11
BAB II KAJIAN TEORI
2.1.1 Hakikat Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi  terutama  berkat  evaluasi  guru.  Hasil  belajar  dapat  berupa  dampak
pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi  guru dan siswa, Muslihati, 2005
Sedangkan  menurut  Woordworth  dalam  Ismihyani,  2000,  hasil  belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Woordworth
juga mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung. Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui seberapa jauh
tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai. Selanjutnya, Davis dalam Abdullah, 2007 mengatakan dalam setiap proses
belajar akan selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur. Hasil nyata yang dapat diukur dinyatakan sebagai prestasi belajar seseorang.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan  yang  dimiliki  siswa  setelah  ia  menerima  suatu  pengetahuan  sebagai
hasil dari proses kegiatan belajar mengajar. Bloom  merumuskan  hasil  belajar  sebagai  perubahan  tingkah  laku  yang
meliputi  domain  ranah  kognitif,  ranah  afektif  dan  ranah  psikomotorik.  Dalam buku  yang
berjudul “
A  Taxonomy  for  Learning  and  Teaching  and  Assessing  :  A
Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives” Anderson, Krathwohl, Airasian,  Cruikshank,  Mayer,  Pintrich,  Raths,  dan  Witttrock,  menyajikan
pemanfaatan  taksonomi  yang  baru,  yang  merupakan  revisi  untuk  lebih  bisa mengadopsi  perkembangan  dan  temuan  baru  dalam  dunia  pendidikan,  Widodo,
2006. Taksonomi yang baru ini melakukan pemisahan yang tegas antara dimensi pengetahuan  dengan  dimensi  proses  kognitif.  Kalau  pada  taksonomi  yang  lama
dimensi pengetahuan dimasukkan pada jenjang paling bawah, pada taksonomi yang baru pengetahuan benar-benar dipisah dari dimensi  proses  kognitif. Pengetahuan
merupakan kata benda sedangkan proses kognitif merupakan kata kerja.
12
Sementara itu, dimensi proses kognitif dalam taksonomi Bloom yang baru jumlahnya  tetap  sama,  hanya  saja  penjenjangan  pada  taksonomi  yang  baru  lebih
fleksibel sifatnya. Artinya, untuk dapat melakukan proses kognitif yang lebih tinggi tidak  mutlak  disyaratkan  penguasaan  proses  kognitif  yang  lebih  rendah.  Adapun
penjenjangan tersebut sebagaimana diuraikan oleh Widodo 2006 adalah sebagai berikut.
1. Menghafal
remember
:  menarik  kembali  informasi  yang  tersimpan  dalam memori  jangka  panjang.  Mengingat  merupakan  proses  kognitif  yang  paling
rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan
aspek  pengetahuan  yang  lebih  luas  dan  bukan  sebagai  suatu  yang  lepas  dan terisolasi.
2. Memahami
understand
:  mengkonstruk  makna  atau  pengertian  berdasarkan pengetahuan  awal  yang  dimiliki,  mengaitkan  informasi  yang  baru  dengan
pengetahuan yang telah dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa.
3. Mengaplikasikan
Applying
:  mencakup  penggunaan  suatu  prosedur  guna menyelesaikan  masalah  atau  mengerjakan  tugas.  Oleh  karena  itu  aplikasi  ini
berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. 4.
Menganalisis
analyzing
:  menguraikan  suatu  permasalahan  atau  objek  ke unsur-unsurnya  dan  menentukan  bagaimana  saling  keterkitan  antara  unsur-
unsur tersebut dan struktur besarnya. 5.
Mengevaluasi : membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada.
6. Membuat
create
:  menggabungkan  beberapa  unsur  menjadi  satu  bentuk kesatuan.
2.1.2 Kajian Berpikir Kritis
Schafersman  dalam  Sukajaya,  2010  menjelaskan  bahwa  berpikir  kritis
critical  thinking
dimaksudkan  sebagai  berpikir  yang  benar  dalam  pencarian pengetahuan  yang  relevan  dan  reliable  tentang  dunia  realita.  Seseorang  yang
berpikir secara kritis mampu mengajukan pertanyaan yang cocok, mengumpulkan
13
informasi yang relevan, bertindak secara efisien dan kreatif berdasarkan informasi, dapat  mengemukakan  argument  yang  logis  berdasarkan  informasi,  dan  dapat
mengambil simpulan yang dapat dipercaya. Definisi  lain  mengenai  berpikir  kritis  dikemukakan  oleh  Dewey  dalam
Fisher,  2009:  2  sebagai  sebuah  pertimbangan  yang  aktif,
persistent
terus- menerus,  dan  teliti  mengenai  sebuah  keyakinan  atau  bentuk  pengetahuan  yang
diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya. Dalam hal ini,
untuk  mengungkapkan  pemahamn  ini  dalam  bahasa  yang  lebih  familiar,  Dewey menandaskan apa hal-hal yang menjadi alasan bagi kita untuk menyakini sesuatu
dan implikasi dari keyakinan-keyakinan kita. Sementara  itu  Paul  dalam  Fisher,  2009:  4  berpendapat  bahwa  berpikir
kritis adalah metode berpikir mengenai hal, substans atau masalah apa saja, dimana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil
struktur-struktur  yang  melekat  dalam  pemikiran  dan  menerapkan  standar-standar intelektual padanya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat digambarkan bahwa berpikir kritis pada dasarnya merupakan aktivitas mental dalam mengevaluasi suatu keadaan, agar
dapat  membuat  suatu  keputusan  yang  dapat  mengarahkan  seseorang  dalam membangun kepercayaan diri untuk melakukan suatu tindakan.
