PERBANDINGAN PROFIL TINGKAT KEBUGARAN JASMANI DAN PERILAKU SOSIAL ANTARA SISWA SMP DI DAERAH PEDESAAN DENGAN SISWA DI PERKOTAAN.

(1)

DENGAN SISWA DI PERKOTAAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Olahraga Rekreasi

Oleh:

MAULANA YUSUP 0901780

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKRASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PERBANDINGAN PROFIL TINGKAT

KEBUGARAN JASMANI DAN

PERILAKU SOSIAL ANTARA SISWA

SMP DI DAERAH PEDESAAN

DENGAN SISWA DI PERKOTAAN

Oleh Maulana Yusup

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga Kesehatan

© Maulana Yusup 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

0901780

PERBANDINGAN PROFIL TINGKAT KEBUGARAN JASMANI DAN PERILAKU SOSIAL ANTARA SISWA SMP DI DAERAH PEDESAAN

DENGAN SISWA DI PERKOTAAN.

Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I

Dr. Yunyun Yudiana, M.Pd NIP. 196506141990011001

Pembimbing II

Drs. Oom Rohmah, M.Pd NIP. 196005181987032003

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Drs. Mudjihartono, M.Pd NIP. 196508171990011001


(4)

ABSTRACT

Maulana Yusup, 0901780. The Comparison of Physical Fitness Level Profile and Social Behavior Between Junior High Students From The Village Area And Junior High Students From The Urban Area. Counselor I, Dr. Yunyun Yudiana, M.Pd. Counselor II, Drs. Oom Rohmah, M.Pd.

The aim of this research was to examine the level of physical fitness and social behavior between junior high students from the highlands area and junior high students from the urban area. Besides, this research was intended to discover the comparison of better physical fitness level between both of schools, and to find out the comparison of the social behavior from both of schools.

This research used Ex Post Facto research method and Probability Sampling technique. This was intended so that the members of the population had an equal chance to be the samples. The total 78 samples are from both of schools which mean 39 samples from each school. The instruments used in this research were Indonesia physical fitness level test and social behavior questionnaire test.

This research revealed that the category of physical fitness level of junior high students from the village area was good and the category of physical fitness level of junior high students from the urban area was enough. Furthermore, there were differences of students’ physical fitness level between both of schools, where the students from village area have a better physical fitness level. While for the social behavior, the students from village area categorized as very good and the students from urban area categorized as good.


(5)

ABSTRAK

Maulana Yusup. 0901780. Perbandingan Profil Tingkat Kebugaran Jasmani dan Perilaku Sosial antara Siswa SMP di Daerah Pedesaan dengan Siswa di Perkotaan. Pembimbing I Dr. Yunyun Yudiana, M.Pd. Pembimbing II Drs. Oom Rohmah, M.Pd.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani dan Perilaku Sosial antara Siswa SMP di Daerah Pedesaan dengan di Perkotaan. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat kebugaran jasmani yang lebih baik dari kedua Sekolah tersebut, serta untuk mengetahui perbandingan perilaku sosial pada kedua sekolah terebut.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode Ex post facto. Adapun pengambilan sampel memakai teknik Probability sampling. Hal ini dilakukan supaya semua anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel. Kemudian dari total sampel 78 orang tersebut dibagi rata kepada dua sekolah, sehingga masing-masing sekolah diambil sampel sebanyak 39 orang. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tingkat kebugaran jasmani indonesia dan tes angket perilaku sosial.

Dari hasil penelitian yang saya lakukan dari kedua sekolah tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat kebugaran jasmani siswa SMP di Daerah Pedesaan berada pada kategori nilai baik dan tingkat kebugaran jasamani siswa SMP di Perkotaan berada pada kategori nilai cukup.Terdapat perbedaan tingkat kebugaran jasmani siswa SMP dari kedua sekolah tersebut, dimana untuk saat ini siswa SMP di daerah Pedesaan memiliki tingkat kebugaran jasmani yang lebih baik.

Sedangkan dari perilaku sosialnya siswa SMP di Daerah Pedesaan berada pada kategori nilai Baik Sekali dan perilaku sosial siswa SMP di Perkotaan berada pada kategori baik. Terdapat perbedaan perilaku sosial siswa SMP dari kedua sekolah tersebut, dimana untuk saat ini siswa SMP di daerah Pedesaan memiliki perilaku sosial yang sangat baik. Jadi untuk saat ini perbandingan profil tingkat kebugaran jasmani dan perilaku sosial antara siswa SMP di daerah pedes aan lebih baik dari pada siswa di perkotaan.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

UCAPAN TERIMAKASIH ………... i

PERNYATAAN ………...………... iv

ABSTRAK ………..……… v

KATA PENGANTAR ……… vi

DAFTAR ISI……… vii

DAFTAR TABEL……… ix

DAFTAR GAMBAR……….. x

DAFTAR LAMPIRAN……….. xi

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Rumusan Masalah………. 10

C. Tujuan Penelitian………... 11

D. Manfaat Penelitian………. 11

E. Batasan Penelitian………. 12

F. Anggapan Dasar ….……….. 13

G. Penjelasan Istilah………..………. 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, dan HIPOTESIS PENELITIAN……….……… 17

A. Kajian Pustaka………..

1. Kebugaran Jasmani……….………. 2. Pengelompokan Kebugaran Jasmani..……… 3. Komponen Kebugaran Jasmani………. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebugaran Jasmani…....

17 17 20 20 32


(7)

B. Perilaku Sosial …..……….. 1. Pengertian Perilaku Sosial …..……… 2. Bentuk Perilaku Sosial………..………... 3. Faktor-faktor yang dapat membentuk Perilaku Sosial.…...

35 35 39 42

C. Hakikat Siswa SMP………. 44 D. Daerah pedesaan…...………..………….

1. Masyarakat di Daerah Pedesaan………..……… 2. Ciri-ciri Masyarakat Pedesaan………. 3. Mata Pencaharian Masyarakat pedesaan di dataran tinggi…. 4. Kegiatan Masyarakat Pedesaan.……….. 5. Kebudayaan Masyarakat di Daerah Pedesaan………. .……..

46 49 51 53 54 55 E. Perkotaan……….

1. Masyarakat Perkotaan……….. 2. Ciri-ciri Masyarakat Kota………. 3. Mata Pencaharian Masyarakat Perkotaan……… 4. Kegiatan Masyarakat di Perkotaan……….. 5. Kebudayaan Masyarakat di Perkotaan………. 6. Gaya Hidup Masyarakat Perkotaan (Urban)………..

57 57 59 61 62 63 64 F. Kerangka Pemikiran……… 65 G. Hipotesis Penelitian………. 70

BAB III METODE PENELITIAN……… 71

A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian………

1. Lokasi………... 2. Populasi……… 3. Sampel……….. 71 71 71 73

B. Desain Penelitian……….

1. Jadwal Penelitian……….. 74 77 C. Metode Penelitian……… 78 D. Definisi Operasional……… 80 E. Instrumen Penelitian….………. 80


(8)

1. Instrumen untuk mengukur perilaku sosial siswa……… 2. Instrumen untuk mengukur tingkat kebugaran jasmani siswa

SMP………..

3. Uji Coba Angket………..

81 89 100 F. Proses Pengembangan Instrumen………..

1. Uji Validitas Instrumen Penelitian……….. 2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian………..

102 103 104

G. Teknik Pengumpulan Data dan Alasan Rasionalnya………. 105

H. Analisis Data………... 105

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA………. 111

A. Hasil Penelitian 1. Pengolahan atau Analisis Data.……….. 111

a. Data Mentah Hasil Penelitian……….……….. 111

1). Data Tes Kebugaran Jasmani………..……... 111

2). Data Tes Perilaku Sosial………. 113

2. Pembahasan atau Analisis Temuan……… 116

B. Pembahasan atau Analisis Temuan..………. 123

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 128

A. Kesimpulan……….. 128

B. Saran……… 129

DAFTAR PUSTAKA……….. 130


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Pengambilan Jumlah Populasi……….……….... 73

Tabel 3.2 Pengambilan Jumlah Sampel..………. 74

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian…………..………... 77

Tabel 3.4 Ketentuan Pemberian Skor pada Angket Perilaku Sosial siswa melalui model skala Linkert………. 83

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Perilaku Sosial.……… 84

Tabel 3.6 Pernyataan Berdasarkan Indikator Pembelajaran Penjas..… 85

Tabel 3.7 Tabel nilai tes kebugaran jasmani indonesia lari 50 meter... 98

Tabel 3.8 Tabel nilai tes kebugaran jasmani indonesia angkat tubuh 60;30 detik………....………... 98

Tabel 3.9 Tabel nilai tes kebugaran jasmani indonesia Baring duduk 60 detik………...………. 99

Tabel 3.10 Tabel nilai tes kebugaran jasmani indonesia Loncat Tegak. 99 Tabel 3.11 Tabel nilai tes kebugaran jasmani indonesia Lari Jauh 1000;800 meter………..……… 99 Tabel 3.12 Norma tes kebugaran jasmani indonesia……….. 100

Tabel 3.13 Konversi Nilai……..……….. 106

Tabel 3.14 Kategori Kemampuan………. 106

Tabel 4.1 Kriteria skor………. 113

Tabel 4.2 Hasil data perilaku Sosial Siswa SMPN 2 Cikajang-Garut…. 114 Tabel 4.3 Hasil data perilaku Sosial Siswa SMPN 45 Bandung…..…. 114


(10)

Tabel 4.5 Uji Normalitas Data………. 117 Tabel 4.6 Uji Homogenitas……….. 117


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Desain Penelitian……….. 75 Gambar 3.2 Langkah-langkah Penelitian….……… 76 Gambar 3.3 Diagram persentase subvariabel tes kebugaran jasmani

antara siswa SMP di daerah pedesaan dengan di perkotaan. 112 Gambar 3.4 Diagram persentase subvariabel perilaku sosial antara


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Angket Uji Coba……….………...

Lampiran 2. Angket Penelitian………..

Lampiran 3. Lembar Tes Kebugaran Jasmani……….. Lampiran 4. Uji Validitas Instrumen Angket Perilaku Sosial…..……… Lampiran 5. Pengujian Reliabilitas secara internal dengan menggunakan

teknik belah dua dari spearman brown….………...

