PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN SIKAP KERJA GURU TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SMP NEGERI DI KECAMATAN GADINGREJO

(1)

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN SIKAP KERJA GURU TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK

GURU SMP NEGERI DI KECAMATAN GADINGREJO

Oleh

OTANG KADARUSMAN

(Tesis)

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG


(2)

EFFECT OF PRINCIPAL LEADERSHIP AND TEACHER’S WORK ATTITUDE TO TEACHER’S PEDAGOGICAL COMPETENCE

IN GADINGREJO REGENCY

By

OTANG KADARUSMAN

The objective of this research is to know the influence between leadership of principal and work attitude of teacher’s to pedagogical competence of junior teachers in Gadingrejo Regency. The population of this research is 196 teachers and 25% of population or 49 teachers are as the sample spread in 4 Junior High Schools

This research is ex post facto research is meant to research past events and see the past to know the factors which cause the event happened. The data of this research uses the poll of Likert’s Scale. Meanwhile the data’s analysis was the similarity of simple linear regression and multi regression. To know the meaning of regression similarity is used T experiment and F experiment.

The result of research show that the influence of Principal leadership to pedagogy competence of Junior High School’s teacher in Gadingrejo Regency is 63,4%, the influence of teacher’s attitude to pedagogy competence of Junior High School’s teacher in Gadingrejo Regency is 64.0%, then the influence both between the leadership of Principal and teachers work attitude to pedagogy competence of Junior High School’s teacher in Gadingrejo Regency is 78,6%

Keywords: Leadership principals, school work climate and pedagogical competence


(3)

ABSTRAK

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN SIKAP KERJA GURU TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK

GURU SMP NEGERI DI KECAMATAN GADINGREJO

Oleh

OTANG KADARUSMAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara kepemimpinan kepala sekolah dan sikap kerja guru terhadap kompetensi pedagogik guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 196 orang guru dan yang dijadikan sampel sebanyak 25% dari populasi atau sebanyak 49 orang guru yang tersebar di 4 SMP.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa tersebut. Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan angket degan skala Likert. Sedangkan analisis datanya menggunakan persamaan regresi linier sederhana dan regresi ganda. Untuk mengetahui kebermaknaan persamaan regresi digunakan uji T dan uji F

Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kompetensi pedagogik guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo sebesar 63,4%, pengaruh sikap kerja guru terhadap kompetensi pedagogik guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo sebesar 64,0%, kemudian pengaruh secara bersama-sama antara kepemimpinan kepala sekolah dan sikap kerja guru terhadap kompetensi pedagogik guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo sebesar 78,6%.

Kata kunci: Kepemimpinan kepala sekolah, sikap kerja guru dan kompetensi pedagogik


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL………. I

ABSTRAK ……….. ii

HALAMAN JUDUL iv HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING……….. v

LEMBAR PENGESAHAN vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN.………. vii

RIWAYAT HIDUP………. viii

LEMBAR PERNYATAAN ……….. ix

SANWACANA ……… x

DAFTAR ISI ……….. xii

DAFTAR LAMPIRAN……….. xiji DAFTAR TABEL ……….. xiii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Identifikasi Masalah………... 4

1.3 Pembatasan Masalah ………. 5

1.4 Rumusan Masalah ………. 5

1.5 Tujuan Penelitian ………... 5

1.6 Kegunaan Penelitian ……….. 6

1.7 Ruang Lingkup Penelitian ………. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 8

2.1 Kompetensi Pedagogik Guru………... 8

2.2 Kepemimpinan Kepala Sekolah.………. ……….. 12

2.3 Tugas dan Peran Kepala Sekolah...……… 15

2.4 Sikap Kerja Guru……… 17

2.5 Penelitian Yang Relevan……… 20

2.6 Kerangka Pikir…….………... 20

2.6.1 Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Pedagogik guru………. 21

2.6.2 Pengaruh Sikap Kerja Guru Terhadap Kompetensi Pedagogik guru………. 21


(8)

2.7 Hipotesis………. 23

BAB III METODE PENELITIAN………. 24

3.1 Jenis Penelitian………... 24

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ……… 24

3.3 Teknik Pengambilan Data……….. 26

3.4 Validitas dan reliabilitas Instrumen ………... 26

3.5 Variabel Penelitian………. 28

3.5.1 Kompetensi Pedagogik Guru………. 28

3.5.2 Kepemimpinan Kepala Sekolah.……… 32

3.5.3 Sikap Kerja Guru……… 35

3.6 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis……….. 37

Teknik Analisis Data………….….……… 37

Uji Normalitas………..…..……… 38

Uji Homogenitas……….……… 38

Pengujian Hipotesis....……… 39

Uji Linieritas……...……… 40

Uji Signifikansi Regresi………. 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 42

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ……… 42

4.1.1 Kompetensi Pedagogik ………. 43

4.1.2 Kepemimpinan Kepala Sekolah ……… 44

4.1.3 Sikap Kerja Guru ………... 46

4.2 Pengujian Hipotesis ………... 47

4.2.1 Pengaruh Kepemimpina Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Pedagogik ………. 49

4.2.2 Pengaruh Sikap Kerja terhadap Kompetensi Pedagogik 53 4.2.3 Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Sikap Kerja terhadap Kompetensi Pedagogik ………... 57

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ……… 60

4.3.1 Pembahasan Hasil Analisis Hipotesis Pertama ………… 61

4.3.2 Pembahasan Hasil Analisis Hipotesis Kedua……… 63

4.3.3 Pembahasan Hasil Analisis Hipotesis Ketiga ………. 64

4.4 Keterbatasan Penelitian ………. 66

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ……….. 68

5.1 Kesimpulan ……… 68

5.2 Implikasi ……… 69

5.3 Saran ………. 71

DAFTAR PUSTAKA……… 73


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sebagai pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah tersebut meng- atur tentang stndar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar peng- elolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan.

Keberhasilan dalam pengelolaan pendidikan di pengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya kepemimpinan kepala sekolah, guru, suasana kerja (iklim kerja), fasilitas, motivasi dan sikap kerja. Dari beberapa faktor tersebut di atas, Kepala sekolah memegang peranan yang sangat penting dalam organisasi sekolah. Guna menciptakan kondisi yang ideal dalam pengelolaan sekolah dibutuhkan sosok pimpinan sekolah yang mampu menyesuaikan diri dengan kondisi dan


(10)

situasi sekolah, sehingga sumber daya yang ada di sekolah dapat dikerahkan secara optimal. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Purwanto (1998: 45) yang menya- takan “dengan mengetahui berbagai gaya kepemimpinan, diharapkan para pemimpin pendidikan khususnya kepala sekolah dapat memilih dan menerapkan perilaku kepemimpinan mana yang dipandang lebih efektif dan sesuai dengan sifat-sifat, perilaku kelompok, kondisi dan situasi di sekolah”.

Menurut Djamarah (2002: 73) “Guru adalah salah satu unsur manusia dalam

proses pendidikan”. Dalam proses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri. Selanjutnya

Djamarah (2002: 73) berpendapat bahwa “baik mengajar maupun mendidik

merupakan tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga profesional”. Berda

-sarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa tugas yang berat dari seorang guru pada dasarnya hanya dapat dilaksanakan oleh guru yang memiliki kompeten- si profesional yang tinggi.

Guru memegang peranan utama dalam proses pembelajaran, oleh karena itu mutu pendidikan di suatu sekolah juga sangat tergantung pada kemampuan profe- sionalisme gurunya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Aqib (2002: 2) yang

menyatakan “guru adalah faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di sekolah, karena guru merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar”. Lebih lanjut dinyatakan bahwa guru merupakan komponen yang berpengaruh dalam


(11)

peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa guru meru- pakan komponen yang sangat menentukan dalam pencapaian mutu pendidikan. Sikap guru terhadap pekerjaan yang menjadi beban tanggung jawabnya juga merupakan faktor yang penting dalam upaya mencapai tujuan sekolah. Seorang guru yamg memiliki sikap yang positif terhadap pekerjaan sudah barang tentu me- nampilkan suatu kepercayaan, kepuasan dan perilaku yang positif terhadap peker- jaannya. Kepercayaan guru terhadap pekerjaan akan tumbuh bilamana seorang guru memiliki kesesuaian antara pekerjaan dengan kemampuan. Profesi guru merupakan profesi yang amat membutuhkan keahlian. Pendidikan yang sesuai dan pengalaman yang memadai merupakan faktor yang cukup menentukan keber- hasilan menjadi seorang guru. Di samping kesesuaian pekerjaan dengan kemam- puan, kesesuaian pekerjaan dengan minat merupakan faktor yang dapat mempeng- aruhi tingkat kepercayaan seorang guru terhadap pekerjaan. Kepercayaan yang tinggi terhadap pekerjaan akan tumbuh bilamana seorang guru memiliki minat yang tinggi untuk menjalani profesi sebagai guru.

Sikap adalah faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu. Adapun ciri-ciri sikap yaitu: tidak dibawa sejak lahir, selalu berhubungan dengan obyek sikap, dapat tertuju pada satu obyek saja maupun tertuju pada sekumpulan obyek-obyek, dapat berlangsung lama atau sebentar, dan mengandung faktor perasaan dan motivasi (Walgito, 2003: 114). Berdasarkan pendapat tersebut, jika guru memiliki sikap yang positif terhadap pekerjaannya diharapkan akan memiliki kemauan untuk melaksanakan tugas dengan sungguh-sungguh, melakukan perubahan kearah yang lebih baik guna mencapai tingkat profesionalisme yang tinggi.


(12)

Hasil penilaian kinerja guru SMP di Kabupaten Pringsewu pada tahun 2010 menunjukan bahwa penguasaan guru terhadap materi yang diajarkan baru menca- pai nilai rata-rata 51,2%. Sedangkan kemampuan guru dalam melaksanakan peni- laian hasil belajar 60,1% dan kemampuan memanfaatkan media pembelajaran sebesar 64,8%. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa orang guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo diperoleh informasi antara lain: 1) banyak keluhan dari guru terhadap kepemimpinan kepala sekolahnya, 2) suasana kerja yang kurang kondusif, 3) komunikasi yang tidak seimbang dan 4) belum maksimalnya keikutsertaan guru dalam penentuan kebijakan sekolah.

Bertitik tolak dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan pene-

litian dengan judul “Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan sikap kerja guru terhadap kompetensi pedagogik guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat di- identifikasi permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1.2.1 Sebagian kepala SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo belum melaksanakan kepemimpinan sesuai dengan manajemen sekolah. 1.2.2 Belum semua Kepala SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo

melibatkan semua guru dalam penentuan kebijakan sekolah.

1.2.3 Sebagian besar guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo belum memahami tugas dan peran seorang kepala sekolah.

1.2.4 Sikap kerja guru pada beberapa SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo belum sesuai dengan standar pendidik yang ditetapkan. 1.2.5 Komunikasi di sekolah belum berjalan seimbang


(13)

1.2.6 Penguasaan guru terhadap materi yang diajarkan baru mencapai nilai rata-rata sebesar 51,2%.

1.2.7 Kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian hasil belajar baru mencapai nialai 60,1%.

1.2.8 Kemampuan guru dalam memanfaatkan media pembelajaran sebesar 64,8%.

1.3Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan peneliti, maka penelitian ini dibatasi pada masalah kepemimpinan kepala sekolah, sikap guru terhadap pekerjaan, dan kompetensi pedagogik guru.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

1.4.1 Apakah ada pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kompetensi pedagogik guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo? 1.4.2 Apakah ada pengaruh sikap kerja guru terhadap kompetensi

pedagogik guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo?

1.4.3 Apakah ada pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan sikap kerja guru secara bersama-sama terhadap kompetensipedagogik guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo?


(14)

1.5 Tujuan Penelitian

Mengacu pada perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1.5.1 Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kompetensi peda-gogik guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo.

1.5.2 Pengaruh sikap kerja Guru terhadap kompetensi profesional guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo.

1.5.3 Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan sikap kerja guru terhadap kompetensi pedagogik guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo.

1.6 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1.6.1 Guru, untuk memberikan informasi dan masukan berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah dan sikap guru terhadap pekerjaan yang dapat mempengaruhi kompetensi pedagogik guru.

1.6.2 Kepala sekolah, untuk memberikan informasi dan masukan berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah dan sikap guru terhadap pekerjaan yang dapat mempengaruhi kompetensi pedagogik guru. 1.6.3 Dinas pendidikan, untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam

upaya mewujudkan pendidikan yang lebih baik.

1.6.4 Peneliti, untuk meningkatkan pengetahuan manajemen pendidikan dalam upaya meningkatkan pendidikan yang lebih baik


(15)

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah ilmu manajemen pendidikan khususnya berkenaan dengan kepemimpinan kepala sekolah, sikap kerja guru dan kompetensi pedagogik. Obyek penelitian adalah guru-guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri yang ada di Kecamatan Gadingrejo. Kegiatan penelitian yang meliputi kegiatan persiapan, seminar proposal, penyusunan instrumen, uji coba instrumen, pengambilan data, analisis data, seminar hasil penelitian dan penyusunan laporan penelitian dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Desember 2013.

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah kepemimpinan kepala sekolah, dan sikap kerja guru sebagai variabel bebas serta kompetensi pedagogik guru sebagai variabel terikat.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kompetensi Pedagogik Guru

Seseorang dalam menyelesaiakan suatau pekerjaan banyak dipengaruhi oleh kemampuannya dalam bidang pekerjaan tersebut. Oleh karena itu agar pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dengan baik harus dikerjakan oleh orang yang memi- liki kompetensi dibidang pekerjaan yang dimaksud. Menurut Muhaimin (2004: 151) kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksankan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu.

Gulo (2004: 34) berpendapat bahwa “kompetensi terdiri dari dua aspek yang saling berinteraksi, yaitu: 1) aspek yang tampak atau yang disebut performance

(penampilan) dan 2) aspek yang tidak tampak atau yang disebut aspek rasional”.

Performance ditunjukan dalam bentuk tingkah laku yang dapat didemonstrasikan sehingga dapat dilihat, diamati dan dirasakan. Sedangkan aspek rasional tidak da- pat diamati karena tidak tampil dalam bentuk prilaku empiris. Mc.Ahsan (1981:45), sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2003:38) mengemukakan bahwa kompetensi: “…is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person

achieves, which become part of his or her being to the extent he or she can satis- factorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor behaviors”.


(17)

Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Sofo (1999:123) mengemukakan “A competency is

composed of skill, knowledge, and attitude, but in particular the consistent appli- cations of those skill, knowledge, and attitude to the standard of performance required in employment”. Dengan kata lain kompetensi tidak hanya mengandung pengetahuan, keterampilan dan sikap, namun yang penting adalah penerapan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan tersebut dalam pekerjaan Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian kompetensi yang telah dikemukakan di atas dapat penulis simpulkan bahwa kompetensi adalah kemam- puan seseorang untuk melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan dengan efektif berdasarkan kriteria atau standar tertentu.

Guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting di dalam orga-niasi sekolah, karena guru adalah orang yang langsung berhadapan dengan siswa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sebagai mana tertuang dalam Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2008 tentang guru yang menjelaskan bahwa guru harus memiliki kualifikasi aka- demik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru yang dimaksud adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Majid (2005: 6) menyatakan “kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Berdasarkan pendapat tersebut


(18)

dapat diketahui bahwa kualitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dapat dilihat dari kompetensinya”. Selanjutnya Surya (2004: 92) berpendapat

bahwa “kompetensi guru ialah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus ada pada seseorang agar dapat menunjukan perilakunya sebagai seorang guru”. Pendapat lain tentang kompetensi guru juga dinyatakan oleh Syah (2000: 230), yang menyatakan bahwa “kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa kom- petensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam me- laksanakan tugas keprofesionalannya.

Guru merupakan sebuah profesi, oleh karena itu untuk menjadi guru yang profesional harus memiliki kompetensi yang telah disyaratkan. Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, menyebutkan bahwa kompe- tensi yang harus dimiliki oleh guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh mela- lui pendidikan profesi. Kompetensi guru tersebut bersifat menyeluruh dan meru- pakan satu kesatuan yang satu sama lain saling berhubungan dan saling men- dukung.

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi: (1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, (2) pemahaman terhadap peserta didik, (3) pengembangan kurikulum atau silabus, (4) perancangan pembelajaran, (5) pelak- sanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (6) pemanfaatan teknologi


(19)

pembelajaran, (7) evaluasi hasil belajar, dan (8) pengembangan peserta didik un- tuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Berkenaan dengan kompetensi guru, dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik guru meliputi: (1) menguasai karakter- istik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, (2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (3) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu, (4) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembe- lajaran, (6) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengak- tualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, (7) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, (8) menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, (9) memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, dan (10) melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.

