1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran gejala pernafasan
pada pekerja bagian Quality Control pabrik pengolahan Crude Palm Oil CPO PT.Smart,tbk di Belawan tahun 2013.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran gejala pernafasan pekerja bagian Quality Control pabrik pengolahan Crude
Palm Oil CPO PT.Smart,tbk di Belawan tahun 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran gejala pernafasan berdasarkan umur pekerja. 2. Untuk mengetahui gambaran gejala pernafasan berdasarkan masa kerja
pekerja. 3. Untuk mengetahui gambaran gejala pernafasan berdasarkan penggunan alat
pelindung diri APD pernafasan pekerja.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan masukan kepada pihak perusahaan dalam mengelola APD
pernafasan khususnya dalam hal perlindungan tenaga kerja. 2. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik dari
kalangan akademis, masyarakat, dan peneliti.
Universitas Sumatera Utara
3. Sebagai pengembangan wawasan keilmuan peneliti dalam hal memahami potensial bahaya terhadap penggunaan bahan kimia pada laboratorium
khususnya sistem pernafasan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pernafasan
2.1.1. Definisi Pernafasan
Pernafasan secara harfiah berarti pergerakan oksigen O
2
dari atmosfer menuju ke sel dan keluarannya karbon dioksida CO
2
dari sel ke udara bebas Wilson, 2006. Sedangkan menurut Soemantri 2008, pernafasan respirasi adalah
gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai oksigen ke seluruh tubuh dan pembuangan karbondioksida atau hasil dari pembakaran sel.
2.1.2. Fungsi Pernafasan
Fungsi utama paru adalah menyediakan oksigen agar diambil melalui kapiler paru dan menyediakan sarana pembuangan karbondioksida melalui proses difusi
dengan arah sebaliknya. Keberhasilan pertukaran gas ini memerlukan tiga sistem fungsi, yaitu ventilasi, transfer gas, dan transpor gas-darah Harrington, 2005.
Tujuan dari pernafasan adalah untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan membuang karbondioksida Guyton Hall, 1997.
Pertukaran karbondioksida dan oksigen antara darah dan udara berlangsung di alveolus paru-paru. Pertukaran tersebut diatur oleh kecepatan dan dalamnya aliran
udara timbal-balik pernafasan, dan tergantung pada difusi oksigen dari alveoli kedalam darah kapiler dinding alveoli. Hal yang sama juga berlaku untuk gas dan uap
yang dihirup. Paru-paru merupakan jalur masuk terpenting dari bahan-bahan berbahaya lewat udara pada paparan kerja WHO, 1995.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Gambar Anatomi Sistem Pernafasan
Gambar 2.1. Sistem Pernafasan Sumber: Ridley, 2003
2.1.4. Anatomi Sistem Pernafasan
Pada dasarnya, sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara yang menghantarkan udara luar agar bersentuhan dengan membran kapiler alveoli,
yaitu pemisah antara sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler. Saluran penghantar udara yang membawa udara ke dalam paru adalah hidung, faring, laring,
trakea, bronkus, dan bronkiolus. Ketika masuk rongga hidung, udara disaring, dihangatkan, dan dilembabkan. Partikel debu yang kasar disaring oleh rambut-rambut
yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mukus. Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke posterior di dalam
rongga hidung, dan superior di dalam sistem pernafasan bagian bawah menuju ke faring. Kemudian partikel halus akan tertelan atau dibatukkan keluar.
Universitas Sumatera Utara
Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara. Laring terdiri dari rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita
suara. Ruang berbentuk segitiga diantara pita suara glotis bermuara ke dalam trakea dan membentuk bagian antara saluran pernafasan atas dan bawah. Glotis merupakan
pemisah antara saluran pernafasan bagian atas dan bawah. Trakea disokong oleh cincin tulang rawan berbentuk seperti sepatu kuda yang
panjangnya kurang lebih 12,5 cm 5 inci. Struktur trakea dan bronkus dianalogkan dengan sebuah pohon, dan oleh karena itu dinamakan pohon trakeobronkial. Trakea
bercabang pada sisi kiri dan kanannya, menjadi bronkus. Tempat percabangan menjadi bronkus utama tersebut dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak
saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk berat jika diransang. Bronkus utama yang terbagi atas bronkus kiri dan kanan tidak simetris.
Bronkus utama kanan lebih pendek dan lebih lebar. Sebaliknya, bronkus utama kiri lebih panjang dan lebih sempit. Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi
menjadi bronkus lobaris dan kemudian bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai akhirnya
menjadi bronkiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli kantong udara.
