PERBANDINGAN PENGARUH LETAK GEOGRAFIS TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SEKOLAH DASAR DI PERKOTAAN, PEDESAAN DAN DAERAH TRANSISI DI KABUPATEN BOGOR.

(1)

PERBANDINGAN PENGARUH LETAK GEOGRAFIS TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SEKOLAH DASAR DI PERKOTAAN, PEDESAAN DAN DAERAH TRANSISI DI KABUPATEN

BOGOR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam penulisan skripsi Program Studi Ilmu Keolahragaan

Oleh :

BANYU NUGRAHA NIM. 1005162

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

BANYU NUGRAHA 1005162

PERBANDINGAN PENGARUH LETAK GEOGRAFIS TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SEKOLAH DASAR DI PERKOTAAN, PEDESAAN DAN DAERAH TRANSISI DI KABUPATEN

BOGOR

Disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing II

Iman Imanudin, S.Pd., M.Pd. NIP. 197508102001121001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan FPOK UPI

Drs. Sumardiyanto, M.Pd. NIP. 196212221987031002

Pembimbing I

Drs. Sumardiyanto, M.Pd. NIP. 196212221987031002


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Perbandingan Pengaruh Letak Geografis Terhadap Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa Sekolah Dasar Di Perkotaan, Pedesaan Dan Daerah Transisi Di Kabupaten Bogor” ini beserta seluruh isinya benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Mei 2015 Yang membuat pernyataan,

Banyu Nugraha NIM. 1005162


(4)

PERBANDINGAN PENGARUH LETAK GEOGRAFIS TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SEKOLAH DASAR DI PERKOTAAN, PEDESAAN DAN DAERAH TRANSISI DI KABUPATEN

BOGOR

Oleh Banyu Nugraha

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar

Sarjana Sains Program Studi Ilmu Keolahragaan

© Banyu Nugraha 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian, Dengan dicetak ulang, diphotocopy atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(5)

ABSTRAK

PERBANDINGAN PENGARUH LETAK GEOGRAFIS TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SEKOLAH DASAR DI PERKOTAAN, PEDESAAN DAN DAERAH TRANSISI DI KABUPATEN

BOGOR

Banyu Nugraha 1005162

Drs. Sumardiyanto, M.Pd.1 Iman Imanudin, S.Pd., M.Pd.2

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal diantaranya, kurangnya tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah dasar sesuai harapan, selain itu penelitian ini juga ingin mengetahui perbedaan kebugaran jasmani siswa sekolah dasar dari tiga tempat yang berbeda. Sehingga tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kebugaran jasmani antara siswa sekolah dasar yang berasal dari perkotaan, pedesaan, dan daerah transisi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif. Populasi berjumlah 114 orang dan yang dijadikan sampel berjumlah 63 orang dari tiap-tiap sekolah yang dijadikan objek penelitian. Sampel penelitian ditentukan dengan cara acak(undi) sehingga didapatkan sampel dengan rincian 21 orang dari SDN Pasirbuncir, 21 orang dari SDN Cinagara 1, dan 21 orang dari SDN Cinagara 2. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen Tes Kebugaran Jasmani Indonesia untuk anak usia 10-12 tahun yaitu Tes Lari 40 meter, Tes Gantung Sikuk Tekuk, Tes baring Duduk 30 detik, Tes Loncat Tegak, dan Tes Lari 600 meter. Hasil dari penelitian berdasarkan dk (2.60), maka harga Ftabel = 3,15 untuk

signifikansi 0,05. Harga Fhitung = 0,00048 ternyata lebih kecil dari Ftabel = 3,15.

Karena harga Fhitung lebih kecil dari harga Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan kebugaran jasmani siswa sekolah dasar di perkotaan, pedesaan dan daerah transisi. Berdasarkan letak daerah masing-masing yaitu perkotaan, pedesaan, dan transisi tidak mempengaruhi kebugaran jasmani secara signifikan.


(6)

Banyu Nugraha, 2015

ABSTRACT

COMPARISON OF THE INFLUENCE OF GEOGRAPHICAL LOCATION ON THE LEVEL OF PHYSICAL FITNESS OF ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS IN URBAN, RURAL AND THE TRANSITIONAL AREAS IN

THE DISTRICT OF BOGOR

Banyu Nugraha 1005162

Drs. Sumardiyanto, M.Pd.1 Iman Imanudin, S.Pd., M.Pd.2

This research is motivated by several things including, lack of physical fitness level of primary school students as expected, in addition, this study also wanted to know the difference in physical fitness of elementary school students from three different places. So the purpose of this research is to know the difference between the physical fitness of elementary school students who come from urban, rural, and the transition area. The method used in this research is a comparative descriptive method. A population of 114 people and the sample amounted to 63 people from each school, as object of study. The research sample is determined by means of random (dice) to obtain samples with details 21 people from SDN Pasirbuncir, 21 people from SDN Cinagara 1, and 21 people from SDN Cinagara 2. The instrument used in this study is an instrument Indonesian Physical Fitness Test for children aged 10-12 years is 40 meters Run Tests, Hanging Elbow Bend Tests, Lying Sitting 30 seconds Tests, Skip Upright Tests, and 600 meters Run Test. The results of study by dk (2.60), then the price Ftable = 3.15 to 0.05. Prices

Fcount = 0.00048 is smaller than Ftable = 3.15. Because the price of Fcount smaller

than Ftable, then Ho accepted and Ha rejected. This means there is no difference in

physical fitness of elementary school students in urban, rural and transition area. Based on the location of each area is urban, rural, and the transition did not significantly affect physical fitness.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : “Perbandingan Pengaruh Letak Geografis Terhadap Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa Sekolah Dasar Di Perkotaan, Pedesaan Dan Daerah Transisi Di Kabupaten Bogor”.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains di program studi Ilmu Keolahragaan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.

Penulis menyadari bahwa isi dari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk penulisan lebih lanjut. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak lainnya.

Bandung, Mei 2015

Banyu Nugraha NIM. 1005162


(8)

Banyu Nugraha, 2015

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan perasaan tulus dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Epi Supriatna dan Ibu Cicilia Indah

Supriatni serta kakak dan adik tercinta Cilvie Citra Velma Regina, Widi Setra Wiguna dan Agam Raga Laksana yang selalu memberikan do’a dan semangat yang tidak terbatas kepada penulis.

2. Dr. Yunyun Yudiana, M.Pd. selaku dekan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.

3. Agus Rusdiana, M.Sc., Ph.D. selaku ketua jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi.

4. Drs. Sumardiyanto, M.Pd. selaku ketua program studi Ilmu Keolahragaan sekaligus pembimbing I yang telah membimbing serta memberikan saran-saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Iman Imanudin, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing II yang telah membimbing, memberikan saran-saran dan pengarahan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Mustika Fitri, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberikan dukungan serta kemudahan kepada penulis selama perkuliahan,

7. Seluruh dosen dan asisten dosen di lingkungan jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama masa perkuliahan.

8. Eggi Gunawan selaku staff program studi Ilmu Keolahragaan yang telah memberikan banyak bantuan sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.

9. Seluruh staff akademik Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis aktif sebagai mahasiswa. 10.Seluruh keluarga besar yang telah memberikan banyak dukungan sehingga


(9)

11.Ani Sundari, S.Ip yang selalu memberikan semangat, dukungan, do’a dan berbagi dalam segala hal kepada penulis sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.

12.Sahabat-sahabat terbaik penulis Rangga Rizki Rakasiwi Amd.Kom, Riswi Rizki Rakasiwi, Dolly Maraganti Harahap Amd.Kom, Sony Anwar, Andri Febriana, dan Arif Rahmat yang selalu memberikan semangat, dukungan yang tidak terbatas dan selalu berbagi dalam segala hal.

13.Sahabat-sahabat penulis Rizki Khaerul A. S.Si, Finaldhi P. S.Si, Nushahan Najmi S.Si, M. Zakiy Muflih S.Si, Dea Radea S.Si, Dian M.Z S.Si, Ilman A. Syahda S.Si, Asep Hermawan, Reza Hermansyah, Afrian D.F, Teddy Gunawan, Jajang Nurjaman yang selalu memberikan semangat dan dukungan yang tidak terbatas.

