Karya Tulis Ilmiah untuk Guru SMP SMA SMK.rar

(1)

KARYA ILMIAH KIMIA SMA

PEMANFAATAN RUMPUT LAUT

SEBAGAI PENGGANTI BENSIN

KARYA ILMIAH

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Kimia

Tahun Pelajaran 2012/2013

Oleh

RAHMAWATI .S

SMAN 3 BANGKO PUSAKO

XII IPA

2


(2)

DAFTAR ISI ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.1.Rumusam Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penulisan... 5

1.4. Manfaat Penulisan... 5

1.5. Metode Masalah ... 6

BAB II LANDASAN TEORETIS 2.1. Pengertian Rumput Laut... 7

2.2 Pertemuan Rumput Laut Menjadi Agar-agar... 8

2.3 Jenis-Jenis Rumput Laut... 11

2.4 Komposisi Rumput Laut... 13

2.4 Alasan Rumput Laut Dijadikan Sumber Energi... 14

2.5 Rumput Laut Dari Suplement Hingga Bio Energi... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data... 22

3.2. Teknik Pengumpulan Data... 22

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Penggunaan Bahan Bakar... 23

4.2. Rumput Laut Penghasil Bioetaol ... 24

4.3. Proses Pembuatan Bioetanol... 25

4.4. Bioetanol Dari Rumput Laut... 27

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 28

B. Saran... 29


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Karya ilmiah dari tema Pembuatan Bahan Bakar Fosil yang Ramah Lingkungan yang berjudul “PEMANFAATAN RUMPUT LAUT SEBAGAI PENGGANTI BENSIN” telah di sahkan kepada RAHMAWATI.S Kelas XII IPA2 SMA Negeri 3

BAngko Pusako Tahun Pelajaran 2012/2013.

Di tetapkan di

Bangko Pusako, 04 Maret 2013 Telah disahkan dan disetujui oleh

Mengetahui

Kepala Sekolah SMAN 3

Firdaus, S.Pd.

NIP:1976 0621 200512 1001

Guru Pembimbing

Dahliana. S.T

NIP: 1976 0529 200604 2003


(4)

Puji syukur allhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya berupa kesehatan dan keselamatan atas diri penulis, sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “PEMANFAATAN RUMPUT LAUT SEBAGAI PENGGANTI BENSIN”, karya ilmiah ini di ajukan untuk nilai peraktik semester Tahun Pelajaran 2012/2013.

Dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini penulis menyadari bahwa banyak kesalahan yang dihadapi, namun berkat usaha dan Ridho Allah penulisan karya ilmiah ini dapat terselesaikan dan dengan kerendahan hati. Penulis menyadari isi kandungan karya ilmiah ini masih jauh dari harapan dan kesempurnaan baik isi maupun cara penyajiannya serta penguraiannya, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan dari karya ilmiah ini.

Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terimakasih kepada orang yang telah banyak memberikan dorongan dan motivasi dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, mereka adalah :

1. Ibu Dahliana selaku guru KIMIA

2. Ayahanda dan Ibunda serta keluarga yang tak pernah lelah dalm memberikan dorongan moril dan materil belaian kasih sayang yang tulus dan cucuran keringat serta doa yang selalu menyertai langkah penulis sehingga penulis dapat berhasil dalam menyelesaikan karya tulis ini, tiada kata yang dapat penulis ukirkan selain kata terimakasih dan rasa kasih sayang serta syukur penulis semoga Ridho Allah SWT serlalu mengiringi langkah mereka.


(5)

Bangko Permata, 04 Maret 2013 Penulis

RAHMAWATI.S

ABSTRAK

Karya tulis yang berjudul “Pemanfaatan Rumput Laut menjadi Bahan Bakar Pengganti Bensin” dilatar belakangi oleh mahalnya dan sulitnya mendapatkan minyak bensin sebagai bahan bakar. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sekarang untuk mendapatkan minyak bensin, masyarakat di Indonesia atau di mana pun perlu antri dalam waktu yang lumayan lama. Untuk itulah kami membuat alternatif lain sebagai pengganti minyak bensin yaitu dari tumbuhan hijau yaitu Rumput Laut. Tujuan penulisan karya tulis ini adalah selain untuk mengetahui pemanfaatan Rumput laut sebagai bahan pengganti bensin, karya tulis ini juga bertujuan untuk mengenalkan kepada masyarakat bahwa ada alternatif pengganti minyak bensin.

Manfaat penulisan karya tulis ini adalah memberi kesempatan bagi masyarakat untuk mengurangi pengeluaran membeli bahan bakar minyak bensin yang dianggap mahal serta langka. Karya tulis ilmiah ini membahas tentang penggunaan rumput laut sebagai pengganti minyak bensin dan mengetahui kandungan apa-apa saja yang ada di dalam rumput laut sehingga bisa digunakan sebagai bahan alternative pengganti bensin yang langka.

Dengan menggunakan metode study pustaka, maka dari itu penulis menggunakan jenis data berupa informasi yang terpilih dari sumber-sumber data yaitu internet dan menggunakan teknik pengembangan-pengembangan data.


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekarang ini, zaman semakin sulit, karena banyak kebutuhan pokok yang semakin meningkat yang tidak diimbangi dengan banyaknya lapangan pekerjaan serta pendapatan masyarakat yang tidak kunjung meningkat, secepat meningkatnya harga kebutuhan pokok.

