Kolesterol HASIL DAN PEMBAHASAN

beroksigen pada penelitian tersebut memiliki 4 saturasi oksigen lebih tinggi dibandingkan plasebo. 95,5 96,0 96,5 97,0 97,5 98,0 98,5 s1 s2 m0 m5 m10 m15 Waktu pengambilan sampel S a tu ra si o k si g e n AMDK 50 ppm 80 ppm 130 ppm jk panjang 100 ppm Gambar 10 Perbandingan rataan saturasi oksigen SpO 2 pada berbagai perlakuan Nilai rataan kadar SpO 2 masing-masing perlakuan pada menit ke-15 setelah pemberian minuman beroksigen belum sepenuhnya mampu membantu pemulihan kadar SpO 2 . Adapun perlakuan jangka panjang 100 ppm meskipun mengalami penurunan kadar SpO 2 terbesar setelah melakukan uji performa dengan treadmill s2, namun dapat memulihkan kadar SpO2 lebih tinggi dibandingkan perlakuan jangka pendek pada konsentrasi 80 ppm dan air minum biasa Gambar 10. Tabel 9 dan Gambar 10 menggambarkan bahwa tidak semua perlakuan minuman beroksigen memiliki kadar SpO 2 yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol sebagaimana parameter lainnya. Begitupula dengan beberapa data pemulihan SpO 2 pada menit ke-10 yang justru mengalami penurunan. SpO 2 tidak dipengaruhi oleh perlakuan minuman beroksigen dimungkinkan karena oksigen yang terukur berasal dari pernafasan. Oksigen dari paru-paru masuk ke dalam sel darah merah eritrosit secara difusi pasif kemudian diikat oleh hemoglobin. Difusi dapat terjadi pada paru-paru alveolus, karena perbedaan tekanan parsial antara udara dan darah dalam alveolus Guyton dan Hall 2011. Adapun oksigen dari minuman beroksigen diserap oleh usus secara difusi pasif dan kemudian masuk ke plasma darah pada pembuluh vena. Tekanan oksigen dalam darah vena selalu 15-35 mmHg lebih tinggi daripada di dalam lumen usus Gurskaya dan Ivanov 1961. Berbeda dengan eritrosit, plasma darah tidak mengandung hemoglobin. Profil Lipid Parameter profil lipid yang dikaji pada penelitian ini mencakup plasma kolesterol, HDL, LDL, dan trigliserida.

4.1 Kolesterol

Kolesterol adalah senyawa lemak yang dapat berasal dari bahan makanan maupun disentesis oleh hati. Dalam jumlah melebihi batas normal 200 mgdL, AMDK kolesterol dapat mempengaruhi kesehatan jantung dan otak. Kolesterol darah atau biasa disebut total kolesterol merupakan ukuran total kolesterol yang pada seluruh lipoprotein, yaitu HDL, LDL dan VLDL. Total kolesterol mencangkup kolesterol yang yang berada dalam seluruh fraksi lipoprotein, yaitu 60-70 dibawa oleh LDL, 20-30 dibawa oleh HDL dan 10-15 dibawa oleh VLDL. Pada Tabel 10 dan Gambar 11 menunjukkan penurunan kolesterol plasma darah responden secara signifikan p0.05 sesudah intervensi minuman beroksigen yang diberikan. Kadar kolesterol responden sebelum intervensi lebih tinggi dibandingkan setelah intervensi. Bahkan sebelum intervensi terdapat kadar kolesterol pada satu responden No 17 yang melebihi batas normal kolesterol 200 mgdL, yaitu sebesar 267 mgdL. 50 100 150 200 250 300 K o le st e ro l m g d L 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Responden Sebelum Sesudah Gambar 11 Kadar kolesterol plasma darah sebelum dan sesudah intervensi Penurunan kadar kolesterol total darah dapat disebabkan oleh penurunan konsumsi lemak jenuh dan kolesterol yang tinggi dalam makanan Tsalisavrina et al 2006 sebagaimana yang dialami oleh responden No 17. Responden No 17 mengalami penurunan kadar kolesterol terbesar 150 mgdL karena saat intervensi mengurangi konsumsi telur. Sebelum intervensi, responden itu dapat mengkonsumsi 3 butir telurhari. Kuning telur adalah sumber kolesterol yang tinggi. Data sesudah intervensi pada Gambar 11 menunjukkan kadar kolesterol pada semua responden berada dalam kondisi normal kolesterol 200 mgdL. Tabel 10 Perbandingan kadar kolesterol plasma darah sebelum dan sesudah intervensi Parameter statistik Sebelum mgdL Sesudah mgdL Rata-rata n=17 168.12 114.53 Standar deviasi 34.28 18.60 Minimum 122.00 91.00 Maksimum 267.00 149.00 Uji t berpasangan p0.05 Jumlah responden yang turun 17 orang 100 Rata-rata besarnya penurunan 53.6 mgdL batas normal 200 mgdL Kolesterol dalam tubuh manusia dapat berasal dari makanan yang dikonsumsi ataupun dari dalam tubuh yang diproduksi oleh hati. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah antara lain: usia, diet tinggi lemak jenuh dan kolesterol, genetik, hormon, berat badan, tingkat aktivitas fisik dan penyakit lain Mahan Escott-Stump 2008. Adapun konsumsi lemak yang mempengaruhi konsentrasi plasma kolesterol menurut Guyton dan Hall 2011, adalah: - Peningkatan konsumsi kolesterol setiap hari meningkatkan sedikit konsentrasi kolesterol plasma. Namun meningkatnya konsentrasi kolesterol akan menghambat enzim yang paling penting untuk mensintesis kolesterol secara endogen, yaitu 3-hydroxy-3-methylglutaryl CoA reductase, sehingga memberikan sistem kontrol umpan balik intrinsik untuk mencegah peningkatan berlebihan konsentrasi kolesterol pada plasma. Akibatnya, konsentrasi plasma kolesterol biasanya tidak berubah lebih dari ± 15 persen dengan mengubah jumlah kolesterol dalam makanan, meskipun respon setiap individu berbeda. - Diet lemak jenuh meningkatkan konsentrasi kolesterol darah 15-25 persen, terutama bila dikaitkan dengan kelebihan berat badan dan obesitas. Hal ini akibat dari penumpukan lemak di hati yang meningkat, sehingga meningkatkan asetil-KoA dalam sel-sel hati untuk memproduksi kolesterol. Oleh karena itu, untuk menurunkan konsentrasi kolesterol darah, diet rendah lemak jenuh diperlukan selain diet rendah kolesterol. - Konsumsi lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh biasanya menekan konsentrasi kolesterol darah dalam jumlah sedikit hingga sedang. - Kurangnya hormon insulin atau tiroid meningkatkan konsentrasi kolesterol darah, sedangkan kelebihan hormon tiroid menurunkan konsentrasi kolesterol darah. Efek ini mungkin disebabkan oleh perubahan tingkat aktivasi enzim tertentu yang bertanggung jawab untuk metabolisme zat lemak. - Kelainan genetik metabolisme kolesterol sangat dapat meningkatkan kadar kolesterol plasma, misalnya mutasi dari gen reseptor LDL dapat mencegah hati membersihkan kolesterol kaya LDL dari plasma darah. Hal ini menyebabkan hati memproduksi kolesterol dalam jumlah yang berlebihan. Mutasi gen yang mengkode apolipoprotein B bagian dari LDL yang mengikat reseptor, juga menyebabkan produksi kolesterol berlebihan oleh hati.

4.2 High Density Lipoprotein HDL