PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BILANGAN BULAT DI KELAS VII SMP ST.ANTONIUS BANGUN MULIA MEDAN T.A 2014/2015.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BILANGAN BULAT DI KELAS

VII S MP ST. ANTO NIUS BANGUN MULIA MEDAN T.A 2014/ 2015

Oleh: Novita Sembiring

NIM 4103311037

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2014


(2)

(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala anugrah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan yang direncanakan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor UNIMED beserta seluruh Pembantu Rektor, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D, selaku Dekan beserta seluruh Pembantu Dekan di FMIPA UNIMED, Bapak Drs. Syafari, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Matematika dan pegawai di jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku Ketua Program Studi Jurusan Matematika. Ucapan terima kasih juga diucapkan kepada Bapak Togi, M.Pd selaku Dosen Pendidikan Akademik. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sejak awal sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Juga terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si dan Ibu Dra. Katrina Samosir, M.Pd, selaku dosen pemberi saran dan penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari rencana penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini dan seluruh Bapak/Ibu Dosen serta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah banyak membantu penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak M. Sembiring selaku kepala sekolah SMP St.Antonius Bangun Mulia Medan, Ibu E. Simalango selaku Guru Matematika SMP St.Antonius Bangun Mulia Medan serta Guru/Staf Pegawai SMP St.Antonius Bangun Mulia Medan yang telah banyak membantu penulis dan mengarahkan penulis selama penelitian.

Teristimewa saya mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua saya, Bapak P. Sembiring dan Ibunda tercinta I. Damanik yang menjadi sumber motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Penulis juga sampaikan rasa terima kasih kepada abang dan adik penulis (Feriandy Sembiring, Tifany Sembiring, Rosalina Sembiring) serta kakak, abang


(4)

sepupu dan keluarga besar yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat untuk penulis.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung selama awal perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini di kelas ekstensi 2010 serta kepada sahabat-sahabat Mutiara Tambunan, Putri Febrini Sianturi, Lita Yustina Butar-butar, Novita Ratu Sianipar, Netti Padang yang telah memberikan semangat, dukungan serta doa kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Universitas Negeri Medan serta teman-teman lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan terkhusus penulis ucapkan terima kasih untuk Heri Manta Ginting yang telah menemani serta memotivasi penulis dari awal perkuliahan hingga selesai.

Penulis telah berupaya dalam penyusunan skripsi ini dengan sebaik-baiknya namun penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan memperkaya khasanah ilmu pendidikan kita.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih atas semua dukungan dan bantuan dari berbagai pihak penyempurnaan skripsi ini.

Medan, Agustus 2014 Penulis

Novita Sembiring NIM. 4103311037


(5)

ii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BILANGAN BULAT DI KELAS VII SMP ST.ANTONIUS BANGUN

MULIA MEDAN T.A 2014/2015 Novita Sembiring ( 4103311037)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa penerapan model pemebelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi bilangan bulat di kelas VII SMP St.Antonius Bangun Mulia Medan T.A 2014/2015. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII3 SMP St.Antonius Bangun Mulia Medan yang berjumlah 35 orang. Objek dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi bilangan bulat di SMP St.Antonius Bangun Mulia Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah tes kemampuan pemecahan masalah, lembar observasi dan dokumentasi. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, masing-masing terdiri dari 2 kali pertemuan. Sebelum memberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes awal dan pada awal siklus dibentuk kelompok belajar yang dipilih secara random dan di akhir siklus diberikan tes kemampuan pemecahan masalah. Dari hasil analisis data diperoleh tingkat kemampuan siswa memecahkan masalah setelah diterapkannya pembelajaran berdasarkan masalah pada siklus I melalui tes kemampuan pemecahan masalah I adalah tinggi dengan nilai rata-rata kelas adalah 72,17 atau 26 orang siswa (74,2%) dari 35 siswa telah mencapai tingkat ketuntasan secara individu. Sedangkan pada siklus II melalui tes kemampuan pemecahan masalah II, tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa adalah tinggi dengan nilai rata-rata kelas adalah 79,3 dengan jumlah siswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar secara individu sebanyak 31 orang siswa (88,6%) dari 35 siswa. Sehingga mengalami peningkatan sebesar 14,4%. Adapun ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 72,17%. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal pada siklus II adalah 88,13%. Jadi, ketuntasan belajar siswa meningkat sebesar 7,94%. Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar klasikal maka pembelajaran ini telah mencapai target ketuntasan belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi bilangan bulat di kelas VII SMP St.Antonius Bangun Mulia Medan. Saran yang diajukan yaitu guru dapat menerapkan pembelajaran berdasarkan masalah sebagai alternatif dalam pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembaran Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar grafik xi

