Legitimacy Theory Stakeholder Theory

17 Dalam keadaan adanya asimetri informasi Akerlof, 1970, signaling theory menyatakan bahwa perusahaan dengan kinerja yang tinggi perusahaan bagus menggunakan informasi keuangan untuk mengirim sinyal kepada pasar Spence, 1973. Kos atas sinyal bad news adalah lebih tinggi daripada good news, hal ini diperlihatkan dalam penelitian Spence 1973. Oleh karena itu, manajer lebih termotivasi untuk mengungkapkan private information secara sukarela. Hal ini disebabkan oleh ekspektasi manajer bahwa menyediakan sinyal good news mengenai kinerja perusahaan kepada pasar akan mengurangi asimetri informasi Oliveira et al., 2008.

c. Legitimacy Theory

Teori ini menyatakan bahwa organisasi secara terus-menerus memastikan bahwa operasi mereka berada dalam batas dan norma masyarakat. Hal ini didasarkan pada pikiran bahwa terdapat kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat, yang mengharuskan perusahaan untuk melaporkan secara sukarela, aktivitas tertentu yang diharapkan oleh masyarakat Purnomosidhi, 2006. Dari sudut pandang legitimacy theory, pengungkapan informasi digunakan sebagai alat bagi perusahaan agar operasi serasi dengan nilai-nilai sosial, untuk menunjukkan image tanggung jawab sosial dan meningkatkan legitimasi sosial Patten, 2002 dalam Oliveira et al., 2008. Legitimacy theory dapat juga digunakan untuk analisis akuntansi sosial dan lingkungan bagi perusahaan Guthrie dan Parker, 1989; Patten, 2002 dalam Oliveira et al., 2008. Menurut Guthrie et al., 2004 dalam Oliveira et al., 2008, legitimacy theory berhubungan erat dengan pelaporan intellectual capital. Perusahaan lebih mungkin untuk melaporkan intangibles mereka jika mereka memiliki kebutuhan yang spesifik untuk melakukannya; mereka tidak dapat melegitimasi status mereka hanya lewat “hard” asset yang diakui sebagai simbol kesuksesan tradisional perusahaan Guthrie et al., 2004 dalam Oliveira et al., 2008.

d. Stakeholder Theory

Freeman 1984 dalam Roberts 1992 mendefinisikan stakeholder sebagai “…any group or individual who can affect or is affected by the achievements of an organisation’s objectives”. 18 Stakeholder memiliki klaim atas kontrak yang mereka buat dengan manajemen perusahaan berdasarkan atribut yang mereka miliki Mitchel, Agle, dan Wood, 1997. Teori ini mengemukakan bahwa manajemen perusahaan dituntut untuk melakukan aktivitas yang diharapkan oleh stakeholder karena stakeholder berhak mengetahui atas informasi aktivitas perusahaan yang mempengaruhi mereka. Menurut Purnomosidhi 2006, pelaporaan aktivitas perusahaan, tidak terbatas hanya pada pelaporan kinerja ekonomi atau keuangan saja. Sehingga, pelaporan atas intellectual capital dan informasi lainnya di luar mandatory disclosure juga penting untuk dilakukan. Perusahaan yang berkomitmen untuk melaporkan segala aktivitasnya kepada stakeholder, biasanya bertujuan untuk mempertahankan keseimbangan dan keberlanjutan pengkreasian nilai untuk semua stakeholder ErnstYoung, 1999.

e. Costs and Benefits Framework