Semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka semakin banyak jumlah substansi yang terkumpul pada permukaan adsorben.
e. Temperatur
Pemanasan atau pengaktifan adsorben akan meningkatkan daya serap adsorben terhadap adsorbat menyebabkan pori-pori adsorben lebih terbuka.
Pemanasan yang terlalu tinggi menyebabkan rusaknya adsorben sehingga kemampuan penyerapannya menurun.
1. pH, pH larutan mempengaruhi kelarutan ion logam, aktivitas gugus fungsi
pada biosorben dan kompetisi ion logam dalam proses adsorpsi. 2.
Kecepatan pengadukan, menentukan kecepatan waktu kontak adsorben dan adsorbat. Bila pengadukan terlalu lambat maka proses adsorpsi
berlangsung lambat pula, tetapi bila pengadukan terlalu cepat kemungkinan struktur adsorben sepat rusak, sehingga proses adsorpsi
kurang optimal. 3.
Waktu kontak, penentuan waktu kontak yang menghasilkan kapasitas adsorpsi maksimum terjadi pada waktu kesetimbangan. Waktu
kesetimbangan dipengaruhi oleh tipe biomassa aktif atau tidak aktif, ion yang terlibat dalam system biosorpsi, konsentrasi ion logam.
http:www.newworldencyclopedia.org.entryAdsorption.htm Hubungan antara jumlah adsorbat yang terserap dengan konsentrasi
adsorbat dalam larutan pada keadaan kesetimbangan dan suhu tetap dapat dinyatakan dengan isoterm adsorpsi.
2.5. Model Isoterm Langmuir
Model Isoterm Langmuir menggunakan pendekatan kinetika, yaitu kesetimbangan terjadi apabila kecepatan adsorpsi sama dengan kecepatan
desorpsi. Asumsi yang digunakan pada persamaan dalam Langmuir adalah: 1 Permukaan adsorben bersifat homogen, sehingga energi adsorpsi konstan pada
seluruh bagian 2 Tiap atom teradsorpsi pada lokasi tertentu di permukaan adsorben 3 Tiap bagian permukaan hanya dapat menampung satu molekul atau
atom Sembodo, 2006.
Persamaan Langmuir dapat ditulis sebagai berikut:
b.c a.b.c
m x
+ =
1
dimana: a.b
= tetapan empiris yang tergantung pada sifat dari jenis adsorben serta suhu.
c = jumlah zat terlarut yang teradsorpsi per satuan massa adsorben
xm = jumlah zat terlarut yang teradsorpsi persatuan massa adsorben
a c
a.b m
x c
+ =
1
Dan apabila dialurkan c xm terhadap c akan dihasilkan kurva berupa garis lurus dengan kemiringan 1a dan titik perpotongan dengan ordinat 1ab.
2.6. Kromatografi Kolom
Kromatorgafi kolom didasarkan pada distribusi solut diantara dua cairan dalam suatu kolom. Fase diam tipis cairan yang melapisi permukaan dari
peralatan inert yang berpori-pori dan memberikan pemisahan yang lebih tajam dan tidak bergantung pada kadar.
Pengertian kromatografi menyangkut metode pemisahan yang didasarkan atas diferensial komponen sampel di antara dua fasa. Menurut pengertian ini
kromatografi selalu melibatkan dua fasa, yaitu fasa diam stationary phase dan fasa gerak mobile phase. Fasa diam dapat berupa padatan atau cairan yang
terikat pada permukaan padatan kertas atau adsorben, sedangkan fasa gerak dapat berupa cairan disebut eluen atau pelarut , atau gas pembawa yang inert.
Gerakan fasa gerak ini mengakibatkan terjadinya migrasi differensial komponen- komponen dalam sampel. Komponen yang dipisahkan harus larut dalam fasa
gerak dan harus mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan fasa diam dengan cara dapat melarut di dalamnya, teradsorpsi, ataupun dapat bereaksi secara
kimia penukar ion http:id
. wikipedia.orgwikiKromatografi Kolom.html.
Gambar 2.2. Alat Kromatografi Kolom
Peralatan utama kromatografi sederhana terdiri dari kolom dan labu Erlenmeyer penampung eluen. Kolom umumnya terbuat dari pipa kaca dengan
ukuran bervariasi tergantung pada keperluan. Kolom dilengkapi dengan kran untuk mengatur aliran pelarut. Di atas kran dipasang wol kaca glass wool untuk
menahan fasa diam. Fasa diam berupa adsorben yang tidak boleh larut dalam fasa gerak,
ukuran partikel fasa diam harus seragam. Sebagai fasa diam dapat digunakan alumina, silika gel, arang, bauksit, magnesium karbonat, talk, pati, selulosa.
Pengisian fasa diam ke dalam kolom dapat dilakukan dengan cara kering dan basah. Dalam cara basah, fasa diam diubah dulu menjadi bubur lumpur slurry,
dengan pelarut yang akan digunakan sebagai fasa gerak, kemudian baru diisikan ke dalam kolom. Fase gerak pada kromatografi kolom dapat berupa pelarut
tunggal atau campuran beberapa pelarut dengan komposisi tertentu Soebagio, 2003.
Berbeda dengan sistem batch yang mencampurkan adsorben pada larutan yang tetap jumlahnya dan diamati perubahan kualitasnya pada selang waktu
tertentu, pada sistem kolom, larutan selalu dikontakkan dengan adsorben sehingga adsorben dapat mengadsorpsi dengan optimal sampai kondisi jenuh yaitu pada
saat konsentrasi effluen larutan yang keluar mendekati konsentrasi influen larutan awal. Oleh karena itu, sistem kolom ini lebih menguntungkan karena
pada umumnya memiliki kapasitas lebih besar dibandingkan dengan sistem batch, sehingga lebih sesuai untuk aplikasi dalam skala besar. Pada sistem kolom dapat
dilakukan dengan dua cara aliran yaitu aliran dari atas kebawah down flow atau aliran dari bawah ke atas up flow Setiaka, 2010.
2.7. Ekstraksi Fase Padat