EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 29 Bandarlampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

(1)

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DITINJAU DARI

HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

(Studi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh Tri

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DITINJAU DARI HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA (Studi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013) Nama Mahasiswa : Tri Fajriyanti Fauzia

Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021055

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dra. Rini Asnawati, M.Pd. Drs. M. Coesamin, M.Pd. NIP 19620210 198503 2 003 NIP 19591002 198803 1 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(3)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Rini Asnawati, M.Pd. _____________

Sekretaris : Drs. M. Coesamin, M.Pd. _____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. _____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(4)

Tri Fajriyanti Fauzia

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DITINJAU DARI

HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 29 Bandarlampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

TRI FAJRIYANTI FAUZIA

Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran matematika ditinjau dari hasil belajar matematika siswa. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan populasi siswa kelas VIII SMPN 29 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII D dan VIII E yang diambil menggunakan teknik cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan post-test only control design. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes hasil belajar matematika siswa dengan uji hipotesis mengunakan Uji-t. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif jika diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII semester ganjil SMPN 29 Bandarlampung tahun pelajaran 2012/2013.


(5)

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DITINJAU DARI

HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

(Skripsi)

Oleh

TRI FAJRIYANTI FAUZIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2 0 1 2


(6)

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DITINJAU DARI

HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

Tri Fajriyanti Fauzia

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(7)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAN ACHIEVEMENT DIVISION DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

Nama Mahasiswa : Tri Fajriyanti Fauzia Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021055

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dra. Rini Asnawati, M.Pd. Drs. M. Coesamin, M.Pd.

NIP 19620210 198503 2 003 NIP 19591002 198803 1 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(8)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Rini Asnawati, M.Pd. ____________

Sekretaris : Drs. M. Coesamin, M.Pd. ____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. ____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... ... 5

C. Tujuan Penelitian ... ... 5

D. Manfaat Penelitian ... ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... ... 8

1. Efektivitas Pembelajaran ... .. . 8

2. Pembelajaran Kooperatif ... ... 9

3. Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 13

4. Pembelajaran Konvensional ... 18

5. Hasil Belajar ... 22

B. Kerangka Pikir ... 23

C. Hipotesis Penelitian ... 26

1. Hipotesis Umum ... 26


(10)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... ... 27

B. Desain Penelitian ... ... 27

C. Prosedur Penelitian... ... 28

D. Data Penelitian ... ... 29

E. Pengumpulan Data ... ... 29

F. Instrumen Penelitian... 29

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... . 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 37

B. Pembahasan ... ... 40

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... ... 42

B. Saran ... ... 42 DAFTAR PUSTAKA


(11)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ... 12

2.2 Kriteria Poin Peningkatan Skor Tes Setiap Individu ... 16

2.3 Kriteria Penghargaan Kelompok ... 17

2.4 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Konvensional ... 21

3.1 Desain Penelitian ... 28

3.2 Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Tes ... 31

3.3 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 32

3.4 Hasil Tes Akhir ... 33

4.1 Statistik Deskriptif Data Hasil Belajar Matematika ... 37

4.2 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Matematika Siswa ... 38


(12)

MOTTO

Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada

kemudahan, sesungguhnya bersama

kesulitan itu ada kemudahan.

(QS. Al insyiroh : 5-6)

La tahzan, Innalloha ma’ana

( jangan bersedih, sesungguhnya Alloh

beserta kita )


(13)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Tri Fajriyanti Fauzia

NPM : 0743021055

Program studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, November 2012 Yang Menyatakan

Tri Fajriyanti Fauzia NPM 0743021055


(14)

PERSEMBAHAN

Puji syukur ku ucapkan kepada Sang Kholiq ALLAh SWT yang

Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan Nabi yang Penuh Cinta

dan Kasih MUHAMMAD SAW

Kupersembahkan karya kecilku ini teruntuk,

Kedua Orang Tua ku tercinta

yang telah lebih dulu menghadapNya, untuk semua pengorbanan

dalam membesarkanku, untuk nasehat yang tak pernah

pupus dimakan waktu, untuk semua kenangan indah

yang selalu menjadi sumber kebahagiaan bagiku,

untuk do’a yang selalu menjadi penerang jalanku.

Mbak-mbak dan adik-adik ku tesayang

atas semua doa dan dukungan yang

telah diberikan kepadaku.

Para pendidik yang telah mendidikku

Waffa sahabat terbaikku

Atas kebersamaan, dukungan, dan

kebahagiaan yang telah diberikan untukku


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang, pada tanggal 19 April 1988. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Drs. Abdul Fatah Kadir dan Ibu Dra. Badarmah EM.

Pendidikan formal yang telah ditempuh dimulai dari taman kanak-kanak yaitu di TK Nurul Iman dan selesai pada tahun 1994, Sekolah Dasar (SD) yaitu di SD Negeri 5 Kotabumi Kabupaten Lampung Utara dan selesai tahun 2000, Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu di SMP Negeri 7 Kotabumi Kabupaten Lampung Utara dan selesai pada tahun 2003, dan Madrasah Aliyah (MA) yaitu di MA Negeri 1 Kotabumi Kabupaten Lampung Utara dan lulus pada tahun 2006. Kemudian pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Surya Dharma 2 Bandar Lampung pada tahun 2011.


(16)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Alloh SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division Ditinjau dari Hasil Belajar Matematika siswa.”

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan selaku Dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk bimbingan dengan penuh kesabaran, memberikan motivasi dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.


(17)

5. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, cinta dan ketulusan, memberikan nasihat, semangat, motivasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan bimbingan, saran serta arahan kepada penulis.

7. Seluruh Dosen FKIP yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menyelesaikan studi.

8. Ibu Nurbaiti, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 29 Bandar Lampung yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

9. Ibu Mika Sundari, S.Pd., sebagai guru matematika kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian. 10. Siswa/siswi kelas VIII D dan VIII E SMP Negeri 29 Bandar Lampung tahun

pelajaran 2012/2013, atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.

11. Mama dan bapak tercinta, atas perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini yang tak pernah lelah memberikan motivasi dan nasihat. 12. Keluarga baru ku ( ummi, abi, rifa, dan ridho ) atas bantuan, keceriaan, dan

kehangatan yang telah diberikan selama ini.

13. Sahabat terbaik ku wafa, atas kebersamaannya selama lima tahun yang telah memberikan bantuan, semangat, motivasi, dan tak pernah lelah mengingatkanku .

14. Sahabat seperjuangan ( lidya, janati, nure, uni ne, uni na, hani, riaul, mbak lisa, ita, dan sri ). Terimaksih untuk setiap canda dan tawa yang selalu mewarnai hari-hari ku.


