Pendidikan Terakhir Ibu Responden Pekerjaan Bapak Responden Pekerjaan Ibu Responden

Remaja desa Kuta Sirna sebanyak 44 persen masih berstatus sebagai pelajar dan 56 persen lainnya sudah tidak sekolah, bekerja, atau pengangguran. Rata-rata remaja desa Kutasirna banyak yang bekerja sebagai buruh pabrik, pedagang asongan atau karyawan di mini market. Remaja desa Kutasirna juga banyak yang belum bekerja atau pengangguran, dikarenakan rendahnya pendidikan, sedikitnya lapangan pekerjaan di dalam desa Kutasirna, serta tingginya persaingan di dalam dunia kerja menyebabkan remaja desa Kutasirna sulit untuk mendapatkan pekerjaan Sebagian besar remaja Desa Kuta Sirna belum menikah 79 dengan pendidikan terakhir SD sebanyak 29 persen, pendidikan terakhir SLTP sebanyak 32 persen, pendidikan terakhir SMU sebanyak 37 persen, dan pendidikan terakhir Madrasah PAUD sebesar 2 persen. Remaja desa Kutasirna tidak ada yang mempunyai pendidikan terakhir sebagai lulusan Diploma III atau Sarjana. Hal tersebut dikarenakan oleh faktor ekonomi yang membuat remaja desa Kutasirna tidak bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Apabila dilihat secara keseluruhan, maka dapat disimpulkan rata-rata remaja desa Kutasirna sudah tidak sekolah lagi, sedang bekerja atau pengangguran dengan tingkat ekonomi yang rendah serta pendidikan yang rendah yaitu lulusan SMU atau SLTP. Karakteristik Orang Tua Responden Pada tabel 4 terlihat rata-rata pendidikan terakhir ayah responden yaitu tamat SD sebanyak 41 persen dan tamat SLTP sebanyak 26 persen. Sedangkan rata-rata pendidikan terakhir ibu responden yaitu tamat SD sebanyak 55 persen. Sebagian besar keluarga Desa Kuta Sirna yaitu keluarga pra sejahtera. Mata pencaharian ayah responden yaitu sebagai pedagang kecil 35 seperti membuka warung, berjualan pulsa, dan pedagang asongan, sebagai petani 30, buruh 26, PNS 3 dan tukang ojek 2 dengan sebagian besar berpendapatan Rp. 1.000.000,-bulan 52 dan sebagian kecil berpendapatan Rp. 3.000.000,-bulan 7. Sedangkan ibu dari responden remaja desa Kuta Sirna banyak yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga 79 dan sebagian lainnya bekerja di industri kecil rumahan 9 seperti membuat anyaman bambu dan makanan ringan, sebagai PNS 5, sebagai petani 4 dan juga buruh pabrik 3. Tabel 4. Jumlah dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Orang Tua Responden No. Kategori Jumlah n n A. Pendidikan Terakhir Bapak Responden

B. Pendidikan Terakhir Ibu Responden

1. Tidak Sekolah 13 13 18 18 2. Lulus SD 47 47 55 55 3. Lulus SLTP 26 26 15 15 4. Lulus SMU 14 14 12 12

C. Pekerjaan Bapak Responden

D. Pekerjaan Ibu Responden

1. Petani 30 30 4 4 2. PNS 3 3 5 5 3. Buruh 26 26 3 3 4. Pedagang Kecil 35 35 9 9 5. Tukang Ojek 2 2 Anyaman merupakan seni yang mempengaruhi kehidupan dan kebudayaan masyarakat Melayu. Menganyam bermaksud proses menjaringkan atau menyilangkan bahan-bahan daripada tumbuh-tumbuhan untuk dijadikan satu rumpun yang kuat dan boleh digunakan. Bahan tumbuh-tumbuhan yang boleh dianyam ialah lidi, rotan, akar, bilah, pandan, mengkuang dan beberapa bahan tumbuhan lain yang dikeringkan. Gambar 5 merupakan gambar beberapa hasil anyaman dari pengrajin bambu desa Kutasirna. Gambar 5. Hasil Anyaman Baki dan Boboko Maka dapat disimpulkan orang tua responden mempunyai orang tua dengan pendidikan terakhir lulus Sekolah Dasar SD, dengan pekerjaan bapak sebagai pedagang kecil seperti pedagang asongan atau berjualan pulsa dan pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga atau tidak bekerja dengan pendapatan Rp. 1.000.000bulan. Maka dapat dikatakan bahwa tingkat ekonomi responden tergolong rendah. Perilaku Menonton Infotainment Frekuensi Menonton Perilaku menonton pada aspek frekuensi menonton remaja dipengaruhi oleh kebutuhan atau dorongan tertentu dalam penggunaan media dan mengharapkan untuk mendapatkan kepuasan dari media tersebut, dalam hal ini medianya adalah tayangan infotainment yang telah memberikan kepuasan terhadap remaja dengan sajian acara yang disuguhkan menghibur dan menarik sehingga akan selalu menonton program tersebut. Waktu Menonton Infotainment Mayoritas remaja Desa Kuta Sirna menyaksikan acara infotainment pada pagi hari sebelum mereka berangkat sekolah atau bekerja, sekitar pukul 06.00-10.00 WIB dengan durasi menonton sekitar 30 menit hingga satu jam dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Jumlah dan Persentase Berdasarkan Waktu Menonton Infotainment No. Waktu Menonton Infotainment n 1. 06.00 – 10.00 WIB 56 56 2. 10.01 – 14.00 WIB 17 17 3. 14.01 – 18.00 WIB 21 21 4. 18.01 WIB 6 6 Durasi Menonton Infotainment Perilaku menonton pada aspek durasi menonton remaja tergantung pada isi acaranya, jika responden menganggap tayangan tersebut menarik maka akan menghabiskan waktunya untuk menonton program infotainment tersebut. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa program infotainment akan dapat menyita waktu responden jika sajian acara yang disuguhkan menarik dan menghibur, selain itu juga dengan berdekatannya jam-jam tayang program infotainment yang satu dengan yang lainnya akan membuat responden semakin lama durasinya dalam menonton tayangan infotainment. Jumlah dan persentase responden berdasarkan durasi menonton per hari dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Jumlah dan Persentase Perilaku Menonton Responden Berdasarkan Durasi Menonton Infotainment Per Hari Rata-rata durasi tayangan infotainment sebanyak 30 menit. Responden yang menonton tayangan infotainment setiap harinya sebanyak kurang dari 1 jam, itu berarti responden hanya menonton satu tayangan infotainment setiap harinya. Sedangkan responden yang menonton 1-2 jam per hari berarti menonton 2-3 tayangan infotainment setiap harinya. Pilihan Tayangan Perilaku menonton pada aspek pilihan menonton remaja dipengaruhi oleh stasiun televisi apa dan program tayangan infotainment mana yang memberikan informasi mengenai dunia entertainment yang sesuai dan disukai oleh responden, dalam hal ini stasiun televisi dan tayangan infotainment yang memberikan informasi yang sedang dicari dan dibutuhkan oleh responden akan memberikan kepuasan terhadap responden dengan sajian acara yang disuguhkan sehingga akan selalu menonton program tersebut. Stasiun Televisi Gambar Logo Stasiun TV RCTI Jenis stasiun televisi yang paling banyak ditonton oleh remaja Desa Kuta Sirna adalah RCTI. Alasan responden memilih stasiun televisi RCTI adalah karena stasiun televisi RCTI merupakan stasiun televisi yang sinyal tayangannya paling baik di Desa Kuta Sirna dibandingkan dengan stasiun televisi lain. RCTI Rajawali Citra Televisi Indonesia merupakan layanan televisi swasta pertama di Indonesia yang telah menemani masyarakat selama 27 tahun. Saat ini RCTI merupakan stasiun televisi yang memiliki jangkauan terluas di Indonesia, melalui 48 stasiun relaynya program-program RCTI disaksikan oleh lebih dari 190,4 juta pemirsa yang tersebar di 478 kota di seluruh Nusantara, atau kira-kira 80,1 persen dari jumlah penduduk Indonesia www.rcti.tv . Pada tahun 2012. RCTI ditonton oleh 8,5 miliar pemirsa atau meningkat sebesar 36,3 persen dari sebelumnya 6,3 miliar pemirsa pada tahun 2011 www.mnc.co.id . Tayangan program hiburan yang dimiliki oleh RCTI adalah Lucky Show, My Daddy My Hero, Baper, Silet, Intens, Go Spot, dan Dahsyat. Jenis stasiun televisi dan program- program tayangan infotainment dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Jenis Stasiun Televisi dan Program-Program Tayangan Infotainment No. Stasiun Televisi Acara Setiap Hari Hari Tertentu Jarang Pernah Tidak Pernah Jumlah 1. RCTI Go Spot 42 14 28 5 11 100 Intens 15 24 48 11 2 100 Silet 15 23 45 11 6 100 Cek Ricek 6 18 52 12 12 100

2. SCTV

Was-was 7 17 49 11 16 100 Halo Selebriti 7 12 59 4 18 100 3. ANTV Seleb Seleb 6 13 52 14 15 100 Seputar Obrolan Selebriti 5 20 53 8 14 100

4. Indosiar

KISS Pagi 5 19 53 10 13 100 Hot Kiss 5 11 51 14 19 100 5. MNC TV Pose 8 17 50 12 13 100 Tuntas 6 13 55 12 14 100

