3. Kualitas Air
Pada umumnya, kualitas air di Kanal Banjir Timur termasuk golongan D. Berdasarkan pasal 3 SK Gubernur DKI Jakarta No.582 tahun 1995, golongan D
berarti artinya air di wilayah tersebut memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi dan jumlah bakterinya telah melebihi baku mutu. Sehingga peruntukkan airnya hanya
dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan juga dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri pembangkit listrik tenaga air Tambunan, 2004.
Tabel 8. Peruntukan Air Sungai di Wilayah KBT DKI Jakarta
Sumber : BPLHD 2009
Berdasarkan Tabel 8, secara umum, kualitas air di Kanal Banjir Timur memang sudah buruk. Dengan kondisi
kualitas air yang sudah tergolong ‘D’ itu, maka RTH dapat dikembangkan sebagi peluang untuk memperbaiki kondisi
tersebut. Sungai Cipinang merupakan bagian dari sungai Sunter di mana kedua
sungai ini bergabung menjadi satu di Pulo Gadung Jalan Bekasi Timur dengan nama sungai Sunter. Sungai Cipinang di bagian hulu menerima aliran debit dari
Kali Baru Timut di lokasi Pintu Hek Taman Mini, kondisi debit di hulu sungai Cipinang 0,14
– 4,20 m3detik, setelah pertemuan dengan sungai Sunter debitnya berkisar 0,62
– 7,58 m3detik. Kualitas air sungai Cipinang sangat dipengaruhi oleh debit yang berasal
dari hulunya wilayah Jawa Barat, di mana pada saat debitnya rendah maka proses pencemaran telah terjadi dan kualitasnya menurun, hal ini terlihat dari
kualitas di daerah hilir yang relatif lebih buruk dibandingkan di hulu sungai
Segmen Sungai
Golongan Peruntukan Sungai
Cipinang Sunter
Buaran Jati Kramat
3 Cakung
D Usaha Perkotaan
4 Cakung
D Usaha Perkotaan
5 Cakung
D Usaha Perkotaan
6 Blencong
D Usaha Perkotaan
7 Blencong
D Usaha Perkotaan
1 2
Usaha Perkotaan Usaha Perkotaan
D D
Cipinang misal COD 64,48 mgl dan BOD 45,87 mgl. Keberadaan sungai Sunter yang bergabung dengan sungai Cipinang pada daerah hulu kualitasnya
masih memenuhi baku mutu untuk pertanian COD 22,79 mgl dan BOD 13,94 mgl dengan debit air sungainya berkisar antara 0,53 m3det
– 7,90 m3det. Kualitas air sungai Sunter setelah bercampur dengan sungai Cipinang
sudah tidak memenuhi baku mutu yaitu kandungan rerata COD 40,00 mgl dan BOD 42,63 mgl. Kondisi ini menunjukkan bahwa kualitas air sungai Sunter tidak
memenuhi baku mutu sesuai dengan SK Gubernur DKI Jakarta untuk golongan D atau peruntukan usaha perkotaan dan pertanian BPLHD, 2009.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan masyarakat sekitar KBT tahun 2011, kualitas air kanal yang buruk dan terdapat banyak sampah ternyata
penyebabnya berasal dari outlet sungai yang masuk ke kanal tersebut. Dari hasil wawancara, diperoleh bahwa jarang masyarakat yang langsung membuang
sampahnya ke kanal karena jaraknya yang agak jauh dan terhalang jalur lalu lintas kendaraan, terkecuali memang ada orang yang benar-benar berniat untuk
membuang sampah kesana. Maka solusi untuk perencanaan lanskapnya adalah perlu ada treatment pada setiap outlet sungai yang masuk ke kanal tersebut dan
perlu dibuatnya banyak ruang pada bantaran untuk berkumpulnya orang-orang, sehingga orang akan enggan dan malu untuk membuang sampah di kanal tersebut.
Selain itu perlu adanya tempat sampah pada bantaran dan upaya pelarangan membuang sampah ke sungai dan kanal.
Untuk meningkatkan kualitas air, dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi yang dapat meminimumkan masuknya bahan pencemar ke dalam air.
Misalkan dengan penataan RTH yang merupakan teknologi lingkungan biotechnology yang disarankan pada wilayah perkotaan untuk memperbesar
jumlah ketersediaan air dalam tanah konservasi air tanah.
4. Penduduk dan Pengguna Kawasan Potensial