Penutupan Lahan Perencanaan Lanskap Rekreasi di Bantaran Kanal Banjir Timur, Jakarta

Trase saluran Kanal Banjir Timur ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta: a. SK Gubernur DKI Jakarta No. 1211987, tanggal 17 Juni 1987 tentang Penguasaan PerencanaanPeruntukan bidang tanah untuk pelaksanaan pembangunan Banjir Kanal Timur Tahap I mulai dari Kali Cipinang sampai dengan Buaran wilayah Jakarta Timur. b. SK Gubernur DKI Jakarta No. 27142001, tanggal 24 September 2001 tentang Penguasaan PerencanaanPeruntukan bidang tanah untuk pelaksanaan pembangunan Trase Banjir Kanal Timur dari Kali Buaran sampai dengan Laut Jawa. c. SK Gubernur DKI Jakarta No. 2852003, tanggal 29 Januari 2003 tentang Penguasaan PerencanaanPeruntukan bidang tanah untuk pelaksanaan pembangunan Trase BKT untuk wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Utara. BBWSCC, 2011. Secara umum kondisi eksisting bantaran Kanal Banjir Timur dapat dilihat pada Gambar 15.

2. Penutupan Lahan

Secara umum kondisi bantaran Kanal Banjir Timur terdiri dari 37 Ruang Terbuka Hijau, 56 Ruang Terbuka non-Hijau dan 7 Ruang terbangun dengan batas 50 m dari kanal diolah dari Google Earth 2010. Perbandingan persentase tersebut dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16. Persentase Penutupan Lahan di Bantaran KBT Lebar 50 m 15 Pada bantaran Kanal Banjir Timur, terdapat beberapa jenis tanaman yang membentuk Ruang Terbuka Hijau, antara lain : Tanjung, Bintaro, Dadap Merah, Glodogan, Trembesi, Mahoni, tanaman liar dan lainnya. Sedangkan ruang terbuka non-hijau yang ada berupa lahan kosong, perkerasan, jalan inspeksi, jalur pedestrian dan badan air yang berupa permukaan kanal. Ruang terbangun yang ada terdiri dari bangunan, jalan, jembatan, turap dan lainnya. Kondisi penutupan lahan yang ada saat ini mendukung rencana pemanfaatan bantaran untuk kegiatan rekreasi outdoor. Penataan ruang terbuka pada kawasan bantaran Kanal Banjir Timur harus didukung oleh pemenuhan proporsi dan distribusi RTH dengan cara mempertahankan RTH yang telah ada. Pemenuhan proporsi RTH dengan menambahkan luasan proporsi RTH pada area pemukiman lahan kosong, ruang-ruang yang tercipta antar bangunan dan sepanjang jalur sempadan kanal. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bantaran sebagai fungsi prasarana konservasi air tanah, perencanaan waterfront seperti hunian, perkantoran, pusat hiburan, ruang terbuka serta fungsi-fungsi lain yang bisa direncanakan disepanjang kawasan tepian air ini. Selain itu bantaran juga masih dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat dengan tetap memperhatikan kualitas lingkungan kawasan serta kualitas air yang ada. Kondisi penutupan lahan di bantaran KBT dapat dilihat pada Gambar 17. Sedangkan peta penutupan lahannya batas 50 m dapat dilihat pada Gambar 18. Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3 Segmen 4 Segmen 5 Segmen 6 Segmen 7 Gambar 17. Kondisi Penutupan Lahan di Bantaran KBT Sumber : Google Earth 2010 18 Berdasarkan Tabel 6 dan Gambar 19, penutupan lahan yang berupa RTH paling banyak terdapat di Segmen 4. Namun secara keseluruhan, Ruang Terbuka di semua segmen dapat dimanfaatkan, namun harus disesuaikan dengan lebar antara kanal dengan wilayah terbangun yang ada jalan, pemukiman, pasar, atau lainnya. Pada segmen 4, 5, 6 dapat dikembangkan untuk area hijau rekreasi karena sedikitnya area terbangun pada wilayah bantaran. Hal ini sesuai dengan RTRW tata guna lahan yang ada, dimana persebaran persentase RTH tiap segmen ditambah luasannya dan persebarannya hampir merata, sehingga hal ini sangat mendukung perencanaan pemanfaatan bantaran sebagai kawasan rekreasi dengan RTH sebagai elemen penunjangnya. Tabel 6. Persentase Prakiraan Penutupan Lahan di Bantaran KBT Sumber : diolah dari Google Earth 2010 Gambar 19. Persentase Prakiraan RTH Tiap Segmen Dari kondisi penutupan lahan tersebut, secara umum pola penutupan lahannya belum memiliki pola yang jelas, sehingga perlu ada penataan ruang yang lebih baik, misalkan RTH dan Ruang Terbuka di hulu diharapkan lebih banyak pada daerah bantaran dan semakin ke hilir semakin sedikit. Hal ini berkaitan Draft RTRW 2011 – 2030 Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka non-Hijau Ruang Terbangun 1 25,5 64 10,5 100 2 13 81,1 5,9 100 3 31,4 56,7 11,9 100 4 83,4 16,3 0,3 100 5 33,3 66,3 0,4 100 6 36,6 62,3 1,1 100 7 15,6 79 5,4 100 Total 37 56 7 100 Penutupan Lahan Bantaran 50 m dari kanal Segmen Jumlah dengan pola pemukiman yang ada dan tingkat kebutuhan RTH dan Ruang Terbuka. Pada Tabel 7 dapat dilihat karakteristik lanskap di sekitar bantaran KBT, mencerminkan lanskap di sekitar segmen 4, 5, 6, dan 7 didominasi oleh ruang terbuka. Maka, kawasan wilayah penyangga tersebut sudah cukup baik namun perlu dikembangkan untuk memaksimalkan potensi ruang terbukanya. Sedangkan pemukiman banyak terdapat pada segmen 1 dan 2. Sehingga ketiga segmen tersebut memiliki potensi calon pengunjung tapak terbanyak. Oleh karena itu, ketiga segmen tersebut perlu diutamakan dalam pengembangan ruang terbuka yang bersifat rekreatif. Tabel 7. Karakteristik Lanskap di Sekitar Bantaran KBT Sumber : diolah dari Google Earth 2010 dan BBWSCC 2011 Untuk mengharmonisasikan pemukiman dengan bantaran sungainya, maka perlu ada Ruang terbuka pada jalur bantaran yang dapat menghubungkan masyarakat yang satu dengan lainnya tempat berkumpul, solusinya dapat berupa dengan menambah RTH sebagai pemersatu elemen dan ruang yang bersifat rekreatif bagi masyarakat di sekitar bantaran dengan kepadatan tinggi –sedang– rendah. Ha 1 Pemukiman dengan kepadatan tinggi, Bagian hulu 44,9 19,1 2 Pemukiman dengan kepadatan tinggi 46,8 19,9 3 Pemukiman dengan kepadatan sedang, Ruang terbuka cukup banyak 37,1 15,8 4 Pemukiman dengan kepadatan rendah, Dominasi RTH, Sediment Trap 30,2 12,8 5 Pemukiman dengan kepadatan rendah, Dominasi RTH 30,1 12,8 6 Pemukiman dengan kepadatan rendah, Dominasi RTH 30 12,8 7 Pemukiman dengan kepadatan rendah, Dominasi Ruang Terbuka, Bagian Hilir Titik nol laut 16,1 6,8 Total 235,2 100 Karakteristik Lanskap di Sekitar Bantaran KBT Segmen Luas

3. Kualitas Air