HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU DENGAN KINERJAGURU SMP NEGERI DI KECAMATAN GADINGREJO

(1)

GURUDENGANKINERJAGURU SMP NEGERI DI KECAMATAN GADINGREJO

KABUPATEN PRINGSEWU

Oleh HANRIADI

Tesis

DiajukanSebagai SalahSatuSyaratUntukMemperolehGelar MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP OF PRINCIPAL SUPERVISORY AND TEACHER WORK’S MOTIVATION TOWARDS THE WORK PERFORMANCE OF

JUNIOR HIGH SCHOOL TEACHERS ENTIRE THE DISTRICT OF GADINGREJO

By HANRIADI

From writer’s observation, in several Junior High Schools in the district

Gadingrejo, it seems that most of teachers have not show their optimal performance in carrying out their duties at school, even though they had received the additional sallary, which would add to welfare of their lives so that teachers will be more concentrated with their duties and responsibilities in school. But in fact, the performance is not optimal, is it possible it has relationship with the supervision of the principal and work motivation. Therefore, the authors are interested in carrying out research about whether or not it has relationship with the principal supervisory and work motivation of the teachers.

The purpose of this study was to determine the relationship between the principal supervisory and motivation of teachers working with teacher performance at Junior High Schools in the district of Gadingrejo. The population, or as many as 49 teachers spread over 4 Junior High School in District of Gadingrejo.

This research is a quantitative research study that aimed to investigate the events that have occured and then trace backwards to determine the factors that cause the occurance of these events. Data collecting in this study was using a questionnaire with Likert scale. While the analysis of the data was using a simple linear regression equation and multiple regression. To determine the significance of the regression equation, the “T and F” test were used.

The result showed that the principal supervisory was related with the performance of Junior High School theacher in the district of Gadingrejo in the amount of 73,1%. Motivation of teachers working was related with the performance of Junior High School teacher in the district of Gadingrejo for


(3)

64,5%. Then jointly relationship between the two factors were related at 82,1%. Therefore,it can be concluded that the Principal Suvervisory and Work’s Motivation of teachers with teacher performance has positive anf significant relationship.

Keywords:Principal Suvervisory,Teacher Work’s Motivation,Teacher’s Work Performance.


(4)

HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU DENGAN

KINERJAGURU SMP NEGERI DI KECAMATAN GADINGREJO

Oleh HANRIADI

Dari pengamatan penulis di beberapa SMP Negeri di kecamatan Gadingrejo nampak sebagian guru belum menunjukan kinerja yang optimal dalam melaksanakan tugasnya disekolah, walaupun mereka telah mnerima tunjangan profesi, yang tentunya menambah kesejahteraan kehidupan mereka sehingga guru akan lebih konsentrasi dengan tugas dan kewajibanya di sekolah, akan tetap kenyataanya kinerja mereka belum optimal, apakah mungkin hal ini ada hubunganya dengan supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja. Oleh karenanya penulis tertarikuntukmelaksanakan penelitian apakah ada hubunganya dengan supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja dengan kinerja guru.

Tujuandaripenelitianiniadalahuntukmengetahuihubunganantarasupervisi

kepalasekolahdanmotivasikerja guru dengankinerja guru SMPNegeri di Kecamatan Gadingrejo. Populasidalampenelitianinisebanyak196 orang guru dan yang dijadikansampelsebanyak 25% daripopulasiatausebanyak49 orang guru yang tersebar di 4 SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo.

Penelitianinimerupakanpenelitian kwantitatifyaitupenelitian yang bertujuan untuk menyelidiki peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa

tersebut.Pengambilan data

dalampenelitianinimenggunakanangketdeganskalaLikert.Sedangkananalisisdatany

amenggunakanpersamaanregresi linier

sederhanadanregresiganda.Untukmengetahuikebermaknaanpersamaanregresidigun akanuji Tdanuji F

Hasilpenelitianmenunjukanbahwahubungan supervisikepalasekolahdengankinerja guru SMPNegeri di Kecamatan Gadingrejosebesar73,1%hubunganmotivasikerja guru dengan kinerja guru SMPNegeri di Kecamatan Gadingrejosebesar64,5%

kemudianhubungansecarabersama-samaantarasupervisikepalasekolahdanmotivasikerja guru terhadap kinerja guru SMPNegeri di Kecamatan Gadingrejosebesar82,1%.sehingga dapat disimpulkan bahwa supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru dengan kinerja guru memiliki hubungan yang positif dan signifikan.


(5)

(6)

(7)

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

LEMBAR PERNYATAAN ... viii

SAN WACANA ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah... 5

1.3Rumusan Masalah ... 6

1.4Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Kegunaan Penelitian ... 7

1.6Ruang Lingkup Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Kinerja Guru ... 10

2.1.1. Pengertian Kinerja Guru ... 10

2.1.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru ... 12

2.2Supervisi Kepala Sekolah ... 15

2.2.1. Pengertian Supervisi ... 15

2.2.2. Karakteristik Supervisi ... 16

2.2.3. Fungsi dan Tujuan Supervisi ... 17

2.2.4. Tugas Kepala Sekolah Sebagai Supervisor ... 19

2.2.5. Tehnik Pelaksanaan Supervisi ... 22

2.3Motivasi Kerja ... 23

2.3.1. Pengertian Motivasi Kerja ... 23

2.3.2. Teori Motivasi ... 24

2.3.3. Motivasi Kerja ... 28


(9)

2.5Kerangka Pemikiran ... 29

2.6Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN... 33

3.1Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 33

3.1.1. Jenis Penelitian ... 33

3.1.2. Pendekatan Penelitian ... 33

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

3.3Tehnik Pengambilan Data... 34

3.4Populasi dan Sampel Penelitian ... 35

3.5Validitas dan Reliabelitas Instrumen ... 36

3.6Variabel penelitian ... 38

3.6.1 Kinerja Guru ... 38

3.6.2 Supervisi Kepala Sekolah ... 42

3.6.3 Motivasi Kerja Guru ... 45

3.7Analisa Data dan Pengujian Hipotesis ... 48

3.7.1. Tehnik Analisa Data ... 48

3.7.2. Pengujian Prasyarat Analisis ... 48

3.7.3. Pengujian Hipotesis ... 51

3.7.4. Uji Linieritas ... 53

3.7.5 Uji Signifikansi Regresi ... 53

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

4.1Deskripsi Hasil Penelitian... 54

4.1.1. Kinerja Guru ... 55

4.1.2. Supervisi Kepala Sekolah ... 57

4.1.3. Motivasi Kerja ... 59

4.2 Pengujian Hipotesis ... 60

4.2.1.Hubungan Supervisi Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru ... 61

4.2.2. Hubungan Motivasi kerja Guru Dengan Kinerja Guru ... 63

4.2.3. Hubungan Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru Dengan Kinerja Guru ... 65

4.3Pembahasan Hasil Penelitian ... 67

4.3.1. Pembahasan Hasil Analisis Hipotesis Pertama... 68

4.3.2. Pembahasan Hasil Analisis Hipotesis Kedua ... 71

4.3.3. Pembahasan Hasil Analisis Hipotesis Ketiga ... 73


(10)

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN ... 78

5.1Kesimpulan ... 78

5.2Implikasi ... 79

5.3Saran ... 81


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan telah digulirkannya tunjangan profesional bagi guru, maka guru dituntut memiliki tingkat profesionalisme yang tinggi dalam pelaksanaan tugasnyasebagai tenaga professional, guru dituntut memiliki kemampuan dan keterampilan mengelola pembelajaran mulai dari proses merencanakan sampai dengan menganalisis hasil yang dicapai siswa sebagai out put dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Menjadikan guru sebagai tenaga yang profesional bukan persoalan yang mudah.Kepada guru perlu diberikan pembinaan terus menerus secara berkesinambungan, dihargai dan diberikan pengakuan atas profesionalisme yang dimilikinya. Oleh karena itu upaya peningkatan profesionalisme guru tidak cukup hanya dengan memberikan pelatihan, penataran dan sejenisnya, Guru perlu diberi motivasi, bimbingan, pengakuan, gaji dan insentif yang layak sesuai dengan tingkat keprofesionalannya.Program bimbingan, pemberian motivasi dan peningkatan kedisiplinan bagi guru dapat dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah melalui kegiatan supervisi. Kegiatan supervisi merupakan


(12)

salah satu tugas seorang kepala sekolah dalam membina guru melalui fungsi pengawasan.Pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah pada intinya melakukan pembinaan,bimbingan untuk memecahkan masalah pendidikan termasuk masalah yang dihadapi guru secara bersama-sama.

Guru yang memiliki persepsi baik tentang supervisi maka diharapkan dapat melaksanakan tugas mengajar dengan baik, karena supervisi merupakan salah satu bentuk pembinaan kepada guru kearah perbaikan dalam mengajar.Begitu sebaliknya jika saran dari pengawas diabaikan oleh guru maka berdampak pada mengajarnya yang kurang baik. Hal ini berkaitan dengan kinerja guru yakni unjuk kerja guru dalam melaksanakan tugasnyasesuai dengan visi dan misi sekolah. Kinerja (performance) sangat erat hubunganya dengan suasana batin (psikologis) karena gairah atau semangat kerja seseorang dalam melaksanakan pekerjaanya didorong oleh motivasi yang kuat. Dengan kata lain setiap pekerja memerlukan motivasi yang kuat agar bersedia melaksanakan pekerjaan secara bersemangat, bergairah dan berdedikasi.Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Pidarta (dalam Saerozi 2005: 2), bahwa yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya, antara lain: (1) kepemimpinan kepala sekolah, (2) iklim kerja di sekolah, (3) harapan-harapan, dan (4) kepercayaan personalia sekolah. Dari pendapat tersebut nampak jelas bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan iklim kerja di sekolah memiliki keterkaitandengan kinerja guru. Selain itu Aris Suherman (2009:63) berpendapat bahwa moral kerja/kinerja dipengaruhi oleh mottif-motif tertentu yang bersifat subyektif maupun obyektif, apapun yang menjadi motif untuk bekerja lebih baik adalah kebutuhan


(13)

kebutuhan(neds) yang menimbulkan suatu tindakan perbuatan(behavior)yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut(goals).