6. Trans 7

Selebrita Pagi 7 14 48 15 16 100 Selebrita Siang 4 16 50 14 16 100 7. Trans TV Insert Pagi 29 11 32 13 15 100 Insert Siang 13 21 35 12 19 100 Insert Investiga si 9 16 49 11 15 100 8. Global TV Obsesi 18 14 43 12 13 100 Seleb On Cam 3 19 45 14 19 100 Fokus Selebriti 3 21 39 20 17 100 Stasiun televisi lain seperti ANTV dan Trans 7 jarang ditonton oleh responden dikarenakan sinyal tayangan yang kurang baik ditangkap di daerah Kutasirna, selain itu tayangan infotainment nya dianggap kurang menarik karena selebritis yang ditampilkan oleh infotainment di stasiun televisi tersebut kurang dikenal oleh responden, dan juga informasi yang diberitakan kurang up to date apabila dibandingkan dengan tayangan infotainment di stasiun televise lainnya. Program Tayangan Infotainment Program tayangan infotainment Go Spot di RCTI yang tayang hari Senin sampai Jumat pada pukul 06.00 WIB dan pada hari Sabtu dan Minggu pukul 05.30 WIB. Alasan mereka memilih tayangan Go Spot di RCTI karena Go Spot tayang paling pagi, sehingga Go Spot menghadirkan berita lebih awal dibandingkan dengan program acara lain. Tayangan Go Spot juga dianggap sebagai tayangan yang menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh mereka, menghadirkan fakta atau narasumber bukan hanya narasi dari pihak infotainment semata, dan juga selalu memberitakan selebritis yang mereka kenal dan selebritis yang sering muncul di televisi. Selain itu tampilan para pembawa acaranya dianggap menarik oleh para responden karena tidak terlalu berlebihan dalam hal pakaian dan dandanannya. Foto presenter tayangan Go Spot RCTI dan Insert Trans TV dapat dilihat pada gambar 6. Gambar 6. Foto Presenter Tayangan Go Spot di RCTI dan Insert di Trans TV sumber: www.jadwaltelevisi.com dan www.memobee.com Apabila dibandingkan dengan tayangan Insert di Trans TV, para responden jarang menyaksikan tayangan Insert, dikarenakan para responden menganggap bahwa tayangan Insert dalam penyajiannya menggunakan bahasa yang sulit mereka mengerti, seringkali banyak menggunakan istilah-istilah yang asing bagi mereka, selain itu tampilan para pembawa acaranya dianggap terlalu glamour dengan dandanan yang mewah dan seksi. Topik Tayangan Infotainment Menurut remaja Desa Kuta Sirna, topik yang menarik dari tayangan infotainment adalah pemberitaan mengenai kehidupan rumah tangga para selebritis yang di dalamnya termasuk kabar tentang pernikahan seperti pesta pernikahan, perceraian, kasus atau masalah pribadi rumah tangga, dan juga kelahiran anak selebritis 26. Selain itu, mayoritas remaja Desa Kuta Sirna juga menyukai tayangan infotainment yang memberitakan mengenai kesuksesan para selebritis seperti liputan rumah baru atau mobil mewah 22, kehidupan mewah para selebritis seperti jalan-jalan ke luar negeri 17, liputan kehidupan sehari-hari para selebritis seperti mengikuti kegiatan selebritis tersebut seharian 17, kabar-kabar lainnya dari para selebritis seperti berita kematian, berita launching film terbaru atau hubungan asmara 10, dan juga berita mengenai artis yang terjerat narkoba 8. Tabel 7. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Topik Tayangan Infotainment Yang Diminati No. Topik Tayangan Infotainment n 1. Pernikahan 26 26 2. Kehidupan mewah selebritis 17 10 3. Kesuksesan selebritis 22 22 4. Kehidupan sehari-hari selebritis 17 17 5. Selebritis yang terjerat narkoba 8 8 6. Kabar lainnya dari para selebritis 10 10 Motif Menonton Perilaku menonton pada aspek motif menonton remaja dipengaruhi oleh kebutuhan informasi apa yang dicari oleh responden serta tujuan responden dalam menyaksikan tayangan infotainment. Motivasi Menonton Dari tabel. 8 dapat dilihat jumlah dan persentase motivasi menonton responden dalam menyaksikan tayangan infotainment cukup beragam dari hal ingin mencari informasi, hiburan, kebutuhan sosial hingga untuk mengisi waktu luang. Ini berarti sesuai dengan teori uses and gratification bahwa responden dianggap aktif dalam menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya, yang artinya dimana responden memiliki kebutuhan atau dorongan tertentu dalam penggunaan media dengan mengharapkan untuk mendapatkan kepuasan dari media tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki kebutuhan-kebutuhan akan hiburan yang dapat dipenuhi dengan menonton tayangan infotainment sehingga menimbulkan kepuasan dalam diri responden. Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Motivasi Menonton Tayangan Infotainment No. Motivasi Menonton n 1. Mendapatkan informasi 21 21 2. Hiburan 64 64 3. Kebutuhan sosial 5 5 4. Mengisi waktu luang 10 10 Sesuai dengan teori uses and gratifications bahwa responden memiliki kebutuhan kognitif cognitive needs, yaitu memperoleh informasi, pengetahuan dan pemahaman, maka dari itu responden menyaksikan tayangan infotainment agar dapat memenuhi kebutuhan kognitifnya dalam mendapatkan informasi. Selain itu responden menyaksikan tayangan infotainment untuk memenuhi kebutuhan integrative sosial social integrative needs, yaitu memperkuat hubungan dengan keluarga, teman dan sebagainya. Kebutuhan ini dikarenakan adanya kebutuhan manusia untuk diakui dan merasakan kasih sayang dari lingkungannya, dan juga kebutuhan pelepasan ketegangan escapist needs, yaitu pelarian dan pengalihan responden dengan cara mengisi waktu luang dengan menonton tayangan infotainment. Penelitian mengenai perilaku menonton serta motivasi nya dilakukan oleh Dewi Anjarwati dengan judul penelitian “Perilaku Khalayak Menonton Program Komedi Yuk Keep Smile di Trans TV Studi Deskriptif di Kelurahan Sungai Pinang Dalam Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda. Hasil dari penelitian tersebut ialah motivasi menonton responden dalam menyaksikan program komedi YKS berbeda-beda. Motivasi paling besar ialah untuk memperoleh hiburan, untuk memperoleh informasi dan mengisi waktu luang. Interaksi Responden Remaja Desa Kuta Sirna juga sebagian besar 80 suka memperbincangkan isi dari tayangan infotainment tersebut dengan teman 55, orang tua 33 atau orang lain di sosial media 12. Interaksi yang terjadi pada responden menimbulkan ketertarikan terhadap program tayangan infotainment tersebut. Dalam hal ini lingkungan yang mempengaruhi perilaku menonton ini salah satunya lingkungan pertemanan dimana hubungan pertemanan ini menyebabkan responden menonton tayangan infotainment karena dalam pergaulan responden banyak teman dari responden yang membahas mengenai informasi-informasi yang ditayangkan oleh infotainment. Selain itu kehadiran social media tidak dapat dipungkiri semakin menambah ketertarikan responden dalam menyaksikan tayangan infotainment, dikarenakan melalui social media responden banyak “bertemu” dengan orang lain yang juga membahas atau mencari mengenai informasi yang dicari oleh responden, sehingga responden bisa berbagi informasi mengenai hal-hal yang sedang diperbincangkan dan ditayangkan oleh infotainment. Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Interaksi Responden Dalam Membahas Tayangan Infotainment No. Interaksi Responden n 1. Orang Tua 33 33 2. Teman 55 55 3. Orang lain di social media 12 12 Terpaan Media Lain Dapat dilihat pada tabel. 10 selain melalui tayangan infotainment di televisi, remaja desa Kutasirna juga mendapatkan berita-berita mengenai artis idolanya melalui media massa lain seperti radio 41, social media seperti twitter atau instagram 37, majalah 15, tabloid 4 dan surat kabar 3. Remaja desa Kutasirna sering mendengarkan berita mengenai artis idolanya melalui radio pada saat mereka sambil bekerja atau di dalam perjalanan melalui radio di telepon genggamnya. Selain radio, responden juga seringkali mendapatkan berita mengenai artis idolanya melalui akun pribadi para selebritis di sosial media twitter dan instagram, dengan social media seperti twitter dan instagram para responden merasa lebih dekat dengan artis idolanya dengan bisa mengetahui kehidupan dan kegiatan sehari-hari mereka serta bisa juga menyapa atau memberikan komentar di social media tersebut. Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Terpaan Media Lain No. Terpaan Media Lain n 1. Radio 41 41 2. Surat Kabar 3 3 3. Majalah 15 15 4. Tabloid 4 4 5. Social Media 37 37 Representasi Sosial Kesuksesan Hidup Selebritis Bagi Remaja di Pedesaan Representasi Sosial Kriteria Selebritis Sukses Remaja desa Kuta Sirna melihat gambaran selebritis sukses yang mereka lihat dari tayangan infotainment adalah selebritis yang terkenal, yaitu selebritis yang muncul setiap hari di televisi, selebritis yang kaya dan pintar. Gambar 8. Jumlah dan Persentase Representasi Sosial Kriteria Selebritis Sukses Menurut Remaja Pedesaan Remaja desa Kutasirna menilai selebritis yang mereka anggap sukses adalah Raffi Ahmad dan Syahrini karena dianggap muda, kaya raya, terkenal, muncul setiap hari di televisi dan juga pintar atau ahli di bidangnya professional. Gambar 9. Foto Raffi Ahmad dan Syahrini, Selebritis Yang Dianggap Sukses sumber: www.detikhot.com Remaja desa Kutasirna mengaku menyukai Raffi Ahmad dikarenakan Raffi Ahmad selalu mempunyai berita-berita terbaru yang disiarkan di tayangan infotainment, selain itu berita-berita mengenai kehidupan pribadi dan rumah tangga Raffi Ahmad juga disukai para responden. Raffi Ahmad juga dianggap sebagai sosok yang sukses di bidangnya dalam usia muda, karena responden melihat dari tayangan infotainment bahwa Raffi Ahmad mempunyai rumah yang mewah serta mengendarai mobil sport. Gaya dandanan Raffi Ahmad seperti kaos, jaket dan jeans sering ditiru oleh remaja desa Kutasirna. Selain Raffi Ahmad, remaja desa Kutasirna juga menilai Syahrini sebagai salah satu selebritis yang sukses dikarenakan Syahrini masih muda, kaya raya, dan juga terkenal. Responden mengaku menyukai Syahrini dikarenakan gaya bicara Syahrini