Hubungan kompetensi Guru dengan motivasi berprestasi siswa di MIN Petukangan Selatan

. HUBUNGAN KOMPETENSI GURU DEN GAN
MOTIVASI BERPRESTASI SISWA DI MIN
PETUKANGANSELATAN

Disusun oleh:

SUPRIYADI
NIM : 803010004918

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
2006

LEMEAR PENGESAHAN
HUBUNGAN KOMPETENSI GURU DENGAN MOTIVASI
BERPRESTASI SISWA DI MIN PETUKANGAN
JAKARTA SELATAN

SKRIP SI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dam Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:
SUPRIYADI
NIM. 803010004918
Dibawah Bimbingan

Drs. H. MU' ARIF SAM, M.Pd
NIP. 150 268 586

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSIT AS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDAY ATULLAH
JAKARTA 1427 H./2006 M.

PENGESAHAN P ANITIA U.JIAN

Skripsi yang berjudul "HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI


A DENGAN KOMPETENSI GURU DI MIN PETUKANGAN SELATAN", telah

an dalam sidang menaqasah Fak:ultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 14 April 2006. Skripsi ini telah

na sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam

u:n strata 1 (satu) pada jurusan Pendidikan Agama Islam
Jakarta, 20 Juni 2006

Sidang Munaqasah

)ekan/
Merangkap Anggota

セᄋ@

Dekan/
Sekretaris Merangl[ap Anggota


Anggota

Penguji I

': 150 289 32)

Penguji II

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Berkat rakhmat dan
karunia-Nya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan, walaupun dalam waktu yang
agak lama. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah dan terlimpah kepada
Rasullullah SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan umatnya yang senantiasa setia
mengikuti ajaran agamanya hingga ahkir jaman.
Skripsi yang be1judul " 1-Iubungan Kompetensi Guru Dengan Motivasi
Berprestasi Siswa Di MIN Petukangan Selatan " merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam ( S.Pd.l ) Jurusan Pendidikan Agama
Islam Program Guru Kelas Madrasah lbtidaiyah/Sekolah Dasar Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarifl-Iidayatullah Jakarta.

Sangat disadari bahwa dalam proses dan hasil penelitian ini masih terdapar
berbagai kekurangan. Namun demikian palng tidak hasil penelitian yang tertuang
dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, bagi lembaga pendidikan
yang menjadi obyek penelitian sebagai masukan dalam menentukan kebijakan
tentang proses belajar mengajar dalam rangka peningkatan prestasi belajar siswa.
Banyak pihak yang membimbing dab membantu dalam proses penulisan
skripsi ini. Tanpa dukungan mereka rasanya mustahil penulis dapat menyelesaikan.
Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tak
terhingga kepada semua pihak, terutama kepada :

I. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas !!mu Trabiyah dan Keguruan
Universitar Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Bapak Kelapa Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi DKI Jakarta,
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi
SI;
3. Bapak Drs. H, Muarif Sam, M.Pd. yang telah membimbing dan mengarahkan
penulisan skripsi ini;
4. Para dosen Fakultas !!mu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah


Jakarta

yang

telah

mencurahkan

segenap

ilmu

pengetahuan kepada penulis selama kuliah hingga selesai;
5. Pimpi nan dan Seluruh staf akademik Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini;
6. Kepala sekolah dan segenap penga3ar serta karyawan Tata Usaha MIN
Petukanga Selatan yang telah mendorong, memotivasi dan membantu penulis
dalam meyelesaikan penulisan skripsi ini;
7. Istri dan keluarga tercinta yang banyak memberikan dorongan moril dan

materiil, sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah sampai akhir masa
studi;
8. Teman-teman mahasiswa program PGMI yang telah memberikan dorongan
moril kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Akhirnya hanya kepada Allah jualah segalanya dikembalikan, semoga
segala amal yang telah mereka sumbangkan mendapat balasan yang lebih baik
dan manjadi tabungan kebajikan di ahkerat kelak. Amiin.

Jakarta,

Maret 2006

Penulis

IV

DAFTARISI
KATA PENGANTAR ............................................................... .i
DAFTAR ISi ........................................................................ .iv

DAFTAR TABEL ................................................................... vi
DAFTARLAMPIRAN ............................................................. vii
BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang masalah .................................... I
B. Identifikasi masalah ....................................... 4
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................... 5
D. Sistematika Penulisan ..................................... 6
BABII

TINJAUAN TEO RI, KERANGKA BERPIKIR, DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian teori

1. Pengertian Motivasi Berprestasi Siswa ............. 7
2. Pengertian Kompetensi Guru ....................... 13
B. Kerangka Berpikir ........................................ 23


C. Rumusan Hipotesis ....................................... 24
BABIII

METODE PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian ........................................... 26
B. Waktudan Tempat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 26

v

C. Variabel ...................................................... 27
D. Populasi dan Sampel ....................................... 27
E. Tehnik Pengumpulan Data..............................

28

F. AnalisaData ................................................. 29
BAB IV

HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Petukangan Selatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31
I. Sejarah dan Tujuan Berdirinya ..................... 31

2. Keadaan Guru dan Umum ......................... .32
3. Sarana dan Prasarana . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 37
4. StrukturOrganisasai ................................. 3.8
B. Diskripsi Data
I. Data Kompetensi Guru .............................. 39

2.

DataMotivasi Berprestasi Siswa ................... .44

C. Pengajuan Hipotesis

I. Uji Normalitas ..........................................47
2. Uji Hipotesis ......................................... 48
D. Disakripsi Data................................................


51

Vl

BABV.

PENUTUP

A. KESIMPULAN ................................................ 54
B. SARAN-SARAN .............................................. 54
DAFTARPUSTAKA ............................................................. ... 56

vu

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I:

Tenaga pengajar dan karyawan MIN Petukangan Selatan............. 35


Tabet 2:

Daftar nilai UAM MIN Petukangan Selatan Tahun 2001 - 2006 .... .36

Tabet 3 :

Sarana Pendidikan MIN Petukangah Selatan ........................... 37

Tabet 4:

Perolehan nilai angket kompetensi guru ................................. .40

Tabet 5 :

Tabet frekuensi Kompetensi guru ......................................... .41

Tabet 6:

Perolehan nilai angket motivasi berprestasi siswa ...................... .45

Tabet 7:

Tabel frekuensi Motivasi berprestasi siswa .............................. .46

Tabet 8:

Analisa Korelasi variable x dan variable y .............................. .49

Tabet 9:

Kisi-kisi angket morivasi berprestasi siswa .............................. 57

Tabet I 0

:Kisi-kisi angket kompetensi guru ......................................... 58

Tabet 11

: Skor nilai angket kompetensi guru ....................................... 66

Tabel 12

:Skor nilai angket motivasi berprestasi siswa ............................ 68

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I

Angket Penelitian ............................................................ 60

Lampiran 2

Surat Pengantar Melaksanakan Riset ...................................... 70

Lampiran 3

Surat Keterangan Melaksanakan Riset .................................... ?!

BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu usaha yang dilandasi dengan
penuh kesadaran dan tanggung jawab dalam rangka membina dan membentuk
kepribadian, kecerdasan dan ketrampilan anak didik baik yang bersifat jasmani
maupun

rohani.

Pendidikan

lebih

dari

sekedar

pengajaran,

karena dalam

kenyataannya pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa atau negara
membina dan mengembangkan kesadaran diri antara individu-individu. Dengan
kesadaran tersebut, suatu bangsa atau negara dapat mewariskan suatu kekayaan
budaya atau pemikiran kepada generasi berikutnya sehingga menjadi inspirasi bagi
mereka dalam setiap aspek kehidupan.
Upaya meningkatkan pendidikan sebagai sarana pembinaan bagi generas1
yang mempunyai kepribadian, cerdas dan trampil tentu tidak terlepas dari peran guru
yang mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak
didik yang menjadi salah satu faktor dalam proses pendidikan di sekolah.
Ditinjau dari

psikologi, manusia adalah mahkluk yang selalu mengalami

pe1iumbuhan (fisik) dan perkembangan Giwa) sejak terciptanya sampai meninggal 1•
Pertumbuhan dan perkembangan itu mempunyai tempo yang berbeda-beda antara
individu yang satu dengan individu yang lain, Begitu juga

1

AIi Suh Sahri, Pengantar Psiko/ogi

11111u1n

dan Perke111hangan,Jakarta, 1992 ha!. I3 J

Pertumbuhan dan
perubahannya.

perkembangan

Ada

yang

manus1a tidak selalu

pertumbuhannya

lebih

cepat

seirama dalam

proses

dibandingkan

dengan

perkembangannya ada juga yang sebaliknya. Guru sebagai salah satu faktor pendidik
harus mengetahui pertumbuhan dan perkembangan siswanya agar dapat memberikan
motivasi secara tepat, karena tanpa mengenal anak didik, sulit bagi guru untuk mengajar
dengan baik. Kalau kita mengajarkan sesuatu mata pelajaran, tak cukup hanya menguasai
bahan mata pelajaran,

tetapi juga harus mengenal anak didik. Sebab sebenarnya

mendidik anak, tidak boleh lagi menganggap anak sebagai suatu benjana yang harus diisi
oleh guru dengan bahan pelajaran. Karena balajar yang efektif hanya mungkin kalau
anak itu sendiri turut aktif dalam merumuskan se11a memecahkan masalah 2
Guru adalah pembimbing dan pengarah yang mengendalikan proses belajar
mengajar, sedangkan tenaga untuk menggerakkan belajar tersebut haruslah berasal dari
anak didik. Dengan demikian anak didik harus dimotivasi untuk belajar bagi dirinya
sindiri, seperti yang diungkapkan oleh Ivor K. Davies dalam bukunya Pengelolaan
Belajar Mengajar,ia menyimpulkan3
I. Hal apapun yang dipelajari siswa,tak ada seorangpun yang dapat melakukan
kegiatan belajar tersebut untuknya.
2. Setiap murid belajar menurut temponya sendiri,dan untuk setiap kelompok umur
terdapat variasi dalam kecepatan belajar.
3. Seorang murid belajar lebih banyak kalau setiap langkahnya diberikan penguatan.
4. Penguasaan secara penuh dari setiap yang dimungklinkan belajar secara
keseluruhan dan lebih bermti.
Dari kesimpulan-kesimpulan dapat dipahami bahwa anak didik belajar dengan
caranya sendiri sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian pendidikan disesuaikan
dengan tahap-tahap perkembangannya. Dari uraian di atas juga dapat dipahami anak

2
3

Nas11/io11,Didak1ika Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),ha/2 !
ll'or K. Davies,I'engelolaan Belcy·ar Mengajar,(.Jakarta:RqjaH'a/; !986)Cet. /,hal.25

didik adalah subyek pendidikan, ini berarti bahwa sebagian besar keberhasilan
pendidikan tergantung pada faktor anak didik. Proses belajar mengajar tidak akan
berhasil kalau anak didik tidak termotivasi untuk belajar. Oleh karena itu guru dituntut
mempunyai kompetensi-kompetensi agar dapat mengenal anak didiknya dari segi fisik
dan psykisnya dan kemudian dapat memotivasi.
Guru adalah manusia biasa, dalam kehidupannya tidak lepas dari masalahmasalah, baik masalah pribadi, pekerjaan, kemasyarakatan dan lain-lain.Masalah-masalah
tersebut dapat mempengaruhi kinerjanya sebagaia guru. Bagaimana kaitannya dengan
motivasi berprestasi siswa ? . Sedangkan gurunya mempunyai banyak masalah,
mungkinkah dapat memo ti vasi sis wanya agar berprestasi ? .
Berdasarkan fenomena di atas maka, penulis tertarik untuk menyelidiki
dalam bentuk karya ilmiah dengan judul " HUBUNGAN KOMPETENSI GURU
DEN GAN MOTIV AS! BERPRESTASI SISW A ".Penelitiannya direncanakan di
Madrasah Ibtidaiya Negeri Petukangan Selatan.

B. Identifikasi Masalah

Dalam dunia pendidikan guru adalah pembimbing dan pengarah yang
mengendalikan proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar sangat
diperlukan motivasi dari guru agar siswa berprestasi dengan maksimal. Motivasi
berprestasi siswa timbul karena banyak hal, diantaranya :Dorongan orang tua,
dorongan dalam diri siswa ingin berhasil dalam belajar, terdorong karena melihat
teman berprestasi, keinginan siswa agar sukses dalam hidupnya, agar mudah
melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, karena orang tuanya dari kalangan

terpelajar, karena kemampuan guru dalam mengajar, karena keteladanan seorang
guru, karena kemampuan guru dalam memotivasi siswanya.
Dengan demikaian masalah-masalah yang terkait dengan motivasi
berprestasi siswa: dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
l. Apakah motivasi berprestasi siswa timbul karena dorongan orang tua?
2. Apakah motivasi berprestasi siswa dipengaruhi oleh keinginan anak itu sendiri ?
3. Sejauh manakan usaha orang tua memberikan motvasi untuk berprestasi pada
anaknay?
4. Apakah motivasi berprestasi siswa dipengaruhi oleh lingkungan siswa?
5. Apakah kondisi sekolah mempengaruhi motvasi berprsetasi siswa?
6. Apakah keteladanan guru mempengaruhi motivasi berprestasi siswa ?
7. Adakah hubungan anatara motivasi berprestasi siswa dengan kompetensi guru?
8. Bagaimana pelaksanaan motivasi berprestasi siswa di MIN 09 Petukangan
selatan
セ@

9. Apakah guru-guru MIN 09 Petukanga selatan berperan aktif dalam memotivasi
siswanya?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah tentang motivasi berprestasi s1swa dan
mengingat keterbatasan peneliti dalam ham kemampuan, waktu, tenaga, dan biaya,
maka penelitian ini hanya dibatasi pada motivasi berpresrasi siswa dan kompetensi
guru. Maka rnasalah yang diangkat dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :

a. Bagaimanakan motivasi berprestasi s1swa pada Madrasah lbtidaiyah
Negeri Petukangan Selatan ?
b. Bagaimanakah kompetensi guru IP A pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Petukangan Selatan ?
c.

Apakah ada hubungan antara kompetensi guru IP A dengan motivasi
berprestasi siswa pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri Petukangan Selatan?

D. Sistcmatika Pcnulisan.
Sistematika yang penulis terapkan dalarn penulisan sekripsi ini,penulis
rnernbaginya dalam 5 (lima) bab, yang rinciannya sebagai berukut:
BAB!

Pendahuluan, terdiri dari latar belakang rnasalah, pernbatasan
perurnusan

rnasalah,

tujuan

penelitian,

metode

dan

penelitiandan

sisternatika penulisan.
BAB II

Penyusunan kerangka teori yang terdiri dari deskrepsi teori yang
rneliputi pengertian kompetensi guru, aspek-aspek kornpetensi dasar
guru,motivasi berprestasi, keberhasilan belajar.

BAB Ill

Metodologi penelitian, yang terdiri dari variabel, populasi dan sampel,
teknik pengumpulan data dan analisa data.

BAB IV

Hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum MIN Petukangan
Selatan dan analisa data.

BAB V

Penutup yang terdiri dari kesirnpulan dan saran-saran.

BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Motivasi Berprestasi
a. Pengertian Motivasi siswa dalam berprestasi
Secara etimologi motivasi ialah sebab-sebab yang menadi
dorongan tindakan seseorang. 1Secara terminology motivasi adalah sebagai
daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu tertentu
demi mencapai tujuan.
Ali

Imron

2

dalam

bukunya

Be/ajar

dan

Pembelajaran

mendefinisikan motivasi sebagai keadaan diri seseorang yang mendorong
individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna
mencapai tujuan yang diinginkan. 3
Motivasi dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan
ingin melakukan sesuatu dan bila ia tidak suka, maka ia akan berusaha
mengelak dan meniadakan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat
dirangsang oleh faktor luar tetapi motivasi sendiri tumbuh di dalam diri

1

W.J.S. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), h.

2

Samana, A,M.Pd, Drs, Profesionalisme Keguruan, (Jakarta: Kanisius),, h.43
Ali Imron, Be/ajar dan Pembe/ajaran, (Jakaita: Pustaka Jaya, 1996), h. 87

105
3

7

seseorang. Dalam kegiatan belajar mengajar motivasi dapat dikatakan
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan

kegiatan

belajar,

menjamin

kelangsungan

belajar,

memberikan arah pada kegiatan belajamya, sehingga tujuan yang
dikehendakinya itu dapat dicapai.
Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seorang siswa tidak
belajar dengan baik, maka harus diselidiki sebab-sebabnya. Dalam ha! ini
sudah barang tentu peran interaksi dan motivasi guru sangat penting untuk
mengetahui sebab-sebab itu dan bagaimana guru melakukan usaha-usaha
untuk dapat menumbuhkan kembali motivasi anak didiknya agar
melakukan aktivitas belajar dengan baik.
Dalam kegiatan belajar mengajar motivasi sangat dipentingkan S.
Nasution dalam bukunya Didaktik Asas-asas Mengajar mengatakan "hasil
belajar akan optimal kalau ada motivasi, makin tepat motivasi yang
diberikan akan makin berhasil pula pelajaran itu, jadi motivasi akan
senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa" .4
Dari keterangan di atas

dapat dipahami bahwa motivasi

mempunyai tiga fungsi:
I) Sebagai pendorong manusia untuk berbuat
2) Sebagai penentu arah tujuan

4

S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 76

8

3) Menyeleksi perbuatan, yakni perbuatan-perbuatan apa yang harus
dijalankan guna mencapai tujuan.
S Nasution membagi motivasi menjadi dua, yaitu motivasi
intrinsic dan ekstrinsik. Kedua jenis motivasi tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Motivasi intrinsik
Yang dimaksud motivasi instrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,
karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. 5 Sedangkan cara guru untuk memotivasikan murid
dengan motivasi intrinsic ada dua cara yang luar biasa dilakukan.
I) Penyelesaian antara kemampuan murid dan tingkat kesukaran
materi pelajaran. Cara ini sangat efektif dan murid
termotivasi,

dengan

mengorganisir

materi

pelajaran

sangat
dan

disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak didik sedemikian
rupa sehingga murid dapat mengikuti.
2) Materi pelajaran dijadikan masalah
Masalah itu harus ada hubungannya dengan materi
pelajaran dan tentu saja harus cukup menarik bagi murid, sehingga
masalah itu menciptakan suatu keinginan pada murid untuk
memecahkannya.
5

Ibid., h. 88

9

Guru yang dapat memotivasi secara intrinsic adalah guru
yang baik, memotivasi secara intrinsic tidak begitu mudah, guru
harus menguasai materi pelajaran dengan baik dan guru juga harus
mengenal anak didiknya dengan baik untuk mengetahui pada ha!ha! apa murid tertarik.

b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ektrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi
karena adanya perangsang dari luar. 6
Belajarnya siswa dalam motivasi ini bukan karena kesadaran
yang timbul dari dirinya akan pentingnya ilmu pengetahuan tetapi
belajarnya siswa karena ada factor di luar pembelajaran yang ingin
dicapai, factor itulah yang mempengaruhi siswa belajar seperti siswa
belajar karena ingin mendapat pujian, untuk menghindari hukuman
guru, untuk menghindari hukuman orang tua, untuk mendapat nilai
yang tinggi dalam ujian. 7
Cara untuk memberikan motivasi ini bukan pekerjaan yang
mudah, motivasi yang berhasil diberikan kepada seorang anak,
mungkin bagi anak lain tidak berhasil. Dalam kegiatan belajar
mengajar peranan motivasi baik instrinsik maupun ekstrinsik sangat
diperlukan, dengan motivasi siswa dapat mengembangkan aktivitas
dan inisiatif dan dapat mengarahkan serta memelihara ketekunan
dalam melakukan kegiatan belajar. Guru selalu berusaha secara
sistematis untuk memperkuat motivasi siswa lewat penyajian mata
pelajaran, sangsi dan hukuman pribadi dengan muridnya. 8
6

Ali lmran. Be/ajar dan Pembe!ajaran, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1996), h. 93
Heinz Kock, Saya Guru Yang Baik, (Jakarta: Kanisius, 1981 ), h. 70
8
Ibid., h. 74
7