Memandang guru sebagai tenaga kerja profesional maka usaha-usaha untuk membuat mereka menjadi profesional tidak semata-mata hanya meningkatkan kompetensinya baik melalui pemberian penataran, pelatihan maupun memperoleh kesempatan untuk belajar lagi namun perlu juga memperhatikan guru dari segi yang lain seperti peningkatan disiplin, pemberian motivasi, pemberian bimbingan melalui supervisi , pemberian insentif, gaji yang layak dengan keprofesionalnya sehingga memungkinkan gurulebih meningkat kinerjanya sebagai pendidik. Guna mewujudkan hal tersebut, peran kepala sekolah sangat dibutuhkan, terutama dalam melakukan pembinaan/supervisi dan pemberian motivasi. Kegiatan supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru akan berpengaruh secara psikologis terhadap kinerja guru, guru yang puas dengan pemberian supervisi kepala sekolah dan motivasi kerjanya tinggi maka ia akan bekerja dengan sukarela yang akhirnya dapat membuat produktivitas kerja guru meningkat. Tetapi jika guru kurang puas terhadap pelaksanaan supervisi kepala sekolah dan motivasi kerjanya rendah maka akan berpengaruh terhadap gairah kerja guru, hal ini dapat mengakibatkan menurunya tingkat kinerja guru.

Kurniati (2007) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa secara simultan Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 1 Purbalingga. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dipastikan bahwa kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah akan mempengaruhi tingkat kinerja guru. Harapanya jika guru memiliki tingkat motivasi yang tinggi maka ia akan memiliki tingkat kinerja kerja yang tinggi pula.


(14)

Dari paparan ahli dan penelitian terdahulu tentang hal ini penulis membandingkan dengan kenyataan di lapangan yaitu diKecamatan Gadingrejo yang merupakan salah satu kecamatan dari 9 (sembilan) kecamatan yang ada di Kabupaten Pringsewu. Di Kecamatan Gadingrejo terdapat 4 (empat) SMP Negeri dan 8 (delapan) SMP Swasta. Jumlah guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo pada Tahun Pelajaran 2013 - 2014 sebanyak 196orang, bahwa tingkat kinerja rekan-rekan guru belum sesuai dengan harapan, walupun secara finansial sebagian dari mereka telah mendapatkan tambahan dari tunjangan profesional, apakah hal ini ada hubunganya dengan kepengawasan kepala sekolah.kususnya guru-guru SMP Negeri di kecamatan Gadingrejo Pringsewu

.Berdasarkan tingkat kehadiran guru pada tahun pelajaran 2012-2013 baru mencapai 72 % sedangkan yang hadir tepat waktu baru mencapai 64%.(Sumber Dinas Pendidikan Kabupaten Pringsewu).Sedangkanberdasarkan data laporan hasil kegiatan kepengawasan sekolah tahun pela- jaran 2012 – 2013 pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)di Kecamatan Gadingrejo dapat diketahui: (1) sebanyak 75% guru belum menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi, (2) sebanyak 75% guru belum menerapkan struktur kegiatan pembelajaran yang efektif, (3) sebanyak 80% guru belum memperbaiki kinerja mengajar melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dan (4) sebanyak 50% guru dalam pengembangan silabus belum melakukan analisis konteks.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa orang guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo diperoleh informasi: (1) masih banyak keluhan dari guru berkaitan dengan proses manajemen yang dijalankan oleh kepala sekolah, (2) suasana kerja di beberapa sekolah terasa kurang kondusif sehingga mempengaruhi semangat kerja guru, (3) belum semua sekolah menerapkan manajemen terbuka


(15)

dan melibatkan semua guru dalam penentuan kebijakan dan pengambilan keputusan, (4) masih sedikit kepala sekolah yang bersedia memberikan penghargaan (reward) kepada guru yang berprestasi, (5) beberapa guru memiliki motivasi kerja yang tinggi karena merasa mendapatkan perhatian dari pimpinan di sekolah, dan (6) beberapa sekolah belum melakukan pembagian tugas dan wewenang kepada guru secara merata, sehingga dapat menimbulkan hambatan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah.

.Atas dasar uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Hubungan Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja Guru pada SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo”.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapatdiidentifikasi permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1.2.1Sebagian kepala sekolah belum melaksanakan kegiatan manajemenisecara optimal.

1.2.2Motivasi kerja sebahagian guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo belum sesuai dengan yang diharapkan sehingga tingkat kinerjanyajuga belum memuaskan

1.2.3 Adanya tingkat kinerja guru yang belum memuaskan yang disebabkan oleh kebijakan pengawasan kepala sekolah terhadap guru yang belum maksimal.

1.2.4Sebagian guru mengeluh dan merasa kurang dihargai oleh kepala sekolah karena tidak dilibatkandalam pengambilan kebijakan sekolah


(16)

1.2.5Sebagian sekolah belum melakukan pembagian tugas dan wewenang kepada guru secara merata, sehingga sering menimbulkan hal-hal yang dapat menghambat pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah.

1.2.6Belum semua kepala sekolah bersedia memberikan penghargaan (reward) kepada guru yang berprestasi.

1.3 Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan peneliti, maka penelitian ini dibatasi pada masalah supervisi kepala sekolah, , motivasi kerja guru dan kinerja guru.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

1.4.1Apakah terdapat hubungan antara supervisikepala sekolah dengan kinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo?

1.4.2 Apakah terdapat hubungan antara motivasi kerja guru dengan kinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo?

1.4.3 Apakah terdapat hubungan secara bersama-sama antara supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru dengan kinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingindicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis :


(17)

1.5.1Hubungan antara supervisikepala sekolah dengan kinerjaguru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo

1.5.2Hubungan antara motivasi kerja guru dengan kinerja guru SMPNegeri di Kecamatan Gadingrejo

1.5.3Hubungan secara bersama-sama antara supervisikepala sekolah dan motivasi kerja guru dengankinerja guru SMP Negeridi Kecamatan Gadingrejo

1.6Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna secara akademis dan praktis Sebagai berikut :

1.6.1 Kegunaan Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memeperkaya khasanah keilmuan dalam manajemen pendidikan guna meningkatkan kualitas pendidikan kususnya berkaitan pelaksanaan supervisi dan motivasi kerja guru untuk sumbangan pemikiran dan acuan bagi peneliti yang selanjutnya ingin mengkaji secara lebih tentang pelaksanaan supervisi dan motivasi hubunganya dengan kinerja guru di sekolah.

1.6.2Kegunaan Praktis

1.6.2.1Peneliti, untuk mengetahui apakah adahubungansupervisi Kepala Sekolah dan motivasi kerjaguru dengankinerja guru SMP Negeri diKecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.

1.6.2.2 Kepala sekolah, untuk memberikanmasukan berkaitan dengan supervisi akademikkepala sekolah, motivasi kerja guru yang


(18)

ada hubunganya dengan kinerja guru .

1.6.2.3 Dinas pendidikan, untuk memberikan sumbanganpemikiran dalamupaya mewujudkan kinerja pendidi yang lebih baik.

1.7Ruang Lingkup Penelitian

Menghindari terjadinya salah penafsiran dalam penelitian ini, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian yang berjudul “ Hubungan SupervisiKepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja Guru SMP Negeri di Kecamatan GadingrejoKabupaten Pringsewu” sebagai berikut :

1.7.1 Penelitian ini dilakukan pada SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo Kab. . Pringsewu padatahun pelajaran 2013-2014.

1.7.2Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah supervisi kepala sekolah dan Motivasi kerja guru sebagai variabel bebas serta kinerjaguru sebagai

variabel terikat.

1.7.3 Supervisi adalah upaya pembinaan melalui pengawasan pelaksanaan kerja 1.7.4 Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat 1.7.5 Kinerja guru adalah refleksi kemampuan guru yang ditunjukan dalam melakukan pekerjaanya


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KinerjaGuru

Setiap individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja dalam suatu organisasi atau lembaga diharapkan mampu menunjukan kinerja yang memuaskan dan memberikan kontribusi yang maksimal terhadap tercapainya tujuan organisasi atau lembaga tersebut. Demikian juga seorang guru yang diberi tugas untuk melakasanakan Kegiatan Belajar Mengajar dikelas pasti akan melakukanya dengan sebaik-bainya agar tujuan pembelajaran dan tujuan pendidikan dapat berhasil, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

2.1.1 Pengertian Kinerja Guru

Guru dan sekolah merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Gurumemegang peran utama dalam menjalankan roda kehidupan sekolah. Apabila guru memiliki produktivitas dan motivasi kerja yang tinggi, maka laju roda pun akan berjalan kencang, yang akhirnya akan menghasilkan kinerja dan pencapaian yang baik bagi sekolah.

Peningkatan kinerja ada hubunganya dengan peningkatan sinergi organisasi Siagian (2002:327) berpendapat bahwa : “ kinerja merupakan suatu pencapian pekerjaan tertentu yang akhirnya secara langsung tercermin dari keluaran yang dihasilkan” Produktivitas suatu organisasi baik secara langsung maupun tidak langsungdipengaruhi oleh kinerja dari karyawannya. Demikian juga produktivitas


(20)

suatu sekolah akan sangat tergantung pada kinerja guru terhadap pelaksanaan tugasnya.

Siagian dalam (Suryana 2012:27) mengatakan kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan misi dan visi organisasi. Pendapat yang lain dikemukakan oleh Nawawi dalam ( Suryana 2012: 27) yang menyatakan kinerja adalah “ hasil kerja sikap secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnyasesuai jabatan atau tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sulistiorini dalam (Aris Suherman 2009:20) menyatakan bahwa kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara kemampuan untuk mencapai tujuan dan setandar yang telah ditetapkan,.Pekerjaan menuntut interaksi dengan rekan kerja, atasan, peraturan dan kebijakan organisasi,standar kinerja, kondisi kerja dan sebagainya. Fatah dalam ( Suherman 2009:21) menegaskan bahwa kinerja diartikan sebagai ungkapan kemajuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan motivasi dalam menghasilkan suatu pekerjaan

Berdasarkan beberapa pendapat dan penjelasan tentang pengertian kinerja dapat penulis simpulkan bahwa kinerja guru adalah kemampuan yang ditunjukan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan pekerjaanya. Kinerja dikatakan baik dan memuasakan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.


(21)

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kinerja guru seseorang, baik yang berasal dari diri sendiri maupun dari luar diri individu tersebut. Berkenaan dengan hal tersebut, menurut Muhammad (2006:79) ada dua faktor yang mungkin mempengaruhi kinerja seseorang . Hal pertama, apabila orang tersebut tidak mendapatkan informasi tentang kebutuhan pekerjaanya . Hal yang kedua, apabila hubungan sesama teman sekerja kurang baik, dengan kata lain kinerja seseorang dipengaruhi oleh masalah komunikasi.

