Penentuan Kadar Phosfor dari Crude Palm Oil (CPO) dan Refened Of Bleached Deodorized Palm Olein (RBDPO)

(1)

PENENTUAN KADAR PHOSFOR DALAM

Crude Palm Oil

(CPO)

Dan

Refened Bleaching Deodorized Palm Olein

(RBDPO)

TUGAS AKHIR

AFHAMI ULFAH

112401013

PROGRAM DIPLOMA III KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar ahli madya

AFHAMI ULFAH

112401013

PROGRAM DIPLOMA III KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(3)

i

PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Kadar Phosfor Dari Crude Palm Oil(CPO) dan

Refened Of Bleached Deodorized Palm Olein(RBDPO) Kategori : Tugas Akhir

Nama : Afhami Ulfah

Nim : 112401013

Program Studi : DIPLOMA III Kimia Industri Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara

Disetujui di : Medan, Juni 2014 Diketahui oleh :

Program studi D-3 Kimia Dosen Pembimbing

Ketua,

Dra. Emma Zaidar Nst, Msi Dra. Emma Zaidar Nst, Msi

NIP. 195512181987012001 NIP. 195512181987012001

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua

Dr. Rumondang Bulan, M.S. NIP. 1954080301985032001


(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR PHOSFOR DALAM

Crude Palm Oil

(CPO)

Dan

Refened Bleaching Deodorized Palm Olein

(RBDPO)

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2014

AFHAMI ULFAH NIM 112401013


(5)

iii

PENGHARGAAN

Bismillaahhirrohmaanirrohiim.

Alhamdulillaahi Robbil aalamiin Penulis ucapkan sebagai suatu ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT yang Maha Esa atas kuasanya yang tetap mencurahkan berkah, rahmat, nikmat kesehatan jasmani dan rohani, serta taufiq dan hidayahnya sehingga Penulis dapat menjalani hidup dengan penuh makna dan insyaallah akan lebih bermakna lagi. Shalawat dan salam Penulis hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengemban risalah dan mengalirkan nilai-nilai islam dalam rangkaian tarbiah kepada seluruh umat. Alhamdulillah tidak habisnya Penulis ucapkan rasa syukur, Atas ridho Allah SWT Penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Ahli Madya (AMD) pada program studi Kimia Industri Diploma III di Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara.

Karya Ilmiah ini ditulis berdasarkan pengamatan dan pengalaman Penulis selama menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. SMART Tbk BELAWAN pada tanggal 3 Februari sampai dengan 3 Maret 2014. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa KARYA ILMIAH ini masih jauh dari kesempurnaan karena adanya keterbatasan pada Penulis, baik dari segi pengetahuan, maupun waktu. Meski demikian Penulis mengharapkan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi Penulis dan semua pihak yang telah membaca karya ilmiah ini serta dapat bermanfaat bagi Universitas Sumatera Utara.

Pada masa penyelesaian karya ilmiah ini, Penulis telah banyak mendapatkan dukungan, bantuan dan juga dari berbagai pihak-pihak yang terlibat. Oleh karena itu, dengan rasa keikhlasan dan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada :

Allah SWT yang telah memberikan kesehatan sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini. Keluarga tercinta, kedua orang tua penulis beserta abang penulis yang selalu memberikan kasih sayang dan mendo’akan yang

terbaik untuk penulis serta bantuan berupa moril dan materil, tanpa mereka penulis bukanlah apa-apa. Ibu Dra. Emma Zaidar Nst, Msi selaku dosen


(6)

pembimbing yang dengan sabar membimbing dan meluangkan waktunya kepada penulis dalam penyusunan Karya Ilmiah ini. Bapak Dr. Sutarman, MSc, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Ibu Dr. Rumondang Bulan, M.S, selaku ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Ibu Dra. Emma Zaidar, MSc, selaku ketua Program Studi DIPLOMA III Kimia Industri Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Seluruh staf pengajar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Khususnya jurusan Kimia yang telah mendidik penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Sahabat-sahabat penulis Wiwid, Rufina, Rezky, Aisyah, Windri beserta Nizar Arya Prasetya dan semua teman teman yang tidak bisa disebutkan namanya yang sama-sama berjuang dan banyak mengeluarkan pikiran untuk membuat karya ilmiah ini dan juga menghibur ke sesama.

Penulis sudah berupaya semaksimal mungkin dalam menyusun dan menyelesaika karya ilmiah ini, namun penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.

Akhir kata penulis mengucapkan Terima Kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu demi selesainya karya ilmiah ini dan penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2014


(7)

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa Penentuan Kadar Fosfor padaCrude Palm Oil(CPO) dan Refened of Bleached Deodorized Palm Olein (RBDPO) di PT.SMART.Tbk Medan-Belawan. Penentuan kadar fosfor pada CPO dan RBDPO ini dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometri UV-Visible. Hasil yang diperoleh kadar fosfor CPO adalah 11,1243 ppm dan kadar fosfor RBDPO adalah 2,5837 ppm. Dari hasil ini menunjukan bahwa kadar fosfor dalam CPO dan RBDPO memenuhi standar dimana maksimal 30 ppm untuk CPO dan maksimal 5 ppm untuk RBDPO.


(8)

Determination of Phosphorus Levels onCrude Plam Oil(CPO) AndRefened Bleaching Deodorized Plam Olein(RBDPO)

ABSTRACT

Analysis has been performed Determination of Phosphorus Levels on Crude Plam Oil (CPO) and Refened Bleaching Deodorized Plam Olein (RBDPO) in PT.SMART.Tbk Medan-Belawan. Determination of phosphorus content in CPO and RBDPO is performed using UV-Visible Spectofotometry. Result obtained phosphorus levels on CPO is 11, 1243 ppm and phosphorus levels on RBDPO is 2, 5837 ppm. This result indicates that the phosphorus in the CPO and RBDPO standards are a maximum of 30 ppm for CPO and a maximum 5 ppm for RBDPO.