Lampiran 6. Korelasi skor total ganjil dan genap..……….... Lampiran 7. Data nilai perilaku sosial siswa .……….. Lampiran 8. Data skor tes tingkat kebugaran jasmani indonesia

siswa SMPN 45 kota bandung kelas viii……….. Lampiran 9. Data skor tes tingkat kebugaran jasmani indonesia

siswa SMPN 2 Cikajang Garut kelas viii……….. Lampiran 10. Hasil rata-rata, kategori dan konversi nilai tes tingkat

kebugaran jasmani siswa SMPN 45 bandung kelas viii….. Lampiran 11. Hasil rata-rata, kategori dan konversi nilai tes tingkat

kebugaran jasmani siswa SMPN 2 Cikajang kelas viii…… Lampiran 12. Uji Normalitas ( TKJI SMPN 2 Cikajang Garut).…………. Lampiran13. Uji Normalitas ( TKJI SMPN 45 Bandung)…….…………. Lampiran 14. Uji Normalitas (Perilaku Sosial SMPN 2 Cikajang Garut).. Lampiran 15. Uji Normalitas (Perilaku Sosial SMPN 45 Bandung)……... Lampiran 16 Uji Homogenitas Tes kebugaran Jasmani……… Lampiran 17 Uji Homogenitas Perilaku Sosial……….. Lampiran 18 Dokumentasi Foto tes uji coba angket perilaku sosial…….


(13)

Lampiran 19 Dokumentasi foto persiapan sebelum tes kebugaran

jasmani di SMPN 45 Bandung………..…….

Lampiran 20 Dokumentasi foto tes angket perilaku sosial SMP di

Perkotaan……..……….

Lampiran 21 Dokumentasi foto tes kebugaran jasmani vertical jump

SMP di Perkotaan………..……

Lampiran 22 Dokumentasi foto tes kebugaran jasmani sit up dan pull up

SMP di Perkotaan ….………..

Lampiran 23 Dokumentasi foto persiapan sebelum tes kebugaran

jasmani SMP di Daerah Pegunungan………..…….

Lampiran 24 Dokumentasi foto tes angket perilaku sosial SMP di

Daerah Pedesaan.……….

Lampiran 25 Dokumentasi foto tes kebugaran jasmani vertical jump SMP di Daerah Pedesaan….….….………..…… Lampiran 26 Dokumentasi foto tes kebugaran jasmani sit up SMP di

Daerah Pedesaan………..

Lampiran 27 Surat Keputusan……….

Lampiran 28 Surat Izin Penelitian……….. Lampiran 29 Surat Keterangan telah mengadakan penelitian…………..


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia tidak akan terlepas dari aktivitas. Aktivitas merupakan suatu kegiatan atau kebutuhan yang dibutuhkan oleh individu maupun kelompok, karena sangat menguntungkan baik dalam segi materil maupun moril. Kebutuhan yang belum tercapai atau dirasa masih kurang, akan memacu individu ataupun kelompok terus berusaha untuk mencapai titik kepuasannya, karena memang itu merupakan sifat dasar manusia. Aktivitas sangat berhubungan dengan kegiatan fisik, seperti berjalan, menulis, makan, sampai tidur pun berhubungan dengan fisik.

Kondisi fisik seseorang terkait erat dengan kesehatan dan kebugaran jasmani. Salah satu cara untuk mendapatkan kondisi fisik yang baik adalah melalui kegiatan olahraga yang teratur dan sesuai dengan keadaan tubuh tiap individu. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kosasih (1993:21), bahwa :

“Olahraga merupakan alat ampuh untuk pembentukan fisik dan mental bangsa”. Dengan sering berolahraga, maka aktivitas sehari-hari juga akan terasa ringan saat melakukannya. Target dalam melakukan suatu aktivitas atau kegiatan adalah mencapai kepuasan tertinggi.

Ilmu pengetahuan dalam bidang olahraga sampai saat ini selalu berubah, karena olahraga merupakan suatu fenomena sosial yang semakin berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimana olahraga akan semakin dibutuhkan banyak orang sebagai penyeimbang kelangsungan hidup atau untuk memelihara keseimbangan hidup. Berdasarkan penjelasan di atas sudah jelas, bahwa olahraga akan berkembang dengan pesat sesuai dengan kebutuhan individu maupun kelompok.


(15)

Kegiatan olahraga merupakan kegiatan yang tiada putus–putusnya, bahkan dapat dikatakan bahwa olahraga sudah merupakan suatu bagian dari kegiatan hidup manusia. Olahraga sudah merupakan kebutuhan hidup manusia. Dengan berolahraga terutama olahraga kesehatan akan dapat memelihara dan meningkatkan derajat hidup manusia. Tanpa melakukan olahraga secara rutin akan terjadi penurunan kesehatan dan memperbesar kemungkinan terserang penyakit non infeksi seperti demam, flu, batuk, dan lain sebagainya.

Seiring dengan kemajuan zaman dan teknologi yang semakin canggih dewasa ini, orang-orang telah berfikir maju dan memandang sesuatu dengan mudah, maksudnya ingin praktis. Sehingga den gan adanya fikiran tersebut maka masyarakat cenderung kurang melakukan aktivitas gerak fisik yang menyebabkan mudah terserang berbagai penyakit jantung, kolesterol, paru-paru, hipertensi dan berbagai penyakit lainnya.

Agar tubuh mencapai keadaan bugar diperlukan aktifitas fisik yang berupa olahraga. Kemampuaan fisik yang tinggi diperlukan oleh semua orang diantaranya anak-anak, remaja dan dewasa apabila mereka memiliki kebugaran jasmani yang tinggi, maka mereka akan mampu beraktivitas sehari-hari dengan waktu yang relative lama dibandingkan dengan mereka yang memiliki aktifitas fisik rendah.

Untuk dapat mengembangkan kemampuaan fisik, banyak cara yang dapat dilakukan seperti halnya dengan berolahraga. Dalam dunia pendidikan formal sekolah secara langsung mengelola proses pendidikan jasmani. Sekolah membawa amanat bangsa mewujudkan calon kader generasi muda yang tangguh, bersih, disiplin, taat pada ajaran agama, memiliki wawasan pengetahuaan dan rasa kebangsaan. Hal ini sebagaimana tercantum dalam tap MPR no 11/1993 tentang tujuan pendidikan nasional sebagai berikut :

Pendidikan nasional bertujuaan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berbudi perketi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, professional, bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.


(16)

Upaya untuk mencapai tujuan pendidikan seperti tercantum dalam tujuan pendidikan nasional tersebut di atas, sekolah memerlukan susunan atau acuan yang dapat di jadikan landasan dalam penyelengaraan pendidikan dalam hal ini dapat terjawab dengan adanya kurikulum sekolah yang wajib dilaksanakan di setiap jenjang dan tingkat pendidikan, baik dalam kegiatan intrakulikuler maupun ekstrarikuler. Pendidikan jasmani dalam lingkup pendidikan nasional pada saat ini tidak terlepas dari suatu keyakinan terhadap nilai-nilai pendidikan jasmani yang terkandung di dalamnya dan tidak hanya aspek fisik yang menjadi alat pendidikan namun bersamaan dengan itu berkembang pula aspek mental, emosional, sosial yang serasi dengan tahapan-tahapan perkembangannya.

Pada umumnya setiap orang akan setuju bahwa dalam diri manusia bukan aspek jasmani saja yang berperan, tetapi juga aspek jiwa atau rohani memilki peran dalam hidup manusia. Jasmani manusia dapat dilihat secara jelas atau konkrit, sedangkan jiwa tidak dapat diamati secara langsung. Untuk mengamati aspek jiwa adalah dari perilaku manusia misalnya, seseorang dalam melalukan suatu kegiatan antara lain sungguh-sungguh, semangat, memilki perasaan gembira melalui tertawa dan raut muka yang cerah. Aspek jasmani dan rohani merupakan satu kesatuan dalam diri manusia dalam melakukan suatu kegiatan. Selaras dengan penjelasan Harsono (1988:242) sebagai berikut: “Manusia adalah kesatuan dari jiwa dan raga, satu psychomatic unity, yang satu dengan yang lainnya selalu akan saling pengaruh mempengaruhi.” Pengaruh yang dirasakan oleh jiwa akan pula berpengaruh terhadap raga kita, demikian pula sebaliknya.

Manusia yang sehat merupakan sumber daya yang dibutuhkan dalam pembangunan oleh karena itu olahraga perlu dimasyarakatkan dan ditingkatkan sebagai cara pembinaan jasmani dan rohani bagi setiap anggota masyarakat. kemudian di dukung pula oleh anjuran pemerintah dengan gerakan Paji Olahraga Nasional yaitu : “Memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat”, sehingga dengan olahraga tersebut diharapkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani akan meningkat.


(17)

Oleh karena itu, kebugaran jasmani yang tinggi diperlukan oleh anak usia sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai sekolah menengah. Memiliki kebugaran jasmani yang tinggi, siswa mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan siswa yang memiliki kebugaran jasmani yang rendah. Seperti yang ditulis oleh Karhiwikarta, (1991) : “ Kebugaran Jasmani pada hakikatnya merupakan suatu kondisi tubuh yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dengan baik maupun melakukan pekerjaan yang tidak terduga.” Kebugaran jasmani mempunyai arti penting bagi anak usia sekolah, antara lain dapat meningkatkan fungsi organ tubuh, sosial emosiaonal, sportivitas, dan semangat kompetisi. Bahkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa : kebugaran jasmani mempunyai hubungan positif dengan prestasi akademis ( Iskandar, dkk : 1999).

Tingkat kebugaran jasmani sangat diperlukan guna mendukung aktivitas sehari-hari sehingga orang memiliki tingkat kebugaran yang baik tidak akan memiliki kelelahan yang berarti. Oleh karena itu semua aktivitas manusia menuntut kebugaran jasmani.

Hal ini sesuai dengan pendapat Giriwijoyo (2007:22) sebagai berikut:

Semua bentuk kegiatan manusia selalu memerlukan dukungan fisik jasmani, sehingga masalah kemampuan fisik/jasmani merupakan faktor dasar bagi setiap aktivitas manusia. Oleh karena itu untuk setiap aktivitas kita sehari-hari, minimal kita harus mempunyai kemampuan fisik/jasmani yang selalu mampu mendukung tuntutan aktivitas itu dan tentu saja lebih baik lagi bila kita memiliki pula cadangannya. Adanya kemampuan fisik melebihi kebutuhan minimal, menjamin kelancaran tugas dan kesejahteraan diri dan keluarganya, karena ia masih mempunyai kemampuan untuk melakukan tugas ekstra dan tugas/ perhatian bagi keluarganya sepulang kerja, bukannya langsung tidur saja oleh karena sudah kehabisan tenaga.

Sementara itu pendidikan jasmani menurut Agus Mahendra (2009:21) ialah: Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses penndidikan. Artinya, penjas bukan hanya dekorasi atau ornamen yang di tempel pada


(18)

program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibu. Tapi penjas adalah bagian penting dari pendidikan. Melalui penjas yang diarahkan dengan baik, anak akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pemanfaatan waktu senggang, teribat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbangkan pada kesehatan fisik dan mentalnya.