Sigmun Freud dalam (Aris Suherman2009:25) menyebutkan bahwa kinerja dipengaruhi faktor kepribadian yangterdiri dari tiga asapek, yaitu (1) Das Es(theid) yaitu aspek biologis (2) Das ich(the ego) yaitu aspek psikologis (3) Das UberIch (the super ego)yaitu aspek sosiologis, aspek-aspek tersebut merupakan potensi kepribadian yang dapat membangkitkan seseorang untuk lebih giat mendedikasikan kemampuanya dalam melakukan pekerjaanya.Kemampuan guru yang dimaksud adalah kemampuan mengajar atau kesanggupan guru dalam mengelola pengajaran .Menurut Rusmini dalam (Aris Suherman 2009: 31)” titik tekan kemampuan guru adalah bukan apa yang harus dipelajari melainkan guru harus mampu menciptakandan menggunakan keadaan postitif untuk membawa mereka kedalam pembelajaran agar anak dapat mengembangkan potensinya.Untuk itu kemampuan mengajar guru menjadi sangat penting dan menjadi keharusan bagi seorang guru dalam menjalankan tugas dan fungsinya, tanpa kemampuan mengajar tidak mungkin guru mampu unjuk kerja, serta berkomunikasi dengan siswa dan rekan sejawat dalam mencapai tujuan pemebelajaran yang telah ditetapkan. Menurut Kohler dalam ( Aris Suherman


(22)

2009: 33)Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi oleh karnanya para pemimpin dan para komunikator dalam organisasi perlu menyempurnakan kemampuan berkomunikasi mereka. Terbinanya hubungan dan komunikasi di dalam lingkungan sekolah memungkinkan guru dapat mengembangkan kreativitasnya sebab ada jalan terjadinya interaksi dan respon balik dari komponen lain di sekolah atas kreativitas dan inovasi tersebut. Ini berarti bahwa pembinaan hubungan dan komunikasi yang baik di antara komponen sekolah menjadi suatu keharusan dalam menunjang peningkatan kinerja guru.

Interaksi yang terjadi dalam lingkungan sekolah merupakan indikasi adanya keterkaitan satu dengan lainya guna memenuhi kebutuhan dan juga sebagai tuntutan tugas serta tanggung jawab pekerjaanya. Untuk menjalin interaksi-interaksi yang melahirkan hubungan yang harmonis dan menciptakan kondisi yang kondusif untuk bekerja, diperlukan iklim kerja yang baik. Terciptanya iklim kondusif di sekolah dapat terjadi bila terjalin hubungan yang baik dan harmonis antara kepala sekolah denan guru, guru dengan guru, guru dengan tata usaha serta dengan peserta didik.Hal tersebut sesuai dengan pendapat Owens dalam ( Aris Suherman 2009: 46) bahwa faktor-faktor penentu iklim organisasi sekolah terdiri dari : (a) ekologi yaitu lingkungan, gedung, bangku, kursi, peralatan dan lain-lain (b) milieu yaitu hubungan sosial (c) sistem sosial yakni ketatausahaan, pengorganisasian, pengambilan keputusan dan pola komunikasi (d) budaya yakni nilai-nilai, kepercayaan, norma dan cara berfikir orang-orang dalam organisasi. Sedangkan menurut Steers dalam (Suherman 2009: 46 ) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi iklim kerja sama di sekolah adalah : (a) struktur tugas, (b) imbalan


(23)

dan hukuman yang diberikan, (c) sentralisasi kekuasaan (d) tekanan pada latihan dan pengembangan, (e) keamanan dan resiko pelaksanaan kerja, (f) keterbukaan dan ketertutupan individu, (g) tekanan pada prestasi, (h) status dalam organisasi, (i) pengkuan dan umpan balik, (j) kompetensi dan fleksibilitas dalam hubungan pencapaian tujuan organisasi secara fleksibel dan kreatif.Terbentuknya iklim kerja yang kodusif pada tempat kerja dapat menjadikan faktor penunjang bagi peningkatan kinerja sebab kenyamanan dalam bekerja membuat guru berfikir dengan tenang dan terkonsentrasi pada tugas yang sedang dilaksanakan.

Hal lain yang memmpengaruhi konsentrasi guru dalam melaksanakan tugasnya adalah kesejahteraan guru. Mulyasa (dalam Suherman 2009: 43) menegaskan bahwa terpenuhinya berbagai macam kebutuhan manusia, akan menimbulkan kepuasan dalam melaksanakan apapun tugasnya. Deny Suwarja ( dalam Suherman 2009: 43) Bila kebutuhan dan kesejahteraan guru telah layak diberikan oleh pemerintah maka tidak ada lagi guru yang membolos karena mencari tambahan di luar. Dari uraian diatas maka untuk memaksimalkan kinerja guru, langkah strategis yang harus dilakukan pemerintah adalah, memberikan kesejahteraan yang layak sesuai volume kerja gur, selain itu memberikan insentif pedukung sebagai jaminan pemenuhan kebutuhan hidup guru dan keluarganya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru yakni: kepribadian dan dedikasi,kemampuan mengajar, komunikasi, iklim kerja dan kesejahteraan.


(24)

2.2Supervisi Kepala Sekolah

Kepala sekolah selaku manajer di sekolah mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan terhadap guru dan karyawan di sekolah. Salah satu tugas pengawasan terhadap guru yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi . Secara detail tentang supervisikepala sekolah di jelaskan di bawah ini.

2.2.1 Pengertian Supervisi

Agar peranan guru dalam kaitannya dengan tugas mendidik dapat berhasil dengan baik, maka guru perlu diadakan pembinaan dengan cara disupervisi oleh kepala sekolah. Ngalim Purwanto( 2009:76) mendefinisikan supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.Selanjutnya Handoko ( dalam Sagala 2012: 130 ) mengatakan pengawasa sebagai proses “menjamin” bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai sesuai dengan yang direncanakan. Sedangkanyang dikutip Burhanudin

(1998:102) mengungkapkan supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada semua staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.

Menurut Arikunto (1998:136) supervisi adalah lebih mendekatkan pada sifat manusiawi dalam pelaksanaan supervisi tidak mencari kesalahan atau kekurangan tetapi melakukan pembinaan, agar pekerjaan yang disupervisi diketahui kekuranganya, diberitahukan cara peningkatanya, dan membicarakan bersama sesuatu kekuranganya.Sagala ( 2012: 130 ) bahwa pengawasan atau supervisi


(25)

berarti suatu kegiatan monitoring, controling, dan pengendalian dalam upaya pengumpulan data kinerja untuk membandingkan perbuatan dengan standar yang telah ditetapkan. Meskipun demikian, supervisi tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Selanjutnya Mukhtar

(2013: 305 ) menyatakan bahwa peningkatan kinerja sekolah dengan membantu guru untuk dapat merefleksikan praktik pengajaran.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa supervisi adalah upaya kepala sekolah dalam pembinaan guru agar guru dapat meningkatkan kinerja guru didalam mengajar dengan melalui langkah-langkah perencanaan, penampilan mengajar yang nyata serta mengadakan perubahan dengan cara rasional dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa sesuai tujuan yang telah ditetapkan..

2.2.2 Karakteristik Supervisi

Supervisi dalam pendidikan memiliki perbedaan yang khusus, karena berkaitan dengan upaya peningkatan kompetensi. Menurut Mulyasa (2004: 112) salah satu supervisi akademik yang populer adalah supervisi klinis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

2.2.2.1 Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga initetap berada di tangan tenaga kependidikan.

2.2.2.2 Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan.

2.2.2.3 Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan kepala sekolah.


(26)

2.2.2.4Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulu- kan interpretasi guru.

2.2.2.5 Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan Supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan

guru daripada memberi saran dan pengarahan.

2.2.2.6 Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan, dan umpan balik.

2.2.2.7Adanya penguatan dan umpan balik darikepala sekolah sebagai supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan.

2.2.2.8 Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan suatu masalah.

2.2.3 Fungsi dan Tujuan Supervisi

Fungsi dan tujuan supervisi pendidikan sangat erat kaitannya.Tujuan memberikan gambaran tentang apa yang harus dicapai, sedangkan fungsi menunjukkan apa yang harus dilakukan, sehingga untuk mengukur apakah tujuan telah dapat dicapai dengan baik dapat dilihat dari apakah semua yang harus dilakukukan dapat dilaksanakan dengan baik, dengan kata lain pencapaian tujuan supervisi tergantung dengan berfungsi tidaknya supervisi pendidikan itu di sekolah.

Franseth, (dalam Sahertian, 2000: 25mengatakan bahwasupervisi akan dapat memberikan bantuan terhadap program pendidikan melaluibermacam-macam cara sehingga kualitas kehidupan akan diperbaikioleh karenanya.


(27)

Burton dan Brucker (dalam Sahertian, 2000: 25) mengatakan bahwa fungsi utama supervisi modern menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.

Sementara itu Pidarta (2003: 23) fungsi supervisi itu dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu (1) fungsi utama ialah membantu sekolah yangsekaligus mewakili pemerintah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yaitu membantu perkembangan individu para siswa,(2) fungsi tambahan ialah membantu siswa, dalam hal ini membina guru-guru agar dapat bekerja dengan baik dan dalam mengadakan kontak dengan masyarakat dalam rangka mernyesuaikan diridengan masyarakat serta mempelopori kemajuan masyarakat.

Sutisna (1993: 235-248) membagi fungsi supervisi terdiri atas 4 (empat) macam, yaitu: (1) sebagai penggerak perubahan, (2) sebagai program pelayanan untuk memajukan pengajaran, (3) sebagai keterampilan dalam hubungan manusia, dan (4) sebagai kepemimpinan kooperatif. Pendapat lain tentang fungsi supervise dikemukakan oleh Rifai (1993: 49-54) yang mengatakan bahwa fungsi supervisi terdiri atas 7 (tujuh) fungsi, yaitu: (1) sebagai kepemimpinan, (2) sebagai inspeksi, (3) sebagai penelitian, (4) sebagai latihan dan bimbingan, (5) sebagai sumber dan pelayanan, (6) sebagai koordinasi, dan (7) sebagai evaluasi.