Hal ini membuat masyarakat, memikirkan dengan gajih yang tetap dari tahun pertahun dapat memenuhi kebutuhan dengan harga yang meningkat setiaap tahunnya. Apalagi kebutuhan masyarakat terhadap minyak Bensin. Kebutuhan akan minyak bensin tidak bisa lepas dari kehidupan manusia yang sejatinya bisa dikatakan sebagai kebutuhan pokok. Inilah yang menjadi masalahnya, seperti yang kita ketahui harga minyak setiap tahunnya selalu meningkat. Dengan selalu meningkatnya harga minyak, masyarakat semakin


(7)

bingung bagaimana mereka bisa memenuhi kebutuhan akan minyak bensin agar lebih hemat dalam menggunakannya, ditambahnya banyaknya penduduk. Otomatis kebutuhan minyak akan semakin meningkat. Dengan semakin bertambahnya kebutuhan akan minyak, para produsen minyak akan semakin meningkatkan harganya, karena mengingat semakin terbatasnya sumber daya alam sebagai bahan pembuat minyak bensin.

Kita mengenal rumput laut hanya sebagai bahan makanan pembuat agar-agar dan bahan kosmetik. Jarang diantara kita yang mengetahui bahwa rumput laut juga merupakan salah satu sumber energi alternatif, yaitu sebagai bahan baku biofuel. Mengingat kian tingginya ketergantungan pada energi fosil yang akan membuat cadangan sumber energi fosil tersebut makin menipis, maka diperlukan pengembangan jenis-jenis energi altenatif termasuk pengembangan energi dengan bahan baku rumput laut.

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan garis pantai yang panjang serta iklim hangat sepanjang tahun memiliki potensi ketersediaan rumput laut yang besar sebagai bahan baku pembuatan bioenergi. Selama ini kita menganggap bahwa sumber biofuel hanya terdapat di daratan. Namun melihat perkembangan naiknya harga bahan pangan akibat efek dari pengembangan biofuel alangkah baiknya untuk melirik lautan sebagai sumber biofuel, mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari


(8)

perairan., kita bisa menjadikan perairan menjadi ”tambang” biofuel .

Rumput laut merupakan tanaman bebas yang tidak dimanfaatkan sebagai pangan, dan belum dimanfaatkan untuk apapun, sehingga mengubahnya menjadi energi alternatif akan sangat menguntungkan dari semua aspek. Pemanfaatan rumput laut sebagai bahan baku biodiesel akan lebih kompetitif dibandingkan sumber daya hayati lainnya, seperti singkong, kelapa sawit, tebu, jagung, dan lainnya. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa dalam 1 ha lahan, mikro alga dapat menghasilkan 58.700 liter minyak pertahunnya, atau jauh lebih besar dibandingkan jagung yang hanya 172 liter/tahun dan kelapa sawit yang hanya 5.900 liter/tahun. Selain itu juga, pemanfaatan rumput laut sebagai bahan bakar nabati tidak akan mengganggu peruntukan lahan daratan. Berbeda dengan pengembangan kelapa sawit, singkong, atau jagung yang penanamannya membutuhkan lahan darat yang luas.

Untuk memproduksi minyak atau bahan bakar dari rumput laut, tidak perlu proses penggilingan untuk mengambil minyaknya. Minyak rumput laut bisa langsung diekstrak dengan bantuan zat pelarut, enzim, pemerasan, ekstraksi CO2, ekstraksi ultrasonik, dan osmotic shock. Produktivitas rumput laut ini dalam menghasilkan biodiesel bisa tinggi karena beberapa faktor. Rumput laut efektif dalam mengubah nutrisi dan karbon dioksida dari air dengan bantuan sinar matahari sehingga menjadi energi. Dan prosesnya berlangsung sederhana, cepat, dan murah. Rumput laut mampu hidup di air laut dan air tawar, sehingga


(9)

budidaya tanaman ini dapat dilakukan secara terbuka dan ekstensif di perairan laut yang dikelilingi karang, danau, kolam, dan kanal. Sehingga mampu membantu masyarakat terutama masyarakat pesisir untuk meningkatkan perekonomiannya.

Rumput laut merupakan masa depan pengganti BBM yang potensial. Negeri ini dengan perairan tropisnya yang luas berpotensi memproduksi BBM dari rumput laut. Seperti yang kita ketahui bahan pembuat minyak bensin adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Untuk memulihkan kembali/ mengembalikan sumber daya alam tersebut butuh waktu yang sangat lama, dan tidak mungkin kita akan menunggunya kembali untuk bisa dimanfaatkan dalam waktu sekian juta tahun lagi, bagaimana kita bisa hidup tanpa minyak? Bagaimana anak cucu kita nantinya bisa melanjutkan kehidupannya? Adakah bahan bakar lain dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui sebagai pengganti minyak? Agar nantinya anak cucu kita bisa memanfaatkannya dengan mudah.

Untuk itu, kami mengadakan sebuah penelitian mengenai pemanfaatan tumbuhan hijau dengan rumput laut sebagai pengganti minyak bensin, mengingat semakin meningkatnya harga minyak. Alternatif pengganti minyak bensin ini semoga dapat memudahkan masyarakat yang bingung akan naiknya bahan bakar khususnya BBM.


(10)

1.2

Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari rumput laut?

2. Apa saja bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan rumput laut menjadi bodisel?

3. Apa saja kandungan yang dimiliki oleh rumput laut? 5. Bagaimana cara mengolah rumput laut menjadi biodiesel? 6. Bagaimana cara pemanfaatan rumput laut?

1.3

Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian rumput laut.

2. Untuk engetahui kandungan yang terdapat dalam rumput laut.

3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki rumput laut. 4. Untuk mengetahui cara pemanfaatan dan pengolahan rumput laut.

1.4

Manfaat Penulisan

1. Dapat mengetahui kandungan dalam rumput laut.

2. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki rumput laut. 3. Dapat mengetahui cara megolah rumput laut menjadi biodisel.

