PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 01 SUKA AGUNG BARAT KECAMATAN BULOK

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 01 SUKA AGUNG BARAT

KECAMATAN BULOK

Oleh

ARIE HAGANA PUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi PGSD Strata 1 Dalam Jabatan Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 01 SUKA AGUNG BARAT

KECAMATAN BULOK Oleh

ARIE HAGANA PUTRA

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata di bawah KKM pada mata pelajaran IPA. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Prosedur dilaksanakan melalui dua siklus dimana setiap siklusnya terdiri dari; (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) observasi (observing), (4) refleksi (reflecting). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar instrumen aktivitas siswa, lembar instrumen kinerja guru dan lembar soal tes untuk mengukur hasil belajar siswa. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif untuk mengukur aktivitas siswa dan kinerja guru, sedangkan data kuantitatif dugunakan untuk mengukur hasil belajar siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 01 Suka Agung Barat berdampak pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I (69,73%) dengan kategori “Cukup” meningkat sebesar 6,61% pada siklus II menjadi (76,34%) dengan kategori “Baik”. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I (48,26) meningkat sebesar 14,78.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………. xi

DAFTAR GAMBAR ……… xii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Identifikasi Masalah ……… 4

C. Pembatasan Masalah ……… 5

D. Rumusan Masalah ……… 5

E. Tujuan Penelitian ………. 6

F. Manfaat Penelitian ……… 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar ………... 8

B. Hasil Belajar ……….. 9

C. Model-model Pembelajaran ……….. 10

D. Model Pembelajaran Kooperatif STAD ………. 13

E. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif STAD ……. 15

F. Hasil Penelitian Yang Relevan ……….. 18

G. Kerangka Pikir ……….. 18

H. Hipotesis Tindakan ……… 19

BAB III. METODE PENELITIAN 1. Subjek Penelitian ……… 20

2. Lokasi Waktu Penelitian ……… 20

3. Prosedur Penelitian ……… 21

4. Teknik Pengumpulan Data ………. 24

5. Alat Pengumpulan Data ………. 25

6. Teknik Analisis Data ……….. 25


(7)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Prosedur Penelitian ……..……….. 28

B. Hasil Penelitian ……….. 29

1. Penelitian Siklus I ……… 29

2. Penelitian Siklus II ………... 37

C. Pembahasan ……… 44

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 48

B. Saran ………. 49


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur penelitian tindakan kelas ……… 21 2. Foto Pelaksanaan Penelitian ……….. 76


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kategori Persentase Aktivitas dan Kinerja guru ... 26

2. Data Aktivitas Siswa Siklus I ……… 30

3. Kinerja Guru Pada Siklus I . ...………. 32

4. Rekapitulasi Kinerja Guru Pada Siklus I……… 33

5. Data Hasil Belajar Siswa siklus I ………... 34

6. Data Aktivitas Siswa Siklus II ………... 38

7. Kinerja Guru Pada Siklus II ... 40

8. Rekapitulasi Kinerja Guru Pada Siklus II …………...……… 41

9. Data Hasil Belajar Siswa siklus II ………... 42

10. Distribusi frekuensi hasil belajar siswa pada siklus II ... 43

11. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Selama Pelaksanaan Penelitian……….. 44

12. Rekapitulasi Kinerja Guru Selama Penelitian……….. 45


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Pemetaan Siklus I ... 52

2. Silabus Siklus I ... 53

3. Rpp Siklus I ... 54

4. Lembar Kerja Siswa siiklus I ... 58

5. Kunci Jawaban ……… 59

6. Lembar Instrumen Pengamat Guru Mengajar Siklus I ……… 60

7. Lembar hasil belajar siswa siklus I ... 62

8. Pemetaan Siklus II ... 63

9. Silabus Siklus II ... 64

10.RPP Siklus II ... 65

11.Lembar Kerja Siswa Siklus II ……….. 69

12.Kunci Jawaban……… 70

13.Lembar Instrumen Pengamat Guru Mengajar Siklus II ... 71

14.Lembar Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 73

15.Surat Keterangan Izin Penelitian Dari SD ... 74

16.Surat Pernyataan ... 75


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu sepanjang hidupnya. Sedangkan proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang didalamnya terjadi proses siswa belajar dan guru mengajar dalam konteks interaktif, dan terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa, sehingga terdapat perubahan dalam diri siswa baik perubahan pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan atau sikap, Hamalik (2004:48).

Proses belajar mengajar yang diselenggarakan di sekolah atau lembaga formal, dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan diri siswa secara terencana, baik perubahan dalam pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan atau sikap. Proses belajar mengajar di sekolah atau dilembaga formal sangat dipengaruhi oleh lingkungan belajar. Lingkungan belajar tersebut antara lain meliputi: siswa, guru, karyawan sekolah, bahan atau materi pelajaran (buku paket, majalah, makalah dsb), sumber belajar lain yang mendukung dan fasilitas belajar (laboratorium, pusat sumber belajar, perpustakaan yang lengkap dan sebagainya). Untuk memperbaiki pendidikan terlebih dahulu harus mengetahui bagaimana manusia belajar dan bagaimana cara mengajarnya. Kedua kegiatan tersebut dalam rangka


(12)

2

memahami cara manusia mengkonstruksi pengetahuannya tentang objek-objek dan peristiwa-peristiwa yang dijumpai selama kehidupannya. Manusia akan mencari dan menggunakan hal-hal atau peralatan yang dapat membantu memahami pengalamannya, Budiningsih (2005:56).

