah : Anthony Siregar Nama Ibu : Nyimas Siti Rohimah

Alamat Orang Tua : Perumahan Gandasoli Indah Blok G no.10 E-mail : rachman.indah@yahoo.com


(5)

42

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2007 - Sekarang Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Kosentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

-

2. 2004 – 2007 SMA Negeri I Soreang, Kabupaten Bandung Berijazah 3. 2001 – 2004 SLTP Negeri II Margahayu, Kabupaten Bandung Berijazah 4. 1995 – 2001 SDN Angkasa VIII, Kabupaten Bandung Berijazah

PELATIHAN/SEMINAR/WORKSHOP

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2008 Peserta Pendidikan Jurnalistik Dasar BIRAMA UNIKOM

Bersertifikat

2. 2008 Peserta Pelatihan Table Manner Course di Hotel Jayakarta, Bandung

Bersertifikat

3. 2009 Peserta Mentoring Agama Islam Bersertifikat 4. 2009 Peserta Seminar Pembuatan Program TV Bersertifikat 5. 2009 Peserta Kuliah Umum “Kebudayaan Film dan

Sensor Film (Ilustrasi Tentang Perfilman)”

Bersertifikat


(6)

7. 2010 Peserta Pelatihan Jurnalistik Bersertifikat 8. 2010 Peserta Seminar Road to Success of a Movie

Maker

Bersertifikat

9. 2010 Peserta English Proficiency Test (EPT Bersertifikat 10. 2011 Peserta Seminar Trend Cyberpreneurship 2011 Bersertifikat

PENGALAMAN ORGANISASI / KEPANITIAAN

1998-2000 : Ketua Regu PMR SDN Angkasa VIII, Kabupaten Bandung 2002-2004 : Ketua Regu PMR SLTPN II Margahayu , Kabupaten Bandung 2005-2007 : Sekertaris (Gerakan Disiplin Siswa) GDS SMAN 1 Soreang

PENGALAMAN KERJA

2006 LO event Nidji Break To Time (Qyu Radio Bandung) 2006 LO event SGM (Qyu Radio Bandung)

2006 LO event Pensi SMAN 1 Soreang, Bandung 2007 SPG Miko Mall Bandung

2007 LO event Pensi SMAN 1 Soreang, Bandung 2007 SPG event Buavita (Unilever)

2008 SPG event Buavita (Unilever) 2009 SPG event Sangobion (Merck)


Dokumen yang terkait

INTERAKSI ANTARA GURU DAN SISWA DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR DI SLTP NEGERI 3 JEMBER (SUATU TINJAUAN ETNOGRAFI KOMUNIKASI)

0 16 10

INTERAKSI ANTARA GURU DAN SISWA DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR DI SLTP NEGERI 3 JEMBER (SUATU TINJAUAN ETNOGRAFI KOMUNIKASI)

0 4 10

PENGARUH KOMUNIKASI ANTARA GURU DAN SISWA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR Pengaruh Komunikasi Antara Guru Dan Siswa Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Dan Aktifitas Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Kelas XI IPS SMA Neger

0 2 17

PENGARUH KOMUNIKASI ANTARA GURU DAN SISWA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR Pengaruh Komunikasi Antara Guru Dan Siswa Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Dan Aktifitas Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Kelas XI IPS SMA Neger

0 1 13

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN KOMUNIKASI INTEPERSONAL DENGAN KINERJA MENGAJAR GURU DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI DI KOTA MEDAN.

0 1 40

PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA ANTARA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DENGAN PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA ANTARA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DENGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK).

0 1 14

ANALISIS PEDAGOGIS PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI SE KOTA CIMAHI.

0 1 56

PERAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM MELAKSANAKAN PROSES BELAJAR-MENGAJAR : Studi pada Guru PPKn di Sekolah Menengah Umum Negeri di Wilayah Kabupaten Bandung.

0 1 83

PENGARUH BUDAYA KERJA TERHADAP KINERJA GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN KEJURUAN DI KECAMATAN PRAMBANAN.

0 2 136

Pentingnya Inovasi Guru Dalam Proses Kegiatan Belajar Dan Mengajar

0 0 11