4. Dapat menambah wawasan.

5. Dapat membantu memecahkan masalah akibat kelangkaan BBM sebagai sumber energi.


(11)

6. Dapat memotivasi untuk menghasilkan teknologi tepat guna dalam rangka membantu pemerintah untuk menghemat energi.

1.5 Metode Penyelesaian

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan metode penulisan referensi sumber pustaka dan rangkuman, maka dari itu penulius menggunkan jenis data berupa informasi yang di peroleh dari sumber data yaitu internet dan buku-buku yang berhubungan dengan judul karya tulis, serta mengambil dan menyimpulkan data yang di sajikan dalam bentuk pengembangan oleh penulis.


(12)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Pengertian Rumput Laut

Ditinjau secara biologi, rumput laut (algae/seaweed) merupakan kelompok tumbuhan yang berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Rumput laut mengandung bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral dan juga senyawa bioaktif. Sejauh ini, pemanfaatan rumput laut sebagai komoditi perdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika dibandingkan dengan keanekaragaman jenis rumput laut yang ada di Indonesia. Padahal komponen kimiawi yang terdapat dalam rumput laut sangat bermanfaat bagi bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi dan lain-lain.


(13)

Berbagai jenis rumput laut seperti Griffithsia, Ulva, Enteromorpna, Gracilaria, Euchema, dan Kappaphycus telah dikenal luas sebagai sumber makanan seperti salad rumput laut atau sumber potensial karagenan yang dibutuhkan oleh industri gel. Begitupun dengan Sargassum,

Chlorela/Nannochloropsis yang telah dimanfaatkan sebagai absorben logam berat, Osmundaria, Hypnea, dan Gelidium sebagai sumber senyawa bioaktif,

Laminariales atau Kelp dan Sargassum Muticum mengandung senyawa alginat untuk industri farmasi. Pemanfaatan jenis rumput laut lainnya adalah sebagai penghasil bioethanol dan biodiesel ataupun sebagai pupuk organik. Rumput laut dipandang sebagai bio-energi pengganti BBM yang dipercaya jauh lebih ekonomis ketimbang tanaman jarak, minyak kelapa sawit, dan ethanol dari jagung. Penulis biofuel Ruth Morris (2009) bahkan menyebut laut dengan segala keunggulannya sebagai senjata rahasia melawan kecenderungan perubahan iklim (climate change).

2.2 Pertemuan Rumput Laut Menjadi Agar-agar

Menurut legenda bangsa Jepang, agar pertama kali dibuat tanpa sengaja pada pertengahan abad ke-17, kemungkinan tahun 1658. Ketika itu seorang pegawai pemerintah Jepang menginap di sebuah motel pada musim dingin. Sang


(14)

pemilik motel, Minoya Tarozaemon, menyajikan jelly rumput laut, terbuat dari Gelidium sp.

Setelah makan malam selesai, kelebihan jelly dibuang oleh sang pemilik motel. Jelly tersebut membeku dalam dinginnya malam musim dingin, kemudian mencair dan kering oleh matahari. Tarozaemon menemukan bahan lembut ini lalu kemudian merebusnya. Hasilnya, ia menemukan jelly yang lebih putih dibandingkan dengan aslinya.

Svein Jarle Horn, peneliti dari Department of Biotechnology, Norwegian University of Science and Technology, telah meneliti potensi rumput laut Laminaria hiperborea sebagai penghasil bioetanol dengan memanfaatkan laminaran dan manitol sebagai substratnya.

Jepang juga telah membuat proyek bernama Ocean Sunrise Project yang bertujuan untuk memproduksi bioetanol dari rumput laut Sargassum horneri. Teknologi untuk memproduksi bioetanol dari rumput laut telah diterapkan di Korea dan Vietnam. Namun, penggunaan rumput laut sebagai bahan baku bioetanol memang harus terus di uji coba di Indonesia. Negara kita berpotensi sebagai penyokong kebutuhan bahan baku bioetanol di masa mendatang. Hal ini karena rumput laut dapat tumbuh dengan baik di beberapa daerah di Indonesia. Bahkan saat ini Indonesia menjadi penghasil rumput laut terbesar di dunia.


(15)

Yayasan Rumput Laut Indonesia (YRLI) telah meneliti teknik pembuatan bioetanol dari rumput laut. Rumput laut memiliki karbohidrat seperti selulosa, agar, karagenan, dan alginat yang dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan bioetanol.

Proses pembuatan bioetanol dari rumput laut merupakan proses yang kompleks dan panjang namun memiliki beberapa keunggulan dibandingkan tanaman darat lainnya seperti jagung, ubi, dan tebu. Lahan budidaya rumput laut terbentang luas di sepanjang pantai Indonesia sehingga produksinya melimpah.

Keunggulan lainnya adalah terbukanya lapangan pekerjaan yang luas bagi masyarakat nelayan. Bayangkan, butuh berapa juta ton rumput laut untuk menjalankan kendaraan bermotor yang ada di Negara kita saja. Jutaan ton rumput laut tentu akan menyerap tenaga kerja yang tidak sedikit bukan?


(16)

Revolusi Energi memang harus dilakukan untuk mempertahankan eksistensi umat manusia. Salah satu kemajuan yang dicapai adalah penggunaan bioetanol sebagai pengganti bahan bakar bensin. Brazil, Amerika Serikat, Kolombia, Australia, Swedia, India, Thailand, Jepang dan Cina sudah menggunakan gasohol (campuran bensin dan etanol murni) sebagai bahan bakar.

Brazil merupakan pionir program Pro-Alcohol sejak tahun 1975, sekaligus sebagai produsen dan pengguna gasohol terbesar dengan volume mencapai 14 milyar liter per tahun. Belakangan ini di Negara kita juga sudah mulai menggunakan gasohol sebagai bahan bakar kendaraan bermotor walaupun jumlah konsumsinya masih sedikit.