Szesze  2001  menyebutkan  indikator  berpikir  kritis  pembelajaran  sains terdiri  atas  :  1  membandingkan  mengidentifikasi  persamaan  dan  perbedaan;
2  mengklasifikasikan  konsep  dan  benda;  3  menyediakan  bukti  yang mendukung  ide-ide,  kesimpulan,  pengambilan  keputusan;  4  analisis  dari  bukti
pendukung  yang  ada;  5  mengidentifikasi,  analisis  dari  bukti-bukti  pendukung yang  ada;  6  memodifikasi  ide-ide  berdasar  informasi  tambahan,  dan
7 menggambarkan bagaimana informasi ilmiah digunakan oleh orang lain.
14
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diklasifikasikan aspek berpikir kritis dalam 5 aspek, seperti yang tampak pada tabel berikut.
Tabel 1. Indikator Berpikir Kritis
No. Kemampuan Berpikir Kritis
Indikator
1. Kemampuan memfokuskan
Menentukan masalah dan tujuan 2.
Memperoleh Informasi Kemampuan mencari dan menguji
alternative penyelesaian masalah 3.
Mengorganisasikan Membandingkan,
mengklasifikasikan
4. Menganalisis
Mengidentifikasi atribut dan komponen, mengidentifikasi
hubungan 5.
Menggeneralisasi Menginferensi, meramalkan,
mengelaborasi
2.1.3 Hakikat Media Pembelajaran Tipe
Tutorial Macromedia Flash
2.1.3.1 Media Pembelajaran Tipe Tutorial
Heinich dkk dalam Warsita, 2008: 140 mengemukakan enam format atau bentuk  interaksi  pembelajaran  yang  dapat  diaplikasikan  dalam  sebuah  media
pembelajaran  interaktif,  yaitu  1  praktik  dan  latihan
drill  and  practice
,  2 tutorial,  3  permainan
games
,  4  simulasi
simulation
,  5  penemuan
discovery
dan 6 pemecahan masalah
problem solving
. Model  tutorial  adalah  pembelajaran  melalui  komputer  dimana  siswa
dikondisikan  untuk  mengikuti  alur  pembelajaran  yang  sudah  terprogram  dengan penyajian materi dan latihan soal. Model tutorial sangat menuntut siswa menguasai
materi secara mandiri dan tuntas, sehingga sebelum setiap segmen materi terkuasai belum bisa berlanjut ke materi selanjutnya, Susilana dan Riyana 2007: 146.
Lebih  lanjut  oleh  Sudjana  dalam  Susilana  dan  Riyana,  2007:  146 menjelaskan  bahwa  model  tutorial  pada  dasarnya  mengikuti  pola  pembelajaran
15
berprogram tipe
branching
atau bercabang. Pada tipe ini informasimateri pelajaran disajikan dalam unit-unit kecil dan setiap selesai satu unit diakhiri dengan evaluasi.
Program  akan  memberikan  respon  terhadap  jawaban  siswa  untuk  menentukan langkah  selanjutnya.  Tutorial  dalam  pembelajaran  komputer  ditujukan  sebagai
pengganti  tutor  manusia  yang  proses  pembelajarannya  diberikan  lewat  teks, grafik, suara, video dan animasi yang juga menyediakan poin-poin pertanyaan dan
permasalahan,  jika  respon  siswa  salah  maka  komputer  akan  mengulangi  materi sebelumnya  atau  secara  otomatis  akan  kembali  pada  slide  sebelumnya  dan  akan
terus berulang selama pengguna belum berhasil.
2.1.3.2 Program Tutorial
Macromedia Flash
Sumaryadi  2007  mendefinisikan
macromedia  flash
sebagai  salah  satu program  yang  didesain  khusus  oleh
macromedia,
didesain  dengan  kemampuan untuk  membuat  animasi  dua  dimensi  yang  handal  dan  ringan  sehingga  dapat
digunakan  untuk  membangun  dan  memberikan  efek  animasi  pada  website,  CD interaktif dan lainnya.
Anonym  2009  mengungkapkan  bahwa
macromedia  flash
merupakan salah  satu  software  aplikasi  design  grafis  yang  sangat  popular  saat  ini  terutama
untuk  membuat  aplikasi  animasi  dan  efek  yang  spektakuler.  Kesederhanaan
tool
yang disediakan serta kemampuan yang luas menjadikan
flash
semakin digemari. Sedangkan menurut Gotcha 2011
macromedia flash
merupakan salah satu perangkat lunak komputer yang merupakan produk unggulan
adobe system
, yang digunakan untuk membuat gambar vektor maupun animasi gambar tersebut.
Beberapa  keunggulan  yang  dimiliki
macromedia  flash
oleh  Sumaryadi 2007  adalah  mampu  diberikan  sedikit  kode  pemrograman  baik  yang  berjalan
sendiri  untuk  mengatur  animasi  yang  ada  di  dalamnya  atau  digunakan  untuk berkomunikasi dengan program lain seperti html, php, database dengan pendekatan
xml.
16
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN