mempertajam konflik, sarkasme, dan konfrontatif. Selain bermasalah dengan narasi, tayangan infotainment juga menyajikan visualisasi yang tidak relevan dengan topik
yang diangkat.
Sumber : AC Nielsen Newsletter 2011
Gambar 1. Perkembangan Penonton Program Informasi, Stasiun TV Nasional Tabel 1. Program Acara dan Jam Tayang Infotainment Pada Tahun 2014
No. Stasiun Televisi
Nama Acara Jam Tayang
1. RCTI
Go Spot 06.00 – 07.30
Intens 10.30 – 11.00
Silet 11.00 – 12.00
Cek and Ricek 14.30 – 15.00
2. SCTV
Was-Was 06.00 – 06.30
Halo Selebriti 08.45 – 10.00
3. ANTV
Seleb Seleb 07.25 – 07.55
Seputar Obrolan Selebriti 12.25 – 12.55
4. Indosiar
KISS Pagi 10.30 – 11.30
HOT KISS 14.00 – 15.00
5. MNC TV
Pose 09.00 – 10.00
03.30 – 04.00 Tuntas
14.00 – 14.30 03.00 – 03.30
6. Trans 7
Selebrita Pagi 07.30 – 08.15
Selebrita Siang 12.00 – 12.30
7. Trans TV
Insert Pagi 06.30 – 07.15
Insert 11.00 – 12.00
Insert Investigasi 14.45 – 15.30
8. Global TV
Obsesi 10.00 – 11.00
Seleb On Cam 13.00 – 13.30
Fokus Selebriti 15.00 – 15.30
9. NET TV
Entertainment News 08.30 – 09.00
11.00 – 12.00 18.00 – 19.00
23.00 – 00.00
10. B Channel
Eksis 10.00 – 10.30
11. Kompas TV
New Star 09.00 – 09.30
Syahputra 2006 mengemukakan ada sembilan kekeliruan infotainment, yaitu: 1 gosip dijadikan sebagai berita, 2 mencari-cari kesalahan narasumber, 3 pemaksaan
pada narasumber, 4 dramatisasi, 5 mengandung opini wartawan, 6 penggunaan media
massa oleh produk production house, 7 mengumbar privasi, 8 mengancam, dan 9 penggunaan istilah selebritas yang tidak tepat.
Departemen Komunikasi dan Informatika 2006 menjelaskan bahwa acara infotainment hampir seluruhnya bernuansa hiburan dan menceritakan aib selebritas.
Unsur pendidikan hampir tidak ada. Pihak televisi tidak melakukan fungsi media secara proporsional, yaitu fungsi informasi, pendidikan dan hiburan. Infotainment lazim
disajikan di berbagai negara yang dilindungi oleh prinsip kemerdekaan berekspresi. Komisi Penyiaran Indonesia KPI Pusat menyatakan bahwa acara infotainment berisi
tontonan dan tuntutan. Jadi suatu lembaga penyiaran dapat menyajikan suatu acara infotainment selama tunduk pada Undang-Undang penyiaran, Undang-Undang Pers,
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP, Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran P3-SPS yang dikeluarkan oleh KPI dan Kode Etik Wartawan
IndonesiaKEWI. Undang-Undang No.40tahun 1999 tentang Pers Pasal 1, Ayat 14 menyebutkan, Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan. Kode
etik yang berhubungan langsung adalah Kode Etik Jurnalistik dan P3SPS. Pada pasal 7 P3SPS dituliskan bahwa, “Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran
ditetapkan dengan menghormati asas manfaat, asas adil dan merata, asas kepastian hukum, asas keamanan, asas keberagaman, etika, asas kemandirian, dan asas kebebasan
dan tanggung jawab”. Bahkan tentang perinsip jurnalistik di Pasal 9 dikemukakan, “Lembaga penyiaran harus menyajikan informasi dalam program faktual dengan
senantiasa mengindahkan prinsip akurasi, keadilan, dan imparsialitas”. Selain itu, di Pasal 19, tentang privasi ditegaskan, Lembaga penyiaran wajib menghormati hak privasi
subyek dan obyek berita”. Hak privasi ini juga terkait dengan Pasal 20, tentang konflik dalam keluarga, yaitu: “Pelaporan mengenai konflik dan hal-hal negatif dalam keluarga,
misalnya konflik antar anggota keluarga, perselingkuhan, dan perceraian, harus disajikan dalam cara tidak berlebihan dan senantiasa memperhatikan dampak yang
mungkin ditimbulkan pemberitaan terhadap keluarga yang terkait denga pemberitaan maupun terhadap masyarakat secara luas Syas 2010.
