ANALISIS PENGARUH INVESTASI SUMBER DAYA MANUSIA, PENGANGGURAN, DAN PDRB TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN 10 KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH INVESTASI SUMBER DAYA MANUSIA, PENGANGGURAN, DAN PDRB TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN

10 KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh

DESITARANI KUSUMA AWALINA

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh investasi sumber daya manusia, pengangguran, dan PDRB terhadap tingkat kemiskinan 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung. Penelitian ini menggunakan data panel dengan data time series selama 5 tahun dan data cross section sebanyak 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung yang menghasilkan 50 Observasi. Alat analisis menggunakan Program Eviews 6. metode analisis menggunakan regresi data panel dengan metode Random Effect.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel investasi sumber daya manusia dengan koefisien regresi -3,945948 memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Variabel pengangguran dengan koefisien regresi 2,388341 berpengaruh positif dan siginfikan terhadap tingkat kemiskinan. Variabel PDRB dengan koefisien regresi -2,447278 memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Intersep hasil analisis menggunakanrandom effect, dari 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung yang mempunyai tingkat kemiskinan tinggi adalah Lampung Utara, Lampung Timur, Lampung Selatan, Lampung Tengah, dan Tanggamus. Sedangkan yang mempunyai kemiskinan rendah adalah Lampung Barat, Way Kanan, Bandar Lampung, Tulang Bawang, dan Metro.

Kata Kunci : tingkat kemiskinan, investasi sumber daya manusia, pengangguran, Produk Domestik Regional Bruto.


(2)

ABSTRACT

ANALYSIS EFFECT OF HUMAN RESOURCESINVESTMENT, UNEMPLOYMENT, AND GDRP TO POVERTY RATE 10 DISTRICT /

CITY IN LAMPUNG PROVINCE By

DESITARANI KUSUMA AWALINA

The purpose of this study was to determine the effect of the human resources investment, unemployment, and GRDPto poverty rate 10 Districts / Cities in the of Lampung Province. This study uses panel data with time series data for 5 Years and cross section data as many as 10 Districts / Cities in Lampung Province which resulted in 50 observations. Program analysis tools using Eviews 6. Analysis method using panel data regression by the method of Random Effects.The results of this research show that human resources investment variable with regression coefficients-3,945948 has a negative and significant effect to poverty rate. The regression coefficient with unemployment variable 2,388341 and significant positive effect to poverty rate. The regression coefficient with GDRP variable -2,447278 has a negative and not significantly to poverty rate. Intersep analysis results using a random effect, from 10 District/City of Lampung Province, which has a high poverty rate is Lampung Utara, Lampung Timur, Lampung Selatan, Lampung Tengah, and Tanggamus. While having a low poverty is the right Lampung Barat, Way Kanan, Bandar Lampung, Tulang Bawang, and Metro.

Keywords: poverty rate, human resources investment, unemployment, Gross Regional Domestic Product.


(3)

ANALISIS PENGARUH INVESTASI SUMBER DAYA MANUSIA, PENGANGGURAN, DAN PDRB TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN

10 KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh

DESITARANI KUSUMA AWALINA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Pringsewu pada tanggal 8 Desember 1992, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Ismadi Raharjo, M.Si. dan Ibu Ir. Dewi Riniarti M.P.

Penulis memulai pendidikannya pada tahun 1997 di TK Dharmawanita Unila Bandar Lampung, kemudian pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikannya di SD Al-Kautsar Bandar Lampung, pada tahun 1999 penulis sempat berpindah pendidikan di SDN Percobaan 1 Yogyakarta, lalu pada tahun 2002 penulis kembali ke SD Al-Kautsar Bandar Lampung dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikannya di SMPN 29 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007, pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010.Pada tahun 2010 penulis diterima melalui jalur PKAB pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.


(8)

MOTO

Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa tidak

bersyukur, sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji(QS Luqman,31:12)

Sesungguhnya Bersama Kesulitan Itu Ada Kemudahan(QS Al-Insyirah,94:6)

Berusahalah jadi yang terbaik, jika kita belum berhasil menjadi yang terbaik setidaknya kita sudah berusaha dan mencoba


(9)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini kepada:

Kedua orang tuaku, yang selalu memberikan cinta, kasih sayang, dukungan, semangat, serta selalu berdoa untukkebahagiaan dan

kesuksesanku.

Adik-Adiku Rahadian Dwi Nugroho dan Rizky Suryo Laksono. dan

Almamater tercinta. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.


(10)

SANWACANA

Dengan nama ALLAH Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Alhamdulillahi rabbalalamin.Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat sehat, berkah, ridho dan hidayah-Nya, sehingga Penulis mampu menyelesaikan sebuah skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Investasi Sumber Daya Manusia, Pengangguran, dan PDRB terhadap Tingkat Kemiskinan 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung berserta jajarannya.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. 3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku Sekertaris Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung dan sebagaiDosen Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktu, memberikanbimbingan, memberikan saran dan kritik dalam proses


(11)

5. Bapak Moynezar Usman, S.E., M.Si., selaku Pembimbing Akademik. 6. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama menuntut ilmu

di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

7. Staf dan pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah membantu kelancaran proses penyelesaian skripsi ini.

8. Kedua orang tuaku, untuk Bapak Ir. Ismadi Raharjo M.Si. dan Ibu Ir. Dewi Riniarti M.P. yang telah memberikan cinta dan kasih sayang, semangat, danselalu berdoa untuk kebahagiaan dan kesuksesanku. Terimakasih atas segala yang Bapak dan Ibu berikan, semoga kelak penulis akan

membanggakan dan membahagiakan Bapak dan Ibu.

9. Kedua Adikku, Rahadian Dwi Nugroho dan Rizky Suryo Laksono yang selalu memberikan keceriaan, tawa, dan canda dalam kehidupanku. Semoga kelak kita dapat membanggakan orang tua.

10. Galang Grahatama, terima kasih atas dukungan, perhatian, doa, dan semangatnya. Semoga kelak kita dapat menjadi orang yang sukses dalam segala hal.

11. Sahabat - sahabat Annisa Rhafirna, Chairinta Bunga Ayu, Suzan Dwika Putri, Imaniar Isti Pratiwi,Rika Ridayanti, Amaliah Samra, Christina Natalia,

Muthia Firda Sari. Terima kasih atas keceriaan, canda tawa, semangat, dan dukungannya.


(12)

memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2010 Enni, Fischa, Erika, Susanti, Claudya, Ata, Gege, Citra, Tutwuri, Latifa, Icha, Echy,Dina, Monic, Diah, Dinasty, Sandy,Andhyka, Aby, Yanu, Kevin,dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

14. Teman-teman KKN Tematik Desa Gumuk Mas Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu, terima kasih atas pengalaman hidup selama 40 harinya.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini baik secara moril maupun materil, terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya.

Penulis berharap Allah SWT membalas kebaikan mereka yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis selanjutnya.

Bandar Lampung, 4Juni 2014 Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Kerangka Pemikiran ... 11

E. Hipotesis ... 14

F. Sistematika Penulisan ... 15

II.TINJAUAN PUSTAKA A. Kemiskinan ... 16

1. Definisi Kemiskinan ... 16

2.Teori Lingkaran Setan Kemiskinan ... 18

3. Mengukur Kemiskinan ... 20

4. Proses Perumusan Kebijakan Pengentasan Kemiskinan ... 21

5. Strategi Penaggulangan Kemiskinan Untuk Daerah ... 23

B. Pertumbuhan Ekonomi Regional ... 28

C. Teori Pengeluaran Pemerintah ... 29

1. Kebijakan Fiskal ... 29

2. Teori Pengeluaran Pemerintah Secara Makro ... 31

D. Teori Human Capital Invesment ... 36

E. Pengangguran ... 38

F. PDRB ... 41

G.Hubungan Investasi Sumber Daya Manusia terhadap Kemiskinan ... 43

H. Hubungan Pengangguranterhadap Kemiskinan ... 44

I. Hubungan PDRB terhadap Kemiskinan ... 45

J. Penelitian Terdahulu ... 47

III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data ... 54

B. Batasan Peubah Variabel ... 55


(14)

D. Pengujian Hipotesis ... 63

E. Gambaran Umum Provinsi Lampung ... 65

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 68

1. Kemiskinan ... 68

2. Investasi Sumber Daya Manusia ... 70

3. Pengangguran ... 72

4. PDRB ... 74

B. Analisis Regresi ... 75

1. Hasil Pemilihan Model Estimasi Data Panel ... 75

2. Estimasai Regresi Data Panel Menggunakan Random Effect ... 76

C. Pengujian Hipotesis ... 78

1. Koefisien Determinasi (R2) ... 78

2. Uji Parsial (t-statistik) ... 78

3. Uji F-statistik ... 80

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 81

1. Pengaruh Investasi Sumber Daya Manusia terhadap Tingkat Kemiskinan ... 81

2. Pengaruh Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan ... 84

3. Pengaruh PDRB terhadap Tingkat Kemiskinan ... 85

4. Intersep Hasil Anlisis ... 87

V.KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 90 DAFTAR PUSTAKA


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Indonesia Tahun

2001-2012 ... 2

2. Persentase Penduduk Miskin di Sumatera Periode Maret 2012 dan September 2012 ... 4

3. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun 2008-2012 ... 6

4. Penelitian Terdahulu ... 47

5. Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung ... 67

6. Pengeluaran Pemerintah untuk Investasi Sumber Daya Manusia menurut 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2008-2012 ... 71

7. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000menurut 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2008-2012 ... 74

8. Hausman Test ... 75

9. Hasil Estimasi Data Panel dengan Metode Random Effect ... 77

10. Hasil Uji t-statistik ... 79

11. Pengujiian F statistik ... 80


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Lampung

Tahun 2008-2012 ... 5

2. Persentase Penduduk Miskin 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2008-2012 ... 7

3. Model Kerangka Pemikiran Pengaruh Investasi Sumber Daya Manusia, Pengangguran, dan PDRB terhadap Kemiskinan ... 14

4. Teori Lingkaran Setan Kemiskinan Nurske ... 19

5. Proses Perumusan Kebijakan Pengentasan Kemiskinan ... 23

6. Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Menurut Wagner ... 33

7. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah ... 35

8. Kurva Hipotesis Kuznets... 46

9. Tingkat Kemiskinan 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2008-2013 ... 69

10.Jumlah Pengangguran Terbuka Berumur 15 Tahun Ke Atas menurut 10 Kabupaten/Kota Provinsi Lampung ... 73

11.Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung ... 83


(17)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang sedang berkembang. Bagi Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang yang ada di ASEAN masalah kemiskinan bukan merupakan hal yang baru. Hampir semua periode pemerintahan yang ada di Indonesia menempatkan masalah

kemiskinan menjadi isu pembangunan. Efektivitas dalam menurunkan jumlah penduduk miskin merupakan pertumbuhan utama dalam memilih strategi atau instrumen pembangunan.

