RUMUSAN MASALAH TUJUAN BATASAN MASALAH MANFAAT PENELITIAN Cahaya

contoh adalah metode spektrofotometri, metode ini memerlukan sumber cahaya dalam proses kinerja alat. Tidak semua orang mampu menggunakan spektrofotometri, dikarenakan harga alat tersebut relatif mahal. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis bermaksud untuk membuat sebuah spektofotometer pendeteksi kadar Alfatokoferol pada paprika hijau, yang lebih sederhana, murah, serta mudah untuk digunakan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana cara merancang dan membuat alat pendeteksi keberadaan Alfatokoferol pada paprika hijau dengan metode Absorbsi Sfektrofotometri menggunakan sensor warna TCS3200 2. Bagaimana membuat program pada alat pendeteksi keberadaan alfatokoferol pada paprika hijau dengan metode absorbsi sfektrofotometri menggunakan sensor warna TCS3200 3. Bagaimana menguji tingkat akurasi pada alat pendeteksi keberadaan alfatokoferol pada paprika hijau dengan metode absorbsi sfektrofotometri menggunakan sensor warna TCS3200

1.3 TUJUAN

Adapun tujuan dan maksud dari penulisan tugas akhir ini adalah : 1. Untuk merancang dan membuat suatu perangkat alat pendeteksi kadar alfatokoferol pada paprika hijau dengan metode absorbsi sfektrofotometri menggunakan sensor warna TCS3200. 2. Untuk mengetahui cara pengoperasian alat pengujian keberadaan alfatokoferol pada paprika. 3. Untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari pengujian alfatokoferol pada beberapa sampel paprika. Universitas Sumatera Utara

1.4 BATASAN MASALAH

Untuk membatasi penulisan dan penyusunan tugas akhir, maka perlu dibuat batasan penulisan. Adapun pembatasan masalah dalam penulisan dan penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Pengambilan sampel hanya pada paprika hijau 2. Metode yang digunakan adalah metode absorbsi sfektrofotometri 3. Menggunakan sensor warna TCS3200 4. Sampel berbentuk larutan 5. Tidak membahas konsep pengukuran kadar alfatokoferol secara kimia 6. Menggunakan sistem minimum AT895S2

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Dengan menggunakan sensor warna TCS3200, diharapkan dapat menghasilkan suatu alat pendeteksi keberadaan alfatokoferol pada paprika hijau dengan tingkat akurasi yang cukup baik.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Universitas Sumatera Utara Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II TEORI DASAR DAN PENDUKUNG

Berisi tentang landasan teori dari sistem yang akan dibuat yang berhubungan dengan prinsip kerja dari masing-masing blok sistem.

BAB III RANCANGAN ALAT DAN SISTEM

Pada bab ini akan dibahas berbagai hal yang berkenaan dengan perancangan dan pembuatan perangkat keras maupun perangkat lunak.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Meliputi tentang pengujian dan penganalisaan dari rangkaian.

BAB V PENUTUP

Mengenai kesimpulan dan saran yang didapat setelah membuat proyek ini untuk pengembangan proyek selanjutnya. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cahaya

Cahaya adalah gelombang yang memindahkan tenaga tanpa perambatan massa. Cahaya adalah penting untuk semua kehidupan di bumi karena ia adalah tenaga dari matahari, yng dipindahkan ke bumi dalam bentuk cahaya, yang dipakai oleh tanam-tanaman untuk mensintesiskan karbohidrat dari karbondioksida dan air fotosintesis. Seperti bunyi, cahaya juga memberikan informasi vital tentang lingkungannya pada binatang. Binatang-binatang yang l ebih tinggi telah membentuk mekanisme kompleks untuk medeteksi cahaya. Apa yang dilihat binatang tergantung pada sifat-sifat fisis khusus dari cahaya yang sensitif untuk matanya. Menusia mempunyai penglihatan warna yang baik deteksi frekuensi, sedangkan lebah dapat mendeteksi warna dan polarisasi cahaya. Tidak seperti bunyi, bagaimanapun, cahaya tidak mempunyai basis di dalam mekanika. Karena bunyi adalah getaran unsur-unsur udara di bawah pengaruh kakas-kakas mekanis. Sifat-sifatnya hanyalah konsekuensi hukum- hukum mekanika yang terterapkan pada unsur-unsur itu. Gelombang cahaya, dilain pihak, bukanlah getaran dari zat materi apapun, dan dengan demikian sifat- sifatnya tidak dapat diturunkan dari mekanika. Cahaya adalah fenomena yang berbeda secara mendasar yang tidak punya basis di dalam mekanika. Alan H. Cromer : 532. Universitas Sumatera Utara

2.1.1 Sifat Gelombang Cahaya

Telah diketahui oleh Aristoteles 384-322 SM bahwa bunyi disebabkan oleh getaran-getaran di dalam udara. Pengetahuan ini mungkin didasarkan pada pengamatan bahwa musik yang dihasilkan oleh dawai-dawai yang bergetar. Penjelasan yang memadai tentang gelombang bunyi belum dimungkinkan sampai pada zaman Newton. Meskipun tidak ada yang diketahui tentang sifat dasar pada zaman Newton, adalah wajar untuk berspekulasi bahwa cahaya adalah gelombang, sama dengan bunyi. Christian Huygens 1629-1695, seorang yang sezaman dengan Newton, mengembangkan teori gelombang cahaya, tetapi Newton sendiri menyukai suatu teori yang menyatakan bahwa cahaya terdiri dari zarah nirmassa korpuskel. Newton berhipotesis bahwa korpuskel-korpuskel tesebut merambat di dalam ruang dengan laju tetap dan bahwa ada tipe korpuskel yang berbeda untuk setiap warna. Keberatan utamanya terhadap teori gelombang adalah bahwa cahaya, tidak seperti bunyi, tidak kelihatan membelok pada pojok-pojok. Alan H. Cromer : 533.

2.1.2 Sifat Elektromagnetik Cahaya

Hukum-hukum dasar keelektrikan dan kemagnetan, yang telah ditemukan dalam paruh pertama abad ke 19, telah dirumuskan kedalam teori matematis yang menyeluruh oleh James Clerk Maxwell 1831-1879. Dari teori ini Maxwell menurunkan bahwa harus ada gelombang elektromagnetik yang terdiri pada pokoknya dari medan elektrik dan magnetik berosilasi yang merambat di dalam ruang dengan laju tertentu. Menurut teori Maxwell, laju ini diberikan di dalam tetapan-tetapan elektrik tertentu yang sangat terkenal yang masuk kedalam teori. Sewaktu Maxwell menghitung laju gelombang elektromagnetik dari tetapan ini, ia mendapatkannya sama dengan kelajuan cahaya. Universitas Sumatera Utara Sekarang fisikawan telah terbiasa dengan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang berjangkau kurang dari 10 -17 m sampai lebih dari 10 4 m. Hanya gelombang dengan panjang gelombang diantara 4 x 10 -7 dan 7 x 10 -7 terdeteksi oleh mata manusia dan itu adalah daerah cahaya tampak. Gelombang- gelombang dengan panjang gelombang yang lebih panjang dan lebih pendek mempunyai nama-nama khas, seperti misalnya gelombang radio, mikrogelombang, inframerah, ultraungu, sinar-X, dan seterusnya. Alan H. Cromer : 533-534.

2.2. Spektrofotometri