Berdasarkan beberapapendapat di atas, maka dapat disarikan bahwa fungsi supervisi pendidikan itu memang tidak sederhana, dan ini sangat sesuai dengan tujuan ingin dicapai yang juga tidak sederhana. Dengan demikian, seorang supervisor yang beorientasi pada tujuan, tidak ada pilihan lain kecuali memfungsikan diri sesuai dengan apa yang telah disebutkan di atas, yang kalau


(28)

dicari inti pokoknya adalah (1) melaksanakan kepemimpinan pendidikan, (2) melaksanakan penelitian, dan (3) melaksanakan penilaian yang objektif.

2.2.4 Tugas Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

Tugas kepala sekolah sebagai supervisor adalah membantu guru melalui kegiatan (1) pembinaan dan peningkatan profesi mengajar, (2) pembinaan dan peningkatan sikap personal dan sikap profesional. Menurut Purwanto ( 2000: 119-120 ), tugas dari kepala sekolah sebagai supervisor adalah sebagai berikut : a. Membangkitkan dan merangsang guru-guru dan pegawai sekolah di dalam

menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya.

b. Berusaha dan melengkapi alat-alat perlengkapan sekolah termasuk media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan proses belajar-mengajar.

c. Bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari, dan menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku.

d. Membina kerja sama yang baik dan harmonis di antara guru-guru dan pegawai sekolah lainnya.

e. Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok, menyediakan perpustakaan sekolah, dan atau untuk mengirim mereka untuk mengikuti penataran-penataran, seminar, sesuai dengan bidangnya masing-masing. f. Membina hubungan kerja sama antara sekolah dengan komite sekolah dan


(29)

Secara khusus dan lebih konkret lagi, kegiatan-kegiatan yang mungkin dilakukan oleh seorang supervisor dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Menghadiri rapat atau pertemuan organisasi-organisasi profesional, seperti PGRI, Ikatan Sarjana Pendidikan, dan sebagainya

b. Mendiskusikan tujuan-tujuan dan filsafat pendidikan dengan guru-guru.

c. Mendiskusikan metode-metode dan teknik dalam rangka pembinaan dan pengembangan proses belajar-mengajar.

d. Membimbing guru-guru dalam penyusunan program catur wulan atau program semester, dan program satuan pelajaran.

e.Membimbing guru-guru dalammemilih danmenilai buku-buku untuk perpustakaan sekolah dan buku-buku pelajaran bagi murid-murid.

f. Membimbing guru-guru dalam menganalisis dan menginterpretasi hasil tes dan penggunaanya bagi perbaikan proses belajar-mengajar.

g. Melakukan kunjungan kelas atau classroom visitation dalam rangka melakukan supervisi klinis.

h. Mengadakan kunjungan observasi atau obervation visit bagi guru-guru demi perbaikan cara mengajarnya.

i. Mengadakan pertemuan-pertemuan individual dengan guru-guru tentang masalah-masalah yang mereka hadapi atau kesulitan-kesulitan yang mereka alami.

j. Menyelenggarakan manual atau buletin tentang pendidikan dalam ruang lingkup bidang tugasnya.


(30)

Menurut Sahertian (2000: 102) kepala sekolah harus mampu menggerakan staf guru dan staf tata usaha untuk melaksanakan supervisi,dan diharapkan kepala sekolah ahli dibidang pendidikan dan mampu dibidang dunia administrasi.Rifai (1993: 130) memberikan tehnik pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah yaitu (a) kunjungan kelas, (b) pertemuan pribadi, dan (c) rapat staf.

Kepala sekolah dalam menjalankan peranya harus lebih dekat dengan seorang guru terutama saat mengamati proses mengajar dan supervisi terhadap prilaku guru mengajar di kelas. Keberhasilan kepala sekolah dalam menjalankan perannya sebagi supervisor menurut Rifai (1993: 130) akan tergantung kepada: (1) kondisi dan situasi sekolah, (2) sikap guru-guru dan staf tata usaha, (3) peraturan yang mendukung, dan (4) kompetensi supervisor dalam hal ini kepala sekolah.

2.2.5 Teknik Pelaksanaan Supervisi

Teknik supervisi merupakan cara-cara yang ditempuh dalam mencapai tujuan tertentu, baik yang berhubungan dengan penyelesaian masalah guru-guru dalam mengajar, masalah kepala sekolah dalam mengem-bangkan kelembagaan serta masalah-masalah lain yang berhubungan serta berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.

Dalam pelaksanaan supervisi dikenal dengan dua teknik besar, yakni teknik individual dan teknik kelompok.Teknik individual antara lain berupa (1) kunjungan dan observasi kelas (2) individual conference (3) kunjungan antar guru-guru (4) evaluasi diri (5) supervisory buletin (6) profesional reading (7) profesional writing. Sedankan teknik kelompok antara lain (1) rapat staf sekolah


(31)

(2) orientasi guru baru (3) curriculum laboratory (4) panitia (5) perpustakaan profesional (6) demonstrasi mengajar (7) lokakarya (8) field trips for staff personnels (9) pannel or forum discussion (10) in service training dan (11) organisasi profesional. (Ditjen PMPTK, 2008)

Pendapat lain tentangteknik pelaksanaan supervisi pengajaran dikemukakan oleh Pidarta (1996: 2) yang mengatakan bahwa teknik supervisi meliputi:

a) Teknik observasi kunjungan kelas, kepala sekolah melakukan observasi pada kelas yang sedang belajar dibawah bimbingan guru.Tujuanya ingin memperolehdata tentang segala sesuatu yang terjadi didalam kelas.Data ini sebagai dasar pembinaan guru yang di observasi, yang meliputi (1) suasana kelas, (2) cara memulai dan menutup pelajaran, (3) kesesuaian metode yang digunakan, (4) mediayang digunakan, dan (5) tugas-tugas yang diberikan kepada siswa.

b) Pertemuan formal dan informal, kepala sekolah dengan guru atau sekelompok guru mengadakan pertemuan baik secara terencana maupun tidak, guna membahas topik-topik yang berkenaan dengan proses pembelajaran dikelas atau keluhan-keluhan lainnya untuk dicarikan solusi yang lebih baik

c) Teknik supervisi sebaya, hal ini dilakukan oleh guru-guru yang sukses dan diberi tugas oleh kepala sekolah untuk membantu guru yang membutuhkan pertolongan dalam proses pembelajaran terhadap guru mata pelajaran sejenis. Berdasarkan uraian di atas maka dalam pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat dilaksanakan dengan pembinaan secara individul dan pembinaan secara kelompok.


(32)

Motivasi merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang dalam melakukan pekerjaan. Secara detail peran motivasi bagi setiap orang dijelas- kan di bawah ini

2.3.1 Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa latin ”Movere”, yang berarti bergerak (to move). Menurut Husaini (2009: 250) motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seseorang individu yang merangsangnya untuk melaku- kan tindakan-tindakan atau sesuatu yang menjadi dasar atau alasan seseorang berperilaku.

Menurut Hasibuan (2001: 65), motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan.Buhler, (2004: 191) memberikan pendapat tentang pentingnya motivasi sebagai berikut: “Motivasi pada dasarnya adalah proses yang menentukan seberapabanyak usaha yang akan dicurahkan untuk melak- sanakan pekerjaan”. Reksohadiprojo dan Handoko (2001: 252) mendefinisikan bahwa motivasi adalah keadaan dalam diri pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.

Selain itu, menurut Panitia Istilah Manajemen Lembaga Pendidikan dan PembinaanManajemen, dalam Dasar-Dasar Motivasi (Moekijat : 2002 : h. 5), mendefinisikan : motivasiadalah proses atau faktor yang mendorong orang untuk bertindak atau berperilaku.

Berdasarkan uraian di atas dapat penulis sarikan bahwa motivasi erat kaitannya dengan timbulnya suatu kecenderungan untuk berbuat sesuatu guna


(33)

mencapai tujuan. Ada hubungan yang kuat antara kebutuhan motivasi, perbuatan atau tingkah laku, tujuan dan kepuasan, karena setiap perubahan senantiasa berkat adanya dorongan motivasi.

2.3.2 Teori Motivasi

Manusia merupakan mahluk sosial yang memiliki kebutuhan, perasaan, pikiran dan motivasi. Setiap manusia dalam melaksanakan suatu kegiatan pada dasarnya di dorong oleh motivasi. Adanya berbagai kebutuhan akan menimbulkan motivasi seseorang untuk berusaha memenuhi kebutuhannya. Orang mau bekerja keras dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan dari hasil pekerjaannya. Berkaitan dengan hal tersebut muncul beberapa teori tentang motivasi, antara lain:

2.3.2.1 Teori Mc. Clelland

Konsep penting lain dari teori motivasi yang didasarkan dari kekuatan yang ada pada diri manusia adalah motivasi prestasi. Menurut Mc. Clelland jika seseorang terdesak oleh kebutuhan, maka ia akan akan termotivasi untuk memenuhinya. Menurut teori ini seseorang yang mempunyai needs of acheifment tinggi selalu mempunyai pola berpikir tertentu, ketika ia merencanakan untuk melaksanakan sesuatu selalu mempertimbangkan pekerjaan tersebut cukup menantang atau tidak, sehingga perlu disiapkan strategi yang akan dilaksanakan. Selain itu orang yang memiliki needs of acheifment tinggi adalah kesediaannya untuk memikul tanggung jawab sebagai konsekwensi dari usahanya dalam mencapai tujuan.