(9)

vii

DAFTAR ISI

Halaman PERSETUJUAN i PERNYATAAN ii PENGHARGAAN iii ABSTRAK v ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR TABEL x

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 3

1.3 Pembatasan Permasalahan 3

1.4 Tujuan Penelitian 3

1.5 Manfaat penelitian 3

1.6 Lokasi Penelitan 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1 Sejarah Perkebunan Kelapa Sawit 6

2.2 Buah Kelapa Sawit 6

2.3 Minyak 7

2.4 Tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memastikan

CPO mempunyai kualitas yang tinggi 9

2.5 Fosfor 10

2.5.1. Sejarah Fosfor 11

2.5.2. Bentuk Fosfor 11

2.5.3. Sifat-sifat Fosfor 13

2.6 Manfaat Fosfor Pada Tanaman 13

2.7 Peranan Fosfor Bagi Pertumbuhan Tananam 13

2.8 Metode Rifening Palm Oil 13

2.8.1 Proses Degumming 14

2.8.2 Proses Bleaching 15

2.9 Spektrofotometri 15

2.9.1 Spektrofotometri UV-Visible 15

2.9.2 Hukum Yang Mendasari Spektrofotometri 18 2.9.3 Prinsip Kerja Alat Spektrofotometri 21

2.9.4 Permasalahan Spektrofotometri 22

BAB 3 METODE PENELITIAN 23

3.1 Alat dan Bahan 23

3.1.1. Alat 23

3.1.2. Bahan-bahan 23

3.2 Prosedur Penelitian 24

3.2.1. Pembuatan Larutan Hydrazin Sulfat 0,15% 24 3.2.2. Pembuatan Larutan Sodium Molybdate 24


(10)

3.2.3. Pembuatan Pottasium Hydroside 50 % 24

3.2.4. Pembuatan Larutan Standart Stock 24

3.2.5. Pembuatan Larutan Standart Harian 25

3.2.6. Persiapan Penggabungan Sampel 25

3.2.7. Pembacaan Phosphor Content pada Spektofotometri 26

3.2.8. Persiapan Kurva Standart 26

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 27

4.1 Hasil 27

4.2 Perhitungan 28

4.2.1 Penentuan Persamaan Garis Regresi 28

4.2.2 Penentuan Kadar Phosphor 30

4.3 Pembahasan 31

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 33

5.1 Kesimpulan 33

5.2 Saran 33

DAFTAR PUSTAKA 34


(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

4.1 Data Analisa Kadar Fosfor Pada CPO 27

4.2 Data Analisa Kadar Fosfor Pada RBDPO 27

4.3 Data Hasil Kalibrasi Standart Fosfor 28


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman


(13)

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa Penentuan Kadar Fosfor padaCrude Palm Oil(CPO) dan Refened of Bleached Deodorized Palm Olein (RBDPO) di PT.SMART.Tbk Medan-Belawan. Penentuan kadar fosfor pada CPO dan RBDPO ini dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometri UV-Visible. Hasil yang diperoleh kadar fosfor CPO adalah 11,1243 ppm dan kadar fosfor RBDPO adalah 2,5837 ppm. Dari hasil ini menunjukan bahwa kadar fosfor dalam CPO dan RBDPO memenuhi standar dimana maksimal 30 ppm untuk CPO dan maksimal 5 ppm untuk RBDPO.


(14)

Determination of Phosphorus Levels onCrude Plam Oil(CPO) AndRefened Bleaching Deodorized Plam Olein(RBDPO)

ABSTRACT

Analysis has been performed Determination of Phosphorus Levels on Crude Plam Oil (CPO) and Refened Bleaching Deodorized Plam Olein (RBDPO) in PT.SMART.Tbk Medan-Belawan. Determination of phosphorus content in CPO and RBDPO is performed using UV-Visible Spectofotometry. Result obtained phosphorus levels on CPO is 11, 1243 ppm and phosphorus levels on RBDPO is 2, 5837 ppm. This result indicates that the phosphorus in the CPO and RBDPO standards are a maximum of 30 ppm for CPO and a maximum 5 ppm for RBDPO.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelapa sawit ( Elaeis guineesis ) saat ini telah berkembang pesat di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia dan Malaysia, dan justru bukan di Afrika Barat atau Amerika yang dianggap sebagai daerah asal-usulnya.

Minyak kelapa sawit diperoleh dengan cara mengesktraksi minyak yang berasal dari mesokarp buah kelapa sawit. Dimana minyak kelapa sawit yang belum dimurnikan disebut dengan minyak kelapa sawit kasar. Minyak kelapa sawit yang diperoleh dari daging buah kelapa sawit kaya akan oleat dan palmitat yang terkait dalam bentuk ester dan gliserol sebagai trigliserida. Minyak kelapa sawit digunakan sebagai minyak yang dapat dikonsumsi maupun bahan industri oleo. Minyak kelapa sawit diubah dalam bentuk minyak goreng, minyak salad dan margarine. Untuk mendapatkan minyak goreng dengan mutu yang dapat diterima konsumen, minyak sawit mentah dapat diolah melalui proses pemurnian. Proses pemurnian yang banyak diterapkan adalah refinasi secara fisik yang terdiri dari penghilangkan gum, pemucatan, dan deodorasi.

Menurut Hanafiah (2005) unsur Fospor (P) bagi tanaman untuk merangsang pertumbuhan akar khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain itu fospor juga berfungsi sebagai bahan mentah untuk


(16)

2 pembentukkan sejumlah protein tertentu, membantu proses asimilasi dan pernapasan serta mempercepat pembungaan, pemasakkan biji, dan buah.

Pemupukan fosfor sangat dibutuhkan oleh tanaman yang tumbuh didaerah dingin, tanaman dengan perkembangan akar yang lambat atau terhambat, dan tanaman yang seluruh bagiannya dipanen. Fosfor terdapat pada seluruh sel hidup tanaman. Beberapa fungsi fosfor adalah membentuk asam nukleat (DNA dan RNA), menyimpan serta memindahkan ATP dan ADP, merangsang pembelahan sel. Pada tanaman, fosfor diikat atau difiksasi dalam persenyawaan – persenyawaan yang berhubungan dengan Ca dan Mg, ketersediaan P dalam tanah sangat berhubungan erat dengan keadaan pH tanah. Gejala awal defesiensi P pada tanaman adalah terlihat pada daun paling bawah atau daun dua warna, daun hijau gelap, ukuran daun mengecil dan pertumbuhan tanaman terhambat. Gejala lanjutnya adalah ukuran buah mengecil dan jumlah bunga menurun.

Kandungan fosfor di CPO harus dikurangi sekitar 4 ppm selama proses pemucatan untuk menjaga kestabilan minyak yang dihasilkan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa kualitas DBPO berada dalam kisaran kualitas yang diinginkan untuk memantau efisiensi degumming dan bleaching proses. Asam fosfat atau sitrat biasanya berada dalam konsentrasi tertentu. Komponen utama yang terkandung dalam gum yang harus dihilangkan adalah phosphatide. Sangat penting untuk menghapus konten fosfatida dalam minyak mentah karena komponen ini akan memberikan rasa dan warna yang tidak diinginkan.


