Tinjauan Umum tentang Merek

commit to user 14 TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum tentang Merek

a. Sejarah Merek

Merek telah dipergunakan sejak ratusan tahun yang lalu untuk memberikan tanda dari produk yang dihasilkan dengan maksud untuk menunjukkan asal usul barang indication of origin. Merek atau sejenisnya dikembangkan oleh para pedagang sebelum adanya industrialisasi. Bentuk sejenis merek mulai dikenal dari bentuk tanda resmi hall mark di Inggris bagi tukang emas, tukang perak dan alat-alat pemotong. Sistem tanda resmi seperti itu terus dipakai karena bisa membedakan dari barang sejenis lainnya. Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah , 1993: 117 Pengaturan hukum merek di Indonesia pertama kali pada saat dikeluarkannya Undang-Undang Hak Milik Perindustrian pada masa sebelum kemerdekaan yaitu dalam “Reglement Industrieele Eigendom Kolonien”, Stb. 545 Tahun 1912. Sistem yang dianut Reglement Industrieele Eigendom Kolonien adalah sistem pendaftaran deklaratif. Yang mendapat perlindungan utama pada sistem ini adalah pemakai merek pertama, bukan pendaftar pertama. Maka asas yang ditegakkan ialah asas “the prior user has a better right”, pemakai pertama memiliki hak yang lebih baik dibanding dengan pendaftar pertama. Pada tahun 1961 lahir Undang-Undang Merek Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan sebagai pengganti dan memperbarui peraturan hukum merek yang lama, yang dulu diatur dalam Reglement Industrieele Eigendom. Akan tetapi seperti yang dikemukakan Sudargo Gautama ternyata tidak dijumpai pembaharuan yang berarti dalam Undang-Undang Merek Nomor 21 Tahun 1961 tersebut, menurutnya undang-undang ini boleh dikatakan merupakan pengoperan dari pada ketentuan-ketentuan dalam peraturan hak milik commit to user 15 perindustrian dari tahun 1912. Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata, 1993: 2 Secara keseluruhan Undang-Undang Merek Nomor 21 Tahun 1961 dianggap masih banyak mengandung kekurangan, karena undang-undang ini hanya terdiri dari 24 pasal dan sistem pendaftaran yang dianut masih menggunakan sistem deklaratif. Sehingga tidak dapat memberikan perlindungan hukum yang memadahi kepada pemilik atau pemegang merek yang sah. Pada tahun 1992 Undang-Undang Merek Nomor 21 Tahun 1961 diganti dengan Undang-Undang Merek Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek yang mulai berlaku efektif tanggal 1 April 1993. Undang-Undang Merek Nomor 19 Tahun 1992 tidak lagi menggunakan sistem deklaratif tetapi menggunakan sistem konstitutif. Sistem ini mendasarkan pada sistem pendaftaran yaitu bahwa pendaftaran atas merek merupakan bukti adanya hak atas merek tersebut. Siapa yang pertama mendaftarkan dialah yang berhak atas merek dan secara eksklusif dapat menggunakan merek tersebut. Walaupun Undang-Undang Merek Nomor 19 Tahun 1992 dianggap telah cukup memberikan kepastian hukum bagi perlindungan produsen dan konsumen, tetapi oleh pemerintah Indonesia direvisi lagi dengan ditetapkannya Undang-Undang Merek Nomor 14 Tahun 1997 tentang perubahan Undang-Undang Merek Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek, yang kemudian diganti lagi dengan Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek yang tercantum dalam Lembaran Negara No.110 Tahun 2001 yang diberlakukan sejak tanggal 1 Agustus 2001. Perubahan terakhir dilakukan karena beberapa alasan diantaranya, karena ketentuan Persetujuan Putaran Uruguay yang telah ditandatangani oleh Indonesia pada tahun 1994 di Marakesh Maroko. Dengan ditandatanganinya persetujuan tersebut Indonesia harus berusaha menegakkan prinsip-prinsip pokok yang dikandung didalamnya termasuk TRIP’s yaitu Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights Including Trade in Counterfeit GoodsTRIP’s aspek-aspek dagang yang commit to user 16 terkait dengan hak milik intelektual termasuk perdagangan barang palsu. Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, 1997: 151 Terdapat perubahan yang menonjol dalam Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek ini dibandingkan dengan undang- undang yang lama, diantaranya adalah: 1. Mengenai proses penyelesaian permohonan pemeriksaan substantif Pasal 18. Dalam undang-undang ini pemeriksaan substantif dilakukan setelah permohonan dinyatakan memenuhi syarat secara administratif sedangkan dalam undang-undang merek lama pemeriksaan substantif dilakukan setelah selesainya masa pengumuman tentang adanya permohonan pendaftaran merek. Dengan perubahan ini dimaksudkan agar dapat lebih cepat diketahui apakah permohonan tersebut disetujui atau ditolak, dan memberi kesempatan kepada pihak lain untuk mengajukan keberatan terhadap permohonan yang telah disetujui untuk didaftar tersebut apabila ternyata merek yang dimohonkan itu mempunyai persamaan pada pokoknya atau persamaan pada keseluruhannya dengan merek terkenal milik orang lain. 2. Hak Prioritas Mengenai hak prioritas ini diatur dalam Pasal 11 sebagai berikut: “Permohonan dengan menggunakan Hak Prioritas harus diajukan dalam waktu paling lama 6 enam bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan pendaftaran Merek yang pertama kali diterima di negara lain, yang merupakan anggota Paris Convention for the Protection of Industrial Property atau anggotaAgreement Establishing the World Trade Organization.” 3. Komisi Banding Merek commit to user 17 Komisi Banding Merek ini diatur secara khusus dalam Undang- Undang Merek Tahun 2001 dalam Pasal 33 Sedangkan dalam Undang-Undang Merek Tahun 1992 maupun Undang-Undang Merek Tahun 1997 hanya diatur secara umum bersama pengaturan pengajuan banding dalam Pasal 31. Sedangkan dalam Undang-Undang Merek Tahun 1961 belum diatur tentang komisi Banding merek ini. 4. Indikasi Geografis dan Indikasi Asal Indikasi geografis dilindungi sebagai suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang, yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan Pasal 56 ayat 1. Ketentuan mengenai hal ini baru diatur dalam Undang- Undang Merek Tahun1997 dan Undang-Undang Merek Tahun 2001. 5. Penyelesaian Sengketa Dalam Undang-Undang Merek Tahun 2001 diatur dengan lebih rinci, dan diatur tentang dimungkinkannya penggunaan alternatif penyelesaian sengketa sebagaimana diatur dalam Pasal 84: “Selain penyelesaian gugatan sebagaimana dimaksud dalam Bagian Pertama Bab ini, para pihak dapat menyelesaikan sengketa melalui Arbitrase atau Alternatif Penyelesaian Sengketa.” 6. Ketentuan Pidana Dalam Undang-Undang Merek Tahun 2001 Menambah jenis tindak pidana, antara lain: a. Pertama, tindakan atas penggunaan tanpa hak tanda yang sama pada keseluruhan dengan indikasi geografis milik pihak lain. commit to user 18 b. Kedua, kejahatan atas penggunaan tanpa hak tanda yang sama pada pokoknya dengan indikasi geografis milik pihak lain. c. Ketiga, pencantuman asal sebenarnya pada barang yang merupakan hasil pelanggaran ataupun pencantuman kata yang menunjukkan bahwa barang tersebut merupakan tiruan dari barang yang terdaftar dan dilindungi berdasarkan indikasi geografis. d. Keempat, barangsiapa yang dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan tanda yang dilindungi berdasarkan indikasi- asal pada barang atau jasa sehingga dapat memperdaya atau menyesatkan masyarakat mengenai asal barang atau asal jasa tersebut Pasal 92. Semua tindak pidana ini adalah delik aduan Pasal.95 Syarif Enha. http:esenha.wordpress.com diakses pada tanggal 3 Maret 2011 pukul 20:22

b. Pengertian Merek

Secara yuridis pengertian merek tercantum dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek yang berbunyi: “Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka- angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa”. Selanjutnya beberapa sarjana memberikan pengertian merek, yaitu: 1 Menurut R. Soekardono: “Merek adalah sebuah tanda dengan mana dipribadikan sebuah barang tertentu, dimana perlu juga untuk mempribadikan asalnya barang dalam membandingkan dengan barang-barang sejenis yang dibuat atau diperdagangkan oleh orang-orang atau badan-badan perusahaan.” R. Soekardono, 1979: 149 commit to user 19 2 Menurut Purwosutjipto: “Merek adalah tanda, dengan mana suatu benda tertentu dipribadikan, sehingga dapat dibedakan dengan benda lainnya yang sejenis.” OK. Saidin, 2004: 343 3 Menurut Harsono Adisumarto: “Merek adalah tanda pengenal yang membedakan milik seseorang dengan milik orang lain, seperti pada pemilikan ternak dengan memberi