Gasohol mulai marak digunakan karena merupakan bahan bakar antara semi terbarukan sampai terbarukan. Semi terbarukan dikarenakan gasohol masih memerlukan bahan bakar fosil dalam persentase tertentu. Selain itu gasohol juga mengurangi polusi udara. Selama ini udara kita tercemar oleh campuran bahan bakar seperti timbel atau PlumBum (PB) dan Methyl Tertiary Butyl Ether (MTBE) yang juga mencemari air tanah, danau, dan sumber air lainnya.

Marilah kita berpikir sejenak dan membayangkan Negara kita di masa mendatang. Bayangkan kendaraan bermotor menggunakan gasohol E-85, yang berarti 85 % kebutuhan bahan bakar akan digantikan oleh etanol yang diproduksi dari rumput laut.


(17)

2.3 Jenis-jenis Rumput Laut

Adalah jenis rumput laut yang bervarietas Geladine akan dikembangkan untuk biofuel. Hingga sekarang, varietas ini telah dibudidayakan di sejumlah daerah, yakni di Maluku seluas 20 ribu ha, Belitung Timur dan Lombok sekitar 10 ribu ha. Selain ketiga daerah tersebut, sejumlah daerah di Indonesia juga sangat potensial dikembangkan sebagai daerah budidaya rumput laut, yakni Takalar (Sulsel), Karang Asem (Bali), Sumenep (Jatim), Lombok Barat (NTB), Gorontalo, Jakarta Utara (DKI), Kota Baru (Kalsel), P. Sawu (NTT). Di daerah-daerah tsb, dapat dibudidayakan jenis rumput laut (mikroalga) seperti diatom (Bacillariophyceae), gang-gang hijau (Chlorophyceae), ganggang emas (Chrysophyceae), dan ganggang biru (Cyanophyceae). Dari keempat kelompok tsb, mereka dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bioenergi (Mujizat Kawaroe, 2008). http://rumputlautindonesia.blogspot.com/2010/10/rumput-laut-dari-suplement-hingga-bio.html

Mengapa rumput laut lebih kompetitif dibandingkan sumberdaya hayati lainnya sebagai biodisel? Hal ini, misalnya, karena hasil penelitian membuktikan bahwa dalam 1 ha lahan, mikro alga dapat menghasilkan 58.700 liter minyak pertahunnya, atau jauh lebih besar dibandingkan jagung yang hanya 172 liter/tahun dan kelapa sawit yang hanya 5.900 liter/tahun (DKP, 04/11/2008). Studi lain juga menemukan hal yang sama, yakni dalam salah satu lipid (minyak


(18)

organik) mikroalga ini, ternyata terdapat hidrokarbon, yaitu senyawa dasar pembentuk bahan bakar. Adapun kandungan lipid dalam mikroalga diketahui mencapai 20 %, dan kandungan tsb masih dapat ditingkatkan melalui cara rekayasa genetis hingga mencapai 50 % (Mujizat Kawaroe, dan Warintek Nganjuk, 2008). Tidak hanya berguna untuk biofuel, mikro alga juga merupakan organisme terefisien dalam menangkap dan memanfaatkan energi matahari dan C02 untuk keperluan fotosintesis, dan dia sangat membantu dalam pencegahan terjadinya pemanasan global (Mujizat Kawaroe, 2008). Untuk pengetahuan umum, di kalangan ilmuwan, rumput laut dikenal dengan nama alga, dan berdasarkan ukurannya dibedakan dua golongan, yaitu mikro alga dan makro alga. Dari keduanya, mereka adalah organisme penghasil oksigen yang sangat dibutuhkan oleh semua penghuni laut sehingga peranan keduanya juga sangat penting dalam ekosistem laut (AB. Susanto, 24/04/09).

http://pijar.org/content/view/217/72/

2.4 Komposisi Rumput Laut

Komposisi rumput laut adalah sebagai berikut (www.google.com) : - Air : 27,8%

- Karbohidrat : 33,3% - Protein : 5,4%


(19)

- Lemak : 8,6% - Abu : 22,25% - Serat kasar : 3%

Komposisi ampas rumput laut adalah sebagai berikut (www.google.com) :

Selulosa : 20% Hemiselulosa : 70% Lignin : 10%

􀀹􀀹Sifat fisik rumput laut adalah sebagai berikut (www.google.com): Bentuk : Berbentuk thallus (ganggang).

Warna : tergantung jenis rumput laut (kebanyakan hijau) Batang : bentuk batang tidak berstruktur.


(20)

1. Karena rumput laut tidak dikonsumsi setiap saat oleh manusia maka saat dia dijadikan sumber energi terbarukan, Maka relative kecil konsekuensi yang timbul dari pemanfaatannya sebagai biofuel.

2. Sebagai negara kepulauan dengan pantai yang panjang dan iklim yang hangat sepanjang tahun, maka Indonesia adalah negara yang mampu menyediakan rumput laut sebagai bahan pembuatan bioenergi. Oleh karena itu, Indonesia sangat besar berpotensi sebagai salah satu negara pemasok bahan bakar nabati (biofuel) guna memenuhi kebutuhan dunia yang semakin meningkat akan energi bersih.

3. Sebagai pensubstitusi bahan bakar fosil, pemanfaatan rumput laut sebagai biodisel adalah bersifat terbarukan dan berkelanjutan serta termasuk energi bersih dan efisien.

4. Dapat mencegah terjadinya pemanasan global.

http://www.managementfile.com

Dalam kaitannya dengan uraian pada poin 1-4 di atas, Pemerintah Indonesia telah memberikan payung hukum untuk hal itu, yakni melalui Perpres No 5 Tahun 2006. Dalam Perpres ini, dikemukakan perihal tentang Kebijakan Energi Nasional yang bertujuan menjamin keamanan pasokan energi dalam


(21)

negeri dan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Adapun pembangunan berkelanjutan dimaksud berarti pengembangan energi terbarukan yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat secara murah dan terjangkau.

