Studi Perspektif Masyarakat untuk Program Restorasi Ekosistem Hutan Mangrove (Studi Kasus Masyarakat Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

STUDI PERSPEKTIF MASYARAKAT UNTUK PROGRAM RESTORASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE (Studi Kasus Masyarakat Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)
SKRIPSI
OLEH: JEPRIANTO MANURUNG
081202024 BUDIDAYA HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012
Universitas Sumatera Utara

STUDI PERSPEKTIF MASYARAKAT UNTUK PROGRAM RESTORASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE (Studi Kasus Masyarakat Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)
SKRIPSI
Oleh: JEPRIANTO MANURUNG 081202024/BUDIDAYA HUTAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012
Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

: Studi Perspektif Masyarakat untuk Program Restorasi Ekosistem Hutan Mangrove (Studi Kasus Masyarakat Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)


Nama

: Jeprianto Manurung

NIM : 081202024

Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Mohammad Basyuni S.Hut, M.Si, Ph.D. Ketua

Oding Affandi S.Hut., M.P. Anggota

Mengetahui,

Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D. Ketua Program Studi Kehutanan Tanggal Lulus : 13 Agustus 2012
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

JEPRIANTO MANURUNG : Study on Perspective of Community for Restoration Program of Mangrove Forest, A Community Case from Bogak Village, Tanjung Tiram Subdistrict, Batu Bara Regency. Supervised by MOHAMMAD BASYUNI and ODDING AFFANDI.
Studies on restoration program has been implemented in many countries which have mangrove forest. This research was design on perspective community based of Bogak villagers in it’s correction to mangrove degradation and its existence to social, economy and culture. The questionnaire was employed to analyze data using quantitative descriptive method. This research was carried out from June 2011 to March 2012. The aim of research was to study the specific condition of mangrove forest in relation to indigenous people. The result showed that 86.97% of respondents knew very well about mangrove forest, 97.32% of respondents understood the functions of mangrove forest. They were active to response in the restoration program (97.32%) and 83.52% were willing to participate in restoration program. In this study mangrove nursery was useful due to give community a direct example how to restore mangrove well. Key words: Mangrove restoration, perspective of villagers. restoration program
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
JEPRIANTO MANURUNG : Studi Perspektif Masyarakat untuk Program Restorasi Ekosistem Hutan Mangrove (Studi Kasus Masyarakat Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara). Dibimbing oleh MOHAMMAD BASYUNI dan ODING AFFANDI.
Penelitian mengenai restorasi telah banyak dilaksanakan dibanyak negara di dunia yang memiliki hutan mangrove. Penelitian ini secara khusus meneliti perspektif masyarakat Desa Bogak dalam hubungannya dengan kerusakan ekosistem hutan dari hasil observasi dan hubungan eksistensi mangrove dengan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat setempat dengan menggunakan kuisioner. Data hasil kuisioner dianalisis dengan analisis deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan Juni 2011 hingga Maret 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi khusus yang terjadi yang berhubungan dengan perspektif masyarakat setempat dan sebagai penerapan program/ilmu restorasi bagi masyarakat. Pemahaman mereka terhadap hutan mangrove dan hubungan eksistensinya terhadap kehidupan mereka. Hasil studi menunjukkan bahwa sebanyak 86.97% responden mengetahui tentang hutan mangrove dan sebanyak 97.32 % memahami fungsinya. Sebanyak 97.32% dan 83.52% responden memberikan respon yang sangat baik terhadap kegiatan program restorasi yaitu bersedia terlibat dan berpartisipasi dalam program tersebut. Selain itu, pembuatan kebun benih atau pembibitan sangat berguna dalam penelitian ini karena memberikan contoh langsung kepada masyarakat metode retorasi yang baik dan sistematis. Kata kunci: Perspektif masyarakat, program restorasi, restorasi mangrove
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Desa Cahaya Pardomuan Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara pada tanggal 24 Juli 1989. Anak Tunggal dari Bilson Manurung dan Rosti boru Manik.
Penulis menyelesaikan Sekolah Pendidikan Dasar di SD Negeri 010191 Simpang Dolok, Asahan pada tahun 2001, menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Lima Puluh pada tahun 2004, menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Lima Puluh pada tahun 2007. Pada tahun 2008 penulis diterima di Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian masuk bersama (UMB-SPMB) dan selesai pada tahun 2012.
Selama duduk dibangku perkuliahan penulis aktif dalam organisasi Kampus Kehutanan Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) dan di Pelayanan Unit Kegiatan Mahasiswa Kristen (UKM-KMK UP FP) Universitas Sumatera Utara. Penulis menyelesaikan dengan baik Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PEH) tahun 2010 di Lau Kawar Tanah Karo selama 10 hari dan juga Praktik Kerja Lapang selama sebulan di PT. Sumatera Sylva Lestari Riau.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya karena “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” [Flp 4:13] selama menjalani perkuliahan hingga penelitian bahkan dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Studi Perspektif Masyarakat Untuk Program Restorasi Ekosistem Hutan Mangrove (Studi Kasus Masyarakat Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis mempersembahkan skripsi ini buat orang tua penulis, terkhusus buat Ibunda Rosti boru Manik yang penulis sangat kasihi dan hormati atas setiap dukungan dan segala pengorbanannya yang tulus dan luar biasa. Ucapan terima kasih yang sangat berkesan kepada ketua komisi pembimbing saya Bapak Mohammad Basyuni S.Hut., M.Si., Ph.D. untuk bimbingan/motivasi yang luar biasa dan sangat menginspirasi penulis selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini dan seterusnya. Kepada Bapak Oding Affandi, S.Hut, M.P. sebagai anggota komisi pembimbing saya yang telah bersedia membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Kepada sahabat-sahabat penulis (Faujiah N. Ritonga, Hanna F. Manurung, B’Berkat), adek-adek kelompokku (Dany, Hana, Lusi) KTBku (Ancek, Elizabeth, Wahman, Martha, Elisa) beserta rekan sekalian yang takdapat disebutkan satu persatu namanya yang selalu turut mendoakan dan membantu selama penyelesaian skripsi ini Penulis sampaikan terima kasih banyak. Dengan senang hati penulis menerima saran dan masukan dari pembaca demi perbaikan ke depan. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.
Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman ABSTRACT ....................................................................................................... i ABSTRAK ....................................................................................................... ii RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv DAFTAR ISI ....................................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ......................................................................................... Tujuan Penelitian ..................................................................................... Manfaat Penelitian ..................................................................................