10

Adapun beberapa cara untuk menumbuhkan
ekstrinsik yaitu :
1) Dengan memberikan angka
2) Dengan memberikan hadiah
3) Dengan memberikan ulangan
4) Dengan menciptakan suasana bersaing
5) Dengan mengetahui hasil
6) Dengan memberitahukan hukuman
7) Dengan memberikan pujian

motivasi

Motivasi untuk belajar pada manusia pada dasarnya telah ada
walaupun hanya sedikit, karena manusia mempunyai tanggung jawab
internal pada manusia itu sendiri termasuk tanggung jawab untuk
belajar. Sungguhpun demikian, rekayasa agar seseorang tetap belajar
itu harus dilakukan. Rekayasa lingkungan dapat berupa motivasi
ekstrinsik. Kenapa motivasi ekstrinsik ini perlu diberikan tak lain
karena seorang tidak senan tiasa dalam keadana mau belajar, bias jadi
orang yang mempunyai motivasi yang tinggi tiba-tiba melemah agar
melemahnya tidak sampai pada tingkatan yang sangat rendah maka
motivasi ekstrinsik diperlukan. Motivasi ekstrinsik yang diberikan
secara tepat, justru secara perlahan dapat menanamkan motivasi
instrinsik manakala be;lajar yang direkayasa itu sudah menjadi suatu
kebiasaan. Jadi motivasi berpretasi itu merupakan suatu usaha untuk
mencapai sukses yang bertujuan untuk berhasil dalam kompetensi
dengan suatu ukuran keunggulan tertentu. Keunggulan di sini
merupakan perbandingan antara prestasi yang pernah dicapai dengan

11

prestasi yang akan datang yang dicapai oleh dirinya sendiri atau
prestasi yang dicapai oleh orang lain.
Dengan motivasi berprestasi orang akan mempunyai daya
dorong untuk selalu berupaya dan mendapatkan prestasi belajar
semaksimal mungkin. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar
motivasi berprestasi siswa perlu diperhatikan. Dengan adanya motivasi
prestasi dalam belajar kegiatan tersebut akan lebih baik dan siswa akan
semakin berkompetensi untuk mendapatkan nilai yang maksimal.
Dengan motivasi berprestasi, siswa mempunyai keinginan
untuk mencapai sukses, keinginan untuk lebih unggul atau menjadi
yang terbaik, keinginan untuk mengatasi segala tantangan dan
hambatan belajar; inilah yang menjadi indikator penelitian penulis.
Motivasi berprestasi siwa adalah suatu keadaan diri pada siswa
yang mendorong siswa untuk melakukan usaha-usaha dalam rangka
mencapai prestasi yang maksimal. Motivasi berprestasi siswa dapat diukur
berdasarkan indikator: keinginan untuk bersaing dengan sesama teman,
keinginan untuk mendapat nilai yang baik, selalu ingin tahu kepada ha!
yang belum jelas, selalu mengisi waktu luang dengan kegiatan yang baik,
keinginan mencari informasi dari sumber di luar kelas , keinginan
mendapat nilai yang baik.

12

2. Kompetensi Guru

a. Pengertian Kompetensi
Kompetensi berasal dari kata "kompeten" yang berarti wenang,
cakap, berkuasa, berkuasa memutuskan (menentukan) sesuatu. Sedangkan
"kompetensi" adalah kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan atau
memutuskan sesuatu ha!. 9 Pengertian tersebut dalam kaitannya dengan
guru dapat diartikan bahwa guru adalah orang yang mempunyai
kewenangan dan harus mempunyai kecakapan dalam mendidik terutama
kecakapan tentang bidang yang menjadi tanggung jawabnya, dan ikut pula
menentukan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses belajar

Pendidikan anak pada awalnya merupakan kewenangan orang tua,
namun karena orang tua sebagai pendidikan primer mempunyai kesibukan
dan keterbatasan baik waktu maupun ilmu pengetahuan, 10 maka
pendidikan selanjutnya diserahkan kepada suatu lembaga pendidikan di
mana guru sebagai factor pendidiknya berwenang dan bertanggung jawab
untuk membimbing dan membantu anak kearah kedewasaan.

9

518

W. J. S. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), h.

10

Sutari Imam Barnadib, Pengantar !/mu Pendidikan Sistema/is, (Jogyakai1a: Fakultas Ilmu
Pendidikan, 1987), h. 61

13

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses pendidikan pada
dasarnya merupakan proses peralihan kewenangan dari orang tua kepada
sekolah dan guru sebagai pelaksana pendidikarmya.
b. Aspek-aspek Kompetensi Guru

Profesi guru bukanlah seperti profesi lainnya, sebab untuk
memdidik, harus mempnyai ilmu tentang pendidikan,tercakup di
dalarnnya tentang dedaktik metodik, spikologi perkembangan, dan yang
tak kalah penting adalah kepribadian yang baik dan ketauladanan. Guru
menjadi tauladan dan mempunyai pengaruh terhadap perkembangan anak
didik dalarn tugasnya sebagai pendidik, mata anak didik selalu tertuju
padanya, telinga anak didik selalu mendengarkan apa yang dikatakannya.
Biasanya bila guru menganggap baik tentang sesuatu berarti baik pula
disisi mereka. Oleh karena itu,

sebagai seorang pendidik, guru harus

memenuhi aspek-aspek kompetensi, atau dengan kata lain hams
memenuhi syarat-syarat tertentu agar tugas yang diemban dapat
dilaksanakn dengan baik. Aspek-aspek kompetensi itu menurut Sutari
Imam Barnadib dalam bukunya Ilmu Pendidikan Teoritis ialah: taqwa,
berilmu pengetahuan, sehat jasmani dan rohani, berkelakuan baik. 11

11

Amir Indra Kusuma, Pengantar I/mu Pendidikan, (Surabaya: Usahanasional, 1973), h. 171

14

1. Taqwa
Sesuai dengan tujuan pendidikan Islam tidak mungkin
mendidik anak agar bertaqwa kepada Allah, jika 1a sendiri tidak
bertaqwa kepadanya, sebab ia tauladan bagi muridnya.
2. Berilmu pengetahuan
Sebagai orang yang menyampaikan ilmu pengetahuan kepada
murid, maka Guru harus mempunyai pengetahuan yang luas,
pengetahuan yang disyaratkan bagi seorang guru, di samping
pengetahuan yang berhubungan dengan mata pelajaran yang akan
menjadi spesialisasinya diperlukan pula pengetahuan yang berkaitan
dengan profesinya. Banyak orang berpendapat bahwa menjadi guru
adalah cukup mudah.

Orang mengira,

bahwa asalkan sudah

mempunyai cukup pengetahuan tentang mata pelajaran yang akan
diberikan, maka orang itu akan dapat mengajarkan mata perlajaran
tersebut. Dengan demikian setiap orang yang pandai, akan dapat
mengajar. Mengajar, memang setiap orang mungkin biasa, tetapi entah
bagaimana hasilnya orang yang pandai mengaj ar be Ium tentu ia dapat
menjadi seorang pendidik.
Dari uraian di atas kita dapat mengetahui, bahwa sekedar
pandai atau mempunyai pengetahuan yang cukup, belum merupakan
suatu jaminan bagi seseorang untuk menjadi seorang guru yang baik.

IS

penyakitnya kambuh kembali, kalau kambuh dapat mengganggu
tugasnya dan proses belajar mengajar tidka berjalan semestinya.
4. Berkelakuan baik
Seorang guru harus mempunyai moral yang luhur, sehingga
dalam gerak dan tingkah lakunya selalu dapat menjadi suri tauladan
yang baik bagi anak didik. Seorang guru harus benar-benar dapat
"digugu" dan "ditiru". Artinya segala tutur katanya, segala anjurananjurannya, nasehatnya harus dapat dipercaya dan dapat digunakan.
Adapun sifat-sifat yang digolongkan ke dalam moral atau budi
yang luhur di antaranya ialah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
c.