(18)

15. Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2007 Non Reguler Pendidikan Matematika: Tin tun, Nantul, Rita, Rista, Ratna, Lia, Indah, Yulva, Dwi D, Devi, Sri, Fitri, Berta, Vera, Vina, Reni, mbak Leni, Fiska, Vivi, Yesi, Duwai, Tanti, Achiz, Nesha, Uya, Robert, Indri, Bily, Solihin, Dhea, Haris, Sevia, Ana, Dina N, Miraya Soraya, Mbak Yemi, Din dun, Momon, Ali, Ifan, Dani, Komang, Mbak Endah, Heru, Bang Ken, Adi, atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah dan takkan pernah terlupakan.

16. Teman-teman seperjuangan PPL di SMA Surya Dharma 2 Bandarlampung (Rista, Gede, Melda, Jonas, Dedo, Janah, Kadek, Eva, Rohmah, Hesti ) atas kebersamaan selama tiga bulan yang luar biasa.

17. Teman-teman angkatan 2007 reguler, kakak-kakakku angkatan 2004 sampai 2006 dan adik-adikku angkatan 2008 sampai 2012 terima kasih atas kebersamaannya.

18. Almamater yang telah mendewasakanku.

19. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi kita. Aamiin.

Bandarlampung, November 2012 Penulis


(19)

44

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa:

Rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa pada pembelajaran koopertif tipe STAD lebih tinggi daripada rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa pada pembelajaran konvensional. Dengan kata lain, model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari hasil belajar matematika pada siswa kelas VIII semester ganjil SMPN 29 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.

1. Kepada guru matematika agar dapat menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

2. Kepada para peneliti yang akan melakukan penelitian yang serupa untuk dapat mengembangkan penelitian ini dengan memperhatikan variabel yang lain.


(20)

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta dan Depdikbud. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Usaha Nasional.

Surabaya.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta Kompas. 2012. Pendidikan Indonesia Menurun. [on line]. Tersedia :

http://edukasi.kompas.com/read indeks.Pendidikan.Indonesia.Menurun/. (13 Agustus 2012)

Isjoni. 2007. Cooperative Laearning. Alfabeta. Bandung

Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Lie, Anita. 2002. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Grasindo. Jakarta.

Nasution, S. 2002. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Noer, Sri Hastuti. 2010. Jurnal Pendidikan MIPA. Jurusan P.MIPA. Unila Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. (Pertanyaan dan Jawaban). Gramedia

Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta

Safari. 2004. Teknik Analisis Butir Soal Instrumen Tes dan Non tes. Jakarta: Depdiknas.

Sardiman, AM. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.


(21)

46 Slavin, Robert E. 2005. Cooperatif Learning. A Simon & Schuster Company:

United States of Amerika Amerika

Sudijono, Anas. 2003. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung. Tarsito.

Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. NTP Pres. Mataram.

Trianto. 2000. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Surabaya.

UU RI No 20 Tahun 2003. 2008. Sistem P endidikan Nasional. CV Karya Gemilang.

Widyastuti. 2008. Upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(22)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan pembangunan di Indonesia sangat bergantung pada kemajuan bidang politik, ekonomi, dan sosial, termasuk bidang pendidikan. Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang yang memberikan kontribusi terbesar terhadap kemajuan bidang-bidang lain di Indonesia. Hal ini mengisyaratkan bahwa kemajuan bidang-bidang lain di Indonesia bergantung pada kemajuan bidang pendidikan yang berkualitas. Salah satu peran penting di dalam kehidupan manusia yang dapat mengembangkan kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan adalah pendidikan. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 yang berbunyi :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011

yang dikeluarkan oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan


(23)

2 pendidikan atau Education Development Index(EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia pada posisi ke-69 dari 127 negara di dunia (Kompas : 2012). Hal ini membuktikan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat jauh tertinggal dari negara-negara lain. Rendahnya kualitas pendidikan di indonesia salah satunya ditandai oleh rendahnya hasil belajar siswa. Salah satu cara meningkatkan hasil belajar siswa adalah mem-perbaharui paradigma pengajaran menjadi paradigma pembelajaran.

Pengajaran dan pembelajaran mempunyai pengertian yang hampir sama. Guru mengajar agar siswa dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu yang objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor). Namun proses pengajaran ini hanya melibatkan interksi satu arah, yaitu semua proses hanya berpusat dari guru. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi dua arah, yaitu guru dan siswa. Kegiatan pokok dalam keseluruhan proses pendi-dikan di sekolah adalah kegiatan pembelajaran, hal ini berarti bahwa berhasil ti-daknya pencapaian tujuan pendidikan salah satunya tergantung kepada proses pembelajaran yang dialami siswa.

Nilai keseluruhan dari pembelajaran ditunjukkan oleh hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Kenyataannya dalam pembelajaran untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan tidaklah mudah. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah sering dijumpai beberapa masalah, antara lain beberapa siswa yang mempunyai nilai kurang optimal, khususnya pada pelajaran matematika.


(24)

3 Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari untuk mendukung kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok di sekolah yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan-perbaikan dalam peningkatan mutu pembelajaran matematika di sekolah. Mengingat pentingnya matematika dalam kehidupan, maka kegiatan pembelajaran diupayakan dapat meningkatkan antusiasme siswa melalui kreatifitas guru dalam memvariasikan model pembelajaran. Dengan demikian siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Diharapkan dengan memvariasikan model pembelajaran akan meningkatkan hasil belalajar matematika siswa.

Untuk mencapai tujuan di atas, guru harus mampu menciptakan kondisi kelas yang kondusif dan menyenangkan sehingga siswa dapat belajar secara maksimal. Saat ini model pembelajaran telah dikembangkan untuk mendukung tercapainya tujuan pembelajaran sehingga guru dapat memilih model pembelajaran yang dapat membantu dalam tujuan pembelajaran yang hendak dicapainya. Namun sebagian besar guru matematika masih menggunakan pembelajaran tradisional yaitu pembelajaran konvensional. Dalam pembelajaran ini guru menjelaskan materi menggunakan metode ekspositori, memberikan contoh soal dan memberikan tugas sebagai latihan. Kebanyakan siswa hanya mendengarkan dan mencatat hal-hal penting dari penjelasan yang dikemukakan oleh guru. Pembelajaran belum sepenuhnya melibatkan aktivitas siswa. Meskipun siswa diberi kesempatan untuk bertanya, namun sedikit siswa yang mau bertanya karena siswa tidak memiliki


(25)