yang selalu menarik dan sering ditiru oleh remaja desa Kutasirna seperti “maju mundur cantik atau manja” serta Syahrini dianggap selalu mengeluarkan sensasi dan hal-hal tren baru yang membuat responden tertarik untuk menyaksikannya melalui tayangan infotainment seperti tren rambut jambul katulistiwa, kaftan ala Syahrini atau bulu mata anti badai ala Syahrini. Faktor Penyebab Kesuksesan Selebritis Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Kesuksesan Selebritis No. Faktor Kesuksesan Selebritis n 1. Kerja Keras 74 74 2. Pintar 7 7 3. CantikTampan 10 10 4. Pendidikan Tinggi 6 6 5. Orang Tua Terkenal 3 3 Sebagian besar remaja desa Kutasirna berpendapat bahwa faktor yang bisa membuat selebritis tersebut sukses dikarenakan faktor kerja keras 74, selain itu faktor-faktor lain yang dianggap menunjang kesuksesan para selebritis adalah cantiktampan, pintar ahli di bidangnya, pendidikan tinggi dan mempunyai orang tua yang terkenal. Remaja desa Kutasirna berpendapat bahwa cantiktampan bukanlah hal yang paling penting bagi selebritis untuk mencapai kesuksesan, mereka mengagap bahwa untuk bisa menjadi selebritis yang sukses juga membutuhkan kerja keras, selain itu responden juga berpendapat bahwa setiap hari bermunculan artis-artis baru, oleh karena itu dibutuhkan kerja keras untuk bisa bertahan di dunia entertainment. Responden memberikan contoh selebritis seperti Sule, walaupun responden menganggap Sule tidak tampan, tidak mempunyai pendidikan yang tinggi atau tidak mempunyai orang tua yang terkenal tetap bisa mencapai kesuksesan dikarenakan kerja kerasnya. Gambar 10. Foto Sule, Selebritis Yang Dianggap Bisa Sukses Walaupun Tidak Tampan sumber: www.wowkeren.com Dampak Sukses Selebritis Responden berpendapat bahwa dampak dari kesuksesan yang diraih oleh selebritis adalah menjadi dikenal banyak orang 81, dengan muncul hampir setiap hari di televisi membuat selebritis menjadi dikenal oleh banyak orang, bukan hanya tampil di acara seperti sinetron atau talkshow saja, akan tetapi sering muncul di tayangan infotainment dianggap responden semakin membuat selebritis tersebut dikenal oleh banyak orang dikarenakan tayangan infotainment yang tayang setiap hari di televisi dengan jam tayang yang beragam dan juga tayang di semua stasiun televisi akan membuat selebritis tersebut semakin dikenal banyak orang, karena terkadang ada beberapa selebritis yang responden tidak mengenalnya melalui sinetron atau film, akan tetapi mengenalnya melalui tayangan infotainment. Tabel 15. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Dampak Sukses Selebritis No. Dampak Sukses Selebritis n 1. Dikenal Banyak Orang 81 81 2. Banyak Harta 8 8 3. Bahagia lahir batin 11 11 Faktor Hilang Kesuksesan Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Hilang Kesuksesan No. Faktor Hilang Kesuksesan n 1. Sombong 35 35 2. Terjerat Narkoba 50 50 3. Sering Terlibat Kasus Perkelahian 7 6 4. Perceraian 5. Hidup Foya-foya 8 8 Sebagian remaja desa Kutasirna berpendapat bahwa seorang selebritis bisa kehilangan kesuksesannya apabila selebritis tersebut terjerat kasus narkoba 50, dikarenakan responden menilai apabila selebritis tersebut terjerat kasus narkoba maka selebritis tersebut akan kehilangan karirnya, kehilangan harta bendanya, juga kehilangan para penggemarnya yang bisa membuat kesuksesannya juga hilang. Faktor sombong 35 juga dianggap responden bisa membuat selebritis kehilangan kesuksesannya dikarenakan responden berpendapat bahwa selebritis tersebut bisa sukses karena dukungan dari para penggemarnya, maka apabila selebritis tersebut sombong dan membuat para penggemarnya tidak suka maka para penggemarnya akan meninggalkan selebritis tersebut yang menyebabkan selebritis tersebut kehilangan kesuksesannya. Selain terjerat narkoba dan sombong, faktor lain yang membuat selebritis kehilangan kesuksesannya adalah apabila selebritis tersebut sering terlihat hidup foya-foya di tayangan infotainment atau di social media pribadi selebritis tersebut 8 dan juga apabila sering terlibat kasus perkelahian 7. Yang Bisa Ditiru Dari Selebritis Sebagian besar remaja desa Kutasirna menilai yang bisa ditiru dari tokoh selebritis idolanya adalah kerja kerasnya 54 dan juga kesuksesannya 34. Hanya sedikit yang memilih cara berpakaian 6 dan gaya hidup 6 sebagai sesuatu yang bisa ditiru dari selebritis idolanya. Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Yang Bisa Ditiru Dari Selebritis No. Yang Bisa Ditiru Dari Tokoh Selebritis n 1. Kerja Keras 54 54 2. Kesuksesannya 34 34 3. Cara Berpakaiannya 6 6 4. Gaya Hidup 6 6 Hal tersebut sesuai dengan teori Giles 2003 dalam bukunya yang berjudul “Media Psychology” menyebutkan ada tiga dampak dari komunikasi massa melalui media, yaitu: 1. Imitation adalah penonton suka meniru apa yang mereka lihat di TV atau media- media lainnya. Hal ini biasa terjadi terutama pada anak-anak dan remaja. 2. Excitation adalah tayangan-tayangan di televisi menimbulkan rangsangan terhadap pemirsanya. Contohnya seperti program yang menayangkan hal-hal yang mengandung unsur pornografi. 3. Desensitisation adalah tayangan dengan isi yang sama dan ditonton secara terus- menerus akan mempengaruhi persepsi dan pola pikir penontonnya terhadap hal yang terdapat atau isi dalam tayangan tersebut. Responden meniru apa yang mereka lihat dari tayangan infotainment, selain cara berpakaian dan gaya hidupnya akan tetapi ada sisi baik yang ditiru oleh responden yaitu kerja keras dan kesuksesannya. Hal ini berarti dapat dikatakan bahwa tayangan infotainment tidak sepenuhnya memberikan dampak yang buruk, bahwa tayangan infotainment juga dapat memotivasi responden untuk bekerja keras agar bisa sukses. Penelitian mengenai hal ini pernah dilakukan oleh Olivia M. Kaparang dalam jurnal nya yang berjudul “Analisa Gaya Hidup Remaja dalam Mengimitasi Budaya Pop Korea melalui Televisi Studi pada siswa SMA Negeri 9, Manado”. Berdasarkan hasil penelitian, budaya pop Korea sangat terlihat mulai mendominasi remaja SMA Negeri 9 Manado dan tampak jelas mereka mulai meninggalkan budaya Indonesia sebagai pegangan hidup keseharian. Mereka bahkan rela menghabiskan banyak waktu untuk memperoleh informasi mengenai budaya ini dibandingkan budaya sendiri. Hal ini membuktikan bahwa telah terjadi pergeseran budaya dan hal tersebut perlu ditindaklanjuti dari sekarang. Selain itu, penelitian mengenai pengaruh selebritis terhadap remaja juga dilakukan oleh Rita. Dalam jurnal nya yang berjudul “Pengaruh Role Model’s Influence pada Materialism dan Marketplace Knowledge Periode Remaja Akhir” menunjukkan bahwa tidak signifikan antara pengaruh langsung model peranan ayah, ibu dan teman dengan materialism dan pengetahuan berbelanja periode remaja akhir. Namun sebaliknya, ada signifikan antara pengaruh tidak langsung model peranan selebritis dan atlet terhadap materialism dan pengetahuan berbelanja periode remaja akhir. Tingkat Kesulitan Selebritis Mencapai Kesuksesan Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Kesulitan Selebritis Dalam Mencapai Kesuksesan No. Tingkat kesulitan selebritis mencapai kesuksesan n 1. Mudah 13 13 2. Sulit 87 87 Mayoritas responden melihat dari tayangan infotainment bahwa para selebrits melalui hal yang sulit 87 untuk mencapai kesuksesannya. Karena responden sering melihat dari tayangan infotainment bahwa keseharian para selebritis yang bekerja dari pagi hingga tengah malam, selain itu responden juga sering melihat kabar mengenai selebritis yang jatuh sakit akibat kelelahan bekerja. Repsonden menganggap bahwa untuk mencapai kesuksesan tersebut selebritis haruslah bekerja keras dan juga pintar di bidangnya. Hal tersebut memberikan motivasi bagi para responden bahwa kerja keras adalah hal yang penting dalam mencapai kesuksesan. Representasi Sosial Kesuksesan Hidup Selebritis Dari kata-kata yang sering muncul dari pembahasan di atas, dengan demikian dapat disimpulkan representasi sosial kesuksesan hidup selebritis adalah terkenal, pintar, cantiktampan, kaya dan hal tersebut diraih dengan kerja keras serta untuk mencapai kesuksesan itu adalah hal yang sulit. Keinginan Untuk Menjadi Selebritis Keinginan Untuk Menjadi Seperti Selebritis Idola Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Keinginan Responden Untuk Menjadi Seperti Selebritis Idola No. Menjadi Seperti Idola n 1. Ya 77 77 2. Tidak 23 23 Sebanyak 77 persen responden menginginkan bisa sukses seperti tokoh idolanya. Mereka ingin bisa sukses di usia muda, bisa mempunyai mempunyai rumah yang mewah atau bisa jalan-jalan ke luar negeri seperti artis yang mereka lihat di televisi. Mereka cenderung meniru dandanan para selebritis idolanya seperti gaya rambut dan pakaiannya, bahkan meniru gaya berbicara dan tingkah laku selebritis idolanya. Hasil ini menunjukkan teori Kultivasi dari George Gerbner bahwa media itu bisa mempengaruhi gaya bicara, gaya berpakaian, hingga gaya hidupnya. Inti dari teori kultivasi adalah terpaan media secara stimultan akan memberikan gambaran dan pengaruh pada persepsi pemirsanya. Teori kultivasi dalam bentuknya yang paling mendasar, percaya bahwa televisi bertanggung jawab dalam membentuk, atau mendoktrin konsepsi pemirsanya mengenai realitas sosial yang ada disekelilingnya.Pengaruh-pengaruh dari televisi yang berlangsung secara simultan, terus-menerus, secara tersamar telah membentuk persepsi individuaudiens dalam memahami realitas sosial. Lebih jauh lagi hal tersebut akan mempengaruhi budaya kita secara keseluruhan Kasriani 2014. Menurut teori kultivasi, televisi menjadi media atau alat utama di mana para penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur di lingkungannya. Persepsi apa yang terbangun di benak penonton tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh televisi, ia belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilainilainya, serta adat kebiasaannya. Para pecandu televisi seolah tidak sadar bahwa televisi mempunyai banyak pengaruh terhadap sikap dan perilaku mereka. Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan sikap dan nilai tertentu. Media pun kemudian memelihara dan menyebarkan sikap dan nilai itu antar anggota masyarakat dan kemudian mengikatnya bersama-sama pula. Penelitian kultivasi menekankan bahwa media massa merupakan agen sosialisasi dan menyelidiki apakah penonton televisi itu lebih mempercayai apa yang disajikan televisi daripada apa yang mereka lihat sesungguhnya. Efek kultivasi memberikan kesan bahwa televisi mempunyai dampak yang sangat kuat pada diri individu. Bahkan, mereka menganggap bahwa lingkungan di sekitarnya sama seperti yang tergambar dalam televisi Nurudin, 2007. Penelitian mengenai teori kultivasi pada remaja dalam menyaksikan tayangan talkshow di televisi pernah dilakukan oleh Kasriani 2014. Dalam penelitiannya Kasriani melihat dampak menonton tayangan talk show “Show Imah” pada perilaku dalam gaya bicara remaja yaitu berdampak negatif, seperti adanya perilaku meniru adegan-adegan yang terkesan tidak sopan dalam hal gaya bicara yang ditampilkan dalam talk show” Show Imah” yang meliputi aksi peniruan dalam hal gaya bicara, hal kata-kata verbal serta perilaku dalam gaya bicara itu juga dipengaruhi dua faktor yaitu faktor personal yang terdiri dari faktor biologis, motif sosiogenis, sikap, dan kebiasaan. Faktor situasional terdiri dari suasana perilaku behavioural setting dan teknologi komunikasi. Melalui beberapa uji teori komunikasi massa yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Kasriani yaitu teori pembelajaran sosial, teori perilaku dan teori kultivasi yang telah teruji bahwa media massa dapat memberikan efek atau dampak yang kuat dan memberikan efek secara langsung kepada khalayaknya melalui tayangan-tayangan yang disuguhkan apalagi mengingat bahwa tayangan tersebut memiliki jam tayang setiap hari yang akan secara bebas memberikan efek secara langsung bagi responden yang menontonnya secara terus menerus baik efek negatif maupun efek positif. Aspek peniruan yang dilakukan oleh remaja juga terdapat perbedaan jawaban dari informan, ada yang melakukan peniruan dan mempraktekkan gaya bicara itu karena memang suka dengan acara Show imah tersebut, untuk mencari identitas diri melalui gaya atau style penggunaan bahasa tapi ada juga yang mempraktekkan gaya bicara dari tayangan Show imah tersebut karena mengikuti gaya dan trend masa kini yang lagi fenomenal di kalangan masyarakat, dalam hal kata-kata verbal, keseluruhan remaja yang menjadi informan cenderung ikut meniru dan mempraktekkan kata-kata yang ada dalam talk show tersebut kedalam kehidupan mereka sehari-hari, misalnya seperti saling mengucapkan kata-kata masalah buat loe, loe dan gue dengan tingkah yang konyol kepada sesama teman dan keluarga. Sama hal nya dengan penelitan ini, para remaja desa Kutasirna juga suka mempraktekkan gaya bicara para artis yang sering mereka lihat di dalam tayangan infotainment. Seperti misalnya gaya berbicara Syahrini dengan kata-kata yang sering ditiru seperti, “maju mundur cantik”. Selain kata-kata, remaja desa Kutasirna juga cenderung meniru dandanan para artis tersebut, seperti misalnya gaya busana kaftan ala Syahrini atau dandanan ala girlband seperti Cherrybelle atau JKT48. Hal tersebut cukup mengkhawatirkan dikarenakan bisa membentuk remaja desa Kutasirna menjadi remaja yang hedonis. Ingin Menjadi Selebritis Mayoritas remaja desa Kutasirna tidak menginginkan menjadi seorang selebritis 62 dikarenakan mereka menganggap bahwa mereka tidak mempunyai kemampuan yang cukup untuk menjadi seorang selebritis, mereka melihat bahwa mereka tidak mempunyai bakat dalam hal seni berakting ataupun bernyanyi. Mereka menyadari juga bahwa mereka tidak mempunyai fisik yang menunjang untuk menjadi seorang selebritis, selain itu lokasi tempat tinggal mereka yang jauh dari pusat kota Jakarta membuat mereka tidak menginginkan menjadi seorang selebritis. Bagi responden, mereka juga tidak ingin menjadi selebritis dikarenakan dari tayangan infotainment, mereka melihat para selebritis tersebut juga kehilangan privacy-nya dikarenakan kehidupan pribadinya selalu disorot oleh media. Selain itu, pekerjaan menjadi selebritis juga dianggap berat oleh para responden dikarenakan jam kerja yang dari pagi hingga larut malam. Hal-hal tersebut yang membuat para responden tidak menginginkan menjadi selebritis. Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Keinginan Responden Menjadi Selebritis No. Keinginan Menjadi Selebritis n 1. Ya 38 38 2. Tidak 62 62 Representasi Sosial Kesuksesan Hidup Bagi Remaja di Pedesaan Gambaran Sukses Bagi Remaja Gambaran kesuksesan hidup bagi remaja di Desa Kuta Sirna dapat dilihat pada Gambar 11. Remaja Desa Kuta Sirna menganggap bahwa sukses itu apabila mereka sudah punya usaha sendiri 36 seperti mempunyai usaha bengkel, restoran atau toko pakaian. Responden berpendapat apabila mereka sudah punya usaha sendiri itu berarti mereka sudah menjadi pemimpin dan bisa membangun tempat kerja sendiri. Selain itu remaja desa Kutasirna berpendapat bahwa sukses itu apabila mempunyai banyak harta 25 seperti rumah yang mewah, tanah, sawah atau lahan yang luas, mempunyai kendaraan bermotor atau memiliki perhiasan. Responden juga berpendapat bahwa sukses itu apabila dirinya terkenal 17. Terkenal disini maksudnya adalah dikenal orang lingkungan sekitar sebagai orang yang sukses dan ahli dibidangnya seperti terkenal karena bisa masuk ke perguruan tinggi yang berkualitas atau terkenal karena bisa bekerja sebagai PNS atau pejabat daerah. Sebagian lainnya berpendapat bahwa sukses itu adalah apabila dirinya bahagia lahir batin 13 seperti bisa jalan-jalan ke luar negeri, mempunyai keluarga yang harmonis 5 seperti punya pasangan hidup dan punya anak, dan juga apabila bisa berangkat haji 3. Gambar 11. Jumlah dan Persentase Gambaran Sukses Remaja Faktor Sukses Remaja Sebagian besar remaja desa Kutasirna menilai bahwa kerja keras merupakan hal yang paling penting dalam mencapai kesuksesan 81, pintar dalam akademik 13 dan pendidikan tinggi 6 bukanlah satu-satunya faktor yang dalam penentu kesuksesan. Faktor pintar dalam akademik dan mempunyai pendidikan yang tinggi dapat menunjang seseorang dalam mencapai kesuksesan tapi bukanlah faktor utama. Remaja desa Kutasirna menilai bahwa banyak orang yang sukses dalam kehidupan dan karirnya walaupun tidak mempunyai pendidikan yang tinggi, mereka berpendapat bahwa apabila seseorang mampu bekerja keras dan serius dalam bidang yang ditekuninya maka orang tersebut akan sukses walaupun mungkin tidak mempunyai pendidikan yang tinggi. Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Faktor Sukses Bagi Remaja No. Faktor Sukses Bagi Remaja n 1. Kerja Keras 81 81 2. Pintar 13 13 3. Berpendidikan Tinggi 6 6 Pernyataan Remaja Tentang Kesuksesan Responden diberikan pernyataan mengenai kesuksesan dan responden cukup menjawab dengan kalimat Ya atau Tidak berikut dengan alasannya. Tabel Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pernyataan Remaja Tentang Kesuksesan No. Tentang Kesuksesan Ya Tidak Jumlah 1. Sukses itu membuat saya bahagia 93 93,0 7 7,0 100 100,0 2. Bagi saya, kesuksesan itu hanya didapat jika saya bekerja keras 96 96,0 4 4,0 100 100,0 3. Menurut saya, ukses itu diukur dari materi 54 54,0 46 46,0 100 100,0 4. Menurut saya, sukses itu butuh pengorbanan 90 90,0 10 10,0 100 100,0 5. Menurut saya, sukses itu tidak bisa dicapai pada usia muda 30 30,0 70 70,0 100 100,0 6. Bagi saya, pendidikan menjamin kesuksesan 77 77,0 23 23,0 100 100,0 7. Bagi saya, mencapai kesuksesan itu mudah 36 36,0 64 64,0 100 100,0 1. Responden berpendapat bahwa sukses itu akan membuat dirinya bahagia 93, dikarenakan apabila bisa menjadi orang yang sukses maka mereka bisa menghidupi dirinya sendiri dan keluarganya dengan layak serta mereka bisa membeli apa yang mereka inginkan. 2. Responden berpendapat bahwa kesuksesan itu hanya didapat jika mereka bekerja keras 96, mereka menyadari bahwa kesuksesan itu tidak akan datang begitu saja tanpa usaha dan kerja keras. 3. Sebagian responden berpendapat bahwa sukses itu diukur dari materi 54, mereka berpendapat apabila mereka bisa mempunyai rumah yang mewah, mempunyai sawah, tanah dan lahan yang luas, serta mempunyai mobil yang bagus maka baru bisa dikatakan bahwa mereka sudah mencapai kesuksesan. Sedangkan sebagian lainnya berpendapat bahwa sukses itu tidak diukur dari materi 46, mereka berpendapat bahwa apabila mereka sudah merasa bahagia lahir batin, mempunyai keluarga yang harmonis dan bisa membahagiakan orang tua maka hal tersebut bisa dikatakan sudah mencapai kesuksesan. 4. Responden berpendapat bahwa sukses itu butuh pengorbanan 90, dibutuhkan pengorbanan tenaga, waktu dan pikiran untuk bisa mencapai kesuksesan. 5. Sebanyak 70 persen responden berpendapat bahwa kesuksesan bisa dicapai dalam usia muda, mereka berpendapat bahwa justru dalam usia muda mereka mempunyai kesempatan yang lebih besar dalam mencapai kesuksesan. Sedangkan 30 persen remaja desa Kutasirna lainnya berpendapat bahwa kesuksesan tidak bisa diraih dalam usia muda dikarenakan dalam meraih kesuksesan dibutuhkan proses dan waktu yang panjang. 6. Sebanyak 77 persen responden berpendapat pendidikan menjamin kesuksesan dikarenakan dengan mempunyai bekal pendidikan akademik akan lebih mempermudah dan membuka banyak jalan dalam mencapai kesuksesan. Sedangkan 30 persen remaja desa Kutasirna lainnya berpendapat bahwa pendidikan tidak menjamin kesuksesan, bahwa walaupun tidak mempunyai bekal pendidikan akademik namun apabila seseorang tersebut bekerja keras maka akan bisa mencapai kesuksesan. 