Lampiran xii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang Masalah 1

1.2.Identifikasi Masalah 8

1.3.Batasan Masalah 8

1.4.Rumusan Masalah 9

1.5.Tujuan Penelitian 9

1.6.Manfaat Penelitian 9

1.7.Definisi Operasional 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11

2.1. Kerangka Teoritis 11

2.1.1. Pengertian Belajar 11

2.1.2. Pembelajaran Matematika 12

2.1.3. Masalah Dalam Matematika 14

2.1.4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 15 2.1.5. Kesulitan Belajar Siswa dalam Pemecahan Masalah 19 2.1.6. Alat Evaluasi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa 20

2.1.7. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 22

2.1.7.1. Pengertian Model Pembelajaran 22


(7)

vii

2.1.7.3. Teori Belajar Yang Relevan Pendukung Model PBM 24 2.1.7.4. Karakteristik Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 26 2.1.7.5. Langkah- langkah Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 27 2.1.7.6. Keunggulan & Kelemahan Model PBM 28 2.1.7.7. Pelaksanaan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 29

2.1.8. Materi Bilangan Bulat 32

2.1.8.1. Bilangan Bulat 32

2.1.8.2. Operasi Bilangan Bulat 33

2.1.9. Kajian Penelitian yang Relevan 41

2.2. Kerangka Konseptual 42

2.3. Hipotesis Tindakan 44

BAB III METODE PENELITIAN 45

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 45

3.2. Subjek dan Objek Penelitian 45

3.3. Jenis Penelitian 45

3.4. Prosedur Penelitian 45

3.4.1 Prosedur Penelitian Siklus I 46

3.4.2 Prosedur Penelitian Siklus II 51

3.5. Alat Pengumpul Data 55 3.5.1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa 55

3.5.2. Observasi 56

3.5.3. Dokumentasi 56

3.6. Teknik Analisis data 56

3.6.1.Menganalisis Data Hasil Observasi Pengelolaan

Pembelajaran Guru 57

3.6.2.Menganalisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui 58 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah


(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 62

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 62

4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Pada Siklus I 62 4.1.1.1 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 62

4.1.1.2 Observasi I 67

4.1.1.3Refleksi I 68

4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Pada Siklus II 72 4.1.2.1 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 73

4.1.2.2 Observasi II 77

4.1.2.3 Refleksi II 78

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 83

4.2.1Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah pada Tes 83 Kemampuan Pemecahan Masalah

4.2.2 Peningkatan Pengelolaan Pembelajaran 85

4.3 Temuan Penelitian 86

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 87

5.1 Kesimpulan 87

5.2 Saran 88


(9)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Teknik Penskoran 21

Tabel 2.2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran PBM 27 Tabel 3.1. Kriteria Hasil Observasi Pembelajaran 58

Tabel 3.2. Norma Absolut Skala Lima 59

Tabel 4.1. Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah

Pada TKPM I 63

Tabel 4.2. Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan

Masalah Pada TKPM I 63

Tabel 4.3. Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan

Masalah Pada TKPM I 64

Tabel 4.4. Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa kembali Penyelesaian

Pemecahan Masalah Pada TKPM I 65

Tabel 4.5. Deskripsi Hasil Observasi Guru MelakukanPembelajaran

Pada Siklus I 67

Tabel 4.6. Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan TKPM I 69 Tabel 4.7. Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah

Pada TKPM II 73

Tabel 4.8. Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan

Masalah Pada TKPM II 74

Tabel 4.9. Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan

Masalah Pada TKPM II 75

Tabel 4.10. Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa kembali Penyelesaian

Pemecahan Masalah Pada TKPM II 75

Tabel 4.11. Deskripsi Hasil Observasi Guru MelakukanPembelajaran

Pada Siklus II 77

Tabel 4.12. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah 79 Tabel 4.13. Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan TKPM II 79 Tabel 4.14. Peningkatan Jumlah Siswa Tuntas Menerjakan TKPM 84