Saat ini, Indonesia memiliki sumberdaya rumput laut yang banyak, tetapi kita belum menguasai teknologi tinggi untuk memanfaatkan rumput laut sebagai sumber energi terbarukan. Oleh karena itu, Indonesia perlu mitra dalam upaya pemanfaatan rumput laut sebagai sumber energi terbarukan. Dalam kaitan dengan hal ini, kita dapat menjalin kemitraan dengan Korea Selatan (Korsel). Mengapa Korsel dipilih? Penyebabnya adalah Korsel sudah memiliki road map, model, grand strategy, dan teknologi tinggi untuk menjadikan rumput laut sebagai energi terbarukan.

Namun patut diingat, jalinan kemitraan itu haruslah memberikan keuntungan bagi kedua pihak, baik dalam jangka pendek, menengah dan panjang. Dari kemitraan tsb, Indonesia haruslah, misalnya, mendapatkan alih teknologi untuk pengembangan teknologi terbaru dan maju dalam hal budidaya rumput laut, pelibatan para peneliti dalam negeri untuk workshop dan penelitian bersama tentang rumput laut, pengembangan kapasitas sumberdaya manusia melalui program pendidikan dan pelatihan di subsektor rumput laut, dan pengembangan pemanfaatan spesies mikroalga (rumput laut) sebagai bahan bakar nabati (biofuel) dan pangan.


(22)

Karena kebutuhan terhadap sumber energi yang bersih semakin meningkat, maka diberbagai lembaga penelitian dan perguruan tinggi banyak berlomba menemukan clean technology (teknologi yang bersih). Saat ini, yaitu mulai tahun 2000-an, masyarakat dunia telah menggunakan paradigma kelima, yakni mulai menerapkan teknologi biomassa yang terbarukan dan berkelanjutan (renewable and sustainable technology), dan ini termasuk bioenergi dari rumput laut.

2.6 Rumput Laut Dari Suplement Hingga Bio Energi

Teknologi olahan bakal diarahkan untuk mendukung peningkatan produksi perikanan budidaya. Penelitian yang terkait dengan teknologi olahan juga diarahkan untuk pengembagan produk baru dan substitusi barang olahan yang saat ini masih di impor. Khususnya untuk rumput laut akan dikembangkan teknologi olahan rumput laut untuk konsumsi dan non konsumsi. Masarakat pun bisa memanfaatkan produk olahan rumput laut berupa suplemen rumput laut (kesehatan), dikonsumsi seperti biasa (agar), untuk keperluan kecantikan, hingga bioenergi.

http://www.tempointeraktif.com/hg/iptek/2010/06/21/brk,20100621-257065,id.html


(23)

Guna meningkatkan produk olahan rumput laut, Balai Besar Riset Penggolahan produk dan Bioteknologi Kelautan Dan Perikanan mulai mengarahkan risetnya untuk memformulasikan ke arah substitusi. Mulai saat ini Riset Pengolahan harus diarahkan untuk menciptakan produk olahan yang bisa bersaing dengan produk-produk olahan dari luar negeri. Di Indonesia, peluang untuk menciptakan produk olahan cukup besar. Hampir semua produk ikan di Indonesia bisa dijadikan produk olahan dan hasilnya sangat menggembirakan. Baik patin, lele dan ikan-ikan yang bakal di produkis dalam skala besar bisa dijadikan produk olahan.

Agar produk olahan di tanah air mampu bersaing dengan produk olahan luar negeri, maka cara membuat olahan jangan sama dengan di luar negeri. Kalau melihat potensi pasar di Uni Eropa, maka jumlah produk olahan yang masuk ke pasar tersebut paling banyak dari Maroko. Produk olahan dari Indonesia hanya sekitar 21 jenis. Padahal produk olahan tak tergantung pada jenis ikannya. Artinya jenis ikan apa saja bisa dijadikan produk olahan yang sesuai dengan yang diinginkan, peluang atau potensi pasarnya juga cukup besar

masyarakat luas umumnya mengenal olahan rumput laut dalam bentuk agar-agar. Padahal rumput laut bisa dijadikan teh untuk dikonsumsi. Teh dari rumput laut ini berkhasiat untuk antioksidan dan karotenoid/ fukosantin, tanin (phlorotanin), dan iodium. Olahan rumput laut berupa teh bisa disajikan dengan dicelup (seperti teh celup), serbuk (powder), instan dalam kemasan gelas. Aneka


(24)

produk olahan rumput laut yang bisa dikonsumsi lainya yang dikembangkan Balai Besar Riset pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan seperti mie rumput laut dan kerupuk rumput laut. Kemudian olahan barbasis surimi(baso dan sebagainya). Rumput laut juga bisa di jadikan kue kering.

Rumput laut dapat dikembangkan menjadi suplemen dalam bentuk tepung, tablet dan kapsul Spirulina sp. Suplemen rumput laut ini dikemas dalam botol gelap tahan selama 3 bulan (suhu kamar 15 derajat celcius). Komoditi unggulan ini juga bisa dijadikan minuman sehat Spirulina sp & Chlorella sp. Di dalam minuman sehat ini konsentrasi 0,3 % flavor additives (pandan, jeruk). Dipastikan minuman sehat tersebut tahan 2 bulan (suhu kamar & dingin). Rumput laut juga bisa dipakai sebagai bahan saos. Tak hanya itu, pecinta ice cream bisa menikmati ice cream rumput laut. Teknologi ice cream rumput laut memanfaatkan alginat 0,8% (karaginan-gum atau alginat-gum) sebagai stabilizer, emulisifer dan thickner tepung ice cream, yaitu 0,4% (iota), karaginan dan 0,1% guargum. Kemudian juga ada suplemen dari rumput berupa tablet effervescent rumput laut yang memanfaatkan aginat 15-20% untuk tablet effervescent dapat membantu menurunkan gula darah.