Berlaku jujur
Bersikap adil kepada siapapun, lebih-lebih kepada dirinya sendiri
Cinta kepada kebenaran bertindak bijaksana
Suka memaafkan tidka pembenci
Mau mengakui kesalahan sendiri
Ikhlas berkorban
Tidka mementingkan diri sendiri
Menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan tercela. 13

Kompetensi Dasar Guru
Kompetensi dasar guru atau kemampuan-kemampuan dasar yang
harus dimiliki oleh seorang guru agar dapat menjalankan tugasnya dengan
baik, secara garis besar kompetensi dasar guru dapat dibagi menjadi dua:

13

Ibid. h. 181

17

I. Kompetensi Kepribadian dan Sosial

Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dari seorang
guru merupakan modal dasar bagi yang bersangkutan dalam
menjalankan tugas keguruannya secara professional.
2. Guru menghayati serta mengamalkan nilai hidup

Mengamalkan nilai hidup berarti guru yang bersangkutan
dalam situasi tahu, mau, dan melakukan perbuatan nyata yang
mendamaikan diri serta lingkungan sosialnya yang selalu berpatokan
pada nilai luhur kemanusiaan yang bersifat universal.

14

Sebagai

manusia, guru berpegang pada nilai-nilai tertentu yang akan
menampakan diri dalam pembicaraan dan tingkah laku di depan kelas.
Setiap guru mempunyai pandangan terhadap nilai-nilai kehidupan dan
ia akan bertindak selaras dengan nilai yang dipedomaninya. Kenyataan
ini sadar atau tidak sadar guru sudah memberikan pengaruh terhadap
perkembangan siswa sesuai dengan nilai yang dipedomaninya.
3. Guru

mampu

berperanserta

aktif

dalam

pe/estarian

dan

pengembangan budaya masyarakat

Dengan daya kritis dan selektif, guru hendaknya mampu
mempertimbangkan, menentukan nilai-nilai

budaya yang akan

dijadikan dasar sekaligus sasaran dalam membimbing, mengajar dan
melatih siswa.
14

Samana, Profesionalisme Pergutuan. (Jakarta: Kanisius, 1994), cet ke I, h. 55

18

4. Guru hendaknya bertindakjujur dan bertanggungjawab

Guru dituntut betindak jujur dalam setiap langkah-langkahnya,
baik yang menyangkut tugasnya di dalam kelas ataupun di luar kelas.
Guru juga dituntut untuk bertanggung jawab terhadap tugas-tugas
yang diemban kepadanya.
5. Guru mampu berperan sebagai pemimpin, baik dalam _lingkungan
sekolah maupun luar sekolah

Guru hendaknya dapat menciptakan suasanan belajar yang
kondusif,

dan menjadi

penggerak atau organisator kemajuan

masyarakat sekitarnya untuk lebih sejahtera.
6. Dalam persahabatan dengan siapapun, guru tidak kehilangan prinsip
serta nilai hidup yang diyakininya.

Dalam ha! ini guru diharapkan mampu menghargai pribadi
orang lain yang berbeda dengan dirinya, seluruh pergaulan yang
dialami oleh guru hendaknya dilandasi dengan kesopanan dan
kesusilaan.

7. Guru adalahpribadiyang bermental sehat dan stabil
Biasanya guru yang tidak stabii emosinya tidak menyenangkan
bagi peserta didik, karena siswa sering tidak diperhatikan 15
8. Guru bersikap bersahabat dan terampil berkomunikasi dengan
siapapun demi tujuan yang baik
15

Zakiah Darajat, Kepribadian Guru, Jakarta Bulan Bintang 1982 hal. 17

19

Supaya usaha pendidikan dan pengajaran di sekolah dapat
berlangsung sebagaimana mestinya, kerjasama professional antara
tenaga-tenaga pengajar, pimpinan sekolah dan masyarakat adalah sarat
yang mutlak, baik melalui kontak informal maupunformal.
9. Guru hendaknya menggunakan waktu luangnya secara bijaksana dan
produktif
10. Guru mampu berbuat kreatif dengan penuh perhitungan
11. Dalam kese/uruhan relasi sosial dan keprofesiona/an, guru hendaknya

bertindak tepat waktu dalam janji dan penyelesaian tugas-tugasnya.
Penggunaan waktu secara efisien dalam kaitannya dengan tugas
keguruan dan pengembangan karier.
12. Guru tampil secara pantas dan rapi.

Kegiatan pendidikan pada dasamya merupakan pengkhususan
komunikasi personal antara guru dan siswa, kompetensi kepribadian
dan sosial menunjukan perlunya struktur kepribadian yang dewasa,
berpakaian rapih, berkahlak, dinamis, dan bertanggung jawab.

d. Kompctcnsi Profesional
a. Merumuskan tujuan instruksional
b. Memanfaatkan sumber-sumber materi belajar
c. Mengorganisasi materi pelajaran
d. Membuat, memilih dan menggunakan media pendidikan dengan tepat

20

e. Menguasai, memilih dan melaksanakan metode penyampaian yang
tepat
f.

Mengetahui dan menggunakan asesmen siswa

g. Mengelola interaksi belajar mengajar sehingga efektif
h. Mengevaluasi dan mengadiminstrasikannya
1.

Mengembangkan semua kemampuan yang telah dimilikinya ketingkat
yang lebih tinggi. 15
Rumusan

P3G,

Depdikbud

Jakarta

mengenai

Profil

kemampuan dasar guru.
1. Menguasaibahan
a. Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah
b. Menguasai bahan perdalaman
2. Mengelola program belajar mengajar
3. Merumuskan tujuan instruksional
4. Mengenal dan dapat menggunakan metode
5. Menulis dan menyusun prosedur intruksional yang tepat
6. Melaksanakan program belajar mengajar
7. Mengenal kemampuan anak didik
8. Merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial
3. Mengelola kelas

15

Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama, I/mu Pendidikan Islam, (Jakarta: Depag RI,

I 982), h.

21

b. Mengatur tata ruang kelas
c. Menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusfi
4. Menggunakan media
b. Mengenal memilih dan menggunakan media
c. Membuat alat-alat Bantu sederhana
d. Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka
proses belajar mengajar
e. Mengembangkan laboratorium

f.

Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar

g. Menggunakan mikro teaching dalam program pengalaman
lapangan
h. Menguasai landasan-landasan kependidikan
5. Mengenlola interaksi belajar mengajar
6. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
7. Mengenail fungsi dan program pelayanan dan bimbingan dan
penyuluhan
8. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
9. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian
pendidikan guna keperluan pengajaran 16
Dari rumusan-rumusan di atas dapat dipahami bahwa untuk menjadi seorang
guru dituntut untuk memenuhi kemampuan dan keahlian dasar guru agar tugas yang
16

Samana, Profesioanlisme Guru, (Jakarta: Kanisius), h.123

22

diemban itu dapat dilaksanakan dengan baik, karena tanpa kompetensi tersebut tidka
mungkin seorang guru dapat mengefektifkan proses belajar mengajar, mengingat
siswa dalam belajamya tidka terlepas dari kesulitan, setiap siswa tumbuh dan
berkembang menurut kodrat yang ada padanya, sesuai dengan kemampuan,
kecerdasan dan keterampilannya
Kompetensi guru dapat diartikan sebagai kewenangan, kecakapan, kekuasaan
guru dalam memutuskan/menentukan sesuatu yang berkaitan dengan proses belajar
mengajar.Kompetensi guru dapat diukur berdasarkan indicator sebagai berikut :
kemampuan membuat program pengajaran, kmampuan mengelola kelas, kemampuan
m,emotivasi siswa, disiplin diri dan tepat waktu, mengajar sesuai dengan
kemampuannya, menguasai dedaktik metodik pengajaran.

B. Kerangka Berpikir
Upaya peningkatan pendidikan sebagai sarana pembinaan bagi generasi
yang mempunyai kepribadian ,cerdas dan trampil tentu tidak terlepas dari peran
guru yang mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan
anak didik yang menjadi salah satu faktor dalam proses pendidikan di sekolah.
Seorang guru sebagai tenaga pendidik memiliki kewajiban untuk
senantiasa meningkatkan profesionalismenya dengan menguasai kompetensi guru,
baik kompetensi dasar maupun kumpetensi lainnya, sehingga dapat menciptakan
pembelajaran yang efektif dan nyaman serta menyenangkan , sehingga dapat

23

membuat interest anak didiknya dan membuat anak didik termotivasi mengikuti
proses pembelajaran dengan baik.
Dalam usaha memotivasi, guru menggunakan berbagai teknik atau
pendekatan motivasi pendidikan (hukuman, ganjaran, teguran, hadiah, pujian,
sanksi, dan lain-lain), yang diharapkan dapat meningkatkan serta menumbuhkan
motivasi belajar peserta didik.Dalam penggunaan pendekatan tersebut harus
dipikirkan secara seksama penerapanya, apakah sesuai atau tidak dengan kondisi
peserta didik, karena memotivasi siswa bukan hanya dapat menumbuhkan
motivasi anak didik melainkan dapat pula menimbulkan dampak negatif bagi
perkembangan jiwa anak didik. Guru dituntut dapat menerapkan dengan tepat
guna, maksudnya adalah dalam memberikan motivasi harus mengenali dan
memahami psikologi anak didiknya tanpa terkecuali.

Apabila guru dapat menjalankan dan menerapkan pendekatam motivasi
tersebut di atas, dengan sendirinya diharapkan guru dapat menumbuhkan dan
meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Maka dengan demikian, diharapkan
mampu meningkatkan mutu pendidikan dan hasil belajar peserta didik.

C. Rumusan Hipotesis.
Setelah melihat serta mengamati kaj ian teori, dan kerangka berpikir di
atas, penulis mencoba merumuskan hipotesis dalam penelitian ini, yaitu :

24

Hipotesis Nol ( HO )

tidak

ada

hubungan

yang

siqnifikan

antara

kompetensi guru dengan motivasi berprestasi siswa
MIN Petukangan Selatan.
Hipotesis Analisis (Ha)

terdapat hubungan antara kompetensi guru dengan
motivasi berprestasi siswa MIN Petukangan Selatan.

25

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana motivasi siswa untuk berprestasi di MIN
Petukangan Selatan
2.

Untuk mengetahui bagaimana kompetensi guru di MIN Petukangan Selatan .

3. Untuk mengetahui korelasi antara kompetensi guru dengan motivasi
berprestasi siswa. Di MIN Petukangan Selatan

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MIN Petukanga Selatan Kecamatan
Pesanggrahan Kota Jakarta Selatan provinsi DKI Jakarta. Sekolah ini dipilih
sebagai tempat penelitian karena penulis merupakan staf pengajar pada
sekolah tersebut, dan hasil penelitian dapat meningkatkan kompetensi guru,
yang akhirnya dapat meningkatkan prestasi siswa pada MIN tersebut.
2. Waktu Penelitian
Dalam mendapatkan hasil penelitian yang akurat, maka penulis membutuhkan
waktu yang tidak sebentar untuk melakukan penelitian langsung ke lapangan

(lokasi).Adapun lamanya penelitian ini, dimulai dari tanggal 4 Mei sampai 4
Oktober 2005.
C. Variabel

Variabel

dalarn penelitian ini ada dua, yaitu kompetensi guru sebagai

variabel bebas (X), dan motivasi berprestasi siswa sebagai variabel terikat (Y)

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah sejumlah masa (manusia atau bukan) yang terdapat pada
suatu kawasan tertentu atau berada dalam satu unit kesaatuan tertentu. 1
Adapun populasi target adalah siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Petukangan Selatan yang berjumlah 564 siswa. Dari jumnlah tersebut yang
dijadikan sebagai populasi terjangkau adalah siswa kelas VI yang berjumlah 83
siswa . Alasan pemilihan siswa kelas VI dijadikan sebagai populasi terjangkau,
dan peneliti berasurnsi bahwa siswa kelas VI merupakan tolok ukur prestasi
madrasah tersebut, sudah dapat menjawab pertayaan-pertayaan yang ada pada
angket penelitian, dan penelitian ini menggunakan angket. Sedangkan sample
diarnbil sebesar 30 % dari 83 populasi terjangkau sejumlah 25 siswa dengan
teknik pengambilan sample acak sederhana (Sample Random Sampling). Namun
demikian diharapkan sampel tersebut merupakan cerminan dari populasi. Jadi

1

Aminudin Rosad, Metode Riset Pendidikan Fakultas Tarbiyah, Jakarta: 2002, hal. 16

apapun hasil penelitian dari sebagian siswa itu, juga merupakan keadaan populasi
keseluruhan.
E. Teknik Pengambilan Data
Untuk mendapatkan informasi atau data yang akurat dan menjawab
permasalahan maka digunakan instrumen- intrumen berupa :
1) Angket

Angket berisi data dalam bentuk pertayaan-pertayaan yang diseberkan
kepada setiap responden,sehingga peneliti mendapat data yang akurat,
relevan dengan tujuan penelitian dan mempunyai tingkat reliabilitas serta
validitas yang tinggi. 2Dan jenis angketnya tertutup yang jawabannya sudah
tersedia , responden tinggal memilih jawaban yang tersedian sesuai dengan
keadaan dirinya dan tidak boleh memberikan jawaban lain.
2) Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertayaan-pertayaan yang
berkaitan dengan masalah-masalah penelitian yang sudah direncanakan
,dengan lisan dan jawabannya pun dengan lisan kepada berbagai komponen
pendidikan seperti kepala sekolah, guru, kepala TU dan karyawan lainnya.
3) Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catata, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
2