tanda cap pada punggung sapi yang kemudian dilepaskan ditempat pengembalaan bersama yang luas. Cap seperti itu memang merupakan tanda pengenal untuk menunjukkan bahwa hewan yang besangkutan adalah milik orang tertentu. Biasanya, untuk membedakan tanda atau merek digunakan inisial dari mana pemilik sendiri sebagai tanda pembeda.” OK. Saidin, 2004: 345 4 Menurut Tirtaadmijaya yang menyetir pendapat Vollmar: “Suatu merek pabrik atau merek perniagaan adalah suatu tanda yang dibubuhkan di atas bungkusnya, guna membedakan barang itu dengan barang-barang sejenis lainnya.” Tritaadmijaya, 1962: 80 5 Menurut Soedargo Gautama: “Merek adalah alat untuk membedakan barang dan tanda yang dipakai sebagai merek ini kiranya harus mempunyai daya pembedaan untuk dapat membedakan barang yang bersangkutan.” Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata, 2002: 26 6 Menurut Iur Soeryatin: “Suatu merek dipergunakan untuk membedakan barang yang bersangkutan dari barang sejenis lainnya oleh karena itu barang yang bersangkutan dengan diberi merek tadi mempunyai tanda: tanda asal, nama, jaminan terhadap mutunya”. R. Suryatin, 1980: 84 commit to user 20 Sedangkan yang dimaksud dengan hak atas Merek oleh Pasal 3 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 yaitu : “Hak eksklusif yang diberikan negara kepada pemilik merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya”. Berdasarkan pengertian-pengertian yang ada tentang merek tersebut maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan bahwa merek itu sebenarnya adalah suatu tanda dari barang atau jasa yang memberikan ciri khas tertentu yang dapat membedakan dari barang atau jasa antara satu dan yang lainnya yang sejenis dimana tanda tersebut dapat berupa gambar, nama, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari semua unsur itu untuk diperdagangkan oleh seseorang atau sekelompok orang ataupun badan hukum.

c. Fungsi Merek

Merek menjadi demikian penting dalam periklanan dan perdagangan karena masyarakat dapat melihat melalui merek tertentu tersebut atas nama baik, kulitas, serta reputasi dari barang dan jasa tertentu. Nantinya pun suatu merek dapat menjadi kekayaan komersial yang luar biasa dan sangat berharga dan sering kali nama usaha merek suatu produk perusahaan lebih berharga daripada aset perusahaan yang berwujud, misalnya tanah, bangunan, mesin-mesin, dan perlengkapan kantor Suyud Margono, 2002: 146. Yang pada pokoknya merek mempunyai fungsi utama sebagai daya pembeda terhadap barang-barang sejenis dari suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Namun selain fungsi utama tersebut ternyata merek itu sendiri mempunyai banyak fungsi lainnya selain berfungsi sebagai daya pembeda. Fungsi merek dapat dilihat dari sudut produsen, pedagang, dan konsumen. Dari pihak produsen, merek digunakan untuk jaminan nilai hasil produksinya, khususnya mengenai kualitas dan pemakaiannya. Dari pihak pedagang, merek digunakan untuk promosi barang-barang dagangannya guna mencari dan meluaskan pasarannya. Dari pihak commit to user 21 konsumen, merek digunakan untuk mengadakan pilihan barang yang akan dibeli. Oleh para pengusaha khususnya para industriawan dianggap perlu untuk membedakan barang buatannya produk dengan barang-barang yang serupa yang dibuat perusahaan lain dengan mempergunakan merek yang hampir menyerupai perusahaan sendiri. Iting Partadireja, 1997: 130 Fungsi merek lainnya antara lain sebagai berikut: 1 Tanda pengenal untuk membedakan produk perusahaan yang satu dengan produk perusahaan yang lain produk identity. Fungsi ini juga menghubungkan barang atau jasa dengan produsennya sebagai jaminan reputasi hasil usahanya ketika diperdagangkan. 2 Sarana promosi dagang means of trade promotion. Promosi tersebut dilakukan melalui iklan produsen atau pengusaha yang memperdagangkan barang atau jasa. Merek merupakan salah satu goodwill untuk menarik konsumen, merupakan simbol pengusaha untuk memperluas pasar produk atau barang dagangannya. 3 Jaminan atau mutu barang atau jasa quality guarantee. Hal ini tidak hanya menguntungkan produsen Pemilik Merek, melainkan juga perlindungan jaminan mutu barang atau jasa bagi konsumen. 