Serutan Kayu Kamper Dryobalanops aromatica

3 a b Gambar 1. a Buah kemiri sunan b Biji kemiri sunan dibandingkan dengan biji Jarak Pagar Menurut Natakarma 2009 sisa dari ekstraksi berupa bungkil dapat diolah lebih lanjut menjadi biogas. Sebanyak tiga kilogram kg bungkil dapat menghasilkan energi setara dengan seliter minyak tanah. Jika rata-rata kebutuhan biogas setiap rumah sebanyak 1-1.5 liter minyak tanah per hari maka dibutuhkan 6-9 kg bungkil per hari atau 2-3 ton bungkil per tahun setara dengan 6 ton biji kering pertahun. Pada Gambar 1.b dapat dilihat biji di atas mistar adalah biji yang masih tertutupi oleh cangkang sedangkan yang terdapat dibawah mistar adalah biji yang telah dikupas bagian cangkangnya. Jika pengolahan biodiesel menggunakan biji beserta cangkangnya, minyak biodiesel yang dihasilkan akan berwarna keruh. Oleh karena itu biasanya yang diolah adalah biji yang terlebih dulu dikupas cangkangnya. Pengupasan cangkang dari biji dapat menggunakan alat pengupas biji kemiri dapur, karena ukuran dan sifatnya yang hampir mirip, bahkan cangkang kemiri dapur lebih keras dari kemiri sunan. Akibat yang ditanggung oleh pengerjaan ini yaitu adanya limbah berupa cangkang kemiri sunan yang tidak termanfaatkan. Limbah inilah yang dalam kegiatan ini akan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan papan partikel.

B. Serutan Kayu Kamper Dryobalanops aromatica

Menurut Hargreen dan Bowyer 1989 kayu adalah suatu karbohidrat yang tersusun atas karbon, hidrogen dan oksigen. Komposisi bahan kayu berdasarkan persen berat kering yaitu karbon 49, hidrogen 6, oksigen 44, sedikit nitrogen dan abu 0,1. Kayu biasanya diolah terlebih dahulu sebelum digunakan. Pengolahan kayu akan menghasilkan limbah pengolahan kayu. Limbah pengolahan kayu adalah kayu yang tersisa akibat proses pengolahan yang bentuknya dapat berupa serbuk gergaji sawdust, sebetan slabs, potongan trim dan shaving. Serutan kayu bisa didapatkan dari limbah pengrajin kayu furniture yang ada. Serutan kayu ini dianggap sampah oleh para pengrajin kayu. Para pengrajin ini biasanya membuang atau membakar serutan kayu tersebut. Ketersediaan serutan kayu dapat mencapai 5,8 ton perhari pada sentra mebel tradisional Jakarta timur pada tahun 1996 Martosudirjo,1996. Dewasa ini bahkan sebuah perusahaan yang terletak di daerah Tanggerang, Banten bernama CV. Karya Serutan 4 Perkasa dapat menyediakan 20 ton perhari Anonim, 2011. Hal ini menunjukan bahwa ketersediaan serutan kayu melimpah. Kayu kamper adalah salah satu jenis kayu yang ada di Indonesia yang sering digunakan sebagai bahan bangunan, furniture dan lainnya. Komposisi kimia pada kayu kamper sebagai salah satu jenis kayu yang ada di Indonesia yaitu kandungan selusosa 60, lignin 26,9, pentosan 15,7, kadar silika 0,6 Martawijaya, 1981. Kayu Kamper termasuk ke dalam famili Dipterocarpaceae. Dipterocarpaceae adalah satu-satunya suku tumbuhan yang mendominasi hutan tropis dataran rendah primer, baik ditinjau dari segi jumlah maupun dari segi volume kayunya. Suku kayu ini merupakan sumber penghasil kayu yang paling berharga baik untuk keperluan konstruksi berat maupun untuk konstruksi ringan Tantra, 1976. Kayu kamper memiliki ciri-ciri umum antara lain, warna kayu merah, merah- coklat, atau merah-kelabu, mempunyai tekstur agak kasar dan merata, arah serat lurus atau terpadu, permukaan terasa licin jika diraba, permukaan mengkilap dan berbau kamper jika masih segar, namun bau ini akan hilang jika kayu dikeringkan Martawijaya et al, 1981. Sifat-sifat umum kayu Kamper adalah mempunyai permukaan yang lurus atau terpadu dengan kekerasan dan kembang kusut sedang, tahan terhadap retak radial, pengerjaan agak sukar, bagian gubalnya mudah diawetkan, dapat tahan beberapa tahun asal terhindar dari serangan rayap dan air garam atau tanah. Samingan, 1982 .

C. Papan Partikel