Alveolus merupakan suatu gelembung gas yang dikelilingi oleh jaringan kapiler sehingga batas antara cairan dan gas membentuk tegangan permukaan yang
cenderung mencegah pengembangan saat inspirasi dan cenderung kolaps saat ekspirasi Wilson, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Namun secara fungsional, saluran pernafasan dibagi menjadi dua bagian Alsagaff Mukty, 2005:
1. Zona Konduksi yang terdiri dari hidung, faring, trakea, bronkus, serta bronkioli terminalis.
2. Zona Respiratorik yang terdiri dari bronkioli respiratorik, sakus alveoli serta alveoli.
2.1.5. Fisiologi Pernafasan
Proses fisiologi pernafasan yaitu proses O
2
dipindahkan dari udara ke dalam jaringan-jaringan, dan CO
2
dikeluarkan ke udara ekspirasi yang dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke
dalam dan keluar paru. Stadium kedua, yaitu transportasi harus ditinjau dari beberapa aspek:
1. Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru respirasi eksterna dan antara darah sistemik dan sel-sel jaringan.
2. Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus.
3. Reaksi kimia dan fisik dari O
2
dan CO
2
dengan darah. Respirasi sel atau respirasi interna merupakan stadium akhir respirasi, yaitu
saat zat-zat dioksidasi untuk mendapatkan energi, dan CO
2
terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Gejala-Gejala Pernafasan
2.2.1. Bentuk-Bentuk Gejala Pernafasan
Penyakit paru dapat menimbulkan tanda-tanda dan gejala umum maupun tanda dan gejala pernafasan. Adapun tanda dan gejala pernafasan mencakup batuk,
sputum yang berlebihan atau abnormal, hemoptisis, dispnea, dan nyeri dada Wilson, 2006.
1. Batuk Batuk merupakan refleks pertahanan yang timbul akibat iritasi percabangan.
Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme yang penting untuk membersihkan saluran nafas bagian bawah. Batuk juga merupakan gejala tersering penyakit
pernafasan. Namun batuk bukan merupakan gejala yang spesifik, dan batuk di pagi hari merupakan keluhan yang sering ditemukan Ringel,2012. Selain itu menurut
WHO 1995, paparan jangka panjang terhadap berbagai bahan kimia iritan dapat menyebabkan gejala-gejala bronkitis, seperti batuk dengan atau tanpa sputum atau
mengi. 2. Sputum
Sputum adalah mukus yang dibatukkan keluar karena tertimbun dalam faring. Timbunan tersebut dapat terjadi karena mukus yang dihasilkan berlebihan, sehingga
proses normal pembersihan pada saluran pernafasan tidak efektif lagi. Pembentukan mukus yang berlebihan dapat disebabkan karena gangguan fisik, kimiawi, atau
infeksi pada membrane mukosa. Pembentukan sputum pada seseorang perlu dievaluasi sumber, warna,
volume, dan konsistensinya. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan
12
Universitas Sumatera Utara
tenggorokan kemungkinan besar berasal dari sinus atau saluran hidung, dan bukan dari saluran nafas bagian bawah. Sputum yang berwarna kekuningan menunjukkan
adanya infeksi. Sputum yang berwarna hijau merupakan petunjuk adanya penimbunan nanah. Banyak penderita infeksi pada saluran nafas bagian bawah
mengeluarkan sputum berwarna hijau pada pagi hari, tetapi makin siang menjadi kuning. Dalam hal sifat dan konsistensi sputum juga perlu diperhatikan. Sputum yang
berwarna merah muda dan berbusa merupakan tanda edema paru akut. Sputu yang berlendir, lekat dan berwarna abu-abu atau putih merupakan tanda bronkitis kronik.
Sedangkan sputum yang berbau busuk merupakan tanda asbes paru atau bronkiektasis.