1 3 3

TINJAUAN PUSTAKA Definisi dan Manfaat Hutan Mangrove ................................................... Kondisi Ekosistem Sekarang Hutan Mangrove ...................................... Pengertian Restorasi ................................................................................. Pemilihan jenis mangrove untuk restorasi .................................. Teknik pembibitan benih untuk program restorasi ................................. Persepsi Masyarakat Sekitar Hutan Mangrove dan Kegiatan Restorasi Keterlibatan Masyarakat Setempat ..........................................................

5 6 7 9 12 12 13

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. Bahan dan Alat Penelitian ....................................................................... Metode Pengumpulan Data ...................................................................... Observasi .................................................................................................. Kuisioner ............ ..................................................................................... Wawancara ............................................................................................... Populasi dan Sampel................................................................................. Analisis Data ............................................................................................. Cara Kerja ................................................................................................ Perincian kegiatan .................................................................................... Observasi Awal ............................................................................ Pemilihan Jenis ............................................................................ Pembuatan pembibitan ................................................................. Kegiatan Pembibitan .................................................................... Pemilihan lokasi persemaian ....................................................... Pembangunan tempat dan bedeng persemaian .......................... Pembutan Bibit ............................................................................ Kegiatan Penanaman ................................................................... Pemeliharaan ...............................................................................

15 16 16 16 16 17 17 18 18 19 19 19 20 21 21 21 21 22 22

Universitas Sumatera Utara


HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi lokasi penelitian ....................................................................... Kondisi Lokasi Penelitian ........................................................................ Karakteristik Responden Penelitian......................................................... Umur ............................................................................................. Lama Menetap ............................................................................. Pendidikan ................................................................................... Pekerjaan ...................................................................................... Tingkat Pendapatan ..................................................................... Eksistensi Hutan Mangrove Terhadap Masyarakat ............................... Hubungan Hutan Mangrove dengan Kehidupan Sosial, Ekonomi dan BudayaMasyarakat............................................................................... Kegiatan Restorasi Bersama Masyarakat ............................................... Pengumpulan buah ................................................................................... Pembuatan persemaian ............................................................................ Penanaman bersama masyarakat (Pelajar SD) .......................................

23 24 26 26 27 28 29 30 32
41 46 46 47 48

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .... .......................................................................................... 51 Saran ......................................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
No. Halaman 1. Kondisi hutan mangrove tahun 2011 wilayah pesisir Timur Sumatera Utara
Kabupaten Batu Bara (BPHM Wilayah II, 2011) ........................................ 24 2. Distribusi responden berdasarkan umur ....................................................... 26 3. Distribusi responden berdasarkan lama menetap ......................................... 27 4. Jenis pekerjaan responden Desa Bogak ........................................................ 29 5. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendapatan ................................... 31 6. Pemahaman /pengetahuan masyarakat terhadap hutan mangrove .............. 32 7. Perhatian masyarakat terhadap perubahan kondisi mangrove .................... 36 8. Perspektif masyarakat terhadap kegiatan restorasi ...................................... 38
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman


1. Peta wilayah administrasi Kecamatan Tanjung Tiram ................................ .........................................................................................................................
2. Bagan kegiatan restorasi di Desa Bogak ...................................................... 3. Bagan observasi awal kegiatan restorasi ...................................................... 4. Bagan Kegiatan Penanaman .......................................................................... 5. Bagan kegiatan pemeliharaan........................................................................ 6. Kondisi kerusakan ekosistem hutan mangrove akibat masyarakat dan
hempasan ombak (A) dan kerusakan akibat konversi lahan menjadi perumahan, tambak dan perkebunan sawit (B) ............................................ 7. Tingkat pendidikan responden masyarakat Desa Bogak ............................. 8. Interaksi dan hubungan sosial ekonomi dan budaya hutan mangrove dengan masyarakat sekitar hutan .................................................................. 9. Pembibitan buah R. mucronata (A); A. marina dan A. alba (B)................. 10. Pengangkutan bibit ke lokasi penanaman (A) serta kegiatan penanaman di lapangan oleh siswa-siswi SD Negeri 017120 Desa Bogak (B) ...........

15
18 19 22 22
25 28
41 45 47

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
JEPRIANTO MANURUNG : Study on Perspective of Community for Restoration Program of Mangrove Forest, A Community Case from Bogak Village, Tanjung Tiram Subdistrict, Batu Bara Regency. Supervised by MOHAMMAD BASYUNI and ODDING AFFANDI.
Studies on restoration program has been implemented in many countries which have mangrove forest. This research was design on perspective community based of Bogak villagers in it’s correction to mangrove degradation and its existence to social, economy and culture. The questionnaire was employed to analyze data using quantitative descriptive method. This research was carried out from June 2011 to March 2012. The aim of research was to study the specific condition of mangrove forest in relation to indigenous people. The result showed that 86.97% of respondents knew very well about mangrove forest, 97.32% of respondents understood the functions of mangrove forest. They were active to response in the restoration program (97.32%) and 83.52% were willing to participate in restoration program. In this study mangrove nursery was useful due to give community a direct example how to restore mangrove well. Key words: Mangrove restoration, perspective of villagers. restoration program
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
JEPRIANTO MANURUNG : Studi Perspektif Masyarakat untuk Program Restorasi Ekosistem Hutan Mangrove (Studi Kasus Masyarakat Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara). Dibimbing oleh MOHAMMAD BASYUNI dan ODING AFFANDI.
Penelitian mengenai restorasi telah banyak dilaksanakan dibanyak negara di dunia yang memiliki hutan mangrove. Penelitian ini secara khusus meneliti perspektif masyarakat Desa Bogak dalam hubungannya dengan kerusakan ekosistem hutan dari hasil observasi dan hubungan eksistensi mangrove dengan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat setempat dengan menggunakan kuisioner. Data hasil kuisioner dianalisis dengan analisis deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan Juni 2011 hingga Maret 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi khusus yang terjadi yang berhubungan dengan perspektif masyarakat setempat dan sebagai penerapan program/ilmu restorasi bagi masyarakat. Pemahaman mereka terhadap hutan mangrove dan hubungan eksistensinya terhadap kehidupan mereka. Hasil studi menunjukkan bahwa sebanyak 86.97% responden mengetahui tentang hutan mangrove dan sebanyak 97.32 % memahami fungsinya. Sebanyak 97.32% dan 83.52% responden memberikan respon yang sangat baik terhadap kegiatan program restorasi yaitu bersedia terlibat dan berpartisipasi dalam program tersebut. Selain itu, pembuatan kebun benih atau pembibitan sangat berguna dalam penelitian ini karena memberikan contoh langsung kepada masyarakat metode retorasi yang baik dan sistematis. Kata kunci: Perspektif masyarakat, program restorasi, restorasi mangrove