Berdasarkan uraian tentang kompetensi pedagogik yang telah diuraikan di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemam- puan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran, yang meliputi aspek: (1) pe-mahaman wawasan atau landasan kependidikan, (2) pepe-mahaman terhadap peserta didik, (3) pengembangan kurikulum atau silabus, (4) perancangan pembelajaran, (5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (6) pemanfaatan tek- nologi pembelajaran, (7) pelaksanaan evaluasi hasil belajar,(8) memanfaatkan


(20)

hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, dan (9) melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

2.2Kepemimpinan Kepala Sekolah

Keberhasilan maupun kegagalan dari suatu organisasi, apakah perusahaan, lembaga pemerintah, ataupun organisasi sosial lainnya akan selalu dikaitkan de- ngan pemimpin dari organisasi dimaksud. Seorang pemimpin organsasi mem- punyai peran yang sangat kuat untuk mempengaruhi bawahannya agar mau mela- kukan tindakan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Bush (dalam Usman, 2009: 281) mengatakan “I mean influencing others actions in achieving desirable ends” (yang saya maksudkan dengan kepemim- pinan ialah mempengaruhi tindakan orang lain untuk mencapai tujuan akhir yang diharapkan). Menurut Toha (2004: 264) “kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi manusia baik perorangan maupun kelompok”. Se- lanjutnya Mulyasa (2003: 51) mendefinisikan “kepemimpinan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang lain yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan”. Siagian (2002: 62) mengatakan “kepemimpinan memainkan peranan yang dominan, krusial dan kritikal dalam keseluruhan upaya untuk meningkatkan pro- duktivitas kerja baik pada tingkat individual, kelompok maupun pada tingkat

or-ganisasi”. Selanjutnya Handoko (1995: 294) mengatakan “kepemimpinan adalah kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja mencapai sasaran”. Ordway Tead (dalam Kartini Kartono, 1994:49)


(21)

agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan”. Berdasarkan uraian tentang definisi kepemimpinan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, menggerakkan, dan mengarahkan tingkah laku orang lain

atau kelompok untuk mencapai tujuan kelompok dalam situasitertentu.

Kepala sekolah sebagai pimpinan di sekolah memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas sekolah. Sekolah akan mempunyai kualitas yang baik jika kinerja orang-orang yang ada di sekolah berjalan optimal. Guna mengoptimalkan kinerja orang-orang yang ada di sekolah, maka seorang kepala sekolah harus memahami situasi dan kondisi yang ada di sekolah dan dapat berlaku adil dalam menjalankan tugasnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Tiong (dalam Usman, 2009: 290) yang menyatakan “kepala sekolah yang efektif mempunyai karakteristik sebagai berikut: a) adil dan tegas dalam mengambil keputusan, b) membagi tugas secara adil kepada guru, c) menghargai partisipasi staf, d) memahami perasaan guru, e) memiliki visi dan berupaya melakukan perubahan f) terampil dan tertib, g) berkemampuan dan efisien, h) memiliki dedikasi dan rajin, i) tulus dan percaya diri”.

Pendapat lain yang berkaitan dengan efektifitas kepemimpinan kepala sekolah di kemukakan oleh Usman (2009: 290), menurutnya “ciri-ciri kepemim-pinan efektif kepala sekolah di abad ke-21 adalah: a) kepemimkepemim-pinan yang jujur, membela kebenaran, dan memiliki nilai-nilai utama, b) kepemimpinan yang mau dan mampu mendengarkan suara guru, tenaga kependidikan, siswa, orang tua, dan komite sekolah, c) kepemimpinan yang menciptakan visi yang realistis sebagai milik bersama, d) kepemimpinan yang percaya berdasarkan data yang dapat


(22)

dipercaya, e) kepemimpinan yang dimulai dengan instrospeksi dan refleksi terhadap diri sendiri dahulu, f) kepemimpinan yang memberdayakan dirinya dan stafnya serta mau berbagi informasi, g) kepemimpinan yang melibatkan semua sumber daya manusia di sekolah, mengatasi hambatan-hambatan untuk berubah baik secara personal maupun organisasional”.

Kepala sekolah dianggap sebagai orang yang memiliki harapan tinggi bagi semua warga sekolah. Kepala sekolah adalah orang yang banyak mengetahui tugas-tugas mereka dan yang menentukan irama bagi sekolah tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mulyasa (2003: 126) yang menyatakan “kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan”.

Purwanto (1998: 101) menyatakan “di antara pemimpin-pemimpin pendidikan yang bermacam-macam jenis dan tingkatannya, kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat penting”. Dikatakan sangat penting karena lebih dekat dan langsung berhubungan dengan pelaksanaan program pendidikan di tiap-tiap sekolah.”

Berdasarkan beberapa pendapat yang diungkapkan di atas, dapat diketahui bahwa kepala sekolah yang berhasil dalam memimpin sekolah adalah kepala sekolah yang memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik serta mampu melaksanakan tugas dan perannya secara efektif dalam memimpin sekolah.


(23)

2.3Tugas dan Peran Kepala Sekolah

Kepemimpinan kepala sekolah besar sekali pengaruhnya terhadap kemajuan sekolah yang dipimpinnya, karena merupakan ujung tombak bagi kemajuan se- kolah. Seorang kepala sekolah dituntut harus memiliki tingkat kinerja yang tinggi. Dalam Perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006) dise- butkan terdapat tujuh peran utama seorang kepala sekolah yaitu, sebagai: 1) edu- cator, 2) manager, 3) administrator, 4) supervisor, 5) leader, 6) inovator, dan 7)

motivator”. Sementara itu Pidarta (1997) menyatakan bahwa “kepala sekolah memiliki peran dan tanggung jawab sebagai manajer pendidikan, pemimpin pen- didikan, supervisor pendidikan dan administrator pendidikan”.

Tugas dan peran kepala sekolah sebagai educator (pendidik) meliputi: a) membimbing guru dalam menyusun program pengajaran, b) membimbing guru dalam melaksanakan program pengajaran, c) membimbing guru mengevaluasi hasil belajar siswa, d) membimbing guru melaksanakan program pengayaan dan remedial, e) membimbing karyawan dalam menyusun program kerja, f) membim- bing karyawan dalam melaksanakan tugas sehari-hari, g) membimbing siswa dalam kegiatan ekstra kurikuler, h) melakukan pengembangan staf (guru) melalui pendidikan dan pelatihan, i) melakukan pengembangan staf/guru melalui pertemuan sejawat, j) melakukan pengembangan staf dengan mengikutkan staf dalam seminar, diskusi, dan sejenisnya,k) mengusulkan kenaikan pangkat guru dan staf secara periodik, l) mengikuti perkembangan iptek melalui pendidikan dan pelatihan.

Tugas dan peran kepala sekolah sebagai manager antara lain: a) menga- dakan prediksi masa depan sekolah, misalnya tentang kualitas yang diinginkan


(24)

masyarakat, b) melakukan inovasi dengan mengambil inisiatif dan kegiatan-kegiatan yang kreatif untuk kemajuan sekolah, c) menciptakan strategi atau kebi- jakan untuk mensukseskan pikiran-pikiran yang inovatif tersebut, d) menyusun perencanaan, baik perencanaan strategis maupun perencanaan operasional, e) me- nemukan sumber-sumber pendidikan dan menyediakan fasilitas pendidikan, f) melakukan pengendalian atau kontrol terhadap pelaksanaan pendidikan dan hasilnya. Sebagai administrator dalam lembaga pendidikan, kepala sekolah mempunyai tugas dan peran untuk melakukan pengelolaan: a) pengajaran, b) kepegawaian, c) kesiswaan, d) sarana dan prasarana, e) keuangan, dan f) hubu- ngan sekolah dan masyarakat. Tugas dan peran kepala sekolah sebagai super- visor meliputi kegiatan: a) menyusun program supervisi, b) melaksanakan program supervisi, c) menggunakan hasil supervisi untuk peningkatan kinerja guru dan karyawan. Sedangkan sebagai seorang leader pada lembaga pendidikan, kepala sekolah memiliki: a) kepribadian yang kuat, b) visi dan memahami misi sekolah, c) kemampuan mengambil keputusan, d) kemampuan berkomunikasi, dan e) memahami kondisi anak buah atau bawahannya.

Tugas dan peran kepala sekolah sebagai inovator dalam lembaga pendidikan antara lain: a) mencari dan menemukan gagasan-gagasan baru untuk pembaruan sekolah, dan b) melakukan pembaharuan di sekolah. Sebagai motivator di seko- lah, kepala sekolah mempunyai tugas dan peran untuk: a) mengatur lingkungan kerja (fisik), b) mengatur suasana kerja (non fisik), dan c) menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman.

Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah adalah kemampuan kepala sekolah dalam mempengaruhi ba-


(25)

wahannya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan kepemim pinan kepala sekolah dapat dilihat berdasarkan tugas dan perannya dalam me- mimpin sekolah, antara lain dengan imdikator: educator (membimbing guru, staf , karyawan dan siswa), manajer (menyusun program sekolah, menggerakan staf, guru dan karyawan, mengoptimalkan sumber daya sekolah), administrator (me-ngelola administrasi KBM dan BK, ketenagaan, kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana), supervisor (menyusun program supervisi, melaksanakan supervisi, menggunakan hasil supervisi), leader (memiliki kepribadian yang kuat, memiliki visi dan misi, kemampuan mengambil keputusan dan berkomunikasi), inovator

(mencari dan menemukan gagasan baru untuk pembaharuan sekolah, melakukan pembaharuan di sekolah) dan motivator (mengatur lingkungan kerja, suasana ker- ja dan menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman).

Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa kepala sekolah merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan kebijakan dan pencapaian tujuan sekolah. Kepala sekolah merupakan orang yang bertugas untuk mengendalikan jalannya organisasi di sekolah. Jika kepala sekolah mampu men- jalankan tugas kepemimpinannya dengan baik, diharapkan akan memunculkan kesan positif bagi warga sekolah, terutama guru.

2.4 Sikap Kerja Guru

Pengertian sikap menurut Thurstone yang dikutip Azwar (1988: 3) adalah

“derajat afek positif atau afek negatif yang dikaitkan dengan suatu obyek psikologis”. Sementara itu Sears, et all (1992: 137) menyatakan bahwa “sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada


(26)

semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya”. Berdasarkan hal tersebut sikap dapat digambarkan sebagai kecenderungan subyek merespon suka atau tidak suka terhadap suatu obyek.

Sikap dapat ditunjukkan dalam berbagai kualitas dan intensitas yang berbeda dan bergerak secara kontinyu dari positif melalui areal netral ke arah negatif. Kualitas sikap digambarkan sebagai valensi positif menuju negatif, sebagai hasil penilaian terhadap obyek tertentu. Sedangkan intensitas sikap digambarkan dalam kedudukan ekstrim positif atau negatif. Kualitas dan intensitas sikap tersebut menunjukkan suatu prosedur pengukuran yang menempatkan sikap seseorang dalam sesuatu dimensi evaluatif yang bipolar dari ekstrim positif menuju ekstrim negatif.

Menyimak uraian sikap di atas dapat dipahami bahwa sikap merupakan su- atu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan terhadap suatu obyek. Walgito (2003: 114) mengemukakan tentang sikap dan ciri-ciri sikap sebagai berikut : sikap ada- lah faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu. Adapun ciri-ciri sikap yaitu: tidak dibawa sejak lahir, selalu ber- hubungan dengan obyek sikap, dapat tertuju pada satu obyek saja maupun tertuju pada sekumpulan obyek-obyek, dapat berlangsung lama atau sebentar, dan meng- andung faktor perasaan dan motivasi.

Berkaitan dengan komponen sikap, Walgito (2003: 111) mengemukakan

bahwa “sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap”. Ketiga komponen itu adalah komponen kognitif, afektif dan konatif dengan uraian sebagai berikut:


(27)

1. komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap obyek sikap.

2. komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang adalah hal negatif. 3. komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu kompo-

nen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak atau berperilaku terhadap obyek sikap.

Profesi guru merupakan profesi yang amat membutuhkan keahlian. Pendi- dikan yang sesuai dan pengalaman yang memadai merupakan faktor yang cukup menentukan keberhasilan menjadi seorang guru. Di samping kesesuaian peker- jaan dengan kemampuan, kesesuaian pekerjaan dengan minat merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan seorang guru terhadap pekerjaan- nya sebagai seorang pendidik. Kepercayaan yang tinggi terhadap pekerjaan akan tumbuh bilamana seorang guru memiliki minat yang tinggi untuk menjalani profe- sinya sebagai seorang guru. Guru dapat dikategorikan berperilaku positif bilamana memiliki tanggung jawab, etos kerja, disiplin, dan kreativitas yang tinggi.

Berdasarkan uraian diatas, sikap seorang guru terhadap pekerjaannya dapat dilihat berdasarkan indicator adalah: 1) kepercayaan guru terhadap pekerjaan, yang meliputi: peraturan-peraturan atau norma, administrasi, 2) kepuasan guru terhadap pekerjaan, yang meliputi: pekerjaan itu sendiri, gaji atau pendapatan,


(28)

peluang promosi, lingkungan kerja, 3) perilaku, yang meliputi: tanggung jawab, etos kerja, disiplin, dan kreativitas.

2.5Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, antara lain:

2.5.1 Pengaruh Komunikasi Intern dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Efektifitas Kerja Guru dan Karyawan SMP Negeri 1 Suruh Kabupaten Semarang (Andriani, 2006). Hasil penelitiannya menyimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap efektifitas kerja guru SMP Negeri 1 Suruh Kabupaten Semarang, yaitu sebesar 25,62%.

2.5.2 Pengaruh Faktor-Faktor Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pusat Pendidikan Komputer Akuntansi IMKA Surakarta (Parwanto dan Wahyuddin, 2007). Hasil penelitian menyimpulkan faktor kepuasan kerja, gaji, kepemimpinan, dan sikap rekan sekerja mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan, dengan kontribusi sebesar 26,7%

2.5.3 Hubungan Kompetensi Pedagogik Guru PAI Dengan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran PAI (Studi Deskriptif Pada Guru PAI Di SMP Negeri Kota Indramayu) (Fitri Yulianti, 2011). Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa korelasi antara keduanya menunjukkan hubungan yang sangat kuat yaitu sebesar 0,82. Sehingga menunjukkan adanya signifikansi antara kompetensi pedagogik dengan prestasi belajar.


(29)

2.6 Kerangka Pikir

Merujuk pada uraian tentang kompetensi pedagogik guru, kepemimpinan kepala sekolah dan sikap kerja guru di atas, penulis mengajukan kerangka pikir tentang pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan sikap kerja guru terhadap kompetensi pedagogik guru seperti dijelaskan di bawah ini.

2.6.1 Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru

Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang ada di sekolah dan mempunyai peranan sangat besar dalam upaya meningkatkan prestasi sekolah. Kemampuan kepala sekolah dalam membimbing guru, menyusun program sekolah, mengoptimalkan sumber daya sekolah, mengelola administrasi, mengambil kepu- tusan yang tepat, melaksanakan pembaruan berdasarkan ide-ide kreatif dan memberikan motivasi kepada guru merupakan hal yang sangat menentukan keberha- silan pelaksanaan kepemimpinannya.

Kepala sekolah yang dapat melaksanakan tugas kepemimpinannya dengan baik diharapkan akan memunculkan kesan positif dari guru dan karyawan di seko- lah. Jika hal ini terjadi diharapkan akan mampu memberikan semangat bagi guru dan karyawan di sekolah untuk melaksanakan tugasnya dengan maksimal. Berke- naan dengan hal tersebut, diharapkan jika kepala sekolah dapat menjalankan tugas kepemimpinannya dengan baik maka guru akan memiliki kompetensi profesional yang tinggi, yaitu kompetensi dalam penguasaan materi pembelajaran dan teknik penyampaiannya kepada siswa. Demikian juga ketika seorang kepala sekolah


(30)

tidak mampu menjalankan tugas kepemimpinannya secara maksimal maka dapat berakibat pada menurunnya kompetensi pedagogik guru.

2.6.2 Pengaruh Sikap Kerja Guru Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Sikap adalah faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu. Sejalan dengan hal tersebut, setiap orang akan memiliki kepercayaan dan sikap tertentu terhadap pekerjaannya. Bagi seorang guru kepercayaan yang tinggi terhadap pekerjaan akan tumbuh bilamana seorang guru memiliki minat yang tinggi untuk menjalani profesinya sebagai seorang guru.

Perilaku sebagai pencerminan sikap seorang guru terhadap pekerjaannya dapat dilihat dalam bentuk tanggung jawab, etos kerja, disiplin, dan kreativitas- nya. Guru dapat dikategorikan berperilaku positif bilamana memiliki tanggung jawab, etos kerja, disiplin, dan kreativitas yang tinggi. Kepercayaan guru terhadap pekerjaan akan tumbuh bilamana guru memiliki kesesuaian antara pekerjaan dengan kemampuan. Demikian sebaliknya jika guru merasa tidak ada kesesuaian antara pekerjaan dan kemampuannya maka dapat menurunkan rasa percaya diri dan sikapnya terhadap pekerjaan yang dijalaninya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diduga jika tingkat kepemimpinan kepala sekolah dan sikap kerja guru tinggi maka kompetensi pedagogik guru juga akan tinggi. Demikian juga jika tingkat kepemimpinan kepala sekolah dan sikap kerja guru rendah maka kompetensi pedagogik guru juga akan rendah

Secara teoritis pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat dalam penelitian ini disajikan pada kerangka berpikir di bawah ini.


