Perencanaan Supervisi Akademik Pembahasan
72 Lantip Diat dan Sudiyono 2011: 101 yang mengemukakan bahwa setiap
kepala sekolahmadrasah harus memiliki keterampilan teknikal berupa kemampuan menerapkan teknik-teknik supervisi yang tepat dalam
melaksanakan supervisi akademik. Mengingat tidak ada satupun teknik supervisi yang tepat diterapkan untuk semua guru. Sehingga kepala
sekolah harus bisa menetapkan teknik-teknik mana yang tepat digunakan untuk membina keterampilan pembelajaran seorang guru.
Salah satu teknik supervisi individual yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah teknik kunjungan kelas. Teknik supervisi
kunjungan kelas dilaksanakan setiap awal semester. Teknik ini dilakukan dengan cara kepala sekolah berkunjung ke kelas yang akan disupervisi,
kemudian melakukan pengamatan secara langsung terhadap guru ketika sedang mengajar di kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Menurut
Lantip Diat dan Sudiyono 2011: 102-108yang menyatakan bahwa kunjungan kelas merupakan teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah
untuk mengamati proses pembelajaran di kelas dengan tujuan untuk menolong guru dalam mengatasi permasalahan di kelas.
Dalam melaksanakan kunjungan kelas kepala sekolah menggunakan lembar observasi. Lembar observasi ini digunakan untuk
mendapatkan data secara objektif dan sesuai dengan kenyataan. Hal ini sejalan dengan prinsip supervisi yang dikemukakan oleh Ibrahim
Bafandal 2003: 48 yang menyatakan bahwa supervisi pendidikan harus objektif dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi keberhasilan
73 program supervisi pendidikan. Objektivitas dalam penyusunan program
supervisi berarti bahwa prgram supervisi harus berdasarkan pada kebutuhan nyata pengembangan profesionalisme pegawai sekolah dasar.
Selama melaksanakan pengamatan pembelajaran guru, kepala sekoalah melakukan penilaian terhadap aspek-aspek pendukung pembelajaran.
Aspek yang dinilai diantaranya adalah silabus pembelajaran, RPP, penilaian hasil belajar, pengelolaan kelas, dan administrasi guru.
Kepala sekolah tidak hanya menggunakan teknik kunjungan kelas, namun juga menggunakan teknik pertemuan individu. Dalam
supervisi pertemuan individu kepala sekolah menemui guru secara individual dan mengadakan diskusi dengan guru tersebut terkait dengan
perbaikan proses pembelajaran dan penyelesaian permasalahan pembelajaran yang diadapi guru. Teknik supervisi pertemuan individu
digunakan kepala sekolah apabila tidak dimungkin dilaksanakan supervisi kunjungan kelas. Biasanya kepala sekolah masuk ke kelas saat
guru sedang tidak mengajar dan siswa berada di luar kelas. Hal tersebut merupakan salah satu jenis supervisi pertemuan individu yang
dikemukakan oleh Swearingen dalam Lantip Diat Sudiyono 2011: 105, yaitu jenis Classroom-conference, merupakan percakapan individual
yang dilaksanakan di dalam kelas ketika para peserta didik sedang meninggalkan kelas istirahat.
Selain menggunakan teknik supervisi individual, kepala sekolah juga melaksanakan supervisi secara kelompok, yaitu dengan melibatkan
74 beberapa orang guru untuk disupervisi secara bersama-sama. Dalam
teknik supervisi kelompok kepala sekolah menggunakan teknik rapat, diklat, penataran, dan kelompok kerja. Rapat dilakukan dalam sebulan
sekali untuk membicarakan hal-hal terkait dengan proses pembelajaran. Walaupun pada setiap pagi selalu dilakukan breifing untuk
menguttarakan permasalahan pembelajaran dan memberkan informasi- informasi baru mengenai masalah pendidikan. Guru selalu diikutkan
kegiatan diklat dan penataran yang ada untuk menambah wawasan dan pengalaman guru. Selain itu, guru juga mengikuti kelompok kerja, salah
satunya adalah mengikuti kelompok kerja guru. Dalam pelaksanaannya, kepala sekolah harus melaksanakan
supervisi dengan menggunakan pendekatan yang tepat. Kepala sekolah SD Negeri 5 Wates melaksanakan supervisi akademik dengan
menggunakan pendekatan pendekatan kolaboratif. Hal tersebut terlihat dari data hasil penelitian bahwa kepala sekolah memberikan masukan,
saran, penguatan, dan arahan kepada guru, serta memberikan penjelasan terhadap hasil temuan saat pelaksanaan supervisi. Selain itu kepala
sekolah juga memberikan kesempatan kepada guru untuk mengemukakan permasalahan serta keluh kesah yang dialamai dalam kegiatan belajar
mengajar. Permasalahan tersebut kemudian dicari pemecahanya dengan cara mendiskusikan permasalahan tersebut dengan guru yang
bersangkutan. Hal tersebut selaras dengan prilaku supervisor yang dalam pendekatan kolaboratif yang dikemukakan oleh Jasmani dan Syaiful
75 Mustofa 2013: 70 yaitu menyajikan, menjelaskan, mendengarkan,
memecahkan permasalahan, dan negosiasi. Jadi dalam penyelesaian masalah, kepala sekolah tidak memutuskan sendiri solusi yang diberikan
kepada guru, namun didapatkan dari hasil diskusi dengan guru, sehingga solusi yang didapatkan akan mudah diterima dan dilaksanakan oleh guru.