KOMUNIKASI ANTAR PERSONAL DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTARSUKU (Studi Pada Masyarakat Jawa dan Madura di Desa Kademangan Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang)

(1)

KOMUNIKASI ANTAR PERSONAL DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTARSUKU

(Studi Pada Masyarakat Jawa dan Madura di Desa Kademangan Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Oleh:

AKMILA FITHRIYA (08220383)

KONSENTRASI AUDIO VISUAL JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

     

   


(3)

   

   


(4)

(5)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah dan puji syukur tiada henti penulis panjatkan kepada Allah SWT serta Nabi Muhammad SAW, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan tugas skripsi yang berjudul KOMUNIKASI ANTARPERSONAL

DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTARSUKU (Studi Pada Masyarakat Jawa dan Madura di Desa Kademangan Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang).

Melalui skripsi ini, penulis ingin memaparkan bagaimana keberagaman suku yang ada disuatu daerah dapat membina hubungan dengan harmonis dan rukun melalui komunikasi antarpersonal. Sehingga dapat untuk dijadikan referensi bagi masyarakat yang juga mengalami perbedaan dan konflik dalam keberagaman suku. Hasil dalam penelitian ini diharapkan dapat menginformasikan konsep-konsep dan teori mengenai komunikasi antarpersonal yang dalam menjalin interaksi dengan masyarakat berbeda suku.

Skripsi ini disusun sebagai sebuah karya ilimiah yang digunakan sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang. Selanjutnya penulis menyadari banyak sekali kekurangan yang bisa dijumpai dalam skripsi ini, dan dengan rendah hati penulis berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi diri penulis sendiri dan bagi pembaca lainnya. Dan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, tidaklah mungkin karya tulis ini akan dapat terselesaikan, Oleh karena penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Dr. Wahyudi Winaryo, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


(6)

3. Nurudin, M.Si, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan solusi terhadap penyelesaian skripsi ini

4. Nasrullah, S.Sos, M.Si dan Roziana Febrianita, S.Sos, Selaku dosen penguji yang memberikan saran dan kritik terhadap penyusunan skripsi ini.

5. Warga Desa Kademangan yang juga telah membantu terselesainya skripsi ini.

6. Kedua orang tua Abdul Choliq Zen dan Cholis Hidayati selaku ayah dan ibu yang selalu mendoakan, memberikan semangat, dukungan, motivasi baik moril maupun materil, Sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta kakak-kakak mas nanang, mas aris, mbak ana dan adik keponakan yang juga berperan dalam selesainya skipsi ini

7. Teman-teman jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2008 khususnya kelas F, teman-teman kos Puri Karisma Putri, dan teman-teman-teman-temanku semua yang menjadi motivasi dalam penyelesaian skripsi ini serta mas Muamar Ibrahim Adjichadafi yang telah banyak memberikan kontribusi waktu dan tenaga untuk membantu, mendukung dan memotivasi dalam menyelesaikan tugas skripsi ini.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Malang, 31 Agustus 2012 Penulis

Akmila Fithriya  

     

 

   


(7)

                                                     


(8)

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ORISINALITAS

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI PERSEMBAHAN

ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……….1

B. Rumusan Masalah………....5

C. Tujuan Penelitian……….5

D. Manfaat Penelitian………...6

1. Manfaat Akademis………...6

2. Manfaat Praktis………6

E. Tinjauan Pustaka………..6

1. Konsep Komunikasi Antarpersonal………..….6

2. Komunikasi Antarpersonal Dalam Konteks Komunikasi Lintas Budaya….………...11

2.1Komunikasi sebagai proses budaya………..14

2.2Komunikasi sebagai proses interaksi………15

2.3Model Gudykunts dan Yuong Kim………..16

3. Teori Interaksi Simbolik………...19

4. Interaksi Antarpersonal Dalam Masyarakat……….21

5. Konsep Kerukunan Dalam Keberagaman Suku………..23

F. Batasan Konsep………...24

1. Komunikasi Antar Personal……….24

2. Konsep Kerukunan Antar Suku………...25

G. Metode Penelitian………..25


(9)

2. Informan Penelitian………..26

3. Teknik Pengumpulan Data………...27

4. Teknik Analisa Data………29

5. Teknik Keabsahan Data………..29

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian……….31

1. Luas Wilayah………...31

2. Penduduk……….33

3. Pendidikan………...34

4. Mata Pencaharian……….35

5. Agama………..36

6. Suku Bangsa/Etnis………...37

7. Fasilitas Umum Desa………...37

B. Suku Jawa………..40

C. Suku Madura………..42

D. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Desa Kademangan………...44

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Informan………..48

B. Komunikasi Antar Personal Suku Jawa dan Madura……….51

1. Sumber dan Penerima………..51

2. Pesan………54

3. Simbol/Bahasa………..56

4. Respon/Feedback……….58

5. Media………60

C. Tahap Hubungan Antarpersonal Suku Jawa dan Madura………..64

1. Adanya kontak dengan suku lain……….66

2. Keterlibatan dalam kegiatan bersama………..67

3. Keakraban antarsuku………69

4. Perbadaan paham tidak memicu terjadinya perusakan/pemutusan hubungan………..72

D. Hubungan Antarpersonal Dalam Masyarakat Dengan Adanya Perbedaan Suku………77


(10)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan………88

B. Saran………..89

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 1 Model Gudykunts dan Young Yun Kim………...17

Gambar 2 Peta Wilayah Desa Kademangan Kecamatan Pagelaran………32

Tabel 1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia………33

Tabel 2 Tingkat Pendidikan Penduduk……….34

Tabel 3 Mata Pencaharian Pokok Penduduk……….35

Tabel 4 Agama di Desa Kademangan………...37

Tabel 5 Suku Bangsa/Etnis di Desa Kademangan………37

Tabel 6 Fasilitas Agama………38

Tabel 7 Fasilitas Kesehatan………...38

Tabel 8 Fasilitas Pendidikan………..38

Tabel 9 Faslilitas/Sarana Lembaga Kemasyarakatan Desa………...39

Tabel 10 Sarana Komunikasi dan Informasi……….39

Tabel 11 Profil Informan ………..48  

                 


(12)

DAFTAR PUSTAKA Rujukan Buku

Bungin, Burhan. 2010. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers Cangara, Hafied. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. edisi revisi. Jakarta : Rajawali Pers DeVito, Joseph. 1996. Komunikasi Antarmanusia. Edisi kelima. Diterjemahkan oleh : Ir.

Agus Maulana MSM. Jakarta : Professional Books

Habib, Ahmad. 2004. Konflik Antaretnik di Pedesaan (Pasang surut hubungan Cina-Jawa). Yogyakarta: LKiS

Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press

Liliweri, Alo. 2005. Prasangka dan Konflik : Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur. Yogyakarta: LKiS

Littlejohn, Stephen W dan Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika

Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya

Mulyana, Dedy. 2007. Ilmu Komunikasi, cetakan ke-9 (edisi revisi). Bandung: Rosdakarya ______________.2010. Komunikasi Lintas Budaya. Bandung : Rosdakarya

Mulyana, Dedy dan Jalaludun Rakhmat. 2001. Komunikasi Antarbudaya. Bandung : Rosdakarya

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : LkiS

Samovar, Larry A., Richard E. Portner, dan Edwin R. McDaniel. 2010. Komunikasi Lintas Budaya :Communication Between Cultures. (diterjemahkan oleh : Indri Margareta Sidabalok). Jakarta : Salemba Humanika

Soerjono Soekanto. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali pers Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta Sutaryo. 2005. Sosiologi Komunikasi. Yogyakarta : Arti Bumi Intaran

West, Richard dan Lyn H. Turner. 2009. Pengantar Teori Komunikasi. Jakarta : Salemba Humanika

Karya Ilmiah

Irfansyah. 2003. Komunikasi Antar Budaya Suku Dayak-Melayu deangan Suku Madura : Studi di Kelurahan Sidorejo Kabupaten Kotawringin Barat. Malang: Program Strata 1 UMM


(13)

Muslimin. 2005. Pola Komunikasi Antar Budaya Dalam Bauran Masyarakat Etnis China-Jawa. Laporah Hasil Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang

Ruandini, Ganesca. 2011. Komunikasi Antar Personal Dalam Kerukunan Umat Beragama : Studi Fenomenologi pada Masyarakat Desa Balun Kecamatan Turi Kabuipaten Lamongan. Malang: Program Strata 1 UMM

Internet

Depdikbud. 2011. Etnik Madura. (online) ,(http://Sosekling.pu.go.id (diakses tanggal 6 Maret 2012)

Dzuhuriyah.2011. Budaya Madura Beda dengan Jawa.(online), Kompasiana

(http://sosbud.kompasiana.com/2011/06/13/budaya-madura-beda-dengan-jawa/, diakses 6 maret 2012)

Istiyanto, Bekti S. 2008. Komunikasi Lintas Budaya. (online), Wordpress

(http://sbektiistiyanto.files.wordpress.com/2008/02/klb-2.ppt, diakses tanggal 6 maret 2012) Mudjahirin. 2009. Kerukunan Antar etnis di Indonesia. (online), Sastra

Undip,( http://staff.undip.ac.id/sastra/mudjahirin/2009/03/06/kerukunan-antar-etnis-di-indonesia/, diakses 6 maret 2012)

Nugroho. 2012. Konflik Antar Kelompok Masyarakat. (online), Kompasiana

(http://sosbud.kompasiana.com/2012/04/25/konflik-antar-kelompok-masyarakat-konflik-horizontal-antara-etnis-melayu-dengan-etnis-madura-di-sambas-kalimantan-barat/, diakses tanggal 30 April 2012)

Nursyam.2011. Kerukunan Dalam Bingkai Keberagaman. (online), Sunan Ampel (http://nursyam.sunan-ampel.ac.id/?p=966, diakses 6 maret 2012)

Sugiartono. 2012. Konflik Suku Dayak dan Madura. (Online),

(http://edisugiartonos.blogspot.com/2012/01/konflik-suku-dayak-dan-madura.html, diakses tanggal 16 April 2012)

WongJowo. 2012. Tentang Suku Jawa. (online), (http://sukujawa.com/?p=5 (diakses tanggal 12 Juni 2012)


(14)

1   

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Indonesia merupakan negara “bhineka tunggal ika” yang berarti berbeda-beda namun tetap satu jua. Itu terbukti dengan indonesia memiliki berbagai macam budaya, suku, bahasa maupun agama. Salah satu yang membedakan antara masyarakat pada suku satu dengan yang lainya adalah dari bahasa. Dan melalui bahasa itu lah masyarakat dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat lain.

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa terlepas dari kegiatan komunikasi. Mulai dari komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi dengan teman, keluarga maupun komunikasi dengan tetangga dan orang-orang disekitar kita. Komunikasi juga merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosial dalam berinteraksi. Untuk memenuhi kebutuhan berhubungan sosial ini komunikasi berfungsi sebagai alat untuk menghubungkan manusia-manusia dalam sosialisasinya di masyarakat.

Cara-cara kita berkomunikasi, keadaan-keadaan komunikasi kita, bahasa dan gaya bahasa yang kita gunakan, perilaku-perilaku nonverbal kita, semua itu terutama merupakan respon terhadap fungsi budaya kita. Sebagaimana budaya berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, maka praktik dan perilaku komunikasi individu-individu pun berbeda pula (Mulyana dan Rakhmat, 2001:24). Dengan adanya perbedaan bahasa


(15)

2  maupun budaya dalam komunikasi yang terjadi pada masyarakat, dan belum adanya saling memahami dan mengenal satu sama lain antara kelompok masyarakat, dapat menjadi penyebab timbulnya sebuah prasangka. Menurut Liliweri (2005) Prasangka adalah suatu kesimpulan atau pemaknaan terhadap seseorang atau kelompok tertentu tentang sesuatu berdasarkan pada perasaan dan pengalaman yang masih dangkal. Sebaliknya jika dalam sebuah komunikasi ada sebuah persamaan antara pelaku komunikasi dari segi bahasa, pengalaman, maupun budaya yang melatar belakanginya, maka proses komunikasi akan terasa menyenangkan. Hal ini terjadi karena kelompok budaya cenderung mengukur budaya orang lain berdasarkan budayanya sendiri sebagai rujukan yang dianggap lebih baik.

Orang cenderung membuat kategori atas tampilan karakteristik perilaku orang lain berdasarkan kategori, ras, jenis kelamin, kebangsaan dan tampilan komunikasi verbal maupun nonverbal (Liliweri, 2005:207). Proses kategori yang dilakukan masyarakat tersebut ini menghasilkan asumsi yang lebih sering disebut dengan stereotype.

Kita telah sering menjumpai konflik antaretnik yang terjadi pada suku Madura. Salah satunya menurut Nugroho (2012) yaitu konflik yang terjadi di Sambas, Kalimantan Barat antara suku Madura dan Melayu pada Februari 1999. Di duga salah satu yang menjadi pemicu terjadinya konflik adalah stereotype dan rasa sakit hati karena sama-sama saling menjunjung tinggi budaya asli mereka. Selain itu menurut Sugiartono (2012) yaitu konflik yang pernah terjadi pada suku Madura dan dayak pada tahun 2001 yang


(16)

3   

lalu. Dan salah satu alasan terjadinya pertikaian tersebut adalah karena perbedaan kebudayaan dan perbedaan stereotype dan karena perbedaan kebiasaan yang dibawa suku Madura dianggap perilaku yang tidak menyenangkan bagi suku Dayak.

Karena alasan diatas peneliti memilih Suku Madura yang ada di Desa Kademangan sebagai fenomena yang menarik untuk diteliti. Di Desa Kademangan Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang terdapat masyarakat yang mayoritas berasal maupun keturunan dari suku Madura, namun tidak terlepas dari adanya orang Jawa asli. Suku Madura dan Jawa memiliki ciri khas bahasa dan budaya tersendiri. Secara umum yang paling sederhana dikenal oleh masyarakat adalah dari bahasa. Yaitu bahasa khas Jawa yang terkenal dengan kalem dan lembut, sedangkan bahasa Madura yang terkenal dengan karakter keras dan tegas.

Perbedaan yang cukup mencolok dapat terlihat juga dalam kehidupan keseharian, sifat orang Madura yang lebih egaliter dan terbuka, berbeda dengan sifat orang Jawa yang mempunyai sifat “ewuh pakewuh“. Dalam hal mencari rezeki pun, orang-orang Madura sejak masa lalu sudah berani merantau ke luar pulau. Hal ini terbukti dengan banyaknya orang Madura yang tersebar hampir di seluruh penjuru Negeri bahkan sampai-sampai di luar negeri pun ada (Dhuhuriyah, 2011). Dari perbedaan diatas maka masyarakat dari Jawa maupun Madura yang belum saling mengenal, akan merasa berbeda jika tinggal bersama dalam satu wilayah geografis. Bahkan jika mereka hanya mengetahui sebatas pemahaman sempit sebagaimana di


(17)

4  ungkapkan masyarakat dari luar suku mereka, mengenai karakter secara umum.

Pertimbangan pemilihan lokasi untuk dikaji dan diteliti ini adalah karena adanya kasus nyata yang berhubungan dengan komunikasi antarpersonal yang melibatkan dua suku yang berbeda. Antara lain pada masyarakat Jawa dan Madura yang menjalani komunikasi selama bertahun-tahun dengan tetangga dan orang-orang di sekitar mereka.

Desa Kademangan merupakan sebuah desa yang berada di kecamatan pagelaran di kabupaten Malang. Lokasi kabupaten Malang selatan ini banyak ditemukan masyarakat suku Madura. Terutama di Kecamatan Pagelaran tepatnya Desa Kademangan. Selain merupakan penghasil salak di Kecamatan Pagelaran, yang menjadi ciri khas desa ini adalah interaksi sosialnya. Yaitu terdapat warga multi etnik yang berada dalam satu komplek tertentu. Antara lain masyarakat Madura yang masih kental dengan bahasa khasnya dan berdampingan dengan penduduk dari masyarakat Jawa.

Masyarakat Madura maupun Jawa disini saling menjunjung tinggi nilai kebudayaan masing-masing. Banyak sekali pembeda antara mereka dalam kebiasaan dan kehidupan sehari-hari dalam berinteraksi. Dalam bidang kesenian misalnya, ada gamelan dari Jawa dan sakera dari Madura. Adat pernikahan dalam kedua suku ini juga sangat berbeda. Selain itu komunikasi yang dilontarkan pada masyarakat yang masih saling memelihara logat masing-masing. Perbedaan stereotype dan kebudayaan itulah yang dapat menjadi pemicu dan peluang terjadinya sebuah konflik


(18)

5   

antarsuku pada masyarakat Jawa dan Madura. Namun perbedaan suku tidak menjadi alasan terjadinya konflik besar yang dapat mencemaskan warga masyarakat sekitar. Dalam suatu hubungan, komunikasi maupun interaksi dalam masyarakat terjadinya konflik merupakan hal yang lumrah terjadi.

Maka melalui beberapa pernyataan diatas peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana komunikasi yang digunakan sehingga masyarakat dapat hidup rukun berdampingan dalam dua budaya atau suku yang bebeda. Dengan perbedaan tersebut maka peneliti ingin menggali lebih dalam lagi mengenai bagaimanakah komunikasi yang terjalin pada masyarakat kecamatan pagelaran tersebut antar tetangga dengan adanya keberagaman kebudayaan dan cara komunikasi yang berbeda. Penelitian ini diperlukan untuk mewujudkan kebersamaan dalam masyarakat dengan adanya beragam kebudayaan yang ada di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana komunikasi antarpersonal yang dilakukan masyarakat desa kademangan dalam membina kerukunan antarsuku?”

C.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan komunikasi antarpersonal yang digunakan masyarakat kademangan dalam membina hubungan antar suku Jawa dan Madura yang menjadi identitas masyarakat di desa tersebut.


(19)

D.Manfaat Penelitian

1. Secara Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi baru bagi akademis maupun peneliti selanjutnya dalam pengembangan ilmu komunikasi. Khususnya komunikasi antarpersonal yang terjadi pada orang-orang yang berbeda budaya.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat dalam menghadapi perbedaan antarsuku dan berkomunikasi untuk menjaga kerukunan dalam perbedaan budaya. Dan diharapkan dapat dijadikan wacana untuk seluruh masyarakat Indonesia untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan membina kerukunan antar suku disekitarnya.

E. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Komunikasi Antarpersonal

Komunikasi merupakan konsep yang sangat luas untuk didefinisikan. Litteejohn (2009) mengutarakan konsep komunikasi berdasarkan tujuan adalah situasi-situasi yang merupakan sumber yang mengirimkan sebuah pesan kepada penerima dengan tujuan tertentu untuk memengaruhi perilaku penerima.

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber


(20)

7   

bisa terdiri dari satu orang, tetapi bia juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga (Cangara, 1998 : 24).

Selanjutnya dalam Mulyana (2007:70) menyatakan bahwa Pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi . Prof. Dedy Mulyana juga mengemukakan bahwa simbol terpenting adalah kata-kata (bahasa) yang dapat merepresentasikan objek, gagasan dan perasaan baik ucapan maupun tulisan.

Sedangkan Samovar (2010:18) menyatakan bahwa dengan memisahkan persamaan dari definisi-definisi tersebut dan memilih salah satu istilah yang mencakup semuanya, bahwa komunikasi merupakan proses dinamis dimana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalui penggunaan simbol. Jadi bisa dikatakan bahwa komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan baik verbal maupun nonverbal. Selain komunikator, komunikan, pesan dan umpan balik unsur yang penting dalam komunikasi adalah media.

Media merupakan alat atau sarana yang digunakan untuk berkomunikasi, yang dilakukan sumber kepada penerima pesan. Dalam Cangara (2008: 25) menjelaskan bahwa terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi pancaindra dianggap sebagai media komunikasi. Ada juga saluran


(21)

8  komunikasi seperti telepon, surat, telegram yang digolongkan juga sebagai media komunikasi antarpribadi.

Selain media komunikasi seperti itu, kegiatan dan tempat-tempat tertentu yang banyak ditemui dalam masyarakat pedesaan, bisa juga dipandang sebagai media komunikasi sosial, misalnya rumah-rumah ibadah, balai desa, arisan, panggung kesenia dan pesta rakyat (Cangara, 2008 : 26).

Dalam konteks komunikasi antarpersonal komunikasi terjadi dua arah terhadap dua orang individu secara langsung. Seperti yang diungkapkan Dedy Mulyana bahwa komunikasi antarpribadi sangat berperan penting hingga kapanpun selama mausia masih memiliki emosi.

Komunikasi antarpersonal adalah komunikasi antara dua orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal (Mulyana, 2007:81). Dalam hal ini sumber atau penerima bisa secara langsung menerima umpan balik dalam reaksi tersebut. Dalam Cangara juga menjelaskan bahwa ada yang beranggapan bahwa feedback/umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima

Selain itu menurut De Vito, 1977 (dalam Sutaryo, 2005:59) menyebutkan komunikasi antarpersonal jika berdasarkan komponen-komponen utamanya merupakan penyampaian pesan oleh satu orang atau penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan


(22)

9   

berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.