(34)

2.3.2.2 Teori X dan Y dari Mc. Gregor

Teori motivasi ini merupakan teori yang menggabungkan teori internal dan teori eksternal yang dikembangkan oleh Mc.Gregor. Ia telah merumuskan dua perbedaan dasar mengenai perilaku manusia. Kedua teori tersebut disebut teori X dan teori Y, yang keduanya dianggap berbeda. Untuk lebih jelasnya, perbedaan kedua teori tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 2.1 Teori X dan Y Mc Gregor

Manusia Tipe X Manusia Tipe Y

1. Malas belajar dan atau bekerja (pasif)

2. Mau bekerja kalau diperintah, diancam atau disuruh

3. Senang menghindar dari tanggung jawab

4. Tidak berambisi dan cukup menjadi anak buah saja

5. Tidak mempunyai kemampuan untuk mandiri

1. Rajin belajar dan atau bekerja (aktif). Bekerja adalah bermain sehingga menyenangkan

2. Bekerja atas kesadaran sendiri, kurang senang diawasi dan kreatif dalam memecahkan masalah 3. Bertanggung jawab

4. Berambisi

5. Mampu mengendalikan dirinya sendiri dalam mencapai tujuan organisasi (mandiri)

Sumber: Teori Mc.Gregor

2.3.2.3 Teori Herzberg

Teori motivasi yang dikemukakan oleh Herzberg dikenal dengan nama teori dua faktor. Berdasarkan penelitian telah dikemukakan dua kelompok faktor yang mempengaruhi seseorang dalam organisasi, yaitu motivasi sebagai faktor intrinsik dan kesehatan sebagai faktor ekstrinsik. Untuk lebih jelasnya kedua faktor tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(35)

Tabel 2.2 Teori Dua Faktor Herzberg Faktor Motivasi

(Intrinsik)

Faktor Kesehatan (Ekstrinsik) 1. Prestasi (achievement)

2. Penghargaan (recognition) 3. Pekerjaan itu sendiri 4. Tanggung jawab

5. Pertumbuhan dan perkembangan

1. Supervisi 2. Kondisi kerja

3. Hubungan interpersonal 4. Bayaran dan keamanan 5. Kebijakan perusahaan Sumber : Teori Hezberg

2.3.2.4 Teori ERG Aldefer

Teori Aldefer merupakan teori motivasi yang mengatakan bahwa manusia mempunyai 3 macam kebutuhan, yaitu: Existence (E), Relatedness) (R), dan Growth (G).Menurut teori ini pada hakekatnya manusia ingin dihargai dan diakui keberadaanya (eksistensi), ingin diundang, dan dilibatkan.Di samping itu sebagai makhluk sosial, manusia ingin berhubungan atau bergaul dengan manusia lainnya.Manusia juga ingin selalu meningkat taraf hidupnya menuju kesempurnaan (ingin selalu berkembang).

Berdasarkan uraian tentang teori motivasi di atas dapat disarikan bahwa untuk mengetahui motivasi individu dalam bekerja dapat dilihat dari keinginannya untuk memenuhi kebutuhan: fisiologis, keselamatan, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri.

2.3.3 Motivasi Kerja

Motivasi kerja berasal dari dua kata, yaitu motivasi dan kerja.Motivasi adalah keinginan untuk berbuat sesuatu, sedangkan kerja adalah aktivitas fisik dan


(36)

mental untuk mengerjakan suatu pekerjaan (Hasibuan, 2001: 94). Motivasi kerja adalah keinginan atau kebutuhan yang melatar belakangi seseorang sehingga terdorong untuk bekerja (Usman, 2009: 250).

Menurut Amirullah (2002: 146) motivasi kerja adalah kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Selanjutnya menurut Winardi (2002: 6), motivasi kerja adalah suatu kekuatan potensial yang ada dalam diri seorang manusia, yang dapat dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter, dan imbalan non moneter yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau secara negatif, hal mana tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan. Pendapat yang lain tentang motivasi kerja disampaikan oleh As’ad (1998: 45), yang menyatakan motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Sedangkan Anwar Prabu Mangkunegara (2010: 77) Menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan pencapian kinerja. Mengadopsi dari pendapat Hasibuan, Amirullah dan Mangkunegara dapat penulis

simpulkan bahwa motivasi kerja adalah semangat atau dorongan dalam diri

seseorang untuk melakukan aktivitas kerja guna mencapai suatu tujuan yang dapat

berpengaruh positif dalam mencapai kinerja yang lebih baik.

2.4Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, antara lain:


(37)

Kinerja Pegawai (Affandi, 2002). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan Iklim organisasimempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap

kepuasan kerja, komitmen kerja dan kinerja pegawai.

2.4.2Kurniati (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “hubungan Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 1 Purbalingga Tahun 2007” menyimpulkan bahwa secara simultan Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 1 Purbalingga.

2.4.3Azizah M Seif( 2007 ) HubunganSupervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja Guru Ditemukan hubungan yang positif antara Pelaksanaan Supervisi dengan Kinerja Guru dalam rangka menuntaskan program wajib belajar sembilan tahun di Kabupaten Langka. Disimpulkan terdapat hubungan yang posotif dan signifikan antara Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja Guru.

2.5 Kerangka Pikir

Merujuk pada uraian tentang kinerja guru, supervisi kepala sekolahdan motivasi kerja guru di atas, penulis mengajukan kerangka pikir tentang hubungan supervisikepala sekolah dan motivasi kerja guru dengankinerja guru seperti dijelaskan di bawah ini.

2.5.1.Hubungan Antara Supervisi Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru

Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang ada di sekolah dan mempunyai peranan sangat besar dalam upaya meningkatkan prestasi sekolah.Kemampuan kepala sekolah dalam membimbing, mengarahkan dan melakukan pengawasan


(38)

terhadap guru akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan sekolah. Pengawasan terhadappelaksanaan tugas guru dapat dilakukan melalui kegiatan supervisi . Hasil supervisi dapat dijadikan sebagai dasar oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugas pembimbingan kepada guru. Jika hal ini dapat dilaksankan secara rutin dan berkala diharapkan guru akan dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan tuntutan profesinya. Ketika guru dapat menjalankan tugasnya dengan baik, diharapkan akan dicapai kinerja sesuai dengan harapan.

2.5.2 Hubungan Antara Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja Guru

Motivasi kerja adalah semangat atau dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas kerja guna mencapai suatu tujuan yang dapat berpengaruh positif dalam mencapai kinerja yang lebih baik. Keinginan guru untuk berprestasi merupakan salah satu faktor pendorong bagi guru untuk mencapai kinerja yang maksimal.

Kesesuaian bidang pekerjaan dengan minat, pemberian tanggung jawab,penghargaan serta kesempatan untuk berkarir kepada guru merupakan faktor penting yang diharapkan mampu menumbuhkan semangat bagi guru dalam melaksanakan tugasnya. Jika hal tersebut tidak terpenuhi dimungkinkan akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru dalam menjalankan tugasnya, terutama dalam mengelola pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diduga jika supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru tinggi maka kinerja guru akan tinggi.Demikian juga jika supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru rendah maka kinerja guru akan rendah. Secara teoritis pengaruh variabel bebasterhadap variabel terikat disajikan pada kerangka berpikir di bawah ini.


(39)

Gambar 2.1: Model teoritis hubungansupervisi kepala sekolah (X1) danmotivasi kerja guru (X2) terhadap kinerja guru (Y).

Keterangan:

: derajat determinasi antara variabel X1 dengan variabel Y : derajat determinasi antara variabel X2 dengan variabel Y

: derajat determinasi antara variabel X1, dan X2dengan variabel Y

2.6Hipotesis

Berdasarkan uraian dalam tinjauan pustaka maka hipotesis dalampenelitian ini adalah “ ada hubungan yang posititif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru dengankinerja guru SMPNegeri di Kecamatan Gadingrejo”.

Bertitik tolak dari hipotesis umum di atas, maka hipotesis kerja sebagai berikut: 2.6.1 Terdapat hubungan yang positif dan signifikanantarasupervisikepala sekolahdengankinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo

2.6.2 Terdapathubunganyang positif dansignifikanantaramotivasi kerja gurudengankinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo

2.6.3 Terdapathubunganyang positif dan signifikanantarasupervisikepala

X

1

X

2


(40)

sekolahdan motivasi kerja guru secara bersama-samadengankinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo.


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitiankwantitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki peritiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa tersebut (Sugiyono, 2007: 7). Dengan kata lain penelitian ini untuk menentukan apakah perbedaan yang terjadi antar kelompok subyek (dalam variabel independen) menyebabkan terjadinya perbedaan pada variabel terikat (variabel dependen). Melalui penelitian ini akan diketahui hubungan dan tingkat hubungan antara masing-masing variabel bebas (supervisi akademik kepala sekolah dan motivasi kerja guru) dengan variabel terikatnya (kepuasan kerja guru). Selain itu melalui penelitian ini juga akan diketahui hubungan dan tingkat hubungan antara kedua variabel bebas di atas secara bersama-sama dengan variabel terikatnya.

3.1.2 Pendekatan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian yaitu pertanyaan peneliti yang yang bersifat menghubungkan dua variabel atau lebih, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan asosiatif. Pendekatan asosiatif adalah pendekatan dalam penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2007: 11)


(42)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di seluruh SMP Negeri yang ada di Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. Aktivitas penelitian yang meliputi kegiatan persiapan, seminar proposal, penyusunan instrumen, uji coba instrumen, pengambilan data, analisis data, seminar hasil penelitian dan penyusunan laporan penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, yaitu dari bulan Mei sampai dengan bulan September 2013.

3.3 Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan angket atau kuesioner.Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto,1998:140). Angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Menurut Sugiyono (2001: 86) skala Likert dalam penelitian digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena tertentu.Jadi dengan skala likert peneliti ingin mengetahui bagaimana supervisi akademik kepala sekolah, motivasi kerja guru dan kepuasan kerja guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo yang berjumlah 196 orang, tanpa membedakan guru berstatus sebagai PNS maupun non PNS yang tersebar di 4 (empat) SMPNegeri. Berkaitan dengan


(43)

keterbatasan peneliti, maka dari populasi tersebut yang akan dijadikan sampel sebanyak 49 orang atau sebanyak 25% dari populasi.

Jumlah sampel tersebut diambil berdasarkan pendapat dari Suharsimi Arikunto (2002: 107) yang menyatakan bahwa pedoman besarnya jumlah sampel yang seharusnya diambil adalah, “bila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya, dan jika subyeknya cukup besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%- 25% atau lebih”.

Berdasarkan pendapat di atas peneliti mengambil sampel sebanyak 25% dari jumlah populasi, atau sebanyak 49 orang.Banyaknya sampel dari masing-masing sekolah adalah 25% dari jumlah guru di sekolah tersebut. Perhitungan penentuan jumlah sampel untuk setiap sekolah dilakukan dengan cara sebagai berikut: SMP Negeri 1 Gadingrejo (25% X 59 orang = 14,75 orang, dibulatkan menjadi 15 orang), SMP Negeri 2Gadingrejo (25% x 52 orang = 13 orang), SMP Negeri 3Gadingrejo (25% x 49 orang = 12,25 orang, dibulatkan menjadi 12 orang) dan SMP Negeri 4Gadingrejo (25% x 36 orang = 9 orang). Secara rinci jumlah sampel dari masing-masing sekolah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 : Daftar Jumlah populasiGuru SMP Negeri dan Sampel Penelitian

No Nama Sekolah Jumlah

Populasi

Jumlah Sampel 1 SMP Negeri 1 Gadingrejo 59 orang 15 orang 2 SMP Negeri 2 Gadingrejo 52 orang 13 orang 3 SMP Negeri 3 Gadingrejo 49 orang 12 orang 4 SMP Negeri 4 Gadingrejo 36 orang 9 orang

Jumlah 196 orang 49 orang


(44)

Pengambilan sampel di setiap sekolah dilakukan secara acak, yaitu dengan memberikan nomor urut 1 (satu) sampai dengan jumlah guru yang ada di masing-masing sekolah.Nomor-nomor tersebut dimasukan ke dalam kotak dan diambil satu demi satu.Setiap nomor yang terambil dicatat dan digantikan dengan kertas kosong yang dimasukan ke dalam kotak. Hal ini dilakukan agar peluang setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel selalu sama

3.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi (Arikunto,1998:160). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas internal, yaitu validitas yang dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen secara keseluruhan (Arikunto,1998: 138). Validitas instrumen dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment seperti yang tertera di bawah ini.