Definisi di atas mennjukan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak bisa di pisahkan dari pendidikan umum.

Sedangkan pendidikan jasmani menurut para ahli seperti William (dalam: Abduljabar, 2010:3) “pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih sehingga dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.”

Sementara itu menurut Hetherington (dalam: Abduljabar, 2010:7) seseorang yang terdidik secara jasmani memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Menunjukan kompetensi dalam keterampilan gerak dan pola-pola gerak yang diperlukan untuk menampilkan berbagai aktivitas jasmani

2. Menunjukan pemahaman tentang konsep gerak, prinsip, strategi, dan taktik ketika siswa menerapkan dalam belajar dan penampilan aktivitas jasmani

3. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani secara teratur

4. Mencapai dan memelihara peningkatan tingkat kebugaran jasmani terkait kesehatan

5. Menunjukan tanggung jawab dan sikap respek personal dan sosial dalam setting aktivitas jasmani; dan

6. Memperoleh nilai-nilai keuntungan aktivitas jasmani seperti: kesehatan, keriangan, stimulasi, ekspresi diri, dan interaksi sosial (NASPE, 2004)

Sekolah adalah salah satu wahana untuk mengembangkan dan mencapai tujuan pendidikan melalui proses pendidikan yang menyatu karena pengembangan ranah


(19)

pengetahuan, keterampilan serta sikap dan nilai untuk pengembangan kepribadian dan perwujudan dari peserta didik.

Sekolah sebagai pendidikan formal memiliki tingkatan atau jenjang yang teratur, yaitu mulai dari tingkatan dasar sampai dengan tingkat atas meliputi Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtida’iyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), atau Madrasah Aliyah (MA). Masing-masing jenjang memiliki tujuan pendidikan yang berbeda-beda, namun mengacu pada tujuan yang sama yaitu tujuan pendidikan nasional.

Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan individu yang sedang mengalami transisi terutama dalam prilaku yang dipengaruhi oloeh perkembangan psikologis dan sosial. Masa ini tergolong pada masa menuju remaja, sehingga pertumbuhan dan perkembngannya sesuai dengan tugas perkembangan remaja. Masa ini merupakan masa yang terbaik untuk diberdayakan melalui aktivitas-aktivitas jasmani, karena tingkat pertumbuhan dan perkembangannya pada masa ini relative tinggi. Hal ini diperjelas oleh pendapat Nadisah (1991:32) bahwa: “Adolesensi atau remaja berusia adalah individu-individu yang berusia 10 sampai 18 tahun untuk perempuan atau 12 sampai 20 tahun untuk anak laki-laki. Masa Adolesensi merupakan masa transisi tau peralihan dari masa kanak-kanak untuk menjadi dewasa.”

Mengutip pendapat Barnet dalam Leny Marliani,2010:75; dari Tesis yang ditulis ibu Oom Rohmah, 2010:12) menunjukan bahwa”. . . .keterampilan sosial sebagai keuntungan melalui interaksi bermain seperti kerjasama, saling membantu, berbagi dan sukses memecahkan masalah sosial.” Dalam kontek pembelajaran penjas, kecenderungan prilaku peran akan meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kesempatan siswa untuk tampil di depan teman-temannya. Kecenderungan prilaku dalam hubungan sosial akan semakin berkembang apabila guru penjas mampu menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang sifatnya berkelompok.


(20)

Disekolah anak tidak hanya bertemu, bertatap muka, berinterkasi pada saat proses pembelajaran di kelas saja, begitupun di rumah juga tidak hanya berkmpul dengan keluarga, tetapi dimanapun dan kapanpun mereka akan saling berinteraksi dengan siapapun baik itu teman sebaya ataupun diatas usianya.

Sebagai makhluk sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayatnya senantiasa berhubungan dengan individu lainnya atau dengan kata lain melakukan relasi interpersonal. Dalam relasi interpersonal itu ditandai dengan berbagai aktivitas tertentu, baik aktivitas yang dihasilkan berdasarkan naluriah semata atau justru melalui proses pembelajaran tertentu. Perilaku sosial amat sangat di butuhkan oleh anak terhadap lingkunagnnya. Mengutip pendapat Krech et al (1982) dari Tesis yang ditulis ibu Oom Rohmah (2010:13), menyatakan ada 12 sifat respon antar pribadi yang di klasifikasi kedalam tiga kategori yaitu:

a) Role dispositions (kecenderungan prilaku peran) terdiri dari:

a) Ascendance (social timidity). Sifat pemberani dan pengecut secara sosiali. b) Dominance (submissiveness). Sifat berkuasa dan dan sifat patuh.

c) Social initiative (social passivity). Sifat inisiatif dan pasif secara sosial. d) Independence (dependence). Sifat mandiri dan tergantung.

b) Sociometric dispositions (kecenderungan prilaku dalam hubungan sosial) terdiri dari:

a) Accepting of other (rejecting of other). Dapat diterima dan ditolak oleh orang lain.

b) Sociability (unsociability). Suka bergaul atau tidak suka bergaul. c) Friendliness (unfriendliness). Sifat ramah dan tidak ramah. d) Sympathetic (unsympathetic). Simpatik dan tidak simptik.

c) Expressive dispositions (kecenderungan prilaku ekspresif) terdiri dari:

a) Competitiveness (non competitiveness). Sifat suka bersaing dan tidak suka bersaing (kerjasama).

b) Aggressiveness (non aggressiveness). Sifat agresif dan tidak agresif. c) Self consciousness (social pois). Sifat kalem atau tenang secara sosial.


(21)

d) Exhibitionistic (self effacing). Sifat suka pamer atau menonjolkan diri. Sedangkan menurut Surjono Sukamto (1982), perilaku sosialnya mengatakan bahwa ciri-ciri khas desa berdasarkan kondisi masyarakatnya,antara lain:

a. Warga masyarakat pedesaan memiki hubungan kekerabatan yang kuat, karena umumnya berasal dari satu keturunan. Karena itu biasanya dalam suatu wilayah pedesaan, antara sesama warga masyarakat masih memiliki hubungan keluarga atau saudara.

b. Karena mereka berasal dari satu keturunan, maka corak kehidupannya bersifat gameinschaft, yaitu diikat oleh sistem kekeluargaan yang kuat. Selain itu penduduk desa juga merupakan masyarakat yang bersifat face to face group, artinya bahwa antara penduduk yang satu dengan yang lainnya saling mengenal.

Dari penjelasan diatas kemungkinan besar perilaku sosial siwa SMP di daerah pegunungan lebih baik, karena kebesamaanya, kerukunannya dan kekeluargaannya yang cukup kuat.

Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan makhluk hidup yang meliputi muka bumi dan proses-proses yang membentuknya. Demikian juga geografi mempelajari hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Dalam geografi, dikaji fenomena geosfer melalui tiga pendekatan, yaitu: pendekatan keruangan, ekologi, kompleksitas wilayah. Fenomena geosfer pada hakikatnya terdiri dari tiga paham utama, seperti yang dikemukakan oleh Arfie (2009) bahwa :

Kemampuan fenomena geosfer pada hakikatnya ada tiga paham utama, yaitu: a. Paham deterministic ( faktor alam mempengaruhi manusia ) b. Posibilistik ( faktor manusia mempengaruhi alam ) c. Probalistik ( faktor alam dan manusia sama-sama memberikan kemungkinan terbentuknya fenomena geosfer).

Paham deterministik merupakan paham yang berpendapat bahwa faktor alam dapat mempengaruhi manusia. Dalam kaitannya dengan paham deterministik ada kemungkinan alam dapat mempengaruhi kehidupan manusia, tidak hanya terhadap


(22)

kebiasaan, karakter, serta kebudayaan saja, bahkan lebih jauh lagi ada kemungkinan dapat berpengaruh terhadap tingkat kebugaran jasmani.

Lingkungan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, keduanya merupakan satu kesatuan yang terintregasi satu sama lain. Terdapat banyak perbedaan antara satu daerah dengan daerah lainnya baik dari segi ketinggian , medan alam, suhu, iklim, bahkan jenis topografi alamnya.

Kebugaran jasmani menurut ahli faal sebagai kemampuan seseorang untuk melakukan satu tugas khas yang memerlukan kerja muskular di mana kecepatan dan ketahanan merupakan kriteria utama.Kebugaran jasmani dapat memberikan kemudahan pada seseorang dalam melakukan serangkaian tugas gerak tubuhnya yang menjadi bagian aktivitas dalam hidupnya. Giriwijoyo, dkk (2004:21) menjelaskan sebagai berikut :

Kebugaran jasmani adalah keadaan kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu dan/atau terhadap keadaan lingkungan yang harus diatasi dengan cara yang efesien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya.

Tingkat kebugaran jasmani orang yang berada di daerah pegunungan ada kemungkinan lebih tinggi di bandingkan dengan orang-orang yang berada di daerah perkotaan, kebugaran jasmani sangat berhbungan dengan ergosistema primer dan ergosistema sekunder karena dua hal tersebut merupakan komponen dari kebugaran jasmani seperti yang dikemukakan oleh Santosa Giriwijoyo (149 : 2007) bahwa :

Dilihat dari sudut pandang ilmu faal olahraga, komponen kebugaran jasmnai terdiri dari : kemampuan/kualitas dasar ES I:kelentukan (fleksibility), kekuatan otot, daya tahan otot, koordinasi fungsi otot, dan kemampuan/ kualitas dasar ES II: daya tahan umum/ketahanan fisik fungsional.

Dari kutipan di atas dapat diuraikan bahwa komponen kebugaran jasmani merupakan kualitas kemampuan dari ergosistema primer dan ergosistema sekunder,


(23)

sedangkan motor ability atau kemampuan gerak dasar ditentukan oleh komponen-komponen ergosistema primer dan ergosistema sekunder.

SMPN 2 Cikajang Garut yang kegiatan pembelajaran penjasnya mengacu kepada kurikulum yang dibuat pemerintah, akan tetapi yang membedakannya adalah sekolah mereka berada pada ketinggian, mayoritas penduduk di pegunungan bekerja sebagai pemetik teh dan petani yaitu suatu pekerjaan yang dilakukan di lading sawah untuk bercocok tanam yang dimana untuk sampai ketempat meraka harus berjalan kaki melewati bukit dan pematang sawah ataupun perkebunan teh.

Sedangkan di SMPN 45 Bandung kegiatan pembelajaran penjasnya sama halnya seperti sekolah-sekolah umum lainnya, mengacu kepada program pemerintah. Faslitas-fasilitas yang sudah lumayan kumplit untuk sebuah sekolah menengah pertama di daerah bandung, untuk menunjang semua kebutuhan siswa-siswi dalam pembelajaran penjas, ditambah guru-gurunya yang sudah bersertivikasi mengubah antusiasme siswa-siswi menjadi lebih besemangat mengikuti pembelajaran penjas di SMPN 45 Bandung.