Seperti diketahui, rumput laut juga bisa dimanfaatkan untuk keperluan non konsumsi. Balai Besar Riset penggolahan Produk Bioteknologi Kelautan dan Perikanan telah mengembangkan rumput laut sebagai bahan kosmetik dengan memanfaatkan mikroalgae pada kosmetika (masker). Kemudian skin lotion


(25)

alginat. Rumput laut juga bisa di kembangkan untuk industri lainya, seperti edible film rumput laut, film coating rumput laut. Teknologi ini bisa memanfaatkan alginofit S. filipendula untuk pembuatan penyalut lapis tipis (film coating), misalnya film coating tablet vitamin A. Bahan : Alginat (1,75%), plasticizer PEG 6000 (20% daro bobot polimer) dan TiO2 (0,5% dari total volume larutan penyalut). Rumput laut juga bisa dimanfaatkan sebagai pengental textile printing.

Tak hanya itu saja, limbah rumput laut juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan memasak. Saat ini telah ditemukan teknologi mengolah briket arang limbah rumput laut. Limbah rumput laut dari pengolahan agar dapat dimanfaatkan dengan dibuat arang briket dengan perekat tapioka menghasilkan panas 4.050 kal/g. R umput laut pun bisa dimanfaatkan untuk pengharum ruangan. Namanya, Pengharum ruangan rumput laut. Teknologi untuk membuat pengharum ruangan rumput laut ini dengan memanfaatkan formulasi karaginan-gum atau agar-karaginan-gum (1,5%), carrying agent, KCl, Ca asetat, hard parafin, surfaktan, pewangi untuk pengharum ruangan. Ke depan rumput laut akan dikembangkan sabagai bioenergi. Dalam penelitian, sudah ada 20 jenis rumput laut (Banten dan Bali) yang bisa dikembangkan sebagai Bio Energi. Bio Energi rumput laut merupakan salah satu jawaban untuk mengantisipasi semakin mahalnya bahan bakar minyak dunia yang tak bisa diperbaharui. Hanya saja, untuk Sargassum dan ulva tidak bagus karena kurang gula reduksi, namun untuk rumput laut jenis E.


(26)

Cottoni bagus dengan starter kotoran sapi. Sesuai penelitian, Bio Energi Rumput laut ini rasio C/N E. cottoni 44/l dan limbah karaginan 55/l. Hanya saja, masyarakat sampai saat ini belum bisa memanfaatkan, karena Bio Energi rumput laut masih dalam skala uji coba di laboratorium.

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data

Dikarenakan penulis menggunakan metode study pustka maka, dalam hal ini penulis menggunakan jenis data berupa informasi yang di peroleh dari sumber data yaitu internet dan buku-buku yang berhubungan dengan judul karya tulis ini.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan data berupa informasi dari internet dan buku maka, teknik yang digunakan penulis adalah mengambil dan menyimpilkan data yang di sajikan dalam bentuk pengembangan-pengembangan oleh penulis.


(27)

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Penggunaan Bahan Bakar

Sangat menarik perhatian terutama bagi manusia awam dewasa ini masalah konsumsi energi bagi umat manusia, terlebih-lebih untuk suatu bangsa/negara yang sedang berkembang seperti tanah air Indonesia.

Tabel status minyak bumi dunia negara Asia tahun 2000 (MILIAR BAREL).

Negara Produksi Cadangan Rasio Perkiraan Produksi C/P Cadangan Baru Kumulatif Arab Saudi * 2,92 160 55/I 142 74,4

Iran * 1,3 69,2 53/I 39 44,2 Irak * 0,19 91 526/I 35 23


(28)

Uni Emirat

Arab* 0,81 61,1 75/I 41 15,9 Cina 1,08 24 22/I 43 19,9 Indonesia * 0,48 5,8 12/I 13 15,7 Malaysia 0,23 4,3 19/I 7 3,1

India 0,23 5,8 25/I 2 3,8 Uzbekistan 0,02 0,3 15/I 4 0,4 Brunei 0,06 1,4 23/I 1 2,3

Ket : * ) Negara-negara anggota OPEC

Sumber: Diolah dari Data, Information and Gas 2001, Directorat Jendral Minyak dan Gas, Effendi Syarief, Melawan Ketergantungan Pada Minyak Bumi (Yogyakarta: Insist Pres, 2004). www.Pelangi Indonesia.com

Berdasarkan tabel di atas cadangan minyak dan gas bumi di Indonesia diperkirakan tidak akan berumur lebih dari 25 tahun. Tanpa adanya penemuan cadangan baru, cadangan yang ada hanya akan cukup untuk memenuhi konsumsi 18 tahun saja untuk minyak bumi, sekitar 50 tahun untuk gas bumi, dan sekitar 150 tahun untuk batu bara.

4.2 Rumput Laut Penghasil Bioethanol, Potensi Besar Laut Indonesia

Pada era sekarang ini, penggunaan energi semakin meningkat, akan tetapi persediaan energi terutama energi berbahan baku fosil semakin menipis. Persediaan minyak bumi dan batu bara sangat terbatas dan memerlukan waktu jutaan tahun untuk kembali terbentuk. Selain itu, bahan bakar yang berasal dari


(29)

minyak bumi dan batu bara menghasilkan polusi dan berakibat pada pemanasan global. Oleh karena itu, diperlukan suatu energi terbarukan dan merupakan energi yang ramah lingkungan sehingga dapat mengatasi permasalahan energi dan pemanasan global.