(31)

Gambar 2.1: Model teoritis pengaruh kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan sikap kerja guru (X2) terhadap kompetensi pedagogik guru (Y). Keterangan:

: derajat determinasi antara variabel X1 dengan variabel Y : derajat determinasi antara variabel X2 dengan variabel Y

: derajat determinasi antara variabel X1 dan X2 dengan variabel Y

2.7 Hipotesis

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam tinjauan pustaka di atas

maka hipotesis umum yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah “ ada peng- aruh yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dan sikap kerja guru terhadap kompetensi pedagogik guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo”. Bertitik tolak dari hipotesis umum di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis kerja sebagai berikut:

2.7.1 Terdapat pengaruh yang signifikan positif antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap kompetensi pedagogik guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo

2.7.2 Terdapat pengaruh yang signifikan positif antara sikap kerja guru terhadap kompe- tensi pedagogik guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo

2.7.3 Terdapat pengaruh yang signifikan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dan sikap kerja guru secara bersama-sama terhadap kompetensi pedagogik guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo

X

1

X

2


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Jenis penelitian non experimen ex post facto, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa tersebut (Sugiyono, 2007: 7). Penelitian ini adalah penelitian kausal komparatif karena dimaksud untuk menyelidiki kausa yang mungkin untuk suatu pola prilaku yang dilakukan dengan cara membandingkan subjek dimana pola tersebut ada dengan subjek yang serupa dimana pola tersebut tidak ada atau berbeda (Glass & Hopkin, 1979). Melalui penelitian ini akan diketahui hubungan dan tingkat hubungan antara masing-masing variabel bebas (kepemimpinan kepala sekolah, sikap kerja guru) dengan variabel terikatnya (kompetensi pedagogik guru). Selain itu melalui penelitian ini juga akan diketahui hubungan dan tingkat hubungan antara kedua variabel bebas di atas secara bersama-sama dengan variabel terikatnya.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono: 2009:297).


(33)

Sedangkan menurut Arikunto (2002: 115), populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Jadi populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini populasi adalah seluruh guru yang mengajar pada SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo yang berjumlah 196 orang dan tersebar di empat SMP. Berdasarkan pendapat dari Arikunto (2002: 107) pedoman besarnya

jumlah sampel yang seharusnya diambil adalah, “bila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya, dan jika subyeknya cukup besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih”, maka dari populasi tersebut yang akan dijadikan sampel sebanyak 49 orang atau 25% dari 196 orang.

Banyaknya sampel dari masing-masing sekolah adalah 25% dari jumlah guru di sekolah tersebut. Jumlah sampel dari masing-masing sekolah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 : Daftar Jumlah Guru SMP Negeri dan Sampel Penelitian

No Nama Sekolah Jumlah Guru Jumlah Sampel

1 SMP Negeri 1 Gadingrejo 59 15

2 SMP Negeri 2 Gadingrejo 52 13

3 SMP Negeri 3 Gadingrejo 49 12

4 SMP Negeri 4 Gadingrejo 36 9

Jumlah 196 49

Sumber : Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Pringsewu

Pengambilan sampel di setiap sekolah dilakukan secara acak, yaitu dengan memberikan nomor urut 1 (satu) sampai dengan jumlah guru yang ada di masing-masing sekolah. Nomor-nomor tersebut dimasukan ke dalam kotak dan diambil satu demi satu. Setiap nomor yang terambil dicatat dan nomor tersebut digantikan dengan kertas tidak bernomor atau kosong yang dimasukan ke dalam kotak.


(34)

Hal ini dilakukan agar peluang setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel selalu sama.

3.3Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan angket. Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto 2006: 151). Angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Skala Likert dalam penelitian digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena tertentu Menurut Sugiyono (2007: 86). Dengan skala likert peneliti ingin mengetahui bagaimana kepemimpinan kepala sekolah, sikap kerja guru dan kompetensi pedagogik guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo.

3.4 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi (Arikunto,2002: 160). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas internal, yaitu validitas yang dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen secara keseluruhan (Arikunto,2002: 138). Validitas instrumen dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment seperti yang tertera di bawah ini.


(35)

Keterangan :

rxy: koefisien korelasi

N : jumlah subyek atau responden X : skor butir

Y : skor total

(Arikunto,2002: 162)

Kesesuaian harga rxy yang diperoleh dengan menggunakan rumus di atas dikonsultasikan dengan tabel r kritik Product Moment dengan kaidah keputusan jika rhitung > rtabel, maka instrumen dikatakan valid. Sebaliknya instrumen dikatakan tidak valid dan tidak layak untuk pengambilan data apabila rhitung < rtabel Reliabilitas menunjukan pengertian bahwa suatu instrumen dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data (Arikunto, 2002 : 170). Pengujian reliabilitas instrument dalam penelitian ini menggunakan uji reliabilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisis data dari suatu hasil uji coba dengan rumus Alpha Cronbach:

Keterangan : r11

: reliabilitas instrumen k : banyaknya pertanyaan

: jumlah varian butir : varian total

(Arikunto.2002: 193)

Hasil perhitungan reliabilitas dikonsultasikan dengan rtabel rata-rata signifi- kansi 5% atau internal kepercayaan 95%. Bila harga perhitungan lebih besar dari nilai rtabel maka instrumen dikatakan reliabel. Reliabilitas instrumen hasil uji coba kemudian di interprestasikan berdasarkan tabel dibawah ini.


(36)

Tabel 3.2: Interprestasi Nilai r

No Besarnya nilai r Interprestasi

1 Antara 0,80 sampai dengan 1,00 Tinggi 2 Antara 0,60 sampai dengan 0,80 Cukup 3 Antara 0,40 sampai dengan 0,60 Rendah 4 Antara 0,20 sampai dengan 0,40 Sangat rendah 5 Antara 0,00 sampai dengan 0,20 Tidak berkorelasi (Arikunto, 2002: 260)

3.5 Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002: 99). Penelitian ini menggunakan satu variabel terikat (dependen) dan dua variabel bebas (independen).

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Purwanto, dkk, 2007: 16) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kompetensi pedagogik guru, yaitu kemampuan guru dalam penguasaan materi pelajaran dan teknik penyampaiannya kepada peserta didik.

Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang dapat mem- pengaruhi atau menjadi penyebab berubahnya variabel terikat. (Purwanto, dkk, 2007: 16). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kepemimpinan kepala sekolah dan sikap kerja guru.

3.5.1 Kompetensi Pedagogik Guru

Secara konseptual yang dimaksud kompetensi pedagogik dalam penelitian ini adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Secara operasional kompetensi pedagogik dalam penelitian ini adalah skor total yang


(37)

diperoleh dari guru dengan mempergunakan angket yang isinya terdiri dari berbagai macam aspek yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

Aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur kompetensi pedagogik guru dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) pemahaman wawasan atau landas- an kependidikan, (2) pemahaman terhadap peserta didik, (3) pengembangan kuri- kulum atau silabus, (4) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (6) pe- manfaatan teknologi pembelajaran, (7) pelaksanaan evaluasi hasil belajar, (8) pe- manfaatan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, dan (9) tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Beberapa aspek kompetensi pedagogik yang telah disebutkan di atas kemudian dijabarkan ke dalam beberapa indikator untuk medapatkan butir-butir instrumen variabel kompetensi pedagogik. Variabel kompetensi pedagogik dalam penelitian ini akan diukur menggunakan skala Likert dengan lima pilihan, yaitu selalu (SL), sering (S), kadang-kadang (K), jarang (J) dan tidak pernah (T). Masing-masing pilihan diberi nilai dengan pembobotan seperti tertera pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.3: Daftar Pembobotan Penilaian Kompetensi Pedagogik Guru

No Pilihan Jawaban Bobot nilai

1 Selalu (SL) 5

2 Sering (S) 4

3 Kadang-kadang (K) 3

4 Jarang (J) 2

5 Tidak Pernah (T) 1


(38)

3.5.1.1Validitas Instrumen Kompetensi Pedagogik

Sebelum instrumen kompetensi pedagogik digunakan untuk mengambil data penelitian, di uji cobakan terhadap anggota populasi di luar sampel penelitian. Validitas instrumen data hasil uji coba terhadap 49 orang responden dihitung dengan rumus korelasi Product Moment menggunakan program

Microsoft excel.

Berdasarkan hasil pengolahan data dari 34 butir pernyataan ternyata hanya terdapat 20 butir pernyataan yang valid/sahih dan dapat digunakan sebagai instru- men penelitian. Sedangkan 14 butir pernyataan dianulir, yaitu nomor 1, 4, 5, 7, 9, 12, 14, 15, 20, 21, 26, 30, 32 dan 34.