14.Teman-teman KKN Desa Sambongpari Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya Elwin, Rio, Deden, Maria, Astri, Ajeng, Lizna, Nindy, Ai, dan Dina yang telah memberikan banyak pengalaman yang berharga.

15.Rekan-rekan seperjuangan Ilmu Keolahragaan 2010 yang selalu kompak selama masa perkuliahan dan selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

16.Seluruh guru dan staff SDN Pasirbuncir, SDN Cinagara 1 dan SDN Cinagara 2 yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis melakukan penelitian.

17.Semua pihak yang telah memberikan bantuan maupun dorongan kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini

Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya untuk membalas semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, amin.

.

Bandung, Mei 2015

Banyu Nugraha NIM. 1005162


(10)

Banyu Nugraha, 2015

ABSTRAK

PERBANDINGAN PENGARUH LETAK GEOGRAFIS TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SEKOLAH DASAR DI PERKOTAAN, PEDESAAN DAN DAERAH TRANSISI DI KABUPATEN

BOGOR

Banyu Nugraha 1005162

Drs. Sumardiyanto, M.Pd.1 Iman Imanudin, S.Pd., M.Pd.2

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal diantaranya, kurangnya tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah dasar sesuai harapan, selain itu penelitian ini juga ingin mengetahui perbedaan kebugaran jasmani siswa sekolah dasar dari tiga tempat yang berbeda. Sehingga tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kebugaran jasmani antara siswa sekolah dasar yang berasal dari perkotaan, pedesaan, dan daerah transisi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif. Populasi berjumlah 114 orang dan yang dijadikan sampel berjumlah 63 orang dari tiap-tiap sekolah yang dijadikan objek penelitian. Sampel penelitian ditentukan dengan cara acak(undi) sehingga didapatkan sampel dengan rincian 21 orang dari SDN Pasirbuncir, 21 orang dari SDN Cinagara 1, dan 21 orang dari SDN Cinagara 2. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen Tes Kebugaran Jasmani Indonesia untuk anak usia 10-12 tahun yaitu Tes Lari 40 meter, Tes Gantung Sikuk Tekuk, Tes baring Duduk 30 detik, Tes Loncat Tegak, dan Tes Lari 600 meter. Hasil dari penelitian berdasarkan dk (2.60), maka harga Ftabel = 3,15 untuk

signifikansi 0,05. Harga Fhitung = 0,00048 ternyata lebih kecil dari Ftabel = 3,15.

Karena harga Fhitung lebih kecil dari harga Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan kebugaran jasmani siswa sekolah dasar di perkotaan, pedesaan dan daerah transisi. Berdasarkan letak daerah masing-masing yaitu perkotaan, pedesaan, dan transisi tidak mempengaruhi kebugaran jasmani secara signifikan.


(11)

ABSTRACT

COMPARISON OF THE INFLUENCE OF GEOGRAPHICAL LOCATION ON THE LEVEL OF PHYSICAL FITNESS OF ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS IN URBAN, RURAL AND THE TRANSITIONAL AREAS IN

THE DISTRICT OF BOGOR

Banyu Nugraha 1005162

Drs. Sumardiyanto, M.Pd.1 Iman Imanudin, S.Pd., M.Pd.2

This research is motivated by several things including, lack of physical fitness level of primary school students as expected, in addition, this study also wanted to know the difference in physical fitness of elementary school students from three different places. So the purpose of this research is to know the difference between the physical fitness of elementary school students who come from urban, rural, and the transition area. The method used in this research is a comparative descriptive method. A population of 114 people and the sample amounted to 63 people from each school, as object of study. The research sample is determined by means of random (dice) to obtain samples with details 21 people from SDN Pasirbuncir, 21 people from SDN Cinagara 1, and 21 people from SDN Cinagara 2. The instrument used in this study is an instrument Indonesian Physical Fitness Test for children aged 10-12 years is 40 meters Run Tests, Hanging Elbow Bend Tests, Lying Sitting 30 seconds Tests, Skip Upright Tests, and 600 meters Run Test. The results of study by dk (2.60), then the price Ftable = 3.15 to 0.05. Prices

Fcount = 0.00048 is smaller than Ftable = 3.15. Because the price of Fcount smaller

than Ftable, then Ho accepted and Ha rejected. This means there is no difference in

physical fitness of elementary school students in urban, rural and transition area. Based on the location of each area is urban, rural, and the transition did not significantly affect physical fitness.


(12)

Banyu Nugraha, 2015

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang Masalah... Error! Bookmark not defined.

B. Rumusan Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

C. Tujuan Masalah Penelitian... Error! Bookmark not defined.

D. Manfaat Masalah Penelitian... Error! Bookmark not defined.

E. Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined.

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

A. Kebugaran Jasmani ... Error! Bookmark not defined.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kebugaran Jasmani ... Error! Bookmark not defined.

C. Komponen Kebugaran Jasmani ... Error! Bookmark not defined.

D. Pendidikan Sekolah Dasar ... Error! Bookmark not defined.

E. Letak Geografis Kota, Desa Dan Daerah Transisi ... Error! Bookmark not defined.

F. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... Error! Bookmark not defined.

G. Posisi Teoritis Peneliti ... Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Desain Penelitian... Error! Bookmark not defined.

B. Partisipan... Error! Bookmark not defined.

C. Populasi Dan Sampel ... Error! Bookmark not defined.

1. Populasi ... Error! Bookmark not defined.

2. Sampel ... Error! Bookmark not defined.

D. Instrument Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Tes Lari Cepat 40 Meter... Error! Bookmark not defined.

2. Tes Gantung Siku Tekuk... Error! Bookmark not defined.

3. Tes Baring Duduk 30 Detik ... Error! Bookmark not defined.

4. Tes Loncat Tegak ... Error! Bookmark not defined.

5. Tes Lari 600 Meter ... Error! Bookmark not defined.

E. Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.


(13)

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Temuan... Error! Bookmark not defined.

1. Deskripsi Hasil Pengolahan Data ... Error! Bookmark not defined.

2. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

B. Pembahasan... Error! Bookmark not defined.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

B. Saran... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.


(14)

Banyu Nugraha, 2015

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Rancangan Instrumen Penelitian... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.2 Pedoman Penilaian Lari Cepat 40 MeterError! Bookmark not defined. Tabel 3.3 Pedoman Penilaian Gantung Siku TekukError! Bookmark not defined.

Tabel 3.4 Pedoman Penilaian Baring Duduk 30 DetikError! Bookmark not defined.

Tabel 3.5 Pedoman Penilaian Loncak Tegak ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.6 Pedoman Penilaian Lari 600 Meter ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.7 Pedoman Norma Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.1 Pedoman Norma Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.2 Hasil TKJI Sekolah Dasar Pedesaan... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.3 Hasil TKJI Sekolah Dasar Daerah TransisiError! Bookmark not defined.

Tabel 4.4 Hasil TKJI Sekolah Dasar Perkotaan... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.5 Nilai Rata-Rata, Simpangan Baku Dan VariansError! Bookmark not defined.

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Normalitas ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.7 Hasil Pengujian Homogenitas... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.8 Hasil Penghitungan Anova Satu Jalur ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.9 Perbandingan nilai rata-rata Tes Kebugaran Jasmani Indonesia .... Error! Bookmark not defined.


(15)

(16)

Banyu Nugraha, 2015

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Desain Penelitian... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.2 Langkah-langkah penelitian ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.3 Posisi Start Lari 40 Meter ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.4 Sikap Permulaan Gantung Siku TekukError! Bookmark not defined.

Gambar 3.5 Sikap Bergantung Siku Tekuk ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.6 Sikap Permulaan Baring Duduk... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.7 Gerakan Baring Menuju Sikap DudukError! Bookmark not defined.

