PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SMP YANG BERADA DI PERKOTAAN DAN DI PEDESAAN

ABSTRAK
PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI
SISWA SMP YANG BERADA DI PERKOTAAN
DAN DI PEDESAAN

Oleh
Burhannudin Sadly

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kebugaran jasmani
antara siswa laki-laki di SMP perkotaan dengan di pedesaan dan antara siswa
perempuan di SMP perkotaan dengan di pedesaan. Hasil penelitian diharapkan
bermanfaat bagi guru, dan sekolah untuk menambah pengetahuan bagaimana
perbedaan tingkat kebugaran jasmani siswa SMP di perkotaan dan di pedesaan
baik laki-laki atau perempuan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 25 Bandar Lampung dan
SMP Negeri 2 Way Jepara. Sampel berjumlah 32 siswa di SMP 25 dan 30 siswa
di SMP 2. Teknik pengambilan data menggunakan wawancara, angket, dan
observasi.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kebugaran siswa SMP baik
laki-laki maupun perempuan yang berada di pedesaan lebih baik daripada siswa

SMP yang berada di perkotaan. Perbedaan tingkat kebugaran ini di pengaruhi oleh
perbedaan pola hidup siswa seperti pola makan, istirahat, aktifitas olahraga dan
transportasi yang digunakan siswa ke sekolah.

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Burhannudin Sadly, lahir di Way Jepara
pada tanggal 03 Oktober 1992, anak pertama dari tiga bersaudara.
Penulis lahir dari pasangan Bapak Drs. Sugiyanto dan Ibu Salbiyah.

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis antara lain: Sekolah
Dasar (SD) di Matdrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Braja
Asri Way Jepara Lampung Timur dan selesai pada tahun 2004. Kemudian masuk
SMP Negeri 01 Way Jepara Lampung Timur pada tahun 2004 dan lulus pada
tahun 2007. Kemudian masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Way
Jepara Lampung Timur pada tahun 2007 dan selesai pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa pada Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan
Jasmani Dan Kesehatan melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN). Selama menyelesaikan studinya, penulis juga aktif di UKM
Himpunan Mahasiswa Ilmu Pendidikan (HIMAJIP) FKIP Unila dan pada bulan
Juli tahun 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata dan Program
Pengalaman Lapangan di MTs Ittihad Ngambur Pesisir Barat. Demikianlah
riwayat hidup penulis, yang telah dijalani selama perjalanan hidupnya,semoga apa
yang disampaikan dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

MOTO

Tak Ada Yang Tak Mungkin Jika Kita Mau Berdo’a Dan Berusaha
Dengan Bersungguh-Sungguh
(Penulis)

Hidup Kita Akan Terasa Indah Ketika Kita Mensyukuri Semua Yang
Ada Pada Diri Kita, “Apapun Itu”
(Penulis)

Setiap Orang Punya Jatah Gagal, Habiskan Jatah Gagalmu Ketika
Masih Muda
(Dahlan Iskan)


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya skripsi ini dengan
judul ”Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa SMP Yang Berada Di
Perkotaan Dan Di Pedesaan”.
Penyusunan karya penulisan skripsi ini dalam rangka menyelesaikan pendidikan
program strata satu (S1) sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd.)
Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan dalam penulisan skripsi ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan penulis. Oleh karena itu, diharapkan sumbangan pemikiran positif
yang konstruktif demi penyempurnaan tulisan ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 19 Desember 2014
Penulis

BURHANNUDIN SADLY

NPM. 1013051028

viii

SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamiin. Jika ada permulaan, maka pasti ada akhir dan
akhirnya penantian panjang itu berakhir dengan selesainya tugas akhir ini.

Syukurku yang tak terhingga ku ucapkan kepada-Mu pemilikku, yang memberiku
segala-galanya. Dari yang tidak punya dan tidak bisa apa-apa hingga memiliki
pemikiran yang amat kaya dan luar biasa dan bisa melakukan aktivitas yang tak
terhingga. Allah ku yang Mulia. Tak lupa sholawat serta salam penulis haturkan
pada Rosululloh, nabi akhir zaman, yang syafaatnya dinantikan kaum muslimin di
hari akhir, yang perilakunya menuntunku dan semua manusia yang mau berubah
kearah yang lebih baik, Nabiku Muhammad SAW.

Di akhir penantian ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada
pribadi-pribadi yang luar biasa antara lain:


1. Ayahanda Sugiyanto dan Ibunda Salbiyah yang tercinta yang selalu
memberikan dorongan, motivasi, dan do`a yang tak pernah henti-hentinya
diberikan kepada saya hingga akhirnya dapat menyelesaikan studi di program
studi Penjaskesrek FKIP Universitas Lampung. Demikian pula adik-adikku
yang kusayangi Dwi Handayani Ningsih dan Abdul Ghoni yang selalu
memberikan semangat kepada saya

2. Drs. Baharudin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan dan segenap
dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung.
3. Drs. Frans Nurseto, M.Psi. selaku pembimbing I yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan kepada penulis
4. Drs. Sudirman Husin, M.Pd. selaku pembimbing II yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan kepada penulis
5. Dr. Rahmat Hermawan, M.Kes. selaku pembahas yang telah memberikan
pengarahan, saran dan keritik kepada penulis.
6. Kepala SMP Negeri 25 Bandar Lampung dan kepala SMP Negeri 2 Way
Jepara Lampung Timur beserta dewan guru yang telah membantu dalam
menyelesaikan penelitian ini.
7. Bapak dan ibu dosen Penjaskes yang telah membantu dalam proses
perkuliahan, bimbingan, pembinaan dan atas segala ilmu yang telah diberikan,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak dan ibu staff Tata Usaha FKIP Unila yang telah membantu proses
terselesaikannya skripsi ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 19 Desember 2014
Penulis

Burhannudin Sadly

x

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL .....................................................................................


xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................

xvi

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................................
1.2. Identifikasi Masalah ...........................................................................
1.3. Rumusan Masalah ................................................................................
1.4. Tujuan Penelitian .................................................................................
1.5. Manfaat Penelitian ...............................................................................