Beberapa fakta pendidikan di lapangan menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang diformalkan seperti disekolah-sekolah cenderung merancang pendidikan yang kaku dengan pembelajaran yang kaku pula. Seorang guru sekolah dasar kadang lupa bahwa anak sekolah dasar adalah usia belajar dan bermain, jika bentuk pembelajaran mereka diformalkan atas nama prestasi maka kecenderungan anak didik akan mengalami stress. Berdasarkan pengamatan pada waktu pembelajran IPA di kelas V SD Negeri 01 Suka Agung Barat, siswa cenderung kurang aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar, respon timbal balik siswa terhadap pertanyaan yang diberikan guru masih rendah dikarenakan siswa tidak semangat mengikuti pembelajaran rendahnya, tingkat penguasaan materi pelajaran sehingga hasil belajarpun rendah. Hal ini dikarenakan pendekatan pembelajaran yang dipergunakan guru kurang sesuai dengan materi yang disampaikan kepada siswa dan siswapun kurang dilibatkan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga banyak siswa suka berbicara dengan teman sebangkunya, suka bermain sendiri, menggambar, sering mengganggu teman, pasif dalam menerima materi yang diajarkan guru, dan ada yang tidur daripada mendengarkan materi yang diajarkan. Berdasarkan data ulangan harian semester II siswa kelas V SDN 01 Suka Agung Barat tahun ajaran 2011/2012 hasil ulangan harian yang diperoleh


(13)

siswa masih rendah. Dari 23 siswa kelas V, hanya 8 orang saja atau 34% yang mampu mencapai tingkat ketuntasan belajar yang ditetapkan sekolah yaitu 60 dan selebihnya atau 66% siswa masih memperoleh nilai di bawah KKM.

Melihat kondisi realita yang ada dalam mengikuti pembelajaran, khususnya pelajaran IPA kelas V perlu adanya perhatian. Hal itu semua karena metode yang digunakan guru masih sangat tradisional yaitu ceramah dan tanya jawab. Metode tersebut diaplikasikan secara terus menerus dalam pembelajaran IPA sehingga mengakibatkan aktivitas peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran rendah, jenuh, dan membosankan, kesannya peserta didik tidak diikuti sertakan dalam proses belajar mengajar serta kurang motivasi yang diberikan guru kepada anak didiknya sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa kelas V dalam pembelajaran IPA cenderung rendah. Pembelajaran merupakan perpaduan antara kegiatan pengajaran yang dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan siswa, interaksi guru dengan siswa, maupun interaksi antara siswa dengan sumber belajar. Diharapkan dengan adanya interaksi tersebut siswa dapat membangun pengetahuan secara aktif, pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, serta dapat memotivasi peserta didik sehingga mencapai kompetensi yang diharapkan.


(14)

4

Berdasarkan uraian di atas perlu kiranya merancang metode yang tepat untuk menciptakan suasana kelas yang baik, sehingga baik guru maupun siswa merasakan suasana kelas yang menyenangkan. Berdasarkan uraian diatas, maka kiranay perlu diadakan suatu penelitian tindakan kelas. Dan penulis tertarik untuk menulis dan mengangkat suatu topik yang dianggap sesuai dengan kondisi yang dihadapi dewasa ini, dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Negeri 01 Suka Agung Barat Kecamatan Bulok”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas bahwa hasil belajar siswa kelas V SDN 01 Suka Agung Barat Kecamatan Bulok belum optimal. Penyebab tidak tercapainya tujuan pembelajaran tersebut dapat diidentifikasikan permasalahannya yaitu:

1. Rendahnya aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran IPA seperti menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

2. Rendahnya hasil belajar IPA .


(15)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian ini akan membahas masalah upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatife tipe STAD di SD Negeri 01 Suka Agung Barat Kecamatan Bulok Kabupaten Tanggamus.

D. Rumusan Masalah

Berdasarakan identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatife tipe STAD untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri 01 Suka Agung Barat Kecamatan Bulok?

2. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatife tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri 01 Suka Agung Barat Kecamatan Bulok?

3. Bagaimanakah kinerja guru setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri 01 Suka Agung Barat Kecamatan Bulok?


(16)

6

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dengan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPA

melalui model pembelajaran kooperatife tipe STAD.

2. Untuk meningkatakan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3. Untuk memperbaiki kinerja guru melalui model pembelajaran koopertif tipe STAD.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi siswa agar lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.

2. Bagi Guru

- Memperbaiki cara mengajar guru.

- Memperluas pengalaman guru dalam mengajar di kelas.

- Sebagai acuan memperbaiki proses pembelajaran dan landasan menigkatkan proses pembelajaran di kelas.

3. Bagi Peneliti

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guna mengadakan penelitian lebih lanjut dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat


(17)

kesulitan dan problematika dalam proses belajar serta bagaimana solusi yang seharusnya dilaksanakan.

4. Bagi sekolah

- Sebagai sumbang yang positif untuk memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi di sekolah.