4 keberanian untuk bertanya atau mengungkapkan pendapatnya, padahal pemilihan model pembelajaran sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Menyikapi kondisi tersebut maka guru perlu terus berupaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pengalaman belajar melalui model pembelajaran yang mengaktifkan siswa, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD). Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu model pembelajaran yang lebih memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan bertanggung jawab penuh dalam memahami materi pelajaran matematika baik secara berkelompok maupun individual.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dikelompokan menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang heterogen terutama dari segi kemampuannya. Pembelajaran dimulai dengan penjelasan materi oleh guru tentang materi secara garis besarnya. Selanjutnya, siswa diminta untuk belajar dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru untuk memantapkan pemahaman terhadap materi yang sudah diberikan oleh guru. Dalam belajar kelompok, siswa diberi kebebasan mengenai cara menyelesaikan tugas kelompoknya, akan tetapi mereka semua harus bertanggung jawab agar setiap individu di dalam kelompok betul-betul memahami materi yang dipelajari, karena keberhasilan dinilai dari keberhasilan kelompok, bukan masing-masing individu. Oleh karena itu, kerjasama di dalam kelompok sangat diperlukan. Untuk mengukur keberhasilan belajar kelompok, guru memberikan tes kepada masing-masing siswa. Dalam tes ini, setiap anggota


(26)

5 kelompok tidak diperkenankan membantu anggota kelompoknya yang lain. Selanjutnya, hasil tes ini dibandingkan dengan rata-rata pencapaian sebelumnya. Poin sumbangan anggota kelompoknya ditentukan berdasarkan tingkat keber-hasilan siswa mencapai atau melebihi kinerja sebelumnya. Gabungan poin sumba-ngan dari semua anggota kelompok menjadi poin kelompok dan hasilnya diban-dingkan dengan poin kelompok lainnya. Kelompok yang berhasil memperoleh poin tertinggi berhak mendapat sertifikat atau penghargaan. Dengan adanya pemberian penghargaan kelompok, siswa akan lebih termotivasi dalam belajar matematika. Dengan termotivasinya siswa dalam belajar matematika diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian studi eksperimen tentang efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ditinjau darihasil belajar matematika siswa.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif diterapkan bila dibandingkan dengan pembelajaran kovensional ditinjau dari hasil belajar matematika siswa kelas VIII semester ganjil SMP N 29 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif tipe STAD dibandingkan dengan pembelajaran kovensional pada pembelajaran


(27)

6 matematika ditinjau dari hasil belajar matematika siswa kelas VIII semester ganjil SMP N 29 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran

matematika yang paling tepat untuk mengoptimalkan hasil belajar matematika siswa.

2. Bagi sekolah, memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya mengadakan perbaikan mutu pembelajaran matematika.

3. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai dunia

pendidikan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Efektivitas pembelajaran merupakan ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif apabila rata-rata nilai hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari pada rata-rata nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran konvensional

2. Model pembelajaran kooperatif, dalam hal ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu tipe pembelajaran kooperatif, dimana siswa bekerja sama dalam satu kelompok kecil (4 sampai 5 orang) yang heterogen,


(28)

7 untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran di kelas. Tipe STAD ini terdiri dari 5 komponen utama, yaitu persentasi kelas, kegiatan kelompok, evaluasi, pemberian skor individu dan penghargaan kelompok.

3. Pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang selama ini diterapkan di sekolah dimana pembelajaran lebih terpusat pada guru. Guru berperan aktif untuk menjelaskan materi, memberikan latihan dan tugas.

4. Hasil belajar matematika adalah kemampuan yang dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran matematika, yaitu berupa nilai akhir tes formatif hasil belajar setelah akhir pokok bahasan.


(29)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Hal ini sejalan dengan Sutikno (2005: 7) yang mengemukakan: “pembelajaran efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan”. Dapat dikatakan juga bahwa efektivitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang diinginkan, sedangkan menurut Hamalik (2001), pembelajaran dikatakan efektif jika memberikan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar. Dengan menyediakan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya siswa diharapkan dapat mengembangkan potensi dirinya ke arah yang lebih baik. Sedangkan menurut Nasution (2002 : 27), belajar yang efektif hasilnya merupakan pemahaman, pengetahuan, dan wawasan. Dengan demikian, pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai. Pembelajaran akan menjadi efektif jika peserta didik terlibat langsung dan menjadi pusat dalam segala kegiatan pembelajaran. Pembelajaran menjadi efektif jika pembelajaran tersebut berlangsung menyenangkan bagi peserta didik. Jika pembelajaran sudah


(30)

9 menyenangkan, maka peserta didik akan lebih mudah mengikuti dan memahami pembelajaran yang diajarkan. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa pengawasan guru tetap diperlukan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran tersebut. Untuk mengefektifkan pembelajaran ini, program pembelajaran harus dirancang terlebih dahulu dengan seksama.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa dengan siswa maupun antara guru dan siswa dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif apabila rata-rata nilai hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari pada rata-rata nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran konvensional.

2. Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok untuk mencapai tujuan. Hal tersebut sesuai dengan pen-dapat Slavin (2005: 4) yang mengatakan bahwa:

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai metode pengajaran dima-na para siswa bekerja dalam kelompok- kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam memahami mata pelajaran. Dalam ke-las kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling men-diskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-ma-sing.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mem-bantu siswa dalam mengembangkan pemahaman, pengetahuan dan sikapnya se-suai dengan kehidupan yang ada didalam masyarakat, sehingga dengan adanya


(31)

10 kerja sama antar anggota kelompok diharapkan dapat meningkatkan motivasi, produktifitas, dan perolehan belajar. Isjoni (2007 : 6-7) mengemukakan tujuan utama dalam penerapan model cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok. Model pembelajaran kooperatif ini mendorong peningkatan ke-mampuan siswa dalam memecahkan masalah yang ditemui selama proses pembe-lajaran. Pola interaksi yang bersifat terbuka dan langsung diantara anggota ke-lompok sangat penting bagi siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar-nya. Hal ini dikarenakan setiap saat mereka akan melakukan diskusi, saling membagi pengetahuan, pengalaman, pemahaman dan kemampuan serta saling mengoreksi antar sesama dalam belajar. Ismail (2003:18) mengungkapkan sebagai berikut.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah:

1. belajar dengan teman; 2. tatap muka antar teman;

3. mendengarkan diantara anggota;

4. belajar dari teman sendiri didalam kelompok; 5. belajar dalam kelompok kecil;

6. produktif berbicara atau mengeluarkan pendapat; 7. siswa membuat keputusan;

8. siswa aktif.

Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil, saling membantu satu sama lain. Kelompok tersebut ber-anggotakan 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Sehingga membentuk


(32)

11 kelompok yang heterogen, yaitu kelompok yang terdiri dari tingkat kemampuan akademik dan jenis kelamin siswa yang berbeda. Hal ini bermanfaat melatih sis-wa menerima perbedaan pendapat dan bekerja sama dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah men-capai ketuntasan. (Slavin, 1995).

Roger dan David Johnson ( dalam Lie, 2002: 30) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus dite-rapkan. Kelima unsur tersebut yaitu : 1) Saling ketergantungan positif, 2) tang-gung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota, 5) evaluasi proses kelompok.