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni mencakup 21%
dari luas total dunia. Di Indonesia, mangrove tersebar hampir di seluruh pulaupulau besar mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi sampai ke Papua, dengan luas sangat bervariasi bergantung pada kondisi fisik, komposisi substrat, kondisi hidrologi, dan iklim yang terdapat di pulau-pulau tersebut (Spalding dkk, 2010).
Hutan mangrove sangat menunjang perekonomian masyarakat pantai, karena merupakan sumber mata pencaharian masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Secara ekologis hutan mangrove di samping sebagai habitat biota laut, penyangga perlindungan wilayah pesisir dan pantai, dari berbagai ancaman sedimentasi, abrasi, pencegahan intrusi air laut juga merupakan tempat pemijahan bagi ikan yang hidup di laut bebas (FAO, 1992).
Hutan mangrove di Sumatera Utara terkonsentrasi pada wilayah pantai timur Sumatera Utara meliputi Batu Bara, Tanjung Balai Asahan, Serdang Bedagai, hingga kawasan hutan mangrove di Kabupaten Langkat (Spalding dkk, 2010). Kawasan hutan mangrove di Kabupaten Batu Bara telah mengalami kerusakan dan makin menipis akibat perambahan liar, pengalihfungsian hutan mangrove menjadi lahan pertanian/perkebunan, tambak, perumahan, pabrik dan tempat wisata (Harahap, 2011).
Berdasarkan survey pendahuluan yang telah dilakukan, diketahui bahwa kawasan pantai Kabupaten Batu Bara, khususnya di Desa Bogak, dalam kawasan pantai Bunga dan pantai Boting, Kecamatan Tanjung Tiram yang dulunya
Universitas Sumatera Utara

merupakan kawasan hutan mangrove, mengalami kerusakan yang parah dan terindikasi telah banyak dirambah. Perambahan dilakukan oleh masyarakat maupun pengusaha yang menjadikannya lahan perkebunan sawit dan tambak. Rusaknya mangrove ini menimbulkan berbagai permasalahan terutama abrasi. Abrasi ini mengakibatkan sebagian besar masyarakat Desa Bogak yang menggantungkan hidupnya terhadap hasil-hasil laut atau sebagai nelayan mengalami penurunan produksi hasil laut.
Konversi lahan menjadi pertambakan, permukiman, industri, pencemaran, dan pemanfaatan sumber daya pesisir yang berlebihan memberikan pengaruh negatif pada kestabilan kawasan pantai (Triana, 2011). Mengingat besarnya kerugian akibat hilangnya/rusaknya mangrove, maka penting dilakukan kegiatan restorasi di Desa Bogak, terutama di bekas kawasan hutan mangrove. Agar kegiatan restorasi ini berjalan dengan baik dan berhasil, masyarakat setempat haruslah terlibat secara penuh mulai dari perencanaan kegiatan sampai pada pemeliharaan tanaman, namun untuk permulaan program restorasi diperlukan sosialisasi dan pemberian contoh nyata berupa pembuatan pembibitan untuk program restorasi dan melibatkan masyarakat dalam kegiatan penanaman yang dapat berfungsi sebagai pembelajaran dan motivasi yang baik bagi masyarakat.
Oleh karena itu, perlu dilakukan studi perspektif masyarakat setempat untuk mengetahui sejauh mana pemahaman dan respon masyarakat terhadap kegiatan restorasi ekosistem mangrove sebagaimana telah diterapkan di beberapa negara seperti Bangladesh, Cuba dan Pakistan (Alongi, 2002). Keterlibatan masyarakat ini penting karena merekalah yang sehari-hari berada dan berinteraksi dengan tanaman dan lokasi penanaman. Selain itu keberhasilan kegiatan restorasi
Universitas Sumatera Utara

ditentukan oleh ilmu dan teknik pembibitan mangrove yang tepat. Dengan memperkenalkan program restorasi kepada masyarakat yang telah memiliki kearifan lokal yang sangat relevan dengan manajemen konservasi oleh para nelayan (Aswani dan Hamilton, 2003) dengan memberikan komunikasi yang efektif pada masyarakat (Farley Dkk, 2010).
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui kondisi ekosistem mangrove yang rusak dan perspektif masyarakat terhadap ekosistem hutan mangrove di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara;
2) Menganalisis respon masyarakat lokal terhadap kegiatan restorasi melalui kegiatan pembibitan mangrove yang merupakan sesuatu yang baru bagi masyarakat Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara;
3) Mengetahui hubungan pembuatan pembibitan dalam keberhasilan program restorasi.

Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Memberikan informasi mengenai perspektif masyarakat lokal (masyarakat desa tertinggal) terhadap eksistensi ekosistem hutan mangrove di daerahnya;
2) Untuk memulihkan kembali (merestorasi) ekosistem hutan mangrove yang telah rusak melalui pembuatan pembibitan, penanaman dan pemeliharaan
Universitas Sumatera Utara

melalui program restorasi di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara; 3) Memberikan contoh dan motivasi bagi masyarakat Desa Bogak untuk berperan aktif dalam menjaga dan melestarikan ekosistem hutan mangrove di daerahnya.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi dan Manfaat Hutan Mangrove Hutan mangrove merupakan hutan yang hanya terletak pada pertemuan
daratan dan lautan di dunia bagian tropik maupun subtropik (Alongi, 2002). Ekosistem mangrove merupakan tempat di mana air pasang dan arus pantai membawa perbedaan terhadap hutan dan di mana tumbuh-tumbuhan beradaptasi terhadap perubahan kimiawi, fisika dan karakteristik biologis lingkungannya. Batasan-batasan dari ekosistem daerah pesisir ini dapat disesuaiakan definisinya terhadap yang berhubungan dengan bumi dan ekosistem lautan yang membatasinya. Dalam tahun terbaru ada studi-studi khusus mengenai fauna, flora, ekologi, hidrologi fisiologi dan produktivitas dari banyak perbedaan ekosistemekosistem mangrove, kebanyakan adalah kondisi dalam keadaan asli (Field, 1996).
Sebagai suatu negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang 81.000 km, Indonesia memiliki kawasan pesisir yang sangat luas. Selain menempati wilayah yang sangat luas, kawasan pesisir yang terdiri dari berbagai ekosistem pendukung seperti ekosistem mangrove, terumbu karang, padang lamun dan lahan basah. Memiliki keanekaragaman hayati dan berbagai sumber daya alam seperti ikan dan bahan-bahan tambang yang bernilai tinggi. Potensi yang demikian besar tentunya memberikan peluang yang besar pula terhadap terciptanya berbagai bentuk pemanfaatan seperti usaha pertambakan, pertanian, perindustrian, pemukiman, pariwisata, pertambangan dan penangkapan ikan (Savitri dan Khazali, 1999).
Dalam konteks sistem ekologi, wilayah pesisir dan laut memiliki produktivitas yang tinggi. Wilayah pesisir dan laut berfungsi sebagai sistem
Universitas Sumatera Utara

