High Density Lipoprotein HDL

Kolesterol dalam tubuh manusia dapat berasal dari makanan yang dikonsumsi ataupun dari dalam tubuh yang diproduksi oleh hati. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah antara lain: usia, diet tinggi lemak jenuh dan kolesterol, genetik, hormon, berat badan, tingkat aktivitas fisik dan penyakit lain Mahan Escott-Stump 2008. Adapun konsumsi lemak yang mempengaruhi konsentrasi plasma kolesterol menurut Guyton dan Hall 2011, adalah: - Peningkatan konsumsi kolesterol setiap hari meningkatkan sedikit konsentrasi kolesterol plasma. Namun meningkatnya konsentrasi kolesterol akan menghambat enzim yang paling penting untuk mensintesis kolesterol secara endogen, yaitu 3-hydroxy-3-methylglutaryl CoA reductase, sehingga memberikan sistem kontrol umpan balik intrinsik untuk mencegah peningkatan berlebihan konsentrasi kolesterol pada plasma. Akibatnya, konsentrasi plasma kolesterol biasanya tidak berubah lebih dari ± 15 persen dengan mengubah jumlah kolesterol dalam makanan, meskipun respon setiap individu berbeda. - Diet lemak jenuh meningkatkan konsentrasi kolesterol darah 15-25 persen, terutama bila dikaitkan dengan kelebihan berat badan dan obesitas. Hal ini akibat dari penumpukan lemak di hati yang meningkat, sehingga meningkatkan asetil-KoA dalam sel-sel hati untuk memproduksi kolesterol. Oleh karena itu, untuk menurunkan konsentrasi kolesterol darah, diet rendah lemak jenuh diperlukan selain diet rendah kolesterol. - Konsumsi lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh biasanya menekan konsentrasi kolesterol darah dalam jumlah sedikit hingga sedang. - Kurangnya hormon insulin atau tiroid meningkatkan konsentrasi kolesterol darah, sedangkan kelebihan hormon tiroid menurunkan konsentrasi kolesterol darah. Efek ini mungkin disebabkan oleh perubahan tingkat aktivasi enzim tertentu yang bertanggung jawab untuk metabolisme zat lemak. - Kelainan genetik metabolisme kolesterol sangat dapat meningkatkan kadar kolesterol plasma, misalnya mutasi dari gen reseptor LDL dapat mencegah hati membersihkan kolesterol kaya LDL dari plasma darah. Hal ini menyebabkan hati memproduksi kolesterol dalam jumlah yang berlebihan. Mutasi gen yang mengkode apolipoprotein B bagian dari LDL yang mengikat reseptor, juga menyebabkan produksi kolesterol berlebihan oleh hati.