Sudibyo 2004 juga mempersoalkan privasi dalam tayangan infotainment di industri televisi tentang kelayakan tayangan infotainment sebagai tayangan informasi
atau news karena yang ditampilkan adalah gosip yang tidak mendapatkan klarifikasi. Para wartawan infotainment, menurut Sudibyo, seringkali menghalalkan segala cara
untuk mendapatkan informasi tentang artis. Mereka juga sering arogan dan sering melanggar privasi.
Namun tayangan infotainment tidak semuanya dipandang negatif, karena masih banyak ditemukan pihak media yang masih memegang teguh nilai moral atau nilai-nilai
jurnalistik infotainment, sebagai kategori produk pemberitaan atau informasi. Pemaparan pesan tersebut disajikan secara faktual dan objektif. Pemirsa dapat
memperoleh gambaran bahkan sekaligus pelajaran lewat tayangan infotainment tersebut Depkominfo 2006. Sebagai contoh, ada acara infotainment yang mengungkap sisi
positif artis dalam hal mengajak berbuat kebaikan demi kemaslahatan rakyat secara luas yang patut ditiru oleh pemirsa televisi berupa publikasi dari artis yang rajin beribadah,
menolong orang kesusahan, menyelenggarakan buka puasa bersama anak yatim dan mengadakan pengajian akbar di rumahnya Sukarelawati 2009.
Remaja
Definisi Remaja Remaja adalah individu yang berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, individu yang mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak
menuju dewasa, dan individu yang mengalami peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi menjadi suatu kemandirian Sarwono 2007.
Oktaviana 2002 menuliskan bahwa masa remaja dipandang sebagai masa dimana individu dalam proses pertumbuhannya terutama fisik telah mencapai
kematangan. Masa ini diawali dengan apa yang disebut istilah pubertas. Kata ‘pubertas’ berasal dari bahasa Latin, yang berarti usia menjadi orang; suatu periode di mana anak
dipersiapkan untuk mampu menjadi individu yang dapat melaksanakan tugas biologis melanjutkan keturunannya atau berkembang biak.
Dalam hal ini diacu pada pendapat Hurlock 1980 yang membagi masa remaja
menjadi:
1. Pubertas atau preadolescence : usia 10-1314 tahun. 2. Masa remaja awal: usia 1314-17 tahun.
3. Masa remaja akhir: usia 17-21 tahun.
Sarwono 2007 mendefinisikan bahwa remaja untuk masyarakat Indonesia menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah, dengan pertimbangan
sebagai berikut: 1. Usia 11 tahun adalah usia dimana para remaja umumnya tanda-tanda seksual
skunder mulai tampak kriteria fisik. Sebagian besar masyarakat Indonesia usia 11 tahun sudah dianggap akil balik, baik menurut adat maupun agama, sehingga
masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak kriteria seksual.
2. Pada usai tersebut mulai ada tanda-tanda pemyempurnaan perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri ego identity menurut Erick Erikson,
tercapainya fase genetial dari perkembangan kognitif menurut Piaget, maupun moral menurut Kohlberg.
3. Batasan usai 24 tahun merupakan batasan maksimal, yaitu untuk memberi peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebuat masih mengantungkan
diri pada orang tua. Status perkawinan sangat menentukan dalam definisi diatas karena arti
perkawinan masih sangat penting di masyarakat Indonesia secara menyeluruh. Seorang yang sudah menikah, pada usia berapa pun dianggap dan diperlakukan sebagai orang
dewasa penuh, baik secara hukum maupun kehidupan masyarakat dan keluarga. Karena itu definisi remaja disini dibatasi khusus untuk orang-orang yang belum menikah.
