MEDIA BARU TERKAIT TEORI FI RST MEDI A AGE

14 Dalam t eor i kr it ik, hegemoni ber ar t i dominasi sebuah kelompok at au kelas yang melebihi dar i yang lain. St udi media dan identit as adalah kasus yang baik at as bagaimana hegemoni diobser vasi dar i bingkai budaya. Cont ohnya, keselur uhan ide gender sebagai sumber identit as t elah membaw a ber bagai per t anyaan t ent ang queer t heor y . Meskipun t eor i komunikasi kr itik diper kenalkan di Amer ika Ut ar a, mer eka benar -benar ber kembang dan menjadi kuat di Er opa dan Amer ika Lat in. Teor i kr it ik Er opa mungkin dikenal lebih luas, kar ena banyak sumber yang dit er jemahkan dalam bahasa Inggr is. Sebaliknya di Amer ika Lat in, cender ung tidak dit er jemahkan sehingga sedikit dit er ima di Amer ika Ser ikat . Ia cender ung menjalar dar ipada t op-down dan lebih mer upakan syst em komunikasi sendir i dar ipada sist em sent r alisasi. Penelit ian komunikasi Amer ika Lat in juga lebih konsent r asi pada kebebasan individu dar ipada t r ansfer infor masi, pembangunan keper cayaan dar ipada dominasi, kesat uan dar ipada fr agment asi dan ant iaut hor it ar ian dar ipada aut hor it ar ian. Meskipun t r en ini cender ung lebih dualist ik, mer eka ber usaha unt uk memadukan sat u sama lain. Mer eka t elah melakukannya dalam sejumlah car a. Mer eka juga menekankan global dar ipada t r en nasional dan disebut koalisi, jar ingan dan dialog ant ar kelompok dan ide-ide.