pendukung kehidupan berupa daerah asuh bagi banyak spesies ikan. Di Indonesia, wilayah pesisir dan laut menjadi habitat bagi sejumlah besar hewan dan tumbuhan yang menjadi penunjang kehidupan manusia. Wilayah pesisir juga berfungsi sebagai pelindung alami dari dinamika proses kelautan dan iklim yang sering kali tidak dapat diduga. Selain itu, keterkaitan wilayah pesisir dan laut sangat berpengaruh terhadap keberadaan dan kesehatan habitat dan rantai makanan (Gunawan dkk, 2004).
Kondisi Terkini Ekosistem Hutan Mangrove Ekosistem alami di kawasan tropika sering kali amat rentan terhadap
degradasi oleh kegiatan penebangan, kebakaran, penggembalaan dan budidaya pertanian dan perladangan yang berlebihan yang menyebabkan vegetasi asli sulit untuk pulih kembali. Kondisi hutan yang rusak tersebut tidak akan pernah dapat untuk pulih kembali seperti semula (Kusmana dkk, 2004).
Sering kali kita menghadapi kondisi wilayah pesisir dan laut yang sudah tidak mampu melangsungkan fungsi ekologisnya atau sudah tidak utuh secara ekologis. Dalam perencanaan kawasan konservasi, kita harus dapat menilai dan mengevaluasi keberadaan sasaran konservasi di wilayah perencanaan. Seperti yang terjadi di wilayah-wilayah lain, di banyak wilayah pesisir di Indonesia, kondisinya telah terfragmentasi sehingga fungsionalitas ekosistem telah berada di bawah viabilitas, atau kelayakan. Berbagai bentuk gangguan yang merupakan bagian penting dari fungsionalitas tersebut sudah tidak berfungsi dengan baik (Gunawan dkk, 2004).
Universitas Sumatera Utara


Tidak hanya terjadi di wilayah pesisir pedalaman yang jauh dari pantauan pemerintah. Kerusakan ekosistem mangrove yang rusak juga ternyata terjadi juga di wilayah perkotaan seperti kasus di DKI Jakarta. Dimana ekosistem mangrove mengalami tekanan yang berat akibat kegiatan perambahan dan atau pengalihfungsian kawasan mangrove sebagai akibat tumbuh kembangnya pusatpusat kegiatan dan aktivitas manusia seperti pengembangan pemukiman, pembangunan fasilitas rekreasi dan pemanfaatan lahan pasang surut untukkepentingan pertambakan (Waryono dan Didit, 2002).
Adanya kemudahan aksesibilitas terhadap kawasan ini akan cenderung meningkatkan laju pemanfaatan wilayah pesisir di tahun-tahun mendatang. Selain itu, hal lain yang tidak boleh diabaikan adalah fakta yang menunjukkan bahwa tidak kurang dari 60% penduduk Indonesia bermukim di kawasan ini. Kesemuanya merupakan tekanan-tekanan dan beban yang harus dipikul lingkungan pesisir. Dengan memperhatikan fenomena di atas maka pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pesisir secara berkelanjutan adalah suatu kebutuhan (Savitri dan Khazali, 1999).
Pengertian Restorasi Restorasi merupakan upaya memulihkan kawasan hutan yang mengalami
kerusakan (degraded) atau terganggu (disturbed) akibat aktivitas manusia atau gangguan alam (Basyuni, 2002). Dengan upaya restorasi, kemungkinan pulihnya proses ekologi akan kembali, serta dengan upaya ini, ketahanan yang menjadi syarat berlangsungnya pemulihan sistem dapat tercapai (Gunawan dkk, 2004).
Universitas Sumatera Utara

Salah satu tantangan dan tanggung jawab paling penting yang dihadapi rimbawan adalah membangun hutan pada kawasan hutan yang tidak berhutan dan menghutankan kembali areal hutan bekas penebangan. Dorongan untuk menghutankan kembali suatu kawasan hutan dapat timbul karena alasan ekonomi sosial maupun alasan ekologi. Dorongan ekonomi timbul karena adanya interaksi antara persediaan dan permintaan kayu di kalangan masyarakat. Berkaitan dengan persediaan kayu atau sumber kayu yang suatu ketika mengalami keterbatasan jumlah, maka pengelolaan hutan semata-mata dilakukan untuk menjaga kesinambungan suplai kayu. Alasan sosial dan ekologi didasari oleh adanya manfaat hutan secara langsung atau tidak langsung untuk kehidupan masyarakat di sekitar serta lingkungan yang dipengaruhinya. Tanggung jawab sosial untuk menghutankan kembali kawasan hutan biasanya mendapatkan dukungan dari berbagai kalangan masyarakat, pemerintah dan swasta (Indriyanto, 2008).
Mencermati uraian pentingnya konservasi sumber daya alam hayati, dengan demikian konsep pengembangan pemulihan kawasan mangrove dalam bidang konservasi dapat dilakukan melalui (1) penanganan dan pengendalian lingkungan fisik dari berbagai bentuk faktor penyebabnya, (2) pemulihan secara ekologis baik terhadap habitat maupun kehidupannya, (3) mengharmoniskan perilaku lingkungan sosial untuk tujuan mengenal, mengetahui, mengerti, memahami, hingga pada akhirnya merasa peduli dan ikut bertanggung jawab untuk mempertahankan, melestarikannya, serta (4) meningkatkan akuntabilitas kerja institusi yang bertanggung jawab dan atau pihak-pihak terkait lainnya (Waryono dan Yulianto, 2002).
Universitas Sumatera Utara