Ciri-Ciri Remaja
Havighurst dalam Sarwono 2007 ciri-ciri remaja atau remaja antara lain: 1. Masa remaja sebagai periode penting
Remaja mengalami perkembangan fisik dan mental yang cepat dan penting dimana semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental
dan pembentukan sikap, nilai dan minat yang baru.
2. Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya. Tetapi peralihan merupakan perpindahan dari tahap perkembangan
ke tahap perkembangan berikutnya. Dengan demikian dapat diartikan bahwa apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas pada apa yang terjadi
sekarang dan yang akan datang, serta mempengaruhi pola perilaku dan sikap baru pada tahap berikutnya.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan
tingkat perubahan fisik. Perubahan fisik yang terjadi dengan pesat diikuti dengan perubahan perilaku dan sikap yang juga berlangsung pesat. Perubahan fisik
menurun, maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa
remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Ada dua alasan bagi kesulitan ini, yaitu:
1 Sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak
berpengalaman dalam mengatasi masalah. 2 Remaja merasa diri mereka mandiri, sehingga mereka ingin menguasai
masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru. 5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pencarian identitas dimulai pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan standar kelompok lebih penting daripada bersikap individualistis
penyesuaian diri dengan kelompok pada remaja awal masih tetap penting bagitu anak laki-laki dan perempuan. Namun lambat laun mereka mulai mendambakan
identitas diri dengan kata lain ingin menjadi pribadi yang berbeda dengan orang lain.
6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan Anggapan stereotype budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi,
yang tidak dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi.
Kehidupan remaja muda takut bertangung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap remaja yang normal.
7. Masa remaja sebagai masa tidak realistik Remaja pada masa ini melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang
ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Semakin tidak relistik cita-citanya ia semakin menjadi marah. Remaja akan sakit
hati dan kecewa apa bila orang lain mengecewakannya kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ia tetapkan.
8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja menjadi gelisah dan
meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk member kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Remaja memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan
dengan status dewasa yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang, dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka mengangap
bahwa perilaku ini akan memberi citra yang mereka inginkan.
Perilaku Remaja Dalam Menonton Televisi
Gunarsa dalam Mungniesjah 2003 menyatakan bahwa tingkah laku bermotivasi adalah tingkah laku perilaku yang dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan
dan diarahkan pada pencapaian suatu tujuan agar dengan demikian suatu kebutuhan terpenuhi dan kehendak terpuaskan.
Beberapa pendapat tentang perilaku, diantaranya oleh Heller Mugniesjah 2003 yaitu perilaku adalah kemauan untuk bertindak. Pengertian perilaku menurut Krech et al.
dalam Mugniesjah 2003 yaitu fikiran dan tindakan individu itu merefleksikan keinginan-keinginan wants dan tujuan goals. Hubungan keduanya kompleks, yaitu
bahwa tindakan yang sama bisa saja merefleksikan keinginan yang berbeda, sementara tindakan yang berbeda bisa saja merefleksikan keinginan yang sama. Selain itu, tujuan
perilaku yang dicapai dilandasi prinsip homeostatis yaitu prinsip mempertimbangkan keseimbangan dalam jiwa manusia yang bersifat dinamis berubah dan berkembang.
Perilaku yang dimaksud adalah berdasarkan aspek kognisi, aspek afeksi dan aspek konasi menurut Taksonomi Bloom Winkel 1989. Kognisi adalah pengetahuan dan
pemahaman yang dimiliki khalayak. Afektif adalah sikap khalayak mengenai tayangan berita di TV. Konasi adalah tindakan individu menurut cara tertentu.
Hurlock 1978 menjelaskan beberapa pola perilaku sosial pada masa anak-anak hingga remaja yaitu: 1 Hasrat akan penerimaan sosial, yaitu jika hasrat untuk diterima
kuat, hal itu mendorong anak untuk menyesuaikan dengan tuntutan sosial. 2 Empati, yaitu kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain dan menghayati
pengalaman orang tersebut. 3 Sikap ramah yaitu memperlihatkan melalui kesediaan melakukan sesuatu untuk bersama orang lain. 4 Meniru, yaitu dengan meniru
seseorang yang diterima baik oleh kelompok sosial.