(17)

3

3 Fosfatida pengelmusi adalah penyebab utama ketidaksetabilan oksidatif dari minyak sawit mentah (CPO). Minyak sawit mentah yang masuk pertama kali dipanaskan sampai suhu sekitar 90 ºC – 110 ºC sebelum diberikan fosfat. Hal ini dimaksud untuk mengurangi fosfat non– hydratable serta mengentalkan fosfat agar mudah larut dengan demikian mudah hilang pada saat proses pemucatan.

1.2. Permasalahan

Adapun yang menjadi masalah pada pembahasan ini adalah :

Apakah Produk Refenery (RPO) memenuhi spesifikasi untuk kandungan phospornya.

1.3. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi dengan hanya menetukan kadar phospor pada Produk Refenery.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa banyak phospor yang terdapat didalam CPO dan RBDPO

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan perusahaan tentang banyaknya kadar fosfor yang terdapat pada CPO dan RBDPO. Memberikan pengetahuan kepada penulis berapa batas maksimal kadar fosfor yang diperbolehkan pada produk akhir.


(18)

4

1.6. Lokasi Penelitian

Penulis melakukan penelitian di PT. SMART Tbk di jl. Balmera III Medan-Belawan.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Perkebunan Kelapa Sawit

Gambar 2.1.1. Buah Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guineenis Jacq ) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri pertengahan abad ke – 19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenalilah jenis sawit “Deli Dura”.


(20)

Pada tahun 1911, kelapa sawit dimulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama kali berlokasi di Pantai Timur Sumatera Utara ( Deli ) dan Aceh.

Semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan ( Pirindu Perkebunan PTPN III ). Perluasan area perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif.

Beberapa pohon kelapa sawit yang ditaman di Kebun Raya Bogor hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12 m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia tenggara yang berasal dari Afrika.

( Darmosarkoro,W.2003 )

2.2. Buah Kelapa Sawit

Buah kelapa sawit tergantung varietas dan umurnya. Buah yang masih muda berwarna hijau pucat kemudian menjadi hijau hitam, semakin tua warna menjadi kuning muda dan pada waktu sudah masak bewarna merah kuning (jingga). Mulai dari penyuburan sampai buah matang diperlukan waktu kurang dari 5 – 6 bulan. Cuaca kering yang terlalu panjang dapat memeperlambat pematangan buah.

Tanaman kelapa sawit normal yang telah berbuah akan menghasilkan kira-kira 20 - 22 tandan pertahun dan semakin tua produktivitasnya menurun menjadi 12 - 14 tandan per tahun. Pada tahun-tahun pertaman tanaman sawit berbuah atau pada tanaman yang sehat berat tandannya berkisar antara 3 - 6 kg. Tanamana


(21)

7

semakin tua, berat tandannya pun semakin bertambah, yaitu antara 25 - 35 kg/tandan.

Banyak buah yang terdapat dalam suat tandan tergantung pada beberapa faktor, antara lain umur tanaman, faktor lingkungan, faktor genetik dan juga tergantung pada teknik budidayanya. Jumlah buah pertandan pada tanaman yang cukup tua mencapai 1.600 buah. Panjang buah antara 2-5 cm dan beratnya sekitar

20 - 30 g per buah. ( Tim Penulis PS.1998 )

2.3. Minyak

Minyak merupakan bahan cair, hal ini disebabkan karena rendahnya kandungan asam lemak dan tingginya kandungan asam lemak yang tidak jenuh, yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap diantara atom-atom karbonnya.

Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar panas, penambah rasa gurih dan penambah nilai kalori bahan pangan. ( F.G Winarno.,1991 )

Asam lemak secara umum dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1) Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap (hanya memiliki ikatan tunggal) pada rantai karbonnya. 2) Asam lemak tidak jenuh adalah asam lemak yang memiliki ikatan

rangkap pada rantai karbonnya.

Asam Lemak Bebas

Dalam reaksi hidrolisa, minyak akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat mengakibatkan


(22)

kerusakan pada minyak terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak tersebut. Reaksi ini akan menyebabkan bau tengik.

( Tambun.R.,2002 )

Zat warna alamiah yang terdapat dalam bahan yang mengandung minyak dan ikut terekstraksi bersama minyak pada proses ekstraksi. Zat warna tersebut antara lain terdiri dari α dn β karoten, xanthofil, dan anthosyanin. Zat warna ini

menyebabkan minyak berwarna kuning, kuning kecoklatan, kehijau-hijauan dan kemerah-merahan.

Pigmen berwarna merah jingga atau kuning disebabkan oleh karatenoid yang bersifat larut dalam minyak. Karatenoid merupakan persenyawaan hidrokarbon tidak jenuh dan jika minyak dihidrogenasi, maka karoten tersebut juga ikut terhidrogenasi, sehingga intensitas warna kuning berkurang. Karetanoid bersifat tidak stabil pada suhu tinggi, dan jika minyak dialiri uap panas maka warna kuning akan hilang. Karetanoid tersebut tidak dapat dihilangkan dengan

proses oksidasi. ( Ketaren.S.M.,1986 )

Minyak sawit mempunyai warna kuning orange sehingga untuk digunakan sebagai bahan baku harus melakukan pemucatan. Pemucatan ini dimaksud untuk mendapatkan warna minyak sawit yang lebih memikat dan sesuai dengan kebutuhannya. Berdasarkan standardmutu minyak sawit untuk pemucatan dengan alat lovibond yang didasarkan pada warna merah 3,5 dan warna kuning 35.


(23)

9

2.4. Tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memastikan CPO

mempunyai kualitas yang tinggi

Menurut Keck seng dapat dilakukan tindakan untuk meningkatkan CPO dalam perkebunan kelapa sawit pada saat penggilingan dan pembersihan minyak sawit.

Tindakan yang dilakukan Keck seng untuk menghasilkan DOBI (Deterioration of Bleachability Index) minyak sawit yang lebih tinggi yaitu :

 Memberi peringatan kepada perkebunan agar memanen buah pada keadaan sudah benar-benar masak.

 Sterilisasi kondensasi dengan endapan yang buruk tidak diijinkan untuk dihubungkan dengan CPO karena kondensasi sterilizer dan minyak dapat menghasilkan besi dan tembaga yang kadar tinggi. Pro oksidan ini dapat dilihat pada kualitas minyak dan masalah pemurnian selama pembersihan. Dalam penggilingan sisi positif yang lain banyak diabaikan.