Mengacu kepada latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis ingin meneliti tentang “Perbandingan Profil Tingkat Kebugaran Jasmani Dan Perilaku Sosial Antara Siswa Smp Di Daerah Pedesaan Dengan Siswa Di Perkotaan.” B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka permasalahan dapat diidentifikasi yakni:

1. Apakah terdapat perbedaan tingkat kebugaran jasmani antara siswa SMP di daerah pedesaan dengan di perkotaan?

2. Apakah terdapat perbedaan Perilaku Sosial antara siswa SMP di daerah pedesaan dengan di perkotaan?

3. Apakah terdapat perbedaan tingkat kebugaran jasmani dan perilaku sosial antara siswa SMP di daerah pedesaan dengan di perkotaan?


(24)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan jawaban yang telah dirumuskan mengacu pada latar belakang dan rumusan masalah yang peneliti ajukan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat kebuagaran jasmani antara siswa di daerah pedesaan dan perkotaan.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat perilaku sosial antara siswa di daerah pedesaan dan perkotaan.

3. Untuk mengetahui siswa manakah yang lebih baik kebuagaran jasmani dan perilaku sosial antara siswa di daerah pedesaan dan perkotaan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pihak lainnya. Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, maka manfaat yang diharapkan oleh penulis melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Dengan adanya penelitian ini, penulis dapat mengetahui tingkat kebugaran jasmani dan perilaku sosial siswa di tiap-tiap sekolah dasar dan juga sebagai penambahan pengetahuan bagi penulis.

2. Bagi Siswa SMP

Untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan atau tingkat kebugaran jasmani dan perilaku sosialnya. Sebagai bahan kesiapan bagi siswa agar lebih paham mengenai tingkat kebugaran jasmani dan kemampuan masing-masing siswa untuk bersosialisasi pada setiap daerah.

3. Bagi Lembaga

Hasil penelitian ini merupakan bahan rujukan dan masukan bagi mahasiswa dalam menyelesaikan studi.


(25)

4. Bagi Sekolah

Sebagai bahan pertimbangan pihak sekolah untuk memperhatikan dan memanfaatkan lingkungan sebagai sarana peningkatan kebugaran jasmani bagi siswa dan mengerti keadaan siswa sesuai dengan kondisi lingkungannya. 5. Bagi Guru

Bahan pengetahuan dan wawasan dalam mengajar dan mengetahui karakter para siswa.

E. Batasan Masalah

Agar ruang lingkup penelitian ini menjadi terarah pada tujuan yang akan dicapai, maka penelitian ini hanya terbatas pada:

1. Perbandingan tingkat kebugaran jasmani siswa SMPN 2 Cikajang Garut dan siswa SMPN 45 Bandung.

2. Pengaruh perilaku sosial dari setiap siswa di masing-masing sekolah?

3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat kebuagaran jasmani dan perilaku sosialantara siswa di daerah pedesaan dan perkotaan.

4. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 2 Cikajang Garut dan siswa SMPN 45 Bandung.

5. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII dari setiap sekolah. 6. Penelitian ini mengarah pada mengetahui tingkat kebugaran jasmani siswa

SMPN 2 Cikajang Garut dan siswa SMPN 45 Bandung. 7. Lokasi penelitian:

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah SMPN 2 Cikajang Garut JL. Ngamplang Kp. Kubang Badak Kec. Cikajang Kab. Garut dan SMPN 45 Bandung jl. Yogyakarta No. 01 Antapani Bandung.

8. Metode yang digunakan adalah metode ex post facto.

9. Intrumen penelitian menggunakan Tes Kebugaran Jasmani Indonesia untuk kebugaran jasmani dan Tes Angket untuk perilaku sosial.


(26)

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar diperlukan sebagai pegangan dalam proses penelitian, anggapan dasar merupakan suatu titik tolak pendapat dalam melihat suatu bahasa dengan menelusuri gejala yang akan diamati dalam suatu penelitian atau sebagai titik tolak dari proses yang dilakukan dalam penelitian dan harus didasarkan atas kebenaran yang telah diyakini oleh para peneliti. Dalam hal ini Arikunto (2006: 24) menjelaskan bahwa “Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti didalam melaksanakan penelitiannya.”

Setiap manusia berhak memiliki kebugaran jasmani, karena dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia harus menjalaninya dengan keadaan tubuh yang bugar agar tidak terjadi keletihan yang berlebihan, seperti yang diungkapkan oleh Dwiyogo dan Sulistyorini (1994:10), bahwa:“Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk dapat melakukan tugas sehari-hari dengan semangat, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan, dan dengan penuh energi melakukan dan menikmati kegiatan waktu luang.”

Yang dikatakan oleh Rika Haryanto bagian ilmu faal Fakultas Kedokteran atma jaya, bahwa:

“Dasar pemikiran mengapa berlatih diketinggian dapat meningkatkan prestasi, hal ini adalah kapasitas aerobik yaitu keadaan hipoksia. Hipoksia yang terjadi di ketinggian diduga dapat merangsang pembentukan eritrosit sehingga meningkatkan kapasitas angkut oksigen. Dengan peningkatan kapasitas angkut oksigen, maka kapasitas aerobik meningkat.”

Dengan begitu kebugaran jasmani tiap individu di daerah pedesaan akan tetap terjaga bahkan meningkat.

Apabila melihat penduduk di daerah ini yang cukup padat dan ruang gerak yang sempit, sehingga tingkat mobilitas jasmani mereka akan lebih kurang jika di bandingkan dengan individu-invidu yang berada di daerah pegunungan. Secara tidak


(27)

sadar akan mempengaruhi anak untuk melakukan tugas gerak demi mencapai kebugaran jasmani dan motor ability yang baik.

Aktivitas siswa yang berada didaerah pedesaan akan berbeda dengan aktivitas siswa yang berada di perkotaan, oleh karena itu ada kemungkinan perbedaan aktivitas tersebut dapat berpengaruh terhadap motor ability mereka karena secara tidak langsung aktivitas mereka merupakan bagian dari suatu proses latihan.

Dari pembahasan diatas terlihat bahwa penduduk di daerah pedesaan lebih baik tingkat kebugaran jasmaninya di bandingkan dengan tingkat kebugaran jasmani penduduk di perkotaan.

Sedangkan untuk prilaku sosialnya Surjono Sukamto (1982). Mengatakan bahwa ciri-ciri khas desa berdasarkan kondisi masyarakatnya,antara lain:

a. Warga masyarakat pedesaan memiki hubungan kekerabatan yang kuat, karena umumnya berasal dari satu keturunan. Karena itu biasanya dalam suatu wilayah pedesaan, antara sesama warga masyarakat masih memiliki hubungan keluarga atau saudara.

b. Karena mereka berasal dari satu keturunan, maka corak kehidupannya bersifat gameinschaft, yaitu diikat oleh sistem kekeluargaan yang kuat. Selain itu penduduk desa juga merupakan masyarakat yang bersifat face to face group, artinya bahwa antara penduduk yang satu dengan yang lainnya saling mengenal.

Wirth, mendifinisikan kota sebagai “pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya. Akibatnya hubungan sosialnya menjadi longgar acuh dan tidak pribadi (impersonal relation).

Sedangkan zoelyer berpendapat bahwa dalam interaksi pada masyarakat perkotaan lebih kita kenal dengan yang namanya gesseslchaft yaitu kelompok patembayan. Yang mana ada hubungan timbal balik dalam bentuk perjanjian-perjanjian tertentu yang orientasinya adalah keuntungan atau pamrih. Sehingga hubungan yang terjadi hanya seperlunya saja.


(28)

Dari pembahasan diatas terlihat bahwa penduduk di daerah pedesaan lebih baik tingkat kebugaran jasmaninya dan perilaku sosialnya di bandingkan dengan tingkat kebugaran jasmani dan perilaku sosial penduduk di perkotaan.

G. Penjelasan Istilah

Berikut merupakan beberapa istilah yang di gunakan dalam penelitian, yaitu: 1. Tingkat kebugaran jasmani menurut Karhiwikarta, (1991) : “ Kebugaran Jasmani

pada hakikatnya merupakan suatu kondisi tubuh yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dengan baik maupun melakukan pekerjaan yang tidak terduga.” Kebugaran jasmani mempunyai arti penting bagi anak usia sekolah, antara lain dapat meningkatkan fungsi organ tubuh, sosial emosiaonal, sportivitas, dan semangat kompetisi. Bahkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa : kebugaran jasmani mempunyai hubungan positif dengan prestasi akademis ( Iskandar, dkk : 1999).

2. Perilaku sosial amat sangat di butuhkan oleh anak terhadap lingkunagnnya. Mengutip pendapat Krech et al (1982) dari Tesis yang ditulis ibu Oom Rohmah (2010:13), menyatakan ada 12 sifat respon antar pribadi yang di klasifikasi kedalam tiga kategori yaitu:

a) Role dispositions (kecenderungan prilaku peran) terdiri dari:

1) Ascendance (social timidity). Sifat pemberani dan pengecut secara sosiali. 2) Dominance (submissiveness). Sifat berkuasa dan dan sifat patuh.

3) Social initiative (social passivity). Sifat inisiatif dan pasif secara sosial. 4) Independence (dependence). Sifat mandiri dan tergantung.

b) Sociometric dispositions (kecenderungan prilaku dalam hubungan sosial) terdiri dari:

1) Accepting of other (rejecting of other). Dapat diterima dan ditolak oleh orang lain.


(29)

2) Sociability (unsociability). Suka bergaul atau tidak suka bergaul. 3) Friendliness (unfriendliness). Sifat ramah dan tidak ramah. 4) Sympathetic (unsympathetic). Simpatik dan tidak simptik.

c) Expressive dispositions (kecenderungan prilaku ekspresif) terdiri dari:

1) Competitiveness (non competitiveness). Sifat suka bersaing dan tidak suka bersaing (kerjasama).

2) Aggressiveness (non aggressiveness). Sifat agresif dan tidak agresif. 3) Self consciousness (social pois). Sifat kalem atau tenang secara sosial. 4) Exhibitionistic (self effacing). Sifat suka pamer atau menonjolkan diri. 3. “Daerah pegunungan adalah wilayah yang berbukit-bukit dengan keetinggian di

atas 500 mdpl. Supriatna (2006:3).” Lingkungan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, keduanya merupakan satu kesatuan yang terintregasi satu sama lain. Terdapat banyak perbedaan antara satu daerah dengan daerah lainnya baik dari segi ketinggian , medan alam, suhu, iklim, bahkan janis topografi alamnya.