Menyadari fungsi ekologis, ekonomis dan sosial ekosistem hutan mangrove yang sangat penting bagi wilayah pesisir, dimana dalam pemanfaatannya yang tidak tepat sehingga kondisinya terus mengalami kerusakan yang mencapai 530.000 ha/tahun. Perlu dilakukan pemulihan kembali hutan mangrove yang telah rusak agar dapat kembali memberikan fungsinya bagi kesejahteraan manusia khususnya masyarakat sekitar hutan mangrove serta mendukung dalam kegiatan pembanguan wilayah pesisir. Penggalakan dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang arti penting keberadaan mangrove dalam kehidupan dan perekonomian mereka. Pengikutsertaan masyarakat dalam upaya pemulihan pantai menjadi kunci keberhasilan pelestarian ekosistem mangrove (Anwar dan Gunawan, 2006).
Lewis (2000) menyatakan bahwa, untuk memperbaiki manajemen dari proses restorasi lahan basah bermaksud memiliki kegagalan yang lebih kecil dan keberhasilan restorasi menjadi norma tanpa terkecuali. Maka rehabilitasi yang bertujuan konservasi memastikan kembalinya seluruh proses ekologis dan keragaman genetik (Field, 2007). Dan menentukan biomassa serta produksi mangrove (Smith dan Whelan, 2006).
Pemilihan jenis mangrove untuk restorasi Untuk pemilihan spesies mangrove untuk tujuan restorasi, survey terinci
bagian timur India sama bagusnya dengan bagian pantai barat India yang diusahakan. Urutan dan zonasi spesies mangrove berhubungan dengan lapisan bawah dan salinitas yang diamati. Keseluruhan ditemukan berkolerasi dengan data kandungan karbon untuk variasi spesies mangrove. Berdasarkan pengamatan-
Universitas Sumatera Utara

pengamatan, kesesuaian spesies dipilih untuk restorasi mangrove. Berdasarkan data kandungan karbon yang telah diamati, meskipun spesies mangrove berbunga dan berbuah pada waktu-waktu yang berbeda dalam tahunya, spesies mangrove yang dominan secara ekologis dan ekonomis, pentingnya pengembangan persemaian-persemaian yang dewasa atau propagul-propagul selama musim hujan. Sebab itu, pengumpulan yang matang untuk persemaian ditempatkan selama Juni-Juli atau musim hujan (Untawale, 1996).
Perlu dilakukan observasi untuk mengetahui kondisi distribusi hutan alam dan memperhatikan kondisi tempat tumbuhnya, misalnya tepi sungai dan tinggi permukaan tanah dari permukaan laut dan mengobservasi kondisi di sepanjang tepi batas penyebarannya. Juga perlu untuk mengetahui ketersediaan benih yang diperlukan. Bila tinggi permukaan tanah, kondisi topogafi atau kondisi tanah tempat penanaman mirip dengan hutan alam di dekatnya, bisa dipilih spesies yang sama dengan yang dijumpai di hutan alam. Namun kegiatan pembalakan oleh manusia biasanya sangat mempengaruhi sebagian besar kondisi tersebut. Karena itu, pemilihan spesies tidak hanya berdasar hasil observasi ini (Taniguchi dkk, 1999). Melibatkan pengetahuan masyarakat setempat juga dapat dilakukan dalam pemilihan jenis. Seperti di Myanmar, pengetahuan umum masyarakat menentukan pemilihan jenis A. marinna sebagai spesies yang digunakan karena dipercaya mampu menahan topan (Aung dkk, 2011).
Tingkat salinitas yang berbeda berpengaruh terhadap respon pertumbuhan tinggi maupun pertambuhan jumlah daun anakan Rhizopora mucronata dan Avicennia marina pada umumnya diketahui bahwa respon pertumbuhan tinggi yang baik diperoleh pada salinitas yang rendah dan pertambahan jumlah daun

Universitas Sumatera Utara

untuk jenis Avicenia marina lebih baik pada tingkat salinitas yang lebih luas (Hutahaean dkk, 1999). R. mucronata dan A. marinna merupakan species bernilai penting yang dominan (Mohamed, 2009). Namun species mangrove hitam (Avicennia germinans) juga merupakan species yang digunakan dalam program restorasi (Toledo dkk, 2001).
Penelitian mengenai karakteristik-karakteristik yang dimiliki oleh vegetasi mangrove terkait dengan respon dan toleransinya terhadap kondisi lingkungan yang ekstrem yakni lingkungan yang memiliki salinitas tinggi, tanah jenuh air dan miskin oksigen, radiasi sinar matahari, suhu yang tinggi telah banyak dilakukan. Penelitian tersebut menemukan bahwa beberapa jenis tumbuhan mangrove seperti pada jenis Avicennia dan Rhizopora memiliki adaptasi anatomi yang dikenal dengan istilah secreter dan nonsecreter, sistem perakaran yang khas serta struktur posisi daun yang khas dalam pengaruhnya terhadap radiasi sinar matahari dan suhu yang tinggi (Onrizal, 2005).
Upaya dalam meningkatkan keberhasilan restorasi ekosistem hutan memerlukan pemahaman fungsi spesies dan ekosistem. Sementara banyak dari berbagai proyek rehabilitasi yang telah dilakukan di Indonesia berakhir gagal dan tidak berkelanjutan (Eijk, 2012). Kriteria dalam menilai keberhasilan restorasi harus didasarkan pada sebuah perbandingan dengan lebih dari satu referensi lapangan yang menyediakan waktu dan ruang yang dinamis dari sebuah ekosistem (Jaen dan Aide, 2005). Rendahnya tingkat ketahanan dapat terjadi sebagian besar disebabkan oleh dua faktor yaitu spesies yang tidak sesuai dan pemilihan lokasi (Primavera dan Esteban, 2008).
Universitas Sumatera Utara