Menurut Bappenas (2006) kemiskinan adalah terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan, terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan, terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha, terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi, terbatasnya akses terhadap air bersih, lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah, memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam, lemahnya jaminan rasa aman, lemahnya partisipasi, dan besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga.


(18)

Kemiskinan memang persoalan yang kompleks, karena tidak hanya berkaitan dengan masalah rendahnya tingkat pendapatan dan konsumsi. Tetapi, berkaitan pula dengan rendahnya tingkat pendidikan, kesehatan serta ketidakberdayaannya untuk

berpartisipasi dalam pembangunan serta berbagai masalah yang berkenaan dengan pembangunan manusia. Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut termanifestasikan dalam bentuk kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan tingkat pendidikan yang rendah (Wijayanti dan Wahono,2005:215).

Menurut BPS, Kemiskinan dikonseptualisasikan sebagai ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar dan diukur dari sisi pengeluaran perkapita atau dengan kata lain kemiskinan dipandang dari sisi ketidakmampuan ekonomi. Berdasarkan data BPS tahun 2001-2012 Pemerintah Indonesia telah berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Indonesia Tahun 2001-2012 Tahun Jumlah Penduduk Miskin

(Juta Jiwa)

Persentase Penduduk Miskin (%)

2001 37,87 18,41

2002 38,39 18,20

2003 37,34 17,42

2004 36,15 16,66

2005 35,10 15,97

2006 39,30 17,75

2007 37,17 16,58

2008 34,96 15,42

2009 32,53 14,15

2010 31,02 13,33

2011 30,02 12,49

Sep-2012 29,13 11,66


(19)

Pada tahun 2001 sampai dengan 2005 jumlah penduduk miskin di Indonesia secara bertahap telah mengalami penurunan yaitu pada tahun 2001 sebanyak 37,87 juta jiwa (18,41 persen) pada tahun 2005 menjadi 35,10 juta jiwa (15,97 persen). Upaya pemerintah untuk menurunkan jumlah penduduk miskin telah tercapai pada 2005, namun pada tahun 2006 jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan 4,20 juta jiwa (1,78 persen). Sementara itu pada tahun 2006 sampai dengan September 2012 terjadi penurunan yang signifikan yaitu dari 39,30 juta jiwa (17,75 persen) menjadi 29,13 juta jiwa (11,66 persen) pada periode September 2012.

Peran pemerintah dalam pengentasan kemiskinan sangat dibutuhkan, sesuai dengan fungsi pemerintah menurut Dumairy (1996) adalah alokasi, distribusi, stabilitas, dan dinamisatif. Peranan pemerintah tersebut merupakan syarat yang harus dipenuhi jika tujuan pembangunan yaitu pengentasan kemiskinan ingin terselesaikan. Anggaran yang dikeluarkan untuk pengentasan kemiskinan menjadi stimulus dalam

menurunkan angka kemiskinan dan beberapa persoalan pembangunan yang lain.

Peran pemerintah daerah tidak dapat dipisahkan dari peranan pemerintah pusat. Oleh karena itu, pembangunan suatu daerah dalam pelaksanaannya diupayakan untuk berjalan searah dengan apa yang menjadi pembangunan nasional. Pembangunan akan mendorong pertumbuhan ekonomi sedangkan pertumbuhan ekonomi diharapkan akan melancarkan proses pembangunan. Pembangunan suatu daerah dapat berjalan dengan baik jika kesejahteraan masyarakat meningkat. Otonomi daerah yang efektif akan mendukung pembangunan daerah.


(20)

Berhasilnya pembangunan disuatu daerah juga dapat tercermin dalam laju penurunan jumlah penduduk miskin. Provinsi Lampung nampaknya belum begitu berhasil, hal ini dapat dilihat dari masih tingginya jumlah penduduk miskin yang ada di Provinsi Lampungyang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.Persentase Penduduk Miskin di Sumatera Periode Maret 2012 dan September 2012

Provinsi Persentase Penduduk Miskin (%) Rata-Rata

Maret 2012 September 2012

Aceh 19,46 18,58 19.02

Suamtera Utara 10,67 10,41 10.54

Sumatera Barat 8,19 8,00 8.095

Riau 8,22 8,05 8.135

Jambi 8,42 8,28 8.35

Sumatera Selatan 13,78 13,48 13.63

Bengkulu 17.70 17,51 17.60

Lampung 16,18 15,65 15.91

Bangka Belitung 5,53 5,37 5.45

Kepulauan Riau 7,11 6,83 6.97

Sumber : Badan Pusat Statiskik Indonesia, 2013.

Berdasarkan data pada Tabel 2. kondisi kemiskinan di Provinsi Lampung tidak jauh berbeda dengan masalah kemiskinan nasional yakni masih tingginya angka

kemiskinan. Jika dibandingkan dengan Provinsi lain di Pulau Sumatera, pada tahun 2012 Provinsi Lampung menempati urutan ketiga dengan rata-rata 15,91 persen.

Perkembangan penduduk miskin di Provinsi Lampung dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 1. terlihat hasil dari upaya penaggulangan kemiskinan di Provinsi Lampung memperlihatkan hasil positif. Pada tahun 2008-2012 persentase penduduk miskin di Provinsi Lampung terus mengalami penurunan, namun


(21)

keberhasilan Provinsi Lampung belum sepenuhnya berhasil karena persentase kemiskinan di Provinsi Lampung masih diatas 10 persen.

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2013.

Gambar 1. Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun 2008-2012

Salah satu cara mengatasi masalah kemiskinan adalah dengan pembangunan kualitas sumber daya manusia. Menurut Schultz, ada lima cara pembangunan sumber daya manusia antara lain : 1). Fasilitas dan pelayanan kesehatan, pada umumnya

mempengaruhi harapan hidup kekuatan dan stamina rakyat, tenaga dan vitalitas rakyat. 2). Latihan jabatan, termasuk magang yang diorganisasikan oleh perusahaan. 3). Pendidikan yang diorganisasikan pada tingkat dasar, menengah dan tinggi. 4). Program studi bagi orang dewasa yang tidak diorganisasikan oleh perusahaan, termasuk program ekonomi khususnya pada pertanian. 5). Migrasi perorangan dan keluarga untuk menyesuaikan diri dengan kesempatan kerja yang selalu berubah (Jhingan, 2012:414).

21,53 21,20

18,94

16,58

15,65

0 5 10 15 20 25

2008 2009 2010 2011 2012

Pers

e

n

ta

s


(22)

Tabel 3. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Provinsi Lampung Tahun 2008-2012

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2013.

Jika dilihat dari Tabel 3. antara jumlah penduduk miskin di perkotaan dan di pedesaan, ternyata jumlah penduduk miskin di pedesaan lebih banyak daripada jumlah penduduk miskin di perkotaan. Hal ini dapat disebabkan karena masalah pendapatan yang rendah, kualitas sumber daya yang rendah, serta masalah sosial.

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung 2013.

Gambar 2. Persentase Penduduk Miskin 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2008-2012

0 5 10 15 20 25 30 35

2008 2009 2010 2011 2012 Tahun

Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Jiwa)

Persentase Penduduk Miskin (%)

Kota Desa Kota +

Desa Kota Desa

Kota + Desa 2008 365,6 1.226,0 1.591,6 17,85 22,14 21,53 2009 349,3 1.209,0 1.558,3 16,78 21,49 21,20 2010 301,7 1.178,2 1.479,9 14,30 20,65 18,94 2011 222,7 1.046,4 1.269,1 11,32 18,39 16,58


(23)

Pada Gambar2. dapat dilihat bahwa dalam periode 2008-2012 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung masih mempunyai tingkat kemiskinan yang tinggi yaitu diatas 10 persen. Kabupaten Lampung Utara merupakan kabupaten dengan tingkat kemiskinan tertinggi dan Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten dengan tingkat

kemiskinan terendah, sedangkan untuk Kota Bandar Lampung sebagai ibu kota Provinsi Lampung memiliki tingkat kemiskinaan yang tinggi dibandingkan dengan Kota Metro.Penyebab kemiskinan di Provinsi Lampung yaitu dapat disebabkan oleh rendahnya kualitas sumber daya manusia,sarana-prasarana infrastruktur yang kurang memadai, dan terbatasnya lapangan pekerjaan. Pemerintah Provinsi Lampung harus lebih proaktif untuk pengembangan sumber daya manusia agar dapat mengurangi penduduk miskin, yaitu harus memiliki pendidikan yang baik, kesehatan yang baik, dan ditunjang oleh infrastruktur yang memadai, serta peran pemerintah dalam menciptakan lapangan pekerjaan.

Pendidikandan kesehatan merupakan bentuk investasi sumber daya manusia yang sama pentingnya dengan investasi dalam modal fisik untuk mencapai kesuksesan ekonomi jangka panjang suatu negara (Mankiw, 2007). Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan dalam peningkatan kualitas faktor produksi. Kualitas faktor produksi sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan kesehatan. Pendidikan merupakan suatu proses yang bertujuan menambah dan

meningkatkan keterampilan, pengetahuan, kemandirian, dan kepribadian yang merupakan modal dasar yang dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan. Angkatan kerja yang terdidik dan terlatih merupakan syarat penting bagi pertumbuhan ekonomi


(24)

yang berkelanjutan. Semuanya hanya dapat dicapai dengan adanya kesehatan dan pendidikan yang baik.