7. Sebanyak 64 persen responden berpendapat bahwa mencapai kesuksesan itu tidak mudah, dikarenakan butuh perjuangan, pengorbanan dan kerja keras. Pernyataan Remaja Tentang Faktor Penunjang Kesuksesan Responden diberikan pernyataan mengenai faktor-faktor kesuksesan dan responden cukup menjawab dengan kalimat Ya atau Tidak berikut dengan alasannya. Tabel Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pernyataan Remaja Tentang Faktor Penunjang Kesuksesan No. Faktor Kesuksesan Hidup Ya Tidak Jumlah 1. Menurut saya, supaya sukses itu harus mempunyai koneksi 53 53,0 47 47,0 100 100,0 2. Menurut saya, sukses itu harus mempunyai pendidikan yang tinggi 40 40,0 60 60,0 100 100,0 3. Menurut saya, sukses dalam hidup itu akan lebih mudah apabila mempunyai orang tua yang kaya 24 24,0 76 76,0 100 100,0 4. Menurut saya, sukses itu akan lebih mudah diraih apabila saya tinggal atau 38 38,0 62 62,0 100 100,0 bekerja di kota besar 5. Menurut saya, sukses itu akan lebih mudah diraih apabila saya mempunyai wajah yang tampancantik 28 28,0 72 72,0 100 100,0 6. Menurut saya, kesuksesan akan lebih mudah diraih apabila saya belum berkeluarga 30 30,0 70 70,0 100 100,0 1. Sebagian responden berpendapat bahwa sukses itu harus punya koneksi 53 dikarenakan apabila mempunyai koneksi maka dalam mendapatkan pekerjaan akan lebih mudah. 2. Sebanyak 60 persen responden berpendapat bahwa sukses itu harus punya pendidikan yang tinggi dikarenakan dengan mempunyai pendidikan yang tinggi maka seseorang akan mempunyai kesempatan yang lebih besar dalam mencapai kesuksesan. 3. Sebagian besar responden berpendapat bahwa sukses itu tidak harus mempunyai orang tua yang kaya 76, dikarenakan menurut responden kesuksesan itu harus diperjuangkan oleh diri sendiri dan responden melihat banyak orang yang bisa sukses walaupun tidak berasal dari keluarga yang kaya. 4. Sebanyak 62 persen responden berpendapat bahwa sukses itu dapat diraih walaupun tidak tinggal di kota besar, responden melihat bahwa kesuksesan bisa didapatkan di mana saja dan banyak orang yang sukses di kota nya masing- masing sehingga tidak harus pindah ke kota besar. Sedangkan sebanyak 38 persen responden berpendapat bahwa sukses itu akan lebih mudah diraih apabila tinggal di kota besar dikarenakan dengan tinggal di kota besar lebih banyak kesempatan-kesempatan yang terbuka dalam mendapatkan pekerjaan. 5. Sebagian besar responden berpendapat bahwa mempunyai wajah yang tampancantik tidak membuat seseorang lebih mudah dalam meraih kesukesan 72, responden berpendapat dengan modal tampang saja tidak cukup untuk meraih kesuksesan dikarenakan modal untuk meraih kesuksesan ialah kemampuan, kerja keras dan kemauan untuk meraih kesukesan itu. 6. Mayoritas responden berpendapat bahwa kesuksesan itu bisa juga diraih walaupun sudah berkeluarga 70 karena responden melihat bahwa kesukesan bisa diraih oleh siapa saja dengan usia yang tidak terbatas, bahwa dengan status sudah berkeluargapun tetap bisa meraih kesuksesan asalkan orang tersebut mau bekerja keras. Hubungan Perilaku Menonton Dengan Representasi Sosial Kesuksesan Hidup Selebritis Perilaku menonton dihubungkan dengan representasi sosial kesuksesan hidup selebritis menurut remaja pedesaan dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Representasi Sosial Kesuksesan Hidup Selebritis dan Lama Menonton Representasi Sosial Kesuksesan Hidup Selebritis Lama Menonton Kaya Terkenal Pintar n n n 1 jam 11 44 25 43,10 9 52,94 1-2 jam 10 40 22 37,93 4 23,52 2-3 jam 1 4 5 8,62 1 5,88 3 jam 3 12 6 10,35 3 17,66 Total 25 100 58 100 17 100 Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson Chi Square dengan mengunakan SPSS 22. dinyatakan bahwa terdapat hubungan nyata antara perilaku menonton dengan representasi sosial kesuksesan hidup selebritis karena nilai koefisiennya lebih kecil dari α =0,05, berarti dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara lamanya menonton dengan representasi sosial kesuksesan hidup selebritis. Remaja yang menonton tayangan infotainment yang kurang dari 1 jam per hari mempunyai representasi sosial kesuksesan hidup selebritis yaitu pintar atau ahli di bidangnya, sedangkan remaja yang menonton tayangan infotainment 1-2 jam per hari mempunyai representasi sosial kesuksesan hidup selebritis yaitu kaya, remaja yang menonton tayangan infotainment 2-3 jam per hari mempunyai representasi sosial kesuksesan hidup selebritis adalah terkenal, dan remaja yang menonton tayangan infotainment lebih dari 3 jam per hari mempunyai representasi sosial kesuksesan hidup selebritis yaitu selebritis yang sukses adalah selebritis yang pintar atau ahli di bidangnya. Terkenal yang dimaksud adalah apabila selebritis tersebut muncul hampir setiap hari di televisi, baik melalui tayangan infotainment, tayangan sinetron atapun tayangan lainnya, karena menurut responden apabila selebritis tersebut muncul setiap hari di televisi itu berarti selebritis tersebut punya penggemar yang banyak dan juga dengan muncul setiap hari di televisi berarti selebritis tersebut akan mempunyai penghasilan yang banyak. Responden memberi contoh Raffi Ahmad sebagai salah satu selebritis yang muncul setiap hari di televisi baik melalui tayangan infotainment, tayangan program musik Dahsyat di RCTI ataupun program-program talkshow lainnya. Responden juga melihat dari tayangan infotainment bahwa Raffi Ahmad melalui kerja kerasnya dengan banyak program yang dibintanginya membuat Raffi Ahmad dapat membeli rumah yang mewah dan juga mengendarai mobil sport. Hampir sama dengan infotainment, tayangan sinetron juga merupakan salah satu tayangan hiburan yang ditayangkan setiap hari di televisi. Sinetron merupakan salah satu program televisi yang saat ini menarik perhatian masyarakat. Secara tidak langsung, sinetron dapat membentuk pola pikir individu sesuai yang diberikan melalui sinetron tersebut. Sinetron televisi merupakan sumber penghasilan terbesar bagi industri pertelevisian. Namun keuntungan tersebut tidak terkontrol karena seringkali memuat adegan sinetron yang tidak layak ditonton oleh anak-anak dan remaja. Meskipun banyak dilakukan penayangan sinetron bertema remaja, sinetron tersebut memiliki unsur gaya hidup metropolitan dengan adegan hura-hura, percintaan remaja, tawuran dan lain-lain. Jika tayangan ini dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama dan secara terus menerus maka tentunya akan berdampak pada gaya hidup remaja. Penelitian mengenai intensitas menonton sinetron pernah dilakukan oleh Andaru Wyakti Kinathik Pinasthika, dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Minat, Motif, dan Pola Menonton Sinetron di televisi dengan Perilaku Hedonis Remaja Kasus SMA Negeri dan Swasta Kota Bogor ditemukan bahwa intensitas menonton sinetron SMA Negeri mempunyai hubungan negatif nyata dengan perilaku konsumtif. Dengan hasil tersebut, diketahui bahwa semakin tinggi intensitas remaja SMA Negeri menonton televisi, semakin rendah kesempatan mereka untuk keluar rumah dan berperilaku konsumtif. Hal tersebut dapat dibandingkan dengan hasil pengujian pada siswa SMA Swasta yang ditemukan bahwa durasi menonton sinetron behubungan positif dan nyata terhadap perilaku malas bekerja keras. Melalui hasil tersebut diketahui bahwa semakin tinggi durasi menonton sinetron televisi semakin tinggi kemungkinan remaja malas bekerja keras. Selain infotainment dan sinetron, acara musik juga merupakan acara hiburan yang sedang marak ditayangkan di televisi. Beberapa acara musik yang banyak ditonton oleh masyarakat adalah acara musik Dahsyat di RCTI, Inbox di SCTV dan MTV di Global TV. Gambar 12. Acara-Acara Musik di Televisi Yang Banyak Diminati Remaja Penelitian mengenai pengaruh tayangan acara musik pada remaja pernah dilakukan oleh Suzy Azeharie Nurlailah yang berjudul “Pengaruh Program MTV Terhadap Gaya Hidup Remaja Jakarta”, dalam penelitiannya dituliskan bahwa MTV merupakan akronim dari Music Television merupakan salah satu stasiun dari Amerika Serikat yang khusus menyiarkan program musik yang kala itu merupakan salah satu ikon dari remaja di seluruh penjuru dunia. Segmentasi program dari stasiun ini adalah remaja berusia 12-24 tahun. Tak terkecuali di Indonesia, program-program MTV ini juga menjadi ikon dari remaja di Indonesia. Selain menayangkan program-program musik yang memang merupakan kegemaran remaja, MTV juga menayangkan program yang menyoroti kehidupan idola-idola remaja yang tidak jarang dijadikan sesuatu untuk ditiru oleh remaja yang menontonnya. Menurut penulis, melalui MTV, remaja mempelajari nilai-nilai dan norma dalam kehidupan kalangan sekitar, baik belajar mengenai masyarakat, bagaimana cara-cara remaja seharusnya bersikap, bertindak, dan berpikir mengenai dunia sosial di sekeliling mereka. Dari proses pembelajaran melalui MTV, remaja diduga mulai meniru apa yang mereka lihat, baik dari tingkah laku, gaya bicara, gaya berpakaian dan sebagainya sehingga diperkirakan MTV berpengaruh terhadap gaya hidup remaja. Menurut hasil penelitian pada jurnal ini, ditemukan bahwa MTV mempunyai daya tarik program yang sangat kuat karena program acara yang ditayangkan cukup bagus dan tidak menonton sehingga penonton akan terus mengikuti jalannya program-program yang ditayangkan oleh MTV, sehingga penonton tidak hanya menonton suatu program acara 1-3 jam saja dalam sehari. Program yang ditayangkan merupakan tayangan yang sejalan dengan tren yang berkembang sehingga menjadi petunjuk terhadap selera audiens. Jika remaja Jakarta menonton program acara MTV responden kemungkinan besar akan merasa sudah mengikuti tren dan tidak ketinggalan dalam selera bermusik diantara teman-temannya. Salah satu program unggulan MTV adalah program penayangan video klip yang dibawakan oleh Video Jocker atau yang lebih dikenal dengan istilah VJ. Pada saat program pada MTV ini ditayangkan, VJ tersebut mampu membawakan acara dengan baik, menarik minat audiens dan berpenampilan menarik dengan gaya berbusana mengikuti tren. Sehingga VJ MTV cukup mampu menciptakan tren di kalangan remaja. Program acara MTV mempunyai pengaruh terhadap gaya hidup remaja yang tercermin dalam aktivitas, minat, dan pendapat. Dimana dalam hal ini MTV telah mempengaruhi persepsi remaja Jakarta sehingga berpengaruh kepada remaja Jakarta menjadi konsumtif dengan berbelanja barang-barang yang sedang tren serta bermerek. Hubungan Perilaku Menonton Dengan Representasi Sosial Kesuksesan Hidup Remaja di Pedesaan Tabel 20. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Representasi Sosial Kesuksesan Hidup Remaja dan Lama Menonton Representasi Sosial Kesuksesan Hidup Remaja Lama Menonton Memiliki Usaha Sendiri Banyak Harta Terkenal Bahagia Lahir Batin Keluarga Harmonis Bisa Berangkat Haji n n n n n n 1 Jam 17 47,22 8 32 3 17,65 10 76,92 4 80 2 66,67 1-2 jam 19 52,78 12 48 1 5,88 3 23,08 1 33,33 2-3 Jam 5 20 2 11,76 3 Jam 11 64,71 1 20 Total 36 100 25 100 17 100 13 100 5 100 3 100 Hubungan perilaku menonton dengan representasi sosial kesuksesan hidup remaja di pedesaan dapat dilihat di Tabel 20. Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson Chi Square dengan mengunakan SPSS 22. dinyatakan bahwa terdapat hubungan nyata antara perilaku menonton dengan representasi sosial kesuksesan hidup remaja di pedesaan karena nilai koefisiennya lebih kecil dari α=0,05, berarti dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara lamanya menonton dengan representasi sosial kesuksesan hidup remaja di pedesaan. Remaja yang menonton tayangan infotainment kurang dari 1 jam per hari mengatakan bahwa kesuksesan hidup adalah apabila mereka merasa bahagia lahir dan batin, yang menonton 1 jam hingga 2 jam per hari mengatakan bahwa kesuksesan hidup adalah apabila punya usaha sendiri, sedangkan remaja yang menonton tayangan infotainment 2 jam hingga 3 jam mengatakan bahwa kesuksesan hidup adalah apabila banyak harta, dan remaja yang menonton tayangan infotainment lebih dari 3 jam mengatakan bahwa kesuksesan hidup adalah apabila terkenal. Ini menunjukkan bahwa walaupun remaja di pedesaan menonton tayangan infotainment akan tetapi terdapat perbedaan representasi sosial mengenai kesuksesan hidup bagi selebritis dan representasi sosial kesuksesan hidup bagi diri remaja itu sendiri. Representasi sosial kesuksesan hidup selebritis bagi remaja di pedesaan yaitu terkenal, kaya dan pintar sedangkan representasi sosial kesuksesan hidup bagi remaja itu sendiri ialah apabila mereka merasa sudah bahagia lahir batin, mempunyai usaha sendiri, banyak harta, dan terkenal Diduga menonton televisi beberapa jam sehari bisa mempengaruhi apa yang kita pikirkan, apa yang kita percayai serta apa yang kita hargai berkenaan dengan hal-hal tertentu. Analisa atau teori Kultivasi dari Gerbner menyebutkan bahwa televisi merupakan media unik dengan karakter TV yang bersifat pervasive, accessible, dan coherent, semakin banyak seseorang menghabiskan waktu untuk menonton televisi, semakin kuat kecenderungan orang menyamakan realitas televisi dengan realitas sosial. Selanjutnya, Gerbner mengelompokkan penonton menjadi 2 kategori, yaitu light viewers penonton ringan cenderung menggunakan jenis media dan sumber informasi yang lebih bervariasi, menonton rata-rata dua jam perhari atau kurang dan hanya tayangan tertentu. Sementara, kategori kedua yaitu heavy viewers penonton berat cenderung mengandalkan televisi sebagai sumber informasi mereka, menonton rata-rata 4 jam perhari atau lebih dan tidak hanya tayangan tertentu Infate dalam Mediator 2007. Dalam teori kultivasi disebutkan bahwa remaja meniru apa yang dilihatnya, baik dalam keseharian maupun dalam media massa. Medialah yang telah membentuk sebagian dari kepribadian. Jika media televisi secara gamblang menyajikan adegan-adegan visual dalam program untuk remaja, maka dari situlah pada mulanya remaja melakukan proses peniruan. Penelitian mengenai lama menonton dengan perilaku khas yang ditimbulkan pernah dilakukan oleh Riza Hernawati dan Maya Amalia Oesman Palapah. Dalam jurnal nya yang berjudul “Pola Konsumsi Remaja Dalam Menonton Televisi” dituliskan bahwa remaja yang menonton televisi kurang lebih hanya 1 jam setiap hari mempunyai perilaku khas seperti remaja cenderung lebih bisa membedakan proses manipulatif yang dilakukan televisi, pada kondisi remaja ini masih menyukai permainan anak-anak zaman dulu seperti sondah dan domikado. Sedangkan remaja yang menonton televisi lebih dari 4 jam setiap hari mempunyai perilaku khas cenderung tidak bisa membedakan mana tayangan yang manipulatif ataupun tayangan yang sebenarnya terjadi di dunia nyata, lebih dewasa dibandingkan umurnya, sudah mengenal “percintaan”, selalu ingin menjadi pribadi yang tampil sempurna dalam penampilan harus matching dari baju sampai asesoris yang digunakan, suka berbicara kasar meniru bahasa pembawa acara yang ditontonnya, lebih penakut dan malas. Penelitian mengenai pengaruh media televisi juga pernah dilakukan oleh Redatin Parwadi, dalam jurnal nya yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Televisi Terhadap Penyimpangan Nilai dan Perilaku Remaja Kekerasan, Seks dan Konsumtif di Kota Yogyakarta menyebutkan bahwa Persaingan yang terjadi antar televisi swasta mengakibatkan banyaknya produksi tayangan hiburan untuk menarik perhatian pemirsa. Namun persaingan tersebut semakin lama memunculkan tayangan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di Indonesia seperti adegan seks, dendam, dan kekerasan. Oleh sebab itu banyak kekhawatiran muncul akan dampak yang dihasilkan oleh tayangan-tayangan tersebut terhadap pemirsa usia muda. Disamping itu, semakin sibuknya orangtua sehingga tidak bisa mengawasi anak-anak atau remaja saat menonton televisi. Namun, walaupun didampingi orang tua bukan tidak mungkin tayangan- tayangan tersebut berpengaruh kepada anak-anak sehingga mereka terbiasa dengan hal- hal negatif yang ditayangkan di televisi seperti contohnya kekerasan. Menurut hasil penelitian Parwadi, hipotesis pertama yaitu penggunaan media mempunyai kontribusi atau pengaruh terhadap terjadinya penyimpangan nilai dan perilaku dapat terbukti secara empiris. Parwadi menemukan bahwa melalui penggunaan media, terjadi penyimpangan perilaku yang dilakukan di Kota Yogyakarta yaitu remaja cenderung lebih permisif, berani dan tidak sungkan-sungkan lagi melakukan hal-hal yang dianggap tabu atau dilarang agama maupun masyarakat. Pada penelitian Parwadi ditemukan bahwa penyimpangan yang disebabkan oleh penggunaan media sebagian besar adalah masyarakat yang berusia 14-22 tahun 73,87 dan sering menonton acara-acara yang berbau seks 76,13, kekerasan 62,40 dan iklan 66,93. Selanjutnya, hasil uji dari hipotesis kedua yaitu faktor pendidikan, gaya hidup konsumtif, lingkungan keluarga, dan ketaatan beragama ikut menentukan besarnya pengaruh penggunaan televisi terhadap penyimpangan nilai dan perilaku juga terbukti secara signifikan. Dalam pengujian hipotesis ini, variabel yang paling berpengaruh terhadap terjadinya penyimpangan nilai dan perilaku adalah variabel lingkungan keluarga dan ketaatan beragama. Menurut hasil pengujian kedua variabel tersebut, penyimpangan nilai dan perilaku cenderung terjadi pada remaja yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga dan ketaatan agama yang kurang baik. Ketaatan beragama mempunyai peran yang sangat penting bagi remaja sehingga dapat menjaga remaja dari kepungan sikap dan perilaku permisif dan agresif. Penelitian lain mengenai dampak program televisi pada remaja juga pernah dilakukan oleh Pandiya. Dalam jurnal nya yang berjudul “Dampak Negatif Program Televisi pada Remaja Kota Semarang” dituliskan bahwa media televisi yang sudah berkembang di Indonesia telah mempengaruhi kebiasaan masyarakat. Berbagai macam program televisi yang ditawarkan oleh perusahaan penyiaran banyak menarik perhatian sehingga masyarakat cenderung ketergantungan atau kecanduan dengan program- program yang ditayangkan. Namun tidak semua program-program yang ditayangkan memberikan efek positif pada masyarakat. Program-program yang ditayangkan tersebut ditayangkan untuk berbagai kalangan, tak terkecuali remaja. Oleh karena itu, remaja pun tidak luput dari dampak negatif dari program televisi. Hasil dari penelitian ini adalah program televisi favorit dari remaja di Kota Semarang yaitu liputan olahraga 21,7, film luar negerifilm asing 15,8, petualangan 8,3 dan lainnya 40. Motif remaja pada penelitian ini dalam menonton televisi adalah untuk pemenuhan kebutuhan hiburan 37 , kebutuhan akan informasi 28,3, kebutuhan akan ilmu pengetahuan 27,5, pengalaman baru 9,2, kebutuhan akan materi 3,3, mengisi waktu luang 0,8 dan lain-lain 0,1. Dampak negatif yang ditemui pada penelitian ini adalah radiasi 24,2, kecanduan 21,7, pornografi dan pornoaksi 13,3. Kiat yang dilakukan untuk menghindari dampak negatif program televisi yang paling banyak digunakan responden adalah memindahkan saluran televisi 36,7, menonton bersama orang tua 30 dan pembatasan waktu menonton televisi 19,2. Dalam penelitian ini, responden sebagian besar tidak mempunyai waktu menonton televisi yang pasti, namun 39 orang responden atau sebesar 32,5 persen dari responden yang memakai waktu malam hari untuk menonton televisi. Durasi yang paling banyak digunakan responden untuk menonton televisi adalah 1-4 jam perhari 18,3. Meskipun begitu, terdapat pula 14 orang responden yaitu 11,7 persen dari responden yang durasi menonton televisinya sebanyak 5-8 jam perhari. Perbedaan Representasi Sosial Kesuksesan Hidup Selebritis Dengan Representasi Sosial Hidup Remaja Di Pedesaan Berdasarkan kata-kata yang sering digunakan responden dalam menggambarkan kesuksesan