Gambar 3.8 Sikap Duduk Dengan Kedua Siku Menyentuh Paha ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 3.9 Papan Loncat Tegak ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.10 Sikap Menentukan Raihan Tegak .... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.11 Sikap Awalan Loncat Tegak ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.12 Gerakan Meloncat Tegak ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.13 Posisi Start Lari 600 Meter ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3.14 Posisi Melewati Finish ... Error! Bookmark not defined.


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Hasil Tes Kebugaran Jasmani Indonesia SDN Pedesaan ... Error! Bookmark not defined.

Lampiran 2 Hasil Tes Kebugaran Jasmani Indonesia SDN Daerah Transisi . Error! Bookmark not defined.

Lampiran 3 Hasil Tes Kebugaran Jasmani Indonesia SDN Perkotaan ... Error! Bookmark not defined.

Lampiran 4 Uji Normalitas Liliefors SDN PedesaanError! Bookmark not defined.

Lampiran 5 Uji Normalitas Lilefors SDN PerkotaanError! Bookmark not defined.

Lampiran 6 Uji Normalitas Liliefors SDN Daerah TransisiError! Bookmark not defined.

Lampiran 7 Uji Homogenitas Kebugaran Jasmani Error! Bookmark not defined. Lampiran 8 Daftar Statistik Induk Anova Satu JalurError! Bookmark not defined.

Lampiran 9 Uji Hipotesis Anova Satu Jalur ... Error! Bookmark not defined. Lampiran 10 Formulir Tes Kebugaran Jasmani... Error! Bookmark not defined. Lampiran 11 Foto Saat Pengambilan Data ... Error! Bookmark not defined. Lampiran 12 Kartu Bimbingan Skripsi ... Error! Bookmark not defined. Lampiran 13 Pengesahan Judul dan Penunjukan Pembimbing Penulisan Skripsi ... Error! Bookmark not defined. Lampiran 14 Surat Ijin Penelitian ... Error! Bookmark not defined. Lampiran 15 Daftar nilai kritis untuk uji Lilliefors Error! Bookmark not defined.


(18)

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sudah mengenal aktivitas fisik sejak dahulu kala seperti berlari, berenang, berburu, dan lain sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa manusia pada saat itu tidak terlepas olahraga. Olahraga pada dasarnya adalah bergerak, bergerak untuk melakukan aktivitas sehari-hari demi memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu olahraga sudah menjadi suatu kebutuhan bagi manusia. Dalam berolahraga tiap-tiap individu mempunyai tujuan yang berbeda-beda, ada yang bertujuan untuk prestasi, rekreasi, maupun pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia bab VI pasal 17 Nomor 3 Tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional yang menjelaskan bahwa “ruang lingkup olahraga meliputi kegiatan olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi”. Artinya olahraga sebagai sarana untuk menaungi aktifitas fisik atau jasmani baik itu untuk kepentingan pendidikan, rekreasi maupun prestasi.

Olahraga telah berkembang dengan pesat dewasa ini. Terbukti dengan antusiasme masyarakat untuk terlibat dalam hal keolahragaan, karena masyarakat saat ini sudah sadar akan kepentingan kesehatan jasmani dan program pemerintah yang memudahkan masyarakat untuk mendapatkan akses untuk berolahraga. Untuk meningkatkan potensi dan membudayakan keterlibatan masyarakat dalam setiap kegiatan atau aktivitas yang bersifat fisik bisa berbentuk permainan, perlombaaan atau kegiatan jasmani yang intensif dengan berlandaskan pendidikan, rekreasi, prestasi dan kesehatan. Menurut WHO (dalam Mutohir, 2007. hlm.14) mengemukakan bahwa “Olahraga menggunakan istilah physical activity yaitu segala bentuk aktivitas gerak yang dilakukan setiap hari, termasuk bekerja, rekreasi, latihan dan aktivitas olahraga”. Berdasarkan pendapat ini dapat dikatakan bahwa olahraga merupakan aktivitas yang dapat dilakukan oleh siapapun.

Dalam beberapa tahun terakhir seiring berkembangnya zaman modern tujuan manusia untuk berolahraga menjadi berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya. Dalam masyarakat modern olahraga merupakan salah satu bentuk


(20)

2

Banyu Nugraha, 2015

sarana rekreasi karena bisa dilakukan oleh siapapun itu, tidak mengenal batasan usia, jenis kelamin, pangkat dan sebagainya. Salah satu tujuan utama manusia untuk berolahraga yaitu dengan mencari pengalaman aktivitas jasmani untuk mengurangi kejenuhan yang dialami oleh tubuh. Setiap orang memiliki rutinitas masing-masing yang beragam dengan spesifikasi yang berbeda-beda. Dikarenakan keberagamannya itulah yang membuat kebugaran jasmani sangat menentukan kesanggupan seseorang untuk menjalankan hidup yang produktif dan dapat menyesuaikan diri pada tiap pembebanan fisik yang layak.

Kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh untuk melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap pembebanan fisik yang diberikan kepadanya dari segala kegiatan yang dilakukan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Tidak menimbulkan kelelahan yang berarti disini mempunyai arti dimana bila seseorang melakukan suatu kegiatan / aktivitas fisik, masih mempunyai cukup tenaga untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan lainnya yang mendadak. Kebugaran jasmani berhubungan dengan organ-organ tubuh seseorang untuk melaksanakan tugas-tugasnya setiap hari dengan baik tanpa mengalami kelelahan dan masih mempunyai sisa-sisa tenaga dan kekuatan untuk menghadapi keadaan darurat yang tiba-tiba dan dapat memanfaatkan waktu luangnya. Menurut Giriwijoyo (2007. hlm. 43) menyatakan bahwa :

Kebugaran jasmani adalah kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu dan atau keadaan lingkungan yang harus di atasi dengan cepat dan efisien tanpa rasa lelah yang berlebihan dan telah pulih dengan sempurna sebelum melakukan aktivitas yang sama keesokan harinya.

Secara umum pengertian kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menjalankan pekerjaan sehari-hari dengan mudah tanpa merasakan kelelahan dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk melakukan kegiatan yang lain.

Kebugaran jasmani merupakan salah satu komponen dalam hidup manusia yang sangat diperlukan, agar segala sesuatu aktivitas sehari-hari dapat berjalan dengan baik. Kebugaran jasmani dapat diperoleh dengan cara melakukan aktivitas jasmani secara teratur, terukur, dan terprogram. Kebugaran jasmani yang baik merupakan modal dasar utama bagi seseorang untuk melakukan aktivitas fisik


(21)

3

secara berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Dengan memiliki kebugaran jasmani yang baik, maka seseorang diharapkan akan mampu bekerja secara optimal, produktif dan efisien dan belajar menjadi lebih bersemangat.

Kebugaran jasmani erat kaitannya dengan kegiatan manusia dalam melakukan pekerjaan dan bergerak. Kebugaran jasmani yang dibutuhkan untuk mendukung aktivitas sehari-hari seseorang agar pekerjaan atau akrivitas tersebut optimal. Pekerjaan atau aktivitas pun dapat mempengaruhi kebugaran jasmani seseorang. Kebugaran jasmani yang tinggi merupakan modal essensial untuk menyelesaikan kegiatan secara bergairah, efektif, dan efisien, sehingga berakibat pada kualitas sumber daya manusia yang sangat diharapkan ada pada diri individu sebagai bagian dari masyarakat yang aktif dalam melakukan pembangunan.

Pada dewasa ini baru disadari betapa pentingnya aktivitas pendidikan jasmani dan olahraga dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan serta kebugaran jasmani. Dalam kehidupan modern ini manusia dikelilingi oleh perangkat-perangkat teknologi yang diciptakan agar hidup serba mudah dan praktis tanpa memerlukan kerja dan gerak yang lebih banyak. Melihat perkembangan zaman kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari kebutuhan akan kegiatan yang dinamakan olahraga. Olahraga berperan penting dalam mewujudkan kehidupan manusia yang sehat jasmani dan rohani, disamping itu olahraga bisa dijadikan sebagai alat untuk memupuk perpaduan antara manusia dengan cara silaturahmi. Pada saat ini olahraga sudah menjadi budaya meliputi aspek ekonomi, pendidikan dan sosial yang tidak hanya berfungsi semata-mata sebagai permainan dan pengisi waktu luang.

Sekolah merupakan lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi, segala kegiatannya sudah direncanakan dan diatur dengan kurikulum. Sehingga sekolah sebagai tempat untuk belajar agar tujuan hidup dan cita-cita dapat tercapai. Hal ini berlaku pula pada pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan. Kebugaran jasmani dilingkungan sekolah perlu dibina dan ditingkatkan untuk tercapai proses belajar mengajar yang optimal, karena siswa yang kebugaran jasmaninya baik


(22)

4

Banyu Nugraha, 2015

maka tugas sekolah dapat dilaksanakan dengan baik pula, sebagaimana yang dikemukakan oleh Beltasar (2012. hlm. 29) menyebutkan bahwa :

Seorang siswa yang memiliki tubuh yang bugar akan mampu menjalani aktivitas fisik sehari-hari tanpa ada keluhan dan kelelahan yang berarti. Sebaliknya tingkat kebugaran jasmani yang rendah merupakan kendala dalam pelaksanaan pekerjaan, oleh karena tuntutan pekerjaan yang meminta aktivitas jasmani tidak dapat terpenuhi, dan ini sudah tentu berpengaruh dengan tingkat produktivitasnya.

Sekolah Dasar (SD) menjadi salah satu usaha pemerintah melalui pendidikan formal dalam rangka mewujudkan peningkatan kebugaran jasmani anak usia dini. Berdasarkan hal tersebut maka pendidikan jasmani dilingkungan sekolah dasar harus benar-benar mendapat perhatian yang intensif. Hal ini perlu dilakukan karena status kebugaran jasmani yang baik pada siswa sekolah dasar merupakan modal awal pencapaian status kebugaran jasmani selanjutnya, selain itu siswa sekolah dasar juga masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan.

Kebugaran jasmani yang baik akan berpengaruh pada kegiatan belajar siswa, karena siswa akan bertambah semangat dalam mengikuti proses pembelajaran dan selalu siap dalam menerima materi yang diberikan oleh guru. Tingkat kebugaran jasmani seseorang akan berpengaruh terhadap kesiapan atau kemampuan fisik maupun pikiran untuk menerima beban kerja (aktifitas belajar) yang merupakan kewajiban siswa setiap harinya. Pemantauan perkembangan kebugaran jasmani juga sangat penting untuk dilakukan, karena hasil pemantauan ini dapat dipakai sebagai alat evaluasi bagi siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran jasmani dan sebagai dasar penilaian keberhasilan proses pembelajaran jasmani oleh seorang guru pendidikan jasmani di sekolah.

Kebugaran jasmani yang tinggi diperlukan oleh setiap orang, termasuk anak usia sekolah mulai taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama dan atas bahkan perguruan tinggi karena dengan memiliki kebugaran jasmani yang tinggi maka seseorang mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan waktu yang lama dibandingkan dengan orang yang memiliki kebugaran jasmani yang lebih rendah. Kebugaran jasmani hendaknya diterapkan sejak anak usia dini, baik dalam kegiatan formal maupun non formal. Disebutkan dalam SK.


(23)

5

Mendikbud 413/U/1987 (dalam Harsuki, 2003. hlm. 47) dikemukakan bahwa “pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang bertujuan meningkatkan individu secara organi, neuromuskuler, intelektual dan emosional melalui aktivitas fisik”.

Sekolah dasar pada saat ini telah banyak dijumpai di berbagai penjuru wilayah. Tidak hanya di kota, pembangunan sekolah dasar terus dilakukan pemerintah hingga pelosok desa bahkan daerah yang sulit untuk dijangkau seperti daerah pelosok atau pedesaan. Hal tersebut dilakukan agar proses pendidikan dapat berjalan dengan lancar dan siswa usia sekolah dasar tidak lagi merasa kelelahan dalam mengikuti proses pembelajaran karena jauhnya sekolah dari tempat tinggal mereka. Berdasarkan urutan tersebut peneliti ingin mengetahui apakah dengan perbedaan keadaan wilayah, tingkat kebugaran jasmani merekapun berbeda, karena dengan perbedaan letak wilayah maka karakteristik anakpun menjadi berbeda.

Siswa sekolah dasar di daerah perkotaan pola makan dan kandungan gizi lebih diperhatikan, namun mereka cenderung kurang bergerak karena keterbatasan waktu dan tempat. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga membawa dampak yang kurang baik bagi anak-anak di daerah perkotaan, mereka lebih akrab dengan teknologi canggih, aneka permainan modern telah menggantikan permainan-permainan tradisional yang sebenarnya lebih melibatkan fisik, hal ini dapat menyebabkan anak kurang gerak (hipokinetik) dan dapat menimbulkan menurunnya tingkat kebugaran jasmani. Hal tersebut tentunya tidak berlaku bagi mereka yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler atau ikut dalam klub olahraga di luar kegiatan sekolah.

Hal tersebut berbeda dengan keadaan anak-anak di daerah pedesaan. Mereka lebih bebas bergerak karena luasnya ruang dan keadaan alam yang mendukung. Dalam bermain mereka masih menggunakan permainan-permainan tradisional karena tidak adanya biaya untuk membeli alat-alat permainan modern, anak-anak pedesaan juga masih familiar dengan rutinitas sehari-hari yang berhubungan dengan aktivitas fisik seperti jalan kaki untuk berangkat sekolah, dan masih banyak aktivitas fisik yang menuntut mereka untuk aktif bergerak.


(24)

6

Banyu Nugraha, 2015

Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas dalam penelitian ini penulis ingin mengadakan suatu penelitian, yaitu dengan membandingkan tingkat kebugaran jasmani anak-anak sekolah dasar yang berada di daerah perkotaan dengan tingkat kebugaran jasmani anak-anak sekolah dasar di daerah pedesaan serta anak-anak sekolah dasar di daerah transisi di Kabupaten Bogor. Penulis juga ingin mengetahui apakah perbedaan letak wilayah tersebut mengakibatkan tingkat kebugaran jasmani mereka juga berbeda karena idealnya mereka memiliki tingkat kebugaran jasmani yang sama, selain mereka dari jenjang usia yang sama di sekolah mereka juga telah diajarkan pendidikan jasmani sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan kebugaran jasmani siswa tersebut. Sehingga penulis mengangkat judul sesuai penjelasan tersebut yaitu “Perbandingan pengaruh letak geografis terhadap tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah dasar di perkotaan, pedesaan dan daerah transisi di kabupaten bogor”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah pada penelitian ini, agar terarah pada sasaran penelitian maka penelitian ini perlu dirumuskan permasalahannya. Adapun rumusan masalah pada permasalahan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah dasar yang berada di daerah perkotaan.

2. Bagaimana tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah dasar yang berada di daerah pedesaan.

3. Bagaimana tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah dasar yang berada di daerah transisi.

4. Adakah perbedaan kebugaran jasmani antara siswa sekolah dasar di perkotaan, di pedesaan dan di daerah transisi di Kabupaten Bogor.

C. Tujuan Masalah Penelitian

Sesuai dengan masalah yang diajukan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:


(25)

7

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah dasar yang berada di daerah perkotaan.

2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah dasar yang berada di daerah pedesaan.

3. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah dasar yang berada di daerah transisi.

4. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat kebugaran jasmani antara siswa sekolah dasar di perkotaan, di pedesaan dan di daerah transisi di Kabupaten Bogor.

D. Manfaat Masalah Penelitian

Dengan mengetahui tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah dasar yang berada di perkotaan, di pedesaan dan di daerah transisi di Kabupaten Bogor maka dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritik

Dapat menunjukan bukti secara ilmiah tingkat kebugaran jasmani siswa sekolah dasar di perkotaan, di pedesaan dan di daerah transisi di Kabupaten Bogor, sehingga dapat dijadikan dasar dalam mengembangkan program pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan baik untuk pembelajaran maupun prestasi cabang olahraga.