Untuk memenuhi kelima unsur tersebut harus dibutuhkan proses yang melibatkan niat dan kiat para anggota kelompok. Para peserta didik harus mempunyai niat untuk bekerja sama dengan yang lainnya dalam kegiatan belajar kelompok yang akan saling menguntungkan. Selain niat, peserta didik juga harus menguasai kiat-kiat berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Salah satu cara untuk men-gembangkan niat dan kerja sama antar peserta didik dalam model pembelajaran kooperatif adalah melalui pengelolaan kelas. Ada dua hal penting yang perlu di-perhatikan dalam pengelolaan kelas model pembelajaran kooperatif, yakni penge-lompokan semangat kerja sama dan penataan ruang kelas.

Selain unsur-unsur yang harus dipenuhi, dalam prakteknya pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa langkah. Langkah-langkah pembelajaran koope-ratif dijelaskan dalam tabel berikut:


(33)

12 Tabel 2.1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Langkah Kegiatan Guru

a. Langkah I

Menyampaikan tentang tujuan pembela- jaran dan memberikan motivasi.

Guru menyampaikan semua tujuan belajaran yang ingin dicapai pada pem-belajaran tersebut dan memotivasi siswa b. Langkah II

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa lewat bacaan atau penjelasan

c. Langkah III

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok bekerja dan belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok belajar agar melakukan transisi secara efisien

d. Langkah IV

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

e. Langkah V Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

f. Langkah VI

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok

Sumber: Ibrahim (dalam Trianto, 2000: 48) Pembelajaran kooperatif akan berhasil apabila unsur-unsur dan langkah-langkah tersebut dapat dijalankan dengan semestinya. Beberapa keuntungan pembelajaran kooperatif dijelaskan oleh Nurhadi (2004: 116) sebagai berikut.

a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.

b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,keterampil- an, informasi, prilaju sosial, dan pandangan-pandangan.

c. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan berbagai perspektif.

d. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasa lebih baik.


(34)

13 Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok-kelompok yang heterogen, yang pelaksanaanya memiliki beberapa unsur-unsur antara lain yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab per-seorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok. Dengan kelima unsur itu dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama dalam memecahkan suatu masalah guna mencapai tujuan bersama.

3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD

STAD merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif. STAD dikem-bangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Dalam pembelajaran ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Di dalamnya ada proses belajar dalam kelompok kecil yang dapat meningkatkan aktivitas belajar, dan menciptakan suasana belajar kooperatif.

Menurut Slavin (1995:71), dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu presentasi kelas, belajar kelompok, kuis atau tes, poin peningkatan individu, dan penghargaan kelompok. Slavin (1995: 72) menyatakan bahwa pembelajaran


(35)

14 kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah kelompok yang heterogen baik dari kemampuan belajar siswa, jenis kelamin dan suku. Adapun tahap-tahap dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin (1995 :73) adalah:

1. Presentasi kelas

Materi yang akan disampaikan pada presentasi kelas bisa menggunakan pengajaran langsung atau diskusi belajar yang dipimpin oleh guru. Presentasi kelas ini tidak berbeda dengan pengajaran biasa, hanya berbeda pada pemfokusan terhadap STAD.

2. Belajar Kelompok

Kelompok terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan perbedaan kemam-puan, jenis kelamin, ras dan etnisnya. Kelompok dalam STAD menjadi ciri penting karena setiap anggota kelompok harus bertanggungjawab atas keber-hasilan anggota kelompok mereka. Keberkeber-hasilan dan kegagalan anggota ke-lompok akan sangat mempengaruhi kesuksesan keke-lompok. Fungsi utama dari kelompok adalah untuk memastikan bahwa setiap anggota kelompok terlibat dalam kegiatan belajar.

3. Kuis atau tes

Setelah melakukan 1 atau 2 kali pertemuan dan 1 atau 2 kali kegiatan kelom-pok, siswa diberi tes secara individual, siswa tidak boleh saling membantu satu sama lain pada saat tes.


(36)

15 4. Poin peningkatan individu

Ide yang mendasari poin peningkatan individu adalah memberikan kepada siswa sasaran yang dapat dicapai jika mereka bekerja giat, dan memperlihat-kan prestasi yang lebih baik dibandingmemperlihat-kan dengan yang dicapai sebelumnya. Setiap siswa dapat menyumbangkan poin maksimal untuk kelompoknya. Setiap siswa diberi skor dasar yang diperoleh dari rata-rata hasil tes sebelum-nya. Hasil tes siswa diberi poin peningkatan yang ditentukan berdasarkan se-lisih skor terdahulu (skor dasar dengan skor akhir). Tujuan dari skor dasar dan poin peningkatan individu adalah untuk meyakinkan siswa bahwa setiap siswa dapat memberikan poin maksimal pada kelompoknya. Siswa akan memahami bahwa membandingkan skor tes dengan skor yang lalu merupakan hal yang adil. Karena siswa memulai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman yang berbeda-beda.

Sistem dari poin peningkatan individu:

1. tujuan utamanya adalah untuk memberikan skor minimum pada masing-masing siswa untuk berusaha, berjuang, dan meningkatkan skor minimum mereka yang lalu sehingga setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk sukses jika mereka melakukan yang terbaik.

2. siswa harus menyadari bahwa skor setiap anggota kelompok adalah pen-ting dan setiap anggota kelompok dapat memberikan poin peningkatan in-dividu yang maksimum jika mereka melakukan yang terbaik.

3. sistem poin peningkatan individu merupakan sistem yang adil karena setiap orang berkompetisi hanya dengan dirinya sendiri.


(37)

16 Menurut Slavin (dalam ibrahim,dkk:2000) untuk memberikan skor perkembangan individu dihitung berdasarkan tabel 2.2 yang terdapat pada halaman 18.

5. Penghargaan Kelompok

Setelah dilakukan perhitungan poin peningkatan individu, dilakukan pembe-rian penghargan kelompok. Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin per-kembangan kelompok.

Untuk menentukan poin perkembangan kelompok digunakan rumus : Pk =

kelompok anggota

banyaknya

kelompok setiap

individu peningka

poin

jumlah tan

Pk = poin perkembangan kelompok.

Tabel 2.2 Kriteria Poin Peningkatan Skor Tes Setiap Individu

Nilai tes Skor perkembangan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

10 poin – 1 poin di bawah skor awal 10

Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal

20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

Nilai sempurna 30

Kelompok yang memperoleh poin sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan berhak memperoleh penghargaan. Berdasarkan poin perkembangan kelompok terdapat 3 tingkatan penghargaan yang diberikan seperti pada tabel 2.3 beri-kut.


(38)

17 Tabel 2.3 Kriteria Penghargaan Kelompok

Kriteria(rata-rata tim) Predikat

5≤x≤15 Tim baik

15≤x≤25 Tim sangat baik

25≤ x≤ 30 Tim super

(sumber: Ratumanam, 2002)

Belajar matematika memiliki ciri khas unik yang membuatnya berbeda dengan belajar secara umum, belajar matematika mempunyai tingkatan lebih tinggi dan dibentuk atas dasar pengalaman yang sudah ada.