4. SMPN 2 Cikajang-Garut termasuk kedalam wilayah dataran tinggi dengan ketinggian wilayah 1310 meter dari atas permukaan laut dengan suhu udara 19 - 26C sehingga cocok untuk wilayah pertanian, perkebunan dan peternakan, yaitu suatu pekerjaan yang dilakukan di ladang sawah untuk bercocok tanam yang dimana untuk sampai ketempat meraka harus berjalan kaki melewati bukit dan pematang sawah ataupun perkebunan teh. Pembelajarannya yang mengacu kepada program pemerintah seperti sekolah lain pada umumnya.

5. SMPN 45 Kota Bandung Faslitas-fasilitas yang sudah lumayan kumplit untuk sebuah sekolah menengah pertama di daerah bandung, untuk menunjang semua kebutuhan siswa-siswi dalam pembelajaran penjas, ditambah guru-gurunya yang sudah bersertivikasi mengubah antusiasme siswa-siswi menjadi lebih besemangat mengikuti pembelajaran penjas di SMPN 45 Bandung.


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada dua sekolah yang berbeda mulai dari ketinggian, suhu wilayah, adat kebiasaan masyarakat sehari-hari, kegiatan ekonomi, Perilaku sosialnya dan keadaan sekolahnya. Dalam menyusun sampai dengan menganalisis data sehingga mendapatkan gambaran sesuai dengan yang diharapkan maka diperlukan sumber data. Pada umumnya sumber data dalam penelitian disebut Populasi dan Sampel penelitian.

1. Lokasi

Tempat yang digunakan peneliti sebagai lokasi penelitian adalah di dua sekolah. Sekolah yang pertama yaitu siswa SMPN 2 Cikajang Garut JL. Ngamplang Kp. Kubang Badak Kec. Cikajang Kab. Garut dan sekolah yang kedua yaitu siswa SMPN 45 Bandung Jl. Yogyakarta No. 01 Antapani Bandung, dipilih karena merupakan salah satu sekolah yang dipastikan mempunyai fasilitas lengkap untuk pembelajaran penjas sehingga dapat mempermudah peneliti untuk melakukan proses penelitian.

2. Populasi

Dalam menyusun sampai dengan menganalisis data sehingga mendapatkan gambaran sesuai dengan yang diharapkan maka diperlukan sumber data. Pada umumnya sumber data dalam penelitina disebut Populasi dan Sampel penelitian.

Berkenaan dengan definisi dari populasi, Sudjana dan Ibrahim (1984:84) menjelaskan tentang populasi, yaitu sebagai berikut: “Populasi maknanya berkaitan dengan elemen, yakni unit tempat diperolehnya informasi. Elemen tersebut dapat berupa Individu, Keluarga, Rumah Tangga, kelompok Sosial, Sekolah, Kelas,


(31)

organisasi dan lain-lainnya.” dan Sujana (1989:6) sendiri menjelaskan, bahwa “Populasi adalah totalitas semua nilai mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran kuantitatif atau kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas.”

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang berasal dari dua sekolah yang berbeda yaitu SMPN 2 Cikajang Garut dan SMPN 45 Bandung. Yang berjumlah 432 siswa dari SMPN 45 Bandung dan 350 Siswa dari SMPN 2 Cikajang Garut, jadi 782 siswa dari seluruh Sekolah. Dalam pengambilan suatu data dari populasi dapat dilakukan dengan cara mengambil sebagian data dari jumlah populasi yang ada. Sebagian populasi tersebut biasa disebut dengan istilah sampel. Tentang hal ini, Sudjana (1991:71) menjelaskan:

Populasi tidak terbatas luasnya, bahkan ada yang tak dapat dihitung jumlah dan besarannya sehingga tidak mungkin diteliti. Kalaupun akan diteliti, memerlukan biaya, tenaga, waktu yang sangat mahal dan tidak praktis. Oleh karena itu perlu dipilih sebagian saja asal memiliki sifat – sifat yang sama dengan populasinya. Proses menarik sebagian subjek, gejala, atau objek yang ada pada suatu populasi disebut sampel.

Sedangkan Arikunto (2006:58), dalam bukunya Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

Berdasarkan pendapat diatas maka populasi merupkan sekumpulan keseluruhan objek penelitian baik berupa manusia maupun benda yang akan diteliti. Dari sekumpulan unsur tersebut diharapkan akan memperoleh informasi yang berguna untuk memecahkan masalah penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 2 Cikajang Garut dan SMPN 45 Bandung dengan rincian sebagai berikut:


(32)

Tabel 3.1

Pengambilan Jumlah Populasi

No Nama Sekolah Jumlah Populasi

1 SMPN 2 Cikajang Garut 350

2 SMPN 45 Bandung 432

Total 782

3. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap mewakili keseluruhan populasi yang bersangkutan. Mengenai batasan sampel penelitian oleh Arikunto (2006:131) dijelaskan bahwa, “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.”

Mengenai jumlah sampel penelitian, peneliti berpedoman pada Arikunto (2006:134) yang menyatakan bahwa:

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari:

a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal-hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.

c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar hasilnya akan lebih baik.

Adapun pengambilan sampel memakai teknik Probability sampling. Hal ini dilakukan supaya semua anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel. Riduwan (2004:58) mengemukakan bahwa : “Probability sampling adalah teknik sampling untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.” Sedangkan teknik Probability sampling yang dipakai adalah simpel random sampling yaitu cara


(33)

pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan starata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut, (Riduwan, 2004:58)

Maka penentuan perhitungan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 78

2 , 78 782 100

10

orang

Kemudian dari total sampel 78 orang tersebut dibagi rata kepada dua sekolah, sehingga masing-masing sekolah diambil sampel sebanyak 39 orang. Spesifikasi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMP kelas VIII dari SMPN 2 Cikajang Garut dan SMPN 45 Bandung.

Penulis mengambil sampel sebanyak itu dengan alasan keterbatasan waktu, tenaga dan biaya. Adapun proporsi sampel untuk masing-masing strata atau wilayah yaitu:

Tabel 3.2

Pengambilan Jumlah Sampel

No Nama Sekolah Jumlah Populasi Jumlah Sampel

1 SMPN 2 CIKAJANG 350 39

2 SMPN 45 BANDUNG 432 39

Total 782 78

B. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara menyimpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian. Sudjana ( 1992:7) menjelaskan sebagai berikut:

Desain penelitian adalah suatu rancangan percobaan (dengan tiap langkah tindakan yang betul-betul teridentifikasikan) sedemikian rupa sehingga informasi yang berhubungan atau diperlakukan untuk persoalan yang sedang diselidiki dapat dikumpulkan dengan kata lain desain sebuah eksperimen


(34)

Z1 - (x) Y1 - Y2

Z2 - (x) Y1 - Y2

merupakan langkah-langkah lengkap yang perlu diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar supaya data yang semestinya diperlukan dapat diproleh sehingga akan membawa kepada analisis objektif dan kesimpulan yang akan berlaku untuk kesimpulan yang sedang dibahas.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan randomized control grup posttest only design. Desain ini merupakan modifikasi dari desain esksperimen, dimana dalam desain ini terdapat varibel bebas yang tidak dimanipulasi denga tanda (x) berbeda dengan desain eksperimen. Maksud dari tidak di manipulasi yaitu pada penelitian ini variabel bebasnya telah terjadi atau sesuai dengan kenyataan. desain atau rancangan penelitian yang dilakukan oleh penulis seperti yang terlihat dalam skema seperti pada gambar berikut:

Desain penelitian yang dipakai penulis seperti pada gambar berikut :

Gambar 3.1

Desain Penelitian Post tes Only keterangan :

Z1 : Siswa di daerah Pedesaan (SMPN 2 Cikajang Garut)

Z2 : Siwa di Perkotaan (SMPN 45 Bandung)

Y1 : Tes Angket Perilaku Sosial Siswa

Y2 : Tes kesegaran jasmani indonesia untuk tingkat menengah pertama


(35)

Adapun langkah-langkah penelitiannya dideskripsikan dalam bentuk bagan 3.2 dibawah ini :

Gambar 3.2 Langkah-langkah Penelitian POPULASI

SMPN di Daerah Pedesaan

SAMPEL

TKJI ANGKET PERILAKU SOSIAL

Pengupulan Data

SMPN di Perkotaan

Pengolahan Data Hasil Kesimpulan


(36)

1. Jadwal Penelitian

Sebagai salah satu perencanaan penelitian yang disusun, maka peneliti membuat jadwal penelitian untuk mempermudah pengontrolan waktu yang digunakan dalam penelitian ini, berikut jadwal penelitian yang direncanakan:

Jadwal Penelitian

No Waktu Kegiatan Penelitian

1. 21Februari 2013 Menentukan masalah penelitian. 2. 26 Maret 2013 Seminar proposal penelitian. 3. 16 Mei 2013 Perumusan penelitian.

4. 16-18 Juli 2013 Pengajuan surat penelitian kepada Pihak Sekolah.

5. 1 Agustus 2013 Penentuan populasi dan sampel penelitian dari setiap Sekolah.

6. 3-5 September 2013 Tes Angket dan Tes kebugaran Jasmani Indonesia siswa SMPN 2 Cikajang Garut dan SMPN 45 Bandung.

7. 10-23 September 2013 Pengolahan dan analisis data. 8. 24 September - 10

Oktober 2013

Penyusunan draf skripsi.


(37)

Jadwal penelitian ini merupakan acuan bagi peneliti untuk melaksankan penelitiannya, adapun perubahan atau adanya hal-hal yang perlu ditambahkan akan disesuaikan dengan kebutuhan demi kelancaran penelitian tersebut.

C. Metode Penelitian

Pada dasarnya penelitian merupakan suatu aktivitas untuk memecahkan suatu permasalahan dengan cara mengumpulkan data, mengklasifikasikan, menganalisis dan menyimpulkan. Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, akurat, teruji serta objektif maka diperlukan suatu metode penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang di teliti. Metode penelitian adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mempermudah pemecahan masalah dengan menggunakan teknik dan alat-alat tertentu, sehingga diperoleh hasil yang sesuai dengan penelitian. Menurut Sugiyono (2006:1) metode adalah sebagai berikut :

Metode merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasio nal, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian berkaitan dengan prosedur, alat serta desain penelitian yang digunakan untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan sehingga dihasilkan penelitian yang benar-benar ilmiah atas permasalahan-permasalahan penelitian.

Untuk menguji kebenaran suatu hipotesis diperlukan suatu metode penelitian. Metode yang digunakan tersebut harus sesuai dengan masalah penelitian dan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tersebut. Dalam Bab I penulis telah mengemukakan bahwa yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah tingkat kebugaran


(38)

jasmani dan Perilaku afektip yang dimiliki oleh siswa SMP yang di daerah pedesaan dan di perkotaan.