Teknik pembibitan benih untuk program restorasi Bibit mangrove yang berkualitas merupakan salah satu faktor utama yang
mampu menunjang keberhasilan suatu kegiatan rehabilitasi. Penggunaan bibit berkualitas tinggi dan siap tanam berpeluang tinggi terhadap pertumbuhannya di lapangan serta sebaliknya. Penyiapan bibit bakau sebaiknya menggunakan buah yang telah masak (Wibsono dkk, 2006).
Suksesi alami akan bergantung pada tersedianya benih dari induk. Penyebaran biji spesies pionir meliputi kawasan yang luas, dengan bantuan angin, air atau satwa sebagai agen penyebar. Mereka dengan cepat mengkoloni tanah terbuka. Yang lebih sulit adalah menggalakan regenerasi spesies klimaks. Mungkin memang ada regenerasi dari biji yang tersebar secara alami dari blok hutan berdekatan, tetapi sering diperlukan perbanyakan secara buatan dan penyemaian tanaman (Mackinnon dkk, 1993).
Persepsi Masyarakat Sekitar Hutan Mangrove dan Kegiatan Restorasi Kegiatan restorasi mencakup keseluruhan yang terintegrasi dengan baik
dalam setiap tahapannya, kegagalan restorasi mangrove dapat disebabkan dikarenakan kesalahan dalam pemahaman pola hidrologi, perubahan arus laut, tipe tanah dan pemiliha jenis yang tepat. Selain itu di daerah lain seperti di Pesisir Bangi, partisipasi kelompok-kelompok tani dalam manajemen pengelolaan sangat menentukan keberhasilan program restorasi mangrove. Sehingga masyarakat diwajibkan menjaga kelestarian mangrove dan sebagai imbalannya mereka mendapatkan manfaat ekologi seperti perlindungan garis pantai dan terjaganya biodiversitas ikan tangkapan mereka di laut (Setyawan dan Winarno, 2005).
Universitas Sumatera Utara

Persepsi di kalangan masyarakat umum dan sebagian besar pegawai pemerintah yang menganggap bawha hutan mangrove merupakan sumber daya yang kurang berguna yang hanya cocok sebagai tempat pembuangan sampah atau dikonversi untuk keperluan lain, kegiatan pembukaan tambak-tambak serta ketidaktahuan akan nilai alamiah yang diberikan oleh ekosistem mangrove dan ketiadaan perencanaan untuk pembangunan secara integral menjadi ancaman yang serius bagi ekosistem mangrove (Ridho dkk. 2006).
Masyarakat memiliki pandangan/persepsi yang berbeda-beda mengenai hutan mangrove, sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan keinginan yang ingin dicapai dalam melakukan penanaman mangrove (Walter, 2004). Pola pikir yang etis berkaitan dengan kerangka biofisik yang ekonomis memiliki jangkauan yang lebih luas terhadap rasa bertangung jawab dan perilaku etis yang memimpin pada pembuatan keputusan jangka panjang yang lebih baik (Adolphson, 2004). Interaksi antara manajemen sumberdaya pantai dengan bentuk sistem sosial secara langsung membangun jaringan antara ekologis dan ketahanan sosial masyarakat (Adger, 2000).
Keterlibatan Masyarakat Setempat Pemerintah berkewajiban memberikan bimbingan baik formal maupun
nonformal yang bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran masyarakat serta menambah wawasan masyarakat mengenai pengelolaan kelestarian lingkungan hidup sebagaimana tercantum dalam Pasal 10 Undangundang No.23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pendidikan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kepedulian tentang
Universitas Sumatera Utara


lingkungan dengan segala permasalahannya, dan dengan pengetahuan, keterampilan, sikap motivasi dan komitmen untuk bekerja secara individu dan kolektif terhadap pemecahan permasalahan dan mempertahankan kelestarian fungsi-fungsi lingkungan (Erwin, 2008).
Menentukan kebijakan pengelolaan sumber daya hutan yang ditetapkan benar-benar berbasiskan pada nilai-nilai serta kearifan sistem sosial, ekonomi dan budaya masyarakat setempat masyarakat akan menumbuhkan sikap tanggung jawab dan kepemilikan masyarakat tersebut terhadap hutan di sekitar mereka (Oszaer, 2007). Di beberapa negara, partisipasi masyarakat dihindarkan, sedangkan di negara lainnya digalakkan. Paling sedikit masyarakat setempat biasanya dilibatkan dalam pengelolaan zona penyangga. Bila situasi mengijinkan, masyarakat setempat juga dilibatkan dalam pengawasan pemungutan hasil (seperti berburu dan pengumpulan kayu bakar tidak bertentangan dengan tujuan pengelolaan), (Mackinnon dkk, 1993).
Masyarakat yang tinggal di sekitar atau di dalam hutan, sudah seharusnya diperlakukan sebagai stakeholder utama dan pertama dalam pengelolaan hutan (Wiratno, 2006). Tanpa komunikasi yang efektif proyek konservasi akan relative tidak signifikan (Farley dkk, 2010). Kemitraan diantara stakeholders utama (pemerintah dan masyarakat) dalam pengelolaan wilayah pesisir dan lautan merupakan hal penting untuk mencapai pengelolaan dan pemanfaatan yang lestari dan berkelanjutan (Savitri dan Khazali, 1999).
Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Bogak (Bogak dan Bandar Rahmat)
Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara yaitu di salah satu desa yang memiliki pantai dan hutan mangrove, memiliki dan berinteraksi dengan hutan mangrove. Adapun yang menjadi daerah titik fokus kegiatan penelitian untuk program restorasi adalah seluruh wilayah Desa Bogak yang kini (akhir bulan Juli 2011) menjadi dua desa yaitu Desa Bogak dan Desa Bandar Rahmat yang secara umum berada pada wilayah yang sama. Pembuatan pembibitan di lokasi SD Negeri 017120 Desa Bogak dan lokasi penanaman di wilayah pantai Boting desa tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada 22 Juni 2011 sampai Maret 2012.
Gambar 1. Peta administrasi Kecamatan Tanjung Tiram, Desa Bogak.
Universitas Sumatera Utara

Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Propagul Rhizopora
mucronata yang dewasa sebanyak 300 buah, benih Avicennia alba dan A. marina masing-masing sebanyak 250 buah. Tanah sebagai media tanam propagul dan semai. Pasir sebagai media perkecambahan, Lembar kuisioner survey masyarakat Desa Bogak, Data sekunder dari kantor Camat Tanjung Tiram dan kepala Desa Bogak.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: bedeng persemaian, tali rafia, bak perkecambahan, kalkulator, alat tulis, polybag, cutter, ajir, handrefractometer, kamera digital dan alat angkutan.
Metode Pengumpulan Data Observasi Pengumpulan data dilaksanakan dengan melakukan observasi langsung
lokasi penelitian dengan mengamati sepanjang garis pantai dan sungai Desa Bogak untuk mengetahui kondisi secara umum ekosistem hutan mangrove serta pengamatan jenis tumbuhan penyusun yang masih tersisa di lokasi penelitian. Observasi terhadap masyarakat desa juga dilakukan dengan mengamati aktivitas keseharian serta kondisi lokasi perumahan masyarakat.
Kuisioner Pembagian lembar kuisioner kepada masyarakat untuk mempermudah dalam memperoleh data perspektif serta data sosial ekonomi masyarakat dan
Universitas Sumatera Utara

sekaligus melakukan sosialisasi perkenalan program restorasi terhadap objek yang diteliti.