(18)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Aktivitas Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu dalam bentuk tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Aktivitas belajar dan mengajar yang dilakukan guru dan anak didik adalah aktivitas yang bertujuan. Apapun yang dilakukan bersama guru dan siswa harus merupakan rencana untuk mencapai tujuan yang akan dicapai.

Djamarah (2007:38) mengatakan bahwa “belajar bukanlah berproses dalam kehampaan, tidak pula sepi dari berbagai aktivitas”. Proses pembelajaran yang dilakukan didalam kelas merupaka aktivitas menstransformasikan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Guru diharapkan mampu mengembangkan kapasitas belajar, kompetensi dasar dan potensi yang dimiliki siswa serta guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir (psikis) maupun dalam berbuat (fisik).

Menurut Sanjaya (2008:132) bahwa “aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, tetapi juga meliputi aktivitas yang bersipat psikis


(19)

seperti aktivitas mental”. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikatornya adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti: sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar dan lain sebagainya.

“Kegiatan belajar / aktivitas belajar sebagai proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar, peserta didik yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, peserta didik yang memahami situasi, dan pola respons peserta didik”, Sudjana (2005:105).

Berdasakan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aktivitas belajar siswa merupakan proses perlibatan siswa dalam pembelajaran yang meliputi aktivitas siswa dalam mencarai informasi dan mengemukakan gagasan atau jawaban, aktivitas siswa bertanya kepada guru dan siswa lain, keberanian dalam mengungkapakan pendapat/gagasan dalam kelompoknya.

B. Hasil Belajar

Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan suatu proses yang bersifat kompleks. Dalam proses tersebut seseorang diharapkan pada tuntutan untuk melakukan pembedaan (diskriminasi) dan penyimpulan, Sumiati & Asra (2011:32).

Dimyati dan Mujiono (2002:3) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat


(20)

10

perkembangan mental yang lebih bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannnya bahan pelajaran dengan proses evaluasi hasil belajar.

Hal serupa dikemukakan oleh Hamalik (2004:30) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang setelah belajar, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

Pengertian hasil belajar menurut Sukmadinata (2005), “prestasi atau hasil belajar (achievement) merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penugasan hasil belajar dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penugasan, pengetahuan, ketrampilan berpikir maupun ketrampilan motorik”.

Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajar yang telah dialami siswa baik berupa sikap maupun tingkah laku. Indikator ketercapaian hasil belajar dalam penelitian ini mencakup tiga ranah, yaitu: (a) kognitif meliputi pengetahuan dan pemahaman, (b) afektif meliputi sikap dan partisipasi, dan (c) psikomotorik meliputi keterampilan dan kreativitas.

C. Model-model Pembelajaran

Model pembelajaran sangat beraneka ragam. Dengan mempertimbangkan apakah suatu model pembelajaran cocok untuk mengajarkan materi pembelajaran tertentu, guru dapat memilih model pembelajaran yang efektif untuk mengantarkan siswa mencapai tujuan. Model pembelajaran menekankan pada proses belajar siswa aktif dalam upaya memperoleh


(21)

kemampuan hasil belajar. Model pembelajaran dipilih tentunya menghindari upaya penuangan ide kepada siswa sebagaimana terjadi dalam pembelajaran dengan pendekatan imposisi. Agar dapat menerapkan suatu metode pembelajaran yang relevan dengan situasi tertentu perlu dipahami keadaan model pembelajaran tersebut, baik ketepatan maupun tata caranya. Berikut ini beberapa contoh model-model pembelajaran :

1. Model Pembelajaran Inquiry dan Discovery

Metode inquiry dan discovery pada dasarnya dua metode pembelajaran yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Inquiry artinya penyelidikan, sedangkan Discovery adalah penemuan. Dengan melalui penyelidikan siswa akhirnya dapat memperoleh suatu penemuan, Sumiati & Asra (2011:103). Metode pembelajaran ini berkembang dari ide John Dewey (1913) yang terkenal dengan “Problem Solving Method” atau metode pemecahan masalah.

2. Model Pembelajaran CTL ( Contextual Teaching and Learning)

Pendekatan CTL ( Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarakannya dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliknya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), penilaian sebenarnya (authentic assessment), Agus (2011: 39).


(22)

12

3. Model Pembelajaran Tematik

Model pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematik hanya diajarkan pada siswa sekolah dasar kelas rendah (kelas 1, 2, dan 3), karena pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistic), perkembangan fisiknya tidak pernah bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, social, dan emosional, Agus (2011: 23).

Strategi pembelajaran tematik lebih mengutamakan pengalaman belajar siswa, yakni melalui belajar yang menyenangkan tanpa tekanan dan ketakutan, tetapi tetap bermakna bagi siswa.

4. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Hal ini akan memungkinkan terjadinya penggabungan dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak tertekan. Pembelajaran kooperatif mengacu kepada kaidah pembelajaran yang melibatkan siswa dengan berbagai kemampuan untuk bekerjasama dalam kelompok kecil guna mencapai satu tujuan yang sama, Lukmanul (2011: 54). Pada pembelajaran kooperatif keberhasilan belajar tidak hanya tergantung dari guru dan kemampuan individu secara utuh, tetapi juga dari pihak yang terlibat dalam pembelajaran itu. Sasarannya adalah tahap pembelajaran yang maksimum bukan saja untuk diri sendiri, tetapi juga untuk teman-teman lain dalam kelompok.