Berdasarkan masalah tersebut penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian ex post facto. Metode yang digunakan ini lebih menitik beratkan pada penelitian komparatif. Mengenai hal ini, M. Nasir (1999:68) menyatakan “Penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriftif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat, dengan menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya atau pun munculnya suatu fenomena tertentu”. Tujuan penelitian ex post facto adalah melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan dan sebab akibat dari data-data setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung. Adapun Sukardi (2003:174) menjelaskan bahwa “penelitian ex-postfacto merupakan penelitian, dimana rangkaian variabel-variabel bebas telah terjadi, ketika peneliti mulai melakukan pengamatan terhadap variabel terikat”. Ciri utama dalam penelitian ex post facto dapat dijelaskan oleh Nasir (1999:73) sebagai berikut “Sifat penelitian ex post facto, yaitu tidak ada kontrol terhadap variabel. Variabel dilihat sebagaimana adanya”. Hal ini lebih lanjut diterangkan pula oleh Arikunto (2002:237) yaitu, “Pada penelitian ini, peneliti tidak memulai prosesnya dari awal, tetapi langsung mengambil hasil”. Sukardi (2003:165) mengemukakan hal yang sama bahwa “...karena sesuai dengan arti ex-postfacto, yaitu „dari apa dikerjakan setelah kenyataan‟, maka penelitian ini disebut sebagai penelitian sesudah kejadian”. Dalam menjabarkan metode tersebut maka peneliti membuat langkah penelitian sebagai berikut :

1. Mengumpulkan data yang diperoleh dari tes Perilaku Sosial melalui angket yang disebarkan.

2. Mengumpulkan data yang diperoleh dari tes kebugaran melalui Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk SMP.

3. Menyusun dan mengolah data. 4. Menganalisis data.


(39)

D. Definisi Operasional

Variabel penelitian adalah konsep yang memiliki aturan. Peraturan variabel penelitian bersumber pada kerangka teori yang dijadikan dasar penyusunan konsep berpikir. Variabel dalam penelitian ini adalah:

Variabel penelitian, perbandingan Perilaku sosial siswa, sekor yang diperoleh merupakan ruang lingkup dari: Rule dispositions (kecenderungan Perilaku peran), Sociometric dispositions (kecenderungan Perilaku dalam hubungan sosial), Expressive dispositions (kecenderungan Perilaku ekspresif). Perilaku Sosial yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu perilaku sosial siswa yang menghasilkan dari kegiatan proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah.

Dengan demikian untuk memperoleh data mengenai proses Perilaku sosial, maka peneliti menggunakan alat ukur berupa angket yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan baik yang positif maupun negatif.

Sedangkan skor yang di peroleh untuk mengetahui kebugaran jasmani siswa yaitu dengan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk tingkat Menengah Pertama. Tujuan Untuk mengukur kemampuan fisik siswa dan menentukan tingkat kesegaran jasmani siswa sekolah menengah pertama putra dan putri, serta remaja yang seusia. Butir-buti tesnya, terdiri dari: Tes Lari Cepat 50 meter, Tes Angkat Tubuh ( 30 detik untuk putri; 60 detik untuk putra), Tes Baring Duduk 60 detik, Tes Loncat Tegak, tes Lari Jauh (800 meter untuk putri; 1000 meter untuk putra)

E. Instrumen Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian tentunya diperlukan sebuah alat untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Untuk mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan alat ukur seperti yang dikemukakan oleh Nurhasan (2000:2) sebagai berikut: “Dalam proses pengukuran membutuhkan alat ukur, dengan alat ukur ini kita mendapat data yang merupakan hasil pengukuran”. Adapun alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan angket untuk


(40)

mengukur Perilaku Sosial dan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk mengukur Tingkat Kebugaran Jasmani siswa SMP di Daerah Pedesaan dan di Perkotaan.

1. Instrumen untuk Mengukur Perilaku Sosial Siswa

Alat untuk mengukur Perilaku sosial di setiap SMP yang di teliti adalah dengan menggunakan tes angket atau kuesioner. Untuk memperoleh data yang akurat dalam sebuah penelitian tentunya diperlukan sebuah alat yang disebut instrument. Mengenai instrumen ini, Arikunto (1997:138) menerangkan sebagai berikut:

“Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrumen pengumpulan data sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi juga adalah mengadakan pengukuran”.

Oleh karena itu alat atau instrumen dalam sebuah penelitian mutlak harus ada sebagai bahan untuk pemecahan masalah penelitian yang hendak diteliti. Secara garis besar mengenai alat evaluasi ini Arikunto (1997:138) menggolongkannya atas dua macam yaitu tes dan non tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Non tes adalah dengan mengamati sampel yang diteliti sesuai dengan kebutuhan penelitian sehingga diperoleh data yang diinginkan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket atau kuesioner sebagai alat pengumpul data. Mengenai pengertian angket atau kuesioner ini Arikunto (1997:128) menjelaskan sebagai berikut: “kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis simpulkan bahwa angket adalah seperangkat pernyataan yang harus dijawab oleh responden secara langsung


(41)

untuk diungkapkan pengalaman yang telah dimilikinya. Adapun angket yang penulis gunakan adalah angket tertutup, maksudnya adalah angket yang disusun dalam bentuk pernyataan terbatas, tegas, lengkap dan kongkret sehingga responden hanya diminta untuk mengisi jawaban pada halaman yang telah disediakan. Dengan demikian yang diperoleh dari responden tidak berupa uraian yang lebih rinci.

Data terkumpul dari angket be rupa angka-angka yang dapat menunjukkan tentang Perilaku sosial yang hendak diteliti. Skala yang penulis gunakan adalah dengan Skala Likert. Mengenai skala Likert, Sukardi (2003:146) menjelaskan sebagai berikut:

“Skala ini telah banyak digunakan oleh para peneliti guna mengukur persepsi atau sikap seseorang. Skala ini menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh para peneliti dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Kemudian responden diminta memberikan pilihan jawaban atau respons dalam skala ukur yang telah disediakan, misalnya sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju”.

Dengan pernyataan di atas, maka kuesioner dan skala Likert yang penulis pilih ini dirasa sesuai dengan permasalahan yang hendak penulis teliti, yaitu tentang apakah terdapat perbedaan Perilaku sosial siswa yang signifikan anatar siswa di daerah pegunungan dengan di perkotaan. Dalam pelaksanaannya populasi yang telah terlibat dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani diberikan tes angket Perilaku sosial. Tes yang sama juga diberikan kepada kelompok kontrol dengan jumlah yang sama yaitu 39 orang. Setelah itu dievaluasi dan dibandingkan Perilaku sosial yang dimiliki sampel yang telah terlibat kegiatan pembelajaran penjas, mana yang memiliki Perilaku sosial yang baik. Dari situ penulis berharap dapat menarik kesimpulan dan memperoleh jawaban dari masalah penelitian yang penulis teliti.

Penulis berkonsultasi dengan ahli psikologis untuk angket Perilaku sosial ini, unutk membahas apakah materi atau angket yang dibuat ini sudah mencakup tentang isi keseluruhan komponen Perilaku sosial, serta apakah kata-kata yang dibuat berupa pertanyaan angket ini mudah dipahami oleh responden. Setelah berkonsultasi


(42)

akhirnya angket ini sudah dipahami oleh responden. Setelah berkonsultasi akhirnya angket Perilaku sosial ini sudah disetujui oleh ahli psikologi.

Dalam penyusunan angket ini, penulis melakukan penilaian terhadap butiran pertanyaan dengan menggunakan skala Likert dikembangkan pada tahun 1932 dan mengalami perbaikan yang dilakukan oleh Requist dan Sletto pada tahun 1936. Skala Sikap Likert ini terdiri dari satu set pertanyaan, individu yang diukur sikapnya diharapkan memberi suatu respon terhadap setiap pertanyaan dengan menjawab salah satu dari alternatif jawaban. Sebagian dari perrnyataan itu ada yang menyenangkan (positif) responden tidak menyenangkan (negatif). Kemungkinan jawaban berupa sangat setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Setiap jawaban mungkin nilai yang berbeda sesuai dengan arah pertanyaan, lengkap setiap kemungkinan jawaban ini dapat dilihat pada table 3.4

Tabel 3.4

Ketentuan Pemberian Skor pada Angket Perilaku Sosial Siswa Melalui Model Skala Sikap Likert

Alternatif jawaban Skor Alternatif Jawaban

Positif Negatif

Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Detuju Sangat Tidak Setuju

5 4 3 2 1

1 2 3 4 5

Pada tabel 3.4 tentang ketentuan pemberian skor pada angket Perilaku sosial melalui model skala sikap Likert, yaitu skor dalam setiap pertanyaan atau pertanyaan, skor bergerak dari nilai tertinggi lima dan terendah satu. Sekor tersebut tidak disajikan dalam pernyataan untuk responden hanya milik peneliti.


(43)

Penulis menyusun pernyataan-pernyataan agar responden dapat menjawab salah satu alternatif jawaban tersebut dengan berpedoman pada penjelasan Surakhmad (1990:184) sebagai berikut :

1. Rumuskan setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya

2. Mengajukan pernyataan-pernyataan yang memang dapat dijawab oleh responden, pernyataan mana yang tidak menimbulkan kesan negatif.

3. Sifat pernyataan harus netral dan obyektif

4. Mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak dapat diperoleh dari sumber lain

5. Keseluruhan pernyataan dalam angket harus sanggup mengumpulkan kebulatan jawaban untuk masalah yang kita hadapi

Dari uraian tersebut, maka penulis simulkan bahwa pernyataan yang disusun dalam angket ini harus bersifat jelas, ringkas, dan tegas. Selanjutnya penulis melakukan langkah-langkah penyusunan angket yaitu dengan melakukan spesifikasi data. Maksuknya untuk menjabarkan ruang lingkup masalah yang akan diukur. Untuk lebih jelas dan memudahkan penyusunan spesifikasi data tersebut, maka penulis tuangkan dalam bentuk kisi-kisi yang tampa dalam Tabel. 3.5.

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen Perilaku Sosial

No Komponen Sub. Komponen Indikator

1. Perilaku Sosial (Krech, Crutchfield, Ballachey, 1982)

1.Perilkau Peran

2.Perilaku dalam hubungan Sosial

a. Pemberani b. berkuasa c. inisiatif

d. Mandiri atau tergantung a. Sikap diterima atau tidak diterima

b. sikap bisa ergaul atau tidak bisa bergaul


(44)

3.Perilaku Ekspresif

c. Sikap ramah atau tidak ramah

d. Sikap simpati atau tidak simpati

a.Kooperasi atau tidak kerjasama

b. Agresivitas atau tidak agresiv

c. Sifat kalem atau tidak kalem

d. Sikap pamer atau tidak pamer.