hidup selebritis maka dapat disimpulkan representasi sosial kesuksesan hidup selebritis adalah kerja keras, cantiktampan, terkenal, pintar, kaya, dan untuk menjadi seorang selebritis dirasa sulit. Sedangkan representasi sosial kesuksesan hidup bagi dirinya sendiri menurut remaja di pedesaan adalah mempunyai usaha sendiri, kaya atau banyak harta, dikenal banyak orang, pintar dan untuk meraih kesuksesan tersebut sulit dan membutuhkan kerja keras. Pada dasarnya terdapat persamaan prinsip mengenai representasi sosial kesuksesan hidup selebritis dengan representasi sosial kesuksesan hidup remaja di desa Kuta Sirna, akan tetapi menunjuk pada hal yang berbeda. Salah satu representasi sosial kesuksesan hidup selebritis adalah ‘terkenal’ dengan kriteria bahwa selebritis tersebut dikenal masyarakat luas dan muncul hampir setiap hari di televisi, berbeda dengan ‘terkenal’ dalam representasi sosial kesuksesan hidup remaja yaitu berarti bahwa terkenal di desanya sebagai orang yang sukses. Begitu pula dengan representasi sosial tentang ‘pintar’ yang berarti professional atau ahli di bidang seni peran, berbeda dengan pintar dalam representasi sosial kesuksesan hidup remaja yaitu pintar dalam bidang akademik. Sedangkan ‘kaya’ bagi representasi sosial hidup selebritis adalah apabila memiliki barang mewah seperti mobil mewah atau perhiasan, berbeda dengan representasi ‘kaya’ bagi remaja di pedesaan adalah apabila mempunyai sawah, tanah, dan lahan yang luas. Di representasi sosial kesuksesan hidup selebritis ada kaitan fisik untuk menjadi sukses yaitu cantiktampan, akan tetapi untuk representasi sosial hidup remaja tidak ada kaitan fisik. Tabel 21. Perbedaan representasi sosial kesuksesan hidup selebritis dengan representasi sosial kesuksesan hidup remaja Representasi Sosial Kesuksesan Hidup Selebritis Representasi Sosial Kesuksesan Hidup Remaja 1. Kerja keras 2. Terkenal 3. Kaya 4. Pintar ahli di bidangnyaprofessional 5. CantikTampan 6. Sulit 1. Kerja keras 2. Dikenal banyak orang 3. Banyak harta 4. Pintar akademik 5. Mempunyai usaha sendiri 6. Sulit Tabel 21. juga menunjukkan hipotesis dasar analisis teori Kultivasi yang mengatakan semakin banyak waktu seseorang dihabiskan untuk menonton TV, maka semakin seseorang menganggap bahwa realitas sosial sama dengan yang digambarkan di televisi tidak sepenuhnya benar. Remaja desa Kuta Sirna cenderung terpengaruh oleh gaya bicara dan gaya dandanan seperti model rambut dan pakaian para selebritis, akan tetapi tidak sampai mempengaruhi gaya hidup remaja desa Kuta Sirna. Hal tersebut sesuai dengan teori social comparison bahwa manusia pada dasarnya ingin bergabung dengan lingkungan sosialnya. Lingkungan yang berpengaruh adalah yang terdekat seperti keluarga, sekolah dan masyarakat. Festinger 1954 menyebutkan bahwa teori perbandingan sosial yaitu proses saling mempengaruhi dan perilaku saling bersaing dalam interaksi sosial ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai diri sendiri self evaluation. Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Dalam proses perbandingan manusia cenderung memilih orang sebaya atau rekan sendiri untuk menjadi perbandingan. Untuk mendapatkan penilaian yang seimbang, tidak berat sebelah terhadap apa yang dilakukannya. Jika perbedaan pendapat atau kemampuan dalam kelompok terlalu besar, ada kecenderungan untuk menghentikan perbandingan tersebut. Hal tersebut dapat terlihat dalam penelitian ini bahwa remaja desa Kuta Sirna hanya mengagumi, melihat dan meniru selebritis dari gaya berbicara, model rambut atau pakaiannya saja. Walaupun mereka meniru secara fisik tetapi mereka tidak menginginkan menjadi seorang selebritis karena dianggap adanya perbedaan kemampuan yang terlalu besar. Dapat dikatakan juga bahwa tayangan infotainment tidak sepenuhnya memberikan dampak yang buruk terhadap remaja di pedesaan, dilihat bahwa remaja di pedesaan pun menyadari bahwa untuk mencapai kesuksesan dibutuhkan kerja keras dan untuk mencapai kesuksesan adalah hal yang sulit. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh C. Suprapti Dwi Takarini yang berjudul “Pengaruh Sinetron Remaja di Televisi Swasta terhadap Sikap Mengenai Gaya Hidup Hedonis”, di dalam penelitian tersebut dituliskan bahwa sinetron televisi saat ini banyak menyedot perhatian pemirsa. Menurut peneliti, faktor yang mendorong lakunya permintaan terhadap tayangan sinetron di antaranya adalah daya tarik cerita dan tokoh cerita. Sinetron televisi banyak menampilkan cerita mengenai remaja dari kalangan kelas atas dan mempunyai konflik hampir sama yaitu problematika cinta. Hal tersebut dikhawatirkan dapat mempengaruhi perilaku remaja terutama perilaku konsumtif dan hedonis. Gaya hidup hedonis diyakini peneliti kini tidak hanya terjadi pada kehidupan remaja perkotaan namun juga remaja di daerah pinggiran, dimana arah orientasi hidupnya telah berarah pada kesenangan dan hidup instan. Hasil pertama yang dibahas pada jurnal penelitian ini adalah jawaban dari hipotesis pertama yaitu pengaruh intensitas menonton tayangan sinetron remaja di televisi swasta terhadap sikap mengenai gaya hidup hedonis. Menurut hasil penelitian, intensitas menonton tayangan sinetron remaja memberi kontribusi pengaruh sebesar 24,9 persen terhadap sikap mengenai gaya hidup hedonis remaja. Melalui angka tersebut dijelaskan bahwa semakin lama remaja menonton televisi, semakin kuat dan melekat pesan dari tayangan sinetron tersebut. Hasil ini didukung oleh teori dari Bandura bahwa melalui proses perhatian, pengingatan, reproduksi motoris, dan motivasional, seseorang akan meniru atau meneladani apa yang dilihatnya di televisi dalam hal ini adalah tayangan sinetron remaja di televisi. Hasil kedua dari penelitian ini adalah adanya pengaruh lain terhadap sikap remaja mengenai gaya hidup hedonis yaitu daya tarik dari tayangan sinetron remaja tersebut. Adapun pengaruh yang diberikan dari daya tarik tayangan tersebut adalah sebesar 8,4 persen. Menurut hasil tersebut, dibuktikan bahwa daya tarik tayangan sinetron remaja tidak memberikan pengaruh yang besar. Hasil terakhir yaitu hubungan antara pengaruh isi pesan tayangan sinetron remaja di televisi swasta terhadap sikap mengenai gaya hidup hedonis. Berdasarkan hasil penelitian dari jurnal ini, hubungan diantara kedua variabel tersebut adalah sebesar 12,4 persen. Berbeda dengan penelitian di atas, Hanna Karima Husni dan Herdina Indrijati dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Komparasi Sosial pada Model dalam Iklan Kecantikan di Televisi terhadap Body Image Remaja Putri yang Obesitas” menemukan berdasarkan hasil penelitian ada pengaruh komparasi sosial pada model dalam iklan kecantikan di televisi terhadap body image remaja putri yang obesitas, bahwa semakin meningkat komparasi sosial pada model dalam iklan kecantikan di televisi maka semakin menurun body image pada remaja putri yang obesitas. Belakangan ini pertelevisian Indonesia juga mulai ikut menayangkan drama seri Korea. Di Indonesia khususnya sekarang telah menyebar wabah Korea baik itu boybad, girlband, fashion ala Korea hingga drama seri Koreanya. Yessi Paradina Sella melakukan penelitian mengenai pengaruh menonton televisi khususnya drama seri Korea terhadap perilaku remaja dengan jurnal yang berjudul “Analisa Perilaku Imitasi Dikalangan Remaja Setelah Menonton Tayangan Drama Seri Korea di Indosiar Studi Kasus Perumahan Pondok Karya Lestari Sei Kapih Samarinda”. Hasil dari penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini disebutkan bahwa adanya perilaku dasar remaja yang mengalami perubahan akibat paparan secara rutin oleh media televisi melalui drama seri Korea. Perubahan tersebut adalah perilaku meniru cara berpakaian dan memakai makeup secara keseluruhan atau yang disebut dengan imitasi. Bentuk perilaku imitasinya itu berupa memakai pakaian baju, rok, celana yang mengikuti idolanya yang memakai busana berpotongan rendah yang jauh dari norma ketimuran serta perilaku imitasi lainnya adalah memakai makeup yang seharusnya belum mereka lakukan diusia dini. Hubungan Representasi Sosial Kesuksesan Hidup Remaja di Pedesaan Dengan Pemilihan Pekerjaan Oleh Remaja di Pedesaan Pekerjaan Remaja Saat Ini dan Pekerjaan Yang Remaja Inginkan Hasil penelitian tentang hubungan representasi sosial tentang kesuksesan hidup remaja dengan status pekerjaan saat ini dibandingkan dengan pekerjaan yang diinginkan, dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Status Pekerjaan Responden Saat Ini dengan Pekerjaan yang Diinginkan Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson Chi Square dengan mengunakan SPSS 22. dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara representasi sosial kesuksesan hidup remaja di pedesaan dengan pemilihan pekerjaan oleh remaja di pedesaan karena nilai koefisiennya lebih besar dari α=0,05, berarti dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara representasi sosial kesuksesan hidup remaja di pedesaan dengan pemilihan pekerjaan oleh remaja di pedesaan. Remaja desa Kuta Sirna menginginkan pekerjaan sebagai seorang PNS Pegawai Negeri Sipil karena menjadi PNS merupakan suatu kebanggaan dan dapat dikenal oleh masyarakat Desa Kuta Sirna. Profesi selebritis bukan pilihan remaja di desa Kuta Sirna karena mereka menyadari bahwa mereka tidak mempunyai kemampuan yang cukup serta tidak mempunyai wajah yang tampancantik. Dari tabel diatas dapat dilihat perbedaan yang cukup besar antara pekerjaan saat ini dengan pekerjaan yang diinginkan oleh responden. Pada saat ini responden banyak yang belum bekerja dan sebagian lainnya bekerja sebagai buruh pabrik, sedangkan responden sebagian besar banyak yang menginginkan bekerja sebagai PNS Pegawai Negeri Sipil. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pandangan Remaja Mengenai Pekerjaan