Oleh karena itu, jika siswa tidak memahami konsep-konsep prasyarat maka siswa akan merasa kesulitan untuk memahami konsep-konsep matematika yang lainnya. Belajar matematika dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membuat siswa saling mengingatkan satu sama lain tentang konsep prasyarat tersebut dan siswa lebih bersemangat dalam menyelesaikan setiap permasalahan dibandingkan belajar sendiri. Hal ini karena setiap permasalahan matematika yang ada dapat mereka diskusikan bersama kelompoknya dan saling berbagi ide sehingga setiap permasalahan matematika yang umumnya dipandang sulit oleh para siswa terlihat lebih mudah. Setiap kelompok terdiri dari siswa dengan kemampuan matematika bervariasi, ada yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Di sini ketergan-tungan positif juga dikembangkan, dan siswa yang kemampuan matematikanya kurang bisa terbantu oleh siswa yang kemampuan matematikanya lebih baik. Siswa yang berkemampuan tinggi bersedia membantu siswa yang berkemampuan rendah karena penilaian dalam STAD ini tidak hanya penilaian individu siswa namun penilaian kelompok juga, sehingga akan mendidik siswa untuk lebih


(39)

ber-18 tanggungjawab terhadap kelompoknya. Siswa yang berkemampuan lemah dan enggan bertanya pada guru dapat bertanya kepada anggota kelompok yang lebih mampu.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif-tipe STAD adalah kooperatif-tipe pembelajaran yang membagi siswa dalam beberapa kelom-pok yang terdiri dari empat atau lima orang siswa dan setiap kelomkelom-pok mem-punyai tingkat kemampuan yang beragam, ada yang pintar, sedang, dan ada pula yang tingkat kemampuannya kurang. Kemudian setiap anggota kelompok diberi-kan tanggung jawab untuk memecahdiberi-kan masalah atau soal dalam kelompoknya dan diberikan kebebasan mengeluarkan pendapat tanpa merasa takut salah. Oleh karena itu tidak tampak lagi mana siswa yang unggul karena semuanya berbaur dalam satu kelompok dan sama-sama bertanggung jawab terhadap kelompok ter-sebut

4. Pembelajaran Konvensional

Hamalik (2008: 11) mengatakan bahwa pembelajaran konvensional menitik beratkan pada perkembangan intelektual melalui cara belajar ingatan mengenai hal-hal yang telah dibaca dan tugas-tugas yang telah dikerjakan. Pengetahuan yang telah diperoleh langsung dapat ditransferkan ke dalam situasi kehidupan. Perencanaan belajar dan perkembangan aspek-aspek keterampilan, sosial, sikap, dan apresiasi kurang mendapat perhatian.

Selanjutnya menurut Roestiyah N.K., pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh para guru. Bahwa, pembelajaran


(40)

19 konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hafalan daripada pengertian, menekankan kepada keterampi-lan berhitung, mengutamakan hasil dari pada proses, dan pengajaran berpusat pa-da guru. Pengajaran model ini dipanpa-dang efektif, terutama untuk berbagai infor-masi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain, menyampaikan inforinfor-masi den-gan cepat, membangkitkan minat akan informasi, mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan. Namun demikian pendekatan pembe-lajaran tersebut mempunyai beberapa kelemahan yaitu tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan dan hanya memperhatikan penjelasan guru, sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang dipelajari, pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis, dan mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama dan tidak bersifat pribadi.

Metode mengajar yang lebih banyak digunakan guru dalam pembelajaran konven-sional adalah metode ekspositori. Metode ekspositori ini sama dengan cara men-gajar yang biasa (tradisional) kita pakai pada penmen-gajaran matematika. Kegiatan selanjutnya guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya, kemudian mem-beri soal-soal latihan, dan siswa disuruh mengerjakannya. Jadi kegiatan guru yang utama adalah menerangkan dan siswa mendengarkan atau mencatat apa yang disampaikan guru.

Penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih sering menggunakan strategi atau metode ceramah dengan mengikuti urutan materi dalam kurikulum secara ketat. Guru berasumsi bahwa keberhasilan program pembelajaran dilihat dari


(41)

20 ketuntasannya menyampaikan seluruh materi yang ada dalam kurikulum. Penekanan aktivitas belajar lebih banyak pada buku teks dan kemampuan mengungkapkan kembali isi buku teks tersebut. Jadi pembelajaran konvensional kurang menekankan pada pemberian keterampilan proses.

Kemudian Burrowes mengatakan bahwa:

“Pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa mem-berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan sebelum-nya, atau mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata. Lebih lanjut dinyatakan bahwa pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu: (1) pembelajaran berpusat pada guru, (2) terjadi passive learning, (3) interaksi di antara siswa kurang, (4) tidak ada kelompok-kelompok koo-peratif, dan (5) penilaian ber-sifat sporadis.”

Berdasarkan definisi atau ciri-ciri tersebut, penyelenggaraan pembelajaran konvensional merupakan sebuah praktik yang mekanistik dan diredusir menjadi pemberian informasi. Dalam kondisi ini, guru memainkan peran yang sangat penting karena mengajar dianggap memindahkan pengetahuan kepada orang lain yang belajar. Dalam model ini, peran guru adalah menyiapkan dan mentransfer pengetahuan atau informasi kepada siswa. Sedangkan peran siswa adalah menerima, menyimpan, dan melakukan aktivitas-aktivitas lain yang sesuai dengan informasi yang diberikan. Ada beberapa perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan konvensional. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.4 halaman 21. Dari uraian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran matematika secara biasa atau pembelajaran konvensional adalah suatu kegiatan pembelajaran yang selama ini kebanyakan dilakukan oleh guru dengan melakukan pembelajaran secara klasikal yang di dalamnya aktivitas guru mendominasi kelas dengan metode ekspositori, dan siswa hanya menerima apa


(42)

21 yang disampaikan oleh guru, begitupun aktivitas siswa untuk menyampaikan pen-dapat sangat kurang, sehingga siswa menjadi pasif dalam belajar, dan belajar sis-wa kurang bermakna karena lebih banyak mendengarkan.

Tabel 2.4 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Konvensional Adanya saling ketergantungan positif,

saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.

Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.

Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.

Kelompok belajar biasanya homogen.

Pimpinan kelompok dipilih secara demokra-tis atau bergilir untuk memberikan penga-laman memimpin bagi para anggota kelom-pok.

Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemim-pinnya dengan cara masing-masing.

Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.

Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.

Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai).

Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.


(43)

22 5. Hasil Belajar

Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan dari proses pembelajaran tersebut. Hasil belajar merupakan hasil yang menggam-barkan kemampuan yang diperoleh anak setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil inilah yang akan menjadi ukuran keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Abdurrahman (2003: 37) yang mengatakan bahwa, ”hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”. Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) mengatakan bahwa, “hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”.

Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan penggal dan puncak proses belajar. Siswa dikatakan memperoleh hasil belajar yang tinggi pada suatu pelajaran tertentu jika siswa tersebut memiliki penguasaan yang baik terhadap pelajaran tersebut, selain itu siswa tersebut telah berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang ditetapkan oleh guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdurrahman (2003: 38), “ seorang anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional”. Sardiman (2004: 49) mengungkapkan bahwa hasil belajar dikatakan baik jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Hasil belajar itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa. 2. Hasil belajar itu merupakan pengetahuan asli, atau autentik.


(44)

23 3. Hasil belajar itu selalu memunculkan pemahaman atau pengertian yang

ke-mudian menimbulkan reaksi atau jawaban yang dapat di-pahami dan diterima oleh akal.

4. Hasil belajar itu tidak terikat pada situasi ditempat hasil belajar itu dicapai, tetapi juga dapat digunakan dalam situasi lain.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran selama kurun waktu tertentu. Perubahan tersebut meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, seperti yang dikemukakan Bloom (dalam Dimyati 2006: 26) yang mengategorikan hasil belajar dalam tiga ranah, yaitu:

a. Ranah kognitif, terdiri dalam enam jenis perilaku, yaitu : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi

b. Ranah afektif, terdiri dalam lima perilaku, yaitu : penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, pembentukan pola hidup.

c. Ranah psikomotorik, terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu : persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan

kompleks, penyesuaian pola gerakan, kreativitas.

Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud adalah hasil yang diperoleh siswa dalam aspek kognitif setelah melalui proses belajar dan ditandai oleh nilai yang diperoleh siswa dari tes hasil belajar.

B. Kerangka Pikir

Penelitian tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD ditinjau dari hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung terdiri dari satu variabel bebas, dan satu variabel terikat. Dalam hal ini, yang


(45)

24 menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar matematika siswa.

Salah satu faktor keberhasilan pembelajaran adalah ketika guru dapat menguasai substansi pelajaran dan menggunakan model pembelajaran yang tepat di kelas. Dengan metode pembelajaran yang tepat, maka diharapkan hasil belajar matema-tika siswa pun akan optimal.

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang lebih terpusat pada guru. Pada pembelajaran ini guru berperan aktif dalam menyampaikan informasi dan materi kemudian memberikan soal-soal sebagai latihan siswa. Siswa cenderung pasif, aktivitas siswa hanya mendengarkan, mencatat penjelasan guru dan menger-jakan tugas yang diberikan guru, jarang sekali ada siswa yang ingin mengajukan pertanyaan, pembelajaran ini belum sepenuhnya melibatkan aktivitas siswa se-hingga hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan langkah yang tepat untuk memulai pembelajaran koo-peratif. Pada pembelajaran ini, siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok de-ngan anggota 4 sampai 5 orang yang bersifat heterogen terutama dari segi ke-mampuannya. Dengan sifat yang heterogen dalam kelompok ini dimaksudkan agar siswa dapat berdiskusi dengan sesama anggota dalam kelompok dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran yang diberikan sehingga siswa da-pat berperan aktif dalam pembelajaran tanpa harus berpusat pada guru. Aktifnya siswa dalam pembelajaran diharapkan dapat berimplikasi baik terhadap hasil bela-jar matematika siswa.


(46)

25 Salah satu tahap dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah poin peningka-tan individu dan poin peningkapeningka-tan kelompok. Dengan adanya poin peningkapeningka-tan individu dan poin peningkatan kelompok akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar dan berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik karena keberhasilan dan kegagalan anggota kelompok akan mempengaruhi kesuksesan kelompok. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan berusaha memberikan yang terbaik pada kelompoknya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Setiap anggota ke-lompok akan mendapatkan penghargaan sesuai dengan perkembangan keke-lompok- kelompok-nya.

Siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi diharapkan dapat mengajarkan anggota kelompoknya yang kemampuannya lebih rendah sedangkan untuk siswa yang memiliki kemampuan yang lebih rendah, akan lebih leluasa menanyakan materi yang belum dipahami kepada temannya yang memahami materi dengan baik sehingga interaksi positif dapat berkembang melalui kerjasama kelompok. Hal tersebut tentu akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang akan dida-pat siswa.

Dari uraian diatas, diduga pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif diterapkan pada siswa kelas VIII SMPN 29 Bandar Lampung ditinjau dari hasil belajar matematika.


(47)

26 C. Hipotesis

1. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari hasil belajar matematika siswa jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

2. Hipotesis Kerja

Hipotesis kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD le-bih tinggi daripada rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.


(48)

27

27

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung yang terdiri dari 7 kelas yaitu VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F, dan VIII G. Karena setiap kelas pada populasi memiliki kemampuan awal yang sama maka pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling yaitu memilih secara acak 2 kelas dari 7 kelas yang ada. Kelas yang terpilih adalah kelas VIII D dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang dan VIII E dengan jumlah siswa sebanyak 32 orang. Pembagian kelas VIII D sebagai kelas eksperimen dan VIII E sebagai kelas kontrol.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah post-test only control design karena pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki rata-rata kemampuan awal siswa yang sama (lampiran C.4 - C.7). Kelompok pengendali pada desain ini tidak diacak sebagaimana dikemukankan Furchan (1982:368) sebagai berikut:


(49)

28 Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Post-test

E X O1

P C O2

Keterangan:

E = Kelas eksperimen

P = Kelas pengendali atau kontrol X = Pembelajaran tipe STAD C = Pembelajaran konvensional

O1 = Skor post-test pada kelas ekperimen

O2 = Skor post-test pada kelas control

Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sedangkan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Setelah satu pokok bahasan selesai, dilakukan tes akhir. Tes akhir dilakukan pada kedua kelas sampel dengan soal tes yang sama.

C. Prosedur Penelitian

Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah :

1. Orientasi sekolah, untuk mengetahui jumlah kelas yang ada, jumlah siswa, dan mengambil nilai kemampuan awal siswa pada pembelajaran matematika. 2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan untuk kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional.


(50)

29 4. Melakukan validasi instrumen.

5. Melakukan uji coba instrumen 6. Melakukan perbaikan instrumen

7. Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen

8. Mengadakan post- tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol 9. Menganalisis data

10.Membuat kesimpulan

D. Data Penelitian

Data penelitian ini merupakan data kuantitatif yaitu data berupa nilai hasil belajar matematika siswa yang diperoleh melalui tes akhir.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes akhir yang berbentuk uraian. Tes ini digunakan untuk mengukur hasil belajar mate-matika siswa.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah perangkat tes. Penyusunan soal tes ini diawali dengan menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan di ukur sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang berlaku pada populasi, menyusun kisi-kisi tes berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang dipilih, menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Hal ini dilakukan untuk menjamin validitas isi soal tes yang diujikan.