3. Hemoptisis Hemoptisis adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah, atau
sputum yang berdarah. Setiap proses yang mengganggu kesinambungan pembuluh darah paru dapat mengakibatkan perdarahan. Penyebab hemoptisis lain yang sering
adalah karsinoma bronkogenik, infark paru, bronkiektasis, dan abses paru. 4. Dispnea
Dispnea atau sesak nafas adalah perasaan sulit bernafas dan merupakan gejala utama dan merupakan gejala utama dari penyakit kardiopulmonar. Seseorang yang
mengalami dispnea sering mengeluh nafasnya menjadi pendek atau merasa tercekik. Sesak nafas tidak selalu menunjukkan adanya penyakit, sebab orang normal juga
akan mengalami hal yang sama setelah melakukan kegiatan fisik dalam tingkat- tingkat yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
5. Nyeri Dada Nyeri yang berasal dari saluran pernafasan bagian bawah menyatakan secara
tidak langsung iritasi dinding dada danatau pleura. Nyeri dada terutama berkaitan dengan pernafasan. Dan nyeri dada ini dapat digolongkan dengan menggunakan
templat nyeri umum; di mana, berapa lama, seberapa berat, sifat, apa yang membuat lebih baik, dan apa yang memperburuk Ringel, 2012.
2.2.2. Agen-Agen Penyebab Timbulnya Gejala Gangguan Pernafasan
1. Debu inert
Debu yang relatif inert dapat menimbulkan beberapa efek: a.
Peningkatan beban pembersihan bronkopulmonar. Hal ini menyebabkan meningkatnya sekresi mukus, transport bronkial melalui ekspektorasi, dan
akhirnya batuk dengan dahak. b.
Perubahan-perubahan obstruktif pada fungsi paru. Perubahan-perubahan ini berupa sediit penurunan volume ekspirasi paksa dalam satu detik
FEV
1.0
, sedikit penurunan kapasitas vital VC, dan peningkatan volume gas intratoraks.
2. Debu fibrogenik
Debu yang mengandung kuarsa menyebabkan silikosis. Dan debu yang mengandung asbes secara khas menyebabkan ganguan fungsi paru
restriktif yaitu, penurunan VC dan volume gas intratoraks serta compliance elastisistas paru.
Universitas Sumatera Utara
3. Iritan kimia
Paparan jangka panjang terhadap berbgai bahan kimia iritan dapat menyebabkan gejala-gejala bronkitis, seperti batuk dengan atau tanpa sputum
atau mengi. Gejala dapat atau tidak disertai dengan peningkatan reaktifitas bronkus. Paparan kadar tinggi tidak disengaja dapat menyebabkan bronkitis
akut berat sering hemoragik dengan obstruksi saluran nafas danatau edema paru.
4. Alergen
Golongan ini meliputi bahan-bahan yang berasal dari binatang atau tumbuhan mis, spora jamur dan mungkin bahan-bahan kimia tertentu mis,
garam-garam platinum. 5.
Karsinogen Debu asbes dan uranium adalah contoh terbaik dari agen penyebab
kanker paru akibat kerja. Peranan merokok baik sebagai faktor penyebab maupun sinergistik sudah dipastikan. Sifat-sifat karsinogenik agen-agen yang
ditemukan di tempat kerja dapat dideteksi dengan penelitian epidemiologis WHO, 1995.
2.3. Pernafasan Sebagai Jalan Masuk Bahan Kimia
Jalan masuk yang paling penting terhadap pemajanan bahan kimia di lingkungan kerja suatu industri adalah saluran pernafasan. Sebab, hampir semua
bahan yang merupakan pencemar udara dapat dihisap dan masuk melalui saluran pernafasan. Namun, jumlah seluruh senyawa beracun yang diabsorbsi melalui saluran
pernafasan tersebut tergantung dari kadarnya di udara, lama waktu pemajanan, dan
Universitas Sumatera Utara
voume aliran udara dalam paru-paru yang dapat naik setiap beban kerja menjadi lebih besar. Apabila bahan beracun yang ada berbentuk aerosol, maka pengendapan dan
penyerapan dapat terjadi di dalam saluran pernafasan. Hal tersebut yang akan menyebabkan penyakit-penyakit pernafasan Moeljosoedarmo, 2008.
Pemajanan dengan zat kimia yang berada di udara yang terjadi melalui penghirupan zat tersebut tidak dapat dihindari, kecuali jika kita memakai
perlengkapan yang dapat membersihkan kontaminan. Meskipun demikian, untuk dapat mencapai alveoli paru kontaminan itu harus berupa gas atau bahan yang
memiliki ukuran sedemikian rupa, sehingga ketika berada di saluran udara ke aru tidak dapat dibersihkan. Bahaya yang sebenarnya dan yang potensial, yang bekaitan
dengan pemajanan zat kimia melalui saluran pernafasan, terutama terlihat jelas pada lingkungan kerja industry,dan pencemaran di daerah perkotaan yang penduduknya
sangat padat Loomis, 1978.
2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gejala-Gejala Pernafasan 2.4.1. Umur