4.2 High Density Lipoprotein HDL

HDL adalah salah satu jenis kolesterol yang memegang peranan penting bagi kesehatan jantung. Lipoprotein ini mencegah kolesterol mengendap di arteri dan melindungi pembuluh darah dari proses aterosklerosis terbentuknya plak pada dinding pembuluh darah. Kolesterol diangkut dari hati oleh LDL untuk dibawa ke sel-sel tubuh yang memerlukan. Kelebihan kolesterol akan diangkut kembali oleh HDL untuk dibawa kembali ke hati yang selanjutnya akan diuraikan lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam cairan empedu. Jika kadar kolesterol HDL rendah maka proses tersebut tidak bisa berjalan baik, sehingga dapat mengakibatkan aterosklerosis. Apoliprotein utama pada HDL disebut Apo A-I, yang diketahui bersifat anti-inflamasi dan antioksidasi yang membuang kolesterol dari dinding arteri. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah antara lain: usia, diet tinggi lemak jenuh dan kolesterol, genetik, hormon, berat badan, tingkat aktivitas fisik dan penyakit lain Mahan dan Escott-Stump 2008. Gambar 12 Kadar HDL plasma darah sebelum dan sesudah intervensi Pada Tabel 11 menunjukkan bahwa intervensi minuman beroksigen yang diberikan tidak signifikan p0.05 mempengaruhi kadar HDL plasma darah responden. Data sesudah intervensi Gambar 12 menunjukkan kadar HDL semua responden dalam batas normal HDL 35 mgdL, meskipun terdapat 6 orang 40 responden yang mengalami penurunan HDL. Namun demikian penurunan HDL tersebut tidak mengakibatkan rasio plasma kolesterol : HDL melebihi batas normal pada Tabel 13. Tabel 11 Perbandingan kadar HDL plasma darah sebelum dan sesudah intervensi Parameter statistik Sebelum mgdL Sesudah mgdL Rata-rata n=17 40.60 38.30 Standar deviasi 6.20 2.44 Minimum 33.00 34.00 Maksimum 60.00 42.00 Uji t berpasangan p0.05 Jumlah responden yang naik 8 orang 53.3 Rata-rata besarnya kenaikan 2.00 mgdL Jumlah responden yang tetap 1 orang 6.7 Jumlah responden yang turun 8 orang 53.3 Rata-rata besarnya penurunan 7.00 mgdL Penurunan HDL yang dialami oleh kedelapan responden tersebut di atas dapat disebabkan oleh diet tinggi karbohidrat berdasarkan data pada food recall Tabel 12. Penelitian Ulmann et al 1991, melaporkan bahwa diet tinggi 10 20 30 40 50 60 H D L m g d L 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Responden Sebelum Sesudah batas normal 35 mgdL karbohidrat dengan rendah lemak dalam jangka pendek 65 kalori dari karbohidrat dan 20 kalori dari lemak, selama 10 hari yang dilakukan terhadap 8 responden yang biasa menerapkan American Diet 45 kalori dari karbohidrat, 40 kalori dari lemak dan 15 kalori dari protein menyebabkan penurunan signifikan p0.05 kadar plasma HDL sebesar 16. Kadar kolesterol dan Low Density Lipoprotein LDL juga mengalami penurunan signifikan p0.05. Adapun kadar plasma Very Low Density Lipoprotein VLDL maupun trigliserida tidak mengalami perubahan secara signifikan. Pengaruh karbohidrat pada kadar plasma HDL tersebut tidak terbatas pada karbohidrat sederhana tetapi juga ditemukan dengan diet tinggi karbohidrat kompleks Katan 1998. Mekanisme penurunan HDL akibat diet tinggi karbohidrat disebabkan oleh penurunan Apolipoprotein A-I yang merupakan penyusun utama HDL. HDL memiliki peran penting karena berfungsi membawa kolesterol bebas dari jaringan perifer menuju hati. Kolesterol ini diubah menjadi kolesterol ester yang sebagian dipindahkan ke VLDL melalui bantuan enzim CETP Cholesteryl Ester Transfer Protein dan dikembalikan lagi ke hati oleh LDL. Hati akan memanfaatkan kembali kolesterol ini untuk diubah menjadi garam empedu atau langsung mengsekresikan ke dalam empedu Tsalissavrina et al 2006. Pada responden No 1 mengalami penurunan HDL sebesar 6 mgdL dimungkinkan selain disebabkan oleh diet tinggi karbohidrat sebagaimana uraian di atas, juga dapat disebabkan oleh berkurangnya aktivitas olahraga Mamat 2010. Aktivitas olahraga responden No 1 menurun selama intervensi akibat cedera otot kaki ringan sehingga terbatas gerakannya saat melakukan olahraga beladiri. Tabel 12 Food recall pada responden yang mengalami penurunan HDL Kadar HDL mgdL Responden Sebelum Sesudah Penurunan Food recall H-18, 19, 20 1 41 35 -6 dominan karbohidrat, terutama camilan berkadar gula tinggi seperti wafer 3 38 36 -2 dominan karbohidrat, rendah serat. Camilan dominan karbohidrat murni, seperti biskuit manis, cokelat oles, siomay 4 60 34 -26 dominan karbohidrat murni, rendah serat dan menyukai camilan manis, seperti biskuit, roti, coklat tabur, wafer, nagasari, brownies 6 40 38 -2 dominan karbohidrat, terutama camilan malam, seperti bihun goring 8 46 42 -4 dominan karbohidrat, terutama camilan seperti bakwan, cireng, mie ayam, nasi goring, burger dan pizza mini 9 39 37 -2 dominan karbohidrat, rendah serat 10 40 39 -1 dominan karbohidrat, terutama camilan malam seperti mie bakso pangsit, kwetiaw 11 49 36 -13 dominan karbohidrat terutama karbohidrat murni rendah serat, seperti nasi putih, bakso, risoles, jus dengan susu kental manis dan gula pasir yang berlebih

4.3 Rasio Kolesterol : HDL