(23)

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk memilih model pembelajaran kooperatif karena model pembelajaran kooperatif mempunyai peran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam kelompok dan individual.

D. Model Pembelajaran Kooperatif STAD

Menurut Agus (2011:63) “Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri serta meningkatkan kemampuan siswa melalui aktivitas kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendudukung dalam memecahkan masalah. Melalui model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relative sama atau sejajar”.

Pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antarsiswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Muslim dkk dalam Widyantini (2008) pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

Ada 4 macam model pembelajarn kooperatif yang dikemukakan oleh Arends dalam Agus (2011:63), yaitu:

1. Student Team Achievement Division (STAD) 2. Group Investigastion


(24)

14

3. Jigsaw

4. Structural Approach

Sedangkan dua pendekatan lain dirancang untuk kelas-kelas rendah adalah:

1. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) digunakan pada pembelajaran membaca dan menulis pada tingkatan 2-8 (setingkat TK sampai SD).

2. Team Acclerated Instruction (TAI) digunakan pada pembelajaran matematika untuk tingkat 3-6 (setingkat TK sampai SD).

Menurut Kunandar (2009:364) men yat akan bahwa STAD adal ah: P ara siswa didalam kel as dibagi menjadi beberapa kelompok, masi ng -masi g terdi ri at as 4 at au 5 anggot a kelompok. Tiap kel ompok m em pun yai anggot a yang heterogen, baik jenis kel amin, ras, etni k, maupun kem ampuann ya. Tiap anggot a kelompok menggunakan lembar kerja akademik, kem udi an sal i ng m embant u untuk m enguasai bahan aj ar m elalui tanya jawab atau diskusi ant ar sesam a anggot a kelom p ok. Tiap kelompok diberi skor at as penguasaann ya t erhadap bahan ajar, dan kepada kel ompok yang meraih prest asi tinggi at au memperol eh skor sempurna di beri penghargaan.

Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif a. Belajar bersama dengan teman.

b. Selama proses pembelajaran terjadi tatap muka antar teman. c. Saling mendengarkan pendapat diantara anggota kelompok. d. Belajar dalam kelompok kecil.

e. Saling mengemukakan pendapat. f. Keputusan tergantung kepada siswa.


(25)

g. Siswa aktif.

Keunggulan Pembelajaran Kooperatif:

Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keunggulan menurut Slavin dalam http://karmawati-yusuf.blogspot.com diantaranya sebagai berikut:

1. Siswa bekerja dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.

2. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.

3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.

4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif, ditunjukkan dengan adanya aktivitas dan kerjasama siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

E. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif STAD

Berikut ini tahapan pel aksanaan pembelaj aran koope rati fe ti pe STAD m enurut Egge n dal am Agus ( 2011: 74):

1. Pembelajaran (instruction)

Materi yang disampaikan pada saat pembelajaran biasa menggunakan pengajaran langsung atau diskusi yang dipimpin oleh guru. Pembelajaran ini dipakai untuk menetapkan tujuan, penjelasan, dan pemodelan kemampuan atau penerapan konsep, prinsip, penyamarataan, peraturan-peraturan dan penyediaan buku praktik. Pada pendahuluan ditekankan pada apa yang akan memperhatikan dengan baik selama pembelajaran karena akan membantu siswa dalam tes.


(26)

16

2. Membentuk Kelompok (Transition to Teams)

Guru umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakn 4 hingga 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen.

3. Belajar Kelompok dan Pengawasan (Team Study and Monitoring)

Selama murid bekerja dalam kelompok, guru harus mengawasi murid untuk memastikan bahwa mereka bekerja dengan baik. Salah satu tujuan pembelajaran kooperatif adalah mengajar murid untuk bekerja sama. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD satu kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang anggota kelompok. Setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab atas keberhasilan anggota kelompok mereka. Setiap kelompok harus membantu satu sama lain dan bertanggung jawab agar setiap anggota kelompoknya benar-benar memahami materi yang dipelajari karena keberhasilan individu mempengaruhi keberhasilan kelompoknya.

4. Kuis/tes

Kuis/tes diberikan setelah melaksanakan 1 atau 2 kali pertemuan. Saat kuis/tes siswa tidak boleh saling membantu satu sama lain dan harus mengerjakan soal secara individu. Kuis/tes dikerjakan setiap individu.

5. Poin Peningkatan Individu

Poin peningkatan individu adalah memberikan kepada siswa sasaran yang dapat dicapai jika mereka bekerja lebih giat dan memperhatikan prestasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan yang dicapai sebelumnya. Hasil tes setiap siswa diberi poin peningkatan yang ditentukan berdasarkan selisih skor tes terlebih dahulu (skor tes awal dan skor tes akhir). Selisih skor siswa tersebut kemudian diberi poin berdasarkan tabel skor perkembangan di bawah ini sehingga diperoleh skor individu. Skor individu setiap anggota kelompok memberi sumbangan kepada skor kelompok.