4 Penunjukan asal barang atau jasa yang dihasilkan source of origin. Merek merupakan tanda pengenal asal barang atau jasa yang menghubungkan barang atau jasa dengan daerahnegara asalnya Abdulkadir Muhammad, 2001: 120. Menurut P.D.D.Dermawan, fungsi merek itu ada tiga yaitu: 1 Fungsi indikator sumber, artinya merek berfungsi untuk menunjukkan bahwa suatu produk bersumber secara sah pada suatu unit usaha dan karenanya juga berfungsi untuk memberikan indikasi bahwa produk itu dibuat secara profesional; commit to user 22 2 Fungsi indikator kualitas, artinya merek berfungsi sebagai jaminan kualitas khususnya dalam kaitan dengan produk- produk bergengsi; 3 Fungsi sugestis, artinya merek memberikan kesan akan menjadi kolektor produk tersebut. OK. Saidin, 2004: 359 Tiga fungsi merek tersebut menyebabkan perlindungan hukum terhadap merek menjadi begitu sangat bermakna. Sesuai dengan fungsi merek, sebagai tanda pembeda, maka seyogianya antara merek yang dimiliki oleh seseorang tidak boleh sama dengan merek yang dimiliki oleh orang lain. Unlike patent and copyright, trademark protection is not constitutionally mandated. Trademark protection affords neither the property rights nor the legal monopoly bestowed under the patent and copyright regimes. “It is the source-denoting function [of a mark] which trademark law protects, and nothing more.” The policy underlying trademark seeks: 1 to protect consumers from being misled as to the enterprise or enterprises, from which the goods or services emanate or with which they are associated; 2 to prevent an impairment of the value of the enterprise which owns the trademark; and 3 to achieve these ends in a manner consistent with the objectives of free competition. John Shaeffer, Vol. 100 TMR, 2010: page 814-815 Terjemahan: Tidak seperti paten dan hak cipta, perlindungan merek dagang tidak diamanatkan secara konstitusional. perlindungan hak milik merek diberikan perlindungan di bawah hukum monopoli paten dan hak cipta. Ini adalah sumber perlindungan hukum merek dagang yang menunjukkan fungsi dari tanda,dan tidak lebih dari pada itu. Yang mendasari kebijakan merek dagang: 1 untuk melindungi konsumen dari perusahaan-perusahaan yang barang atau jasa atau yang terkait antara keduanya merugikan konsumen. 2 merek dagang untuk mencegah penurunan nilai perusahaan 3 bertujuan untuk mencapai persaingan bebas yang konsisten. Fungsi merek juga dapat dibagi ke dalam dua, yaitu fungsi bagi konsumen dan fungsi bagi perusahaan: commit to user 23 1 Fungsi merek bagi konsumen. Fungsi merek bagi konsumen diantaranya adalah: a Merek memainkan peran dalam kaitannya dengan komunikasi dan identifikasi. Merek dapat membimbing serta menawarkan suatu harapan kualitas dari sebuah produk. Dengan demikian, merek membantu dalam mendukung keputusan pembelian konsumen. b Mengurangi risiko pembelian yang diterima oleh konsumen, yang mana pada gilirannya dapat memunculkan suatu hubungan emosional antara konsumen dan perusahaan. Hubungan ini disebut sebagai trust based relationship hubungan yang didasarkan oleh kepercayaan. c Mengurangi resiko sosial dan psikologi dengan pemilik dan menggunakan “wrong” produk dengan menyediakan hadiah untuk pembelian merek sebagai lambang status dan gengsi. 2 Fungsi merek bagi Perusahaan Fungsi merek bagi perusahaan diantaranya adalah: a Memudahkan pembelian ulang, sehingga meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, karena merek dapat memungkinkan pembeli untuk mengenal dan mengingat produk dibandingkan alternatif yang ada. b Memudahkan pengenalan produk baru karena pembeli akrab dengan merek dari pengalaman pembelian. c Memudahkan efektifitas promosi dengan menyediakan suatu titik fokus. d Memudahkan harga premium dengan menciptakan suatu tungkatan diferensiasi dibandingkan kompetitor. e Memudahkan segmen pasar dengan mengkomunikasikan pesan pada pembeli, kepada siapa commit to user 24 suatu merek ditujukan dan pada siapa tidak. f Memudahkan loyalitas merek, ini merupakan hal yang penting khusus dalam kategori produk dimana loyalitas pembelian merupakan suatu kelengkapan yang penting dari perilaku pembelian. Merek tidak hanya berfungsi sebagai tanda pengenal tetapi harus juga dapat berfungsi sebagai tanda pembeda