Dari beberapa definisi diatas dapat dikatakan bahwa komunikasi antarpersonal merupakan jenis komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih yang berlangsung secara tatap muka atau face to face yang bisa melihat secara langsung reaksi pihak lain secara bahasa maupun tindakan atau simbol-simbol.

Bentuk khusus dari komunikasi antarpersonal yang terjadi antara dua individu adalah seperti komunikasi antara guru dan murid, antara suami dan istri, antara teman, dan sebagainya. Dalam hal ini komunikasi berjalan secara langsung sehingga penerima bisa memberikan respon secara langsung baik verbal maupun nonverbal. Selain pendengaran dan penglihatan kita juga bisa melibatkan indera penciuman dan sentuhan sehingga komunikasi antarpersonal dinilai lebih berpotensi untuk mempengaruhi pihak lain. Selain itu komunikasi antarpersonal juga membuat manusia lebih dekat dan akrab dibandingkan melalui media.

Komunikasi antarpersonal berkembang menjadi hubungan antarpribadi. Dan terbinanya suatu hubungan berbeda dan melalui beberapa tahap. Dalam bukunya (Sutaryo, 2005:62) De Vito menyebutkan terdapat lima tahap hubungan antara seseorang dengan orang lain antara lain:

1. Kontak

Tahap pertama adalah kita membuat kontak dengan menggunakan indera yaitu kita meihat, mendengar dan membaui seseorang. Menurut para


(23)

10  peneliti empat menit pertama dalam tahap ini akan menunjukkan interaksi awal apakah kita akan melanjutkan hubungan ke tahap selanjutnya atau tidak. Dalam hal ini penampilan fisik yang paling penting karena merupakan dimensi yang terbuka dan paling awal yang terlihat sehingga secara mudah untuk diamati. Kualitas lainnya seperti sikap bersahabat, kehangatan, keterbukaan dan dinamisme juga terdapat dalam tahap ini. Jika kita menyukai pihak lain dalam hubungan ini maka kita melanjutkan ke tahap selanjutnya.

2. Keterlibatan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan yang lebih jauh, ketika kita mengikatkan diri untuk lebih mengenal orang lain dan lebih mengungkapkan diri kita. Misalnya jika hubungan persahabatan yang akan dilakukan adalah dengan melakukan kegiatan yang diminati bersama, seperti nonton pertandingan olahraga bersama. Namun jika hubungan romantik seseorang akan melakukan kencan pada tahap ini, misalnya makan bersama, nonton bioskop atau jalan-jalan bersama.

3. Keakraban

Pada tahap keakraban kita mengikatkan diri lebih jauh dengan orang lain. Kita mungkin membina sebuah hubungan primer atau sebuah komitmen seperti menjali persahabatan, perkawinan, menolong orang lain atau mungkin mengungkap rahasia kita. Tahap ini tidak disediakan untuk semua orang, umumnya hanya kepada beberapa orang saja yang dianggap sebagai sahabat akrab kecuali dalam keluarga.


(24)

11   

4. Perusakan

Dua tahap berikutnya merupakan penurunan hubungan yang terjadi ketika ikatan diantara keduan pihak telah melemah. Pada tahap perusakan kita merasa bahwa hubungan yang kita bina ini tidak penting lagi seperti yang kita pikirkan sebelumnya. Semakin sedikit ruang dan waktu yang kita lalui dan bila bertemu, kita tidak lagi banyak mengungkapkan diri kepada pihak lain dan lebih banyak diam sehingga hubungan menjadi semakin jauh. Jika tahap ini berlanjut maka kita bisa memasuki tahap pemutusan.

5. Pemutusan

Tahap pemutusan ini merupakan tahap yang memutuskan hubungan atau tali yang mengikat antara kedua belah pihak. Misalnya jika hubungannya adalah sebuah perkawinan maka pemutusan tersebut dilambangkan dengan sebuah perceraian, walaupun pemutusan sesungguhnya dapat dengan berupa hidup yang terpisah. Hal ini bisa terjadi karena adanya sebuah perbedaan, berupa ketegangan dan keresahan yang semakin meningkat, adanya permusuhan, saling menyalahkan dan kemarahan yang sering terjadi.

2. Komunikasi Antarpersonal dalam Konteks Komunikasi Lintas Budaya Setiap manusia melakukan perilaku komunikasi yang berbeda dipengaruhi oleh lingkungan atau kebudayaannya. Jadi komunikasi bisa dikatakan merupakan perilaku budaya. Keragaman budaya dan masyarakat di Indonesia menjadi alasan kita untuk tidak terhindar dari pertemuan-pertemuan maupun hubungan lintas budaya dalam kehidupan sehari-hari.


(25)

12  Sehingga perlunya masyarakat untuk saling mengerti dan memahami latar belakang ataupun kebudayaan antar manusia dalam berkomunikasi.

Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan. Komunitas merujuk pada sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Dan mereka berbagi makna dan sikap. Tanpa komunikasi tidak akan ada komunitas. Komunikasi bergantung pada pengalaman dan emosi bersama, dan komunikasi berperan menjelaskan kebersamaan itu (Mulyana, 2000:41). Jika kita hubungkan sebenarnya komunikasi erat kaitannya dengan masyarakat yang merupakan sekelompok orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu. Dan dalam masyarakat tertentu memiliki nilai-nilai yang dianut dan menjadi kebudayaannya. Semua manusia melakukan komunikasi dalam konteks tertentu salah satunya komunikasi lintas budaya. Begitu juga komunikasi antarpersonal yang dilatarbelakangi oleh kebudayaan yang berbeda seperti yang terjadi di desa kademangan ini.

Komunikasi lintas budaya merupakan salah satu bidang kajian Ilmu Komunikasi yang lebih menekankan pada perbandingan pola-pola komunikasi antar pribadi diantara peserta komunikasi yang berbeda kebudayaan (Istiyanto, 2008).


(26)

13   

Samovar, Porter dan Jain (1981) mengatakan komunikasi lintas budaya adalah terjadinya pengiriman pesan dari seseorang yang berasal dari satu kebudayaan yang berbeda dengan pihak penerima pesan.

Menurut Fiber Luce (1991), pada hakikatnya studi lintas budaya adalah salah satu studi komparatif yang bertujuan untuk membandingkan variabel budaya tertentu dan konsekuensi akibat dari pengaruh kebudayaan, dari dua konteks kebudayaan atau lebih yang berbeda (Liliweri, 2005:365).

Dari beberapa pernyataan mengenai konsep komunikasi lintas budaya bisa diambil kesimpulan bahwa komunikasi lintas budaya merupakan proses interaksi antar manusia atau antar individu yang melibatkan perbedaan kebudayaan yang dapat mempengaruhi proses komunikasi tersebut.