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 46


(11)

xi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah I 65 Grafik 4.2 Jumlah Siswa yang Tuntas pada Tiap Tahap Pemecahan Masalah I 66 Grafik 4.3 Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat TKPM I 66 Grafik 4.4 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah II 76 Grafik 4.5 Jumlah Siswa yang Tuntas pada Tiap Tahap Pemecahan Masalah II 76 Grafik 4.7 Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat TKPM II 77


(12)

1

memegang peranan dan tanggung jawab yang sangat penting untuk menjamin perubahan kelangsungan hidup suatu negara dan bangsa, dan menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu dan berkualitas yang dapat membangun dan memajukan negara sesuai dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan teknologi. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Seperti yang dikemukakan Trianto (2009 : 2) yang menyatakan bahwa :

Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.

Matematika merupakan salah satu dari ilmu pendidikan yang secara mendasar berkembang dalam kehidupan masyarakat dan sangat dibutuhkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti yang kemukakan oleh Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009 : 253) bahwa

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan ketrampilan matematika yang sesuai; (3)merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran, keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Selanjutnya Hudojo (2005:3) juga mengatakan bahwa:

“Matematika berfungsi mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Merupakan pengetahuan yang esensial sebagai dasar untuk bekerja seumur hidup dalam abad globalisasi. Karena itu tingkat penguasaan matematika pada tingkat tertentu diperlukan bagi semua siswa agar kelak dalam hidupnya mendapat pekerjaan yang baik”.


(13)

2

Disamping itu matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi dan meningkatkan daya pikir manusia. Karena dengan belajar matematika diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir, bernalar, mengkomunikasikan gagasan serta dapat mengembangkan aktivitas kreatif dan pemecahan masalah. Selain itu, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran lainnya, khususnya pelajaran di bidang eksakta, sebab kemampuan berpikir kritis, analisis dan keaktifan siswa belajar berkembang seiring dengan berkembangnya kemampuan matematika siswa.

Hal senada dikemukakan Jihad (2008 :156) menyatakan bahwa:

Matematika sebagai proses yang aktif, dinamik, dan generatif melalui kegiatan matematika (“doing mathematics”), memberikan sumbangan yang penting bagi peserta didik dalam pengembangan nalar, berfikir logis, sistematik, kritis dan cermat, serta bersikap obyektif dan terbuka dalam menghadapi berbagai permasalahan.

Tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tidak sedikit siswa yang memandang matematika sebagai suatu mata pelajaran yang sangat sulit, membosankan, bahkan menakutkan. Abdurrahman (2009:252) mengemukakan

bahwa, “Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika

merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar terlebih- lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”.

Kesulitan yang dialami siswa berdampak pada mutu pendidikan Indonesia terutama bidang studi Matematika. Berdasarkan laporan dari Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) yang diikuti siswa kelas VIII Indonesia tahun 2011, untuk bidang Matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007 (Kompas, 2012/12/14).

Dari kenyataan tersebut secara jelas menyatakan bahwa kualitas pendidikan matematika masih rendah dan belum sesuai yang diharapkan. Untuk mengatasi rendahnya nilai matematika tersebut, para pendidik berusaha mengadakan perbaikan dan peningkatan dari segi yang menyangkut pendidikan matematika. Sedangkan berdasarkan hasil belajar matematika, Lenner (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukan bahwa: “Kurikulum bidang studi


(14)

matematika hendaknya mencakup tiga elemen,(1) konsep, (2) keterampilan, (3)

pemecahan masalah”.

Dari pernyataan tersebut, salah satu aspek yang ditekannkan dalam kurikulum adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa, karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Mustofa (2014) menyatakan bahwa :

Pemecahan masalah merupakan latihan bagi siswa untuk berhadapan dengan sesuatu yang tidak rutin dan kemudian mencoba menyelesaikannya. Ini adalah salah satu kompetensi yang harus ditumbuhkan pada diri siswa. Kompetensi seperti ini ditumbuhkan melalui bentuk pemecahan masalah.

Hal senada juga dikemukakan Sagala (2009) bahwa menerapkan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran penting, karena selain para siswa mencoba menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah- masalah mereka, mereka juga termotivasi untuk bekerja keras.