yang jelas. Untuk memungkinan suatu perusahaan dapat membedakan dirinya dan produk yang dimiliki terhadap apa yang dimiliki oleh para pesaingnya, maka merek menjadi peran penting dalam pencitraan dan strategi pemasaran perusahaan, pemberian kontribusi terhadap citra, dan reputasi terhadap produk dari sebuah perusahaan di mata konsumen. Merek juga dapat menjadi nilai tambah bagi perusahaan untuk berinvestasi dalam memelihara dan meningkatkan kualitas produk yang mereka miliki guna menjamin bahwa merek produk yang mereka miliki memiliki reputasi yang baik. Sehingga, merek memberikan jaminan nilai atau kualitas dari barang dan jasa yang bersangkutan. Hal ini tidak hanya berguna bagi produsen pemilik merek tersebut, tetapi juga memberikan perlindungan dan jaminan mutu barang kepada produsen tersebut. Selanjutnya, merek juga berfungsi sebagai sarana promosi atau reklame bagi produsen atau pedagang atau pengusaha-pengusaha yang memperdagangkan barang atau jasa yang bersangkutan. Merek adalah simbol bagi pihak pedagang untuk memperluas pasarannya dan juga mempertahankan pasaran tersebut.

d. Syarat Merek

Terdapat syarat mutlak suatu merek yang harus dipenuhi oleh setiap orang ataupun badan hukum yang ingin memakai suatu merek, agar suapaya merek itu dapat diterima dan dipakai sebagai merek atau cap dagang, syarat mutlak yang harus dipenuhi adalah bahwa merek itu harus mempunyai daya pembedaan yang cukup. Dengan lain perkataan, tanda yang dipakai ini haruslah sedemikian rupa, sehingga mempunyai cukup commit to user 25 kekuatan untuk membedakan barang hasil produksi sesuatu perusahaan atau barang perniagaan perdagangan atau jasa dari produksi seseorang dengan barang-barang atau jasa yang diproduksi oleh orang lain. Karena adanya merek itu barang-barang atau jasa yang diproduksi menjadi dapat dibedakan. Menurut Suyud Margono hal terpenting yang harus dimiliki dalam suatu merek yaitu daya pembeda distinctiveness merupakan unsur yang pertama Suyud Margono 2002: 30. “In general, descriptive terminology or imagery cannot gain trademark protection unless it also carries “secondary meaning” as a distinctive identifier of source. Even if a trademark covers this specialized sense of a word or image, its underlying primary meaning remains in the public domain. The section 33b4 defense works in tandem with this and other provisions of trademark law to ensure that trademark protection does not interfere with the ability to use everyday language. Without such limitations, mark holders could gain an unfair advantage by preventing competitors from describing their products adequately, and the public would lose valuable information that reduces search costs.”William McGeveran , 2008: page 82 Terjemahan: Secara umum, deskriptif istilah atau citra tidak dapat memperoleh perlindungan merek dagang kecuali itu juga membawa “makna ganda” sebagai sumber pembeda identifikasi. Bahkan jika sebuah merek mencakup pengertian khusus dari kata atau gambar, artinya tetap menjadi dasar yang utama dalam kantah masyarakat. Bagian 33 b 4 pertahanan dengan ini bekerja bersama-sama dan ketentuan lain dari undang-undang merek dagang untuk memastikan bahwa perlindungan merek dagang tidak mengganggu kemampuan untuk menggunakan bahasa sehari-hari. Tanpa pembatasan-pembatasan, pemegang tanda dapat memperoleh keuntungan yang tidak adil dengan mencegah pesaing dari menjelaskan produk mereka secara memadai, dan masyarakat akan kehilangan informasi berharga yang mengurangi biaya pencarian. Sudargo Gautama mengemukakan bahwa: “Merek ini harus merupakan suatu tanda. Tanda ini dapat dicantumkan pada barang bersangkutan atau bungkusan dari barang itu. Jika suatu barang hasil produksi suatu perusahaan tidak mempunyai kekuatan pembedaan dianggap sebagai tidak cukup mempunyai kekuatan pembedaan dan karenanya bukan merupakan merek. Misalnya: Bentuk, warna atau ciri lain dari barang atau pembungkusnya. Bentuk yang khas atau warna, warna dari sepotong sabun atau suatu doos, tube dan botol. Semua ini tidak cukup mempunyai daya pembedaan untuk dianggap sebagai suatu merek, tetapi dalam praktinya kita saksikan bahwa warna- commit to user 26 warna tertentu yang dipakai dengan suatu kombinasi yang khusus dapat dianggap sebagai suatu merek.” Sudargo Gautama, 1989: 34 Dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 menentukan syarat yang merek tidak dapat didaftar apabila Merek tersebut mengandung salah satu unsur di bawah ini: a. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum; b. tidak memiliki daya pembeda; c. telah menjadi milik umum; atau d. merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya. Mengenai Pasal 5 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 yang telah disebutkan diatas, Sudargo Gautama untuk lebih jelasnya mengemukakan dan membahas masing-masing point yaitu sebagai berikut: 1 Bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum Tanda-tanda yang bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum tidak dapat diterima sebagai merek. Dalam merek bersangkutan tidak boleh terdapat lukisan-lukisan atau kata-kata yang bertentangan dengan kesusilaan yang baik dan ketertiban umum. Di dalam lukisan-lukisan ini kiranya tidak dapat dimasukkan juga berbagai gambaran-gambaran yang dari segi keamanan atau segi penguasa tidak dapat diterima karena dilihat dari segi kesusilaan maupun dari segi politis dan ketertiban umum. Lukisan-lukisan yang tidak memenuhi norma-norma susila, juga tidak dapat digunakan sebagai merek jika tanda-tanda atau kata-kata yang terdapat dalam sesuatu yang diperkenankan sebagai “merek” dapat menyinggung atau melanggar perasaan, kesopanan, ketentraman atau keagamaan, commit to user 27 baik dari khalayak umumnya maupun suatu golongan masyarakat tertentu. 2 Tanda-tanda yang tidak mempunyai daya pembedaan Tanda-tanda yang tidak mempunyai daya pembeda atau yang dianggap kurang kuat dalam pembedaannya tidak dapat dianggap sebagai merek. Sebagai contoh misalnya dapat diberitahukan disini; lukisan suatu sepeda untuk barang-barang sepeda atau kata-kata yang menunjukkan suatu sifat barang, seperti misalnya “istimewa”, “super”, “sempurna”. Semua ini menunjukkan pada kualitas suatu barang. Juga nama barang itu sendiri tidak dipakai sebagai merek. Misalnya “kecap” untuk barang kecap, merek “sabun” untuk sabun dan sebagainya. Misalnya perkataan “super”, itu menunjukkan suatu kualitas atau mempropagandakan kualitas barangnya, maka tidak mempunyai cukup daya pembedaan untuk diterima sebagai merek. 3 Tanda milik umum Tanda-tanda yang karena telah dikenal dan dipakai secara luas serta bebas dikalangan masyarakat tidak lagi cukup untuk dipakai sebagai tanda pengenal bagi keperluan pribadi dari orang-orang tertentu. Misalnya disimpulkan didalam kategori ini tanda lukisan mengenai “tengkorak manusia dengan bawahnya ditaruhnya tulang bersilang”, yang secara umum dikenal dan juga dalam dunia internasional sebagai tanda bahaya racun. Kemudian juga tidak dapat misalnya dipakai merek suatu lukisan tentang “tangan yang dikepal dan ibu jari keatas”, yang secara umum dikenal sebagai suatu tanda pujian atau “jempol”. Kemudian juga dapat dianggap sebagai milik umum misalnya perkataan “Pancasila” dan sebagainya. commit to user 28 4 Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimintakan pendaftaran Selanjutnya yang dimaksud dengan merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimintakan pendaftaran seperti merek “kopi atau gambar kopi” untuk suatu produk kopi. Contoh lain misalnya merek “mobil atau gambar mobil” untuk produk mobil. Ini maksudnya agar pihak konsumen tidak keliru, sebab jika hal itu dibenarkan ada kemungkinan orang lain akan menggunakan merek yang sama oleh karena bendanya, produknya atau gambarnya sama dengan mereknya. OK. Saidin, 2004: 349-351 Selain yang ditentukan dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 menentukan syarat yang harus dipenuhi merek yang hendak di daftarkan yaitu harus memenuhi ketentuan Pasal 6 Undang-undang tersebut, yaitu: a. merek tersebut tidak boleh mempunyai persamaan pada pokoknya atau pada keseluruhannya dengan merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang danatau jasa sejenis; b. merek tersebut tidak mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan atau jasa sejenis; c. merek tersebut tidak mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi geografis yang sudah dikenal.