3. MEDIA BARU TERKAIT TEORI FI RST MEDI A AGE

Papar an di at as mer upakan t r adisi komunikasi yang lebih banyak digunakan unt uk memahami komunikasi massa. Per kembangan kajian komunikasi kini meluas dengan lahir dan meluasnya penggunaan t eknologi komunikasi bar u seper t i int er net . Int er net and Communicat ion Technologies ICTs mememiliki khar akt er ist ik ber beda dibanding media massa. It u pula yang menunt ut per lunya dasar ber pijak komunikasi yang ber beda dengan kajian komunikasi massa. Walaupun Holmes mengungkapkan bahw a kajian 15 komunikasi dalam kont eks media bar u sangat mungkin t ak t er lepas dar i fir st media age . Beber apa t eor i pendekat an media massa dapat pula digunakan unt uk mengkaji per soalan-per soalan t er kait media bar u. Revolusi indust r i membaw a konsekuensi per ubahan dan pola int er aksi dalam masyar akat . Masyar akat t r adisional hilang seir ing dengan per t umbuhan infr ast r ukt ur , pr oduksi massa, t r anspor t asi dan mobilit as ser t a migr asi masyar akat ke per kot aan. Kondisi ini membangun masyar akat massa at au disebut mass societ y hingga membaw a konsekuensi t er cipt anya media massa. St udi media massa ber kembang secar a for mal sejak t ahun 1930-an. Dalam per iode ini pula pandangan t ent ang media ber munculan, opt imis dan pesimis. Kelompok opt imis meyakini media sebagai agen pendidikan bagi massa. Sement ar a kelompok pesimis mengut uk media kar ena secar a hipoder mis menyunt ik khalayak melalui pr opaganda-pr opaganda yang dicipt akannya. Ter bukt i pada t ahun 1930-an per kembangan st udi media t er t ar ik melakukan kajian-kajian t ent ang efek media t er hadap khalayak dan ber fokus pada st imulus dan r espons sebagai hubungan t imbal balik. Media dianggap member i dampak at au pengar uh luar biasa bagi khalayaknya. Model massa elit e mendapat kr it ik dar i alir an Mar xis yang menganggap bahw a model ini mer upakan ideologi penghapusan polit ik kelas. Kajian budaya juga member i kr it ik t er hadap model ini kar ena melet akkan audiens sebagai kelompok yang pasif. Salah sat u kr it ik muncul dar i Tony Bennet yang t idak sepakat bahw a hadir nya mass societ y akan membangun t andingan bagi konsep sosiologis t ent ang masyar akat . Teor i Baudr illar d memandang media massa sebagai pembent uk r ealit as Holmes, 2012: 76. Budaya gambar melahir kan kr isis r epr esent asi. Media mencipt akan dan menent ukan sesuat u yang dianggap “nyat a”. Car a mer eka mendekat kan massa dengan t ont onan yang dipr oduksi mencipt akan masyar akat nihilisme dan sinisime . Baudr illar d ber pendapat bahw a kekuat an media adalah kemampuannya membent uk simulacr a. Simulacr a mer upakan car a dimana kit a akan menganggap hasil pr oduksi dan r epr oduksi t anda lebih 16 nyat a dibanding apa yang dit unjukkannya. Baudr illar d dalam bukunya ber judul ‘The Pr ecession of Simulacr a’ mengungkap ada empat fase r epr esent asi gambar : 1 r epr esent asi dar i r ealit as dasar , 2 menyamar kan dan menyimpangkan r ealit as dasar , 3 menyamar kan t idak adanya r ealit as dasar , 4 mengandung t idak ada hubungan dengan r ealit as apapun simulacr um mur ni. Baudr illar d ber pendapat bahw a r epr esent asi dar i obyek yang sebenar nya adalah must ahil, kar ena 1 r epr esent asi lahir dar i pr oses dialog ant ar a obyek dengan bias dan net r alit as, konvensi dan objekt ivasi dar i pemakna, 2 sebagian besar r epr esent asi mer upakan dist or si dar i r ealit as, 3 Baudr illar d ber pendapat bahw a r epr esent asi objekt if at as kenyat aan t idaklah ada kar ena sesuat u yang dir ujuk it u sendir i mer upakan kenyat aan simulasi. 4 hilangnya r ealit as sosial sebagai r ujukan. Mc Car t hy 2001 ber pendapat bahw a t elevisi mampu mengint egr asikan lingkungan sehar i-har i dengan begit u baik sehingga kit a hampir t ahu kehadir an mer eka. Gambar dalam logika Baudr illar d akan memakan kont en. Gambar akan menjadi lebih pent ing dar ipada isi media it u sendir i, alhasil media akan memakan komunikasi, kar ena didalamnya akt ivasi akan ber per ang dengan pasivasi. Media akan lelah unt uk mement askan makna disbanding mempr oduksi makna. Bagi Baudr illar d pemaknaan akan dimakan lebih cepat dibanding pr oses self r efer ent ial yang sepat utnya t er jadi. Baudr illar d, 1983:99. Cat at an menar ik pandangan Baudr illar d at as media t ampak ket ika dia membuat t er m ‘Mass’-age pe-massa-an dan bukan message pesan. Dia ber pendapat bahw a mass-age dipandang sebagai pener jemah massa. Massa dan media saling membayangi. Bagi Baudr illar d, massa bukan per soalan kelas seper t i yang digambar kan kelompok Mar xis. Massa lebih pada ent it as yang menyer ap pemaknaan dengan gr avit asi yang luar biasa hebat nya hingga hilang esensi sebenar nya. Massa mer upakan medium yang lebih kuat dar i media, kar ena dialah yang menyer ap media. At au dengan kat a lain t idak ada yang 17 lebih t inggi sat u dengan yang lain. Massa dan media adalah pr oses yang t unggal. Mass-age is t he message . Meyr ow it z menyebut pandangan r elasi media dan pesan ala McLuhan dan Har old Innis dengan nama t eor i medium. Pandangan ini mendukung pemahaman bahw a kajian komunikasi har us didalami lebih dar i sekedar ‘t ont onan’ at au ‘r epr esent asi’ Holmes, 2012:82-89. Namun juga dikaji aspek medianya. Kont r ibusi pemikir an Mac Luhan bagi ilmu komunikasi yang ut ama adalah penjelasan mult idimensi at as ‘medium-medium’ komunikasi, t er masuk didalamnya adalah mengamat i r elasi-r elasi sosial yang t er bent uk secar a t eknologis, dimana masing-masing mempunyai r ealit as at au ont ologi sendir i- sendiri. Per spekt if ini begit u ber seber angan dengan pandangan t okoh-t okoh lain seper t i alt husser yang ber bicar a t ent ang ideology, Baudr illar d t ent ang simulacr a at au t eor i t ent ang indust r i popular dimana khalayak secar a homogen dipandang lar ut dalam media. Pemahaman Mc Luhan member i pecer ahan bahw a t eknologi-t eknologi media membaw a kekhasan t empor al dan spasial yang ber beda pada masing- masingnya. Media cet ak dalam buku Under st anding Media 1964 , Mc Luhan menjelaskan bahw a media cet ak mengglobalisasi pesan dan membangun per sepsi menggunakan lit er at ur e dan buku. Isi dar i media adalah media yang lain, sehingga medium is t he message . Isi dar i t ulisan adalah ucapan, isi dar i cet ak adalah ucapan t er t ulis, dan cet ak adalah isi dar i t elegr af Mc Luhan, 1994: 16 dalam Holmes, 2012:84. Apabila dit er apkan dalam int er net maka komunikasi visual adalah isi dar i ikon, ikon adalah isi dar i image dan image adalah isi dar i int er net . Mc Luhan membedakan medium menjadi Hot medium dan cool medium . Hot medium cender ung membent uk infor masi yang sear ah, sement ar a cool medium cender ung mengandaikan int er aksi di dalamnya. Dengan kat a lain media panas akan lebih menekankan pada pr oses pencur ahan infor masi hingga ber lebih, sement ar a media dingin akan mengandalkan pr oses 18 int er akt ivit as yang t er cipt a diant ar a par t isipannya. Pandangan Mc Luhan lebih menekankan pada car a penont on mer efleksi medium dan bukan pada kont en. Per geser an ‘t he medium is message’ menjadi ‘medium is massage’ McLuhan dan Fior e, 1967 menjelaskan bahw a apapun yang dapat memper luas indr a manusia dan kapabilit as biologis mer upakan st at us menjadi media. Selain Mc Luhan dalam bukunya ber judul The Bias of Communicat ion , Har old Innis membedakan dua jenis ‘imper ium’ komunikasi. Yang per t ama, mer ujuk pada mesin cet ak dan komunikasi elekt r onik, menghasilkan dominasi par sial-bias r uang. Yang kedua adalah bias w akt u. Sejalan dengan Innis, dalam bukunya No Sense of Place 1985 Meyr ow it z yang ter pengar uh at as pemikir an dar i Mc Luhan dan Innis mengungkapkan bahw a media elekt r onik mer et er it or ialkan ‘per asaan t ent ang t empat ’. Media elekt r onik ut amanya memungkinkan t er cipt anya hubungan yang ar bit r er ant a per asaan dengan r uang t empat .

4. KAJIAN KOMUNIKASI DALAM SECOND MEDI A AGE