Kesulitan tersebut terletak pada sulitnya siswa menyelesaikan soal cerita matematika serta kurangnya petunjuk tentang langkah-langkah yang harus ditempuh dalam membuat kalimat matematika. Abdurrahman (2009: 257)

mengemukakan bahwa: “Dalam menyelesaikan soal-soal cerita banyak anak yang mengalami banyak kesulitan. Kesulitan tersebut tampak terkait dengan pengajaran yang menuntut anak membuat kalimat matematika tanpa terlebih dahulu memberikan petunjuk tentang langkah-langkah yang harus ditempuh”. Kesulitan dalam belajar matematika mengakibatkan kemampuan pemecahan masalah siswa rendah. Siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang.

Selain kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa itu sendiri, rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa juga disebabkan oleh metode pembelajaran yang masih berpusat pada guru (teacher centered). Seperti model pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi dan cenderung monoton yang melibatkan siswa pasif dan tidak termotivasi. Sehingga siswa merasa jenuh dan


(15)

4

bosan yang menyebabkan pencapaian kemampuan dan hasil belajar tidak optimal. Hal ini juga membuat siswa kurang aktif mendapatkan informasi atau konsep sebagai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus dituntut untuk menciptakan dan menerapkan suatu strategi dalam pembelajaran matematika. Guru juga harus memperhatikan tingkat kemampuan siswa yang berbeda, karena tidak jarang dalam satu kelas terdapat perbedaan kemampuan siswa dalam menyelesaikan pemecahan masalah yang diberikan. Lebih jauh lagi bahkan siswa kurang mengerti dalam menentukan masalah dan merumuskannya.

Kesulitan belajar siswa dapat disebabkan beberapa faktor, seperti halnya situasi kelas yang merupakan lingkungan pendukung lancarnya proses belajar mengajar. Selain itu rendahnya pemahaman siswa terhadap matematika dikarenakan matematika merupakan ilmu yang objek kajiannya (abstrak) sehingga tidak jarang siswa mengalami kesulitan menguraikan konsep.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa, hendaknya guru berusaha melatih dan membiasakan siswa melakukan bentuk pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajaran. Seperti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan perbincangan yang ilmiah guna mengumpulkan pendapat, kesimpulan atau menyusun alternatif pemecahan atas suatu masalah.

Arends (2012: 243) menyatakan : “it is strange that we expect students to learn yet seldom teach then about learning, we expect students to solve problems yet seldom teach about problem solving,” yang berarti dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tetapi jarang mengajarakan bagaimana siswa untuk menyelesaikan masalah.

Oleh sebab itu pembelajaran yang berpusat pada guru sudah sewajarnya diubah pada pembelajaran yang berpusat pada siswa. Jadi, variasi dalam pembelajaran juga merupakan salah satu faktor lesunya siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar (PBM) sehingga berakibat pada tingkat ketuntasan belajar siswa. Tingkat ketuntasan belajar siswa masih dibawah target yang diprogramkan


(16)

oleh pihak sekolah. Aktivitas belajar mengajar seperti ini jelas akan menghambat tujuan pembelajaran yang tercantum dalam standar kompetensi maupun kompetensi dasar. Jika hal ini berlangsung terus menerus maka pendidikan yang diselenggarakan dapat dikatakan gagal karena tidak mengajak para pembelajar untuk turut aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti dikelas VII3 SMP Swasta St.Antonius Medan pada tanggal 12 Februari 2014 menunjukkna bahwa:

“Pembelajaran matematika masih bertumpu pada aktivitas guru artinya guru memberikan pembelajaran langsung, konsep dan aturan matematika diberikan dalam bentuk jadi, pemberian contoh dan pemberian tugas di rumah, kegiatan siswa hanya mendengarkan ceramah dan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru sebagai umpan balik dalam kegiatan belajar mengajar”.

Ditinjau dari cara belajar yang dilakukan oleh siswa, diketahui bahwa mereka kurang termotivasi untuk belajar. Saat guru menerangkan pelajaran, sebagian besar siswa tidak memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Mereka hanya mencatat, meskipun tidak memahami yang mereka catat. Apabila siswa mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran, maka hanya satu atau dua orang siswa saja yang bertanya. Siswa merasa takut bertanya kepada guru. Demikian juga saat menanggapi pertanyaan yang diajukan guru, siswa tidak mau mengacungkan tangan sebagai tanda ingin menjawab walaupun ada di antara mereka yang tahu menjawab pertanyaan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelajaran matematika di dalam kelas masih berpusat pada guru.