1. Pendidikan

Tingkat pendidikan yang berbeda membuat orientasi kerja yang berbeda. Remaja yang berpendidikan rendah lulusan TK-SD menyadari betul kecilnya peluang untuk bekerja di luar sector pertanian yang secara umum dinilai lebih baik dan bergengsi. Pekerjaan non-pertanian yang paling mungkin untuk dimasuki adalah sebagai kenek, kuli angkut barang dan pembantu rumah tangga. Jika mempunyai modal, pekerjaan berdagang menjadi salah satu alternative yang umum dipilih karena dipandang memungkinkan seseorang untuk majukaya. Di desa Kutasirna, remaja berpendidikan rendah yang tidak tertarik pada pekerjaan pertanian, memilih bekerja sebagai kenek angkutan atau tukang ojek. Sekalipun pekerjaan ini bukan pekerjaan pertanian, tetapi sifatnya hanya mengandalkan modal tenaga semata. Pemuda yang berpendidikan lebih tinggi SLTP ke atas mempunyai kecenderungan orientasi kerja keluar sektor pertanian. Pegawai negeri, pekerja pabrik, karyawan swalayan atau sopir angkutan merupakan pekerjaan yang dipersepsikan baik dan sesuai, karena tidak semata-mata menggunakan tenaga, tetapi sedikit banyak menggunakan pikiran. Pekerjaan seperti ini dinilai lebih berstatus sosial tinggi disbanding pekerjaan pertanian. Bagi kelompok ini, selain jenis pekerjaan, lokasi pendidikan menjadi bahan pertimbangan sendiri.

2. Jenis Kelamin

Faktor alamiah seperti jenis kelamin juga berpengaruh menentukan orientasi kerja remaja. Pengaruh ini lebih tertuju pada persepsi masyarakat dan remaja mengenai karakteristik pekerjaan pertanian. Pekerjaan pertanian mempunyai ciri-ciri diantaranya butuh tenaga yang kuat, dapat merusak penampilan karena ruang kerjanya berada di bawah terk matahari dan kotor sehingga lebih sesuai untuk kaum pria. Wanita hanya terlibat pada pekerjaan pemeliharaan dan proses panen. Akhirnya pekerjaanusaha pertanian lebih banyak ditekuni oleh pria akibat tuntutan sebagai penanggung jawab ekonomi keluarga. Pada pekerjaan produktif nonpertanian, perbedaan pilihan antara pria dan wanita didasarkan pada pandangan yang sama, diman awanita mengerjakan pekerjaan yang bersifat domestik pembantu rumah tangga, menjahit, dll sementara pekerjaan untuk pria lebih kepada publik. Pekerjaan yang banyak dikerjakan oleh pria adalah buruh pabrik, sopir atau kenek angkutan. Tampaknya kecenderungan untuk pekerjaan yang membutuhkan tenaga, waktu dan tempat