1
4
5

5
5

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kebugaran Jasmani ...........................................................
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani .....................
2.3. Komponen-Komponen Kebugaran Jasmani ........................................
2.4. Pengertian VO2Max.............................................................................
2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya VO2Max ....................
2.6. Latihan Meningkatkan VO2Max…………………………….. ...........
2.7. Pengertian Kota ……………………... ................................................
2.8. Ciri-Ciri Kota ……………………... ...................................................
2.9. Pengertian Desa ……………………...................................................
3.0. Ciri-Ciri Desa ……………………... ...................................................
3.1. Perbedaan Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota ............................
3.2. Penelitian yang relevan ........................................................................
3.3. Kerangka pikir .....................................................................................

7
8

9
12
13
15
15
16
18
19
19
20
21

III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian.................................................................................
3.2. Populasi dan Sampel ............................................................................
3.3. Devinisi Operasional Variabel .............................................................
3.4. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................
3.5. Instrumen Penelitian.............................................................................
3.6. Teknik Analisis Data ............................................................................


23
24
25
26
29
40

xi

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian ..................................................................................
4.2. Deskripsi Data ....................................................................................
4.3. Hasil Temuan Penelitian .....................................................................
4.4. Hasil Wawancara Dan Pengamatan ...................................................
4.5. Pembahasan ........................................................................................
4.6. Pembahasan Diskripsi Data ................................................................
4.7. Temuan Hasil ......................................................................................

43
43

53
56
59
59
68

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran .....................................................................................................

74
75

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

76

LAMPIRAN ..............................................................................................

xii

Daftar Tabel

Tabel

Halaman

1. Nilai TKJI umur 13-15 th Laki-Laki ......................................................

38

2. Nilai TKJI umur 13-15 th Perempuan.....................................................

38

3. Norma TKJI ............................................................................................

38

4. Jenis Kelamin ..........................................................................................

43

5. Usia .........................................................................................................

44

6. Latar Belakang Pendidikan Orang Tua Siswa SMP di Perkotaan ..........

44

7. Latar Belakang Pendidikan Orang Tua Siswa SMP di Pedesaan ...........

45

8. Pekerjaan Orang Tua Siswa SMP di Perkotaan ......................................

45

9. Pekerjaan Orang Tua Siswa SMP di Pedesaan .......................................

46

10. Penghasilan Orang Tua Siswa SMP di Perkotaan.................................

47

11. Penghasilan Orang Tua Siswa SMP di Pedesaan ..................................

47

10. Pola Makan Siswa SMP di Perkotaan ...................................................

48

11. Pola Makan Siswa SMP di Pedesaan ....................................................

48

12. Pola Istirahat Siswa SMP di Perkotaan .................................................

49

13. Pola Istirahat Siswa SMP di Pedesaan ..................................................

50

14. Aktifitas Olahraga Siswa SMP di Perkotaan ........................................

50

15. Aktifitas Olahraga Siswa SMP di Pedesaan .........................................

51

16. Transportasi Yang Di Gunakan Siswa SMP di Perkotaan ....................

52

xiii

16. Transportasi Yang Di Gunakan Siswa SMP di Pedesaan .....................

52

17. Klasifikasi TKJI SMP Perkotaan Kategori Laki-Laki ..........................

53

18. Klasifikasi TKJI SMP Perkotaan Kategori Perempuan ........................

54

19. Klasifikasi TKJI SMP Pedesaan Kategori Laki-Laki ...........................

54

20. Klasifikasi TKJI SMP Pedesaan Kategori Perempuan .........................

55

21. Kemampuan VO2Max Siswa SMP di Perkotaan dan di Pedesaan .......

56

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Rencana Judul Skripsi ............................................................................

78

2. Surat Penelitian Pendahuluan ..................................................................

79

3. Surat Izin Penelitian ................................................................................

81

4. Surat Telah Melakukan Penelitian ..........................................................

83

5. Formulir TKJI …………………………………………………………

85

6. Formulir Bleep Test .................................................................................

86

7. Angket Penelitian ....................................................................................

87

8. Penilaian Bleep Test ................................................................................

89

9. Data Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa SMP di Perkotaan ..................

91

10. Data Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa SMP di Pedesaan ..................

92

11. Data Tingkat VO2Max Siswa SMP di Perkotaan .................................

93

12. Data Tingkat VO2Max Siswa SMP di Pedesaan ..................................

94

13. Foto Penelitian di SMP Negeri 25 Bandar Lampung ...........................

95

14. Foto Penelitian di SMP Negeri 2 Way Jepara .......................................

101

15. Foto Pengisian Angket ..........................................................................

107

16. Foto Wawancara....................................................................................

108

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Lari 50 m .................................................................................................

31

2. Gantung/Angkat Tubuh ........................................................................

34

3. Baring Duduk ........................................................................................

35

4. Loncat Tegak .........................................................................................

36

5. Lari 800 m dan 1000 m ...........................................................................

37

xv

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia tidak bisa dilepaskan dari aktivitas sehari-hari yang secara rutin
dilakukan, mulai dari bangun tidur, menyapu rumah, mencuci, memasak, sekolah
ataupun bekerja. Aktivitas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh
individu yang sangat berhubungan dengan kegiatan fisik, seperti berjalan,
menulis, makan, dan tidur. Kondisi fisik seseorang terkait erat dengan kesehatan
dan kebugaran jasmani. Seperti yang dikemukakan oleh Agus Mukhlolid (2004)
menyatakan bahwa kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan
untuk melakukan kerja dan aktivitas, mempertinggi daya kerja dengan tanpa
mengalami kelelahan yang berarti atau berlebihan.

Kemampuaan fisik yang tinggi diperlukan oleh semua orang diantaranya anakanak, remaja dan dewasa, apabila mereka memiliki kebugaran jasmani yang
tinggi, maka mereka akan mampu beraktivitas sehari-hari dengan waktu yang
relatif lama dibandingkan dengan mereka yang memiliki aktifitas fisik rendah.
Untuk dapat mengembangkan kemampuaan fisik, banyak cara yang dapat
dilakukan seperti halnya dengan melakukan aktifitas fisik sehari-hari dengan gaya
hidup yang aktif.

2

Dalam dunia pendidikan formal sekolah secara langsung mengelola proses
pendidikan jasmani baik dalam bidang intrakurikuler maupun ekstrakurikuler,
dalam bidang intrakurikuler pendidikan jasmani masuk dalam mata pelajaran
wajib yang harus diikuti setiap siswa sedangkan dalam bidang ekstrakurikuler,
sekolah memberikan berbagai bentuk pengembangan diri dalam bidang olahraga
dan membebaskan setiap siswanya untuk memilih dan mengembangkan
kemampuan sesuai keahlian masing-masing siswa. Pendidikan jasmani dalam
lingkup pendidikan nasional pada saat ini tidak terlepas dari suatu keyakinan
terhadap nilai-nilai pendidikan jasmani yang terkandung di dalamnya dan tidak
hanya aspek fisik yang menjadi alat pendidikan namun bersamaan dengan itu
berkembang pula aspek mental, emosional, sosial yang serasi dengan tahapantahapan perkembangannya.

Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan individu yang sedang
mengalami transisi terutama dalam prilaku yang dipengaruhi oleh
perkembangan psikologis dan sosial. Masa ini tergolong pada masa menuju
remaja, sehingga pertumbuhan dan perkembngannya sesuai dengan tugas
perkembangan remaja. Masa ini merupakan masa yang terbaik untuk
diberdayakan melalui aktivitas-aktivitas jasmani yang bertujuan untuk
membentuk jasmani yang bugar dan sehat, karena tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya pada masa ini relatif tinggi. Kebugaran jasmani mempunyai
arti penting bagi siswa, antara lain dapat meningkatkan fungsi organ tubuh,
sosial emosiaonal, sportivitas, dan semangat kompetisi. Berkaitan dengan
tujuan peningkatan kesehatan dan kebugaran jasmani, maka optimalisasi
kebugaran jasmani bertujuan untuk memperthankan kesehatan, mengatasi stress

3

lingkungan, dan untuk melakukan aktifitas sehari-hari terutama kegiatan belajar
dan bermain baik di sekolah maupun dirumah, salah satu prasarat untuk itu adalah
kondisi fisik yang baik. Oleh karena itu, kebugaran jasmani yang tinggi sangat
diperlukan oleh anak sekolah. Dengan memiliki kebugaran jasmani yang tinggi,
siswa mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan siswa yang memiliki kebugaran jasmani yang rendah.

Di Indonesia mengenal dua letak tata pemukiman yang disebut dengan perkotaan
dan pedesaan. Di perkotaan sudah mulai ditunjang dengan alat-alat transportasi
yang digunakan oleh masyarakat perkotaan seperti penggunaan angkot dan
kendaraan pribadi dalam kegiatan sehari-hari. Sedangan di pedesaan di dominasi
oleh perbukitan yang bentuk jalannya naik dan turun dan penduduknya terbiasa
melewati jalan tersebut. Hal ini juga mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani
setiap orang dan tidak terkecuali bagi anak sekolah menengah pertama (SMP).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Moh Sholihin (2013)
yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan tingkat kebugaran
jasmani siswa yang berangkat dan pulang sekolah berjalan kaki, bersepeda, dan
menggunakan kendaraan umum. Siswa yang berjalan kaki dan menggunakan
sepeda lebih baik tingkat kebugarannya daripada siswa yang menggunakan
kendaraan umum karena siswa yang berjalan kaki lebih sering melakukan
pergerakan kaki yang mempengaruhi daya tahan siswa. Sedangkan siswa yang
menggunakan kendaraan umum pergerakannya lebih sedikit.

Siswa SMP di perkotaan lebih banyak mengutamakan kecerdasan otak daripada
kesehatan fisik mereka. Hal ini terlihat jelas dalam keseharian mereka yang tidak

4

ada waktu untuk melakukan olahraga ataupun aktifitas fisik seperti melakukan
pekerjaan rumah, mereka lebih mengutamakan untuk mengikuti les atau tambahan
pelajaran diluar jam sekolah, sehingga anak mengalami kelelahan dalam berfikir
dan mempengaruhi fisik mereka. Berbeda dengan di perkotaan, siswa SMP di
pedesaan lebih banyak menghabiskan waktu diluar jam sekolahnya untuk sekedar
membantu pekerjaan orang tua seperti mencari rumput di sawah untuk pakan
ternak, membantu orang tua dalam menggarap sawah, ataupun mengerjakan
pekerjaan rumah ketika orang tua mereka sibuk di sawah.

Fenomena diatas yang menjelaskan bagaimana perbedaan pola hidup siswa
perkotaan dan pedesaan itu terlihat jelas sangat mempengaruhi kebugaran jasmani
siswa. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti lebih luas lagi mengenai
perbandingan tingkat kebugaran jasmani khusus untuk siswa SMP yang berada di
perkotaan dan pedesaan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi
masalah yaitu
1. Adanya perbedaan lingkungan tempat tinggal antara daerah perkotaan dengan
pedesaan, seperti ketersediaan transportasi yang banyak digunakan oleh siswa
untuk menuju kesekolah ataupun kerumah.
2. Adanya perbadaan kondisi sosial antara daerah perkotaan dan pedesaan, seperti
perbedaan tingkat pendidikan.
3. Adanya perbedaan tingkat ekonomi orangtua antara daerah perkotaan dan
pedesaan, diperkotaan lebih banyak pekerjaan kantoran sedangkan dipedesaan

5

didominasi oleh bidang pertanian dan perkebunan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas penulis
merumuskan masalah yaitu :
1. Bagaimana tingkat kebugaran jasmani antara siswa SMP di perkotaan dan di
pedesaan siswa laki-laki?
2. Bagaimana tingkat kebugaran jasmani antara siswa SMP di perkotaan dan di
pedesaan siswa perempuan?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui bagaimana tingkat kebugaran jasmani antara siswa SMP di
perkotaan dan di pedesaan siswa laki-laki.
2. Mengetahui bagaimana tingkat kebugaran jasmani antara siswa SMP di
perkotaan dan di pedesaan siswa perempuan.