Sehubungan dengan hal tersebut, melalui wawancara yang dilakukan peneliti dengan salah seorang guru matematika kelas VII SMP St. Antonius Bangun Mulia Medan yaitu Ibu E. Simalango menyatakan bahwa :

Pembelajaran yang kami lakukan adalah pembelajaran langsung dimana guru menjelaskan di depan kelas kemudian siswa menyimak lalu diberi tugas. Soal- soal yang diberikan kepada siswa cenderung soal yang dapat diselesaikan melalui prosedur yang sudah ada. Tidak jarang mereka juga tidak mengerti apa yang ditanyakan dari soal. Pengetahuan dasar matematika siswa masih tergolong rendah, sehingga berdampak pada materi yang akan dipelajari selanjutnya. Saya juga kurang menguasai model ataupun metode pembelajaran yang ada. Sehingga dalam


(17)

6

pembelajaran banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah rata-rata KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah 70.

Berdasarkan informasi dari guru matematika tersebut yang menjadi salah satu masalah adalah siswa kurang mengerti dalam langkah penyelesaian masalah matematika dan soal yang diberikan adalah soal yang dapat diselesaikan melalui prosedur yang sudah ada. Dari hal tersebut muncul indikasi bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih tergolong rendah.

Pernyataan ini juga dikuatkan melalui tes studi pendahuluan kepada siswa kelas VII3 SMP St.Antonius Bangun Mulia Medan yang dilakukan peneliti. Dari 2 soal yang diberikan kepada 35 orang siswa, hanya 1 orang siswa (2,8%) yang menjawab soal nomer 1 dengan benar dan 7 orang siswa (20%) yang menjawab soal nomer 2 dengan benar. Dan tidak ada seorag siswa pun (0%) yang mampu menjawab dengan benar soal sekaligus. Nilai rata- rata siswa yang didapat 47,9. Hasil tes tersebut menunjukkan bahwa siswa hanya dapat menyelesaikan soal yang dapat diselesaikan melalui prosedur yang ada. Tetapi ketika soal tersebut dibuat dalam bentuk masalah kontekstual, banyak dari murid tidak mengerti menyelesaikan soal tersebut dengan tepat. Oleh karena itu secara keseluruhan dibuat kesimpulan bahwa kemampuan siswa dalam pemecahan masalah masih rendah.

Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika di sekolah tersebut memaparkan bahwa siswa kesulitan dalam memecahkan masalah matematika, sehingga soal dalam bentuk permasalahan jarang sekali diberikan kepada siswa. Hal ini menunjukan bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika yang telah disebutkan di atas masih mengalami kendala dalam pencapaian tujuan di sekolah tersebut.

Salah satu kesulitan siswa dalam memecahkan masalah matematika menurut guru di sekolah tersebut adalah pada materi kubus dan balok. Kesulitan yang dialami oleh siswa diantaranya adalah kesulitan dalam memahami masalah, kesulitan dalam memodelkan permasalahan kedalam bentuk matematis serta kekeliruan siswa dalam menarik kesimpulan.


(18)

Bilangan merupakan sebuah meteri dari beberapa materi yang terdapat pada aljabar. Sehingga jika siswa kesulitan dalam memecahkan masalah pada materi bilangan bulat khususnya maka dimungkinkan siswa akan kesulitan dalam memecahkan masalah pada materi aljabar yang lainnya, karena pada dasarnya materi matematika itu saling berkaitan satu sama lain. Menurut Trianto (2009) sebagian besar siswa hanya menghapal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemukan masalah dalam kehidupan nyata yang berkaitan dengan konsep matematika yang dimiliki. Hal inilah dimungkinkan menjadi salah satu penyebab siswa kesulitan dalam memecahkan masalah matematika.

Salah satu cara yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa adalah dengan pembelajaran berdasarkan masalah yang menunjang pembelajaran di dalam kelas. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan salah satu pembelajaran inovatif yang daat memberikan kondisi aktif kepada siswa.

Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang dimulai dengan pemberian masalah kepada siswa. Ciri-ciri pembelajaran masalah adalah melibatkan masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata, memampukan siswa terampil memecahkan masalah, mengembangkan materi pengetahuan melalui bimbingan dan penyediaan sumber belajar. Secara garis besar dapat disimpulakn bahwa PBM adalah suatu cara yang mendorong pemahaman lebih dalam dari suatu materi, bukan pemahaman yang dangkal, dan merupakan pembelajaran yang berorientasi pada masalah sehingga siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan dasar selama belajar, tetapi memperoleh pengalaman bagaimana menggunakan pengetahuannya untuk menyelesaikan permasalahan yang sebenarnya.

Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Materi Bilangan Bulat Di Kelas VII SMP St.Antonius Bangun Mulia Medan Tahun Ajaran 2014/2015”.


(19)

8

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Siswa menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit.

2. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered) dalam pembelajaran matematika.

3. Siswa mengalami kesulitan menyelesaikan soal- soal baru atau soal- soal yang berbeda dengan contoh yang dibuat guru.

4. Siswa kurang mampu menerapkan konsep dalam memecahkan masalah matematika.

5. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah.

6. Belum pernah diterapkan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada materi bilangan bulat di kelas VII SMP St. Antonius Bangun Mulia Medan. 1.3Pembatasan Masalah

Melihat luasnya cakupan masalah-masalah yang teridentifikasi, maka peneliti memberikan batasan terhadap masalah pada penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi bilangan bulat di kelas VII SMP St.Antonius Bangun Mulia Medan T.A 2014/2015.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah:

Apakah penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi bilangan bulat di kelas VII SMP St.Antonius Bangun Mulia Medan T.A 2014/2015?


(20)

1.5Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui bahwa penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi bilangan bulat di kelas VII SMP St.Antonius Bangun Mulia Medan T.A 2014/2015

1.6Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan yang berarti terhadap peningkatan kualitas pendidikan, terutama:

1. Bagi guru, sebagai bahan masukan untuk dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model pembelajaran dalam membantu siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

2. Bagi siswa, melalui model pembelajaran Berbasisi Masalah diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika. 3. Bagi pihak sekolah, bermanfaat untuk mengambil keputusan yang tepat

dalam peningkatan kualitas pengajaran, serta menjadi bahan pertimbangan atau bahan rujukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pelajaran matematika.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan sebagai bekal ilmu pengetahuan dalam mengajar matematika pada masa yang akan datang dan sebagai bahan studi banding penelitian yang relevan dikemudian hari.

1.7Definisi Operasional

1. Strategi pembelajaran berdasarkan masalah adalah rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah untuk meningkatkan peguasaan siswa terhadap materi , melatih keterampilan pemecahan masalah siswa dan menunjukkan hubungan antara teori dan kenyataan kepada siswa.

2. Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang


(21)

10

tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya adalah ilmu tentang keteraturan pola atau ide.

3. Pemecahan masalah matematika merupakan kegiatan menyelesaiakan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin sehingga dapat mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari- hari.

4. Kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah nilai hasil belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah dalam menyelesaikan soal- soal pemecahan masalah pada materi bilangan bulat.

5. Bilangan merupakan suatu konsep dalam matematika yang digunakan untuk menyatakan nilai suatu satuan. Untuk menyatakan nilai satuan tersebut, digunakanlah lambang bilangan berbentuk tulisan yang disebut angka (yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8, dan 9)


(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi bilangan bulat di kelas VII SMP St.Antonius Bangun Mulia Medan. Penelitian yang dilakukan ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sebelum memberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes awal dan setiap akhir siklus diberikan tes kemampuan siswa memecahkan masalah. Tingkat kemampuan siswa memecahkan masalah setelah diterapkannya model pembelajaran berdasarkan masalah pada siklus I melalui tes kemampuan pemecahan masalah I adalah tinggi dengan nilai rata- rata kelas adalah 72,17 atau 26 orang siswa (74,2%) dari 35 siswa telah mencapai tingkat ketuntasan belajar secara individu dan ketuntasan belajar klasikal pada siklus I sebesar 72,17%. Sedangkan pada siklus II melalui tes kemampuan pemecahan masalah II, tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah tinggi dengan nilai rata-rata kelas adalah 79,3 dengan jumlah siswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar secara individu sebanyak 31 orang siswa (88,6%) dari 35 siswa dan ketuntasan belajar klasikal pada siklus II adalah 88,13%. Berdasarkan hasil ketuntasan belajar klasikal pada siklus I dan II, maka ketuntasan belajar siswa meningkat sebesar 7,94%. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan observer, diperoleh pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakn guru pada siklus I dengan menerapkan pembelajaran berdasrkan masalah dikategorikan baik dengan nilai rata- rata 2,38 dan pada siklus II tingkat kemampuan peneliti mengelola pembelajaran meningkat dan berada pada kategori baik dengan nilai rata-rata 2,85.