(51)

30 Validitas tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMP N 29 Bandar Lampung, dengan asumsi bahwa guru mengetahui dengan benar kurikulum SMP/MTs. Penilaian guru menyatakan bahwa butir-butir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur maka tes tersebut dikategorikan valid. Setelah tes dinyatakan valid, tes tersebut diuji coba di luar sampel tetapi masih dalam populasi, uji coba tes ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat reliabilitas tes, daya pembeda butir tes, dan tingkat kesukaran tes.

1. Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan instrumen dalam menilai apa yang dinilai. Untuk menentukan reliabilitas instrumen tes digunakan rumus Alpha. Rumus Alpha dalam Sudijono (2003) adalah sebagai berikut:

r11= n − 1 1 − n ∑Si 2

St2

Keterangan:

r11 = Koefisien reliabilitas tes

n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes

∑ 2 = Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item

2 = Varian total

Menurut Sudijono, tes dikatakan reliable jika r11 lebih dari 0,70.

2. Tingkat Kesukaran (TK)

Berdasarkan pendapat Safari (2004) tingkat kesukaran butir tes adalah peluang untuk menjawab benar suatu butir tes pada tingkat kemampuan tertentu. Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir tes digunakan rumus berikut:


(52)

31

maks i

i

i SS

TK 

Keterangan:

TKi = Tingkat kesukaran butir tes ke-i

S = Rataan skor siswa pada butir ke-i Si maks = Skor maksimum butir ke-i

Penafsiran tingkat kesukaran butir tes berdasarkan kriteria Witherington (dalam Sudijono, 2003) berikut:

Tabel 3.2. Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Tes

Besar TKi Interprestasi

< 0,25 0,25 s.d 0,75

> 0,75

Terlalu Sukar Cukup (Sedang)

Terlalu Mudah

Dalam penelitian ini butir soal yang akan digunakan adalah soal yang mempunyai derajat kesukran cukup (sedang).

3. Daya Pembeda (DP)

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda data terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah, kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi disebut kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah). Daya pembeda ditentukan dengan rumus:


(53)

32 Keterangan :

DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

JA = Rata-rata kelompok atas pada butir soal yang diolah JB = Rata-rata kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA = Skor maksimum butir soal yang diolah

Penafsiran interpretasi nilai daya pembeda butir tes digunakan kriteria menurut Sudijono (2003) dalam tabel 3.3.

Tabel 3.3. Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

20 , 0

DP

negatif Lemah Sekali(Jelek)

40 , 0 20

,

0  DP Cukup(Sedang) 70

, 0 40

,

0  DPBaik

00 , 1 70

,

0  DP Baik Sekali

Tes dilakukan pada salah satu kelas yang masih dalam populasi yaitu kelas VIII G. Berdasarkan Tabel 3.4 hal.36 diperoleh reliable sebesar 0,74 dan derajat kesukaran yang sedang pada setiap butir soalnya. Instrumen tes akhir ini reliable, karena memiliki koefesien reliable tes lebih dari 0,70. Setiap butir soal tes tersebut memiliki derajat kesukaran yang sedang sehingga sesuai dengan kriteria soal yang akan digunakan dalam penelitian. Oleh karena itu, instrumen tes ini dapat digunakan untuk mengumpulkan data.

Dari perhitungan tes yang telah dilakukan pada Lampiran C.1 dan C.2, diperoleh data sebagai berikut:


(54)

33 Tabel 3.4. Hasil Tes Akhir

No Soal Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Reliabilitas

1. a. 0,388 ( Sedang ) 0,43 ( Sedang )

0,74 b. 0,563 ( Baik ) 0,57 ( Sedang )

2. a. 0,725 ( Baik sekali ) 0,38 ( Sedang ) b. 0,413 ( Baik ) 0,31 ( Sedang ) c. 0,388 ( Sedang ) 0,58 ( Sedang ) 3. a. 0,675 ( Baik ) 0,53 ( Sedang ) b. 0,65 ( Baik ) 0,49 ( Sedang ) 4. a. 0,275 ( Sedang ) 0,43 ( Sedang ) b. 0,425 ( Baik ) 0,45 ( Sedang ) 5. a. 0,538 ( Baik ) 0,38 ( Sedang )

b. 0,625 ( Baik ) 0,45 ( Sedang )

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh diana-lisis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil tes akhir yang diperoleh digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas varians. Adapun langkah-langkah dan rumus yang digunakan Sebagai berikut.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data hasil belajar sampel berdistribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan pada data kelompok eksperimen maupun kontrol. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal


(55)

34 Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005) :

= ∑

( )

dengan kriteria uji : Tolak H0 jika x2  x1k3 dengan taraf  = taraf nyata

untuk pengujian. Dalam hal lainnya H0 diterima.

Keterangan:

2

= Harga Chi-kuadrat Oi = Frekuensi observasi

Ei = Frekuensi harapan

k = Banyaknya kelas interval

2. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas)

Uji homogenitas varians dilakukan antara dua kelompok data, yaitu kelompok STAD dan kelompok Konvensional, uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data nilai tes hasil belajar matematika siswa yang diperoleh memiliki varians yang sama atau tidak. Untuk menguji kesamaan dua varians ini digunakan uji Bartlett menurut Sudjana (2005: 261) sebagai berikut :

a. Hipotesis Uji H0 : 12 22

H1 : 12 22

b. Taraf signifikansi :

= 5% c. Statistik uji

Uji Bartlett menggunakan statistik chi-kuadrat :

dengan :

 2

2 ln10 1 log

i

i s

n B


(56)

35 B =

log 2

1

i

n

s

s2 =

       

1 1 2 i i i n s n

ni = ukuran sampel ke-i si2 = variansi sampel ke-i i = 1, 2

k = banyak kelas ln 10 = 2,3026

d. Keputusan uji

Tolak H0 jika x2 x21 k1 dan terima H0 jika x2 x21 k1 , dimana

1  1

2

k

x  didapat dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan peluang (1 – ) dan dk = (k – 1) = 2-1 = 1.

3. Uji hipotesis

Jika data normal dan homogen maka dapat dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji kesamaan rata-rata. Analisis data dengan menggunakan uji-t, uji satu pihak yaitu pihak kanan. Adapun uji-t menurut Sudjana (2005: 243) setelah syarat data normal dan homogen terpenuhi adalah:

1. Hipotesis uji

H0 : µ1 = µ2 (hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe STAD sama dengan hasil belajar matematika siswa dengan pembelajaran konvensional).


(57)

36 H1 : µ1 > µ2 (hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari hasil belajar matematika siswa dengan pembelajaran konvensional).