E. Manfaat Penelitian

Hasil yang peneliti harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Guru
Memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan tentang kebugaran
jasmani dan kemampuan vo2 max siswa.

6

b. Bagi Sekolah
Melalui hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi sekolah dalam
merumuskan kurikulum terutama dalam berbagai macam ekstrakurikuler yang
dapat menampung bakat individu siswa terutama dalam bidang olahraga.
c. Program Studi Penjaskes
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran dalam upaya pengkajian
dalam pengembangan ilmu kepelatihan, khususnya untuk tes kebugaran
jasmani.

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kebugaran Jasmani

Kebugaran jasmani meliputi dasar fisiologis yang dibutuhkan untuk kehidupan
sehari-hari. Menurut The President`s Council on Physical Fitness and Sports yang
dikutib oleh Charles T. Kuntzleman and The Editors of Consumer Guide, 1978
(dalam Junusul Hairy (2010 : 15) menyatakan bahwa kebugaran jasmani adalah
kemampuan untuk melaksanakan tugas seharihari dengan giat dan dengan penuh
kewaspadaan, tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih dapat
menikmati waktu senggangnya serta menghadapi hal yang tak terduga
sebelumnya. Sesuai dengan definisi tersebut maka kebugaran jasmani yang
diperlukan oleh masing-masing individu sangat berbeda dan bervariasi, tergantung
pada sifat tantangan fisik yang dihadapinya.

Di tinjau dari ilmu faal (fisiologi) kebugaran jasmani (PPIKOR 2012 : 53) adalah
kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian terhadap
pembebanan fisik yang diberikan kepadanya dari kerja yang dilakukan sehari-hari
tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Menurut (Sadoso Sumosardjuno ;
1989 Dalam Junusul Hairy (2010 : 15)) mendefinisikan kesegaran jasmani adalah
kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari dengan gampang,
tanpa merasa lelah yang berlebihan, serta masih mempunyai sisa atau cadangan

8

tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan-keperluan
mendadak.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kebugaran jasmani adalah
kemampuan tubuh untuk melakukan suatu pekerjaan fisik yang dikerjakan seharihari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Tanpa menimbulkan kelelahan
yang berarti disini maksudnya adalah setelah seseorang melakukan pekerjaannya,
orang tersebut masih memiliki cukup semangat dan energi untuk menikmati
waktu luangnya maupun untuk keperluan mendadak yang lain.

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kebugaran Jasmani
Menurut Giri Wiarto (2013 : 169) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
tingkat kebugaran jasmani seseorang, yaitu:
a. Umur
Kebugaran jasmani anak-anak meningkat sampai mencapai maksimal pada usia
25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh
tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1% per tahun, tetapi jika rajin berolahraga penurunan
ini dapat dikurangi sampai separuhnya.
b. Jenis Kelamin
Sampai pubertas biasanya kebugaran jasmani anak laki-laki hamper sama dengan
anak perempuan, tapi setelah pubertas anak laki-laki biasanya mempunyai nilai
yang jauh lebih besar.
c. Genetik
Berpengaruh terhadap kapasitas jantung, paru-paru, postur tubuh, obesitas,
hemoglobin/sel darah dan serat otot.

9

d. Makanan
daya tahan yang tinggi bila mengkonsumsi tinggi kabohidrat (60-70%). diet tinggi
protein terutama untuk memperbesar otot dan untuk olahraga yang memerlukan
kekuatan otot yang besar.
e. Rokok
Kadar CO yang terhisap akan mengurangi VO2 maks, yang berpengaruh terhadap
daya tahan, selain itu menurut penelitian perkins dan sexton, nicotine yang ada,
dapat memperbesar pengeluaran energy dan mengurangi nafsu makan.

Sedangkan menurut buku Pedoman Pengukuran Kesegaran Jasmani (Departemen
Kesehatan RI), faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani antara lain :
a). Genetik, b). Umur, c). Jenis Kelamin, d). Kegiatan Fisik, dan e). Kebiasaan
Merokok. Dari beberapa faktor diatas dapat diambil kesimpulan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani seseorang antara lain : a).
Umur, b). Jenis Kelamin, c). Genetik, d). Makanan, d). Kegiatan Fisik, dan e).
Kebiasaan Merokok.
2. Komponen-Komponen Kebugaran Jasmani
Menurut Junusul Hairy (2010 : 1.15) Kebugaran jasmani tergantung pada dua
komponen dasar, yaitu kebugaran organik (Organic Fitness) dan kebugaran
dinamik (Dinamic Fitness). kedua komponen itu sangat penting didalam
kebugaran jasmani secara keseluruhan dan interaksi keduanya itu yang
menentukan tingkat kebugaran jasmani yang kita miliki.
Kebugaran Organik, maksudnya sifat-sifat khusus yang dimiliki berdasarkan garis
keturunan, yang diwarisi kedua orang tua atau bahkan generasi sebelumnya dan

10

dipengaruhi oleh umur dan mungkin dipengaruhi keadaan sakit atau kecelakaan
termasuk akibat perang. keadaan yang berhubungan dengan organism sebenarnya
bersifat statis dan sangat sulit atau bahkan tidak mungkin untuk diubah. tingkat
kebugaran organic menentukan potensi kebugaran jasmani secara keseluruhan.
Kebugaran dinamik, variabelnya lebih banyak. Istilah ini biasa dipergunakan
untuk hal-hal yang mengarah kepada kesiapan dan kapasitas tubuh untuk bergerak
dan bertindak dalam tingkatan tertentu sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi. Misalnya seseorang yang mengalami gangguan pada jantungnya atau
gangguan pada system metabolismenya, atau gangguan pada system syaraf
ataupun gangguan pada organ tubuh lainnya maka orang itu dikatakan tidak dalam
kondisi sehat atau bugar. begitu juga orang yang dalam kondisi sehat, tetapi
sangat tidak aktif (kebanyakan duduk) juga ia dikatakan dalam kebugaran jasmani
yang rendah karena kebugaran dinamiknya rendah dan kekuatan serta daya
tahannya kurang. Kebugaran organik dan dinamik, kedua-duanya harus
dipertimbangkan dalam mengadakan evaluasi kebugaran jasmani, karena
keduanya sangat penting.
Selanjutnya kebugaran dinamik masih diklasifikasikan kedalam dua katagori,
yaitu kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan dan kebugaran yang
berhubungan dengan keterampilan motorik. Banyak para ahli sependapat, kalau
ditinjau dari sudut pandang kesehatan bahwa kebugaran jasmani melibatkan
empat komponen yang terpisah, tetapi saling berhubungan, yaitu daya tahan
kardiovaskular, kekuatan dan daya tahan otot, fleksibilitas dan komposisi tubuh.
Kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan motorik mempunyai
kebermaknaan yang sangat besar didalam olahraga. Peranannya yang sangat