Kesehatan dan pendidikan membutuhkan campur tangan dari pemerintah

karenamerupakan penyediaan barang publik. Kebijakan fiskal diyakini merupakan intervensi pemerintahmelalui pengeluaran pemerintah untuk pemenuhan pelayanan publik.Pelayanan publik yang harus diberikan oleh pemerintah dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori utama, yaitu: pelayanan kebutuhan dasar (kesehatan,

pendidikan dasar, dan bahankebutuhan pokok masyarakat) dan pelayanan umum (administratif, barang, dan jasa). Pengeluaranpemerintah dalam pelayanan kebutuhan dasar yang diantaranya untuk pendidikan dan kesehatanmerupakan bentuk investasi terhadap sumber daya manusia karena dapat meningkatkanproduktivitas masyarakat yang diharapkan dengan produktivitas yang tinggi maka akanmeningkatkan

pendapatan masyarakat sehingga kesejahteraan meningkat.

Kesejahteraan masyarakat dapat ditentukan oleh tingkat pendapatan masyarakat. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dapat terwujudkan, sehingga apabila tidak bekerja atau menganggur maka akan mengurangi pendapatan dan hal ini akan mengurangi tingkat kemakmuran yang mereka capai dan dapat menimbulkan buruknya kesejahteraan masyarakat (Sukirno, 2001). Masalah Pengangguran bisa disebabkan oleh bertambahnya

angkatan kerja baru yang terjadi tiap tahunnya, sementara itu penyerapan tenaga kerja tidak bertambah. Hal ini berarti, semakin tinggi jumlah pengangguran maka akan meningkatkan jumlah penduduk miskin.


(25)

Selain itu pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang lazim digunakan oleh suatu daerah untuk melihat kemajuan atau kemampuan daerah. Kondisi

perekonomian suatu daerah dapat diperoleh dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai salah satu indikator makroekonomi. PDRB merupakan nilai tambah yang timbul dari seluruh faktor perekonomian disuatu daerah tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada tingkat regional (Faturrohmin,2011:19)

Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci dari penurunan kemiskinan di

suatu wilayah. Dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat di masing-masing Provinsi mengindikasikan bahwa pemerintah mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, sehingga dapat mengurangi tingkat kemiskinan. Adapun syarat kecukupannya ialah bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut efektif dalam mengurangi tingkat kemiskinan. Artinya, pertumbuhan tersebut hendaklah menyebar disetiap golongan pendapatan, termasuk di golongan penduduk miskin(Siregar dan Wahyuniarti, 2007: 27).

Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Investasi Sumber Daya Manusia, Pengangguran, dan PDRB terhadap Tingkat Kemiskinan 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung


(26)

B. Rumusan Masalah

Menurut data BPS, laju penurunan penduduk miskin di Provinsi Lampung pada periode 2001-2012 sudah relatif baik, namun rata-rata tingkat kemiskinan di Provinsi Lampung masih tinggi jika dibandingkan provinsi lain di Pulau Sumatera. Pada tahun 2012 tingkat kemiskinan Provinsi Lampung menempati urutan ketiga di Pulau

Sumatera. Kemiskinan di Provinsi Lampung lebih banyak di daerah perdesaan dari pada daerah perkotaan.

Kualitas sumber daya manusia yang rendah dapat menyebabkan tingginya angka kemiskinan. upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dilaksanakan berbagai sektor, antara lain sektor pendidikan, kesehatan, penduduk umur produktif dan sektor-sektor yang lainya. Kualitas sumber daya manusia juga akan berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja, kualitas sumber daya yang rendah mengakibakan banyaknya pengangguran dan pada akhirnya akan meningkatkan angka kemiskinan.Selain itu, pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang lazimdigunakan untuk melihat keberhasilan pembangunan. dimana

pertumbuhanekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan PDRB suatu daerah.

Berdasarkan uraian pemasalahan pada penelitian ini, maka dalam penelitian ini dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh investasi sumberdaya manusia terhadap tingkat kemiskinan 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung?


(27)

2. Bagaimana pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan 10Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung?

3. Bagaimana pengaruh PDRB terhadap tingkat kemiskinan 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh investasi sumber daya manusia terhadap tingkat kemiskinan 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.

2. Untuk mengetahui pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.

3. Untuk mengetahui pengaruh PDRB terhadap tingkat kemiskinan 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.

D. Kerangka Pemikiran

Pengentasan penduduk miskin saat ini masih merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional yang senantiasa menyita perhatian, karena masalah kemiskinan menyangkut berbagai aspek. Walaupun sudah banyak program

kemiskinan yang ditujukan dalam upaya pengentasan kemiskinan, namun masalah kemiskinan tidak kunjung selesai. Sulitnya penyelesaian masalah ini, disebabkan karena permasalahan yang melibatkan penduduk miskin sangat kompleks.Strategi


(28)

pengentasan kemiskinan oleh pemerintah yang efektif mencangkup tiga komponen yaitu:

1. Membuat pengeluaran pemerintah bermanfaat bagi rakyat miskin. 2. Membuat pertumbuhan ekonomi bermanfaat bagi rakyat miskin 3. Membuat layanan sosial bermanfaat bagi rakyat miskin.

Studi yang dilakukan Lanjouw, dkk (2001) yaitu dengan menganalisis bagaimana hubungan antara kemiskinan, pendidikan dan kesehatan beserta kaitannya dengan pengeluaran pemerintah untuk pelayanan publik. Penelitian dengan metode statistik deskriptif ini menemukan bahwa penduduk miskin sangat membutuhkan

pelayanan/subsidi pendidikan dan kesehatan. Pendidikan dan kesehatan yang baik akan meningkatkan kapasitas dan kemerdekaan hidup yang dinamakan manfaat intrinsik. Pendidikan dan kesehatan berperan membuka peluang yang lebih besar untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi yang dinamakan manfaat

instrumental. Lanjouw dan kawan-kawan juga hendak membuktikan report Bank Dunia tahun 1990 bertajuk “Indonesia: Strategy for a sustained Reduction in

Poverty” yang menyatakan bahwa pendidikan dan kesehatan adalah hal yang critical (sangat mendesak) untuk diberikan kepada penduduk miskin di Indonesia, sehingga sangat dibutuhkan peningkatan investasi dikedua bidang tersebut.

Penelitian lain yang dilakukan Brata (2005) dalam jurnalnya yang berjudul “Investasi Sektor Publik Lokal, Pembangunan Manusia, dan Kemiskinan”. Dari hasil estimasi dengan menggabungkan data tahun 1996,1999,2002 diperoleh bukti bahwa investasi sektor publik untuk bidang sosial membawa manfaat bagi pembangunan manusia dan


(29)

kesejahteraan penduduk. Investasi bidang sosial tersebut menghasilkan manfaat dalam peningkatan Human Development Index (HDI) dan menurunkan tingkat kemiskinan. Pembangunan manusia yang berhasil juga ditemukan membawa manfaat pada berkurangnya tingkat kemiskinan.

Kemiskinan dapat juga berkaitan dengan keterbatasan lapangan pekerjaan dan biasanya mereka yang dikategorikan miskin tidak memiliki pekerjaan atau dapat disebut pengangguran. Penelitian Octaviani (2001) yang berjudul “Inflasi, Pengangguran, dan Kemiskinan di Indonesia: Analisis Indeks Forrester Greer & Horbecke”mengatakan bahwa jumlah pengangguran eratkaitannya dengan

kemiskinan di Indonesia yang penduduknya memilikiketergantungan yang sangat besar atas pendapatan gaji atau upah yang diperolehsaat ini. Hilangnya pekerjaan menyebabkan berkurangnya sebagian besarpenerimaan yang digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Hal ini berarti semakin tinggi jumlah pengangguran maka akan meningkatkan kemiskinan.

Dalam suatu proses pertumbuhan ekonomi, salah satu indikator yang digunakan untuk melihat adanya gejala pertumbuhan ekonomi dalam suatu Negara atau wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Melalui proses pertumbuhan ekonomi tersebut, dapat melihat kegiatan ekonomi yang telah dilaksanakan dan dicapai selama periode tertentu Menuru Kuznet (Todaro, 2003), pertumbuhan dankemiskinan mempunyai korelasi yang sangat kuat, karena pada tahap awal prosespembangunan tingkat kemiskinan cenderung meningkat dan pada saat


(30)

mendekati tahap akhir pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur berkurang.

Gambar 3. Model Kerangka Pemikiran Pengaruh Investasi

SumberDayaManusia, Pengangguran, dan PDRB terhadap Kemiskinan

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori-teori yang relevan belum didasarkan pada fakta-fakta yang empiris yg diperoleh pada pengumpulan data. Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Investasi Sumber Daya Manusia

Pengeluaran Pemerintah

bidang Pendidikan dan

Kesehatan

Pengangguran Kemiskinan


(31)

1. Diduga investasi sumber daya manusia berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.

2. Diduga pengangguran berpengaruh positifterhadap tingkat kemiskinan 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.

3. Diduga PDRB berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan skripsi ini terdiri dari :

BAB I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuanpenelitian, kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan pustaka mencangkup tentang teori-teori yang menjadi landasan atau acuan bagi penelitian ini.

BAB III : Metode penelitian yang meliputi jenis dan sumber data, batasan peubah variabel, alat analisis, serta gambaran umum.

BAB IV : Hasil perhitungan dan pembahasan, membahas uraian tentang hasil perhitungan serta mengimplikasikannya.

BAB V : Kesimpulan dan saran yang menyajikan kesimpulan dan saran dari penulis yang didasarkan hasil penelitian yang diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Kemiskinan

1. Definisi Kemiskinan

Definisi Kemiskinan dalam arti luas adalah keterbatasan yang dimiliki oleh

seseorang, keluarga, komunitas, bahkan negara yang menyatakan ketidaknyamanan dalam kehidupan, terancamnya penegakan hak dan keadilan, terancamnya posisi tawar(bargaining) dalam pergaulan dunia, hilangnya generasi, serta suramnya masa depan bangsa.

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.

Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti tingkat kesehatan dan


(33)

tindak kriminal, ketidakberdayaan dalam menentukan jalan hidupnya

sendiri(Suryawati, 2005:122). Kemiskinan dibagi dalam empat bentuk, yaitu:

a) Kemiskinan absolut

Kemiskinan absolut yaitu kondisi seseorang yang memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang dibutuhkan untuk bisa hidup dan bekerja.

b) Kemiskinan relatif

Kemiskinan relatif dilihat dari kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat,

sehinggamenyebabkan ketimpangan pada pendapatan.

c) Kemiskinan kultural.