Salah satu energi yang terbarukan yaitu energi yang berbahan baku rumput laut. Rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai bioethanol. Caulerpa serrulata dan Gracilaria verrucosa merupakan spesies rumput laut yang dapat menghasilkan bioetanol. Jenis ini memiliki kandungan selulosa yang dapat dihidrolisis menjadi glukosa yang selanjutnya dapat diubah menjadi bioetanol.

4.3 Proses pembuatan bioetanol

Proses pembuatan bioetanol dari rumput laut yaitu persiapan bahan baku, yang berupa proses hidrolisa pati menjadi glukosa. Tahap kedua berupa proses fermentasi, mengubah glukosa menjadi etanol dan CO2. Sedangkan, tahap ketiga yaitu pemurnian hasil dengan cara distilasi. Tetapi sebelum distilasi, perlu dilakukan pemisahan antara padatan dengan cairan, untuk menghindari terjadinya penyumbatan selama proses distilasi. Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dengan air. Titik didih etanol murni adalah 78 oC sedangkan

air adalah 100 oC untuk kondisi standar. Dengan memanaskan larutan pada suhu

rentang 78 – 100 oC akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap, dan

melalui unit kondensasi akan bisa dihasilkan etanol dengan konsentrasi 95 % volume.


(30)

Keuntungan mengembangkan energi berbahan baku rumput laut yaitu, proses pembudidayaan rumput laut tidak mengurangi lahan pertanian pangan karena tidak memerlukan lahan darat. Selain itu, Indonesia sebagai Negara kepulauan yang daerahnya terdiri dari 2/3 lautan dan memiliki panjang pantai sekitar 81.000 km memiliki potensi besar untuk membudidayakan rumput laut. Indonesia memiliki luas area untuk kegiatan budidaya rumput laut seluas 1.110.900 ha, tetapi pengembangan budidaya rumput laut baru memanfaatkan lahan seluas 222.180 ha sekitar 20% dari luas areal potensial.

Proses pembudidayaan rumput laut pun relatif singkat karena hanya memerlukan sekitar 45 hari untuk bisa dipanen. Produktivitas rumput laut cukup tinggi dibandingkan dengan menggunakan tebu, singkong, ubi jalar, dan jagung sebagai bahan baku bioetanol. Rumput laut pun melakukan fontosintesis sehingga dapat menyerap gas CO2 yang menyebabkan pemanasan global di dunia. Selama ini, pengatasian pemanasan global selalu dikaitkan dengan penanaman pohon. Padahal, laut memiliki potensi yang besar untuk membantu mengatasi masalah pemanasan global. Pengaruh industri bioetanol dari rumput laut terhadap upaya meringankan dampak pemanasan global lebih besar karena etanol rumput laut menyerap karbon dari udara tujuh kali lebih besar dibanding bioetanol dari kayu.

Rumput laut sebagai biodiesel dinilai lebih kompetitif dibandingkan komoditas lainnya. 1 ha lahan rumput laut dapat menghasilkan 58.700 liter (30%


(31)

minyak) pertahunnya, jumlah tersebut sangat besar dibandingkan jagung yang menghasilkan 172 liter/tahun dan kelapa sawit yang menghasilkan 5.900 liter/tahun. Bioetanol dari rumput laut telah terbukti lebih murah biaya dan menguntungkan dibanding dari tebu dan kayu karena pertumbuhannya lebih cepat sehingga memungkinkan panen sampai enam kali dalam setahun. Biaya produksi bioetanol dari rumput laut lebih murah dibanding dari kayu karena rumput laut tidak mengandung lignin sehingga proses pengolahannya tidak dibebankan oleh penanganan pendahuluan proses.

4.3 Biofuel dari Rumput Laut

Rumput laut memiliki potensi sebagai bahan baku biofuel. Kandungan karbohidrat yang tinggi dari rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku penghasil bioetanol dan biogas. Di Norwegia rumput laut Laminaria telah dimanfaatkan sebagai penghasil bioetanol (Horn et al, 2008) dan di Jepang telah memanfaatkan Ulva dan Laminaria sebagai penghasil biogas (Matsui et al., 2006). Hasil penelitian oleh Abdillah (2008) menunjukkan bahwa rumput laut berpotensi sebagai bahan penghasil gas metan. Rata-rata kadar metan yang dihasilkan dari fermentasi anaerob tiga jenis rumput laut Padina, Gracilaria dan Sargassum mencapai 19 %.Sumberdaya kelautan seperti rumput laut menyimpan potensi bioteknologi kelautan yang sangat besar


(32)

BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN


(33)

5.2 SARAN

Dari uraian dan kesimpulan yang telah disusun maka penyusun ingin memberikan saran.

1. Semoga masyarakat luas dapat mempraktikan teknologi ini secara langsung 2. Teknologi terus dikaji lebih dalam agar dapat menarik masyarakat untuk menggunakannya.

3. Adanya sosialisasi dan penyuluhan dari para peneliti/ilmuan atau pemerintah terhadap masyarakat luas.

4. Kepada guru bidang studi kimia agar memberikan pengajaran dan pembimbingan bagi siswa dalam melakukan penelitian ini kedepannya karena penelitian ini dianggap sangat berguna bagi kehidupan masa yang akan datang khusus nya bidang IPA.

5. Bagi para pembaca yang tertarik terkait masalah biogas hendaklah mengetahui terlebih dahulu ilmu dasar yang dapat dijadikan acuan khususnya


(34)

tentang pegertian rumput laut, manfaat rumput laut, dan kandungan yang terdapat di dalam rumput laut.