6. Penghargaan Kelompok

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin peningkatan kelompok. Skor kelompok adalah rata-rata dari peningkatan individu dalam kelompok tersebut.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah:

a. Pembelajaran.

b. Membentuk kelompok.

c. Belajar kelompok dan pengawasan. d. Kuis/tes


(27)

e. Poin peningkatan individu f. Penghargaan kelompok.

F. Hasil Penelitian Yang Relevan

Berikut merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan yang berhubungan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD:

Sumariah (2011) penelitiannya dilakukan pada tahun 2011 mahasiswa Universitas Lampung dengan judul “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Cooperattive Learning Tipe Student Achievement Division (STAD) Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VI Semester 1 SDN 1 Pringsewu Utara Kecamatan Pringsewu Tahun Ajaran 2011/2012” tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan pemahaman materi IPS melalui pembelajaran Cooperative tipe Student Team Achievement Division (STAD) kelas VI SDN 1 Pringsewu Utara. Metode dalam penelitian ini dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode Cooperative tipe STAD efektif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Sedangkan Wartini (2012) penelitian yang dilakukan Wartini pada tahun 2012 mahasiswa Universitas Lampung dengan judul: “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Pada Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas IV SDN 2 Lematang


(28)

18

Tahun Pelajaran 2011/2012” tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan akivitas dan hasil belajar IPS melalui model pembelajaran kooperatif, serta untuk mengetahui keadaan hasil belajar pada pembelajaran melalui model kooperatif. Penelitian ini dilakukan menggunakan prosedur penelitian 3 siklus. Data penelitian ini diperoleh dengan melakukan perangkat tes, lembar observasi (aktivitas siswa dan aktivitas guru). Dalam pengumpulan aktivitas siswa selama pembelajaran dilakukan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan data hasil belajar siswa diperoleh dari penilaian hasil tes pada setiap siklus yang mewakili tiap-tiap indikator.

G. Kerangka Pikir

Dalam mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) siswa kelas V SD Negeri 01 Suka Agung Barat Kecamatan Bulok, siswa cenderung kurang aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini dikarenakan pendekatan pembelajaran yang dipergunakan guru kurang sesuai dengan materi yang disampaikan kepada siswa. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang lebih baik memerlukan dukungan dari semua komponen yang ada. Karena metode pembelajaran yang digunakan guru masih sangat bersifat tradisional yaitu ceramah dan tanya jawab, mengingat taraf pengetahuan siswa dalam memahami materi pokok belum maksimal maka digulirkan pembelajaran kooperatif. Melalui pembelajaran kooperatif menjadikan siswa kelas V SDN 01 Suka Agung Barat Kecamatan Bulok dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.


(29)

H. Hipotesis Tindakan

Berdasarakan pada tinjauan pustaka dan kerangka pikir diatas, hipotesis tindakan penelitian ini adalah:

1. Apabila dalam pembelajaran IPA menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatife tipe STAD dengan benar, maka dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri 01 Suka Agung Barat Kecamatan Bulok.

2. Apabila dalam pembelajaran IPA menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatife tipe STAD dengan benar, maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri 01 Suka Agung Barat Kecamatan Bulok.

3. Apabila dalam pembelajaran IPA menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatife tipe STAD dengan benar, maka dapat meningkatkan kinerja guru pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri 01 Suka Agung Barat Kecamatan Bulok.


(30)

20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru sebagai peneliti dan siswa yang diteliti yaitu siswa kelas V SD Negeri 01 Suka Agung Barat sebanyak 23 siswa yang terdiri atas 11 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan, dengan harapan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di SDN 01 Suka Agung Barat Kecamatan Bulok Kabupaten Tanggamus dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 pada bulan Juli tahun 2013.


(31)

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan melalui 2 siklus dan setiap siklus dilakukan selama 4 x 35 menit (2 x pertemuan) yang terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Proses penelitian tindakan kelas tersebut digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1 : Tahap-tahap dalam PTK ,Wardhani (2007: 24)

Berikut ini disajikan penjelasan singkat tentang prosedur penelitian tindakan kelas (PTK) di atas sebagai berikut:

SIKLUS I

Pengamatan I

Perencanaan II

SIKLUS II Pengamatan II

Refleksi I Pelaksanaan I

Pelaksanaan II Refleksi II

Dst Perencanaan I


(32)

22

Siklus 1

1. Perencanaan

Dalam perencanaan tindakan, kegiatan yang dilakukan adalah: a. Membuat perencanaan pembelajaran yang akan diterapkan.

b. Menyusun skenario pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.

c. Membuat lembar kerja siswa. d. Mempersiapkan lembar observasi. 2. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan tindakan, kegiatan yang dilakukan adalah: a. Penyajian materi

b. Belajar dalam kelompok

Membagikan lembar kegiatan siswa pada masing-masing kelompok yang membantu siswa dalam menyelesaikan pertanyaan yang harus dijawab pada lembar kegiatan.

c. Memberikan tes individual untuk mengetahui hasil belajar individu.

3. Observasi

Pengamatan dilakukan sejak proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi aktivitas yang diamati oleh guru, dan lembar aktivitas yang telah disiapkan.

4. Refleksi

Refleksi meliputi kegiatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan hasil pengamatan setelah siklus I dilaksanakan, peneliti


(33)

mengevaluasi kelebihan dan kekurangan yang didapat pada siklus I, peneliti merencanakan untuk melakukan perbaikan kembali dengan menentukan rencana perbaikan untuk siklus II.