 Keck seng menggunakan kondensasi sterilisasi yang lemah. Dalam hal ini dilakukan untuk mengecilkan tandan buah setelah pengupasan dan menggunakan penghancur tandan yang tinggi.

Menggunakan uap bertekanan rendah untuk pemanasan CPO pada suhu dibawah


(24)

2.5. Fosfor

Fosfor adalah unsur kimia yang memiliki lambang P dengan nomor atom 15. Fosfor berupa nonlogam, bervalensi banyak, termasuk golongan nitrogen, banyak ditemui dalam batuan Fosfat anorganik dan dalam semua sel hidup tetapi tidak pernah ditemui dalam bentuk unsur bebasnya. Fosfor amatlah reaktif, memancarkan pendar cahaya yang lemah ketika bergabung dengan oksigen, ditemukan dalam berbagai bentuk dan merupakan unsur penting dalam makhluk hidup. Kegunaan fosfor yang terpenting adalah dalam pembuatan pupuk, dan secara luas digunakan dalam bahan peledak, korek api, kembang api, odol, dan deterjern.

Fosfor (P) merupakan salah satu unsur-unsur makro yang essensial untuk nutrisi tanaman yang ketersediaanya dapat terbatas pada tanah. Konsentrasi fosfor dalam tanah merupakan faktor yang berhubungan paling erat dengan ketersediaan fosfor bagi tanaman. Kerena jumlah fosfor dalam tanah maupun dalam tanaman

relatif kecil. (Engelstand O.P., 1997)

Ketersediaan fosfor yang diambil tanaman dipengaruhi oleh pH yang dominan, mikroorganisme dan bahan organik. Pada tanah alkalis (pH tinggi) fosfor akan lebih kuat terikat dengan Ca sehingga efisiensi dari pupuk akan berkurang. Sebaliknya pada pH yang lebih rendah daya larutnya lebih besar sehingga untuk tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan dilahan gambut yang umumnya memiliki pH < 4 (asam), maka pupuk P yang lebih cocok digunakan adalah RP (Rock Phosphate). Fosfor merupakan hara yang diperlukan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan produksi. Biasanya untuk pemupukan P ini


(25)

11

dilakukan sebanyak 2 kali dalam setahun dan pupuk yang dipakai adalah RP (Rock Phosphate) ataupun TSP (Triple Super Phosphate). (Adlin,2008)

2.5.1. Sejarah Fosfor

Unsur ini ditemukan oleh Hannig Brand pada tahun 1669 di Hamburg,

Jerman. Dia menemukan unsur ini dengan cara ‘menyuling’ air urin melalui

proses penguapan dan setelah dia menguapan 50 ember air urin, dia baru menemukan unsure yang dia inginkan. Namanya berasal dari bahasa Latin yaitu Phosphosrus yang berarti ‘pembawa terang’ karena keunikannya yaitu bercahaya

dalam gelap (glow-in-the-dark).

2.5.2. Bentuk Fosfor

Fosfor dapat berada dalam beberapa bentuk : putih (atau kuning), merah, dan hitam (atau ungu). Yang paling umum adalah Fosfor merah dan putih, keduanya mengelompok dalam empat atom yang berbentuk tetrahedral. Fosfor putih terbakar ketika bersentuhan dengan udara dan dapat berubah menjadi Fosfor merah ketika terkena panas atau cahaya. Fosfor putih juga dapat berada dalam keadaan alfa dan beta yang dipisahkan oleh suhu transisi -3,8 °C. Fosfor merah relative lebih stabil dan menyublim pada suhu 170 °C pada tekanan uap 1 atm, tetapi terbakar akibat tumbukkan atau geseka. Fosfor hitam mempunyai struktur seperti grafit – atom-atom tersusun dalam lapisan-lapisan heksagonal menghantarkan listrik.


(26)

2.5.3. Sifat-sifat Fosfor

Secara umum Fosfor membentuk padatan putih yang lengket yang memiliki bau yang tak enak tetapi ketika murni menjadi tak berwarna dan transparan. Nonlogam ini tidak larut dalam karbon disulfide. Fosfor murni terbakar secara spontan di udara membentuk fosfor pentoksida. (http://id.wikipedia.org/wiki/Fosfor)

2.6. Manfaat Fosfor Pada Tanaman

Fosfor merupakan unsur untuk pertumbuhan di dalam tanaman, berfungsi untuk pembentukan protein, lemak, biji-bijian. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut :

a) Memacu pertumbuhan akar dan pembentukan system perakaran yang baik sehingga tanaman dapat mengambil unsure hara lebih banyak dan pertumbuhan tanaman menjadi sehat serta kuat.

b) Menggiatkan pertumbuhan jaringan tanaman yang membentuk titik tumbuh tanaman.

c) Memacu pembentukan bunga dan masaknya biji/buah, sehingga mempercepat masa panen.

d) Memperbesar presentase terbentuknya bunga menjadi buah/biji.


(27)

13

2.7. Peranan Fosfor Bagi Pertumbuhan Tanaman

Fosfor (P) terdapat pada seluruh sel hidup tanaman. Beberapa fungsi fosfor adalah membentuk asan nukleat (DNA dan RNA), menyimpan serta memindahkan energy Ardenosin Tri Phosphat (ATP) dan Adenosin di Phosphat (ADP), merangsang pembelahan sel dan membantu proses asimilasi dan respirasi.

Pemupukan dengan fosfor dapat merangsang pertumbuhan awal bibit tanaman. Fosfor merangsang pembentukan buah, bunga, dan biji. Bahkan mampu mempercepat pemasakan buah dan membuat biji menjadi lebih bernas.

Jika kekurangan fosfor, tanaman menunjukan gejala pertumbuhan sebagai berikut :

- Lambat dan kerdil

- Perkembangan akar terhambat

- Gejala pada daun sangat beragam, beberapa tanaman menunjukkan warna hijau tua mengkilap yang tidak normal

- Pematangan buah terhambat

- Perkembangan bentuk dan warna buah buruk

- Biji berkembang tidak normal (Novizan, 2001)

2.8. Metode Refining Palm Oil

Proses pemurnian merupakan langkah penting untuk produksi produk minyak dan lemak nabati. Tujuan dari proses ini adalah untuk menghilangkan


(28)

kotoran dan komponen lainnya, yang akan mempengaruhi kualitas dari produk jadi. Kualitas dari produk jadi yang perlu diperhatikan adalah rasa, stabilitas dan warna dari produk.