11

membantu terhadap empat komponen dasar yang telah disebutkan. Komponenkomponen atau elemen-elemen dari kebugaran jasmani menurut M. Sajoto (1995 :
8) diantaranya:
a) Kekuatan (strength), adalah kemampuan dalam mempergunakan otot untuk
menerima beban suaktu bekerja.
b) Daya tahan (endurance), adalah kemampuan seseorang untuk bekerja dalam
jangka waktu yang relative lama dengan kelelahan yang tidak berarti.
c) Daya otot (muscular power), kemampuan seseorang dalam mempergunakan
kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya.
d) Kecepatan (speed), kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan
berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkatsingkatnya.
e) Daya Lentur (flexibility), efektifitas seseorang dalam penyesuaian diri untuk
segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas.
f) Kelincahan (agility), kemampuan seseorang mengubah posisi diarea tertentu.
g) Koordinasi (coordination), kemampuan seseorang untuk mengintegrasikan
bermacam-macam gerakan yang berbeda dalam pola gerakan tunggal secara
efektif.
h) Keseimbangan (balance), kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ
syaraf otot.
i) Ketepatan (accuracy), kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerakgerak bebas terhadap suatu sasaran.
j) Reaksi (reaction) kemampuan seseorang untuk bertindak secepatnya dalam
menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera, syaraf atau feeling
lainnya.

12

B. VO2 Max

1.

Pengertian VO2 Max

VO2max

adalah pengambilan oksigen selama ekskresi maksimum latihan.

VO2max hanya dapat dipertahankan dalam jangka waktu yang sangat pendek,
cukup beberapa menit saja, pengukuran banyaknya udara atau oksigen disebut
VO2max , V yang berarti Volume, O2 berarti oksigen, Max yang berarti
maksimum. Dengan demikian VO2 max berarti volume oksigen yang tubuh dapat
gunakan saat bekerja sekeras mungkin (Jonathan & Kathken. L Kuntaraf,
1992:35). Menurut Devries (dalam Joesoef, 1988) yang dimaksud dengan
VO2max adalah derajat metabolisme aerob maksimum dalam aktivitas fisik
dinamis yang dapat dicapai seseorang. Sedangkan menurut Thoden (dalam
Sukarman, 1992), yang dimaksud dengan VO2max adalah: “Daya tangkap
aerobik maksimal menggambarkan jumlah oksigen maksimum yang dikonsumsi
per satuan waktu oleh seseorang selama latihanatau tes, dengan latihan yang
makin lama makin berat sampai kelelahan.Ukurannya disebut VO2max. VO2max
adalah ambilan oksigen (oxygen intake) selama upaya maksimal”.
Dapat disimpulkan bahwa VO2max adalah kapasitas maksimum tubuh seseorang
untuk mengangkut dan menggunakan oksigen selama latihan intensif yang
mencerminkan kebugaran fisik individu. Nama ini berasal dari V - volume, O2 oksigen, max - maksimal. VO2max dihitung dalam satuan mililiter/kilogram berat
badan/ menit (ml / kg / menit).

13

Volume oksigen maksimal sering dianggap sebagai tolak ukur kebugaran fisik
seseorang, terutama sebagai tolak ukur stamina seorang atlit. Sebenarnya selain
VO2max masih banyak faktor yang mempengaruhi stamina seseorang dintaranya
mental-psikologis, teknik-taktik dalam pertandingan olahraga, faktor cuaca dll.
Untuk seseorang yang bukan atlit mempunyai VO2max yang tinggi berarti juga
mempunyai kebugaran fisik yang baik dan pastinya tidak gampang lelah dalam
beraktivitas.

2.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi VO2 Max

Wiesseman (dalam Kuntaraf, 1992) ahli Kesehatan Masyarakat dariUniversitas
Loma Linda menyebutkan lima faktor yang mempengaruhiVO2max seseorang
yaitu: jenis kelamin, usia, keturunan, komposisi tubuh,dan latihan.

a. Jenis kelamin
Setelah masa pubertas wanita dalam usianya yang sama dengan priaumumnya
mempunyai konsumsi oksigen maksimal yang lebih rendah daripria.

b. Usia
Setelah usia 20-an VO2 max menurun dengan perlahan- lahan. Dalamusia 55
tahun, VO2max lebih kurang 27 % lebih rendah dari usia 25tahun. Dengan
sendirinya hal ini berbeda dari satu dengan orang yang lain.Mereka yang mempunyai
banyak kegiatan VO2 max akan menurun secaraperlahan.

c. Keturunan
Seseorang mungkin saja mempunyai potensi yang lebih besar dari oranglain untuk
mengkonsumsi oksigen yang lebih tinggi, dan mempunyaisuplai pembuluh darah

14

kapiler yang lebih baik terhadap otot-otot,mempunyai kapasitas 14 paru-paru yang
lebih besar, dapat mensuplaihaemoglobin dan sel darah merah yang lebih banyak dan
jantung yanglebih kuat. Dilaporkan bahwa konsumsi oksigen maksimum bagi
merekayang kembar identik sangat sama (Klissouras, dalam Kuntaraf, 1992).