Wardi Bahtiar, Metode llmu Dakwah, Jakarta ; logos 1999. cet I. hal. 75

rapat, leger, agenda dan sebagainya.Dalam penelitian ini penulis mencari
data tentang jumlah siswa, jumlah guru, jam belajar, jadwal pelajaran dan
lain - lain yang berkaitan dengan penelitian ini, yang ada di lingkungan MIN
Petukangan Selatan.
4) Observasi

Dalam observasi peneliti mengunjungi langsung obyek penelitian agar
mendapat data yang akurat diantaranya : situasi belajar, kinerja dan
kedisiplinan guru, sarana dan prasarana dan lain-lain

D. Analisa Data

Karena penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian kuantitatif maka
untuk menganalisanya penulis melakukan penskorandata ke dalam angka-angka
kuantitatif, ha! ini dimaksudkan agar dapat menganalisanya dengan menggunakan
teknik analisa statistik dengan menggunakan rumus Product Moment. Sedangkan
metode yang digunakan adalah metode deskriptif korelasi, metode ini menyelidiki
keyataan yang telah terjadi sebagaimana adanya, tanpa adanyamanipulasi
perlakukan. 3 Dengan menggunakan rumus:

rxy=

セサnlク@

3

NLxy-(Lx)!y)
-(Lx) }{NLY -(Iy)
2

2

rxy

= Angka indek korelasi

N

=Number of cases

2

2
}

Ibnu Hajar, Dasar Dasar Metodologi penelitian kuantitatif dalam pendidikan, Jakarta: Raj a Grapindi,

1996. hal.208

I:YX

=

Jumlah hasil perkalian antara skor X dengan skor Y

I:X

= Jumlah seluruh skor X

:LY

=

Jumlah seluruh skor Y

Dan patokan rentangan koofisien korelasi baik yang positif maupun yang
negatif, sebagai berikut:
0,00 - 0,20 = Sangat lemah,tak berarti
0,21 - 0,40 = Lemah, rendah
0,41 - 0,60 = Sedang
0,61 - 0.80 = Kuat, tinggi, berarti
0,81 - 1,00 = Sangat kuat, sangat tinggi

BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah dan Tujuan Berdirinya

Madrasah Ibtidaiyah Negeri Petukangan Selatan didirikan pada
tanggal 10 Nopember

tahun 1992 yang bernaung di bawah Departemen

Agama Republik Indonesia. Pada saat didirikan kepala sekolahnya bernama
Bapak Mahali Harahap.Seiring dengan kemajuan zaman dan peraturan yang
berlaku di MIN Petukangan Selatan telah mengalan1i beberapa pergantian
kepala sekolah. Pergantian kepala sekolah tersebut ditentukan oleh Kanwil
Departemen Agama Provinsi DKI Jakarta. Pada saat ini kepala MIN
Petnkangan Selatan adalah Bapak Moh. Noor Hasan S.Pd.I
Pendirian MIN Petukangan Selatan menpunyai maksud dan tujuan
untuk ikut serta membangun masyarakat dalam bidang intelektual dalam yang
berciri khas agama Islam. MIN Petukangan Selatan setara dengan SD Plus
Agama Islam, MIN Petukangan Selatan ini satu-satunya Madrasah lbtidaiyah
Negeri di lingkungan kelurahan Petukangan.
MIN Petukanagn Selatan berada di jalan Madrasah No:!

Komplek

Pesanggrahan Mas tepatnya di perbatasan provinsi DKI Jakarta dengan
Provinsi Banten.

Adapun

latar belakang ekonomi

orang tua/wali

murid

MIN

Petukangan Selatan kebanyakan berpenghasilan menengah ke bawah: mata
pencaharian mereka sebagian besar sebagai buruh dan pedagang kecil
Dalam

melaksanakan

pendidikan

MIN

Petukangan

Selatan

mempunyai visi dan misi "UNGGUL DALAM BERPRESTASI , TELADAN
DALAM PERILAKU BERDASARKAN IMAN DAN TAQWA".Visi ini
kemudian dijabarkan dalam misi MIN Petukangan Selatan dengan indikator :
I. Unggul dalam bidang akademik dan bidang non akademik

2. Teladan

dalam

menjalankan syari'at

Islam,berprilaku akhlakul

karimah dan memperoleh kepercayaan masyarakat.
3. Menumbuh kembangkan budaya gemar membaca.
4. Mengoptimalkan dan mengintegrasikan pembelajaran dan bimbingan
5. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama Islam.
6. Mengkondisikan dan menciptakan nuansa agamis.
7. Menerapkan managemen partisipatif seluruh warga madrasah.
2. Keadaan guru dan murid
Guru merupakan sosok yang sangat penting dalam dunia pendidikan,
karena atas jasanya siswa mengetahui segala ilmu pengetahuan. Guru sebagai
pendidik sekaligus pengajar, tanpa guru proses pembelajaran tidak dapat
dilaksanakan dan guru bertanggungjawab terhadap pembentukan pribadi anak

didik untuk menuju kedewasaan. Mencermati tugas guru yang begitu berat,
maka dibutuhkan sikap ketauladanan, kesabaran dan tanggungjawab dalam
mengabdi pada tugas dan mampu berusaha semaksimal mungkin untuk
mewujudkan visi dan misi madrasah. Kepribadian guru yang utuh dan
berkualitas sangat penting karena dari sinilah muncul tanggungjawab
propesional dan kesiapan untuk selalu mengembangkan diri. Untuk
menjalankan tugas dan fungsi guru tersebut, minimal guru madrasah harus
berpendidikan Diploma 2 ( D2 ). Secara umum guru-guru di MIN Petukangan
Selatan berpendidikan D2 dan sebagian berpendidikan strata I ( S 1 ). Lebih
jelas data tentang latar belakang pendidikan guru MIN Petukangan Selatan
dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 1
Tenaga Pengajar MIN. Petukangan Selatan
No

Nama

LIP

Jabatan

Pendidikan

I.

Moh. Noorhasan, S.Pd.I

L

Kepala Sekolah

UMJ

2.

Supriyadi

L

Guru IPA

!KIP

3.

Martawih

L

Guru Quran Hadits

IAIN

4.

Mukhlis

L

Guru KTK

MA

5.

Sumidjoko

L

Guru /wali kelas VI B

DI

6.

Roheli

L

Guru/wali kelas VA

JAIN

7.

Ahmad Fuadi

L

Guru penjaskes

MAN

8.

Siti Aminah, S. Ag

p

Guru Aqidah Akhlak

STAI

9.

Mastiti. S.Ag

p

Guru/wal i kc las II B

STAI

10.

Neneng Durhayati

p

Guru/wal kelas V B

D. II

I I.

Tuti Asnawati

p

Guru/\vali kelas V C

JAIN

12.

Sri Mulyati

p

Guru IPA dan PLKJ

IAIN

13.

Shohifah Dewi

p

Guru/wali kelas lII A

IAIN

14.

Ora. Ulfah

p

Guru/wali kelas II A

IAIN

15.

Masenun. S.Ag

p

Guru/wali kelas I A

STAI

16.

Lela Jasliah

p

Gurulwali kelas I B

STIKP

17.