2.8.1. Proses Degumming

Tujuan utama dari degumming adalah untuk menghapus getah yang tidak diinginkan, yang akan mengganggu stabilitas produk minyak di tahap selanjutnya. Tujuan yang ingin dicapai adalah memeperlakukan minyak kelapa sawit mentah (CPO) dengan jumlah makanan tertentu. Komponen utama yang terkandung dalam getah yang harus dihapuskan adalah fosfat. Sangat penting untuk menghapus komponen fosfat dalam minyak mentah karena adanya komponen ini akan memberikan rasa dan warna yang tidak diinginkan dan mempercepat kerusakan minyak.

Tindakan fosfat pengemulsi adalah penyebab utama yang menyebabkan ketidakstabilan oksidatif dari minyak sawit mentah (CPO). Dalam hal ini, minyak sawit mentah yang masuk pertama kali dipanaskan sampai suhu sekitar 90 ºC-110 ºC sebelum diberikan asam fosfat. Kadar asam fosfat biasa digunakan adalah dalam kisaran 0,05-0,1% minyak berat dengan konsentrasi asam sekitar 80-85%. Hal ini dimaksudkan untuk menguraikan fosfatida non-hydratable serta mengentalkan fosfat dan membuat larut dengan demikian mudah dihilangkan pada saat pemucatan. Jumlah asam fosfat yang berlebihan perlu dihindari karena dapat menyebabkan kenaikan asam fosfat dan mungkin akan sulit untuk dihapus pada saat proses pemurnian selanjutnya.


(29)

15

2.8.2. Proses Bleaching

Selama proses pemucatan di kilang minyak sawit, minyak degummed diperlakukan dengan menggunakan bleaching earth dan dipanaskan sampai suhu sekitar 100 ºC sebelum memasuki vakum bleaching. Dosis lempung aktif asam yang digunakan biasanya dalam kisaran 0,5-2,0% berat dari minyak dan waktu kontak dengan agitasi kontinyu adalah sekitar 30 menit.

Selama tahap ini, mengidentifikasi logam kompleks seperti besi dan tembaga, pigmen, fosfat, dan produk oksidasi dihapus oleh efek serap dari bleaching earth. Setiap sisa dari asam fosfat dikeluarkan selama tahap ini juga. Minyak dipucatkan kemudian disaring pada filter industri seperti piringan dan bingkai saringan tekan atau vakum filter daun. (Leong,1992)

2.9. Spektrofotometri

2.9.1. Spekrofotometri UV-Visible

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intesitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbansi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energy secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan dengan fotometer adalah panjang gelombang sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari


(30)

berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang

gelombang tertentu. (Khopkar S.M., 1984)

Spekrofotometri UV-Visibe adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190 - 380 nm) dan sinar tampak (380–780 nm) dengan memakai instrumen spektrofometer.

Radiasi ultraviolet jauh (100 – 190 nm) tidak dipakai, sebab pada daerah radiasi tersebut diabsorbansi oleh udara. Adakalanya spektofotometer UV-Visible yang beredar diperdagangan memberikan rentangan pengukuran panjang gelombang 780 nm merupakan daerah radiasi inframerah. Oleh sebab itu pengukuran diatas panjang gelombang 780 nm harus dipakai detektor dengan kualitas sensitif terhadap radiasi inframerah.

Spektrofometer UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisa kuantitatif dibanding kualitatif.

Spkektofotometer UV-Vis dapat melakukan penentuan terhadap sampel yang berupa larutan gas atau uap. Untuk sampel yang berupa larutan harus diperhatikan beberapa persyaratan pelarut yang dipakai antara lain :

• Pelarut yang dipakai tidak mengandung sistem ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur molekulnya dan tidak berwarna

• Tidak terjadi interaksi molekul dengan senyawa yang dianalisis


(31)

17

Pada umumnya pelarut yang digunakan dalam analisi spektrofotometer UV-Vis adalah air, etanol, sikloheksana, isopropanol. Namun demikian perlu diperhatikan absorbsi pelarut yang dipakai daerah UV-Vis yaitu polaritas pelarut yang dipakai, karena akan sangat berpengaruh terhadap pergeseran spektrum molekul yang dianalisis.

Panjang gelombang dimana akan terjadi eksitasi elektronik memberikan absorben yang maksimum sebagai panjang gelombang maksimum. Penentuan panjang gelombang maksimum yang tetap dapat dipakai untuk identifikasi molekul bersifat karakteristik sebagai data sekunder. Dengan demikian spektrum UV-Vis dapat dipakai untuk tujuan kualitatif (data sekunder) dan kuantitatif.

Analisis dengan spektofotometer UV-Vis selalu melibatkan pembacaan absorban radiasi elektromagnetik yang diteruskan. Keduanya dikenal sebagai absorben tanpa satuan dan ditransmisikan dalam satuan persen.

(Mulya, M, 1995)

Panjang gelombang cahaya UV atau cahaya tampak bergantung pada promosi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap cahaya dalam daerah tampak yakni (senyawa bewarna) mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan daripada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang UV yang lebih pendek.

Pada kenyataan, spektrum UV-Visible yang merupakan korelasi antara absorbansi (sebagai ordinat) dan panjang gelombang (sebagai absis) bukan


(32)

merupakan suatu pita spektrum. Terbentuknya pita spektrum UV-Vis tersebut disebabkan oleh terjadinya eksitasi elektronik lebih dari suatu macam pada gugus molekul yang sangat kompleks. (Fessenden, 1986)

2.9.2. Hukum yang Mendasari Spektrofotometri

Hukum yang mendasari spektrofotometri adalah hukum Lambert-Beer. Hukum Lambert-Beer adalah gabungan antara Hukum Lambert dan Beer.

Hukum Lambert : log = ( )

Hukum Beer : log = ( )

Subtitusikan hubungan-hubungan dasar ini kedalam hukum Lambert dan Beer menghasilkan :

log = ( ) dan log = ( )

(Lambert) (Beer)

T = P/Po = -abc

A = Po/P = abc

Dimana : T = Transmitansi

A = Absorbansi

b = Panjang Larutan

c = Konsentrasi Larutan


(33)

19

Berdasarkan persamaan diatas maka diperoleh gabungan hukum yaitu :

-log T = A = abc

Karena dari hukum Beer, absorbansi adalah berbanding langsung terhadap konsentrasi, maka log T harus digambarkan terhadap c untuk memperoleh suatu grafik linier.

-log T =ɛ bc dan A =ɛ bc

Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditansmisikan atau yang diabsorbansi.