d. Komposisi tubuh
Walaupun VO2max dinyatakan dalam beberapa milliliter oksigen yang
dikonsumsi per kg berat badan, perbedaan komposisi tubuh seseorang
menyebabkan konsumsi yang berbeda. Misalnya tubuh mereka yang mempunyai
lemak dengan persentasi tinggi mempunyai konsumsi oksigen maksimum yang
lebih rendah. Bila tubuh berotot kuat, VO2max akan lebih tinggi. Sebab itu, jika
dapat mengurangi lemak dalam tubuh,konsumsi oksigen maksimal dapat
bertambah tanpa tambahan latihan.

e. Latihan/olahraga
Kita dapat memperbaiki VO2max dengan olahraga atau latihan. Dengan latihan
daya tahan yang sistematis, akan memperbaiki konsumsi oksigen maksimal dari
5% sampai 25%. Proses berlatih yang dilakukan secarateratur, terencana berulangulang dan semakin lama semakin bertambah bebannya, serta dimulai dari yang
sederhana ke yang lebih kompleks (Sistematis dan Metodis). Penelitian
menunjukan bahwa laki-laki usia 65-74 tahun dapat meningkatkan VO2max
sekitar 18 % setelah berolahraga secara teratur selama 6 bulan (Wiesseman, dalam
Kuntaraf, 1992). Menurut Astrand (1986), faktor fisiologis yang mempengaruh
dayatahan jantung-paru antara lain: faktor genetik, usia, jenis kelamin,
danaktivitas latihan. Dari penelitian didapat kesimpulan bahwa: VO2max 93,4%

15

ditentukan oleh faktor genetik, selebihnya adalah oleh latihan.Oleh karena itu
VO2max seseorang dapat ditingkatkan; paling tidak daya tahan aerobik dapat
meningkat antara 6-20% dengan pelatihan atletik,yaitu dengan melakukan jalan,
jogging, ataupun lari. Peningkatan VO2maxyang lebih besar pada umumnya
adalah terhadap individu yang tidak terlatih. Sedangkan pada orang yang
latihannya teratur dan pada atlet yang banyak mempergunakan daya tahan, maka
peningkatan VO2max nya kecil.

3. Latihan Meningkatkan VO2 Max
Latihan harus mengunakan otot-otot besar tubuh secara intensif (terus-menerus)
dalam durasi yang relatif lama. Latihan yang baik untuk meningkatkan VO2max
adalah jenis latihan cardio atau aerobik, latihan yang memacu detak jantung, paru
dan sistem otot. Latihan harus berlangsung dalam durasi yang relatif lama namun
dengan intensitas dominan sedang. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa
VO2max dapat ditingkatkan dengan latihan pada intensitas detak jantung 65% s/d
85% dari detak jantung maximum, selama setidaknya 20 menit, frekuensi 3-5 kali
seminggu (French & Long 2012 dalam rikimakaro.blogspot. com). Contoh latihan
yang dapat dilakukan adalah lari diselingi jogging jarak jauh, Fartleks, Interval
Training, Cross country atau kombinasi dan modifikasi dari latihan tersebut.

C. Kota

1. Pengertian Kota

Menurut Max Weber (dalam Daldjoedini 2003:37) memandang suatu tempat itu
kota jika penghuninya sebagian besar telah mampu memenuhi kebutuhannya

16

lewat pasar setempat. Adapun barang-barangnya dibuat setempat pula ditambah
yang dari pedesaan. Ini dasar sifat cosmopolitan kota yang menjadi hakikat kota;
sehubungan itu ciri khas kota adalah pasarnya.

Sjoberg (dalam Daldjoedini 2003:37) melihat lahirnya kota lebih dari timbulnya
suatu golongan spesialis non-agraris, dimana yang berpendidikan merupakan
bagian penduduk yang terpenting. Mereka itu adalah literatur yakni golongan
pujangga, sastrawan dan ahli keagamaan, itulah titik awal kota. Baru berikutnya
muncul pembagian kerja tertentu dalam kehidupan kota. Pengertian Kota Menurut
UU No 22/ 1999 Tentang Otonomi Daerah Kawasan perkotaan adalah kawasan
yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan
ekonomi.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kota merupakan
kawasan pusat pelayanan pemerintahan, sosial, dan ekonomi yang masyarakatnya
bekerja bukan dalam bidang pertanian (agraris).

2.

Ciri-ciri kota

Dalam memberikan definisi dari kota para ahli mengajukan beberapa aspek yang
akan mendasarinya menurut perhatian mereka masing-masing. Misalnya aspek
morfologi, jumlah penduduk, social, ekonomi dan hukum. Hoekveld geograf
Belanda sehubungan itu memberikan bahasan sebagai berikut (Daldjoedini
2003:40) :

17

a. Morfologi (bentuk)
Masalah pokok adalah perbandingan bentuk fisik kota dengan fisik pedesaan;
dikota kita lihar gedung-gedung besar tinggi serba berdekatan sedangkan didesa
rumah tersebar dalam lingkungan alam. Tetapi perkembangan jaman juga
memperlihatkan menjadi kaburnya perbedaan bentuk fisik kota bagian pinggiran
mirip desa dan didesapun muncul bangunan-bangunan meniru gaya kota.

b. Jumlah Penduduk
Kota diukur berdasarkan jumlah penduduknya. Kini untuk sementara di Indonesia
dipakai kriteria kota demikian: kota kecil berpenduduk 20.000-50.000 jiwa; kota
sedang 50.000-100.000 jiwa; kota besar 100.000-1.000.000 jiwa; dan kota
metropolitan 1.000.000-10.000.000 jiwa.

c. Hukum
Pengertian kota di sini dikaitkan dengan adanya hak-hak hukum tersendiri bagi
penghuni kota.

d. Ekonomi
Ciri kota disini adalah hidup non-agraris; kota fungsi khasnya lebih cultural,
industry, perdagangan. Dari itu semua yang nyatanya menonjol adalah yang
ekonomi perniagaan.

e. Sosial
Hubungan-hubungan antarpenduduk secara social disebut impersonal; orang
bergaul serba lugas, sepintas lalu. Maka hidup seperti terkontak-kontak oleh
kepentingan yang berbeda-beda.

