Latar Belakang Perbaikan Sistem Kerja Operator Pencetakan Paving Block Pada UKM Gunung Jati

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia merupakan salah satu bagian dari elemen sistem kerja yang dominan dalam menjalankan proses produksi, terutama aktivitas yang bersifat manual, Aktivitas manual dalam proses produksi membuat manusia bekerja lebih cepat mengalami kelelahan karena kurangnya bantuan mesin dan peralatan. Aktivitas yang dilakukan oleh operator pencetakan paving block di UKM ini dilkakukan dengan frekuensi yang sangat tinggi dan secara berulang ulang repetitif, sehingga menimbulkan beban kerja tidak sesuai atau berlebihan. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat rentan mengalami gangguan musculoskeletal Tarwaka, 2004. Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian–bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorsders MSDs atau cidera pada sistem musculoskeletal. UKM Gunung Jati merupakan salah satu usaha kecil menengah dimana produk yang dihasilkan yaitu paving block. Jenis paving block yang dibuat berbentuk segi enam berwarna merah. Bahan baku paving block berupa pasir, semen dan tepung merah. Proses pembuatan paving block di UKM ini dilakukan Universitas Sumatera Utara oleh satu operator, dimana operator tersebut melakukan proses pencampuran bahan baku, pengadukan, pencetakan dan penjemuran paving block sementara yang sudah dicetak dan dibawa ke stasiun perendaman hal ini dilakukan sendiri dengan menggunakan mesin dan alat sederhana. Beban kerja yang paling berat terdapat pada proses pencetakan paving block. Proses produksi pada UKM Gunung Jati dibagi menjadi enam tahap proses, yaitu proses penakaran bahan baku, pencampuran bahan baku, pencetakan paving block, penjemuran tahap pertama, perendaman, dan penjemuran tahap kedua. Dari semua tahapan proses pembuatan paving block terdapat aktivitas pemindahan material secara manual dan secara repetitif, yaitu proses pengambilan bahan baku paving block dari dalam bak bahan baku yang sudah dicampurkan, kedalam mesin pencetakan paving block. Dari pengamatan, dapat dilihat bahwasanya beban kerja yang paling berat terdapat pada aktivitas pengambilan bahan baku paving block ke mesin pencetakan. Pekerjaan ini dilakukan oleh satu orang operator yang bekerja secara repetitif berulang-ulang selama 7 jam kerja per hari. Gambaran kegiatan aktual, terlihat bahwa sistem kerja yang ada di usaha tersebut belum memperhatikan prinsip-prinsip ergonomi oleh sebab itu dilakukan pengidentifikasian terhadap resiko gangguan muskuloskeletal dengan menggunakan SNQ Standard Nordic Quistionaire, penilaian postur operator dengan metode REBA Entire Body Assesment yang merupakan metode penilaian postur untuk menilai faktor risiko gangguan tubuh keseluruhan dan untuk menganalisis besar beban yang direkomendasikan yaitu dengan mengukur RWL Recomended Weight Limit dan MPL Maximum Permissible Limit yang Universitas Sumatera Utara seharusnya diangkat oleh operator dan bagaimana pengaruh beban-beban yang diangkat selama ini oleh operator pencetakan paving block terhadap kondisi keamanan dan keselamatan kerja, berdasarkan criteria LI lifting Indeks. Upaya untuk mengendalikan beban kerja maksimal yang diakibatkan oleh sikap kerja yang bersifat statis dilakukan dengan perbaikan rancangan fasilitas kerja yang sesuai dengan antropometri operator. Saptono 2009 membahas tentang keluhan MSDs yang dilakukan di PT. Makmur Alam Sentosa I PT. MAS I. Hasil produksi PT. MAS I adalah veneer yang akan diproduksi menjadi triplex. Penelitian dilakukan untuk menganalisis postur kerja di bagian stasiun mesin rotary, apakah berbahaya yang dapat menimbulkan keluhan MSDs atau tidak berdasarkan analisis REBA. Dari hasil penelitian dengan metode REBA didapatkan hasil: Action level 2 = 50 , Action level 3 = 37,5 dan Action level 4 = 12,5 . Hasil tersebut mengindikasikan bahwa postur kerja masih berbahaya. Hendra 2009 membahas tentang aktivitas pemanenan kelapa sawit yang dilakukan secara manual berisiko untuk menyebabkan gangguan otot rangka atau musculoskeletal disorders MSDs di kebun kelapa sawit PT. X di Sumatera Selatan tahun 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko egonomi pekerjaan pemanenan dan hubungannya dengan keluhan MSDs dengan metode REBA Rapid Entire Body Assessment. Dari hasil Perhitungan tingkat risiko pekerjaan pemanenan panen dan muat mempunyai kategori tinggi skor 8- 10, dimana skor REBA untuk pekerjaan memotong pelepah dan TBS: 9, memasukkan TBS ke dalam angkong: 9, mendorong angkong berisi TBS ke TPH: Universitas Sumatera Utara 8, dan memuat TBS ke atas truk: 10. Dampak MSDs adalah sebagian besar pekerjaan agak terganggu 97,4 dan sebagian kecil menjadi tidak bisa bekerja 2,6. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa postur kerja masih berbahaya. Gambaran di atas menunjukan perlunya dilakukan evaluasi cara kerja operator. Diharapkan dari evaluasi tersebut dapat mengatasi permasalahan yang ada sehingga dapat memperbaiki sistem kerja dan dapat mereduksi keluhan musculoskeletal pada operator di UKM Gunung Jati.

1.2. Rumusan Masalah