Filter Sinar λ < 400 400-450 450-500 500-570 570-590 590-620 620-750 >750 warna UV Violet Biru Hijau Kuning Jingga Merah Infra merah

Interaksi antara energi cahaya dan molekul dapat digambarkan sebagai berikut :

E =hv

Dimana :

E = energi (joule/secondh)

h = tetapan plank

v = frekuensi foton

Skema spektrofotometri ;

Sumber Cahaya Monokromator Sampel Detektor


(34)

Penerapan spektrofotometrik

Hukum Beer : Absorbans, log (Po/P), radiasi monokromatik berbanding lurus

dengan konsentrasi suatu penyerap dalam larutan

Hukum Bouger (Lambert) : Bayangkan suatu medium penyerap yang homogen

dalam lapisan-lapisan yang sama tebal. Tiap lapisan menyerap radiasi monokromatik yang memasuki lapisan itu dalam fraksi yang sama seperti lapisan-lapisan lainnya. Dengan semuanya yang lain sama, maka absorbans itu berhubungan lurus dengan panjang jalan yang melewati medium.

GabunganHukum Bouger-Beer,sering di tuliskan sebagai:

A = abc atau A =ɛ bc

Dengan :

A = absorbansi

ɛ = absorpsivitas molar ( jika konsentrasi dalam molar ) dengan satuan M-1cm-1

a = absorpsivitas (jika konsentrasi dalam %b/v ) dituliskan E1%1cm

b = panjang jalan/ kuvet

c = konsentrasi

Spektra absorbansi sering dinyatakan dalam %T maupun dalam bentuk A (absorbansi).

Maka,


(35)

21

A = log (Po/P)

Po adalah daya cahaya masuk dan P adalah daya yang diteruskan melewati

sampel. (Underwood A.L., 1981)

2.9.3. Prinsip Kerja Alat Spektrofotometri

Sinar polikromatis yang dipancarkan oleh sumber cahaya melewati prisma akan dipancarkan menuju filter sehingga diteruskan sinar monokromatis tertentu sesuai dengan panjang gelombang yang telah diatur. Sinar tersebut diserap oleh sampel yang terdapat dalam kuvet dan besar serapannya ditangkap oleh detektor fotosel lalu diubah menjadi energi listrik dan diperkuat oleh amplifier sehingga dapat ditangkap oleh indikator.

2.9.4. Permasalahan Spektrofotometri

Pada metode spketrofotometri terdapat permasalahan ataupun gangguan seperti sidik jari, kooran padat yang telah kering, yang menempel pada dinding sel yang dapat mengganggu penembusan sinar, juga gelembung udara dan lemak.

(Alaerts,G. 1987)

Permasalahan analisis dengan metode spektrofotometri adalah kesalahan pengukuran detektor yang disebabkan antara lain oleh :

a. Adanya radiasa sesatan (stary radiation) yang ditimbulkan peralatan spektrofotometri itu sendiri dan ditimbulkan oleh faktor-faktor dari lingkungan seperti debu dan sebagainya


(36)

b. Adanya pergeseran panjang gelombang pengukuran (λmaks) yang disebabkan oleh gerakan mekanis untuk mengatur panjang


(37)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat-alat

• Spektorfotometri UV-Visible Cary 50

• Kuvet

• Pipet volume 2ml

• Pipet volume 10ml

• Labu takar 100 ml pyrex

• Beaker glass 250ml pyrex

• Botol aquadest

• Neraca analitik

• Cawan porselin

• Korek api

• Kertas saring

• Bola karet

• Hotplate

• Furnace

• Kaca alroji

3.1.2. Bahan-bahan

• ZnO


(38)

• Sodium Molybdate

• Aquadest

• KOH 50%

• HCL(p)

3.2. Prosedur Penelitian

3.2.1. Pembuatan Larutan Hydrazin Sulfat 0,15%

• Ditimbang 0,150 gram Hydrazin sulfat

• Dilarutkan dengan aquadest 1 Liter

3.2.2. Pembuatan Larutan Sodium Molybdate

• Ditambahkan 140 ml H2SO4(p) kedalam 300 ml aquadest

• Ditambahkan 12,5gram sodium molybdate dan encerkan dengan 500 ml aquadest

• Dikocok hingga larut sempurna dan didiamkan selama 24 jam sebelum digunakan

3.2.3. Pembuatan Pottasium Hydroside 50 %

• Ditmbang 50 gram pottasium hydroside

• Dilarutkan 50 gram pottasium hydroside kedalam aquadest

3.2.4. Pembuatan Larutan Standart Stock

• Dilarutkan 1,0967 gram pottasium dihydroside phospate (yang telah dikeringkan pada temperature 101ºC selama 2jam sebelum digunakan) dengan aquadest


(39)

• Diencerkan didalam labu ukur 250 ml. Larutan ini mengandung 1 mg phosphor per ml

3.2.5. Pembuatan Larutan Standart Harian

• Dipipet 5 ml larutan standart stock kedalam labu ukur 500 ml

• Diencerkan dengan aquadest. Larutan inimengandung 0,01 mg phosphor per ml.

3.2.6. Persiapan Penggabungan Sampel

• Ditimbang sampel 10 gram dan ditambahkan 1gram ZnO dalam cawan porselin

• Dipanaskan diatas hotplate sampai kering atau lipat kertas saring whatman 41 membentuk segitiga lalu letakkan didalam cawan porselin yang ada sampel tersebut. Kemudian bakar kertas saring dan tunggu hingga kertas saring dan sampel habis terbakar dan kering

• Dimasukkan kedalam furnace dengan temperature 600ºC selama 2 jam

• Dikeluarkan dan didinginkan sampel pada suhu ruang

• Ditambahkan aquadest 5ml dan HCl (p) 5 ml

• Ditutup dengan kaca arloji dan panaskan hingga mendidih di hotplate selama 5 menit

• Disaring dan dicuci cawan dengan air panas sampai bersih dilabu ukur 100 ml


(40)

• Dinetralisasi dengan beberapa tetes KOH 50 %, bila berlebih tambahkan HCl (p)

• Ditambahkan aquadest sampai batas ukur, kocok sampai homogen

3.2.7. Pembacaan Phosphor Content pada Spektofotometri

• Dipipet 10 ml filtrat ke dalam labu ukur 50ml

• Ditambahkan 10 ml Aquadest, 8 ml larutan Hydrazin Sulfat dan 2 ml larutan Sodium Molybdate

• Dikocok hingga homogen

• Dipanskan dalam air mendidih selama 10 menit

• Didinginkan pada air es

• Ditambhakan aquadest sampai batas labu ukur, kocok sampai homogen

• Discanning di spektofotometri pada λ 650 nm

• Lakukan juga analisis blank tanpa filtrat

3.2.8. Persiapan Kurva Standart

• Dipipet masing-masing 1.2.4.6,8 dan 10 standart harian kedalam labu ukur 50 ml

• Tambahkan 10 ml aquadest, 8 ml larutan Hydrazin Sulfat dan 2 ml larutan sodium molybdate