Siklus 2

1. Perencanaan

Dalam perencanaan tindakan, kegiatan yang dilakukan adalah: a. Membuat perencanaan pembelajaran yang akan diterapkan.

b. Menyusun skenario pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.

c. Membuat lembar kerja siswa. d. Mempersiapkan lembar observasi. 2. Pelaksanaan

Dalam pelaksaan tindakan, kegiatan yang dilakukan adalah: a. Penyajian materi

b. Belajar dalam kelompok

Membagikan lembar kegiatan siswa pada masing-masing kelompok yang membantu siswa dalam menyelesaikan pertanyaan yang harus dijawab pada lembar kegiatan.

c. Memberikan tes individual untuk mengetahui hasil belajar individu.


(34)

24

3. Observasi

Pengamatan dilakukan sejak proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi aktivitas yang diamati oleh guru, dan lembar aktivitas yang telah disiapkan.

4. Refleksi

Refleksi meliputi kegiatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan hasil pengamatan setelah siklus II dilaksanakan, peneliti mengevaluasi kelebihan dan kekurangan yang didapat pada siklus II.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: 1. Data Kualitatif

Yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama proses belajar mengajar berlangsung dibantu oleh rekan sejawat dengan mengisi lembar observasi.

2. Data Kuantitatif

Yaitu data yang diperoleh dari hasil tes setiap akhir siklus berupa Lembar Kerja Siswa.


(35)

E. Alat Pengumpulan Data

Adapun alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar Observasi

Instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru mitra. Lembar obsservasi ini digunanakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas belajar siswa dan kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran di kelas selama penelitian tindakan kelas berlangsung. Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah observasi langsung terhadap aktivitas siswa selama kegiatan berlangsung dengan menggunakan lembar aktivitas siwa.

2. Tes Hasil Belajar

Instrumen ini digunakan untuk mengambil data kuantitatif mengenai peningkatan hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan materi yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada tiap-tiap siklus.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data hasil observasi yang digunakan untuk menjaring aktivitas belajar siswa dan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Sedangkan analisisis kuantitatif akan


(36)

26

digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi pembelajaran.

1. Data kualitatif ini diperoleh dari data non-tes yaitu lembar panduan observasi. Data hasil observasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana aktivitas siswa dan kinerja guru setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Data tersebut diperoleh berdasarkan perilaku yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Data diperoleh dengan pengamatan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran.

Ketercapaian aktivitas siswa dan kinerja guru dalam proses pembelajaran dianalisis dengan menentukan nilai rata-rata yang dihitung dengan menggunakan rumus:

Tingkat keberhasilan

Tabel 3.1 : Persentase Aktivitas Siswa dan Kinerja Guru Rentang Nilai Aktivitas Kriteria

85% - 100% Baik sekali

75% - 84% Baik

65% - 74% Cukup

45% - 64% Kurang

≤44% Kurang sekali

(Modifikasi: Arikunto, 2007: 44) Keterangan Skor:

1 = Kurang sekali 2 = Kurang 3 = Cukup


(37)

4 = Baik 5 = Baik sekali

2. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan siswa pada siklus I dan siklus II dengan memperhatikan aspek ketuntasan, yaitu nilai KKM 60. Data kuantitatif ini didapat dengan menghitung nilai rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan rumus:

Rumus: ∑ Keterangan:

X = Rata-rata Hitung Nilai N = Banyaknya siswa X1 = Nilai siswa

(Herrhyanto, dkk. 2009: 42)

G. Indikator Keberhasilan

Acuan keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari aktivitas dan tes hasil belajar yang baik. Keberhasilan kelas dilihat dari jumlah siswa yang mampu mencapai KKM, sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa di kelas tersebut (Mulyasa, 2002: 99)


(38)

48

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang telah dilkukan terhadap siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 01 Suka Agung Barat kecamatan Bulok dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan aktivitas pembelajaran siswa dalam kegiatan pembelajaran pada setiap siklusnya. Pada siklus I persentase aktivitas belajar siswa mencapai 69,73% dengan kriteria “Cukup” dan meningkat sebesar 6,61% pada siklus II menjadi 76,34% dengan kategori “Baik”. Dari hasil berikut maka dapat di ambil kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas V SD Negeri 01 Suka Agung Barat Kecamatan Bulok.

2. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Pada siklus I siswa yang telah tuntas mencapai 34,78% dengan kategori “Kurang” meningkat sebesar 43,48% menjadi 78,26% pada siklus II dengan


(39)

kategori “Baik”. Dari hasil tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. 3. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kinerja guru. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan kinerja guru pada setiap siklusnya. Pada siklus I kinerja guru mencapai 65,45% dengan kategori “Cukup” meningkat sebesar 10% menjadi 75,45% pada siklus II dengan kategori “Baik”.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas,saran yang diberikan sebagai berikut:

1. Kepada siswa, sebaiknya mengikuti pelajaran dengan baik, berfikir kritis, berani mengungkapkan pendapatnya, dan lebih banyak berlatih untuk mengerjakan soal-soal agar mendapatkan nilai yang lebih baik.