Kemiskinan kultural mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada bantuan dari pihak luar.

d) Kemiskinan struktural

Kemiskinan struktural merupakan situasi miskin yang disebabkan oleh rendahnya akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi seringkali menyebabkan suburnya kemiskinan.


(34)

Menurut Jhingan (2012:16), ada tiga ciri utama negara berkembang yang menjadi penyebab dan sekaligus akibat yang saling terkait pada kemiskinan. Pertama, prasarana pendidikan yang tidak memadai sehingga menyebabkan tingginya penduduk buta huruf dan tidak memiliki keterampilan dan keahlian. Ciri kedua, sarana kesehatan dan pola konsumsi buruk sehingga hanya sebagian kecil penduduk yang bisa menjadi tenaga kerja produktif, dan ketiga adalah penduduk terkonsentrasi di sektor pertanian dan pertambangan dengan metode produksi yang telah usang dan ketinggalan zaman.

2. Teori Lingkaran Setan Kemiskinan(Vicious Circle of Poverty)

Penyebab kemiskinan menurut Kuncoro (2000) sebagai berikut:

1) Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan ketimpangan distribusi pendapatan, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah.

2) Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia karena kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas juga rendah, upahnya pun rendah.

3) Kemiskinan muncul disebabkan perbedaan akses dan modal. Ketiga penyebab kemiskinan itu bermuara pada teori lingkaran setan

kemiskinan (vicious circle of poverty) yang digambarkan pada Gambar 4. Adanya ketidaksempurnaan pasar, keterbelakangan, ketertinggalan, kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan


(35)

rendahnya pendapatan yang diterima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi, rendahnya investasi akan berakibat pada

keterbelakangan dan seterusnya.

Sumber: Nurkse (1953) dalam Mudrajad Kuncoro, 2000

Gambar 4. Teori Lingkatan Setan Kemiskinan (Vicious Circle of Poverty) olehNurkse

Dalam mengemukakan teorinya tentang lingkaran setan kemiskinan, pada hakikatnya Nurkse berpendapat bahwa kemiskinan bukan saja disebabkan olehketiadaan

pembangunan masa lalu tetapi juga disebabkan oleh hambatanpembangunan di masa yang akan datang. Sehubungan dengan hal ini Nurksemengatakan : “Suatu negara menjadi miskin karena ia merupakan negara miskin”(A country is poor because it is poor). Menurut pendapatnya, inti dari lingkaransetan kemiskinan adalah keadaan-keadaan yang menyebabkan timbulnyahambatan terhadap terciptanya tingkat

Ketidaksempurnaan pasar, keterbelakangan,

ketertinggalan. Kekurangan Modal

Produktivitas Rendah

Pendapatan Rendah Investasi Rendah


(36)

pembentukan modal yang tinggi. Di satupihak pembentukan modal ditentukan oleh tingkat tabungan, dan di lain pihakoleh perangsang untuk menanam modal. Di negara berkembang kedua faktor itutidak memungkinkan dilaksanakannya tingkat

pembentukan modal yang tinggi.

3. Mengukur Kemiskinan

Untuk mengukur kemiskinan, Indonesia melalui BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach) dalam mengukur kemiskinan. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukanmakanan yang diukur dari sisi pengeluaran.

Metode yang digunakan adalah menghitung garis kemiskinan yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan (GK) makanan dan garis kemiskinan bukan makanan(GKBM). Perhitungan garis kemiskinan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.

Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disertakan dengan 2100 kalori perkapita perhari. Sedangkan Garis


(37)

Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan.

Secara umum cara untuk mengukur kemiskinan secara global dapat digunakan standar pengukuran dari Word Bank. Melalui cara ini dapat dibandingkan kondisi secara umum di berbagai negara, namun diperlukan konversi terlebih dahulu standar yang digunakan per negara ke dalam standar Word Bank.World Bank membuat garis kemiskinan absolut US$ 1 dan US$ 2 PPP (purchasing power parity/paritas daya beli) per hari (bukan nilai tukar US$ resmi) dengan tujuanuntukmembandingkan angka kemiskinan antarnegara/wilayah dan perkembangannya menurut waktu untuk menilai kemajuan yang dicapai dalam memerangi kemiskinan ditingkat global /internasional

4. Proses Perumusan Kebijakan Pengentasan Kemiskinan

Berbagai kebijakan dan program untuk mengatasi masalah kemiskinan telah dilakukan Indonesia sebagaimana yang tercermin dalam Tujuan Pembangunan Milenium ( Millenium Development Gools – MDG). Tantangan pertama yang dihadapi dalam mewujudkan tujuan ini adalah memilih kebijakan dan program yang tepat dari alternatif yang ada. Memilih program dan kebijakan harus yang efektif tergantung pada (a). pemahaman mendalam tentang kekuatan dan program

penanggulangan kemiskinan tahun sebelumnya atau yang sedang berjalan dan (b). adanya sistem monitoring dan evaluasi yang baik.


(38)

Pada akhirnya sistem monitoring dan evaluasi yang berhasil dan baik akan berguna jika keluaran, hasil, dan dampak yang jelas, layak, terukur sebagaimana diharapkan, serta indikator pengukuran penaggulangan kemiskinan ditentukan sejak awal. Kadang kala menetapkan indikator tersebut merupakan tantangan tersendiri. Hal itu

membutuhkan antara lain pemahaman dan keterampilan yang lebih memadai terkait monitoring dan evaluasi yang efektif dikalangan analisis program dan kebijakan diseluruh tingkat pemerintahan.

Salah satu prioritas lain yang ditekankan pemerintah adalah memastikan

dilaksanakannya monitoring dan evaluasi terhadap seluruh program penanggulangan kemiskinan dan melakukan penguatan kapasitas baik ditingkat nasional maupun daerah untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi pro-rakyat miskin yang efektif. Secara umum proses pembuatan kebijakan dapat dibagi menjadi empat yaitu diagnosa dan analisis kemiskinan, pembuatan tujuan kebijakan, perencanaan dan

pengimplementasian kebijakan dan monitoring, serta evaluasi kebijakan. Setiap tahapan ini mempunyai peran yang penting dalam menentukan keberhasilan suatu kebijakan.

Kunci utama keberhasilan kebijakan atau program kemiskinan adalah perumusan yang baik. Dalam perumusan kebijakan secara ideal perlu dilakukan sesuai dengan penahapan yang ada seperti yang dijelaskan pada Gambar 5.


(39)

Gambar 5. Proses Perumusan Kebijakan Pengentasan Kemiskinan

Perumusan kebijakan secara tepat dalam membuat program pengentasan kemiskinan bukan segalanya karena program tersebut juga harus berkelanjutan, oleh karena itu diperlukan dua strategi untuk membuat program menjadi berkelanjutan yaitu dari sisi produksi dan penghidupan. Sisi produksi ini menangani masalah yang berkaitan dengan aktivitas untuk mendorong kelompok miskin mendapatkan pendapatan. Bentuk intervensi yang dilakukan dapat berupa melibatkan mereka dalam kegiatan produksi maupun dunia kerja.

5. Strategi Penaggulangan Kemiskinan Untuk Daerah

Kebijakan penanggulangan kemiskinan dilaksanakan untuk mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan dalam kurun waktu lima tahun (2010-2014) yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Tahun 2009-2014.Kebijakan disusun agar strategi penanggulangan kemiskinan Provinsi Lampung

Diagnosa dan Analisis Kemiskinan

Tujuan Kebijakan Pengetasan Kemiskinan

Monitoring dan Evaluasi kebijakan

Perencanaan dan Pengimplementasian


(40)

dapat dilaksanakan secara terpadu, terukur, sinergis, dan terencana yang dilandasi oleh kemitraan dan keterlibatan berbagai pihak, dan dikelola sebagai suatu gerakan bersama penanggulangan kemiskinan.

1) Kebijakan Penganggaran

Anggaran yang berpihak pada rakyat miskin (pro poor) mempunyai beberapa prinsip. Anggaran harus dikelola secara transparan, akuntabel, partisipatif dan melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan penganggaran

menggunakan prinsip keadilan anggaran (efektif, efisien, dan

adil)program/kegiatan mempunyai indikator yang jelas dan terukur. Perencanaan dan penganggaran difokuskan pada akar masalah dari kemiskinan memberikan kesempatan pada masyarakat miskin agar dapat mengakses dan menggunakan sumber daya yang dapat membantu mereka untuk keluar dari kemiskinan; masyarakat miskin dapat berpartisipasi dalam perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi atas langkah-langkah penanggulangan kemiskinan. Anggaran pro poor adalah praktik penyusunan dan kebijakan dibidang anggaran yang sengaja ditujukan untuk membuat kebijakan, program, dan proyek yang berpihak pada kepentingan masyarakat miskin. Anggaran pro poor dapat dilihat dari dampaknya apakah dapat meningkatkan kesejahteraan dan terpenuhinya kebutuhan hak-hak dasar masyarakat miskin.

Kebijakan anggaran yang berorientasi pada penanggulangan kemiskinan berupa pengurangan jumlah orang miskin di Provinsi Lampung akan sulit tercapai bila orientasi alokasi anggaran tidak berpihak kepada masyarakat miskin dan tidak


(41)

direalokasikan untuk tujuan mendorong peningkatan upaya penanggulangan kemiskinan dalam arti yang luas. Beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan antara lain:

a) Dalam kebijakan penganggaran dapat didorong untuk menjamin

terselenggaranya penganggaran yang berpihak untuk kepentingan orang miskin (Pro Poor Budgeting).

b) Penggalian potensi serta optimalisasi pendanaan Non-APBD (Corporate Social Responsibility/CSR, lembaga sosial dan amal) sebagai bentuk penaggulangan kemiskinan yang terpadu.

c) Kesamaan persepsi antara pihak eksekutif dan legislatif (DPRD) dalam menyusun anggaran serta pemantauan terhadap pelaksanaan penggunaan anggaran tersebut.