• Dikocok sampai homogen

• Dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit

• Didinginkan pada air es


(41)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil analisis yang dilakukan di PT.SMART.Tbk untuk kadar phospor ditunjukkan pada :

Tabel 4.1.1 Data Analisis Kadar Fosfor pada Sampel CPO

CPO [] Blanko mg/ml [] Sampel Abs Mean Reading Abs

0,00976 - 0,0407 0,0410

0,0409 0,0401

- 0,0209 0,1053 0,1050

0,1049 0,1059

Tabel 4.1.2 Data Analisis Kadar Fosfor pada Sampel RBDPO

RBDPO [] Blanko mg/ml [] Sampel Abs Mean Reading Abs

0.0076 - 0.0291 0,0296

0,0292 0,0290

- 0,0102 0,0440 0,0442

0,0438 0,0439


(42)

4.2. Perhitungan

4.2.1. Penentuan Persamaan Garis Regresi

Tabel 4.2.3 Data Kalibrasi Standart Fosfor

x Y

0 -0,0260

0,01 0,0426

0,02 0,1012

0,04 0,2142

0,06 0,3306

0,08 0,4453

0,10 0,5564

Keterangan : x : konsentrasi (ppm)

a : absorbansi

Tabel 4.2.4 Data Hasil Persamaan Garis Regresi

x y xy x2 y2

0 -0,0260 0 0 0,0006

0,01 0,0426 0,0004 0,0001 0,0018

0,02 0,1012 0,0020 0,0004 0,0102

0,04 0,2142 0,0085 0,0016 0,0458

0,06 0,3306 0,0198 0,0036 0,1092

0,08 0,4453 0,0356 0,0064 0,1982

0,10 0,5564 0,0556 0,01 0,3095


(43)

Persamaan Garis Regresi adalah y = ax+b

Dimana nilai a dan b pada persamaan tersebut menggunakan rumus sebagai berikut :

a = ( ) ( )( ) ( ) ( )

b =( ) ( )( )

( ) ( )

a = slope dan b = intersept

Menghitung nilai a

a =

( , ) ( , )( , )

( , ) ( , )

a =

, ,

, ,

a =

,

, a = 5,757

Menghitung nilai b

b =( , )( , ) ( , )( , ) ( , ) ( , )

b = , ,


(44)

b = , , b = -0,017

4.2.2. Penentuan Kadar Phosphor

P (ppm) =

× ( )

×

x

Untuk CPO

P (ppm) =

×( , , )

,

x

P (ppm) = 11,1243 ppm

Untuk RBDPO

P (ppm) =

×( , , )

,

x


(45)

4.3. Pembahasan

Kandungan fosfor dalam CPO harus dikurangi sampai sekitar 4 ppm selama proses pemurnian. Hal ini dilakukan agar dapat mempermudah pengolahan ke tahap selanjutnya. Pada saat pemurnian, minyak yang akan dimurnikan ditambahkan dengan bleaching earth dan fosfor. Tujuan ditambahkannya fosfor dan bleaching earth adalah untuk menghilangkan gum-gum ataupun kotoran-kotoran pada minyak yang tidak dibutuhkan dan untuk membuat warna pada minyak menjadi lebih jernih. Fosfor yang ditambahkan pada saat pemurnian biasanya dalam konsentrasi tertentu. Komponen utama yang terkandung dalam gum yang harus dihilangkan adalah fosfat. Sangat penting untuk menghilangkan fosfat pada minyak mentah, karena adanya fosfat dalam minyak mentah dapat memberikan rasa, warna yang tidak diinginaan dan juga memepercepat terjadinya kerusakan pada minyak. Banyaknya asam fosfat yang ditambahkan pada saat pemurnian sekitar 0,05-0,1% berat minyak dengan konsentrasi fosfor sekitar 80-85%. Hal ini dimaksud untuk menguraikan fosfat non-hydratable serta mengentalkan fosfat sehingga mudah larut dan dapat dihilangkan pada saat pemurnian agar minyak yang dihasilkan sesuai dengan keinginan. Jumlah fosfor yang berlebihan perlu dihindari karena dapat menyebabkan kenaikan asan fosfat dan memungkinkan sulitnya dihapus pada proses pemurnian lebih lanjut.

Batas kadar fosfor yang diperbolehkan terdapat didalam minyak mentah adalah 5ppm. Semakin tinggi kadar fosfornya maka minyak yang dihasilkan akan tidak baik. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan minyak yang baik maka kadar fosfornya harus dibawah 5 ppm.


(46)

Sedangkan penambahan bleaching earth pada proses pemurnian ini untuk menyerap warna pada minyak sehingga minyak yang dihasilkan berwarna bening. Pada proses ini minyak yang akan diproses ditambahkan oleh bleaching earth kemudian dipanaskan pada suhu 100 ºC sebelum dimasukan ke vakum pemurnian. Kadar bleaching earth yang digunakan biasanya sekitar 0,5 – 2 % dari berat minyak dan waktu kontak dengan agitasi kontiniyu sekitar 30 menit. Dalam tahap ini, logam kompleks seperti besi dan tembaga, pigmen fosfatida dan produk oksidasi akan diserap. Sisa dari asam fosfat juga dikeluarkan pada tahap ini.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Adlin,U,. 2008.Kelapa Sawit (Elaesis Guinense) Di Indonesia.Edisi kedua. Medan : PPKS

Alaerts,G. 1987.Metoda Penelitian Air.Surabaya : Usaha Nasional

Darmosarkoro,W,. 2003.Lahan Dan Pemupukan Kelapa Sawit.Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Edisi I. Medan

Engelstad,O.P,. 1977.Teknologi Dan Penggunaan Pupuk.Edisi Ketiga. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Fessenden. 1986.Kimia Organik. Edisi ketiga. Jilid 2. Jakarta: Erlangga http://www.deptan.go.id

http://id.wikipedia.org/wiki/Fosfor

Ketaren,S.M,. 1986.Pengantar Teknologi Minyak Dan Pangan.Jakarta : Universitas Indonesia Press

Khopkar,SM,. 1984.Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta : UI-Press Leong, W.L,. 1992.The Refining And Fractination of Palm.Bangi : Porim Mulja,M. 1995.Analisa Instrumental.Bandung