2. Taraf signifikansi : α = 5 % 3. Statistik uji

;

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s dengan : 1

x = rata-rata sampel ke-1

2

x = rata-rata sampel ke-2

2 1

s = variansi sampel ke-1

2 2

s = variansi sampel ke-2

1

n = ukuran sampel ke-1

2

n = ukuran sampel ke-2 4. Keputusan uji

Kriteria pengujian adalah dengan dk = (n1 + n2 – 2 ) dan peluang (1 −

), terima Ho jika < .

2 1 2 1 1 1 n n s x x t   


(1)

maks i

i

i SS

TK 

Keterangan:

TKi = Tingkat kesukaran butir tes ke-i

S = Rataan skor siswa pada butir ke-i Si maks = Skor maksimum butir ke-i

Penafsiran tingkat kesukaran butir tes berdasarkan kriteria Witherington (dalam Sudijono, 2003) berikut:

Tabel 3.2. Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Tes

Besar TKi Interprestasi

< 0,25 0,25 s.d 0,75

> 0,75

Terlalu Sukar Cukup (Sedang)

Terlalu Mudah

Dalam penelitian ini butir soal yang akan digunakan adalah soal yang mempunyai derajat kesukran cukup (sedang).

3. Daya Pembeda (DP)

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda data terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah, kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi disebut kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah). Daya pembeda ditentukan dengan rumus:


(2)

Keterangan :

DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

JA = Rata-rata kelompok atas pada butir soal yang diolah JB = Rata-rata kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA = Skor maksimum butir soal yang diolah

Penafsiran interpretasi nilai daya pembeda butir tes digunakan kriteria menurut Sudijono (2003) dalam tabel 3.3.

Tabel 3.3. Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

20 , 0  DP

negatif Lemah Sekali(Jelek)

40 , 0 20

,

0  DP Cukup(Sedang)

70 , 0 40

,

0  DPBaik

00 , 1 70

,

0  DP Baik Sekali

Tes dilakukan pada salah satu kelas yang masih dalam populasi yaitu kelas VIII G. Berdasarkan Tabel 3.4 hal.36 diperoleh reliable sebesar 0,74 dan derajat kesukaran yang sedang pada setiap butir soalnya. Instrumen tes akhir ini reliable, karena memiliki koefesien reliable tes lebih dari 0,70. Setiap butir soal tes tersebut memiliki derajat kesukaran yang sedang sehingga sesuai dengan kriteria soal yang akan digunakan dalam penelitian. Oleh karena itu, instrumen tes ini dapat digunakan untuk mengumpulkan data.

Dari perhitungan tes yang telah dilakukan pada Lampiran C.1 dan C.2, diperoleh data sebagai berikut:


(3)

Tabel 3.4. Hasil Tes Akhir

No Soal Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Reliabilitas

1. a. 0,388 ( Sedang ) 0,43 ( Sedang )

0,74 b. 0,563 ( Baik ) 0,57 ( Sedang )

2. a. 0,725 ( Baik sekali ) 0,38 ( Sedang ) b. 0,413 ( Baik ) 0,31 ( Sedang ) c. 0,388 ( Sedang ) 0,58 ( Sedang ) 3. a. 0,675 ( Baik ) 0,53 ( Sedang ) b. 0,65 ( Baik ) 0,49 ( Sedang ) 4. a. 0,275 ( Sedang ) 0,43 ( Sedang ) b. 0,425 ( Baik ) 0,45 ( Sedang ) 5. a. 0,538 ( Baik ) 0,38 ( Sedang )

b. 0,625 ( Baik ) 0,45 ( Sedang )

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh diana-lisis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil tes akhir yang diperoleh digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas varians. Adapun langkah-langkah dan rumus yang digunakan Sebagai berikut.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data hasil belajar sampel berdistribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan pada data kelompok eksperimen maupun kontrol. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal


(4)

Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005) :

= ∑

( )

dengan kriteria uji : Tolak H0 jika x2  x1k3 dengan taraf  = taraf nyata

untuk pengujian. Dalam hal lainnya H0 diterima.

Keterangan:

2

= Harga Chi-kuadrat

Oi = Frekuensi observasi

Ei = Frekuensi harapan

k = Banyaknya kelas interval

2. Uji Kesamaan Dua Varians (Uji Homogenitas)

Uji homogenitas varians dilakukan antara dua kelompok data, yaitu kelompok STAD dan kelompok Konvensional, uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data nilai tes hasil belajar matematika siswa yang diperoleh memiliki varians yang sama atau tidak. Untuk menguji kesamaan dua varians ini digunakan uji Bartlett menurut Sudjana (2005: 261) sebagai berikut :

a. Hipotesis Uji H0 : 12 22

H1 : 12 22

b. Taraf signifikansi :

= 5% c. Statistik uji

Uji Bartlett menggunakan statistik chi-kuadrat :

dengan :

 2

2 ln10 1 log

i

i s

n B


(5)

B =

log 2

1

i

n

s

s2 =

   

  

 

1

1 2

i i i

n s n

ni = ukuran sampel ke-i

si2 = variansi sampel ke-i

i = 1, 2

k = banyak kelas ln 10 = 2,3026

d. Keputusan uji

Tolak H0 jika x2 x21 k1 dan terima H0 jika x2 x21 k1 , dimana

1  1

2

  k

x  didapat dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan peluang (1 –

) dan dk = (k – 1) = 2-1 = 1. 3. Uji hipotesis

Jika data normal dan homogen maka dapat dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji kesamaan rata-rata. Analisis data dengan menggunakan uji-t, uji satu pihak yaitu pihak kanan. Adapun uji-t menurut Sudjana (2005: 243) setelah syarat data normal dan homogen terpenuhi adalah:

1. Hipotesis uji

H0 : µ1 = µ2 (hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe STAD sama dengan hasil belajar matematika siswa dengan pembelajaran konvensional).


(6)

H1 : µ1 > µ2 (hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari hasil belajar matematika siswa dengan pembelajaran konvensional).

2. Taraf signifikansi : α = 5 % 3. Statistik uji

;

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s dengan : 1

x = rata-rata sampel ke-1

2

x = rata-rata sampel ke-2

2 1

s = variansi sampel ke-1

2 2

s = variansi sampel ke-2

1

n = ukuran sampel ke-1

2

n = ukuran sampel ke-2

4. Keputusan uji

Kriteria pengujian adalah dengan dk = (n1 + n2 – 2 ) dan peluang (1 −

), terima Ho jika < .

2 1 2 1 1 1 n n s x x t   


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas XI Jurusan Bangunan Semester Ganjil SMK Negeri 2 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 13 60

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/201

0 4 54

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 29 Bandarlampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 4 57

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP N 1 Ambarawa Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 3 31

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 12 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 6 60

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 14 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 43

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Kota Agung Barat Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 6 42

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Studi pada Pada Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 130

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN TIPE GI DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Seputih Banyak Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 15 137