6. Hasil penelitian hendaknya dapat di kembangkan lagi hingga dapat menuju ke bidang agrobisnis, menambah wawasan dan membantu pemerintah untuk memajukan Negara yang sudah modern ini

DAFTAR PUSTAKA

http://rumputlautindonesia.blogspot.com/2010/10/rumput-laut-dari-suplement-hingga-bio.html

http://www.tempointeraktif.com/hg/iptek/2010/06/21/brk,20100621-257065,id.html

http://pijar.org/content/view/217/72/

http://www.managementfile.com www.rotendaokab.go.id

http// www.Bung.Hatta.Info.Content.Ir.Muhibbullah Azfa Manik,MT. Tempo Interaktif.5 September 2005.com

www.Pelangi Indonesia.com www.WALHI.com


(35)

Anonim.2007.Kerangka Acuan Sub Program Produk, Komoditi dan Teknologi. Http ://www.kompetitif.lipi.go.id/.


(1)

Keuntungan mengembangkan energi berbahan baku rumput laut yaitu, proses pembudidayaan rumput laut tidak mengurangi lahan pertanian pangan karena tidak memerlukan lahan darat. Selain itu, Indonesia sebagai Negara kepulauan yang daerahnya terdiri dari 2/3 lautan dan memiliki panjang pantai sekitar 81.000 km memiliki potensi besar untuk membudidayakan rumput laut. Indonesia memiliki luas area untuk kegiatan budidaya rumput laut seluas 1.110.900 ha, tetapi pengembangan budidaya rumput laut baru memanfaatkan lahan seluas 222.180 ha sekitar 20% dari luas areal potensial.

Proses pembudidayaan rumput laut pun relatif singkat karena hanya memerlukan sekitar 45 hari untuk bisa dipanen. Produktivitas rumput laut cukup tinggi dibandingkan dengan menggunakan tebu, singkong, ubi jalar, dan jagung sebagai bahan baku bioetanol. Rumput laut pun melakukan fontosintesis sehingga dapat menyerap gas CO2 yang menyebabkan pemanasan global di dunia. Selama ini, pengatasian pemanasan global selalu dikaitkan dengan penanaman pohon. Padahal, laut memiliki potensi yang besar untuk membantu mengatasi masalah pemanasan global. Pengaruh industri bioetanol dari rumput laut terhadap upaya meringankan dampak pemanasan global lebih besar karena etanol rumput laut menyerap karbon dari udara tujuh kali lebih besar dibanding bioetanol dari kayu.

Rumput laut sebagai biodiesel dinilai lebih kompetitif dibandingkan komoditas lainnya. 1 ha lahan rumput laut dapat menghasilkan 58.700 liter (30%


(2)

minyak) pertahunnya, jumlah tersebut sangat besar dibandingkan jagung yang menghasilkan 172 liter/tahun dan kelapa sawit yang menghasilkan 5.900 liter/tahun. Bioetanol dari rumput laut telah terbukti lebih murah biaya dan menguntungkan dibanding dari tebu dan kayu karena pertumbuhannya lebih cepat sehingga memungkinkan panen sampai enam kali dalam setahun. Biaya produksi bioetanol dari rumput laut lebih murah dibanding dari kayu karena rumput laut tidak mengandung lignin sehingga proses pengolahannya tidak dibebankan oleh penanganan pendahuluan proses.

4.3 Biofuel dari Rumput Laut

Rumput laut memiliki potensi sebagai bahan baku biofuel. Kandungan karbohidrat yang tinggi dari rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku penghasil bioetanol dan biogas. Di Norwegia rumput laut Laminaria telah dimanfaatkan sebagai penghasil bioetanol (Horn et al, 2008) dan di Jepang telah memanfaatkan Ulva dan Laminaria sebagai penghasil biogas (Matsui et al., 2006). Hasil penelitian oleh Abdillah (2008) menunjukkan bahwa rumput laut berpotensi sebagai bahan penghasil gas metan. Rata-rata kadar metan yang dihasilkan dari fermentasi anaerob tiga jenis rumput laut Padina, Gracilaria dan Sargassum mencapai 19 %.Sumberdaya kelautan seperti rumput laut menyimpan potensi bioteknologi kelautan yang sangat besar


(3)

BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN


(4)

5.2 SARAN

Dari uraian dan kesimpulan yang telah disusun maka penyusun ingin memberikan saran.

1. Semoga masyarakat luas dapat mempraktikan teknologi ini secara langsung 2. Teknologi terus dikaji lebih dalam agar dapat menarik masyarakat untuk menggunakannya.

3. Adanya sosialisasi dan penyuluhan dari para peneliti/ilmuan atau pemerintah terhadap masyarakat luas.

4. Kepada guru bidang studi kimia agar memberikan pengajaran dan pembimbingan bagi siswa dalam melakukan penelitian ini kedepannya karena penelitian ini dianggap sangat berguna bagi kehidupan masa yang akan datang khusus nya bidang IPA.

5. Bagi para pembaca yang tertarik terkait masalah biogas hendaklah mengetahui terlebih dahulu ilmu dasar yang dapat dijadikan acuan khususnya


(5)

tentang pegertian rumput laut, manfaat rumput laut, dan kandungan yang terdapat di dalam rumput laut.

6. Hasil penelitian hendaknya dapat di kembangkan lagi hingga dapat menuju ke bidang agrobisnis, menambah wawasan dan membantu pemerintah untuk memajukan Negara yang sudah modern ini

DAFTAR PUSTAKA

http://rumputlautindonesia.blogspot.com/2010/10/rumput-laut-dari-suplement-hingga-bio.html

http://www.tempointeraktif.com/hg/iptek/2010/06/21/brk,20100621-257065,id.html

http://pijar.org/content/view/217/72/

http://www.managementfile.com www.rotendaokab.go.id

http// www.Bung.Hatta.Info.Content.Ir.Muhibbullah Azfa Manik,MT.

Tempo Interaktif.5 September 2005.com

www.Pelangi Indonesia.com


(6)

Anonim.2007.Kerangka Acuan Sub Program Produk, Komoditi dan Teknologi. Http ://www.kompetitif.lipi.go.id/.