Tabel 3.6

Pernyataan Berdasarkan Indikator Pembelajaran Penjas

Sub komponen Indikator Pernyataan No Soal

+ - 1. Perilaku Peran Pemberani a. Mempertahankan

haknya

b. Tidak menghiraukan masalah mencolok mata c. Tidak malu melakukan

suatu perbuatan d. Percaya diri

mengedepankan kepentingan sendiri

3 1 52


(45)

2. Perilaku dalam hubungan sosial

Berkuasa

Inisiatif

Mandiri atau tergantung

Sikap diterima atau tidak diterima

a. Sikap tegas b. Percaya diri c. Berorientasi pada

kekuatan sendiri d. Berkemauan keras e. Memimpin langsung a. Senang mengorganisasi

kelompok

b. Tidak mempersoalkan latar belakang

c. Suka memberi saran dalam pertemuan d. mengambil alih

kepemimpinan a. Membuat rencana

sendiri

b. Tidak perlu bantuan orang lain

c. Emosional cukup stabil a. Tidak berprasangka

buruk

b. Memiliki sikap loyal c. Dapat dipercaya d. Menerima kesalahan

orang lain 57 8 59 11 62 13 16 67 69 20 6 7 58 9 10 61 12 15 17 18


(46)

3. Perilaku ekspresif

Sikap bisa bergaul atau tidak bisa bergaul

Sikap ramah atau tidak ramah

Sikap simpatik atau tidak simpatik

Kooperasi atau tidak kerjasama

Agresivitas atau tidak agresif

e. menghargai kelebihan orang lain

a. Terlibat dalam kegiatan sosial

b. senang bersama orang lain

c. senang berpergian d. Sikap periang a. Penampilan hangat b. Sikap terbuka

c. Mudah didekati orang a. Sangat peduli pada

orang lain b. murah hati c. suka membela a. Hubungan sosial

sebagai perlombaan b. Sifat persaingan c. Memperkaya diri

sendiri

d. Tidak kooperatif a. Menyerang orang lain b. Sifat pendendam

21 22 73 24 25 26 28 30 81 32 35 86 19 71 72 23 74 75 76 78 80 31 82 36 88 92


(47)

Sifat kalem atau tidak kalem

Sikap pamer dan tidak pamer

c. Tidak patuh

d. Sering menyangkal a. Sifat pemalu b. Perasaan gugup c. Merasa ragu-ragu d. Terganggu dilihat orang

lain

a. Perilaku berlebihan b. Mencari pengakuan c. Beerperilaku aneh

87 38 90 91 44 96 99 43 94 45 46 47 49 Sumber: Ujang Sudrajat,2010; dari tesis Ibu Oom Rohmah,2010

Dari komponen-komponen tesebut, selanjutnya dijadikan bahan penusunan butir-butir pernyataan atau soal dalam angket. Butir-butir pernyataan atau soal tersebut dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan dengan kemungkinan jawaban yang tersedia.

Dalam perumusan pernyataan ditulis senantiasa berpedoman kepada sifat pernyataan yang sederhana yaitu penyusunan dalam perumusan suatu pernyataan makin jelas dan tegas sifatnya. oleh karena itu hendaknya diusahakan agar pernyataan tidak berbelit-belit. Mengenai pembuatan pernyataan angket Surakhmad(1990:185) menjelaskan sebagai berikut:

a. Rumusan setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya. b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang memang dapat dijawab oleh

responden, pertanyaan mnsa yang tidak menimbulkan agresif. c. Sifat pertanyaan hams netral dan objektif.

d. Mengajukan pertanyaan yang jawabannya tidak diproleh dari sumber lain. e. Keseluruhan pertanyaan dalam angket harus sanggup menyimpilkan


(48)

Dari pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pembuatan pernyataan angket harus jelas dan mudah dibaca sehingga tidak menimbulkan kebingungan bagi pembaca, serta keseluruhan pernyataan dapat mencakup permasalahan yang sedang diteliti.

2. Instrumen untuk Mengukur Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa SMP

Pengumpulan data dalam pelaksanaan penelitian ini adalah menggunakan beberapa tes yang disesuaikan dengan komponen kebugaran jasmani indonesia tingkat menengah pertama.

Untuk memperoleh data dalam penenlitian ini, digunakan prosedur pelaksanaan tes yang sudah baku yaitu Tes Kebugaran Jasmani Indonesia untuk tingkat SMP atau sederajat usia 13-15 tahun, instrumen ini terdiri dari tes 5 (lima) item , menurut Nurhasan dan Cholil (2007 : 119) sebagai berikut: a) lari 50 meter, b) baring duduk 50 detik, c) angkat tubuh 50 detik, d) loncat tegak, dan e) lari 800 dan 1.000 meter. Tes tersebut harus dilaksanakan dalam satu satuan waktu.

Tujuan Untuk mengukur kemampuan fisik siswa dan menentukan tingkat kesegaran jasmani siswa sekolah menengah pertama putra dan putri, serta remaja yang seusia. Tata cara tes pelaksanaan tes kebugaran jasmani Indonesia (TKJI)

a. Rangkaian Tes

1) Tes Lari Cepat 50 meter

2) Tes Angkat Tubuh ( 30 detik untuk putri; 60 detik untuk putra) 3) Tes Baring Duduk 60 detik

4) Tes Loncat Tegak

5) tes Lari Jauh (800 meter untuk putri; 1000 meter untuk putra) b. Kegunaan/Fungsi Tes


(49)

2) Menentukan status kondisi fisik siswa

3) Menilai kemampuan fisik siswa, sebagai salah satu tujuan pengajaran penjaskes

4) Mengetahui perkembangan kemampuan fisik siswa

5) Sebagai bahan untuk memberikan bimbingan dalam meningkatkan kebugaran jasmaninya

6) Sebagai salah satu bahan masukan dalam memberikan nilai pelajaran penjaskes.

c. Alat dan Fasilitas

1) Lintasan lari atau lapangan yang datar tidak licin 2) Stop watch

3) Bendera start dan tiang pancing 4) Nomor dada

5) Palang tunggal

6) Papan bersekala dengan ukuran 30 x 150 cm dan berwarna gelap 7) Serbuk kapur

8) Penghapus

9) Formulir pencatatan hasil tes dan alat tulis. d. Ketentuan Tes

TKJI merupakan satu rangkaian tes, oleh karena itu semua butir tes harus dilaksanakan secara berurutan, terus- menerus dan tidak terputus dengan memperhatikan kecepatan perpindahan butir tes ke butir tes berikutnya dalam 3 menit. Perlu dipahami bahwa butir tes dalam TKJI bersifat baku dan tidak boleh dibolak-balik, dengan urutan pelaksanaan tes sebagai berikut.

1) Pertama : Lari cepat 50 meter

2) Kedua : Angkat tubuh (pull up), 30 detik untuk putri; 60 detik untuk putra.


(50)

3) Ketiga : Baring duduk (sit up), 60 detik. 4) Keempat : Loncat tegak (vertical jump)

5) Kelima : Lari jauh 800 meter untuk putri; 1000 meter untuk putra

e. Petunjuk Umum

1) Siswa-siswi SMPN 2 Cikajang Garut dan SMPN 45 Bandung a) Dalam kondisi sehat dan siap untuk melaksanakan tes

b) Diharapkan sudah makan maksimal 2 jam sebelum tes c) Memakai sepatu dan pakaian olahraga

d) Melakukan pemanasan (warming up) e) Memahami tata cara pelaksanaan tes

f) Jika tidak dapat melaksanakan salah satu atau lebih dari tes maka tidak mendapatkan nilai atau gagal.

2) Peneliti

a) Mengarahkan para siswa-siswi untuk melakukan pemanasan (warming up) b) Memberikan nomor dada yang jelas dan mudah dilihat peneliti

c) Memberikan pengarahan kepada siswa-siswi SMP tentang petunjuk pelaksanaaan tes dan mengijinkan mereka untuk mencoba gerakan-gerakan tersebut.

d) Memperhatikan kecepatan perpindahan pelaksanaan butir tes ke butir tes berikutnya dengan tempo sesingkat mungkin dan tidak menunda waktu. e) Tidak memberikan nilai pada siswa-siswi yang tidak dapat melakukan

satu butir tes atau lebih

f) Mencatat hasil tes dapat menggunakan formulir tes perorangan atau per butir tes.

f. Petunjuk Pelaksanaan Tes 1) Tes Lari 50 Meter


(51)

Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan b) Alat dan Fasilitas

(1) Lintasan lurus, rata, tidak licin, mempunyai lintasan lanjutan, berjarak 60 meter

(2) Bendera start (3) Peluit

(4) Tiang pancang (5) Stop watch (6) Serbuk kapur (7) Formulir TKJI (8) Alat tulis c) Peneliti

Pengukur waktu merangkap pencatat hasil tes d) Pelaksanaan

(1) Sikap permulaaan

Siswa-siswi SMP berdiri dibelakang garis start (2) Gerakan

(a) pada aba-aba “SIAP” Siswa-siswi SMP mengambil sikap start berdiri, siap untuk lari

(b) pada aba- aba “YA” Siswa-siswi SMP lari secepat mungkin menuju garis finish

(3) Lari masih bisa diulang apabila Siswa-siswi SMP (a) Pelari mencuri start

(b) Pelari tidak melewati garis finish (c) Pelari terganggu oleh pelari lainnya (d) jatuh atau terpeleset

(4) Pengukuran waktu

Pengukuran waktu dilakukan dari saat bendera start diangkat sampai pelari melintasi garis finish.


(52)

(5) Pencatat hasil

(a) hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak 50 meter dalam satuan detik

(b) waktu dicatat satu angka dibelakang koma.

2) Tes Gantung Angkat Tubuh (Pull Up), 30 detik untuk putri; 60 detik untuk putra

a) Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot lengan dan bahan

b) Alat dan fasilitas

(1) Lantai yang rata dan bersih

(2) Palang tunggal yang dapat diatur ketinggiannya yang disesuaikan dengan ketinggian Siswa-siswi SMP, palang pegangan terbuat dari besi.

(3) Stopwatch

(4) serbuk kapur atau magnesium karbonat (5) alat tulis

c) Peneliti

(1) pengamat waktu

(2) penghitung gerakan merangkap pencatat hasil d) Pelaksanaan

(1) Sikap permulaan

Siswa-siswi SMP berdiri di bawah palang tunggal. Kedua tangan berpegangan pada palang tunggai selebar bahu. Pegangan telapak tangan menghadap ke arah letak kepala.

(2) Gerakan

(a) Mengangkat tubuh dengan membengkokkan kedua lengan, sehingg dagu menyentuh atau berada di atas palang tunggal.


(53)

kemudian kembali ké sikap permulaan. Gerakan ini dihitung satu kali.