(23)

88

5.2 Saran

Adapun Saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini yaitu:

1. Kepada guru khususnya guru matematika disarankan memperhatikan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar, dan mengguanakan pembelajaran matematika berdasarkan masalah sebagai salah satu alternatif.

2. Kepada siswa disarankan lebih berani dalam menyampaikan pendapat atau ide- ide, memiliki semangat yang tinggi untuk belajar dan dapat mempergunakan seluruh potensi yang dimiliki dalam pelajaran matematika. 3. Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat

dijadikan pertimbangan untuk menerapkan pembelajaran matematika berdasarkan masalah pada materi bilangan bulat ataupun materi lain yang dapat dikembangkan untuk peneliti selanjutnya.


(24)

1

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Akçay, B., (2009), Problem-Based Learning in Science Education, Journal of TURKISH SCIENCE EDUCATION Volume 6, Issue 1.

Arends, R.I., (2012), Learning To Teach, Mc Graw Hill, New York.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran, PT. Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.

Arikunto, S, dkk, (2012), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta. Dahar, (2011). Teori- teoriBelajar & Pembelajaran. Jakarta :Erlangga.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2010) Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Mahasiswa Program Studi Pendidikan. Medan: FMIPA Unimed

Hamalik, O., (2010), Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta.

Hudojo, H., (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Universitas Negeri Malang, Malang.

KOMPAS, (2012), http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/14/09005434/ Prestasi.Sains.dan.Matematika.Indonesia.Menurun.

Kunandar, (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Press

Muslich, M., (2009), KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan, Bumi Aksara, Jakarta.

Mustofa. 2014. Keterampilan Pemecahan Masalah, (http://amustofa.brinkster. net/pdf)

Nurkancana, W., (1986), Evaluasi Pendidikan, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya.


(25)

90

Purwanto, N., (2009), Prinsip- prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung

Rusman, (2012), Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sagala, H., (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Sanjaya. W., (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Pers, Jakarta.

Sihombing, WL., (2012), Telaah Kurikulum (Pendidikan Matematika Sekolah), UNIMED, Medan.

Sinaga, B, dkk. (2013). Matematika SMP/MTS Kelas VII. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Sudijno, A., (2009), Pengantar Evaluasi Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Suprijono, A., (2010), Cooperatif Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM), Pustaka Pelajar, Surabaya.

Suryana, Y., (2010), Meningkatkan Kemampuan Pengajuan Masalah Dan Penyelesaian Masalah Matematika Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Upi Kampus Tasikmalaya, Jurnal Pendidikan Dasar.

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep, Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Penerbit Kencana, Jakarta.


(1)

1.5Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui bahwa penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi bilangan bulat di kelas VII SMP St.Antonius Bangun Mulia Medan T.A 2014/2015

1.6Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan yang berarti terhadap peningkatan kualitas pendidikan, terutama:

1. Bagi guru, sebagai bahan masukan untuk dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model pembelajaran dalam membantu siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

2. Bagi siswa, melalui model pembelajaran Berbasisi Masalah diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika. 3. Bagi pihak sekolah, bermanfaat untuk mengambil keputusan yang tepat

dalam peningkatan kualitas pengajaran, serta menjadi bahan pertimbangan atau bahan rujukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pelajaran matematika.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan sebagai bekal ilmu pengetahuan dalam mengajar matematika pada masa yang akan datang dan sebagai bahan studi banding penelitian yang relevan dikemudian hari.

1.7Definisi Operasional

1. Strategi pembelajaran berdasarkan masalah adalah rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah untuk meningkatkan peguasaan siswa terhadap materi , melatih keterampilan pemecahan masalah siswa dan menunjukkan hubungan antara teori dan kenyataan kepada siswa.

2. Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang


(2)

tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya adalah ilmu tentang keteraturan pola atau ide.

3. Pemecahan masalah matematika merupakan kegiatan menyelesaiakan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin sehingga dapat mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari- hari.

4. Kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah nilai hasil belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah dalam menyelesaikan soal- soal pemecahan masalah pada materi bilangan bulat.