2) Kebijakan Integrasi Perencanaan

Dalam penyusunan perencanaan pro miskin (pro poor planning), diperlukan persiapan yang matang. Perencanaan pro miskin yang berkualitas tidak bisa dilepaskan dari seluruh dokumen perencanaan yang disusun oleh pemerintah yaitu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD), Rencana Tindak (Action Plan) Penanggulangan Kemiskinan Daerah, Rencana Strategis (Renstra) SKPD, Rencana Kerja (Renja) SKPD, dan dokumen lain yang memuat kebijakan dan regulasi (termasuk antara lain adalah pedoman umum dan pelaksanaan, dokumen proyek, surat keputusan, dan sebagainya).


(42)

Semua dokumen perencanaan tersebut harus saling terintegrasi dan memuat perencanaan yang pro masyarakat miskin.

Penentuan prioritas program perlu dilakukan dalam proses perencanaan pro masyarakat miskin. Penentuan prioritas upaya penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan melalui dua strategi berikut: (1) penetapan kebijakan/program khusus, dan (2) peningkatan mutu program-program yang ada agar lebihpro-poor. Misalnya pengembangan prasarana fisik pada sektor pelayanan dasar perlu diimbangi dengan peningkatan mutupelayanan dan pemerataan akses.

3) Kebijakan Penguatan Kelembagaan

Upaya penanggulangan kemiskinan merupakan pekerjaan besar yang

membutuhkan kerja sama semua pemangku kepentingan (stakeholders). Salah satu upaya agar semua pihak dapat berperan aktif, perlu adanya penguatan kelembagaan yang mampu mendukung pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan.Kelembagaan adalah salah satu persoalan yang amat mendasar dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Untuk itu, penguatan kelembagaan menjadi fokus penanggulangan kemiskinan. Dalam upaya percepatan penanggulangan kemiskinan, perlu dilakukan langkah-langkah koordinasi serta asistensi secara terpadu antarlintas pelaku, lintas program dalam penyiapan rumusan dan penyelenggaraan kebijakan penanggulangan kemiskinan.

Meskipun di tingkat provinsi sudah dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), namun masih banyak lembaga di luar TKPK yang secara


(43)

langsung maupun tidak turut menyumbang peran dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Oleh karena itu perlu disusun arah penguatan kelembagaan dalam penanggulangan kemiskinan dengan cara:

a) Memperkuat kelembagaan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) dan daerah (TKPKD)

b)Koordinasi dengan pelaksana program-program penanggulangan kemiskinan yang ada di Departemen/LPND untuk memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat miskin yang telah dibina dan berkembang selama ini.

c) Koordinasi dengan dunia usaha dan LSM dalam rangka pengembangan dan pemberdayaan kelompok miskin.

d)Menjalin kemitraan dengan berbagai pihak baik secara individual maupun kelembagaan, internasional, nasional dan lokal untuk mengembangkan berbagai peluang bagi pengentasan kemiskinan pada kelompok masyarakat sangat miskin ( the poorest among the poor).

4). Kebijakan Pemenuhan Hak Dasar

Penanggulangan kemiskinan tidak dapat dilakukan secara singkat dan sekaligus karena kompleksitas permasalahan yang dihadapi masyarakat miskin dan keterbatasan sumberdaya untuk mewujudkan pemenuhan hak-hak dasar. Oleh sebab itu, strategi dan kebijakan penanggulangan kemiskinan dipusatkan pada prioritas penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak atas pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, tanah, lingkungan hidup dan


(44)

sumberdaya alam, rasa aman, dan berpartisipasi dengan memperhitungkan kemajuan secara bertahap (ratuagung78.blogspot)

B. Pertumbuhan Ekonomi Regional

Pembangunan ekonomi adalah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakanpembagian pendapatan masyarakat dan meningkatkan hubungan regional antar daerah. Perencanaan

pembangunan ekonomi di suatu daerah memerlukan bermacam-macam data statistik sebagai dasar penentuan strategi dan kebijaksanaan agar sarana pembangunan dapat tercapai secaratepat.

Salah satu tujuan pembangunan sacara makro adalah meningkatnya pertumbuhan ekonomi.Pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat dan dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi menyangkut perkembanganyang berdimensi tunggal dan diukur dengan peningkatan hasil produksi dan pendapatan.

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya yang ditentukan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan), dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada (Simon Kuznetz dalam Todaro dan Smith, 2004). Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan


(45)

seluruh nilai tambah (value added) yang terjadi (Tarigan,2005:46).

Perhitungan pendapatan wilayah pada awalnya dibuat dalam harga berlaku. Namun agar dapat melihat pertambahan dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai riil, artinya dinyatakan dalam harga konstan.

Pendapatan wilayah menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi), yang berarti secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di wilayah

tersebut juga oleh seberapa besar terjadi transfer payment, yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar wilayah atau mendapat aliran dana dari luar wilayah.

C.Teori Pengeluaran Pemerintah

1. Kebijakan Fiskal

Kebijakan Fiskal adalah langkah-langkah pemerintah untuk membuat perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam perbelanjaannya dengan maksud untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi (Sukirno,2001).

Kebijakan fiskal memegang peranan yang cukup penting dalam menstabilkan tingkat kegiatan ekonomi dan menciptakan tingkat kegiatan ekonomi ke arah tingkat yang dikehendaki. Pandangan ini dalam buku Keynes menjadi landasan dalam

perkembangan teori makro ekonomi. Pandangan atau keyakinan ini sangat berbeda sekali dengan yang dianut ahli-ahli ekonomi dan pihak pemerintah di dalam


(46)

perlunya menjalankan anggaran belanja seimbang. Disini mereka menekankan tentang perlunya menjalankan sistem pasar bebas dan mengurangi campur tangan pemerintah, termasuk kebijakan fiskal yang aktif dalam perekonomian.

Kebijakan fiskal umumnya terdiri dari 3 kategori, yaitu :

a) Kebijakan yang menyangkut pembelian pemerintah atas barang dan jasa. Pembelian pemerintah atau belanja negara merupakan unsur di dalam

pendapatannasional yang dilambangkan dengan huruf “G”. Pembelian atas barang dan jasa pemerintah ini mencakup pemerintah daerah, dan pusat. Belanja

pemerintah ini meliputi pembangunan untuk jalan raya, jalan tol, bangunan sekolah, gedung pemerintahan, peralatan kemiliteran, dan gaji guru sekolah. b) Kebijakan yang menyangkut perpajakan

Pajak merupakan pendapatan yang paling besar di samping pendapatan yang berasal dari migas. Baik perusahaan maupun rumah tangga mempunyai

kewajiban melakukan pembayaran pajak atas beberapa bahkan seluruh kegiatan yang dilakukan. Pajak yang dibayarkan digunakan semata-mata untuk

pembangunan negara tersebut. Kebijakan pemerintah atas perpajakan mengalami pembaharuan dari waktu ke waktu, hal ini disebut tax reform (pembaharuan pajak). Tax reform yang dilakukan pemerintah mengikuti adanya perubahan di dalam masyarakat, seperti meningkatnya pendapatan.

c) Kebijakan yang menyangkut pembayaran transfer.

Pembayaran transfer meliputi kompensasi pengangguran, tunjangan keamanan sosial, dan tunjangan pensiun. Jika dilihat pembayaran transfer merupakan


(47)

bagian belanja pemerintah tetapi sebenarnya pembayaran tansfer tidak masuk dalam komponen G di dalam perhitungan pendapatan nasional. Alasannya yaitu karena transfer bukan merupakan pembelian sesuatu barang yang baru diproduksi dan pembayaran tersebut bukan karena jual beli barang dan jasa. Pembayaran transfer mempengaruhi pendapatan rumah tangga, namun tidak mencerminkan produksi perekonomian. Karena PDB dimaksudkan untuk mengukur pendapatan dari produksi barang dan jasa serta pengeluaran atas produksi barang dan jasa, pembayaran transfer tidak dihitung sebagai bagian dari belanja pemerintah.

2. Teori Pengeluaran Pemerintah Secara Makro

Teori Rostow dan Musgrave

Model yang dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave menghubungkan

perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi yang dibedakan antara tahap, tahap menengah, dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, diperlukan pengeluaran pemerintah yang besar untuk investasi pemerintah, seperti misalnya dalam menyediakan infrastruktur seperti sarana jalan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Pada tahap menengah

pembangunan ekonomi investasi pemerintah tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas, namun pada tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin membesar. Peranan swasta yang semakin besar ini banyak menimbulkan kegagalan pasar, dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik. Selain itu pada tahap ini perkembangan ekonomi menyebabkan


(48)

terjadinya hubungan antar sektor semakin rumit. Pada tingkat ekonomi yang lebih lanjut, Rostow mengatakan bahwa pembangunan ekonomi, aktivitas pemerintah beralih dari penyediaan sarana prasarana menjadi pengeluaran-pengeluaran untuk aktivitas sosial seperti program kesehatan hari tua, program pelayanan kesehatan masyarakat,dan lain-lain.

Teori perkembangan peranan pemerintah yang dikemukakan oleh Musgrave dan Rostow adalah suatu pandangan yang ditimbulkan dari pengamatan berdasarkan pembangunan ekonomi yang dialami oleh banyak negara, tetapi tidak didasarkan oleh suatu teori tertentu. Selain itu, tidak jelas apakah tahap pertumbuhan ekonomi terjadi dalam tahap demi tahap, ataukah beberapa tahap dapat terjadi secara simultan.

Hukum Wagner

Wagner mengemukakan suatu teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah yang semakin besar dalam persentase terhadap GNP yang juga didasarkan pula pengamatan di negara-negara Eropa, U.S dan Jepang pada abad ke-19. Wagner mengemukakan pendapatnya dalam bentuk suatu hukum, akan tetapi dalam pandangannya tersebut tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan pertumbuhan pengeluaran pemerintah dan GNP.

