Pemeriksaan Gonad Ikan Uji Persentase Ikan Jantan

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari penelitian maskulinisasi ikan nila dengan perendaman dalam ekstrak purwoceng diperoleh data utama berupa data persentase ikan nila jantan, kelangsungan hidup, dan pertumbuhan. Selain itu, diperoleh pula informasi hasil pengukuran senyawa aktif yang terdapat di dalam ekstrak purwoceng dan kualitas air sebagai data penunjang. Persentase Ikan Jantan Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan nila yang diberi perlakuan dengan perendaman ekstrak purwoceng menghasilkan ikan nila jantan lebih banyak dibandingkan kontrol -. Tabel 2 menunjukkan prosentase ikan jantan pada akhir penelitian setelah dilakukan histologi dengan metode asetokarmin; Tabel 2. Jumlah prosentase ikan nila jantan pada perlakuan perendaman ikan nila Oreochromis niloticus dalam ekstrak purwoceng Ulangan K - MT + P10 P20 P30 1 53,33 79,99 63,33 73,33 66,66 2 56,66 76,66 69,99 76,66 66,66 3 46,66 83,33 66,66 69,99 73,33 Rata-rata 52,2 ± 5,09 a 80 ± 3,34 c 66,7 ± 3,33 b 73,3 ± 3,35 bc 68,88 ± 3,85 b Secara genetik dalam keadaan normal ikan akan menghasilkan keturunan dengan rasio seks jantan dan betina 50 : 50 Tave, 1993; Pandian 1999. Rasio seks tersebut dapat diarahkan menjadi mayoritas jantan maupun betina sesuai kepentingan dengan teknik alih kelamin Tave, 1993; Bearmore et al., 2000; Preferrer, 2001; Zairin, 2003; Desprez et al., 2003. Persentase ikan jantan yang lebih tinggi merupakan indikator keberhasilan dari teknik maskulinisasi pada ikan nila Zairin, 2003. Tabel 2 menunjukkan bahwa ada pengaruh perlakuan perendaman larva ikan nila dalam ekstrak purwoceng terhadap persentase ikan nila jantan. Perlakuan perendaman ekstrak purwoceng dengan dosis 10, 20, dan 30 mgl menghasilkan ikan nila jantan berurut-turut 66,7, 73,3, dan 68,9. Jumlah ikan jantan tersebut lebih tinggi dibandingkan ikan nila kontrol K - yang hanya 52,2 namun lebih rendah dari pada kontrol positif + dengan perendaman MT dengan jumlah 80. Setelah diuji statistik, jumlah ikan jantan terbukti berbedanyata dibandingkan ikan nila yang tidak diberi perlakuan apapun Kontrol -. Persentase ikan nila jantan terbanyak terdapat pada kontrol + dengan perlakuan MT yang menghasilkan ikan nila jantan sebanyak 80. Disusul dengan perlakuan perendaman ekstrak purwoceng dengan dosis 20, 10, dan 30 mg dengan hasil ikan nila jantan sebanyak 73,3, 68,9 dan 66,6. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil optimal terdapat pada dosis 20 mg dan kecenderungan menurun pada dosis 30 mg. Hasil tertinggi dengan dosis 20 mg tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan ekstrak tanaman sendrego dengan dosis yang sama yang menghasilkan ikan cupang jantan sebanyak 70,7 Alfian, 2003. Tingkat keberhasilan teknik alih kelamin akan sangat ditentukan oleh jumlah hormon yang diberikan, lama waktu perlakuan, dan frekuensi perlakuan baik melalui pemberian hormon melalui pakan maupun dengan teknik perendaman Piferrer, 2001; Devlin dan Nagahama, 2002. Perlakuan maskulinisasi ikan nila dengan teknik perendaman menggunakan hormon MT paling tepat dilakukan pada saat larva baru menetas hingga mendekati masa definitif pembentukan kelamin Pandian dan Sheela, 1995. Perubahan rasio seks ikan yang disebabkan oleh pengaruh fitosteroid pernah diteliti oleh Tremblay 1998 melalui studi lingkungan di sungai yang dilalui limbah cair pembuatan pabrik kertas. Lalu ia meneliti kemampuan reseptor untuk mengikat beberapa jenis fitosteroid. Penelitian tersebut membuktikan adanya afinitas kemampuan mengikat reseptor terhadap fitosteroid -sitosterol, stigmasterol, dan genistein. Bahka n, -sitosterol mampu merangsang produksi vitelogenin pada ikan rainbow trout jantan. Meskipun demikian, afinitas fitosteroid masih lebih rendah dibandingkan hormon steroid dari hewan maupun hormon sintetik. Lebih lanjut Hewitt 2008 mengatakan bahwa limbah cair pabrik kertas dapat menyebabkan gangguan metabolisme pada ikan, pengecilan pada organ reproduksi, gangguan sistem endokrin, dan mengurangi produksi telur. Hou 2011 mengungkapkan bahwa adanya maskulinisasi populasi ikan betina mosquitofish Gambusia affinis di sungai Dengcun, China akibat paparan limbah cair pabrik kertas.