Berkaitan dengan televisi terhadap perilaku remaja, Hurlock 1978 menjelaskan beberapa faktor karakteristik remaja yang mempengaruhi minat anak hingga remaja
pada televisi yaitu: 1 Prestasi akademik. Siswa pandai menganggap pemborosan waktu untuk menonton acara yang disajikan. 2 Penerimaan sosial. Semakin mereka
diterima secara sosial maka semakin kurang perhatiannya pada televisi dan sebaliknya. Artinya ada keinginan remaja untuk memanfaatkan waktu luang yang dimiliki di luar
waktu sekolah. 3 Kepribadian. Anak yang introvert lebih banyak menonton TV dibanding anakyang extrovert, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh peranan orangtua.
Faktor Personal Yang Mempengaruhi Perilaku Manusia
Faktor personal seringkali dipengaruhi oleh motif sosiogenis, atau sering juga disebut motif sekunder sebagai lawan dari motif primer motif biologis. Secara singkat
motif-motif sosiogenis dapat dijelaskan sebagai berikut Rakhmat 2008: 1. Motif ingin tahu
Kecendrungan setiap orang untuk berusaha memahami dan memperoleh arti dari dunianya. Manusia membutuhkan kerangka rujukan frame of reference untuk
mengevaluasi situasi baru dan mengarahkan tindakan yang sesuai.
2. Motif kompetisi Setiap orang ingin membuktikan bahwa ia mampu mengatasi persoalan
kehidupan apapun. Perasaan mampu amat begantung pada perkembangan intelektual, sosial, dan emosional.
3. Motif cinta Berbagai penelitian membuktikan bahwa kebutuhan akan kasih sayang yang
tidak terpenuhi akan menimbulkan peilaku manusia yang kurang baik.
4. Motif harga diri dan kebutuhan mencari identitas Erat kaitannya dengan kebutuhan untuk memperlihatkan kemampuan dan
memperoleh kasih sayang, ialah kebutuhan untuk menunjukkan eksistensi di dunia.
5. Kebutuhan akan nilai, kedambaan, dan makna kehidupan Dalam menghadapi kehidupan, manusia membutuhkan nilai-nilai untuk
menuntunnya dalam mengambil keputusan atau memberkan makna pada kehidupannya.Termasuk ke dalam ini adalah motif-motif keagamaan.
6. Kebutuhan akan pemenuhan diri Kebutuhan akan pemenuhan diri dilakukan melalui melalui berbagai bentuk:
a Mengembangkan dan menggunakan potensi-potensi kita dengan cara yang kreatif konstruktif, misalnyadengan seni musik, musik, sains, atau
hal-hal yang mendorong ungkapan diri yang kreatif. b Memperkaya kualitas kehidupan dengan memperluas rentangan dan
kualitas pengalaman serta pemuasan, misalnya dengan darmawisata. c Membentuk hubungan yang hangan dan berarti dengan orang-orang
sekitar. d Berusaha “memanusia”, menjadi persona yang kita dambakan.
Motivasi seseorang juga akan ikut menentukan sebuah pesan diterima atau tidak. Hal ini juga berarti, motivasi untuk mencari hiburan contohnya akan menjadi dalih
untuk menikmati media massa Nurudin 2007. Menurut M. Sherif dan C.W. Sherif Sarwono 2002, motif adalah istilah generik yang meliputi semua faktor internal yang
mengarah ke berbagai jenis perilaku yang bertujuan.
Faktor Situasional Yang Mempengaruhi Perilaku Manusia
Rakhmat 2008 menyatakan bahwa faktor-faktor situasional yang mempengaruhi
manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Faktor Ekologis
Kaum determinisme lingkungan sering menyatakan bahwa keadaan alam mempengaruhi gaya hidup dan perilaku.
2. Faktor Temporal Satu pesan komunikasi yang disampaikan di pagi hari, akan berbeda maknanya
bila disampaikan pada tengah malam. Jadi, yang mempengaruhi manusia bukan saja dimana mereka berada tetapi juga bilamana mereka berada.
3. Suasana Perilaku Behaviour Settings