Hukum Wagner dikenal dengan “The Law of Expanding State Expenditure”. Dasar dari hukum tersebut adalah pengamatan empiris dari negara-negara maju (Amerika Serikat, Jerman, Jepang). Dalam hal ini Wagner menerangkan mengapa peranan pemerintah menjadi semakin besar, terutama disebabkan karena pemerintah harus


(49)

mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat. Kelemahan hukum Wagner adalah karena hukum tersebut tidak didasarkan pada suatu teori mengenai pemilihan barang-barang publik. Hukum Wagner diformulasikan sebagai berikut:

Dimana :

PPkP : Pengeluaran pemerintah per kapita

PPK : Pendapatan per kapita, yaitu GDP/jumlah penduduk 1, 2, ... n : jangka waktu (tahun)

Sumber : Mangkoesoebroto, 1993

Gambar 6. Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah menurut Wagner

Teori Wagner mendasarkan pandangannya pada suatu teori yang disebut organic theory of state yaitu teori organis yang menganggap pemerintah sebagai individu

Kurva 1

Kurva 2

Waktu

0 1 2 3 4 5

Z = Kurva perkembangan pengeluaran pemerintah


(50)

yang bebas bertindak terlepas dengan masyarakat lain. Kurva tersebut menunjukkan secara relatif peranan pemerintah semakin meningkat.

Teori Peacock dan Wiseman

Peacock dan Wiseman adalah dua orang yang mengemukakan teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah yang terbaik. Teori mereka didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa berusaha untuk memperbesar

pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut. Teori Peacock dan Wiseman merupakan dasar teori pemungutan suara. Peacock dan Wiseman mendasarkan teori mereka pada suatu teori bahwa masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi pajak, yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai

pengeluaran pemerintah. Jadi masyarakat menyadari bahwa pemerintah membutuhkan dana untuk membiayai aktivitas pemerintah sehingga mereka

mempunyai tingkat kesediaan masyarakat untuk membayar pajak. Tingkat toleransi ini merupakan kendala bagi pemerintah untuk menaikkan pemungutan pajak secara semena-mena.

Pertumbuhan ekonomi (PDB) menyebabkan pemungutan pajak semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah; dan meningkatnya penerimaan pajak

menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat.Oleh karena itu, dalam keadaan normal, meningkatnya PDB menyebabkan penerimaan pemerintah


(51)

yang semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran pemerintah menjadi semakin besar.

Apabila keadaan normal tersebut terganggu, misalnya karena adanya perang, maka pemerintah harus memperbesar pengeluarannya untuk membiayai perang. Karena itu penerimaan pemerintah dari pajak juga meningkat dan pemerintah meningkatkan penerimaannya tersebut dengan cara menaikkan tarif pajak sehingga dana swasta untuk investasi dan konsumsi menjadi berkurang. Keadaan ini disebut efek

pengalihan (displacementeffect) yaitu adanya gangguan sosial menyebabkan aktivitas swasta dialihkan pada aktivitas pemerintah.

Berbeda dengan pandangan Wagner, perkembangan pengeluaran pemerintah versi Peacock dan Wiseman tidaklah berbentuk suatu garis, , tetapi berbentuk seperti tangga.

Sumber : Mangkoesoebroto, 1993

Gambar 7.Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Pengeluaran

Pemerintah/GDP

Wagner, Solow, Musgave

Peacok dan Wiseman

Tahun 0


(52)

Pengeluaran pemerintah menurut teori Wagner, Sollow, dan Musgravedigambarkan dalam bentuk kurva yang eksponensial, sedangkan teori Peacock dan Wiseman mengatakan bahwa pengeluaran pemerintah jika digambarkan dalam kurva seperti bentuk tangga. Hal ini dikarenakan adanya kendala toleransi pajak. Ketika

masyarakat tidak ingin membayar pajak yang tinggi yang ditetapkan pemerintah, maka pemerintah tidak bisa meningkatkan pengeluarannya, walaupun pemerintah ingin senantiasa menaikkan pengeluarannya.

D. Teori Human Capital Invesment (Investasi Sumber Daya Manusia)

Pentingnya modal manusia dalam pembangunan telah dimulai pada tahun 1960-an oleh pemikirannya Theodore Schultz tentang investment in human capital.

Menurutnya pendidikan merupakan suatu bentuk investasi dalam

pembangunan.Dalam perkembangannya, Schultz memperlihatkan bahwa

pembangunan sektor pendidikan dengan memposisikan manusia sebagai fokus dalam pembangunan telah memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini dapat dicapai melalui terjadinya peningkatan

keahlian/keterampilan dan kemampuan produksi dari tenaga kerja.

Terdapat dua pendekatan penting dalam teori human capital yaitu: pendekatan Nelson-Phelps (1966) dan pendekatan Lucas (1988). Pendekatan oleh Nelshon-Phelps, Aghion dan Howitt (1966) menyimpulkan bahwa human capital merupakan faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Munculnya perbedaan dalam tingkat pertumbuhan diberbagai negara lebih disebabkan oleh


(53)

perbedaan dalam stock human capital. Aghion dan Howitt mendukung pendekatan Nelson-Phelps tentang stock human capital yang menyimpulkan bahwa angkatan kerja yang lebih ahli dan terdidik akan lebih mampu mengisi kualifikasi lapangan pekerjaan yang ditentukan. Dengan kata lain pekerja yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mampu merespon inovasi yang selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu Negara (Meier dan Rauch dalam Mukhlis, 2010).

Sedangkan pendekatan Lucas (1988) lebih menekankan adanya suatu signifikansi akumulasi human capital terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurutnya terdapat dua faktor yang menjadi penyebab adanya pembentukan human capital di suatu negara. Kedua faktor tersebut adalah pendidikan dan learning by doing(Mukhlis, 2010)

Kesehatan dan pendidikan bukan hanya sekedar input fungsi produksi namun juga merupakan tujuan pembangunan yang fundamental. Peningkatan kesehatan dan pendidikan dapat membantu masyarakat untuk keluar dari jebakan lingkaran setan kemiskinan. Sekelompok orang yang berpendidikan akan dapat memberi manfaat kepada masyarakat di sekelilingnya, seperti menciptakan berbagai inovasi yang berguna bagi komunitasnya (Todaro, 2003:404).

Pembangunan manusia didasarkan pada tiga tujuan akhir pembangunan: masa hidup (longevity) diukur dengan usia harapan hidup, pengetahuan (knowledge) yang diukur dengan kemampuan baca tulis orang dewasa secara tertimbang dan rata-rata tahun bersekolah, serta standar kehidupan (standard of living) yang diukur dengan


(54)

pendapatan riil per kapita, disesuaikan dengan paritas daya beli (Purchasing Power Parity atau PPP) untuk mencerminkan biaya hidup (Todaro,2003:413)

E. Pengangguran

Dalam standar pengertian yang sudah ditentukan secara internasional, yang

dimaksudkan dengan pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya., Menurut Sukirno (2001:294) pengangguran biasanya dibedakan atas 3 jenis berdasarkan faktor-faktor yang menimbulkannya, yaitu :

a. Pengangguran konjungtur, yaitu pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam tingkat kegiatan perekonomian.Pada waktu kegiatan perekonomian mengalami kemunduran, perusahaan harus

mengurangi kegiatan memproduksinya. Dalam pelaksanaanya hal itu berarti jam kerja dikurangi, mesin memproduksi tidak digunakan dan sebagian tenaga kerja diberhentiakn. Dengan demikian kemunduran ekonomi akan menaikkan jumlah dan tingkat pengangguran

b. Pengangguran struktural, pengangguran yang disebabkan oleh perubahan stuktur dan kegiatan ekonomi. Dua kemungkinan yang dapat menimbulkan pengangguran struktural adalah akibat dari kemerosotan permitaan atau sebagai akibat semakin canggihnya teknik memproduksi.


(55)

c. Pengangguran normal atau friksional, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh tindakan seseorang pekerja untuk meninggalkan kerjanya dan mencari kerja yang lebih baik atau sesuai dengan keinginannya.

Jenis-Jenis Pengangguran Berdasarkan Cirinya: a. Pengangguran Terbuka

Pengguran ini tercipta sebagai akibat penambahan pertumbuhan kesempatan kerja yang lebih rendah daripada pertumbuhan tenaga kerja, akibatnya banyak tenaga kerja yang tidak memperoleh pekerjaan. Menurut Badan Pusat

Stsatistik (BPS), pengangguran terbuka adalah jumlah orang yang masuk dalam angkatan kerja (usia 15 tahun ke atas) yang sedang mencari pekarjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja

cantohnya, seperti ibu rumah tangga, siswa sekolah SMP, SMA, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan.

b. Pengangguran Tersembunyi

Keadaan dimana suatu jenis kegiatan ekonomi dijalankan oleh tenaga kerja yang jumlahnya melebihi dari yang diperlukan. Jumlah penduduk yang terlalu besar, dan diikuti oleh perkembangan penduduk yang sudah sangat cepat, menyebabkan rasio perbandingan diantara ranah tenaga kerja sangat kecil. c. Pengangguran Musiman

Keadaan pengangguran yang terjadi pada waktu-waktu tertentu dalam satu tahun. Biasanya pengangguran seperti ini berlaku untuk kegiatan bercocok


(56)

tanam. Waktu diantara menuai dan masa menanam berrikutnya dan periode di antara sesudah menanam bibit dan masa memetik hasilnya, dalam periode tersebut banyak diantara petani dan tenaga kerja di sektor pertanian tidak melakukan pekerjaan

d. Setengah Menganggur

Keadaan dimana seseorang bekerja dibawah jam kerja normal. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), di Indonesia jam kerja normal adalah 35 jam seminggu, jadi pekerja yang bekerja di bawah 35 jam seminggu masuk dalam golongan setengah menganggur.

Pengangguran yang terjadi di dalam suatu perekonomian dapat memiliki dampak atau akibat buruk baik terhadap perekonomian maupun individu dan masyarakat. Dampak buruk pengangguran terhadap perekonomian yaitu (a). Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimumkan tingkat kemakmuran yang mungkin dicapainya, (b). Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak pemerintah berkurang, (c). Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan dampak pengangguran terhadap individu dan masyarakat yaitu (a).Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan mata percaharian dan pendapatan. (b). Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan keterampilan. (c). Pengangguran dapat menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik (Sukirno,


(57)

F. Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Badan Pusat Statistik(BPS) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Produk

Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun, sedang Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar dimana dalam perhitungan ini digunakan tahun 2000

ProdukDomestik Regional Bruto atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahuipertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun (Sukirno, 2000:56),PDRB dapat menggambarkan kemampuan suatu daerah mengelola sumber daya alam yang dimilikinya. Oleh karena itu besaran PDRB yang dihasilkan oleh masing-masing daerah sangat bergantung kepada potensi sumber daya alam dan faktor produksi daerah tersebut. Adanya keterbatasan dalam penyediaan faktor-faktor tersebut menyebabkan besaran PDRB bervariasi antar daerah.