18

3. Pengertian Desa

Pengertian Desa secara umum adalah permukiman manusia yang letaknya diluar
kota dan penduduknya berpangupajiwa agraris. Dalam bahasa Indonesia seharihari disebut juga kampung. Bintarto dalam bukunya Pengantar Goegrafi Desa
(1977) (Dalam Daldjoedini 2003:57) menulis bahwa memang sulit menyusun dari
definisi desa yang tepat, tetapi sebagai geograf ia mendefinisikan desa sebagai
perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsure-unsur geografis, social,
ekonomi, politis dan kultural yang ada disitu, dalam hubungannya dan pengaruh
timbale balik dengan daerah-daerah lainnya.

Adapun desa dalam arti administratif oleh Sutardjo Kartohadikusumo (Dalam
Daldjoedini 2003:57) dijelaskan sebagi suatu satu kesatuan hukum dimana
bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan
sendiri. Menurut UU No 22 Tahun 1999, desa adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal usuk dan adat istiadat setempat yang diakui
dalam sistim pemerintahan naisional dan berada didalam daerah kabupaten.

Dari beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa desa merupakan
kawasan yang sebagian besar masyarakatnya bekerja di bidang pertanian (agraris)
yang diatur dalam adat istiadat yang diakui pemerintah dan berada didalam daerah
kabupaten.

19

4. Ciri-ciri desa

Menurut dirjen Bangdes (pembangunan desa) (dalam Daldjoedini 2003:60) ciriciri wilayah desa antara lain :
a. Perbandingan lahan dengan manusia cukup besar, lahan dipedesaan relative
lebih luas ketimbang jumlah penduduk, sehingga kepadatan penduduk masih
rendah,
b. Lapangan kerja yang dominan agraris,
c. Hubungan antar warga desa sangat akrab,
d. Tradisi lama masih berlaku.

5. Perbedaan Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan

Perbadaan masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan menurut soejono
soekanto (2012 :143) :
Masyarakat pedesaan
 Warga memiliki ubungan yang
lebih erat
 Dalam kehidupan biasanya
berkelompok atas dasar
kekeluargaan
 Umumnya hidup dari pertanian
 Golongan orang tua memegang
peran penting
 Dari segi pemerintahan hubungan
penguasa dengan rakyat bersifat
informal
 Perhatian masyarakat lebih pada
keperluan utama kehidupan
 Kehidupan keagamaan lebih kental
 Banyak berurbanisasi kekota
karena ada yang menarik di kota

Masyarakat perkotaan
 Jumlah penduduknya tidak tentu
 Bersifat individualis
 Pekerjaan lebih bervariasi, lebih tegas
batasannya dan lebih sulit mencari
pekerjaan
 Perubahan social terjadi secara cepat,
menimbulkan konfik antara golongan
muda dengan golongan orang tua
 Interaksi lebih ditekankan faktor
kepentingan daripada faktor pribadi
 Perhatian lebih pada penggunaan
kebutuhan hidup yang dikaitkan
dengan masalah prestise
 Kehidupan agama lebih longgar
 Banyak minggran yang berasal dari
daerah dan berakibat negatif di kota
yaitu pengangguran, naik kriinalitas,
persoalan rumah, dll.

20

B. Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian yang telah dilakukan dan relevan dengan penelitian yang
peneliti lakukan yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Hidayat (2012) dengan judul :
“Perbandingan Aktifitas Olahraga Di Kalangan Siswa SMP Di Kota Dan Siswa
SMP Di Desa Di Luar Jam Sekolah”. Menyimpulkan bahwa 1. Aktifitas fisik
yang dominan dilakukan siswa SMP di kota adalah jalan-jalan dan renang,
sedangkan pada siswa SMP di desa dominan melakukan aktifitas lari dan
bermain (permainan tradisional), 2. Permainan yang dominan dilakukan siswa
SMP di kota adalah bola voli dan bulu tangkis, sedangkan pada siswa SMP di
desa dominan melakukan permainan sepak bola dan bola voli, 3. Pertandingan
yang dominan dilakukan siswa SMP di kota dan di desa sama yaitu Olahraga
Olympiade Siswa Nasional (O2SN).

2. Penelitian yang dilakukan oleh Yayak Cahyono (2013) dengan judul :
“Perbandingan Tingkat Kesegaran Jasmani Antara Siswa Putra Yang Berasal
Dari Desa Dan Kota (Studi Pada Siswa Kelas Xi Smk I Antartika Sidoarjo)”.
Menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan tingkat kesegaran
jasmani antara siswa putra kelas XI SMK I Antartika Sidoarjo yang berasal
dari desa dan kota.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Moh. Sholihin (2013) dengan judul :
“Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa Berdasarkan Pola
Transportasi Ke Sekolah Yang Berbeda (Studi Pada Kelas Viii Smp Negeri 3
Sampang)”. Menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan tingkat

21

kebugaran jasmani siswa berdasarkan pola transportasi ke sekolah yang
berbeda studi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Sampang.

C. Kerangka Berfikir

 Pendidikan Orang tua
 Pekerjaan Orang Tua

Perkotaan

 Penghasilan Orang
tua
 Pola Makan Siswa

Kebugaran Jasmani
siswa
Pedesaan

 Pola Istirahat Siswa
 Aktifitas Olahraga
 Transportasi yang
Digunakan Siswa
Kesekolah

Dari kerangka diatas dapat diketahui bahwa adanya perbedaan antara desa dan
kota seperti kemajuan tekhnologi mempengaruhi berbagai pola hidup yang
praktis, begitupun kebiasaan hidup sehari-hari siswa yang bersekolah di perkotaan
dan pedesaan. Oleh sebab itu antara siswa yang bertempat tinggal di desa dan di
kota perlu diketahui kebugarannya melalui tes kebugaran jasmani. Seseorang yang
memiliki kebugaran jasmani yang baik maka dalam setiap aktifitasnya tidak akan
cepat mengalami kelelahan dan kesegaran fisiknya akan cepat pulih setelah
melakukan kegiatan. Begitupun siswa yang memiliki kebugaran jasmani yang
baik, maka siswa tidak akan cepat lelah saat belajar ataupun saat kegiatan diluar
sekolah.