Dalam keberagaman budaya yang ada di indonesia suatu saat kita dihadapkan dengan komunikasi dengan orang lain yang berbeda bahasa, aturan maupun nilai-nilainya. Karena perbedaan itu kita cenderung akan merasa sulit memahami budaya lain seperti budaya kita dan membeda-beda kan orang lain dengan rujukan budaya sendiri yang dianggap lebih baik. Hal seperti ini akan terjadi jika kita bersifat etnosentris. Etnosentrisme menurut Nanda dan Warms (Samovar, 2010:214) adalah pandangan bahwa budaya seseorang lebih unggul dibandingkan budaya yang lain. Pandangan bahwa budaya lain dinilai berdasarkan standar budaya kita. Kita menjadi etnosentris ketika kita melihat budaya lain melalui kacamata budaya kita atau posisi sosial kita.


(27)

14  Kesalahpahaman antar budaya bisa dikurangi dengan adanya pemahaman mengenai bahasa maupun perilaku dari budaya orang lain. Atau terlebih lagi mengetahui prisip dari komunikasi lintas budaya. Dan kemudian mempraktekkan dalam kegiatan komunikasi dengan orang lain baik yang sudah kenal maupun baru bertemu. Jadi bagi masyarakat yang belum saling mengenal dan memahami satu sama lain, terlebih lagi dari kebudayaan yang berbeda dalam komunikasi lintas budaya dapat memicu timbulnya kesalahpahaman komunikasi, mengingat tata cara, perilaku dan nilai-nilai yang berbeda.

2.1 Komunikasi Sebagai Proses Budaya

Seperti yang diketahui bahwa setiap manusia berkomunikasi dalam konteks tertentu. Dan setiap budaya mempunyai cara berkomunikasi yang berbeda. Dalam hal ini Antropolog Edward Hall (1973) berpendapat bahwa budaya adalah komunikasi dan komunikasi adalah budaya. Dengan begitu memikirkan komunikasi juga memikirkan konteks dan makna kulturalnya (Mulyana, 2010:3).

Dalam permasalahan ini Hall sebenarnya mengatakan bahwa hanya manusia berbudaya yang berkomunikasi, dan ketika manusia berkomunikasi dia dipengaruhi oleh kebudayaannya. Manusia menyatakan dan mungkin juga menginterpretasikan kebudayaannya kepada orang lain dan sebaliknya orang lain menginterpretasikan kebudayaanya (Liliweri 2005:361).

Melalui uraian diatas bisa dikatakan bahwa komunikasi dipengaruhi oleh kebudayaan tertentu. Bagaimana manusia melakukan kegiatan


(28)

15   

komunikasi dengan orang lain adalah berangkat dari budaya setiap orang. Dan berlangsungnya sebuah komunikasi adalah sebuah proses budaya yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan dengan setiap manusia.

2.2 Komunikasi Sebagai Proses interaksi

Komunikasi dikatakan sebagai sebuah proses interaksi yaitu dimana komunikasi itu digunakan untuk berhubungan dan bersosialisasi dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya sebagai makhluk sosial melalui percakapan. Percakapan bisa terjadi pada komunikasi tatap muka oleh dua orang atau lebih yang di dalamnya terdapat penyampai pesan dan penerima pesan.

Melalui sebuah percakapan, kita bisa merasakan suatu persahabatan, kenyamanan, kehangatan bahkan pelarian. Sehingga hubungan dengan orang lain mengizinkan anda untuk mengalami perasaan diterima, disayang bahkan diatur. Walaupun cara menyatakan perasaan dan emosi berbeda dalam setiap budaya, semua orang secara alamiah atau melalui ajaran memiliki kebutuhan akan komunikasi dan interaksi dengan orang lain (Samovar et al, 2010:17).

Komunikasi sebagai proses interaksi berasumsi bahwa komunikasi berlangsung dua arah yaitu komunikator mengirim pesan kepada komunikan dan adanya tanggapan (feedback) secara verbal atau non verbal baik di sengaja atau tidak. Dan sebuah tanggapan dari komunikator maupun


(29)

16  komunikan dalam komunikasi tersebut dipengaruhi dari bidang pengalaman tiap manusia.

Setiap orang membawa bidang pengalaman yang unik dalam tiap episode komunikasi, dan pengalaman-pengalaman tersebut sering kali mempengaruhi komunikasi yang terjadi. Sebagai contohnya, ketika dua orang saling mengenal dan mulai berkencan, mereka secara mutlak membawa bidang pengalaman mereka ke dalam hubungan ini. Pihak yang satu mungkin dibesarkan dalam keluarga besar dan memiliki beberapa orang saudaraa, sementara yang satunya mungkin adalah anak tunggal. Mungkin juga yang satu dibesarkan oleh kakek dan neneknya, sementara yang satu dibesarkan oleh dua orang pria. Pengalaman-pengalaman ini (dan yang lainnya) akan memengaruhi bagaimana dua orang ini ketika bersama dan hampir pasti akan memengaruhi cara keduanya mempertahankan hubungan mereka (West dan Turner, 2009:13)

2.3 Model Gudykunts dan Young Yun Kim

Proses komunikasi dalam model Gudykunts dan Kim ini pada dasarnya merupakan komunikasi antara dua orang, meskipun disebut dengan model antarbudaya karena melibatkan orang asing yaitu yang terjadi antara orang-orang yang berlainan budaya, proses komunikasi tersebut juga dapat menerangkan komunikasi antara siapa saja.


(30)

Environmental  Influences 

Person A Person B

Cultural Message/Feedback Cultural

Sosiocultural Sosiocultural

Psikocultural Psikocultural

E D

D E

Influences Influences

Influences Influences

Influences Message/Feedback Influences

Environmental  Influences 

E = Encoding of messages D = Decoding of messages

Gambar 1 Model Gudykuts dan Kim

Sumber : William B. Gudykunts dan Young Yun Kim. Communicating with Strangers: An Approach to Intercultural Communication. Edisi ke-2, New York: McGraw-Hill, 1992, hlm.33.(dalam Mulyana, 2007:169)

Badan berikut menunjukkan bahwa A sebagai seorang komunikator berkomunikasi dengan komunikan B. kedua peserta mempunyai kebudayaan masing-masing. Komunikator A melakukan encoding pesan dan mengirimkan pesan itu kepada B sebagai komunikan, kemudian B melakukan decoding atas pesan dan menerimanya. B lalu bertindak sebagai sebagai komunikator, mengirimkan kembali pesan itu kepada A (Gudykunts, 1997, dalam Liliweri,2005:363). Proses komunikasi yang

17   


(31)

18  diajukan oleh Gudykunts dan Kim ini dipengaruhi oleh lingkangan fisik maupun non fisik.

Menurut Gudykunts dan Kim, pengaruh budaya yang ditunjukkan dalam model komunikasi tersebut merupakan faktor-faktor yang menjelaskan perbedaan dan kemiripan budaya, seperti perilaku kita terhadap orang lain dan bagaimana kita memandang dunia meliputi budaya, bahasa maupun agama. Faktor-faktor lingkungan yang berfungsi membatasi untuk memberikan pesan atau menanggapi perilaku komunikasi adalah dari pengaruh-pengaruh budaya, sosiobudaya dan psikobudaya.