Dahliah, S.Pd

p

Guru/wali kelas VI A

!KIP

I 8.

Khuzaimah

p

Guru/wali kelas IV A

!KIP

19.

Latifah

p

Guru/wali keias II C

D II

20.

Syarkiah

p

Guru/wali kelas I C

IAIN

21.

Dewi Honi

p

Guru/wali kelas III B

D II

22.

Syaukah

p

Guru/\vali kelas IV B

DII

23.

Hj Sri Ambarwati

p

Guru PPKn dan KTK

!KIP

24.

M. Jalauddin. S

L

Guru B. Arab

IAIN

25.

Dedy Hasmy T, SE

L

TU pelaksana Dipa

PTS

26.

Mahyudin

L

Penjaga sekolah

SMP

27

Suhendi

L

Pesuruh/Cleaning Servis

SMA

28

Nahrowi

L

Satpam

SMP

Sumber data dari Tata Usaha MIN. Petukangan Selatan
Siswa yang mengikuti pendidikan di MIN Petukangan Selatan ini
bukan saja mereka yang berasal dari DKI Jakarta , namun ada juga yang
berasal dari wilayah provinsi Banten,karena letak sekolah yang berada
diperbatasan antara DKI Jakarta dan Privinsi Banten. Setiap tahunnya
sekolah menerima murid baru dua kelas, denganjumlah maksimal 40 anak per
kelas, mengingat jumlah lokal yang terbatas.
Seperti sekolah-sekolah pada umumnya , setiap siswa yang akan
memasuki sekolah terlebih dahulu diseleksi oleh panitia penerimaan siswa
baru. Sesungguhnya setiap tahun minat orang tua siswa yang memasukkan

anak-anaknya di MIN Petukangan Selatan selalu tinggi, namun karenajumlah
lokal yang tersedia terbatas dan kebijakan kepala sekolab hanya menerima
siswa 80 anak, maka tidak seluruhnya siswa yang mendaftar dapat diterima.
Untuk mengatasi ha! tersebut di atas MIN Petukangan Selatan melakukan
seleksi dalam penerimaan siswa baru, baik kelas satu maupun kelas lainnya.
Bentuk seleksi berupa seleksi administrasi, berupa kelengkapan batas usia
rnemasuki sekolah dasar yaitu akta kelabiran dan tes intelegensi berupa
kemampuan dasar koqnitif, afektif dan psikomotor.
Untuk lebihjelasnya gambaran keadaan siswa MIN Petukangan
Selatan tahun ajaran 2005 - 2006 dapat dilihat pada tabel di bawab ini.
Tabel 2
Keadaan Siswa Madrasah lbtidaiyah Negeri Petukangan Selatan

No

Tingkat

Jumlab ruang belajar

I.

Kelas 1

2.

Jumlah Siswa
p

3 lokal

L
68

47

P/L
115

Kelas 2

3 lokal

51

45

96

3.

Kelas 3

2 lokal

44

38

82

4.

Kelas IV

2 lokal

39

47

86

5.

Kelas V

3 lokal

58

55

113

6.

Kelas VI

2 lokal

37

42

79

15 lokal

296

276

572

jumlah

Sumber data dari Tata Usaha MIN. Petukangan Selatan
Dari tabel di atas menunjukan bahwa setiap tahun terjadi kenaikkan
jumlah siswa yang cukup banyak di MIN Petukangan Selatan, ini disebabkan

8

Matematika

6,65

7,00

6,67

7,12

9

IPA

6,64

6,56

6,98

7,17

10

IPS

6,05

6,57

6,87

7,07

PLKJ

7,15

7,50

7,86

7,96

KTK

7,03

7,45

7,87

7,94

3. Sarana dan Prasarana Pendidikan
Ketika pertama kali berdirinya pada tabun 1992 Madrasah Ibtidaiyah
Negeri Petukangan Selatan mempunyai 10 Lokal sebagai sarana belajar. Maka
pada perkembangannya sekolah ini telab mempunyai beberapa sarana
tambaban yang menunjang kegiatan belajar mengajar . Adapun sarana
pendidikan yang terdapat di Madrasab Ibtidaiyah Negeri Petukangan Selatan
sebagai berikut :
Tabel 4
Sarana Pendidikan MIN. Petukangan Selatan
No

Nama

Jumlah

1.

Ruang Kelas

12 Lokal

2.

RuangGuru

I Lokal

3.

Ruang Kepala Sekolab

1 Lokal

4.

Ruang Tata Usaha

I Lokal

5.

Perpustakaan

1 Lokal

6.

Kantin

3 Buah

4. Struktur Organisasi

Mengenai susunan kepengurusan MIN Petukangan Selatan, secara
lengkap sebagai berikut:
STRUKTUR ORGANISASI

WAKASEK
BID. KURIKULUM

I

KEPALA SEKOLAH

>--

WAKASEK
BID. TATA USAHA

I

WALIKELAS

I

SISWA

-

WAKASEK
BID. KESISWAAN

B. Deskrepsi Data
1. Data Kompetensi Guru

Sebagaimana telah dikemukakan dalam bab sebelumnya bahwa salah
satu instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian skripsi
ini adalah mengguanakan angket agar diperoleh data yang akurat mengenai
kompetensi guru
Angket ini terdiri dari 20 pertanyaan yang disebarkan kepada siswa
kelas VI , yang kemudian diambil sample sebanyak 25 siswa

Tabel 25
Perolehan Nilai Angket Kompetensi Guru
NO RESPONDEN

JUMLAH NILA!

1

54

2

66

3

66

4

68

5

62

6

66

7

66

8

75

9

74

10

61

11

65

12

66

13

72

14

53

15

60

16

69

17

44

18

66

19

72

20

53

21

67

22

65

23

60

24

58

25

71

Dari data di atas maka dapat diketahui :
a. Rentang kelas
Rentang

=

skor terbesar - skor terkecil

=

79-44

=

35

b. Interval kelas
K = I + (3,3) Log n
=

I + (3,3) log 25

=

1 + (3,3) 1,39

= 1+4,587
5,587 ( dibulatkan menjadi 6)

=

c. Panjang kelas
P = Rentang
Ke las
= 35
= 5,8333 ( dibulatkan menjadi 6 )

6
Tabel : 26
Tabel Frekuensi kompetensi guru

x,

No

Nilai Komp. Guru

f1

X1

1

44 - 49

1

46,5

46,5

2

50 - 55

3

52,5

157,5

3

56 - 61

4

58,5

234

4

62 - 67

8

64,5

516

5

68 -

73

7

70,5

493,5

6

74 - 79

2

76,5

153

Jumlah

25

f1

1600,5

Rata - rata ( Mean )

Data yang sudah disusun dalam tabel distribusi, rata-ratanya dapat
dihitung dengan rumus :
Rata-rata X = l:f1.x1
l:f,
=

I 600,5
25
64,02

Modus (Mo)

Untuk menghitung modus atau nilai yang sering timbul menggunakan
rumus:

MO =b =p (

b1 )

Keterangan :
b = batas bawah kelas modal adalah