(b) Selama melakukan gerakan, mulai dan kepala sampai ujung kaki tetáp merupakan satu garis lurus.

(c) Gerakan ini dilakukan berulang-ulang, tanpa istirahat sebanyak mungkin selama 30 detik;60 detik.

(d) Angkatan dianggap gagal dan tidak dihitung apabila:

 pada waktu mengangkat badan, Siswa-siswi SMP melakukan gerakan mengayun

 pada waktu mengangkat badan, dagu tidak menyentuh palang tunggal

 pada waktu kembali ke sikap permulaan kedua lengan tidak lurus

(3) Pencatatan Hasil

(a) Gerakan yang dihitung adalah angkatan yang dilakukan dengan sempurna.

(b) Gerakan yang dicatat adaiah jumlah (frekuensi) angkatan yang dapat dilakukan dengan sikap sempurna tanpa istirahat selama 30 detik;60 detik.

(c) Siswa-siswi SMP yang tidak mampu melakukan Tes angkatan tubuh ini, walaupun telah berusaha, diberi nilai nol (0).

3) Tes Baring Duduk (Sit Up) Selama 60 detik a) Tujuan

Mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut. b) Alat dan fasilitas

(1) lantai atau lapangan yang rata dan bersih (2) stopwatch


(1)

Maulana Yusup, 2013

Perbandingan Profil Tingkat Kebugaran Jasmani dan Perilaku Sosial antara Siswa SMP di Daerah Pedesaan dengan Siswa di Perkotaan

Keterangan :

rxy = Korelasi antara variabel X dan variabel Y

X1 = Perbedaaan antara tiap skor dengan nilai rata-rata dari variabel X

Y1 = Perbedaaan antara tiap skor dengan nilai rata-rata dari variabel Y

Adapun langkah-langkah penentuan korelasi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Mencari/menghitung nilai rata-rata dari variabel (x) dan variabel (y).

b. Menghitung nilai X1, dengan cara skor dari setiap siswa dikurangi dengan nilai rata-rata dari variabel (x).

c. Menghitung nilai Y1, dengan cara skor dari setiap siswa dikurangi dengan nilai rata-rata dari variabel (y).

d. Mencari nilai X12, dengan cara mengkuadratkan nilai yang terdapat pada kolom X1 dari setiap individu.

e. Mencari nilai Y12, dengan cara mengkuadratkan nilai yang terdapat pada kolom Y1 dari setiap individu.

f. Mencari nilai X1Y1, dengan cara mengkalikan angka-angka yang terdapat pada kolom X1 dengan angka-angka yang terdapat pada kolom Y1.

g. Menjumlahkan nilai-nilai X1, Y1 dan X1Y1.

h. Mensubstitusikan nilai-nilai yang telah ditentukan pada langkah sebelumnya kedalam rumus koefisien korelasi berpasangan.

Setelah teknik koefisien korelasi dilakukan selanjutnya peneliti melakukan uji kebermaknaan (signifikansi) koefisien korelasi tunggal. Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji signifikansi dari koefisien korelasi tunggal Nurhasan (2002:163) adalah sebagai berikut:


(2)

110

Maulana Yusup, 2013

Perbandingan Profil Tingkat Kebugaran Jasmani dan Perilaku Sosial antara Siswa SMP di Daerah Pedesaan dengan Siswa di Perkotaan

1) Tulis Ho dan H1 dalam bentuk kalimat.

Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dan Y H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel X dan Y 2) Tulis Ho dan H1 dalam bentuk statistik.

Ho : r = 0 H1: r ≠ 0

3) Cari thitung dengan rumus thitung = r 2

1 2 r n

 

4) Menetapkan taraf signifikansi, yaitu = 0,05.

5) Tentukan kriteria pengujian signifikansi korelasi, yaitu:

Jika –ttabel  thitung  ttabel, maka Ho diterima atau korelasinya tidak signifikan.

6) Tentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus dk = n-2. 7) Bandingkan thitung dengan ttabel.


(3)

Maulana Yusup, 2013

Perbandingan Profil Tingkat Kebugaran Jasmani dan Perilaku Sosial antara Siswa SMP di Daerah Pedesaan dengan Siswa di Perkotaan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini memaparkan perbandingan profil tingkat kebugaran jasmani dan perilaku sosial antara siswa SMP di daerah pedesaan dengan siswa di perkotaan. Berdasarkan hasil pengolahan penelitian dan pembahasan pada keseluruhan tahapan penelitian, maka diperoleh temuan-temuan penelitian yang menjawab pertanyaan penelitian seperti diutarakan pada rumusan masalah serta telah terbukti hipotesis penelitian.

Kesimpulan dari penelitan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Tingkat kebugaran jasmani siswa SMP di daerah pedesaan (SMPN 2 Cikajang

Garut) memiliki tingkat kebugaran pada kategori baik sedangkan tingkat kebugaran jasmani siswa SMP di perkotaan (SMPN 45 Bandung) memiliki tingkat kebugaran pada kategori cukup.

2. Tingkat kebugaran jasmani siswa SMP di daerah pedesaan (SMPN 2 Cikajang Garut) yaitu dengan nilai keseluruhan 590 dan rata-rata jumlah poin persiswa sebesar 14,65 labih baik dibandingkan dengan tingkat kebugaran jasmani siswa SMP di perkotaan (SMPN 45 Bandung) yaitu dengan nilai keseluruhan 478 dan rata-rata jumlah poin persiswa sebesar 12,175 dengan rata-rata hasil konversi nilai sebesar 4,75. Hasil penelitian menunjukkan bahwa statistik perbandingan tingkat kebugaran jasmani berbagai siswa SMP (SMPN 2 Cikajang Garut dan SMPN 45 Bandung) berbeda secara signifikan yaitu dengan nilai signifikansi sebesar 0,137 (signifikansi > 0,05, H1 diterima). 3. Dari hasil analisis data menggambarkan bahwa perilaku sosial siswa untuk

siswa SMP di daerah pedesaan (SMPN 2 Cikajang) adalah Kurang Sekali 27, Kurang 98, Sedang 307, Baik 939, Baik Sekali 1.109. Apabila dilihat dari rata-rata skor kontribusi tersebut berarti Baik Sekali, sedangkan untuk siswa di perkotaan (SMPN 45 Bandung) adalah Kurang Sekali 62, Kurang 162, Sedang


(4)

129

Maulana Yusup, 2013

Perbandingan Profil Tingkat Kebugaran Jasmani dan Perilaku Sosial antara Siswa SMP di Daerah Pedesaan dengan Siswa di Perkotaan

517, Baik 1.114, Baik Sekali 625. Apabila dilihat dari rata-rata skor kontribusi tersebut berarti Baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa statistik perbandingan perilaku sosial berbagai siswa SMP (SMPN 2 Cikajang Garut dan SMPN 45 Bandung) berbeda secara signifikan yaitu dengan nilai signifikansi sebesar 0,151 (signifikansi > 0,05, H1 diterima).

B. Saran

Berdasarkan penelitian ini, penulis berpendapat dan mempunyai saran sebagai berikut:

1. Sebaiknya setiap siswa/sekolah memiliki pengetahuan dan kesadaran terhadap pentingnya kebugaran jasmani.

2. Dalam kegiatan di sekolah ataupun di lingkungan masyarakat diharapkan para siswa dapat mengktualisasikan perilaku sosial sehingga tumbuh dan berkembang seperti yang di harapkan.

3. Dalam melaksanakan perannya, seorang guru penjas di harapkan lebih mengingatkan dan meningkatkan akan pentingnya kebugaran jasmani dan perilaku sosial untuk kebutuhan sehari-hari.


(5)

Maulana Yusup, 2013

Perbandingan Profil Tingkat Kebugaran Jasmani dan Perilaku Sosial antara Siswa SMP di Daerah Pedesaan dengan Siswa di Perkotaan

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita Rahardjo (1987) Membangun Desa Partisipatif, Graha Ilmu.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Ilmiah Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik,Jakarta: Rineka Cipta.

(2001). KamusBesar Bahasa Indonesia Edisi Tiga, Jakarta: Balai Pustaka. Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam coaching, Jakarta:

CV. Tambak Kusuma.

Mawardi dan Hidayati Nur (2009). Ilmu Alamiah dasar Ilmu Sosial Dasar Ilmu Budaya Dasar, Bandung : CV Pustaka Stia.

Mutakin A dan Pasya KG (1984) Masyarakat Indonesia DalamDinamika, Bandung : Buana Nusa.

Nurhasan,dkk. (2005). Pengembangan Sistem Pembelajaran Modul Mata Kuliah Statistik. Bandung. FPOK UPI

Nurhasan dan Hasanudin. (2007). Tes dan Pengukuran keolahragaan, Bandung: FPOK UPI.

Nurhasan. (2008). Tes Kemampuan Fisik Dasar Cabang-cabang Olahraga, Bandung: FPOK UPI.

Rustandi (2009). Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Pendaki Gunung PAMOR dan Pendaki Gunung Bramatala. Skripsi S-I FPOK UPI , Bandung

Rohmah, Oom. (2010). Hubungan Pembelajaran Penjas Dengan Perilaku Sosial Siswa. Bandung: Tesis S-2 FPOK UPI.


(6)

131

Maulana Yusup, 2013

Perbandingan Profil Tingkat Kebugaran Jasmani dan Perilaku Sosial antara Siswa SMP di Daerah Pedesaan dengan Siswa di Perkotaan

Sofyan Yanyan (2011). Dampak Pembelajaran Futsal Terhadap Perilaku Sosial Siswa. Skripsi S-I FPOK UPI Bandung

Santosa dkk. (2007) Ilmu Kesehatan Olahraga, Bandung. FPOK UPI.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Beltasar. (2009) Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal (Sebuah Analisis Kritis),Bandung: FPOK UPI. Anggoro, Bayu (2012) Perbandingan Perilaku Sosial dan Berpikir Keritis

PadaSiswa Yang Mengikuti Unit Kegiatan Softball dan Taekwondo di SMAN 2 Bandung.Skripsi S-I FPOK UPI :Bandung.

Firdaus, Sidik (2011) Pengaruh Pendekatan Bermain Dalam Pendidikan JasmaniTerhadap Kebugaran Jasmani. Skripsi S-I FPOK UPI :Bandung.

http://abelpetrus.wordpress.com/geography/kondisi-geografis-dan-penduduk-indonesia/

https://id.wikipedia.org/wiki/Desa

http://cahyamenethil.wordpress.com/2010/11/29/masyarakat-perkotaan-dan-masyarakat-pedesaan/

http://rismanmhmmd.wordpress.com/2012/12/28/penduduk-masyarakat-dan-kebudayaan/

http://sbitlogowaru.sch.id/index.php?option=com_content&view=article&id=78:tingk at-kesegaran-jasmani&catid=23:artikel&Itemid=109