Kedua pelaku komunikasi dipengaruhi oleh budaya, sosiobudaya dan psikobudaya, berupa lingkaran-lingkaran dengan garis terputus-putus. Garis terputus-putus ini menunjukkan bahwa budaya, sosiobudaya dan psikobudaya itu saling berhubungan atau saling mempengaruhi. Kedua orang yang mewakili model juga berada dalam kotak dengan garis terputus-putus yang mewakili pengaruh lingkungan. Dan garis-garis terterputus-putus yang membentuk kotak tersebut menunjukkan bahwa lingkungan tersebut bukanlah suatu sistem tertutup atau terisolasi. Kebanyakan komunikasi antara orang-orang berlangsung dalam lingkungan sosial yang mencakup orang-orang lain yang juga terlibat dalam komunikasi (Mulyana, 2007:170).

Pengaruh budaya dalam penelitian ini meliputi faktor-faktor yang menjelaskan kemiripan dan perbedaan budaya yaitu gaya berkomunikasi yang berbeda antara orang madura dan jawa, dan adanya jarak sosial yang mempengaruhi interaksinya. Dalam penelitian ini yang dimaksud pengaruh


(32)

19   

dari sosiobudaya termasuk definisi kita mengenai hubungan antarpribadi yaitu bahasa. Dimensi psikobudaya menurut Gudykunts mencakup proses penataan diri yaitu proses yang memberi stabilitas pada proses psikologis. Faktor-faktor yang termasuk dalam psikobudaya dalam penelitian ini meliputi stereotype. Menurut Gudykunts stereotype dan sikap kita menciptakan pengharapan mengenai bagaimana orang lain akan berperilaku yang mempengaruhi bagaimana kita membuat prediksi tentang orang lain (misalnya etnosentrisme dan prasangka).

Situasi seperti ini juga didukung oleh teori interaksionisme simbolis, yang berfokus pada cara-cara manusia membentuk makna dan susunan dalam masyarakat melalui percakapan.

3. Teori Interaksi Simbolik

Teori Interaksi simbolik ini berasumsi bahwa pada hakikatnya manusia merupakan makhluk relasional. Yaitu masyarakat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain melalui simbol-simbol dan menghasilkan sebuah makna.

Barbara Ballis Lal dalam (Littlejohn, 2009:231) meringkas dasar-dasar pemikiran interaksionisme simbolis sebagai berikut :

1. Manusia membuat keputusan dan bertindak sesuai dengan pemahaman subjektif mereka terhadap situasi ketika mereka menemukan diri mereka.

2. Kehidupan sosial terdiri dari proses-proses interaksi daripada susunan, sehingga terus berubah.


(33)

20  3. Manusia memahami pengalaman mereka melalui makna-makna yang

ditemukan dalam simbol-simbol dari kelompok utama mereka dan bahasa merupakan bagian penting dari kehidupan sosial.

4. Dunia terbentuk dari objek-objek sosial yang memiliki nama dan makna yang ditentukan secara sosial

5. Tindakan manusia didasarkan pada penafsiran mereka, dimana objek dan tindakan yang berhubungan dalam situasi yang dipertimbangkan dan diartikan.

6. Diri seorang merupakan sebuah objek yang signifikan dan layaknya semua objek sosial, dikenalkan melalui interaksi sosial dengan orang lain.

George Herbert Mead dalam teorinya mengungkapkan tiga konsep utama yaitu masyarakat, diri sendiri dan pikiran. Kategori-kategori ini merupakan aspek-aspek yang berbeda dari proses umum yang sama yang disebut tindak sosial, yang merupakan sebuah kesatuan tingkah laku yang tidak dapat dianalisis ke dalam bagian-bagian tertentu. Tindakan bersama (joint action) antara dua orang atau lebih, seperti yang terjadi dalam pernikahan, perdagangan, perang, atau kebaktian di gereja terdiri atas sebuah interhubungan (interlingkage) dan interaksi-interaksi yang lebih kecil. Blumer mencatat bahwa dalam sebuah masyarakat maju, bagian terbesar dari tindakan kelompok terdiri atas pola-pola yang stabil dan selalu berulang yang memiliki makna yang umum dan tetap bagi anggota mereka (Littlejohn dan Foss, 2009:232).


(34)

21   

Masyarakat (Society) atau kehidupan kelompok, terdiri atas perilaku-perilaku kooperatif anggota-anggotanya. Kerjasama manusia mengharuskan kita untuk memahami maksud orang lain yang juga mengharuskan kita untuk mengetahui apa yang akan kita lakukan selanjutnya (Littlejohn dan Foss, 2009:233).

Dasar Pemikiran dari teori ini adalah mengenai pikiran, diri sendiri dan masyarakat sebagai dasar untuk mengajarkan kita berinteraksi antar manusia setiap waktu. Dengan komunikasi lewat sebuah interaksi manusia saling berbagi istilah-istilah, berbagi pengertian, berbagi tindakan tertentu dan memahami dengan cara tertentu. Teori ini mendasarkan pentingnya percakapan, karena masyarakat itu sendiri terbentuk melaui sebuah percakapan, hubungan dan interaksi.

4. Interaksi Antarpersonal Dalam Masyarakat

Menurut Palo Alti Group bahwa ketika dua orang saling berkomunikasi, selain apapun yang mereka lakukan, mereka mengartikan hubungan mereka dengan cara berinteraksi (Littlejohn dan Foss, 2008:284).

Soerjono Soekanto dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar (2007:22) menuliskan definisi masyarakat dari beberapa tokoh. Salah satunya menurut Selo Soemadjan yang menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, dan menghasilkan kebudayaan.

Dalam sebuah pernikahan misalnya, sebuah hubungan kepatuhan yang dominan akan muncul seiring berjalannya waktu. Komunikasi antara rekan kerja dapat menghasilkan sebuah heirarki status, seseorang akan lebih


(35)

22  dipandang daripada yang lain. Interaksi antara tetangga dapat berubah menjadi sebuah hubungan yang sopan. Ada banyak aturan tidak tertulis dalam setiap hubungan yang berlanjut, baik dalam pertemanan, rekan bisnis, pasangan kekasih, keluarga maupun hubungan-hubungan lain, dan aturan-aturan tersebut dapat dapat berubah seiring dengan perubahan pada pola-pola interaksi (Littlejohn dan Foss, 2008:284).

Maclver dan Page menyatakan masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara. Dari wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah. Keseluruhan yang selalu berubah ini dinamakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan sosial dan selau berubah.

Seperti halnya yang terjadi dalam masyarakat antar etnik Jawa maupun Madura yang merupakan sekelompok orang yang memiliki kebiasaan dan tata cara dalam berperilaku. Jika kita membahas etnik dalam masyarakat Jawa misalnya merupakan suku bangsa yang memiliki jumlah anggota terbesar yang ada di Indonesia. Sedangkan Madura merupakan suatu kelompok etnik penduduk asal pulau Madura yang juga sebagian ada yang menetap di daerah Jawa timur dan juga di beberapa pulau di Indonesia. Dalam bidang kesenian atau permainan orang Madura telah banyak diketahui oleh hampir etnik di nusantara ini, yaitu permainan karapan sapi. Orang Madura menyebut permainan ini dengan keraben sapeh, permainan


(36)

23   

ini melombakan pasangan-pasangan sapi yang dikendalikan oleh seorang ‘joki’ yang disebut penompak (Depdikbud, 2011).