Di dalam perekonomian suatu negara, masing-masing sektor tergantung pada sektor yang lain, satu dengan yang lain saling memerlukan baik dalam tenaga, bahan mentah maupun hasil akhirnya. Sektor industri memerlukan bahan mentah dari sektor


(58)

dan jasa-jasa. Menurut Badan Pusat Statistik angka PDRB dapat diperoleh melalui tiga pendekatan yaitu sebagai berikut :

1.Menurut Pendekatan Produksi

PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang berada di suatu wilayah/provinsi dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 9 sektor atau lapangan usaha yaitu; Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Bersih, Bangunan, Perdagangan, Hotel dan

Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi, Jasa Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, Jasa-jasa.

2.Menurut Pendekatan Pendapatan

PDRB merupakan balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini PDRB mencangkup juga penyusutan neto. Jumlah semua komponen

pendapatan per sektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Oleh karena itu PDRB merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor.

3.Menurut Pendekatan Pengeluaran,

PDRB adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir yaitu: a) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung. b) Konsumsi


(59)

pemerintah. c) Pembentukan modal tetap domestik bruto. d) Perubahan stok. e) Ekspor netto.

G. Hubungan Pengeluaran Pemerintah Untuk Investasi Sumber Daya Manusia terhadap Kemiskinan

Menurut Kumar dalam Setyopurwanto (2013:5) modal manusia sangat berhubungan dengan keterampilan dan pengetahuan yang terkandung pada manusia yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang akan berguna dalam produksi barang, jasa dan pengembangan pengetahuan lebih lanjut. Oleh karena itulah maka kunci utama dari modal manusia adalah pendidikan dilengkapi oleh faktor lain diantaranya kesehatan, lingkungan kerja, dan faktor lainnya.

Engelbrecht dalam Situmorang (2007) menyimpulkan bahwa sumber daya manusia berguna untuk meningkatkan penghasilan individu dan sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Perbaikan dalam bidang pendidikan memberi peluang pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di masa mendatang karena dengan pendidikan maka para pekerja diharapkan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengoperasikan, mengekprolasi dan mengeksploitasi sumber daya ekonomi dan memanipulasi modal fisik.

Campbell dan Stanley dalam Situmorang (2007) menyebutkan investasi dalam modal manusia adalah seluruh kegiatan yang bertujuan meningkatkan kualitas tenaga kerja dalam hal produktivitas pada waktu tertentu.


(60)

Produktivitas pekerja meningkat melalui perbaikan kesehatan baik secara fisik dan mental serta melalui perpindahan lokasi tempat mereka bekerja. Peningkatan investasi sumber daya manusia secara langsung berdampak pada peningkatan produktivitas tenaga kerja yang mendorong peningkatan pendapatan (produk domestik bruto) riil. Hal tersebut ditunjukkan oleh peningkatan stok, neraca

perdagangan, dan konsumsi rumah tangga. Investasi sumber daya manusia cenderung menyebabkan distribusi pendapatan yang lebih merata dan cenderung mengurangi angka kemiskinan (Sitepu, 2009:153)

H. Hubungan Pengangguranterhadap Kemiskinan

Terdapat kaitan yang erat antara tingkat pengangguran dengan luasnya kemiskinan dan distribusi pendapatan, bagi sebagian masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan tetap atau bahkan tidak mamiliki perkerjaan, maka tidak ada pendapatan yang diperolah,semakin banyak masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan maka semakin banyak masyarakat tidak mendapatkan pendapatan, dengan demikian hanya sebagian masyarakatsaja yang menikmati pandapatan. Masyarakatyang bekerja part-time atau bahkan tidak memiliki pekerjaan selalu berada dalam kelompok yang rentan (Todaro, 2003)

Sebagian rumah tangga di Indonesia memiliki ketergantungan yang sangat besar atas pendapatan gaji atau upah yang diperoleh saat ini. Hilangnya lapangan pekerjaan menyebabkan berkurangnya sebagian besar penerimaan yang digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Lebih jauh, jika masalah pengangguran ini terjadi


(61)

pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah (terutama kelompok masyarakat dengan tingkat pendapatan sedikit berada di atas garis kemiskinan), maka masalah pengangguran akan dengan mudah menggeser posisi mereka menjadi kelompok masyarakat miskin. Yang artinya bahwa semakin tinggi tingkat pengganguran maka akan meningkatkan kemiskinan. (Octaviani, 2001)

I. Hubungan PDRB terhadap Kemiskinan

Menurut Sukirno (2000), laju pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan PDRB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil. Selanjutnya

pembangunan ekonomi tidak semata-mata diukur berdasarkan pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) secara keseluruhan, tetapi harus memperhatikan sejauh mana distribusi pendapatan telah menyebar ke lapisan masyarakat serta siapa yang telah menikmati hasil-hasilnya. Sehingga menurunnya PDRB suatu daerah berdampak pada kualitas dan pada konsumsi rumah tangga. Dan apabila tingkat pendapatan penduduk sangat terbatas, banyak rumah tangga miskin terpaksa merubah pola makanan pokoknya ke barang paling murah dengan jumlah barang yang

berkurang.

Dalam literatur, kemiskinan sering disandingkan dengan kesenjangan pendapatan. Korelasi antara pertumbuhan dan kemiskinan tidak berbeda dengan hubungan pertumbuhan dan kesenjangan. Menurut Simon Kuznets (hipotesis Kuznets) kurva hubungan antara kesenjangan pendapatan dan pendapatan perkapita berbentuk U terbalik. Demikian juga hubungan antara kemiskinan dan pertumbuhan


(62)

ekonomi.Hipotesis tersebut berawal dari pertumbuhan ekonomi (berasal dari tingkat pendapatan yang rendah berasosiasi dalam suatu masyarakat agraris pada tingkat awal) yang pada mulanya menaik pada tingkat kesenjangan pendapatan rendah hingga sampai pada suatu tingkat pertumbuhan tertentu selanjutnya menurun.

Pemikiran tentang mekanisme yang terjadi pada HipotesisKuznetsbermula dari transfer yang berasal dari sektor tenaga kerja denganproduktivitas rendah (dan tingkat kesenjangan pendapatannya rendah), ke sektor-sektor yang mempunyai produktivitas tinggi (dan tingkat kesenjangan menengah). Dengan adanya kesenjangan antar sektor maka secara subtansial akan menaikkan kesenjangan diantara tenaga kerja yang bekerja pada masing - masing sektor. (Ferreira dalam Isnowati, 2007).

J. Penelitian Terdahulu Sumber : Todaro dan Smith, 2004

Gambar 8. Kurva U Terbalik dalam Hipotesis Kuznets Tingkat Pertumbuhan Ekonomi


(63)

Tabel 4. Penelitian Terdahulu NO Nama dan

Judul Penelitian

Variabel Peneletian

Model Penelitian Hasil Penelitian

1. Faktor-Faktor Penentu Tingkat Kemiskinan Regional di Indonesia. Samsubar Saleh (2002) Variabel Dependen : Tingkat Kemiskinan Variabel Independen: PDRB perkapita (YPC) kesenjangan pendapatan (RG) Indeks Pembangunan Manusua (IPM) Angka harapan hidup (HH) Rata-rata bersekolah (RS) Investasi sumberdaya manusia (IMP) Investasi fisik (IFP) Tingkat partisipasi politik dan ekonomi dari perempuan Populasi penduduk tanpa akses pada fasilitas kesehatan (PNH) Krisis Ekonomi

1. Model estimasi

dengan menggunakan data cross section.

2. Model

estimasi dengan menggunakan data panel, di mana, POV adalah variabel terikat

sedangkan Xj adalah variabel penjelas, i dan t adalah propinsi ke-i dan waktu ke-t.

PDRB perkapita (YPC) mempunyai pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap kemiskinan antar provinsi. kesenjangan pendapatan (RG) mempunyai pengaruh yang positif terhadap kemiskinan. IPM berpengaruh negatif signifikan terhadap kemiskinan. Angka harapan hidup (HH) dan rata-rata bersekolah (RS) mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kemiskinan. Investasi sumberdaya manusia (IMP) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan. Di lain pihak, investasi fisik (IFP) justru signifikan namun positif. Tingkat partisipasi politik dan ekonomi dari

perempuan signifikan positif. Populasi penduduk tanpa akses pada fasilitas

kesehatan (PNH) signifikan positif pengaruhnya terhadap tingkat kemiskinan. 2. Produktivitas,

Investasi Sumberdaya Variabel Dependen : Kemiskinan 1. Estimasi model simultan

Tingkat kemiskinan di Indonesia akan mampu direduksi secara


(64)

Manusia, Investasi Fisik, Kesempatan Kerja terhadap Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia. Hasdi Aimon (2012) Pertumbuhan Ekonomi Variabel Independen: Investasi Sumber Daya Manusia Investasi Fisik Kesempatan Kerja Kemiskinan (Y1t) di Indonesia dipengaruhi oleh investasi pendidikan (X1t), investasi kesehatan (X2t), produktivitas (X3t) dan pertumbuhan ekonomi (Y2t). 2. Estimasi Pertumbuhan ekonomi (Y2t) dipengaruhi oleh produktivitas (X3t), investasi fisik (X4t) kesempatan kerja (X5t) dan kemiskinan (Y1t). signifikan oleh investasi pendidikan, investasi kesehatan, produktivitas masyarakat, dan pertumbuhan ekonomi yang optimis. Apabila investasi pendidikan dan investasi

kesehatan meningkat, maka produktivitas masyarakat juga akan meningkat dan selanjutnya tingkat kemiskinan akan menurun. Sedangkan produktivitas, investasi fisik, dan kesempatan kerja meningkat maka pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat, sementara apabila tingkat kemiskinan meningkat maka pertumbuhan ekonomi juga akan tereduksi.