Keterangan :

rxy: koefisien korelasi

N : jumlah subyek atau responden X : skor butir

Y : skor total

(Arikunto,1998: 162)

Kesesuaian harga rxyyang diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan rumus di atas dikonsultasikan dengan tabel r kritik Product Moment dengan kaidah keputusan apabila rhitung> rtabel, maka instrumen dikatakan valid.Sebaliknya apabila


(45)

rhitung< rtabel, maka instrumen dikatakan tidak valid dan tidak layak untuk pengambilan data.

Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data (Arikunto, 1998 : 170). Pengujian reliabilitas instrument dalam penelitian ini menggunakan uji reliabilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisis data dari suatu hasil uji coba dengan rumus Alpha Cronbach:

Keterangan :

r11 : reliabilitas instrumen k: banyaknya pertanyaan

: jumlah varian butir : varian total

(Arikunto.1998: 193)

Hasil perhitungan reliabilitas dikonsultasikan dengan rtabelrata-rata signifi- kansi 5% atau internal kepercayaan 95%. Bila harga perhitungan lebih besardari nilai rtabel maka instrumen dikatakan reliabel. Reliabilitas instrumen hasil uji coba kemudian di interprestasikan berdasarkan tabel dibawah ini.

Tabel 3.2: Interprestasi Nilai r

No Besarnya nilai r Interprestasi

1 Antara 0,80 sampai dengan 1,00 Tinggi 2 Antara 0,60 sampai dengan 0,80 Cukup 3 Antara 0,40 sampai dengan 0,60 Rendah 4 Antara 0,20 sampai dengan 0,40 Sangat rendah 5 Antara 0,00 sampai dengan 0,20 Tidak berkorelasi (Arikunto, 1998: 260)


(46)

3.6Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian su- atu penelitian (Arikunto, 2002: 99). Penelitian ini menggunakan satu variabel terikat (dependen) dan dua variabel bebas (independen).

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Purwanto, dkk, 2007: 16) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja guru, yaitu kemampuan yang ditunjukan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan pekerjaanya.

Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang dapat mem- pengaruhi atau menjadi penyebab berubahnya variabel terikat. (Purwanto, dkk, 2007: 16). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru.

3.6.1 KinerjaGuru

Secara konseptual yang dimaksud kinerjaguru dalam penelitian ini adalah kinerja guru adalah kemampuan yang ditunjukan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan pekerjaanya. Kinerja dikatakan baik dan memuasakan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.Secara operasional kinerja guru dalam penelitian ini adalah skor total yang diperoleh dari guru dengan mempergunakan kuesioner yang isinya terdiri dari berbagai macam aspek yang berkaitan dengan kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya.

Aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur kinerja guru dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) pemahaman terhadap pekerjaanya , merupakan faktor yang berhubungan landasan dan tujuan dari bidang pekerjaanya yang meliputi:


(47)

peserta didik, tujuan pemebelajaran dan kesulitan dalam belajar; dan teori belajar,(b) factor potensi diri potesosial: kemampuan yang dimiliki seorang guru untuk melaksanakan tugasnya agar lebih baik, yang meliputi menguasai media pembelajaran, memanfaatkan TIK dalam pembelajaran dan menguasai metode pembelajaranserta menguasai tehnik penialaian; (c) faktor fisik: jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, dan perlengkapan kerja, (d) faktor pengembangan untuk peningkatan kinerja:tindakan untuk merefleksi diri agar mengetahui kelemahanya meliputi: hasil belajar peseta disik, kelemahan-kelemahan dalam melaksanakan tugas dan tindakan kelas.

Variabel kepuasan kinerja guru dalam penelitian ini akan diukur menggunakan skala Likert dengan lima pilihan, yaitu sangat puas (SP), puas (P),

Netral (N), kurang puas (KP) dan tidak puas (TP). Masing-masing pilihan diberi nilai dengan pembobotan seperti tertera pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.3: Daftar Pembobotan Penilaian Kepuasan Kerja Guru

No Pilihan Jawaban Bobot nilai

1 Selalu puas (SP) 5

2 Puas (P) 4

3 Netral (N) 3

4 Kurang puas (KP) 2

5 Tidak puas (TP) 1


(48)

3.6.1.1 Validitas Instrumen Kinerja Guru

Sebelum instrumen kinerjaguru digunakan untuk mengambil data penelitian, di uji cobakan terhadap anggota populasi di luar sampel penelitian. Validitas instrumen data hasil uji coba terhadap 20 orang responden dihitung de- ngan rumus korelasi Product Moment menggunakan program Microsoft excel.

Berdasarkan hasil pengolahan data dari 36 butir pernyataan ternyata hanya terdapat 27 butir pernyataan yang valid/sahih dan dapat digunakan sebagai instru- men penelitian. Sedangkan 9 butir pernyataan dianulir, yaitu nomor 2,5, 7,9, 11, 20,21, 23, dan 30.

Secara rinci indikator dan jumlah butir soal yang akan digunakan untuk memperoleh data tentang kinerja guru tertera pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.4: Indikator Penilaian KinerjaGuru

No Dimensi Indikator Jml

Butir

Nomor Butir

Butir Valid

1 Pemahaman

terhadap landasan pendidikan

(a)memahami tujuan dan hakekat pendi -dikan

2 1, 2 1

2 Pemahaman

terhadap peserta didik

(a)mengidentifikasi potensi peserta didik

(b)mengidentifikasi kesulitan belajar pe- serta didik.

2 2 3, 4 5, 6 3, 4 6

3 Pengembang

an kurikulum atau silabus

(a) menentukan pengalaman belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran (b) mengembangkan indikator

dan instrumen 2 2 7, 8 9, 10 8 10

4 Menguasai

teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik

(a) memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pem- belajaran


(49)

(b)menerapkan berba- gai pendekatan, metode, strategi pembelajaran yang kreatif

2 13, 14 13, 14

5 Pelaksanaan

pembelajaran yang

mendidik dan dialogis

(a) memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik

(b) mengambil kepu- tusan secara demo- kratis dalam pembe- lajaran sesuai situasi yang berkembang

2 2 15, 16 17, 18 15, 16 17, 18

6 Pemanfaatan

teknologi pembelajaran

(a) Memanfaatkan TIK dalam pembelajaran

2 19, 20 19

7 Pelaksanaan

evaluasi hasil belajar

(a) memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi hasil belajar

(b) Mengembangkan instrumen penilaian, evaluasi proses dan hasil belajar

2

3

21, 22

23, 24, 25

22

24, 25

No Dimensi Indikator Jml

Butir

Nomor Butir

Butir Valid

8 Pemanfaatan

hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran

(a)menggunakan infor- masi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketun- tasan belajar

(b)menggunakan informasi hasil peni- laian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan

(c) Memanfaatkan informasi hasil peni- laian dan evaluasi pem belajaran untuk meningkatkan kuali- tas pembelajaran

2

3

2

26, 27,

2 8, 29, 30

31, 32

26, 27

28, 29

31, 32

9 Tindakan

reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran .

(a) Melakukan refleksi terhadap pembela- jaran yang telah di- laksanakan (b) melakukan penelitian

tindakan kelas untuk mening- kat kan kualitas pembelajaran dalam ma ta pelajaran yang diampu

2 2 33, 34 35, 36 33, 34 35, 36

Jumlah 36 36 27


(50)

3.6.1. 2 Reliabilitas Instrumen Kinerja Guru

Berdasarkan hasil perhitungandari 27 butir pernyataan yang valid/sahih diperoleh koefisien reliabilitas, sebesar 0,943. Angka ini menunjukan bahwa re liabilitas butir pernyataan instrumen kinerja guru dalam kategori tinggi.

3.6.2 Supervisi Kepala Sekolah

Secara konseptual yang dimaksud supervisi kepala sekolah dalam penelitian ini adalah persepsi guru terhadap pelaksanaan pembinaan kepada guru yang dilaksanakan oleh kepala sekolah.Secara operasional supervisi kepalasekolah dalam penelitian ini adalah skor total yang diperoleh dari guru dengan mempergunakan kuesioner yang isinya terdiri dari berbagai macam aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan pembinaan guru yang dilaksanakan oleh kepala sekolah.

Aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur supervisi kepala sekolah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) pemimpin, (2) inspeksi, (3) peneliti danpengembang, (4)sumber(5) koordinator (6) kepemimpinan dan (7) pembimbing. Beberapa aspek persepsi guru terhadap pelaksanaan supervisi kepala sekolah yangtelah disebutkan di atas kemudian dijabarkan ke dalam beberapa indikator untuk medapatkan butir-butir instrumen supervisi kepala sekolah.

Variabel supervisi kepala sekolah dalam penelitian ini akan diukur menggunakan skala Likert dengan lima pilihan, yaitu selalu (SL), sering (S), kadang-kadang (K), jarang (J) dan tidak pernah (T). Masing-masing pilihan diberi nilai dengan pembobotan seperti tertera pada tabel di bawah ini.


