32
2.1.5 Modal
Pengertian modal secara umum adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan proses produksi, dan modal merupakan masalah yang mendasar bagi
industri kecil. Sesuai dengan kenyataan yang ada bahwa untuk menciptakan tambahan kesempatan kerja baru di di dalam sub-sektor industri kecil ini adalah
dengan meningkatkan omzet kemampuan produksi dari industri kecil dengan jalan meningkatkan penanaman modal yang nantinya akan menuntut adanya
peningkatan kegiatan proses produksi dan hasil produksi yang ada dimana pada taraf akhirnya nanti tentunya juga akan menghendaki bertambahnya tenaga kerja
yang diminta Winardi, 1991. Usaha industri membutuhkan modal dalam menjalankan aktifitasnya.
Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam industri. Setiap industri memiliki kebutuhan modal yang berbeda-beda tergantung jenis usaha yang
dijalankan. Modal menghasilkan barang-barang baru atau merupakan alat untuk memupuk pendapatan yang nantinya akan menciptakan dorongan dan minat untuk
menyisihkan kekayaannya maupun hasil produksinya, dengan maksud yang produktif dan tidak untuk maksud keperluan yang konsumtif. Jadi modal
diciptakan untuk menahan diri dalam bentuk konsumsi, dengan tujuan pendapatannya akan dapat lebih besar lagi di masa yang akan datang. Setiap jenis
usaha selalu membutuhkan modal untuk membelanjai operasinya sehari-hari, modal ini disebut modal kerja. Modal kerja juga bisa dijelaskan sebagai Dana
yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional sehari- hari, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, membayar utang dan
33 pembayaran lainnya Syarif, 2011. Mesin mesin, peralatan, dan perlengkapan
pembantu yang digunakan dalam memproduksi barang barang lain dan jasa- jasa disebut barang modal atau capital goods.
Modal adalah salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi setiap usaha, baik skala kecil, menengah maupun besar. Struktur modal usaha IK dan
IRT secara bersama pada tahun 1998 menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok ini usaha ini di biayai oleh modal sendiri, sedangkan jumlah unit usaha
yang memakai modal sendiri dan pinjaman hanya sedikit. Banyaknya usaha IK yang sepenuhnya menggunakan modal sendiri hampir 78 persen, lebih kecil
daripada jumlah usaha IRT yang mencapai hampir 85,5 persen. Sebagian besar dari kebutuhan finansial dibiayai dengan pinjaman, dalam kelompok IRT
persentasenya lebih kecil 12,16 di bandingkan kelompok IK 23,43 Tambunan, 2002. Rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga lembaga
kredit formal sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau dari sumber-sumber lain seperti dari keluarga,kerabat,
pedagang perantara bahkan rentenir. Terdapat faktor-faktor yang menjadikan lembaga keuangan enggan memberikan pinjaman terhadap pengusaha industri
kecil yaitu di sebabkan oleh adanya 1 pemberian pinjaman kepada industri kecil dianggap kurang menguntungkan karena selain biaya pemberian pinjaman yang
relatif tinggi juga dibayangi oleh resiko yang lebh besar 2 sulitnya lembaga keuangan untuk memperoleh informasi yang cukup memadai mengenai industri
kecil sebagai pihak peminjam modalnya. Hal ini di sebabkan oleh tidak adanya laporan keuangan dalam pengajuan kreditnya dan meskipun laporan itu ada,
34 laporan tersebut tidak disesuaikan dengan aturan-aturan pembukuan yang
selayaknya.Kuncoro, 1997
2.1.6 Bahan Baku