22

Tingkat kebugaran jasmani adalah ukuran dari kesanggupan seseorang untuk
dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari. Semakin baik tingkat kebugaran
jasmani, maka tingkat kesanggupan untuk melaksanakan aktifitas cenderung
semakin baik terutama dari segi fisik ataupun stamina.

23

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode yang sesuai dan dapat
mengungkapkan suatu permasalahan yang akan dikaji kebenarannya,
penggunaan metode dalam penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan
penelitiannya. Metode penelitian mempunyai kedudukan yang sangat penting
dalam pelaksaan pengumpulan dan anlisis data.
Arikunto (2006:160) menjelaskan bahwa: “Metode penelitian adalah cara
yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian”.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Seperti dikatakan Sugiyono
(2013:15) bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci,
pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik
pengumpulan data dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induksi/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisasi.

24

B. Populasi dan Sampel Penelitian
Pada bagian ini, akan dijelaskan populasi penelitian dan sampel penelitian.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:80). Sedangkan
menurut (Arikunto 2006: 130) Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 25 Bandar Lampung dan
SMP Negeri 2 Way Jepara.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2013:80). Sedangkan menurut (Riduwan, 2011:56) sampel
adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang
akan diteliti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
“cluster random sampling”. Yang mana metode cluster random sampling/area
adalah teknik pengambilan sampel yang dipilih berdasarkan area-area tertentu
(Sugiyono, 2013:83).

Pemilihan SMP Negeri 25 Bandar Lampung karena SMP tersebut berada dalam
wilayah kota Bandar Lampung yang aktif dalam kegiatan keolahragaan seperti
O2SN dan pemilihan SMP Negeri 2 Way Jepara karena SMP tersebut berada
diwilayah pedesaan yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani, selain

25

itu SMP Negeri 2 Way Jepara juga merupakan salah satu sekolah yang aktif dalam
kegiatan olahraga dalam lingkup kecamatan.

Dalam pengambilan sampel yaitu dengan cara mengundi dari keseluruhan jenjang
kelas dari kelas VII-XI dan diambil satu jenjang kelas. Kemudian mengundi dari
jenjang kelas yang terpilih dan diambil satu kelas untuk masing-masing sekolah.
Pengambilan sampel jenjang kelas yaitu kelas VIII yang terdiri dari 8 kelas untuk
SMP Negeri 25 Bandar Lampung dan 4 kelas untuk SMP Negeri 2 Way Jepara.
Pengambilan sampel kelas terpilih kelas VIII C berjumlah 32 siswa dari SMP
Negeri 25 Bandar Lampung dan kelas VIII A berjumlah 30 siswa dari SMP
Negeri 2 Way Jepara yang selanjutnya akan menjadi sampel dalam penelitian ini.

C. Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional variabel penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kebugaran Jasmani
Definisi operasional kebugaran jasmani berdasarkan pada pendapat yang
dikembangkan oleh Giriwijoyo (2002) mengungkapkan, kebugaran jasmani
adalah keadaan kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi alat alat
tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu atau terhadap keadaan lingkungan yang
harus diatasi dengan cara yang efisien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah
pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya.

2. Kota
Definisi operasional kota menurut UU No 22/ 1999 Tentang Otonomi Daerah
Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan

26

pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

3. Desa
Definisi operasional desa menurut UU No 22 Tahun 1999, desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usuk dan adat istiadat setempat
yang diakui dalam sistim pemerintahan naisional dan berada didalam daerah
kabupaten.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam sebuah penelitian mutlak diperlukan untuk
memperoleh hasil dari penelitian yang dilakukan. Data yang diperoleh akan
menunjang terhadap hasil dari penelitian yang dilakukan. Semakin akurat
data yang diperoleh, maka akan dapat menghasilkan penlitian yang baik
pula. Sebaliknya jika data yang diperoleh tidak akurat, maka hasil penelitian juga
kurang baik. Teknik yang digunakan untuk proses pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah dengan Teknik trianggulasi, yaitu:

1. Dokumentasi

Dokumentasi untuk mengumpulkan data sekunder dari berbagai referensi seperti
buku literatur, surat kabar, arsip dan dokumen yang berhubungan dengan
penelitian. Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang tertulis,
metode dokumentasi berarti cara pengumpulan data dengan mencatat data-data
yang sudah ada. Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang

27

berupa cacatan buku, surat, transkip, majalah, agenda dan sebagainya.

Teknik atau studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan
arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil-dalil, atau
hukum-hukum dan lain-lain berhubungan dengan masalah penelitian. Dalam
penelitian kualitatif teknik pengumpulan data yang utama karena pembuktian
hipotesisnya yang diajukan secara logis dan rasional melalui pendapat, teori, atau
hukum-hukum, baik mendukung maupun menolak hipotesis tersebut.

2. Observasi
Observasi dilakukan memperoleh gambaran mengenai tingkat kebugaran jasmani
dan vo2max siswa. Sebagai metode ilmiah observasi dapat diartikan sebagai
pengamatan, meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan
menggunakan seluruh alat indra. Jadi observasi merupakan suatu penyelidikan
yang dilakukan secara sistematik dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat
indra terutama mata terhadap kejadian yang berlangsung dan dapat dianalisa pada
waktu kejadian itu terjadi.
Dibandingkan metode survey metode observasi lebih obyektif. Metode ini
dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap
fenomena yang akan diteliti. Dimana dilakukan pengamatan atau pemusatan
perhatian terhadap obyek dengan menggunakan seluruh alat indra, jadi
mengobservasi dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba
dan pengecap. Dalam penelitian ini diteliti secara langsung bagaimana tingkat
kebugaran jasmai siswi dengan menggunakan alat pengumpulan data yang berupa
rekaman, gambar, dan cacatan berkala.

28