5. Konsep Kerukunan Dalam Keberagaman Suku

Di dalam suatu masyarakat yang rukun, maka pembangunan akan dapat dilakukan secara maksimal. Disebabkan oleh keteraturan sosial yang berupa kerukunan menjadi prasyarat pembangunan masyarakat, maka menjaga kerukunan tentu merupakan suatu hal yang wajib dijaga bersama dalam situasi apapun. Di dalam hal ini, maka membangun kerukunan di tengah dunia yang plural dan multikultural merupakan keniscayaan yang mesti dilakukan ( Nursyam, 2012).

Terciptanya kerukunan dalam mewujudkan keharmonisan antar suku terbangun oleh adanya perasaan, harapan, dan idealisasi – dalam konteks sosial untuk bisa bekerja sama. Untuk terciptanya kondisi seperti itu, membutuhkan berbagai persyaratan, baik dari individu, keluarga, masyarakat, bahkan negara (Mudjahirin, 2009).

Dalam hal ini kerukunan dalam hubungan antar suku memang merupakan hal yang sangat penting untuk menciptakan keharmonisan sosial dalam masyarakat sehingga dapat meningkatkan pembangunan untuk menuju pada kemajuan dan kesejahteraan bangsa di negeri ini. Di negara Indonesia yang memiliki keanekaragaman suku, agama, adat istiadat dan juga kebudayaan seharusnya semua itu dijadikan sebagai kekuatan untuk memadukan dan mempersatukan bangsa. Untuk mencapai kerukunan dalam


(37)

24  hidup bermasyarakat diperlukannya toleransi dan saling menghormati sesama manusia.

Konsep kerukunan erat hubungannya dengan keretaturan sosial yaitu merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan untuk membangun sebuah peradaban. Semua peradaban yang sangat maju di dunia ini pastilah dibangun di dalam suatu masyarakat yang berada di dalam keteraturan. Bangunan-bangunan yang hingga sekarang masih berdiri megah, seperti Candi Borobudur, Bangunan Taj Mahal, Piramida di Mesir dan sebagainya pastilah dibangun di dalam suatu masyarakat yang negaranya dalam keadaan teratur atau kerukunan (Nursyam, 2012).

Maka terciptanya suatu kerukunan atau keharmonisan dalam keberagaman suku adalah adanya keteraturan sosial yang melibatkan individu-individu sendiri. Maka tindakan dari masyarakat itu sendiri yang dapat mempengaruhi hubungan baik antar suku salah satunya adalah melalui komunikasi.

F. Batasan Konsep

Batasan istilah atau konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Komunikasi Antarpersonal

Komunikasi antarpersonal adalah komunikasi antara dua orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal (Mulyana, 2007:81).


(38)

25   

2. Konsep Kerukunan Antar Suku

Terciptanya kerukunan dalam mewujudkan keharmonisan antar suku terbangun oleh adanya perasaan, harapan, dan idealisasi – dalam konteks sosial untuk bisa bekerja sama. Untuk terciptanya kondisi seperti itu, membutuhkan berbagai persyaratan, baik dari individu, keluarga, masyarakat, bahkan negara (Mudjahirin, 2009).

G.Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Seperti yang dikemukakan Pawito (2007) yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengemukakan gambaran dan/atau pemahaman mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala atau realitas komunikasi terjadi.

Menurut Kirk dan Miller (dalam Moleong, 2002:3) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial dan secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dan kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya.

Jadi penelitian ini dilakukan melalui pengamatan menggunakan peneliti sebagai alat utama untuk mencari data-data yang diperlukan untuk mengetahui dan mendeskripsikan komunikasi antarpersonal yang ada dalam masyarakat berbeda budaya tersebut dalam membina kerukunan antarsuku.


(39)

26  1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Desa Kademangan Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang. Yaitu merupakan kawasan daerah Malang bagian selatan. Dan waktu penelitian ini adalah pada bulan Juni 2012 sampai dengan Juli 2012. Alasan memilih tempat penelitian di Desa Kademangan adalah karena adanya kasus nyata yang berhubungan dengan komunikasi antara masyarakat Jawa dan Madura yang tinggal bersama dalam satu wilayah geografis. Selain itu Desa ini memiliki karakteristik yang unik dengan keberagaman masyarakat dalam satu desa dan terdapat komplek yang mayoritas adalah dari masyarakat Madura yang berdampingan dengan masyarakat Jawa.

2. Informan Penelitian

Penetuan informan dalam penelitian ini menggunakan Purposive Sampling. Yaitu teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2008:53).

Dalam penelitian ini pertimbangan yang akan dijadikan informan. Yaitu merupakan seseorang yang memahami dan memadai untuk dimintai informasi berkaitan dengan penelitian ini adalah Masyarakat Desa Kademanagan dengan kriteria sebagai berikut :


(40)

27   

1. Informan dari jawa/madura yang menjadi tokoh masyarakat yaitu seseorang yang berperan dan menjadi panutan di desa kademangan. 2. Informan dari jawa/madura yang tinggal lebih dari 25 tahun di desa

kademangan

3. Informan dari jawa/madura yang mempunyai saudara/kerabat dari suku madura/jawa

4. Informan dari jawa/madura yang disekitar tempat tinggalnya terdapat suku madura/jawa

Kesediaan informan merupakan pertimbangan yang sangat penting dalam penelitian karena permasalahan menyangkut pengetahuan dan perasaan informan. Dengan respon yang sukarela akan memudahkan peneliti menggali informasi yang lebih dalam. Berdasarkan pertimbangan tersebut dari tokoh masyarakat yang meliputi pamong desa dan orang yang dituakan juga dijadikan panutan di desa ada enam puluh orang. Kemudian dipilih lagi dengan kriteria selanjutnya menjadi lima belas orang. Maka didapatkan tujuh informan masyarakat Desa Kademangan yang memenuhi keempat kriteria dalam penelitian antara lain dari suku Madura dan Jawa. Yaitu terdapat empat informan dari masyarakat jawa selaku perangkat desa dan tiga informan dari madura selaku tokoh masyarakat dan perangkat desa. 3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan sesuai dengan permasalahan ini antara lain :


(41)

28  a. Observasi

Teknik observasi dilakukan melalui pengamatan langsung oleh peneliti di lokasi penelitian untuk lebih melengkapi dan menguatkan data dengan keadaan yang sebenarnya.

Salah satu manfaat dalam Observasi menurut Patton dalam Nasution (1988) adalah peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara (Sugiyono, 2008:67).

b. Wawancara

Susan Stainback mengemukaan bahwa dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi (Sugiyono, 2008:72).

Hal ini dilakukan peneliti untuk menggali informasi dari narasumber yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada informan mengenai masalah dalam penelitian untuk memperolah data yang dibutuhkan

c. Dokumentasi

Dalam hal ini pengumpulan data dengan dokumentasi berarti bahwa peneliti mengumpulkan data-data yang berupa informasi dari catatan-catatan penting, artikel, buku, dari lembaga, organisasi maupun perorangan untuk melengkapi informasi yang berhubungan dengan masalah penelitian.


(42)

29   

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2008:82).

4. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sebagaimana yang dikatakan Bogdan sebagai suatu proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan yang lain sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceriterakan kepada orang lain (Sugiyono, 2008:88). Maka berdasarkan tujuan penelitian ini teknik analisa data yang bersifat kualitatif akan disajikan dalam bentuk deskripsi

5. Teknik Keabsahan Data

Moleong (2002:178) mengatakan bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Teknik triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dalam penelitian ini pengujian data menggunakan triangulasi teknik yaitu dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data


(43)

30  diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi. Bila dengan teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda (Sugiyono, 2008:127).


(1)

2. Konsep Kerukunan Antar Suku

Terciptanya kerukunan dalam mewujudkan keharmonisan antar suku terbangun oleh adanya perasaan, harapan, dan idealisasi – dalam konteks sosial untuk bisa bekerja sama. Untuk terciptanya kondisi seperti itu, membutuhkan berbagai persyaratan, baik dari individu, keluarga, masyarakat, bahkan negara (Mudjahirin, 2009).

G.Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Seperti yang dikemukakan Pawito (2007) yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengemukakan gambaran dan/atau pemahaman mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala atau realitas komunikasi terjadi.

Menurut Kirk dan Miller (dalam Moleong, 2002:3) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial dan secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dan kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya.

Jadi penelitian ini dilakukan melalui pengamatan menggunakan peneliti sebagai alat utama untuk mencari data-data yang diperlukan untuk mengetahui dan mendeskripsikan komunikasi antarpersonal yang ada dalam masyarakat berbeda budaya tersebut dalam membina kerukunan antarsuku.


(2)

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Desa Kademangan Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang. Yaitu merupakan kawasan daerah Malang bagian selatan. Dan waktu penelitian ini adalah pada bulan Juni 2012 sampai dengan Juli 2012. Alasan memilih tempat penelitian di Desa Kademangan adalah karena adanya kasus nyata yang berhubungan dengan komunikasi antara masyarakat Jawa dan Madura yang tinggal bersama dalam satu wilayah geografis. Selain itu Desa ini memiliki karakteristik yang unik dengan keberagaman masyarakat dalam satu desa dan terdapat komplek yang mayoritas adalah dari masyarakat Madura yang berdampingan dengan masyarakat Jawa.

2. Informan Penelitian

Penetuan informan dalam penelitian ini menggunakan Purposive

Sampling. Yaitu teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan

tertentu, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2008:53).

Dalam penelitian ini pertimbangan yang akan dijadikan informan. Yaitu merupakan seseorang yang memahami dan memadai untuk dimintai informasi berkaitan dengan penelitian ini adalah Masyarakat Desa Kademanagan dengan kriteria sebagai berikut :


(3)

1. Informan dari jawa/madura yang menjadi tokoh masyarakat yaitu seseorang yang berperan dan menjadi panutan di desa kademangan.

2. Informan dari jawa/madura yang tinggal lebih dari 25 tahun di desa

kademangan

3. Informan dari jawa/madura yang mempunyai saudara/kerabat dari suku

madura/jawa

4. Informan dari jawa/madura yang disekitar tempat tinggalnya terdapat

suku madura/jawa

Kesediaan informan merupakan pertimbangan yang sangat penting dalam penelitian karena permasalahan menyangkut pengetahuan dan perasaan informan. Dengan respon yang sukarela akan memudahkan peneliti menggali informasi yang lebih dalam. Berdasarkan pertimbangan tersebut dari tokoh masyarakat yang meliputi pamong desa dan orang yang dituakan juga dijadikan panutan di desa ada enam puluh orang. Kemudian dipilih lagi dengan kriteria selanjutnya menjadi lima belas orang. Maka didapatkan tujuh informan masyarakat Desa Kademangan yang memenuhi keempat kriteria dalam penelitian antara lain dari suku Madura dan Jawa. Yaitu terdapat empat informan dari masyarakat jawa selaku perangkat desa dan tiga informan dari madura selaku tokoh masyarakat dan perangkat desa. 3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan sesuai dengan permasalahan ini antara lain :


(4)

a. Observasi

Teknik observasi dilakukan melalui pengamatan langsung oleh peneliti di lokasi penelitian untuk lebih melengkapi dan menguatkan data dengan keadaan yang sebenarnya.

Salah satu manfaat dalam Observasi menurut Patton dalam Nasution (1988) adalah peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara (Sugiyono, 2008:67).

b. Wawancara

Susan Stainback mengemukaan bahwa dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi (Sugiyono, 2008:72).

Hal ini dilakukan peneliti untuk menggali informasi dari narasumber yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada informan mengenai masalah dalam penelitian untuk memperolah data yang dibutuhkan

c. Dokumentasi

Dalam hal ini pengumpulan data dengan dokumentasi berarti bahwa peneliti mengumpulkan data-data yang berupa informasi dari catatan-catatan penting, artikel, buku, dari lembaga, organisasi maupun perorangan untuk melengkapi informasi yang berhubungan dengan masalah penelitian.


(5)

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2008:82).

4. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sebagaimana yang dikatakan Bogdan sebagai suatu proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan yang lain sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceriterakan kepada orang lain (Sugiyono, 2008:88). Maka berdasarkan tujuan penelitian ini teknik analisa data yang bersifat kualitatif akan disajikan dalam bentuk deskripsi

5. Teknik Keabsahan Data

Moleong (2002:178) mengatakan bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Teknik triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dalam penelitian ini pengujian data menggunakan triangulasi teknik yaitu dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data


(6)

diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi. Bila dengan teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda (Sugiyono, 2008:127).


Dokumen yang terkait

Tradisi Masyarakat Desa Janji Mauli Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan (1900-1980)

3 83 104

Studi Deskriptif Manghirap Tondi Di Desa Lintong Nihuta Kecamatan Tampahan Dalam Masyarakat Batak Toba Oleh Ibu Rotua Pardede: Kajian Terhadap Tekstual Dan Musikal

2 89 91

Kehidupan Masyarakat Transmigran Di Desa Suak Temenggung Kecamatan Pakaitan Kabupaten Rokan Hilir 1981-2000

1 35 106

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANGTUA DAN ANAK DALAM MENYIKAPI PERNIKAHAN USIA DINI ( Studi pada masyarakat Kecamatan Pagelaran Kab. Malang )

0 12 23

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA MASYARAKAT MADURA DENGAN MASYARAKAT KABUPATEN MALANG (Studi pada Tokoh Agama di Desa Landungsari Kabupaten Malang)

1 15 34

KOMUNIKASI ANTARPERSONAL DALAM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA Studi Fenomenologi pada Masyarakat Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan

6 55 46

KONTEKS KOMUNIKASI PEMIMPIN AGAMA DENGAN UMAT BERAGAMA DALAM MENJAGA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA(Studi di Desa Senduro, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang,Jawa Timur)

0 5 3

PERAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA Peran Forum Kerukunan Umat Beragama Dalam Membina Kerukunan Antar Umat Beragama (Studi Kasus FKUB Kota Surakarta).

0 5 16

PERAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA Peran Forum Kerukunan Umat Beragama Dalam Membina Kerukunan Antar Umat Beragama (Studi Kasus FKUB Kota Surakarta).

0 3 13

GAMBARAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA LANSIA DI DESA SUWARU KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN MALANG

0 7 9