2. Secara Praktis

a. Bagi siswa, dapat mengetahui tingkat kebugaran jasmaninya dan akan mendorong untuk melakukan aktivitas yang dapat membawa pada kehidupan yang lebih baik.

b. Bagi guru, sebagai sarana untuk mengevaluasi ketuntasan tugas mengajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

c. Bagi sekolah, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan program-program sekolah kedepannya.

d. Bagi pembaca, sebagai informasi bahwa kebugaran jasmani siswa perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang terkait.


(26)

8

Banyu Nugraha, 2015

e. Bagi peneliti, dapat dijadikan bahan kajian bagi penelitian selanjutnya sehingga hasilnya lebih mendalam dan memberikan sumbangan perkembangan pengetahuan bagi orang lain.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Dalam penulisan skripsi ini, penulis memaparkan urutan dalam penyusunannya. Adapun urutan dari masing-masing bab akan penulis jelaskan sebagai berikut :

1. Pada Bab I tentang pendahuluan akan dipaparkan mengenai : a. Latar Belakang.

b. Perumusan Masalah. c. Tujuan Penelitian. d. Manfaat Penelitian.

e. Struktur Organisasi Skripsi. 2. Bab II tentang kajian pustaka

3. Bab III tentang metode penelitian akan dipaparkan secara rinci mengenai komponen yang terdapat dalam metode penelitian diantaranya :

a. Desain Penelitian. b. Partisipan.

c. Populasi dan Sampel. d. Instrument Penelitian. e. Prosedur Penelitian. f. Analisis Data.

4. Bab IV tentang hasil penelitian dan pembahasan akan dipaparkan pengolahan data dan pembahasan atau analisis temuan.

5. Bab V tentang kesimpulan dan saran akan dipaparkan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran untuk penelitian.


(27)

29

X1

X2

X3

Y

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Suatu penelitian membutuhkan sebuah desain penelitian untuk dijadikan acuan dalam langkah-langkah penelitian. Desain penelitian merupakan gambaran umum penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti untuk mencapai tujuan tertentu. Desain penelitian menunjukan adanya format penulisan yang disusun secara sistematis dan operasional meliputi langkah-langkah dan tahapan yang harus dijalani oleh peneliti. Langkah-langkah dalam penelitian ini diantaranya.

1. Menetapkan populasi dan sampel penelitian.

2. Pengambilan dan pengumpulan data melalui tes dan pengukuran. 3. Menganalisis data.

4. Menetapkan kesimpulan.

Untuk lebih jelasnya desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan:

X1 : letak geografis perkotaan

X2 : letak geografis pedesaan

X3 : letak geografis daerah transisi


(28)

30

Banyu Nugraha, 2015

Populasi

Sampel

Siswa SDN Transisi

Siswa SDN Pedesaan Siswa SDN Perkotaan

Adapun langkah-langkah penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.2 Langkah-langkah penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif dengan pendekatan deskriptif komparatif. Artinya, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes sebagai pengumpul data terhadap sampel dari populasi tertentu, dan selanjutnya dideskripsikan secara lebih lanjut dengan menggunakan model-model statistic untuk memberikan penegasan pada teori yang telah dibangun sebelumnya. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada. Metode yang

Tes kebugaran jasmani

Pengolahan data analisis


(29)

31

peneliti lakukan yaitu ingin membandingkan kebugaran jasmani anak sekolah dasar di tiga sekolah berbeda berdasarkan letak geografisnya yakni di perkotaan, pedesaan dan daerah transisi.

B. Partisipan

Dalam penelitian ini partisipan yang diambil yaitu anak laki-laki dan perempuan antara usia 9-12 tahun. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 5 sekolah dasar di tiga tempat, yaitu siswa kelas 5 SDN Cinagara 1, siswa kelas 5 SDN Cinagara 2, dan siswa kelas 5 SDN Pasirbuncir berjumlah 63 orang. Selain sampel penelitian, peneliti dibantu oleh guru pendidikan jasmani dari tiap sekolah dan pendamping peneliti untuk membantu pada saat proses penelitian berlangsung.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan suatu kelompok yang akan digenerelasikan apabila telah dilakukan suatu penelitiaan pada sebagian populasi tersebut atau seluruh dari populasi tersebut. Arikunto (2010. hlm. 173) mengemukakan bahwa

populasi adalah : “Keseluruhan subjek penelitian”. Populasi dalam penelitian

ini adalah siswa didik sebanyak 114 orang dari tiga sekolah dasar di Kabupaten Bogor.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian kecil yang mewakili atau keseluruhan populasi yang ada. Sampel menurut Arikunto (2010. hlm. 174)

mengemukakan bahwa : “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

akan diteliti”. Terdapat banyak penarikan sampel contohnya random

sampling, stratifield random sampling, cluster sampling, purposive sampling, total sampling, sampling jenuh, dan lainnya. Sampel yang digunakan biasanya tergantung kepada jenis penelitian dan sasaran yang diinginkan oleh peneliti. Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel dengan cara purposive sampling yaitu sampel yang bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas


(30)

32

Banyu Nugraha, 2015

adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Peneliti bisa menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu, tetapi ada syarat-syarat yang harus dipenuhi. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok sampel, diantaranya : a. Sehat jasmani dan rohani

b. Telah mengikuti pelajaran pendidikan kesehatan jsamani

c. Berdomisili di Kabupaten Bogor dan dekat dengan sekolah yang dijadikan subjek penelitian

d. Siswa kelas 5 sekolah dasar e. Usia diantara 9 sampai 12 tahun f. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan

Penentuan karakteristik sampel dilakukan dengan cara acak (undi) masing-masing berjumlah 21 orang. Jadi sampel dalam penelitian ini terdiri dari 21 orang dari SDN Pasirbuncir, 21 orang dari SDN Cinagara 1 dan 21 orang dari SDN Cinagara 2 sehingga keseluruhan sampel berjumlah 63 orang.

D. Instrument Penelitian

Instrumen yang digunakan harus sesuai dengan pertanyaan penelitian, artinya instrumen yang digunakan harus dapat mengukur sesuatu yang ingin diukur. Tentang hal tersebut oleh Arikunto (2010. hlm. 192) mengemukakan bahwa “Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode”. Ada beberapa instrumen yang dapat digunakan seperti angket, pedoman wawancara, pedoman observasi dan yang lainnya. Dalam penelitian ini, instrumen utama yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa tes kebugaran jasmani. Pengertian tes adalah “serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok” (Arikunto, 2010, hlm. 193).

Berdasarkan pendapat di atas, maka instrumen dalam penelitian ini menggunakan Tes Kebugaran Jasmani Indonesia untuk sekolah dasar (Nurhasan


(31)

33

dan Cholil, 2007, hlm. 104-118). Untuk lebih jelasnya peneliti buat tabel rancangan instrumen penelitian tentang variabel penelitian, sumber data, metode dan instrumen penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Rancangan Instrumen Penelitian

Adapun cara penilaian yang dilakukan dalam pengetesan ini sesuai dengan yang dikemukakan Nurhasan dan Cholil, (2007. hlm. 104-118) adalah sebagai berikut : 1. Tes Lari Cepat 40 Meter

Tujuan : Untuk mengukur kecepatan lari seseorang.

Alat / fasilitas : Peluit. Stopwatch. Bendera start dan tiang pancang. Lintasan lurus, rata dan tidak licin, jarak antara garis start dan finish 40 meter.

Pelaksanaan : Subjek berdiri di belakang garis start dengan sikap berdiri,

aba-aba “ya” subjek berlari ke depan secepat mungkin menempuh jarak

40 meter. Pada saat subjek menyentuh/melewati garis finish stopwatch dihentikan.

Kesempatan lari diulang bilamana : Pelari mencuri start, pelari terganggu oleh pelari lainnya.

No Variabel

Penelitian Sumber Data Metode Instrumen

1 Kebugaran Jasmani

Sekolah Dasar Perkotaan

Tes Kebugaran

1. Lari Cepat 40 meter

2. Gantung Siku Tekuk

3. Baring Duduk 30 detik

4. Loncat Tegak 5. Lari 600 meter 2 Kebugaran

Jasmani

Sekolah Dasar Pedesaan

Tes Kebugaran

3 Kebugaran Jasmani

Sekolah Dasar Daerah Transisi

Tes Kebugaran


(32)

34

Banyu Nugraha, 2015

Skor : Skor hasil tes yaitu waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak 40 meter. Waktu dicatat sampai sepersepuluh detik.