Novizan. 2001.Petunjuk Pemupukan Yang Efektif.Jakarta : Agromedia Tambun, R. 2002.Proses Pembuatan Asam Lemak Secara Langsung Dari

Buah Kelapa Sawit.Medan : Universitas Sumatera Utara-Press Tim Penulis.PS. 1998.Kelapa Sawit Usaha Budidaya Pemanfaatan Hasil

Dan Aspek Pemasaran.Penebar Swadaya. Jakarta

Underwood,A.L,. 1981.Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi keempat. Jakarta : Erlangga


(48)

(49)

x y 0 -0,02608722 0,01 0,04265635 0,02 0,1012932 0,04 0,2142013 0,06 0,3306378 0,08 0,4453101 0,1 0,556454

y = 5,783x - 0,018 R² = 0,999

-0,1 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6

0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12

a b so rb a n si konsentrasi (P)

y

y Linear (y)


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Adlin,U,. 2008.Kelapa Sawit (Elaesis Guinense) Di Indonesia.Edisi kedua. Medan : PPKS

Alaerts,G. 1987.Metoda Penelitian Air.Surabaya : Usaha Nasional

Darmosarkoro,W,. 2003.Lahan Dan Pemupukan Kelapa Sawit.Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Edisi I. Medan

Engelstad,O.P,. 1977.Teknologi Dan Penggunaan Pupuk.Edisi Ketiga. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Fessenden. 1986.Kimia Organik. Edisi ketiga. Jilid 2. Jakarta: Erlangga http://www.deptan.go.id

http://id.wikipedia.org/wiki/Fosfor

Ketaren,S.M,. 1986.Pengantar Teknologi Minyak Dan Pangan.Jakarta : Universitas Indonesia Press

Khopkar,SM,. 1984.Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta : UI-Press Leong, W.L,. 1992.The Refining And Fractination of Palm.Bangi : Porim Mulja,M. 1995.Analisa Instrumental.Bandung

Novizan. 2001.Petunjuk Pemupukan Yang Efektif.Jakarta : Agromedia Tambun, R. 2002.Proses Pembuatan Asam Lemak Secara Langsung Dari

Buah Kelapa Sawit.Medan : Universitas Sumatera Utara-Press Tim Penulis.PS. 1998.Kelapa Sawit Usaha Budidaya Pemanfaatan Hasil

Dan Aspek Pemasaran.Penebar Swadaya. Jakarta

Underwood,A.L,. 1981.Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi keempat. Jakarta : Erlangga


(51)

(52)

0,02 0,1012932 0,04 0,2142013 0,06 0,3306378 0,08 0,4453101

0,1 0,556454

y = 5,783x - 0,018 R² = 0,999

-0,1 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6

0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12

a

b

so

rb

a

n

si

konsentrasi (P)

y

y Linear (y)


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Adlin,U,. 2008.Kelapa Sawit (Elaesis Guinense) Di Indonesia.Edisi kedua. Medan : PPKS

Alaerts,G. 1987.Metoda Penelitian Air.Surabaya : Usaha Nasional

Darmosarkoro,W,. 2003.Lahan Dan Pemupukan Kelapa Sawit.Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Edisi I. Medan

Engelstad,O.P,. 1977.Teknologi Dan Penggunaan Pupuk.Edisi Ketiga. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Fessenden. 1986.Kimia Organik. Edisi ketiga. Jilid 2. Jakarta: Erlangga

http://www.deptan.go.id

http://id.wikipedia.org/wiki/Fosfor

Ketaren,S.M,. 1986.Pengantar Teknologi Minyak Dan Pangan.Jakarta : Universitas Indonesia Press

Khopkar,SM,. 1984.Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta : UI-Press

Leong, W.L,. 1992.The Refining And Fractination of Palm.Bangi : Porim

Mulja,M. 1995.Analisa Instrumental.Bandung

Novizan. 2001.Petunjuk Pemupukan Yang Efektif.Jakarta : Agromedia

Tambun, R. 2002.Proses Pembuatan Asam Lemak Secara Langsung Dari Buah Kelapa Sawit.Medan : Universitas Sumatera Utara-Press

Tim Penulis.PS. 1998.Kelapa Sawit Usaha Budidaya Pemanfaatan Hasil Dan Aspek Pemasaran.Penebar Swadaya. Jakarta

Underwood,A.L,. 1981.Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi keempat. Jakarta : Erlangga


(2)

(3)

x y 0 -0,02608722 0,01 0,04265635 0,02 0,1012932 0,04 0,2142013 0,06 0,3306378 0,08 0,4453101 0,1 0,556454

y = 5,783x - 0,018 R² = 0,999

-0,1 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6

0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12

a b so rb a n si konsentrasi (P)

y

y Linear (y)


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adlin,U,. 2008.Kelapa Sawit (Elaesis Guinense) Di Indonesia.Edisi kedua. Medan : PPKS

Alaerts,G. 1987.Metoda Penelitian Air.Surabaya : Usaha Nasional

Darmosarkoro,W,. 2003.Lahan Dan Pemupukan Kelapa Sawit.Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Edisi I. Medan

Engelstad,O.P,. 1977.Teknologi Dan Penggunaan Pupuk.Edisi Ketiga. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Fessenden. 1986.Kimia Organik. Edisi ketiga. Jilid 2. Jakarta: Erlangga

http://www.deptan.go.id

http://id.wikipedia.org/wiki/Fosfor

Ketaren,S.M,. 1986.Pengantar Teknologi Minyak Dan Pangan.Jakarta : Universitas Indonesia Press

Khopkar,SM,. 1984.Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta : UI-Press

Leong, W.L,. 1992.The Refining And Fractination of Palm.Bangi : Porim

Mulja,M. 1995.Analisa Instrumental.Bandung

Novizan. 2001.Petunjuk Pemupukan Yang Efektif.Jakarta : Agromedia

Tambun, R. 2002.Proses Pembuatan Asam Lemak Secara Langsung Dari Buah Kelapa Sawit.Medan : Universitas Sumatera Utara-Press

Tim Penulis.PS. 1998.Kelapa Sawit Usaha Budidaya Pemanfaatan Hasil Dan Aspek Pemasaran.Penebar Swadaya. Jakarta

Underwood,A.L,. 1981.Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi keempat. Jakarta : Erlangga


(5)

(6)

x y 0 -0,02608722 0,01 0,04265635 0,02 0,1012932 0,04 0,2142013 0,06 0,3306378 0,08 0,4453101 0,1 0,556454

y = 5,783x - 0,018 R² = 0,999

-0,1 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6

0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12

a b so rb a n si konsentrasi (P)

y

y Linear (y)