Secara rinci Indikator dan jumlah butir soal yang akan digunakan untuk memperoleh data tentang kompetensi pedagogik guru dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.4: Indikator Instrumen Kompetensi Pedagogik

No Dimensi Indikator Jml

Butir

Nomor Butir

Butir Valid

1 Pemahaman terhadap

landasan pendidikan

(a)memahami tujuan

dan hakekat pendi –

dikan

2 1, 2 2

2 Pemahaman terhadap

peserta didik

(a)mengidentifikasi

potensi peserta didik

(b) mengidentifikasi

kesulit an belajar pe- serta didik. 2 2 3, 4 5, 6 3 6

3 Pengembangan

kurikulum atau silabus

(a) menentukan

pengalaman belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran (b) mengembangkan indikator dan instrument 2 2 7, 8 9, 10 8 10

4 Menguasai teori

belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran

(a) memahami berbagai

teori belajar dan prinsip-prinsip pem-


(39)

No Dimensi Indikator Jml Butir Nomor Butir Butir Valid

yang mendidik belajaran

(b)menerapkan berba-

gai pendekatan, metode, strategi pembelajaran yang kreatif

2 13, 14 13

5 Pelaksanaan

pembelajaran yang mendidik dan dialogis

(a) memahami

prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik

(b) mengambil kepu-

tusan secara demo- kratis dalam pembe- lajaran sesuai situasi yang berkembang 2 2 15, 16 17, 18 16 17, 18

6 Pemanfaatan teknologi

pembelajaran

(a) Memanfaat kan TIK

dalam pembelajaran

2 19, 20 19

7 Pelaksanaan evaluasi

hasil belajar

(1) memahami

prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi hasil belajar

(2) Mengembangkan

instrumen penilaian, evaluasi proses dan hasil belajar 2 2 21, 22 23, 24 22 23, 24

8 Pemanfaatan hasil

penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran

(a) menggunakan infor-

masi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketun- tasan belajar

(b) menggunakan

informasi hasil peni- laian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan

(c) Memanfaatkan

informasi hasil peni- laian dan evaluasi pem belajaran untuk meningkatkan kuali- tas pem belajaran

2 2 2 25, 26, 27, 28 29 30 25 27, 28 29


(40)

No Dimensi Indikator Jml Butir Nomor Butir Butir Valid

9 Tindakan reflektif

untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

(a) Melakukan refleksi

terhadap pembela- jaran yang telah di- laksanakan

(b) melakukan

penelitian tindakan kelas untuk mening- kat kan kualitas pembelajaran dalam ma ta pelajaran yang diampu 2 2 31, 32 33, 34 31 33

Jumlah 34 34 20

Sumber : Data primer 2013

3.5.1. 2 Reliabilitas Instrumen Kompetensi Pedagogik

Berdasarkan hasil perhitungan dari 20 butir pernyataan yang valid/sahih diperoleh koefisien reliabilitas, sebesar 0,944. Angka ini menunjukan bahwa re- liabilitas butir pernyataan instrumen kompetensi pedagogik dalam kategori tinggi.

3.5.2 Kepemimpinan Kepala Sekolah

Secara konseptual yang dimaksud kepemimpinan kepala sekolah dalam pe- nelitian ini adalah persepsi guru terhadap pelaksanaan kepemimpinan kepala se-kolah. Secara operasional kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini adalah skor total yang diperoleh dari guru dengan mempergunakan angket yang isinya terdiri dari berbagai macam aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan kepemimpinan kepala sekolah.

Aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur persepsi guru terhadap kepe- mimpinan kepala sekolah berdasarkan tugas dan peran kepala sekolah, antara lain


(41)

sebagai: educator, manager, administrator, supervisor, leader, inovator dan moti- vator (Depdiknas, 2006).

Beberapa aspek kepemimpinan kepala sekolah yang telah disebutkan di atas kemudian dijabarkan ke dalam beberapa indikator untuk medapatkan butir-butir instrumen variabel kepemimpinan kepala sekolah. Variabel kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini akan diukur menggunakan skala Likert dengan lima pilihan, yaitu selalu (SL), sering (S), kadang-kadang (K), jarang (J) dan tidak pernah (T). Masing-masing pilihan diberi nilai dengan pembobotan seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.5: Daftar Pembobotan Penilaian Kepemimpinan Kepala sekolah

No Pilihan Jawaban Bobot nilai

1 Selalu (SL) 5

2 Sering (S) 4

3 Kadang-kadang (K) 3

4 Jarang (J) 2

5 Tidak Pernah (T) 1

(Sugiyono 2009: 135)

1.1.1.1Validitas Instrumen Kepemimpinan Kepala Sekolah

Instrumen kepemimpinan kepala sekolah sebelum digunakan untuk meng-ambil data penelitian, di uji cobakan terhadap anggota populasi di luar sampel penelitian. Hasil uji coba terhadap 15 orang responden datanya diolah menggunakan program Microsoft Excel. Berdasarkan hasil pengolahan data dari 27 butir pernyataan ternyata terdapat 22 butir pernyataan yang valid/sahih dan


(42)

dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. Sedangkan 5 butir pernyataan dianulir, yaitu nomor 1, 5, 14, 17 dan 23. Secara rinci Indikator dan jumlah butir pernyataan yang digunakan untuk memperoleh data tentang kepemimpinan kepala sekolah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.6: Indikator Penilaian Kepemimpinan Kepala Sekolah

No Dimensi Indikator Jml

Butir

Nomor Butir

Butir Valid

1 Educator (a) membimbing guru, staf

dan karyawan (b) membimbing siswa

2

1

1,2 3

1

2 Manager (a) menyusun program

sekolah

(b) mengoptimal kan sumber daya sekolah 2 2 4,5 6,7 4 7

3 Administrator (a) mengelola administrasi

KBM dan BK

(b) mengelola administrasi ketenagaan

(c) mengelola administrasi kesiswaan

(d) mengelola administrasi keuangan

(e) mengelola administrasi sarana dan prasarana

1 1 2 1 2 8 9 10,11 12 13,14 8 9 11 12 13

4 Supervisor (a)menyusun program

supervisi

(b)melaksanakan supervisi dan menggunakan hasil supervise 2 2 15, 16 17,18 16 18

5 Leader (a) Memiliki visi dan misi

(b) memiliki kemampuan mengambil keputusan (c) memiliki kemampuan

berkomunikasi 1 2 2 19,20 21 22, 23 20 21 22

6 Inovator (a) mencari dan menemu-

kan gagasan baru untuk pembaruan sekolah (b)melakukan pembaruan di

sekolah 1 1 24 25 24 25

7 Motivator (a)mengatur suasana kerja

(b) menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman

1 1 26 27 26 27

Jumlah 27 27 18


(43)

1.1.1.2 Reliabilitas Instrumen Kompetensi Kepemimpinan Kepala sekolah

Berdasarkan hasil perhitungan dari 18 butir pernyataan yang valid/sahih diperoleh koefisien reliabilitas, sebesar 0,941. Angka ini menunjukan bahwa re- liabilitas butir pernyataan instrumen kompetensi pedagogik dalam kategori tinggi.

1.1.2 Sikap Kerja Guru

Secara konseptual yang dimaksud sikap kerja guru dalam penelitian ini adalah suatu kecenderungan seorang guru dalam merespon suka atau tidak suka terhadap pekerjaannya, yang pada akhirnya diungkapkan dalam bentuk tindakan atau perilaku yang berkenaan dengan profesinya. Secara operasional sikap kerja guru dalam penelitian ini adalah skor total yang diperoleh dari guru dengan mempergunakan angket yang isinya terdiri dari berbagai macam aspek yang berkaitan dengan sikap guru terhadap pekerjaannya.

Pengukuran sikap kerja guru menggunakan angket sikap kerja yang meliputi aspek-aspek: 1) kognitif (perceptual), 2) afektif (emosional), dan 3) psikomotor (perilaku). Variabel sikap kerja guru dalam penelitian ini akan diukur menggu- nakan skala Likert dengan lima pilihan, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), Ragu-ragu (R), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Masing-masing pilihan diberi nilai dengan pembobotan seperti tercantum dalam tabel di bawah ini. Tabel 3.7: Daftar Pembobotan Penilaian Sikap Kerja Guru

No Pilihan Jawaban Bobot nilai

1 Sangat setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4


(44)

4 Tidak setuju (TS) 2

5 Sangat tidak setuju (STS) 1

(Sugiyono 2009: 135)

1.1.2.1Validitas Instrumen Sikap Kerja

Sebelum instrumen sikapi kerja digunakan untuk mengambil data penelitian, di uji cobakan terhadap anggota populasi di luar sampel penelitian. Data hasil uji coba terhadap 20 orang responden dihitung menggunakan rumus korelasi Product Moment dengan bantuan program Microsoft excel. Berdasarkan hasil pengolahan data dari 24 butir pernyataan ternyata hanya terdapat 21 butir pernyataan yang valid/sahih dan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. Sedangkan 3 butir pernyataan dianulir, yaitu nomor 8, 17 dan 23. Secara rinci Indikator yang digu-nakan untuk mendapatkan data sikap kerja guru tertera pada tabel di bawah ini. Tabel 3.8: Indikator Penilaian Sikap Kerja Guru

No Dimensi Indikator Jml

Butir

Nomor Butir

Butir Valid

1 Kebutuhan akan

prestasi

(a) prestasi belajar siswa (b) prestasi sekolah

3 2

1, 2, 3 4, 5

1, 2, 3 4, 5

2 Penghargaan (a) pengakuan atas

prestasi yang dicapai

(b) keinginan diakui

keberadaanya

(c) Pendapatan

2 2 3

6, 7 8, 9 10, 11, 12

6, 7 9 10, 11, 12

3 Pekerjaan itu

sendiri

(a)kesesuaian pekerjaan

dengan pendidikan (b) pekerjaan itu

merupakan pilihan / keinginan sendiri 2 2 13, 14 15, 16 13, 14 15, 16

4 Tanggung jawab (a) Kesungguhan melak-

sanakan tugas

(b) sanggup berkorban

untuk kemajuan sekolah 2 2 17, 18 19, 20 18 19, 20


(45)

5 Pertumbuhan dan perkembangan

(a) Kesempatan

meningkatkan pengetahuan

(b) peluang melanjutkan

pendidikan

2

2

21, 22

23, 24

21, 22

24

Jumlah 24 21

Sumber : Data Primer 2013

1.1.2.2Reliabilitas Instrumen Sikap Kerja

Pengujian reliabilitas angket motivasi kerja dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Dari 21 butir pernyataan yang valid/sahih diperoleh koefisien reliabilitas, sebesar 0,936. Angka ini menunjukan bahwa koefisien ke- terandalan butir pernyataan instrumen motivasi kerja guru memiliki reliabelitas yang tinggi.