Gambar 3.3 Posisi Start Lari 40 Meter

Penilaian jarak tempuh berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin.

Tabel 3.2 Pedoman Penilaian Lari Cepat 40 Meter

Nilai 10 – 12 Tahun

Putera Puteri

5 sd –6.3” sd –6.7”

4 6.4” –6.9” 6.8” –7.5”

3 7.0” –7.7” 7.6” –8.3”

2 7.8” –8.8” 8.4” –9.6”

1 8.9” – dst. 9.7” – dst.

2. Tes Gantung Siku Tekuk

Tujuan : Mengukur kekuatan dan daya tahan otot lengan dan otot bahu. Alat / fasilitas : Formulir pencatat hasil. Stopwatch. Lantai yang rata dan bersih.

Palang tunggal yang tinggi rendahnya dapat diatur sehingga subjek dapat bergantung.


(33)

35

Pelaksanaan : Subjek bergantung pada palang tunggal,sehingga kepala, badan dan tungkai lurus. Kedua lengan dibuka selebar bahu dan keduanya lurus. Kemudian subjek mengangkat tubuhnya, dengan membengkokkan kedua lengan, sehingga dagu menyentuh atau melewati palang tunggal, kemudian pertahankan posisi tersebut selama mungkin.


(34)

36

Banyu Nugraha, 2015

Gambar 3.5 Sikap Bergantung Siku Tekuk

Tabel 3.3 Pedoman Penilaian Gantung Siku Tekuk

Nilai 10 – 12 Tahun

Putera Puteri

5 51” ke atas 40” ke atas

4 31” –50” 20” –29”

3 15” –30” 8”–19”

2 5” –14” 2” –7”

1 0 –4” 0 –1”

3. Tes Baring Duduk 30 Detik

Tujuan : Mengukur kekuatan dan daya tahan otot perut.

Alat / fasilitas : Lantai / lapangan rumput yang bersih. Stopwatch. Formulir pencatat hasil dan alat tulis.

Pelaksanaan : Subjek berbaring di atas lantai/rumput. Kedua lutut ditekuk + 900. Kedua tangan dilipat dan diletakkan di belakang kepala dengan jari tangan saling berkaitan dan kedua lengan menyentuh lantai. Salah seorang teman subjek membantu memegang dan menekan kedua pergelangan kaki, agar kaki subjek tidak terangkat. Pada aba-aba

“ya” subjek mengambil sikap duduk, sehingga kedua sikunya

menyentuh paha, kemudian kembali ke sikap semula. Lakukan gerakan itu berulang-ulang cepat tanpa istirahat dalam waktu 30 detik.

Skor : Jumlah baring duduk yang dilakukan dengan benar selama 30 detik. Setiap gerakan baring duduk yang tidak benar diberi angka 0 (nol).

Gerakan itu gagal bilamana kedua lengan lepas sehingga jari-jarinya tidak terjalin, kedua tungkai ditekuk dengan sudut lebih dari 900, kedua siku tidak menyentuh paha.


(35)

37

Gambar 3.6 Sikap Permulaan Baring Duduk

Gambar 3.7 Gerakan Baring Menuju Sikap Duduk


(36)

38

Banyu Nugraha, 2015

Tabel 3.4 Pedoman Penilaian Baring Duduk 30 Detik

Nilai 10-12 Tahun

Putera Puteri

5 23 ke atas 20 ke atas

4 18 – 22 14 – 19

3 12 – 17 7 – 13

2 4 – 11 2 – 6

1 0 – 3 0 – 1

4. Tes Loncat Tegak

Tujuan : Mengukur daya ledak (tenaga eksplosif) otot tungkai.

Alat / fasilitas : Dinding yang rata dan lantai yang rata dan cukup luas. Papan berwarna gelap berukuran 30 x 150 cm berskala satuan ukuran sentimeter yang digantung pada dinding dengan ketinggian jarak antara lantai dengan angka 0 (nol) pada papan skala ukuran 150cm. Serbuk kapur dan penghapus. Formulir pencatat hasil dan alat tulis. Pelaksanaan : Subjek berdiri tegak dekat dinding, kedua kaki, papan dinding

berada di samping tangan kiri atau kanannya. Kemudian tangan yang berada dekat dinding diangkat lurus ke atas, telapak tangan ditempelkan pada papan berskala, sehingga meninggalkan bekas raihan jarinya. Kedua tangan lurus berada disamping badan kemudian subjek mengambil sikap awalan dengan membengkokkan kedua lutut dan kedua tangan diayun ke belakang, kemudian subjek meloncat setinggi mungkin sambil menepuk papan berskala dengan tangan yang terdekat dengan dinding, sehingga meninggalkan bekas raihan pada papan berskala. Tanda ini menampilkan tinggi raihan loncatan subjek tersebut. Subjek diberi kesempatan melakukan sebanyak tiga kali loncatan.

Skor : Ambil tinggi raihan yang tertinggi dari ketiga loncatan tersebut, sebagai hasil tes loncat tegak. Hasil loncat tegak diperoleh dengan


(37)

39

cara hasil raihan tertinggi dari salah satu loncatan tersebut dikurangi tinggi raihan tanpa loncatan.

Gambar 3.9 Papan Loncat Tegak


(38)

40

Banyu Nugraha, 2015

Gambar 3.11 Sikap Awalan Loncat Tegak


(39)

41

Tabel 3.5 Pedoman Penilaian Loncak Tegak

Nilai 10-12 Tahun

Putera Puteri

5 46 ke atas 42 ke atas

4 38 – 45 34 – 41

3 31 – 37 28 – 33

2 24 – 30 21 – 27

1 0 – 23 0 – 20

5. Tes Lari 600 Meter

Tujuan : Mengukur daya tahan (cardio respiratory endurance)

Alat / fasilitas : Lapangan yang rata atau lintasan yang telah diketahui panjangnya mudah untuk menentukan jarak 600 meter. Bendera dan tiang pancang. Peluit. Stopwatch. Nomor dada. Formulir pencatat hasil dan alat tulis. Tanda garis untuk start dan finish.

Pelaksanaan : Subjek berdiri di belakang garis start. Pada aba-aba “siap” subjek mengambil sikap start berdiri untuk siap lari. Pada aba-aba “ya” subjek lari menuju garis finish, dengan menempuh jarak 600 meter. Bila ada subjek yang mencuri start, maka subjek tersebut dapat mengulangi tes tersebut.

Skor : Hasil yang dicatat sebagai skor lari 600 meter adalah waktu yang dicapai dalam menempuh jarak 600 meter. Hasil dicatat sampai sepersepuluh detik.


(40)

42

Banyu Nugraha, 2015

Gambar 3.13 Posisi Start Lari 600 Meter

Gambar 3.14 Posisi Melewati Finish

Tabel 3.6 Pedoman Penilaian Lari 600 Meter

Nilai 10-12 Tahun

Putera Puteri

5 sd –2’.09” sd –2’.32”

4 2’.10” –3’.30” 2’.33” –2’.54”

3 2’.31” –2’.45” 2’.55” –3’.28”

2 2’.46” –3’.44” 3’.29” –4’.22”


(41)

43

Adapun hasil akhir dari kelima tes tersebut jumlahnya akan dicocokan dengan norma Tes Kebugaran Jasmani Indonesia, seperti yang dikemukakan oleh Nurhasan dan Cholil, (2007. hlm. 118) yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.7 Pedoman Norma Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI)

No Jumlah Nilai Klasifikasi

1 22 – 25 Baik Sekali ( B S )

2 18 – 21 Baik ( B )

3 14 – 17 Sedang (S )

4 10 – 13 Kurang ( K )

5 5 – 9 Kurang Sekali ( K S )

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi: a. Penyusunan tes kebugaran jasmani.

b. Tahap penjajakan yaitu dengan memulai observasi awal mengenai informasi tentang sekolah-sekolah dasar yang akan diteliti.

c. Tahap pengajuan izin penelitian dengan membuat surat perizinan penelitian pada instansi terkait.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan menyebarkan alat pengumpulan data berupa tes kebugaran jasmani siswa didik. Untuk mengetahui dan mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Observasi

Dalam mencari data yang objektif peneliti melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian, data observasi merupakan deskripsi yang


(42)

44

Banyu Nugraha, 2015

faktual, cermat dan teliti serta terinci mengenai kegiatan lapangan, manusia, dan situasi sosialnya.

