DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1. Teknik Penskoran
21 Tabel 2.2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran PBM
27 Tabel 3.1. Kriteria Hasil Observasi Pembelajaran
58 Tabel 3.2. Norma Absolut Skala Lima
59 Tabel 4.1. Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah
Pada TKPM I 63
Tabel 4.2. Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan Masalah Pada TKPM I
63 Tabel 4.3. Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan
Masalah Pada TKPM I 64
Tabel 4.4. Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa kembali Penyelesaian Pemecahan Masalah Pada TKPM I
65 Tabel 4.5. Deskripsi Hasil Observasi Guru MelakukanPembelajaran
Pada Siklus I 67
Tabel 4.6. Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan TKPM I 69
Tabel 4.7. Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah Pada TKPM II
73 Tabel 4.8. Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan
Masalah Pada TKPM II 74
Tabel 4.9. Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan Masalah Pada TKPM II
75 Tabel 4.10. Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa kembali Penyelesaian
Pemecahan Masalah Pada TKPM II 75
Tabel 4.11. Deskripsi Hasil Observasi Guru MelakukanPembelajaran Pada Siklus II
77 Tabel 4.12. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
79 Tabel 4.13. Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan TKPM II
79 Tabel 4.14. Peningkatan Jumlah Siswa Tuntas Menerjakan TKPM
84
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
46
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah I 65
Grafik 4.2 Jumlah Siswa yang Tuntas pada Tiap Tahap Pemecahan Masalah I 66
Grafik 4.3 Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat TKPM I 66
Grafik 4.4 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah II 76
Grafik 4.5 Jumlah Siswa yang Tuntas pada Tiap Tahap Pemecahan Masalah II 76 Grafik 4.7 Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat TKPM II
77
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu negara, pendidikan merupakan salah satu aspek yang memegang peranan dan tanggung jawab yang sangat penting untuk menjamin
perubahan kelangsungan hidup suatu negara dan bangsa, dan menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu dan berkualitas yang dapat membangun dan
memajukan negara sesuai dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan teknologi. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang
memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-
menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Seperti yang dikemukakan Trianto 2009 : 2 yang menyatakan bahwa :
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik,
sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.
Matematika merupakan salah satu dari ilmu pendidikan yang secara mendasar berkembang dalam kehidupan masyarakat dan sangat dibutuhkan dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti yang kemukakan oleh Cockroft dalam Abdurrahman, 2009 : 253 bahwa
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena 1 selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; 2 semua bidang studi memerlukan
ketrampilan matematika yang sesuai; 3merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; 4 dapat digunakan untuk menyajikan
informasi dalam berbagai cara; 5 meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran, keruangan; dan 6 memberikan kepuasan
terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. Selanjutnya Hudojo 2005:3 juga mengatakan bahwa:
“Matematika berfungsi mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Merupakan pengetahuan yang esensial sebagai dasar untuk
bekerja seumur hidup dalam abad globalisasi. Karena itu tingkat penguasaan matematika pada tingkat tertentu diperlukan bagi semua siswa
agar kelak dalam hidupnya mendapat pekerjaan yan
g baik”.
Disamping itu
matematika merupakan
ilmu yang
mendasari perkembangan teknologi dan meningkatkan daya pikir manusia. Karena dengan
belajar matematika diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir, bernalar, mengkomunikasikan gagasan serta dapat mengembangkan
aktivitas kreatif dan pemecahan masalah. Selain itu, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran lainnya, khususnya pelajaran di bidang eksakta, sebab
kemampuan berpikir kritis, analisis dan keaktifan siswa belajar berkembang seiring dengan berkembangnya kemampuan matematika siswa.
Hal senada dikemukakan Jihad 2008 :156 menyatakan bahwa: Matematika sebagai proses yang aktif, dinamik, dan generatif melalui
kegiatan matematika “doing mathematics”, memberikan sumbangan
yang penting bagi peserta didik dalam pengembangan nalar, berfikir logis, sistematik, kritis dan cermat, serta bersikap obyektif dan terbuka dalam
menghadapi berbagai permasalahan. Tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tidak sedikit siswa
yang memandang matematika sebagai suatu mata pelajaran yang sangat sulit, membosankan, bahkan menakutkan. Abdurrahman 2009:252 mengemukakan
bahwa, “Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang
tidak berkesulitan belajar terlebih- lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”.
Kesulitan yang dialami siswa berdampak pada mutu pendidikan Indonesia terutama bidang studi Matematika. Berdasarkan laporan dari Trends in
International Mathematics and Science Study TIMSS yang diikuti siswa kelas
VIII Indonesia tahun 2011, untuk bidang Matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites. Skor Indonesia ini
turun 11 poin dari penilaian tahun 2007 Kompas, 20121214
. Dari kenyataan tersebut secara jelas menyatakan bahwa kualitas
pendidikan matematika masih rendah dan belum sesuai yang diharapkan. Untuk mengatasi rendahnya nilai matematika tersebut, para pendidik berusaha
mengadakan perbaikan dan peningkatan dari segi yang menyangkut pendidikan matematika. Sedangkan berdasarkan hasil belajar matematika, Lenner dalam
Abdurrahman, 2009:253 me ngemukan bahwa: “Kurikulum bidang studi