5. Bilangan merupakan suatu konsep dalam matematika yang digunakan untuk menyatakan nilai suatu satuan. Untuk menyatakan nilai satuan tersebut, digunakanlah lambang bilangan berbentuk tulisan yang disebut angka (yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8, dan 9)


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi bilangan bulat di kelas VII SMP St.Antonius Bangun Mulia Medan. Penelitian yang dilakukan ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sebelum memberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes awal dan setiap akhir siklus diberikan tes kemampuan siswa memecahkan masalah. Tingkat kemampuan siswa memecahkan masalah setelah diterapkannya model pembelajaran berdasarkan masalah pada siklus I melalui tes kemampuan pemecahan masalah I adalah tinggi dengan nilai rata- rata kelas adalah 72,17 atau 26 orang siswa (74,2%) dari 35 siswa telah mencapai tingkat ketuntasan belajar secara individu dan ketuntasan belajar klasikal pada siklus I sebesar 72,17%. Sedangkan pada siklus II melalui tes kemampuan pemecahan masalah II, tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah tinggi dengan nilai rata-rata kelas adalah 79,3 dengan jumlah siswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar secara individu sebanyak 31 orang siswa (88,6%) dari 35 siswa dan ketuntasan belajar klasikal pada siklus II adalah 88,13%. Berdasarkan hasil ketuntasan belajar klasikal pada siklus I dan II, maka ketuntasan belajar siswa meningkat sebesar 7,94%. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan observer, diperoleh pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakn guru pada siklus I dengan menerapkan pembelajaran berdasrkan masalah dikategorikan baik dengan nilai rata- rata 2,38 dan pada siklus II tingkat kemampuan peneliti mengelola pembelajaran meningkat dan berada pada kategori baik dengan nilai rata-rata 2,85.


(4)

5.2 Saran

Adapun Saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini yaitu:

1. Kepada guru khususnya guru matematika disarankan memperhatikan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar, dan mengguanakan pembelajaran matematika berdasarkan masalah sebagai salah satu alternatif.

2. Kepada siswa disarankan lebih berani dalam menyampaikan pendapat atau ide- ide, memiliki semangat yang tinggi untuk belajar dan dapat mempergunakan seluruh potensi yang dimiliki dalam pelajaran matematika. 3. Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat

dijadikan pertimbangan untuk menerapkan pembelajaran matematika berdasarkan masalah pada materi bilangan bulat ataupun materi lain yang dapat dikembangkan untuk peneliti selanjutnya.


(5)

1

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Akçay, B., (2009), Problem-Based Learning in Science Education, Journal of TURKISH SCIENCE EDUCATION Volume 6, Issue 1.

Arends, R.I., (2012), Learning To Teach, Mc Graw Hill, New York.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran, PT. Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.

Arikunto, S, dkk, (2012), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta. Dahar, (2011). Teori- teoriBelajar & Pembelajaran. Jakarta :Erlangga.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2010) Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian

Mahasiswa Program Studi Pendidikan. Medan: FMIPA Unimed

Hamalik, O., (2010), Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta.

Hudojo, H., (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Universitas Negeri Malang, Malang.

KOMPAS, (2012), http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/14/09005434/ Prestasi.Sains.dan.Matematika.Indonesia.Menurun.

Kunandar, (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Press

Muslich, M., (2009), KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan, Bumi Aksara, Jakarta.

Mustofa. 2014. Keterampilan Pemecahan Masalah, (http://amustofa.brinkster. net/pdf)

Nurkancana, W., (1986), Evaluasi Pendidikan, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya.


(6)

Purwanto, N., (2009), Prinsip- prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung

Rusman, (2012), Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sagala, H., (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Sanjaya. W., (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Pers, Jakarta.

Sihombing, WL., (2012), Telaah Kurikulum (Pendidikan Matematika Sekolah), UNIMED, Medan.

Sinaga, B, dkk. (2013). Matematika SMP/MTS Kelas VII. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Sudijno, A., (2009), Pengantar Evaluasi Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Suprijono, A., (2010), Cooperatif Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM), Pustaka Pelajar, Surabaya.

Suryana, Y., (2010), Meningkatkan Kemampuan Pengajuan Masalah Dan Penyelesaian Masalah Matematika Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Upi Kampus Tasikmalaya, Jurnal Pendidikan Dasar.

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep, Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Penerbit Kencana, Jakarta.