Pelaksanaan observasi bertujuan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan disekelilingnya, sehingga peneliti memperoleh makna dari informasi yang dikumpulkan mengenai kebugaran jasmani siswa tersebut.

b. Tes Kebugaran Jasmani

Tes kebugaran jasmani adalah suatu teknik penelitian dengan menggunakan instrumen yang telah diuji validitas dan reabilitasnya untuk mengukur kebugaran jasmani individu atau kelompok. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tes kebugaran jasmani indonesia untuk anak sekolah dasar.

c. Studi Literatur

Pengumpulan data dengan mencari sumber yang menunjang penelitian dengan mencari bukti-bukti para ahli melalui sumber tertulis untuk dijadikan landasan dalam penelitian. Sebagaimana yang dikemukakan

Nasution S. (1995. hlm. 65) bahwa “setiap penelitian memerlukan bahan

yang bersumber dari literatur dan bahan ini meliputi buku, makalah,

pamplet dan bahan dokumenter lainnya”.

F. Analisis Data

Setelah data diperoleh melalui tes, maka langkah berikutnya adalah menganalisis data. Penghitungannya menggunakan analisis of varian atau biasa disebut anova dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menghitung skor rata-rata dari setiap kelompok sampel: ∑

Keterangan :

: Skor rata-rata yang dicari atau mean

∑ : Jumlah

: Skor yang diperoleh : Jumlah sampel


(43)

45

2. Mencari simpangan baku dari setiap kelompok sampel :

√∑

Keterangan :

: Simpangan baku : Jumlah sampel : Skor yang dicapai

: Skor rata-rata yang dicari atau mean 3. Uji Normalitas

Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan liliefors. Sebelum dilakukan analisis komparatif, maka terlebih dahulu dilakukan penghitungan normalitas dari setiap butir tes yang bertujuan untuk mengetahui apakah data tersebut berdistrubusi normal atau sebaliknya. Rumus yang digunakan yaitu dengan uji kenormalan secara non parametrik atau disebut uji liliefors. Pengujian hipotesis nol dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Pengamatan X1,X2,…Xn dijadikan bilangan baku Z1,Z2,…Zn dengan

mempergunakan rumus :

b. Untuk setiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung pula F (Z1) = P (Z < Z1).

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1,Z2,…Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Z1. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Z1), maka:

d. Hitung selisih F (Z1) – S (Z1) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Hitung harga paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut, sebutlah harga terbesar ini (Lo).

f. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka dibandingkan Lo

ini dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis L untuk uji

liliefors dengan taraf nyata α = 0.05. kriterianya adalah tolak hipotesis


(44)

46

Banyu Nugraha, 2015

data pengamatan melebihi L dari daftar nilai kritis uji liliefors dalam hal ini hipotesis diterima.

4. Uji Homogenitas

Uji homogenitas variansi yang sederhana karena cukup membandingkan variansi terbesar dengan variansi terkecil

. Hasil F

hitung (max) dibandingkan dengan F (max) tabel dengan kriteria sebagai berikut :

Terima H0 jika F (max) hitung < F (max) tabel

Tolak H0 jika F (max) hitung > F (max) tabel

H0 menyatakan variansi homogen sedangkan H1 menyatakan variansi tidak

homogen.

5. Uji Hipotesis

Dalam pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji anova satu jalur, adapun pendekatan statistika yang digunakan menurut Riduwan (2014. hlm. 217) maka digunakan rumus:

a. Menghitung jumlah Kuadrat Antar Grup (JKA)

b. Menghitung derajat bebas Antar Grup dbA = A-1

c. Menghitung Kuadrat Rerata Antar Grup (KRA)

KRA =

d. Menghitung jumlah Kuadrat Dalam Antar Grup (JKD)

e. Menghitung derajat bebas Dalam Grup dbD = N-A

f. Menghitung Kuadrat Rerata Dalam Antar Grup (KRD)

KRD =

g. Tentukan taraf signifikansinya, misalnya α = 0,05 atau α = 0,01 h. Mencari Fhitung dan Ftabel

Fhitung =

Ftabel = F (1-α) (dbA,dbD)


(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa, “Tidak terdapat perbedaan kebugaran jasmani yang signifikan antara siswa sekolah dasar di perkotaan, pedesaan dan daerah transisi di Kabupaten Bogor”.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis memiliki beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi siswa sekiranya dapat meningkatkan kebugaran jasmaninya karena akan sangat membantu dalam proses belajar serta dalam pencapaian prestasi, baik prestasi akademik maupun prestasi non akademik.

2. Bagi lembaga sekolah khususnya guru pendidikan jasmani agar dalam proses belajar mengajar lebih menekankan atau mendorong aktivitas fisik siswa yang selanjutnya dapat meningkatkan kebugaran jasmani serta prestasi akademik.

3. Bagi peneliti terhadap penelitian yang akan dilakukan selanjutnya perlu dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik.


(46)

Banyu Nugraha, 2015

PERBAND INGAN PENGARUH LETAK GEOGRAFIS TERHAD AP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISIWA SEKOLAH D ASAR D I PERKOTAAN, PED ESAAN D AN D AERAH TRANSISI D I KABUPATEN

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Statistik. Jakarta: Rineka Cipta.

Beltasar, T. F. (2012). Optimalisasi Pendidikan Jasmani Dan Olahraga Berdasarkan Ilmu Faal. Eidos.

Crain, W. C. (2004). Theories Of Development. Prentice-Hall. Daldjoeni. (2003). Geografi Desa Dan Kota. Bandung: Pt. Alumni.

Depdiknas. (2002). Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Depkes. (2002). Pedoman Kesehatan Olahraga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Djamal, I. Z. (2004). Tantangan Lingkungan & Lansekap Kota. Jakarta.

Djoko, P. I. (2004). Pedoman Praktis Berolahraga Untuk Kebugaran Dan Kesehatan. Yogyakarta: Andi Ofset.

Erminawati. (2009). Kebugaran Dan Kesehatan. Jakarta: Ricardo.

Fuad, I. (2008). Dasar-Dasar Kependidikan. Bandung: Rineka Cipta Press.

Giriwijoyo, S. (2007). Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Harsono. (1988). Coaching Dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Olahraga. Jakarta: Tambak Kusuma.

Harsuki. (2003). Perkembangan Olahraga Terkini : Kajian Para Pakar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


(47)

59

Menpora. (2005). Sistem Keolahragaan Nasional. Jakarta: Kementrian Pemuda Dan Olahraga.

Mutohir, T. C., & Maksum, A. (2007). Sport Development Index. Jakarta: Pt. Indeks.

Nasution, S. (1995). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nurhasan. (2005). Aktivitas Kebugaran. Jakarta: Depdiknas.

Nurhasan, & Cholil. (2007). Modul Tes Dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Riduwan, M. (2014). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta. Rusli, L. (2002). Menuju Sehat Dan Bugar. Jakarta: Depdiknas.

Santoso, S. (2012). Panduan Lengkap Spss Versi 20. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Santrock, J. W. (2003). Adolescene Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Santrock, J. W. (2004). Educational Psychology: 2nd Edition. Mcgraw-Hill

Company.

Sugiyanto. (Tesis). Efektivitas Supervisi Pengajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar. Bandung: Pps-Upi.

Sugiyanto. (2009). Kajian Tubuh Pengetahuan (Body Of Knowledge) Ilmu Keolahragaan. Jakarta: Uneversitas Negeri Jakarta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharjo. (2006). Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar Teori Dan Praktek. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Suhartono, S. (2008). Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Undang-Undang Dasar Tentang Pemerintahan Daerah. (1999). Jakarta: Direktorat Jenderal Otonomi Daerah.