3. Analisis Kemiskinan di Jawa Tengah. Dicky Wahyudi dan Tri Wahyu

Variabel Dependen: Tingkat Kemiskinan

Menggunakan analisis data panel (pooled data) dengan menggunakan Variabel kesehatan, pendidikan dan pengeluaran pemerintah signifikan dan berpengaruh


(65)

Rejekingsih (2013) Variabel Independen: Kesehatan Pendidikan Pengeluaran Pemerintah Pertumbuhan Ekonomi Pengangguran

panel data adalah kombinasi antara time-series data dan cross-section data. Data yang digunakan adalah data time series selama 4 tahun terakhir yakni tahun 2007-2010 dan data cross section sebanyak 35 data yang mewakili

kabupaten / kota di Jawa Tengah. Hasil dari kombinasi data time series dan cross section menghasilkan 140 observasi.

negatif terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah. Hal ini berarti setiap peningkatan pada variabel pendidikan, kesehatan dan pengeluran pemerintah akan menyebabkan tingkat kemiskinan turun. Sedangkan untuk variabel pengangguran signifikan dan berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan, artinya ketika jumlah pengangguran meningkat maka tingkat kemiskinan akan juga meningkat. Namun untuk variabel pertumbuhan ekonomi tidak signifikan secara statistik

mempengaruhi tingkat kemiskinan.

4. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan di Aceh. Bursa Variabel Dependen: Persentase Kemisikinan Untuk melihat pengaruh variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Semua variabel memberikan pengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi Aceh. Dari tiga variable yang


(66)

(2011) Variabel Independen: Laju PDRB Pendidikan atau Angka Melek Huruf Pengangguran Pendidikan (Educt) dan variabel tingkat pengangguran (Un Empl)) terhadap kemiskinan (Poverty) digunakan pendekatan Fixed Effect Model (FEM) dikerenakan N besar dan T kecil selain itu bahwa unit cross-section yang kita pilih dalam penelitian tidak diambil secara acak maka harus

menggunakan fixed effect.

digunakan terdapat dua varaibel yang memiliki pengaruh yang signifikan yaitu variabel PDRB dan Un-Empl, sementara variable Educt ber pengaruh tetapi tidak signifikan.

5. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, Pendidikan dan Variabel Dependen : Tingkat Kemiskinan Variabel Dalam penelitian ini menggunakan data time series selama 5 tahun dan data cross section sebanyak 10

Dari hasil regresi dapat disimpulkan bahwa pada taraf keyakinan 95 persen (α= 5 persen), varibel upah minimum, pendidikan


(1)

3. PDRB berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung, hal ini ditandai dengan nilai probabilitas 0,1082 dengan nilai koefisien negatif (-2,447278).

4. Dari hasil regresi secara bersama-sama variabel investasi sumber daya manusia, pengangguran, dan PDRB berpengaruh terhadap tingkat

kemiskinan 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung pada periode 2008-2012. Hal ini dapat terlihat dari nilai F-hitung yang signifikan pada tingkat kepercayaan 95 pesen.

5. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan random effect, dari 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung yang mempunyai tingkat kemiskinan tinggi adalah Lampung Utara, Lampung Timur, Lampung Selatan, Lampung Tengah, dan Tanggamus. Sedangkan yang mempunyai kemiskinan rendah adalah Lampung Barat, Way Kanan, Bandar Lampung, Tulang Bawang, dan Metro.

B.Saran

1. Peningkatan pendidikan dan kesehatan dapat membantu masyarakat untuk keluar dari masalah kemiskinan. Pendidkan dan kesehatan termasuk dalam human capital, untuk itu pengeluaran pemerintah untuk sumber daya manusia atau human capital untuk masing-masing 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung harus dilakukan secara optimal sehingga dapat


(2)

91

meningkatkan kualitas hidup sumber daya manusia dan dapat menurunkan angka kemiskinan.

2. Untuk mengurangi jumlah penganguran sebaiknya Pemerintah Daerah masing-masing 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung memberikan latihan kerja bagi pemuda putus sekolah agar memiliki keterampilan dibidang tertentu,Membuat program wirausaha sangat penting untuk membuka kesempatan kerja.

3. PDRB dapat mencerminkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Sehingga seharusnya pemerintah melakukan upaya untuk pemerataan pendapatan dan mengandalkan potensi-potensi ekonomi yang ada di 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung secara merata.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Prastyo, Adit. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2003-2009. Semarang; Skripsi Fakultas Ekonomi Univesitas Diponegoro.

Agussalim.2009. Mereduksi kemiskinan; Sebuah Proposal Baru Untuk Indonesia. Nala Cipta Litera.

Aimon,Hasdi. 2012. Produktivitas, Investasi Sumberdaya Manusia, Investasi Fisik, Kesempatan Kerja Terhadap Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia; Jurnal Kajian Ekonomi.

Ajija,R. Shochrul. 2011. Cara Cerdas Menguasai Eviews. Jakarta; Salemba Empat.

Bappenas, 2006. Rencana Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia. Jakarta.

Brata, Aloysius Gunadi. 2005.Investasi Sektor Publik Lokal, Pembangunan Manusia, Dan Kemiskinan.Yogyakarta; Lembaga Penelitian - Universitas Atma Jaya.

Bursa, 2011. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan di Aceh.

Dalimunthe, Masriani. 2008. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Pendidikan dan Kesehatan terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Sumatera Utara.Medan; Skripsi Universitas Sumatera Utara.

Dumairy, 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta; Erlangga.

Faturrohmin, Rahmawati. 2011. Pengaruh PDRB, Harapan Hidup, dan Melek Hurufterhadap Tingkat Kemiskinan. Jakarta; Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.

Gujarati,Damodar N. 2011. Dasar-Dasar Ekonometrika, Edisi kelima. Jakarta; Salemba Empat.


(4)

93

Isnowati, Sri. 2007. Pengujian Hipotesis Kuznets di Wilayah Pembangunan I Jawa Tengah.Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol. 14 No. 1, Maret 2007.

Jhingan, M.L.2012. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta; PT Raja Grafindo Persada.

Kuncoro, Mudrajad. 2000. Ekonomi Pembangunan: Teori,Masalah, dan Kebijakan.Jakarta;UPP AMP YKPN.

Mangkoesoebroto, Guritno 1993. Ekonomi Publik.Yogyakarta; BPFE. Mankiw, N.Gregory. 2007. Makroekonomi, (Edisi 6). Jakarta; Erlangga. Novarizki Ayu, Indah.2012.Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah

Minimum, Pendidikan, dan Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan 10 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2006-2010. Bandar Lampung; Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

Octaviani, Dian. 2001. Inflasi, Pengangguran Dan Kemiskinan Di Indonesia : Analisis Indeks Forrester Greer & Horbecke.

Saleh,Samsubar.2002.Faktor-Faktor Penentu Tingkat Kemiskinan Regional di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan Kajian Ekonomi Negara Berkembang.

Setyopurwanto, Didi. 2013. Pengaruh Investasi Sumber Daya Manusia Dan Investasi Modal Terhadap Pendapatan Perkapita Masyarakat Indonesia. Malang; Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Siregar, Hermanto dan Dwi Wahyuniarti, 2007. Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penurunan Jumlah Penduduk Miskin. Institut Pertanian Bogor. Sitepu, Rasidin.2009. Dampak Investasi Sumber Daya Manusia dan Bantuan

Langsung Tunai Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga Di Indonesia. Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 13, No. 2 Tahun 2010. Situmorang, Armin Thurman. 2007. Analisis Investasi dalam Human Capital dan

Akumulasi Modal Fisik terhadap Peningkatan Produk Domestik Bruto. Medan; Tesis Pascasarjana Univesitas Sumatera Utara.

Sukirno, Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan; Proses, masalah dan Dasar Kebijakan.Jakarta; Kencana Prenada Media Group.

Sukirno, Sadono. 2000. Teori Pengantar Makroekonomi. Jakarta; Raja Grafindo Persada.


(5)

Sukirno, Sadono. 2001. Teori Pengantar Makroekonomi.Jakarta; Raja Grafindo Persada.

Sukmaraga,Prima.2011. Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, PDRB Per Kapita, dan Jumlah Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Provinsi Jawa Tengah. Semarang; Skripsi Fakultas Ekonomi Univesitas Diponegoro.

Suryawati, Chriswardani. 2005. Memahami Kemiskinan Secara

Multidimensional.Semarang; Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional; Teori dan Aplikasi.Jakarta; Bumi Aksara

Tim Badan Pusat Statistik, 2013. Lampung dalam Angka. Bandar Lampung: Badan Pusat Statistik

Tim Badan Pusat Statistik, 2014. Berita Resmi Statistik; Angka Kemiskinan Lampung September 2013. Bandar Lampung: Badan Pusat Statistik Todaro, Michael. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Buku 1 dan 2

Edisi Kedelapan. Jakarta; Erlangga.

Todaro, Michael P, dan Smith, Stephen C, 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Edisi Kedelapan. Jakarta; Erlangga.

Wahyudi, Dicky dan Tri Wahyu Rejekingsih. 2013 Analisis Kemiskinan di Jawa Tengah.Jawa Tengah; Diponegoro Journal Of Economic.

Widarjono, Agus. 2009 Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya, Edisi Ketiga. Yogyakarta; Ekonisia.

Wijayanti, Diana dan Heri Wahono. 2005. Analisis Konsentrasi Kemiskinan di Indonesia Periode Tahun 1999-2003. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 10 No. 3, Desember 2005.

Wijayanto, Ravi Dwi.2010. Analisis Pengaruh PDRB,Pendidikan, dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Tengah Tahun 2005-2008. Semarang; Skripsi Fakultas Ekonomi Univesitas Diponegoro.

Lanjouw, P, dkk. 2001. Poverty Education and Health in Indonesia : Who Benefits From Public Spending. Word Bank Working Paper No. 2739; Washington DC

http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=634451 Diakses tanggal 2 Maret 2014


(6)

95

Mukhlis, Imam. 2010. Peranan Sumber Daya Manusia dalam Pertumbuhan Ekonomi.

http://drmuklis.blogspot.com/2010/03/peranan-sumber-daya-manusia-dalam.html

Diakses 5 Maret 2014

http://ratuagung78.blogspot.com/2014_02_01_archive.html Diakses tanggal 2 Maret 2014

www.djpk.depkeu.go.id/

https://id.wikipedia.org/