laku pasangan sesuai yang diinginkan maka akan menimbulkan perasaan senang dan bahagia.
j. Pembagian peran Area ini menilai perasaan dan sikap individu terhadap
peran yang beragam dalam kehidupan pernikahan. Fokusnya adalah pada pekerjaan, tugas rumah tangga,
peran sesuai jenis kelamin dan peran sebagai orangtua. Suatu peran harus mendatangkan kepuasan pribadi. Pria
dapat bekerjasama dengan wanita sebagai rekan baik di dalam maupun di luar rumah. Suami tidak merasa malu jika
penghasilan istri lebih besar juga memiliki jabatan yang lebih tinggi. Wanita mendapatkan kesempatan untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya serta memanfaatkan kemampuan dan pendidikan yang dimiliki
untuk mendapatkan kepuasan pribadi. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Yoger dan Brecht dalam Hidayah
Hadjam, 2006, kepuasan perkawinan pada isteri dipengaruhi oleh keterlibatan suami dalam membantu
tugas-tugas rumah tangga. Sementara kepuasan perkawinan pada suami dihubungkan dengan kesadaran isteri untuk
mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang lebih banyak dibandingkan suami
4. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kepuasan Pernikahan
Terdapat beberapa tokoh yang mengemukakan tentang faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan pernikahan. Salah
satu diantaranya adalah Duvall dan Miller 1985. Duvall dan Miller mengatakan bahwa kepuasan pernikahan dipengaruhi
oleh dua faktor, yaitu latar belakang background characteristic dan keadaan saat ini current characteristic.
Yang dimaksud dengan faktor latar belakang adalah karakteristik yang dimiliki oleh pasangan sebelum menikah
yaitu kondisi pernikahan orang tua, kehidupan masa kanak- kanak, penerapan disiplin orang tua, pendidikan seks, tingkat
pendidikan, dan masa perkenalan sebelum menikah.
Pernikahan orang tua akan menjadi role model bagi pasangan suami istri dalam menjalani pernikahannya sendiri.
Seorang yang memiliki orang tua bercerai, memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami perceraian
Papalia, Olds, Feldman, 2007. Masa kanak-kanak juga dapat memengaruhi kepuasan pernikahan. Duvall dan Miller
1986 mengatakan bahwa penerapan disiplin sejak kecil dengan cara yang sesuai dapat juga membantu proses penyesuaian diri
dalam kehidupan pernikahan. Selain itu, seseorang yang mendapatkan pendidikan seks dengan cara yang baik cenderung
memiliki kepuasan pernikahan yang tinggi.
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pemilihan pasangan dan dapat memengaruhi hubungan dalam
pernikahan. Jika terdapat kesenjangan tingkat pendidikan yang besar diantara pasangan, maka hubungan pernikahan sangat
rentan untuk mengalami ketegangan Khana Varghese dalam Vaijayanthimala, 2004. Masa perkenalan sebelum menikah
merupakan masa untuk melakukan adaptasi dengan pasangan. Hal tersebut memungkinkan pasangan untuk saling mengenal
sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah Duvall dan Miller, 1985.
Sementara itu, yang dimaksud dengan faktor keadaan saat ini adalah karakteristik yang dimiliki pasangan selama
menjalani pernikahan meliputi ekspresi kasih sayang, kepercayaan, kesetaraan, hubungan seksual, komunikasi,
kehidupan sosial, pendapatan dan tempat tinggal. Menurut Duvall dan Miller 1985, faktor latar belakang merupakan
suatu hal yang sudah terjadi di masa lalu dan tidak dapat diubah, sedangkan faktor masa kini lebih mendasari tingkat kepuasan
pernikahan.
Salah satu harapan sebagian orang yang telah menikah adalah memiliki pasangan yang dapat memenuhi kebutuhan
akan cinta dan kasih sayang. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Bell, Daly, dan Gonzales dalam DeGenova Rice, 2005
ditemukan bahwa ekspresi kasih sayang secara fisik maupun verbal sangat penting untuk mewujudkan pernikahan yang
bahagia. Selain itu adanya rasa saling percaya dari suami kepada istri dan juga sebaliknya merupakan hal yang penting
karena kecurigaan yang timbul diantara pasangan dapat memicu konflik dalam kehidupan pernikahan. Pasangan yang saling
mempercayai dalam menjaga komitmen akan memiliki kehidupan pernikahan yang bahagia DeGenova Rice, 2005
Suatu pernikahan sebaiknya tidak ada dominasi dari salah satu pasangan, baik dari suami maupun istri. Setiap keputusan
yang diambil dalam kehidupan pernikahan harus dilakukan melalui kesepakatan antara suami dan istri. Pernikahan yang
bahagia dapat tercipta jika pasangan memiliki keinginan untuk saling membantu dan memenuhi kebutuhan Bell, Daly,
Gonzales, 1987 dalam DeGenova Rice, 2005.
Pihak suami maupun istri harus saling menikmati kehidupan seksual yang mereka jalani. Menurut Komarovsky dalam
Phelan,1979, kepuasan hubungan seksual merupakan barometer dari kebahagiaan pernikahan. Dengan kata lain,
hubungan seksual sangat berpengaruh terhadap kepuasan pernikahan. Begitupula dengan komunikasi diantara pasangan
suami istri. Komunikasi yang efektif dapat memengaruhi kepuasan pernikahan. Masalah yang terjadi dalam suatu
pernikahan seringkali disebabkan oleh komunikasi yang buruk antar pasangan. Komunikasi dapat dikatakan efektif jika
pasangan memiliki kemampuan untuk bertukar ide, perasaan, sikap, dan informasi sehingga pesan yang disampaikan dapat
didengar dan dipahami dengan baik. Perkataan yang mengkritik, menyakitkan, dan menyingung perasaan dapat merusak
hubungan pernikahan DeGenova Rice, 2005
Keluarga yang bahagia seharusnya memiliki kehidupan sosial yang menyenangkan. Dukungan sosial berhubungan
signifikan dengan kepuasan pernikahan. Dukungan sosial berhubungan signifikan dengan kepuasan pernikahan Acitelli
dalam Polk, 2008 mengatakan bahwa hubungan dengan masyarakat dan tetangga dapat meningkatkan kepuasan
pernikahan karena mereka dapat membantu pasangan dalam beradaptasi dengan tuntutan dan tekanan hidup, seperti
membantu jika ada anggota keluarga yang meninggal atau sakit,
menitipkan rumah ketika semua anggota keluarga sedang pergi, memberikan nasehat ketika istri memiliki masalah dengan
suami, membantu menjaga anak ketika ibu bekerja di luar rumah, dsb.
Pasangan yang telah menikah harus memiliki pendapatan yang dapat mencukupi kebutuhan keluarga, sehingga dapat
meminimalisasi timbulnya konflik dalam kehidupan pernikahan. Beberapa penelitian menemukan bahwa pasangan yang sepakat
dalam mengatur keuangan akan memiliki kepuasan pernikahan yang lebih tinggi Berry Williams dalam DeGenova Rice,
2005. Ditemukan pula bahwa kepuasan lingkungan tempat tinggal berpengaruh positif terhadap kepuasan hidup dalam
berkeluarga Toth dalam Minnotte, 2008. Tempat tinggal yang menetap dan memberikan rasa aman serta nyaman berkontribusi
positif terhadap kepuasan pernikahan karena pasangan tidak harus selalu menghadapi situasi baru yang membutuhkan proses
adaptasi.
C. Ta’aruf 1. Definisi Ta”aruf