(48)

60

Banyu Nugraha, 2015

Undang-Undang Dasar Tentang Pemerintahan Daerah. (2004). Jakarta: Direktorat Jenderal Otonomi Daerah.


(1)

45

Banyu Nugraha, 2015

PERBAND INGAN PENGARUH LETAK GEOGRAFIS TERHAD AP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISIWA SEKOLAH D ASAR D I PERKOTAAN, PED ESAAN D AN D AERAH TRANSISI D I KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Mencari simpangan baku dari setiap kelompok sampel :

√∑

Keterangan :

: Simpangan baku : Jumlah sampel : Skor yang dicapai

: Skor rata-rata yang dicari atau mean 3. Uji Normalitas

Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan liliefors. Sebelum dilakukan analisis komparatif, maka terlebih dahulu dilakukan penghitungan normalitas dari setiap butir tes yang bertujuan untuk mengetahui apakah data tersebut berdistrubusi normal atau sebaliknya. Rumus yang digunakan yaitu dengan uji kenormalan secara non parametrik atau disebut uji liliefors. Pengujian hipotesis nol dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Pengamatan X1,X2,…Xn dijadikan bilangan baku Z1,Z2,…Zn dengan

mempergunakan rumus :

b. Untuk setiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung pula F (Z1) = P (Z < Z1).

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1,Z2,…Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Z1. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Z1), maka:

d. Hitung selisih F (Z1) – S (Z1) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Hitung harga paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut, sebutlah harga terbesar ini (Lo).

f. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka dibandingkan Lo

ini dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis L untuk uji liliefors dengan taraf nyata α = 0.05. kriterianya adalah tolak hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi normal, jika Lo yang diperoleh dari


(2)

Banyu Nugraha, 2015

PERBAND INGAN PENGARUH LETAK GEOGRAFIS TERHAD AP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISIWA SEKOLAH D ASAR D I PERKOTAAN, PED ESAAN D AN D AERAH TRANSISI D I KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

data pengamatan melebihi L dari daftar nilai kritis uji liliefors dalam hal ini hipotesis diterima.

4. Uji Homogenitas

Uji homogenitas variansi yang sederhana karena cukup membandingkan variansi terbesar dengan variansi terkecil

. Hasil F

hitung (max) dibandingkan dengan F (max) tabel dengan kriteria sebagai berikut :

Terima H0 jika F (max) hitung < F (max) tabel

Tolak H0 jika F (max) hitung > F (max) tabel

H0 menyatakan variansi homogen sedangkan H1 menyatakan variansi tidak

homogen.

5. Uji Hipotesis

Dalam pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji anova satu jalur, adapun pendekatan statistika yang digunakan menurut Riduwan (2014. hlm. 217) maka digunakan rumus:

a. Menghitung jumlah Kuadrat Antar Grup (JKA)

b. Menghitung derajat bebas Antar Grup dbA = A-1

c. Menghitung Kuadrat Rerata Antar Grup (KRA)

KRA =

d. Menghitung jumlah Kuadrat Dalam Antar Grup (JKD)

e. Menghitung derajat bebas Dalam Grup dbD = N-A

f. Menghitung Kuadrat Rerata Dalam Antar Grup (KRD)

KRD =

g. Tentukan taraf signifikansinya, misalnya α = 0,05 atau α = 0,01 h. Mencari Fhitung dan Ftabel

Fhitung =

Ftabel = F (1-α) (dbA,dbD)


(3)

Banyu Nugraha, 2015

PERBAND INGAN PENGARUH LETAK GEOGRAFIS TERHAD AP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISIWA SEKOLAH D ASAR D I PERKOTAAN, PED ESAAN D AN D AERAH TRANSISI D I KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh peneliti, dapat disimpulkan

bahwa, “Tidak terdapat perbedaan kebugaran jasmani yang signifikan antara

siswa sekolah dasar di perkotaan, pedesaan dan daerah transisi di Kabupaten

Bogor”.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis memiliki beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi siswa sekiranya dapat meningkatkan kebugaran jasmaninya karena akan sangat membantu dalam proses belajar serta dalam pencapaian prestasi, baik prestasi akademik maupun prestasi non akademik.

2. Bagi lembaga sekolah khususnya guru pendidikan jasmani agar dalam proses belajar mengajar lebih menekankan atau mendorong aktivitas fisik siswa yang selanjutnya dapat meningkatkan kebugaran jasmani serta prestasi akademik.

3. Bagi peneliti terhadap penelitian yang akan dilakukan selanjutnya perlu dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik.


(4)

Banyu Nugraha, 2015

PERBAND INGAN PENGARUH LETAK GEOGRAFIS TERHAD AP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISIWA SEKOLAH D ASAR D I PERKOTAAN, PED ESAAN D AN D AERAH TRANSISI D I KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Statistik. Jakarta: Rineka Cipta.

Beltasar, T. F. (2012). Optimalisasi Pendidikan Jasmani Dan Olahraga Berdasarkan Ilmu Faal. Eidos.

Crain, W. C. (2004). Theories Of Development. Prentice-Hall. Daldjoeni. (2003). Geografi Desa Dan Kota. Bandung: Pt. Alumni.

Depdiknas. (2002). Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Depkes. (2002). Pedoman Kesehatan Olahraga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Djamal, I. Z. (2004). Tantangan Lingkungan & Lansekap Kota. Jakarta.

Djoko, P. I. (2004). Pedoman Praktis Berolahraga Untuk Kebugaran Dan Kesehatan. Yogyakarta: Andi Ofset.

Erminawati. (2009). Kebugaran Dan Kesehatan. Jakarta: Ricardo.

Fuad, I. (2008). Dasar-Dasar Kependidikan. Bandung: Rineka Cipta Press.

Giriwijoyo, S. (2007). Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Harsono. (1988). Coaching Dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Olahraga. Jakarta: Tambak Kusuma.

Harsuki. (2003). Perkembangan Olahraga Terkini : Kajian Para Pakar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


(5)

59

Banyu Nugraha, 2015

PERBAND INGAN PENGARUH LETAK GEOGRAFIS TERHAD AP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISIWA SEKOLAH D ASAR D I PERKOTAAN, PED ESAAN D AN D AERAH TRANSISI D I KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menpora. (2005). Sistem Keolahragaan Nasional. Jakarta: Kementrian Pemuda Dan Olahraga.

Mutohir, T. C., & Maksum, A. (2007). Sport Development Index. Jakarta: Pt. Indeks.

Nasution, S. (1995). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nurhasan. (2005). Aktivitas Kebugaran. Jakarta: Depdiknas.

Nurhasan, & Cholil. (2007). Modul Tes Dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Riduwan, M. (2014). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Rusli, L. (2002). Menuju Sehat Dan Bugar. Jakarta: Depdiknas.

Santoso, S. (2012). Panduan Lengkap Spss Versi 20. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Santrock, J. W. (2003). Adolescene Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2004). Educational Psychology: 2nd Edition. Mcgraw-Hill Company.

Sugiyanto. (Tesis). Efektivitas Supervisi Pengajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar. Bandung: Pps-Upi.

Sugiyanto. (2009). Kajian Tubuh Pengetahuan (Body Of Knowledge) Ilmu Keolahragaan. Jakarta: Uneversitas Negeri Jakarta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharjo. (2006). Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar Teori Dan Praktek. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Suhartono, S. (2008). Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Undang-Undang Dasar Tentang Pemerintahan Daerah. (1999). Jakarta: Direktorat Jenderal Otonomi Daerah.


(6)

Banyu Nugraha, 2015

PERBAND INGAN PENGARUH LETAK GEOGRAFIS TERHAD AP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISIWA SEKOLAH D ASAR D I PERKOTAAN, PED ESAAN D AN D AERAH TRANSISI D I KABUPATEN BOGOR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Undang-Undang Dasar Tentang Pemerintahan Daerah. (2004). Jakarta: Direktorat Jenderal Otonomi Daerah.