Wawancara Melakukan wawancara mendalam (depth interview) dengan beberapa tokoh masyarakat serta warga yang dianggap memiliki pemahaman atau pengalaman di lokasi penelitian guna memperoleh informasi mengenai kondisi dan karakteristik sosial ekonomi desa di desa tersebut.
Populasi dan Sampel Populasi yang menjadi objek penelitian yaitu seluruh masyarakaat yang
bertempat tinggal atau telah lama menetap (setidaknya satu tahun menetap) di Desa Bogak. Berdasarkan data terbaru dari Kantor Kecamatan Tanjung Tiram (2011) yang berjumlah sebanyak 10.415 jiwa dan sebanyak 2614 kepala keluarga (KK). Metode penentuan sampel sebagai responden yang digunakan pada populasi masyarakat yang tinggal di Desa Bogak berdasarkan rumus Arikunto (2006), bahwa jika jumlah subjek masyarakat yang ingin diwawancari kurang dari 100 orang maka diambil semua sebagai penelitian populasi, selanjutnya apabila jumlah populasinya lebih dari 100 orang maka diambil 10%-15% atau 20%-25% atau lebih tergantung pertimbangan peneliti. Maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 10% dari jumlah total kepala keluarga (KK) Desa Bogak yaitu sebanyak 261 sampel warga sebagai objek penelitian.
Universitas Sumatera Utara

Analisis Data Penelitian ini memperoleh data yang diolah secara deskriptif kuantitatif
yang menggambarkan secara sistematis dan karakteristik suatu populasi dari daerah. Sedangkan formulasi data dilakukan dengan analisis persentase kuantitatif.

Cara Kerja Kegiatan restorasi magrove melalui pembibitan mangrove dilaksanakan di
Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara. Lokasi yang dipilih adalah kawasan pantai seluas 150 x 100 meter persegi yang memiliki kerusakan paling parah akibat abrasi dan hempasan ombak saat pasang tinggi. Tata urutan kegiatan dalam merestorasi hutan mangrove adalah mengacu pada Gambar 2 (Taniguchi dkk.,1999; Basyuni, 2002).

Persiapan Observasi

Observasi Awal

Pemilihan jenis

Estimasi Kuantitas

Penyiapan lahan

Pengadaan benih dan bibit

Pengangkutan bibit Penanaman
Gambar 2. Bagan kegiatan restorasi di Desa Bogak

Universitas Sumatera Utara

Perincian Kegiatan: Observasi awal Berikut ini dipaparkan tentang persiapan observasi awal untuk menetapkan
rencana penanaman (Field, 1996; Basyuni, 2002). Seperti terlihat pada Gambar 3 di bawah ini.
Penyiapan peralatan
Penyusunan jadwal
Survei sosial ekonomi
Survei fasilitas yang diperlukan
Survei hutan alam mangrove yang masih ada
Pengukuran salinitas Gambar 3. Bagan observasi awal kegiatan restorasi
Pemilihan jenis Dalam kegiatan restorasi ini pemilihan jenis didasarkan pada pengkayaan
(enrichment) jenis-jenis yang ada. Survey pendahuluan menunjukkan di lokasi penelitian diketahui keanekaragaan jenis-jenis mangrove yang tumbuh di kawasan penelitian yaitu: Avicennia alba, A lanata, A marina, A officinalis (famili Avicenniaceae), Rhizophora apiculata, R. mucronata, Ceripos tegal, Excoearia agallocha dan jenis lainnya.
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan pengamatan di lapangan dapat diketahui bahwa ekosistem mangrove tersebut secara alami didominasi oleh famili Avicenniaceae, dan Euphorbiaceae. Namun untuk jenis-jenis yang digunakan untuk kegiatan restorasi adalah Avicennia marina dan Rhizophora mucronata. Kedua jenis spesies yang dipilih untuk program restorasi sangat sesuai berhubung dengan sifatnya yang memiliki manfaat ekologis yang baik serta tergolong kepada jenis pionir atau dapat tumbuh dengan baik pada kondisi lingkungan yang ekstrem (Noor dkk, 2006).
Pembuatan pembibitan Berdasarkan lokasi yang akan dipulihkan berada di pinggir laut akibat
abrasi dan hempasan ombak, maka pembuatan kebun bibit sebaiknya dilakukan. Selain itu, keberadaan pohon/buah disekitar lokasi penanaman juga sedikit. Adanya kebun pembibitan akan menguntungkan terutama bila penanaman dilaksanakan pada saat tidak musim puncak berbuah atau pada saat dilakukan penyulaman tanaman. Selain itu, penanaman melalui buah yang dibibitkan akan menghasilkan persentase tumbuh yang tinggi. Bibit/benih yang akan ditanam harus sudah tersedia satu hari sebelum diadakan penanaman. Kegiatan ini sangat berguna bagi spesies-spesies mangrove seperti Avicennia spp. Demikian juga buah Rhizophora spp. bisa disemaikan terlebih dahulu sebelum ditanam dan bisa ditanam tanpa persemaian. Dalam usaha restorasi ekologi hutan mangrove akan berhasil jika memahami sistem hidrologi dan ketersediaan benih di lokasi tersebut (Lewis, 2004).
Universitas Sumatera Utara

Kegiatan pembibitan sebagai berikut (Khazali, 1999):  Pemilihan lokasi persemaian
Lokasi persemaian diusahakan pada tanah lapang dan datar. Selain itu, hindari lokasi persemaian di daerah ketam/kepiting atau mudah dijangkau kambing. Lokasi persemaian diusahakan sedekat mungkin dengan lokasi penanaman dan sebaiknya terendam air pasang lebih kurang 20 kali/bulan agar tidak dilakukan kegiatan penyiraman bibit.
 Pembangunan tempat dan bedeng persemaian Ukuran tempat persemaian tergantung kepada kebutuhan jumlah buah yang akan dibibitkan. Bahan tempat persemaian dapat menggunakan bambu.Atap/naungan dapat menggunakan daun nipah atau alang-alang dengan ketinggian antara 1-2 meter. Bedeng persemaian dibuat dengan ukuran bervariasi sesuai kebutuhan, tetapi umumnya berukuran 5 x 1 m. Dengan bedeng berukuran 5 x 1 meter dapat memuat kurang lebih 1200 kantong plastik (polybag) ukuran 15 x 20 cm, dimana masing-masing kantong memuat satu benih.
 Pembuatan bibit Dalam pembibitan, terlebih dahulu harus dipersiapkan media tanam yaitu tanah lumpur dari sekitar persemaian. Untuk buah jenis Rhizophora spp, benih dapat langsung disemaikan dan sekaligus disapih pada kantong plastik dan diisi media tanam. Jenis Avicennia spp, benih harus disemaikan terlebih
Universitas Sumatera Utara

dahulu. Benih dapat ditebarkan langsung di bak persemaian atau kulit buah dibelah dua terlebih dahulu sebelum disemaikan di bak persemaian.