(51)

Tabel 3.5: Daftar Pembobotan Penilaian Supervisi Kepala Sekolah

No Pilihan Jawaban Bobot nilai

1 Selalu (SL) 5

2 Sering (S) 4

3 Kadang-kadang (K) 3

4 Jarang (J) 2

5 Tidak Pernah (T) 1

( Sugiyono : 2007 )

3.6.2.1 Validitas Instrumen Supervisi Kepala Sekolah

Sebelum instrumen supervisi kepala sekolah digunakan untuk mengambil data penelitian, diuji cobakan terhadap anggota populasi di luar sampel penelitian. Validitas instrumen data hasil uji coba terhadap 20 orang responden dihitung dengan rumus korelasi Product Moment menggunakan program Microsoft excel. Berdasarkan hasil pengolahan data dari 44 butir pernyataan ternyata hanya terdapat 32 butir pernyataan yang valid/sahih dan dapat digunakan sebagai instru- men penelitian. Sedangkan 12 butir pernyataan dianulir, yaitu nomor 2, 9,13,1517,19,21,23,27,37,39 dan 42. Secara rinci Indikator dan jumlah butir soal yang akan digunakan untuk memperoleh data tentang supervisi akademik kepalasekolah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.6: Indikator Penilaian Supervisi Kepala Sekolah

No Dimensi Indikator Jml

Butir

Nomor Butir

Butir Valid

1 Pembimbing

dan pelayan

(a) membimbing guru, staf dan karyawan

(b) membimbing siswa

3 2

1, 2, 3 4, 5

1, 3 4, 5

2 Pemimpin (a) menyusun program

sekolah

(b) menggerakan staf, guru dan karyawan

(c) mengoptimalkan sumber daya sekolah

2 2 2 6, 7 8, 9 10, 11 6, 7 8 10, 11

3 Sumber (a) mengelola administrasi

KBM dan BK

(b) mengelola administrasi 2 2 12, 13 14, 15 12 14


(52)

ketenagaan

(c) mengelola administrasi kesiswaan

(d) mengelola administrasi keuangan

(e) mengelola administrasi sarana dan prasarana

2 2 2 16, 17 18, 19 20, 21 16 18 20

4 Inspeksi (a) menyusun program

supervisi

(b)melaksanakan supervisi (c) menggunakan hasil

supervisi 2 2 1 22, 23 24, 25 26 22 24, 25 26

5 Kepemimpinan (a) memiliki kepribadian

yang kuat

(b) Memiliki visi dan misi (c) memiliki kemampuan

mengambil keputusan (d) memiliki kemampuan

berkomunikasi 2 2 2 2 27, 28 29, 30 31, 32 33, 34 28 29, 30 31, 32 33, 34 6 Penilitian dan

pengembang

(a) mencari dan menemu- kan gagasan baru untuk pembaruan sekolah (b)melakukan pembaruan

di sekolah 2 2 35, 36 37, 38 35, 36 38

7 Koordinator (a) mengatur lingkungan

kerja

(b)mengatur suasana kerja (c) menerapkan prinsip

penghargaan dan hukuman 2 2 2 39, 40 41, 42 43, 44 40 41 43, 44

Jumlah 44 32

Sumber : Penelitian Penelitii

3.6.2. 2 Reliabilitas Instrumen Supervisi Kepala Sekolah

Berdasarkan hasil perhitungandari 32 butir pernyataan yang valid/sahih diperoleh koefisien reliabilitas, sebesar 0,952. Angka ini menunjukan bahwa re liabilitas butir pernyataan instrumen kepuasan kerja guru dalam kategori tinggi.

3.6.3 MotivasiKerja Guru

Secara konseptual yang dimaksudmotivasikerja dalam penelitian ini adalah semangat atau dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas kerja


(53)

guna mencapai suatu tujuan yang dapat berpengaruh positif dalam mencapai kinerja yang lebih baik. Secara operasional motivasi kerja dalam penelitian ini adalah skor total yang diperoleh dari guru dengan mempergunakan kuesioner yang isinya terdiri dari berbagai macam aspek yang berkaitan dengan motivasi kerja.

Aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur motivasi kerja guru dalam penelitian ini dilihat berdasarkan kebutuhan akan prestasi, penghargaan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab dan perkembangan.

Variabel motivasi kerja dalam penelitian ini akan diukur menggunakan skala Likert dengan lima pilihan, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Masing-masing pilihan diberi nilai dengan pembobotan seperti tercantum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.7: Daftar Pembobotan Penilaian Motivasi Kerja Guru

No Pilihan Jawaban Bobot nilai

1 Sangat setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Ragu-ragu (R) 3

4 Tidak setuju (TS) 2

5 Sangat tidak setuju (STS) 1

( Sugiyono 2007)

3.6.3.1 Validitas Instrumen Motivasi Kerja Guru

Sebelum instrumen motivasi kerja digunakan untuk mengambil data penelitian, di uji cobakan terhadap anggota populasi di luar sampel penelitian. Data hasil uji coba terhadap 20 orang responden dihitung menggunakan rumus korelasi Product


(54)

Moment dengan bantuan program Microsoft excel.Berdasarkan hasil pengolahan data dari 24 butir pernyataan ternyata hanya terdapat 21 butir pernyataan yang valid/sahih dan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. Sedangkan 3 butir pernyataan dianulir, yaitu nomor 8, 17 dan 23.

Secara rinci indikator dan jumlah butir soal yang digunakan untuk mendapatkan data tentang motivasi kerja guru tertera pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.8: Indikator Penilaian Motivasi Kerja Guru

No Dimensi Indikator Jml

Butir

Nomor Butir

Butir Valid

1 Kebutuhan akan

prestasi

(a)prestasi belajar siswa (b) prestasi sekolah

3 2

1, 2, 3 4, 5

1, 2, 3 4, 5

2 Penghargaan (a) pengakuan atas

prestasi yang dicapai (b) keinginan diakui

keberadaanya (a) Pendapatan

2 2 3

6, 7 8, 9 10, 11, 12

6, 7 9 10, 11,

12 3 Pekerjaan itu

sendiri

(a)kesesuaian pekerjaan dengan pendidikan (b)pekerjaanitumerupa-

kan pilihan/ keinginan sendiri 2 2 13, 14 15, 16 13, 14 15, 16

4 Tanggung jawab (a) Kesungguhan melak- sanakan tugas (b) sanggup berkorban

untuk kemajuan sekolah 2 2 17, 18 19, 20 18 19, 20

5 Pertumbuhan dan

perkembangan

(a) Kesempatan meningkatkan pengetahuan

(b) peluang melanjutkan pendidikan 2 2 21, 22 23, 24 21, 22 24

Jumlah 24 21


(55)

3.6.3.2 Reliabilitas Instrumen Motivasi Kerja Guru

Berdasarkan hasil perhitungandari 21 butir pernyataan yang valid/sahih diperoleh koefisien reliabilitas, sebesar 0,936. Angka ini menunjukan bahwa reliabilitas butir pernyataan instrumen kepuasan kerja guru dalam kategori tinggi.

3.7 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Analisis data dan pengujian hipotesis merupakan bagian yang sangat penting karena hasil dari analisis data dan pengujian hipotesis akan dijadikan dasar dalam penarikan kesimpulan.

3.7.1 Teknik Analisis Data

Analisis data dimaksudkan untuk menguji kebenaran hipotesis. Teknik ana- lisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi dan regresi, baik regresi sederhana maupun regresi ganda.

Sebelum analisis data dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan deskripsi data penelitian yang terdiri dari 2 (dua) variabel bebas (supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru) dan 1 (satu) variabel terikat (kinerja guru) dalam bentuk tabel data, distribusi frekuensi, dan diagram batang. Langkah berikutnya adalah melaksanakan uji persyaratan analisis data yang meliputi uji normalitas dan homogenitas data. Setelahkedua uji tersebut dilakukan dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian.


(56)

3.7.2Pengujian Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis merupakan syarat yang harus dipenuhi agar analisis data dan pengujian hipotesis penelitian dapat dilakukan dengan baik dan tidak me- nyimpang dari ketentuan yang ada.

3.7.2.1 Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan terhadap semua variabel yang diteliti, yaitu meliputi variabel supervisi kepala sekolah (X1), motivasi kerjaguru dan kinerja guru (Y). Hasil pengujian terhadap sampel penelitian digunakan untuk menyimpulkan apakah populasi yang diamati berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan output hasil analisis pada lampiran 1.13 diperoleh semua data responden dalam keadaan valid (100%) untuk dieksplorasi dan tidak ada data yang hilang/missing. Sedangkan untuk keperluan pengujian normal tidaknya distribusi masing-masing data dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Data berasal dari sampel tidak berdisitribusi normal. H1 : Data berasal dari sampel berdisitribusi normal.

Kriteria uji: tolak H0 jika nilai sig> 0,05 dan terima Hountuk selainnya.

Berdasarkan hasil perhitungan Test of Normalitypada lampiran 1.12 diperoleh: 1) nilai sig variabel kinerja guru pada uji Kolmogorov Smirnov sebesar 0,506,

karena nilai sig> 0,05 berarti H0 ditolak atau data variabel kinerja guruberasal dari sampel yang berdistribusi secara normal.


(57)

2) nilai sig variabel supervisi kepala sekolah pada uji Kolmogorov Smirnov sebesar 0,785, karena nilai sig > 0,05 berarti H0 ditolak atau data variabel supervisi kepala sekolah berasal dari sampel yang berdistribusi secara normal. 3) nilai sig. variabel motivasi kerja pada uji Kolmogorov Smirnov diperoleh

0,294, karena nilai sig > 0,05 berarti H0 ditolak atau data variabel motivasi kerja guru berasal dari sampel yang berdistribusi secara normal.

Demikian juga berdasarkan output pada Normal Q-Q Plot of pada lampiran 1.14 diketahui bahwa data dari variabel kinerja guru (Y), variabel supervisi kepala sekolah (X1), dan motivasi kerja guru (X2)semua tersebar di sekeliling garis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua data dari keempat variabel tersebut berasal dari sampel yang berdistribusi secara normal.

3.7.2.2 Uji Homogenitas

Tujuan uji homogenitas sampel adalah untuk mengetahui apakah data sam- pel yang diambil merupakan sampel yang berasal dari populasi bervarian homo- gen. Pengujian homogenitas dilakukan terhadap semua variabel independen yang diteliti, yaitu meliputi variabel supervisi kepala sekolah (X1) dan motivasi kerja guru (X2). Untuk keperluan pengujian digunakan metode uji analisis One-Way Anova, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Perumusan Hipotesis:

H0 : Varians populasi tidak homogen. H1 : Varians populasi adalah homogen.


(1)

Berdasarkan hasil penelitian, diantara variabel supervisikepalasekolah, dan motivasi kerja guru, dapat diketahui bahwa variabel supervisi kepala sekolah memberikan sumbangan paling besar terhadap peningkatan kinerja guru.

5.2Implikasi

Berdasarkan kesimpulan diketahui bahwa variabel bebas yang diteliti baik secara terpisah atau secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikatnya. Hal ini mengisyaratkan bahwa untuk meningkatkan kinerja guru dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan dan aktivitas supervisi kepala sekolah, serta motivasi kerja guru.