3.6 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Analisis data dan pengujian hipotesis merupakan bagian yang sangat penting karena hasil dari analisis data dan pengujian hipotesis akan dijadikan dasar dalam penarikan kesimpulan.

3.6.1 Teknik Analisis Data

Analisis data dimaksudkan untuk menguji kebenaran hipotesis. Teknik ana- lisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi dan regresi, baik regresi sederhana maupun regresi ganda.

Sebelum analisis data dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan deskripsi data penelitian yang terdiri dari 2 (dua) variabel bebas (kepemimpinan kepala sekolah dan sikap kerja guru) dan 1 (satu) variabel terikat (kompetensi profe-


(46)

sional guru) dalam bentuk tabel data, distribusi frekuensi, dan diagram batang. Langkah berikutnya adalah melaksanakan uji persyaratan analisis data yang meliputi uji normalitas dan homogenitas data.

3.6.2 Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan terhadap semua variabel yang diteliti, yaitu meliputi variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1), sikap kerja guru (X2), dan kompetensi profesional guru (Y). Hasil pengujian terhadap sampel penelitian digunakan untuk menyimpulkan apakah populasi yang diamati berdistribusi normal atau tidak. Sedangkan untuk keperluan pengujian normal tidaknya distri-busi masing-masing data dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Data berasal dari sampel tidak berdisitribusi normal. H1 : Data berasal dari sampel berdisitribusi normal.

Kriteria uji: tolak H0 jika nilai sig > 0,05 dan terima Ho untuk selainnya.

3.6.3 Uji Homogenitas

Tujuan uji homogenitas sampel adalah untuk mengetahui apakah data sam- pel yang diambil merupakan sampel yang berasal dari populasi bervarian homo- gen. Pengujian homogenitas dilakukan terhadap semua variabel independen yang diteliti, yaitu meliputi variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1)dan sikap kerja guru (X2). Untuk keperluan pengujian digunakan metode uji analisis One-Way Anova, dengan hipotesis:


(47)

H0 : Varians populasi tidak homogen. H1 : Varians populasi adalah homogen.

Dengan kriteria uji: tolak H0 jika nilai sig > 0,05, dan terima H0 untuk selainnya.

3.6.4 Pengujian Hipotesis

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah pengaruh variabel bebas kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan sikap kerja guru (X2)terhadap variabel terikat kompetensi profesional guru (Y) baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.

Pengaruh secara kuantitatif antara masing-masing variabel bebas X1 dan X2, terhadap variabel terikat Y dihitung dengan menganalisis bentuk persamaan regresi linier sederhana, dengan model persamaan:

Ŷ = a + biXi. Keterangan:

a = konstanta regresi bi = faktor konstanta Xi Xi = variabel bebas i

Kemudian analisis dilanjutkan dengan menganalisis bentuk persamaan regresi linier ganda dengan model persamaan:

Ŷ = a + b1X1 + b2X2 Keterangan:

a = konstanta regresi bi = faktor konstanta Xi Xi = variabel bebas i

Signifikansi pengaruh variabel bebas X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap variabel terikat Y diketahui berdasarkan hasil nilai uji statistik F, dengan rumus:


(48)

Keterangan:

Fh : Nilai F hitung

JKreg : Jumlah kuadrat regresi JKres : Jumlah kuadrat residu n : banyaknya sampel

k : banyaknya variabel bebas

Besar pengaruh variabel bebas (X1 dan X2) secara bersama-sama terhadap variabel terikat Y dilakukan dengan menghitung nilai koefisien determinasi (R2). Sedangkan signifikansi pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat ditentukan berdasarkan hasil uji statistik t, dengan rumus:

Keterangan: t : nilai t hitung

b : Koefisien variabel x

Sb :

:

(Purwanto, dkk, 2007: 1993-1994)

Perhitungan nilai uji statistik F dan nilai uji statistik t dalam penelitian ini akan menggunakan jasa program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution).

3.6.5 Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan regresi yang ada merupakan persamaan linier atau berupa persamaan non linier. Pengujian


(49)

linieritas persamaan regresi dilakukan dengan melihat nilai Devation from linierity pada tabel Anova. Hipotesis yang digunakan:

H0 : Model persamaan regresi tidak linier. H1 : Model persamaan regresi linier.

Dengan kriteria uji tolak H0 jika nilai sig dari Devation from linierity pada tabel Anova > 0,05, dalam hal lain H0 diterima

3.6.6 Uji Signifikansi Regresi

Pengujian tingkat keberartian regresi yang didapat, dilakukan dengan uji t untuk persamaan regresi linier sederhana dan uji F untuk persamaan regresi linier ganda. Hipotesis yang diajukan dalam uji ini adalah:

H0 :Persamaan regresi tidak signifikan H1 : Persamaan regresi signifikan

Kriteria uji yang digunakan untuk uji t pada taraf signifikan (ά) 0,05 adalah tolak H0 jika nilai thitung > ttabel , dan dalam hal lain H0 diterima, (Purwanto, dkk, 2007: 193-194). Sedangkan untuk uji F pada taraf signifikan (ά) 0,05 adalah tolak H0 jika nilai Fhitung > Ftabel, dalam hal lain H0 diterima (Nana Sudjana , 1989: 385)


(50)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarakan rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian dan analisis data yang telah dipaparkan pada bab terdahulu, maka dapat ditarik bebe- rapa kesimpulan sebagai berikut:

5.1.1 Terdapat pengaruh yang signifikan positif antara kepemiminan kepala sekolah terhadap kompetensi pedagogik guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo. Kedua variabel memiliki kecenderungan positif, artinya makin tinggi persepsi guru atas kepemimpinan kepala sekolah maka makin tinggi pula kompetensi pedagogik.

5.1.2 Terdapat pengaruh yang signifikan positif antara sikap kerja guru terhadap kompetensi pedagogik guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo. Kedua variabel memiliki kecenderungan positif artinya makin tinggi sikap kerja guru maka akan makin tinggi pula kompetensi pedagogiknya.

5.1.3 Terdapat pengaruh yang signifikan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dan sikap kerja guru terhadap kompetensi pedagogik guru SMP Negeri di Kecamatan Gadingrejo. Kedua variabel yaitu kepemimpinan kepala sekolah dan sikap kerja guru memiliki


(51)

kecenderungan yang positif terhadap variabel kompetensi pedagogik, artinya makin tinggi persepsi guru atas kepemimpinan kepala sekolah dan sikap kerja guru maka makin tinggi pula kompetensi pedagogiknya.

5.2 Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas diketahui bahwa variabel bebas yang diteliti baik secara terpisah atau secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap variabel terikatnya. Hal ini mengisyaratkan bahwa untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru dapat dilakukan dengan meningkatkan kepemimpinan kepala sekolah dan sikap kerja guru.

5.2.1 Meningkatkan Kepemimpinan Kepala Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian ini persepsi guru atas kepemimpinan kepala sekolah memberikan sumbangan yang positif terhadap peningkatan kompetensi pedagogik guru di samping faktor yang lainnya. Sehingga persepsi guru atas kepemimpinan kepala sekolah harus menjadi bagian yang terintegratif dari kompetensi pedagogik guru. Kepala sekolah perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif guna membangun persepsi positif dari guru selaku bawahannya di sekolah. Artinya kepala sekolah harus melakukan pembaharuan ilmu dan penge-tahuan yang dimilikinya secara terus menerus guna meningkatkan kemampuannya dalam memimpin sekolah.