2. Kepada guru, hendaknya memotivasi para siswa agar belajar dengan giat, dan dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Guru juga perlu menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa

3. Kepala sekolah, hendaknya melengkapi sarana dan prasarana dengan baik, sehingga dalam proses pembelajaran mendapatkan hasil sesuai dengan harapan

4. Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD), untuk lebih memahami tugas seorang guru serta dapat menigkatkan mutu pembelajaran dengan mengetahui permasalahan-permasalahan di sekolah.


(40)

50

DAFTAR PUST AKA

Ari kunt o, 2007. Peni laian Pendidi kan. Bumi Aksara. Jakart a. Budini ngsi h, Asri. 2005 . Pengertian Hasil Belaj ar. Jakarat a.

Dimiyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, S yaiful Bahri & Aswan. 2007. Strategi Bel ajar Mengaj ar. Rineka C i pta. Jakarta.

Ham ali k, Oemar.2004. Proses Belaj ar Mengajar . Bumi Aksara. Bandung.

Herrhyanto, Nar, dkk. 2009. Statistik Dasar. Universitas Terbuka. Jakarta.

Horwart Kingsle y dalam S udj ana, Hasil Bel aj ar. (htt p:// aadesanj aya.blogspot .com/ 2013/50).

http://karmawati-yusuf.blogspot.com/2009/01/pembelajaran-matematika- dengan.html.

Kunandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Pt. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Hakiim, Lukmanul. 2011. Perencanaan Pembelajaran. CV Wacana Prima. Bandung.

Mulyasa, 2002. Kurikulum Satuan Pendidikan. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung.

S

Saannjjaayyaa.. 22000088.. SSttrraattggeeggiiBBeellaajjaarrddaannMMeennggaajjaarr.. GGrraammeeddiiaa.. JJaakkaarrttaa.. S

Skkrriippssii SSuummaarriiaahh.. 22001111.. UUppaayyaaMMeenniinnggkkaattkkaannAAkkttiivviittaassddaannHHaassiillBBeellaajjaarrSSiisswwaa M

MeellaalluuiiMMooddeellPPeemmbbeellaajjaarraannTTiippeeSSttuuddeennttTTeeaammAAcchhiieevveemmeenntt D

Diivviissiioonn((SSTTAADD))PPaaddaaMMaattaaPPeellaajjaarraannIIPPSSKKeellaassVVIISSeemmeesstteerr11 S

SDDNN11 PPrriinnggsseewwuu UUttaarraaKKeeccaammaattaannPPrriinnggsseewwuu.. UUnniivveerrssiittaass LLaammppuunngg..


(41)

S

Skkrriippssii WWaarrttiinnii.. 22001122..UUppaayyaaMMeenniinnggkkaattkkaannAAkkttiivviittaassddaannBBeellaajjaarrSSiisswwaaMMeellaalluuii P

PeemmbbeellaajjaarraannKKooooppeerraattiiffPPaaddaaPPeellaajjaarraannIIPPSSPPaaddaaSSiisswwaaKKeellaassIIVV S

SDDNN22LLeemmaattaannggTTaahhuunnPPeellaajjaarraann22001111//22001122.. UUnniivveerrssiittaass LLaammppuunngg.. Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Sukmadinata, 2005. Pengertian Hasil Belajar. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta

Su yat na, Agus. 2011. Pendidi kan dan Lat ihan Profesi Guru Sert ifi kasi Guru Dal am Jabatan 2011.Universit as Lam pung.

Sumiati & Asra, (2011). Metode Pembelajaran. CV Wacana Prima. Bandung.

Tim P en yusun KTSP , 2006. KTSP .Di nas Pendi dikan, Grobogan. Wardhani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka.

Jakarta.

Wid yantini , Th. 2008. Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dal am Pembelajaran Mat ematika SMP. Depart emen P endidi kan Nasi onal. Yogyakart a. .


(1)

digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi pembelajaran.

1. Data kualitatif ini diperoleh dari data non-tes yaitu lembar panduan observasi. Data hasil observasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana aktivitas siswa dan kinerja guru setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Data tersebut diperoleh berdasarkan perilaku yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Data diperoleh dengan pengamatan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran.

Ketercapaian aktivitas siswa dan kinerja guru dalam proses pembelajaran dianalisis dengan menentukan nilai rata-rata yang dihitung dengan menggunakan rumus:

Tingkat keberhasilan

Tabel 3.1 : Persentase Aktivitas Siswa dan Kinerja Guru

Rentang Nilai Aktivitas Kriteria

85% - 100% Baik sekali

75% - 84% Baik

65% - 74% Cukup

45% - 64% Kurang

≤44% Kurang sekali

(Modifikasi: Arikunto, 2007: 44) Keterangan Skor:

1 = Kurang sekali 2 = Kurang 3 = Cukup


(2)

siklus I dan siklus II dengan memperhatikan aspek ketuntasan, yaitu nilai KKM 60. Data kuantitatif ini didapat dengan menghitung nilai rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan rumus:

Rumus: ∑ Keterangan:

X = Rata-rata Hitung Nilai N = Banyaknya siswa X1 = Nilai siswa

(Herrhyanto, dkk. 2009: 42)

G. Indikator Keberhasilan

Acuan keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari aktivitas dan tes hasil belajar yang baik. Keberhasilan kelas dilihat dari jumlah siswa yang mampu mencapai KKM, sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa di kelas tersebut (Mulyasa, 2002: 99)


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang telah dilkukan terhadap siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 01 Suka Agung Barat kecamatan Bulok dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan aktivitas pembelajaran siswa dalam kegiatan pembelajaran pada setiap siklusnya. Pada siklus I persentase aktivitas belajar siswa mencapai 69,73% dengan kriteria “Cukup” dan meningkat sebesar 6,61% pada siklus II menjadi 76,34% dengan kategori “Baik”. Dari hasil berikut maka dapat di ambil kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas V SD Negeri 01 Suka Agung Barat Kecamatan Bulok.

2. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Pada siklus I siswa yang telah tuntas mencapai 34,78% dengan kategori “Kurang” meningkat sebesar 43,48% menjadi 78,26% pada siklus II dengan


(4)

3. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kinerja guru. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan kinerja guru pada setiap siklusnya. Pada siklus I kinerja guru mencapai 65,45% dengan kategori “Cukup” meningkat sebesar 10% menjadi 75,45% pada siklus II dengan kategori “Baik”.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas,saran yang diberikan sebagai berikut:

1. Kepada siswa, sebaiknya mengikuti pelajaran dengan baik, berfikir kritis, berani mengungkapkan pendapatnya, dan lebih banyak berlatih untuk mengerjakan soal-soal agar mendapatkan nilai yang lebih baik.

2. Kepada guru, hendaknya memotivasi para siswa agar belajar dengan giat, dan dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Guru juga perlu menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa

3. Kepala sekolah, hendaknya melengkapi sarana dan prasarana dengan baik, sehingga dalam proses pembelajaran mendapatkan hasil sesuai dengan harapan

4. Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD), untuk lebih memahami tugas seorang guru serta dapat menigkatkan mutu pembelajaran dengan mengetahui permasalahan-permasalahan di sekolah.


(5)

DAFTAR PUST AKA

Ari kunt o, 2007. Peni laian Pendidi kan. Bumi Aksara. Jakart a. Budini ngsi h, Asri. 2005 . Pengertian Hasil Belaj ar. Jakarat a.

Dimiyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, S yaiful Bahri & Aswan. 2007. Strategi Bel ajar Mengaj ar. Rineka C i pta. Jakarta.

Ham ali k, Oemar.2004. Proses Belaj ar Mengajar . Bumi Aksara. Bandung.

Herrhyanto, Nar, dkk. 2009. Statistik Dasar. Universitas Terbuka. Jakarta.

Horwart Kingsle y dalam S udj ana, Hasil Bel aj ar.

(htt p:// aadesanj aya.blogspot .com/ 2013/50).

http://karmawati-yusuf.blogspot.com/2009/01/pembelajaran-matematika- dengan.html.

Kunandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Pt. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Hakiim, Lukmanul. 2011. Perencanaan Pembelajaran. CV Wacana Prima. Bandung.

Mulyasa, 2002. Kurikulum Satuan Pendidikan. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung.

S

Saannjjaayyaa..22000088.. SSttrraattggeeggii BBeellaajjaarr ddaann MMeennggaajjaarr..GGrraammeeddiiaa..JJaakkaarrttaa.. S

SkkrriippssiiSSuummaarriiaahh..22001111.. UUppaayyaa MMeenniinnggkkaattkkaann AAkkttiivviittaass ddaann HHaassiill BBeellaajjaarr SSiisswwaa MMeellaalluuii MMooddeell PPeemmbbeellaajjaarraann TTiippee SSttuuddeenntt TTeeaamm AAcchhiieevveemmeenntt

DDiivviissiioonn ((SSTTAADD)) PPaaddaa MMaattaa PPeellaajjaarraann IIPPSS KKeellaass VVII SSeemmeesstteerr 11 SSDDNN 11 PPrriinnggsseewwuu UUttaarraa KKeeccaammaattaann PPrriinnggsseewwuu..UUnniivveerrssiittaass

L


(6)

Sukmadinata, 2005. Pengertian Hasil Belajar. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta

Su yat na, Agus. 2011. Pendidi kan dan Lat ihan Profesi Guru Sert ifi kasi Guru Dal am Jabatan 2011.Universit as Lam pung.

Sumiati & Asra, (2011). Metode Pembelajaran. CV Wacana Prima. Bandung.

Tim P en yusun KTSP , 2006. KTSP .Di nas Pendi dikan, Grobogan. Wardhani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka.

Jakarta.

Wid yantini , Th. 2008. Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD

dal am Pembelajaran Mat ematika SMP. Depart emen


Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 2 KEDONDONG

0 5 44

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL SNOWBALL THROWING PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS Penerapan Pembelajaran Model Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 03

1 1 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SD PADA PEMBELAJARAN IPS.

1 2 24

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Siswa Kelas V Sd Negeri Dawungan 1 Kecamatan Masaran Kabupaten Srag

0 0 13

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Siswa Kelas V Sd Negeri Dawungan 1 Kecamatan Masaran Kabupaten Sra

0 1 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS V SD

0 0 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DI KELAS V SD NEGERI 015 RUMBAI

0 0 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI 021 RUMBAI

0 0 13

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 151 Kota Pekanbaru

0 0 15