5.2.1 Supervisi Kepala Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian ini persepsi guru atas supervisi kepala sekolah memberikan sumbangan yang positif terhadap peningkatan kinerja guru di samping faktor yang lainnya. Sehingga persepsi guru atas supervisi kepala sekolah harus menjadi bagian yang terintegratif dari kinerjaguru.Kepala sekolah perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif guna membangun persepsi positif dari guru selaku bawahannya di sekolah. Artinyakepala sekolah harus melakukan pembaharuan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus guna meningkatkan kemampuannya dalam melakukan supervisi .

Berkenaan dengan hal tersebut perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kemampuan kepala sekolah, antara lain:

5.2.1.1 Memberikan pelatihan tentang supervisi kepala sekolah

5.2.1.2 Melakukan bimbingan melalui program kepengawasan satuan pendidikan


(2)

5.2.2 Motivasi Kerja Guru

Hasil penelitian menunjukan bahwa peningkatan motivasi kerja memiliki hubungan positif denganpeningkatan kinerja kerja guru.

Guru yang memiliki motivasi kerja tinggi akan memiliki kinerja yang tinggi, demikian juga sebaliknya guru yang memiliki motivasi kerja rendah akanmemiliki kinerja yang rendah pula. Upaya yang dapat dilakukan guna meningkatkan motivasi kerja guru antara lain:

5.2.2.1 memberikan kesempatan kepada guru untuk meningkatkan karirnya baik Melalui kegiatan pelatihan maupunmelanjutkan pendidikan kejenjang

yang lebih tinggi

5.2.2.2memberikan kepercayaan kepada guru untuk melaksanakan tugas-tugas tambahan lain di sekolah selain mengajar.

5.2.2.3memberikan reward/penghargaan kepada guru yang berprestasi

5.3 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi, maka penulis memberikan beberapa saran kepada :

5.3.1 Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin tertinggi di sekolah sebaiknya: mampu membangun komunikasi secara terbuka dengan seluruh warga se

kolahmelibatkan guru dan karyawan sekolah dalam penentuan kebijakan dan keputusansekolah harus menerapkan manajemen yang terbuka dalam pengelolaan sekolahselalu mencari informasi baru yang berkaitan dengan program pengembangan sekolahmelakukan inovasi danberbagai


(3)

trobosan dalam upaya memajukan sekolahmemberikan motivasi kepada guru untuk meningkatkan kinerjanya

5.3.2 Guru sebagai orang yang berada di barisan terdepan dalam pengelolaan pembelajaran seharusnya:bangga dengan profesinya sebagai seorang pendidik sehinggaakanmemiliki motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugasnyamelakukan komunikasi terbuka baik dengan atasan maupun dengan sesama guru guna menciptakan iklim kerja yang kondusiftidak cepat merasa puas dengan prestasi yang telah dicapai, sehingga akan termotivasi untuk selalu maju dan berkembang

5.3.2 Dinas pendidikan sebagai lembaga pemerintah yang bersentuhan secara lang sung dengan sekolah seharusnyadapat membangun komunikasi lebih intensif dengan sekolah agarsetiap permasalahan yang ada di sekolah dapat diakomodasilebih ketat dan selektif dalam pengangkatan danpenempatan Kepala sekolah agar kepala sekolah yang diangkat benar-benarmampu menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin

disekolah.memfasilitasi gurudalam upayamenigkatkankemampuan danketeram- pilannya mengelola pembelajaran di sekolah

5.3.3 Peneliti lain dapat melakukan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan supervisi akademik kepala sekolah, motivasi kerja guru dan kinerja guru guna mendapatkan berbagai informasi dalam upaya memajukan pendidikan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, M. 2002.

PengaruhIklimOrganisasiTerhadaKepuasanKerja,KomitmenKerjadanK inerjaPegawai. (StudiKasusPadaPegawaidiLingkungan Kota

Semarang).Undip. Semarang.

Amirullah. 2002. PengantarManajemen. GrahaIlmu. Yogyakarta

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.

Arifin Ahmad, Muhamad. 2004. Kinerja Guru Pembimbing Sekolah MenengahUmum. Desertasi Doktor. UNJ. Jakarta.

Azizah M Seif 2007 HubunganSupervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja Guru dalam rangka menuntaskan

program wajib belajar sembilan tahun di Kab. Langkat, Unimed ( on

line http//digilib.Unimed.ac.id/UNIMED-Master-59/59 ) di akses pada tanggal 5 Desember 2013.

Depdiknas. 2007. PeraturanPemerintah RI No. 16 tahun 2007 tentangKualifikasiAkademikdanKompetensi Guru. Depdiknas. Jakarta. Depdiknas. 2006. StandarKompetensiKepalaSekolah TK,SD, SMP, SMA, SMK &

SLB. BP. CiptaKarya. Jakarta.

Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar NasionalPendidikan.Depdiknas. Jakarta.

Gunbayi, Ilhan. 2007. School Climate and Teachers’ Perceptions on ClimateFactors: Research Into Nine Urban High Schools. The Turkish

Journal of Educational Technology

(TOJET).(Online).http://www.eric.ed.gov.Diaksestanggal 15 Oktober 2010.


(5)

Handoko, T. Hani. 2008. ManajemenSumber Daya ManusiaEdisi 2. Cetakan ke 16 BPFE. Yogyakarta.

Hasibuan, Malayu SP. 2003. OrganisasidanMotivasi.BumiAksara. Jakarta.

Kurniati,2007 Hubungan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja TerhadapGuru SMK Negeri 1 Purbalingga,UNS Semarang (online http/www unes.id) di akses tanggal 21 Agustus 2013

Mangkunegara, AA. Anwar Prabu.2006. EvaluasiKinerja SDM. PT RefikaAditama.Bandung.

Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2005.

PerilakudanBudayaOrganisasi.RefikaAditama. Bandung.

Mangkunegara, AA.AnwarPrabu. 2000. ManajemenSumberDayaManusia. PT. RosdaKarya. Bandung.

Muhammad Rifai,1987 Supervisi Pendidikan Jemars Bandung

Mulyasa, E. (2003). KurikulumBerbasisKompetensi: Konsep, Karakteristik, danImplementasi. PT RemajaRosdakarya. Bandung.

Nawawi, Hadari. 2005. ManajemenSumberDayaManusiaUntukBisnis yangKompetitif .Gajah Mada University Press.Yogyakarta.

Owens, Robert G. 1995. Organizatoinal Behavior in Education.Allyn and Bacon. Boston.

Pidarta, Made. 1995. PerananKepalaSekolahPadaPendidikanDasar.Grasindo. Jakarta.

Pidarta, 1997.LandasanKependidikan Stimulus IlmuPendidikanBercorak

Indonesia. Jakarta: PT. BinaRinekaCipta

Piet Sahertian 1991 Prinsip dan Tehnik Supervisi Pendidikan Usaha Nasional Surabaya

Purwanto, dkk. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Administrasi Publik dan masalah-masalah Sosial. Gava Media. Yogyakarta.

Purwanto, Ngalim. 1998. AdministrasidanSupervisiPendidikan. PT. RemajaRosdaKarya. Bandung.

Republik Indonesia. 2008. Undang-undang No. 14 tahun 2005tentang Guru danDosen. Sekretariat Negara. Jakarta.


(6)

Republik Indonesia. 2003. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sekretariat Negara. Jakarta.

Robins, 1994 Teori Organisasi Arcan Jakarta.

Sardiman, A.M.2005. InteraksidanMotivasiBelajarMengajar.PT. Raja GrafindoPersada. Jakarta.

Siagian, Sondang P. 2002.

OrganisasiKepemimpinandanPerilakuAdministrasi.GunungAgung. Jakarta.

Sugiyono. 2007. MetodePenelitianAdministrasi. Alfa Beta. Bandung. Suherman, Aris. 2009. Etika Profesi Keguruan, Refika Aditama, Bandung

Surya, Muhammad. 2004. PsikologiPembelajarandanPengajaran.Yayasan Bhakti Winaya. Bandung.

Suryana. 2012, Guru Profesional, Refika Aditama, Bandung

Universitas Lampung. 2009. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Usman, MohUzer. 1995. Menjadi Guru Profesional. RemajaRosdaKarya.Bandung.

Usman, Husaini. 2009. Manajemen, Teori, PraktikdanRisetPendidikan. BumiAksara. Jakarta.

Utami, MutmimahRetno. 2006.

PengaruhKepemimpinanKepalaSekolahdanIklimKerjaSekolahTerhadap

Kinerja Guru SMP

Negeri8Semarang.(Online).http://www.digilib.unnes.id.Diaksestanggal2 0Juni 2013.

Wahab, Abdul Aziz. 2006. AnatomiOrganisasi Dan KepemimpinanPendidikan,TelaahTerhadapOraganisasidanPengelolaan OrganisasiPendidikanAlfabeta. Bandung.

Winardi. 2002. Motivasi Dan Permotivasian Dalam Manajemen. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN SIKAP KERJA GURU TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SMP NEGERI DI KECAMATAN GADINGREJO

1 24 56

HUBUNGAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU DENGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SD DI KECAMATAN KABANJAHE KABUPATEN KARO.

0 2 72

HUBUNGAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH, KOMUNIKASI ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA GURU DENGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SMP NEGERI DI KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG.

0 3 43

HUBUNGAN SIKAP TENTANG SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA DENGAN DISIPLIN KERJA GURU DI SMP NEGERI KECAMATAN MEDAN KOTA.

0 3 30

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI GURU TERHADAP PEKERJAAN, SUPERVISI KEPALA SEKOLAH, DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA GURU SMP NEGERI DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG.

0 1 35

HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA GURU DI SMP SE-KECAMATAN MEDANG DERAS KABUPATEN BATUBARA.

0 1 31

HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SMP DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT.

0 0 26

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA GURU SMP NEGERI KECAMATAN JUWANGI Hubungan Antara Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Dengan Kinerja Guru SMP Negeri Kecamatan Juwangi Kabupaten Boyolali Tahun 2011.

0 1 18

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA GURU SMP NEGERI KECAMATAN JUWANGI Hubungan Antara Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Dengan Kinerja Guru SMP Negeri Kecamatan Juwangi Kabupaten Boyolali Tahun 2011.

0 1 15

Hubungan Supervisi Kepala Sekolah, _Motivasi_Kerja dan Kepusaan_Guru

0 1 60