Berkenaan dengan hal tersebut perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kemampuan kepala sekolah, antara lain:


(52)

5.2.1.1Memberikan pelatihan tentang kepemimpinan kepala sekolah

5.2.1.2Melakukan bimbingan melalui program kepengawasan satuan pendidikan

5.2.1.3Melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi dan yang relevan.

5.2.2 Meningkatkan Sikap kerja guru

Hasil penelitian menunjukan bahwa peningkatan sikap kerja berpengaruh positif terhadap peningkatan kompetensi pedagogik guru. Guru yang memiliki sikap kerja tinggi akan memiliki kompetensi pedagogik yang tinggi, demikian juga sebaliknya guru yang memiliki motivasi kerja rendah memiliki kompetensi pedagogik yang rendah.

Upaya yang dapat dilakukan guna meningkatkan sikap kerja guru antara lain:

5.2.2.1 Memberikan kesempatan kepada guru untuk meningkatkan karirnya baik melalui kegiatan pelatihan maupun melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

5.2.2.2 meningkatkan kesejahteraan guru

5.2.2.3 memberikan reward/penghargaan kepada guru yang berprestasi


(53)

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi seperti diuraikan diatas, dibawah ini diajukan beberapa saran sebagai berikut :

5.3.1 Guru diharapkan dapat meningkatkan kompetensi pedagogik dan sikap kerja yang lebih baik

5.3.2 Guru sebagai orang yang berada di barisan terdepan dalam pengelolaan pembelajaran seharusnya:

5.3.2.1 Bangga dengan profesinya sebagai seorang pendidik sehingga akan memiliki motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya

5.3.2.2 Melakukan komunikasi terbuka baik dengan atasan maupun dengan sesame guru guna menciptakan iklim kerja yang kondusif

5.3.2.3 Tidak cepat merasa puas dengan prestasi yang telah dicapai, sehingga akan termotivasi untuk selalu maju dan berkembang 5.3.3 Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin tertinggi di sekolah

sebaiknya:

5.3.3.1 Meningkatkan kepemimpinan dan pembinaan kepada guru 5.3.3.2 Melibatkan guru dan karyawan sekolah dalam penentuan

kebijakan dan ke- putusan sekolah

5.3.3.3 Mampu membangun komunikasi secara terbuka dengan seluruh warga sekolah

5.3.3.4 Menerapkan manajemen terbuka dalam pengelolaan sekolah 5.3.3.5 Selalu mencari informasi baru yang berkaitan dengan program


(54)

5.3.3.6 Melakukan inovasi dan berbagai trobosan dalam upaya memajukan sekolah

5.3.3.7 Memberikan motivasi kepada guru untuk meningkatkan kinerjanya

5.3.4 Dinas pendidikan sebagai lembaga pemerintah yang bersentuhan secara langsung dengan sekolah sebaiknya:

5.3.4.1 Dapat membangun komunikasi lebih intensif dengan kepala sekolah agar setiap permasalahan yang ada di sekolah dapat diakomodasi

5.3.4.2 Memfasilitasi guru dalam upaya menigkatkan kemampuan dan keterampilannya mengelola pembelajaran di sekolah

5.3.5 Mahasiswa diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah dan sikap kerja guru guna mendapatkan berbagai informasi dalam upaya meningkatkan kompetensi pedagogik guna meningkatkan pendidikan,.


(55)

(56)

(1)

kecenderungan yang positif terhadap variabel kompetensi pedagogik, artinya makin tinggi persepsi guru atas kepemimpinan kepala sekolah dan sikap kerja guru maka makin tinggi pula kompetensi pedagogiknya.

5.2 Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas diketahui bahwa variabel bebas yang diteliti baik secara terpisah atau secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap variabel terikatnya. Hal ini mengisyaratkan bahwa untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru dapat dilakukan dengan meningkatkan kepemimpinan kepala sekolah dan sikap kerja guru.

5.2.1 Meningkatkan Kepemimpinan Kepala Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian ini persepsi guru atas kepemimpinan kepala sekolah memberikan sumbangan yang positif terhadap peningkatan kompetensi pedagogik guru di samping faktor yang lainnya. Sehingga persepsi guru atas kepemimpinan kepala sekolah harus menjadi bagian yang terintegratif dari kompetensi pedagogik guru. Kepala sekolah perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif guna membangun persepsi positif dari guru selaku bawahannya di sekolah. Artinya kepala sekolah harus melakukan pembaharuan ilmu dan penge-tahuan yang dimilikinya secara terus menerus guna meningkatkan kemampuannya dalam memimpin sekolah.

Berkenaan dengan hal tersebut perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kemampuan kepala sekolah, antara lain:


(2)

70

5.2.1.1Memberikan pelatihan tentang kepemimpinan kepala sekolah

5.2.1.2Melakukan bimbingan melalui program kepengawasan satuan pendidikan

5.2.1.3Melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi dan yang relevan.

5.2.2 Meningkatkan Sikap kerja guru

Hasil penelitian menunjukan bahwa peningkatan sikap kerja berpengaruh positif terhadap peningkatan kompetensi pedagogik guru. Guru yang memiliki sikap kerja tinggi akan memiliki kompetensi pedagogik yang tinggi, demikian juga sebaliknya guru yang memiliki motivasi kerja rendah memiliki kompetensi pedagogik yang rendah.

Upaya yang dapat dilakukan guna meningkatkan sikap kerja guru antara lain:

5.2.2.1 Memberikan kesempatan kepada guru untuk meningkatkan karirnya baik melalui kegiatan pelatihan maupun melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

5.2.2.2 meningkatkan kesejahteraan guru

5.2.2.3 memberikan reward/penghargaan kepada guru yang berprestasi


(3)

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi seperti diuraikan diatas, dibawah ini diajukan beberapa saran sebagai berikut :

5.3.1 Guru diharapkan dapat meningkatkan kompetensi pedagogik dan sikap kerja yang lebih baik

5.3.2 Guru sebagai orang yang berada di barisan terdepan dalam pengelolaan pembelajaran seharusnya:

5.3.2.1 Bangga dengan profesinya sebagai seorang pendidik sehingga akan memiliki motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya

5.3.2.2 Melakukan komunikasi terbuka baik dengan atasan maupun dengan sesame guru guna menciptakan iklim kerja yang kondusif

5.3.2.3 Tidak cepat merasa puas dengan prestasi yang telah dicapai, sehingga akan termotivasi untuk selalu maju dan berkembang 5.3.3 Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin tertinggi di sekolah

sebaiknya:

5.3.3.1 Meningkatkan kepemimpinan dan pembinaan kepada guru 5.3.3.2 Melibatkan guru dan karyawan sekolah dalam penentuan

kebijakan dan ke- putusan sekolah

5.3.3.3 Mampu membangun komunikasi secara terbuka dengan seluruh warga sekolah

5.3.3.4 Menerapkan manajemen terbuka dalam pengelolaan sekolah 5.3.3.5 Selalu mencari informasi baru yang berkaitan dengan program


(4)

72

5.3.3.6 Melakukan inovasi dan berbagai trobosan dalam upaya memajukan sekolah

5.3.3.7 Memberikan motivasi kepada guru untuk meningkatkan kinerjanya

5.3.4 Dinas pendidikan sebagai lembaga pemerintah yang bersentuhan secara langsung dengan sekolah sebaiknya:

5.3.4.1 Dapat membangun komunikasi lebih intensif dengan kepala sekolah agar setiap permasalahan yang ada di sekolah dapat diakomodasi

5.3.4.2 Memfasilitasi guru dalam upaya menigkatkan kemampuan dan keterampilannya mengelola pembelajaran di sekolah

5.3.5 Mahasiswa diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah dan sikap kerja guru guna mendapatkan berbagai informasi dalam upaya meningkatkan kompetensi pedagogik guna meningkatkan pendidikan,.


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru di SMP Negeri 177 Jakarta

1 14 141

HUBUNGAN ANTARA SIKAP GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI KERJA GURU, DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DENGAN KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI DI WILAYAH ABUNG LAMPUNG UTARA

2 15 191

HUBUNGAN ANTARA SIKAP GURU TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI KERJA GURU, DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DENGAN KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI DI WILAYAH ABUNG LAMPUNG UTARA

0 8 23

HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU DENGAN KINERJAGURU SMP NEGERI DI KECAMATAN GADINGREJO

0 21 67

PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU

1 53 125

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, SARANA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU SMP NEGERI KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, SARANA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU SMP NEGERI DI POKJA 02 KECAMATAN BOYOLALI.

0 3 15

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KOMITMEN KERJA GURU SMP NEGERI DI KECAMATAN MEDAN KOTA.

0 0 44

PENGARUH KOMPETENSI GURU DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH PENGARUH KOMPETENSI GURU DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI 2 JUWIRING TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

0 0 15

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI Hubungan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru.

0 0 16

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP KINERJA GURU SMK BISNIS MANAJEMEN DI KABUPATEN KLATEN

1 15 18