 Kegiatan penanaman Kegiatan penanaman dalam restorasi hutan mangrove yang rusak
ditunjukkan oleh Gambar 4.

Persiapan tapak

Pengaturan/penyesuaian jarak tanam

Pengangkutan bibit

Pembuatan lubang tanam

Penanaman Gambar 4. Bagan Kegiatan Penanaman

 Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan dalam kegiatan penanaman ditunjukkan dalam
Gambar 5. Pemantauan

Pengukuran tingkat keberhasilan hidup

Identifikasi faktor/penyebab kerusakan

Tindakan pencegahan kerusakan

Penyulaman

Gambar 5. Bagan kegiatan pemeliharaan

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Lokasi Desa Bogak merupakan desa dengan jumlah penduduk terpadat ketiga di
Kecamatan Tanjung Tiram dengan jumlah penduduk sebesar 10.415 jiwa (Kantor Kecamatan Tanjung Tiram, 2011). Berdasarkan letak astronomisnya, Desa Bogak berada pada posisi 03001’54’’− 03003’56’’ BT dan 99033’57” LU. Terletak pada daerah pantai dengan ketinggian 3-5 meter di atas permukaan laut. Secara umum Desa Bogak memiliki curah hujan rata-rata per tahun 2678,4 mm/tahun dengan suhu udara minimum 240 C dan maksimum 360C . Komposisi penduduk mayoritas adalah suku Melayu 65% sebagai suku asli Desa Bogak dan selebihnya suku lain yang berstatus sebagai pendatang dan menetap di Desa Bogak. Menurut mata pencaharian penduduknya, yang berpropesi sebagai nelayan/buruh nelayan adalah yang paling tinggi yaitu sebesar 83,43% dan selebihnya adalah pedagang, buruh industri, supir, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan lain-lain. (Kantor Kepala Desa Bogak, 2010).
Adapun batas-batas Administrasi Desa Bogak adalah sebagai berikut:  Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka  Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Tiram  Sebelah Selatan berbatas dengan desa Mesjid Lama Kec. Talawi  Sebalah Barat berbatasan dengan desa Mesjid Lama Kec. Talawi
Universitas Sumatera Utara

Kondisi lokasi

Tabel 1. Kondisi hutan mangrove tahun 2011 wilayah pesisir Timur Sumatera Utara Kabupaten Batu Bara (BPHM Wilayah II, 2011)

Kawasan

Kondisi kekritisan (ha) Rusak Rusak Tidak Rusak
Berat

Total (ha)

Areal Penggunaan Lain Hutan Lindung Hutan Produksi Hutan Produksi Terbatas Tidak ada data Jumlah

2.58 2347.15
10211.24
0.13 12561.1

895.98
5655.63
2.03 6553.64

0.51 152.23
264.56
417.3

3.09 3395.35
16231.43
2.16 19632.03

Tabel 1. Menunjukkan bahwa kondisi hutan mangrove Kabupaten Batu Bara dengan kondisi kekritisan meliputi kondisi rusak (12561.1 ha) dan rusak berat (6553.64 ha) dan tidak rusak (417.3 ha) terdapat pada berbagai tipe hutan. Dari jumlah seluruh kerusakan dapat dilihat bahwa kondisi kekritisan tertinggi pada hutan produksi terbatas yaitu 81.29% untuk kategori rusak dan 86.30% untuk kategori rusak berat.
Berdasarkan observasi di lapangan vegetasi hutan primer masih dapat ditemukan dalam bentuk kelompok tumbuhan yang sudah terganggu, persebaran jenis spesies secara umum berdasarkan vegetasi penyusun ekosistem mangrove tersebut relatif tidak variatif, yaitu hanya didominasi oleh kelompok pohon dari keluarga Avicenia spp (khususnya jenis Avicenia alba yang terlihat paling mudah ditemukan di sepanjang pinggiran sungai menuju laut atau batas pertemuan air laut dan air tawar), Excoearia agallocha dan kelompok mangrove asosiasi dari Acanthus spp. yang menempati dae

Dokumen yang terkait

Ekowisata Mangrove (Studi Etnografi Tentang Pengelolaan Ekowisata Mangrove Berbasis Masyarakat Di Kampoeng Nipah, Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Serdang Bedagai)

20 256 138

Pola Partisipasi Masyarakat Dalam Pelestarian Hutan Mangrove (Studi Deskriptif di Desa Jago-jago Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah)

1 49 86

Gambaran Karakteristik Pekerja Anak di Pantai Bunga Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2010

0 35 131

Respon Masyarakat Pesisir Terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Alam Lokal (Studi Deskriptif Program Bina Desa kelompok perempuan di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara)

0 41 97

Memaknai Potensi Lompat Batu (Hombo Batu) Bagi Masyarakat Bawomataluo Nias Selatan Dari Budaya Tradisional Menjadi Budaya Wisata

10 116 132

Upaya Peningkatan Kemampuan Aparatur Desa Dalam Pelaksanaan Tugas Administrasi (Studi Kasus Di Desa-Desa Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

13 88 77

View of ANALISIS POLA KUNSUMSI MASYARAKAT NELAYAN DI DESA PAHLAWAN KECAMATAN TANJUNG TIRAM KABUPATEN BATU BARA

0 0 7

Studi Perspektif Masyarakat untuk Program Restorasi Ekosistem Hutan Mangrove (Studi Kasus Masyarakat Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

0 1 5

Studi Perspektif Masyarakat untuk Program Restorasi Ekosistem Hutan Mangrove (Studi Kasus Masyarakat Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

0 2 10

STUDI PERSPEKTIF MASYARAKAT UNTUK PROGRAM RESTORASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE (Studi Kasus Masyarakat Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara) SKRIPSI

0 0 11