e. Jenis Merek

Ada 2 dua jenis merek yang disebutkan dalam undang-undang merek, yaitu: 1 Merek dagang 2 Merek jasa commit to user 29 Pengertian mengenai merek dagang trade mark disebutkan dalam Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001, yaitu: “Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya”. Pengertian mengenai merek jasa service mark disebutkan dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001, yaitu: “Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa sejenis lainnya”. Selain itu disebutkan juga pengertian mengenai merek kolektif collective mark yang terdapat dalam Pasal 1 ayat 4 Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001, yaitu: “Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang atau jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama- sama untuk membedakan dengan barang atau jasa sejenis lainnya”. Khusus untuk merek kolektif sebenarnya tidak dapat dikatakan sebagai jenis merek yang baru oleh karena merek kolektif ini sebenarnya juga terdiri dari merek barang dan jasa. Hanya saja merek kolektif ini pemakaiannya digunakan secara kolektif. Pemilik danatau pemegang dari merek dagang tersebut mendapatkan hak atas merek. Hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya. Dalam definisi tersebut terdapat pihak lain, berarti satu merek dapat dipakai oleh beberapa orang atau pihak lain selain pemilik dari merek tersebut. Pemberian izin penggunaan merek kepada pihak lain ini dapat dilakukan dengan cara pemberian lisensi, yaitu suatu izin kepada orang lain untuk jangka waktu tertentu menggunakan merek tersebut commit to user 30 sebagaimana ia sendiri menggunakannya. Hak merek itu sendiri dikatakan sebagai hak eksklusif karena hak tersebut merupakan hak yang sangat pribadi bagi pemilik dari merek tersebut serta dapat digunakan sendiri oleh pemiliknya maupun memberikan izin kepada orang lain untuk menggunakan merek tersebut dalam jangka waktu tertentu yang diatur dalam Undang- Undang yang berlaku. Hak Prioritas untuk menggunakan merek tersebut yaitu hak pemohon untuk mengajukan permohonan yang berasal dari Negara yang tergabung dalam Paris Covention For the protection of Industrial Property atau Agreement Establishing the World Trade Oragnization untuk memperoleh pengakuan bahwa tanggal penerimaan di negera tujuan yang juga anggota salah satu dari kedua perjanjian itu, selama pengajuan tersebut dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditentukan berdasarkan Paris Conventional for the Protection of Industrial Property. Rachmadi Usman, 2003: 321 Disamping jenis merek sebagaimana yang ditentukan diatas ada juga pengklasifikasian lain yang didasarkan kepada bentuk atau wujudnya. Bentuk atau wujud merek itu menurut Suryatin dimaksudkan untuk membedakannya dari barang sejenis milik orang lain. Oleh karena adanya pembedaan itu, maka terdapat beberapa jenis merek yakni: 1 Merek lukisan beel merek 2 Merek kata word merek 3 Merek bentuk form merek 4 Merek bunyi-bunyian klank merek 5 Merek judul titel merek R. Soeryatin, 1980: 87 Dewasa ini dikenal pula merek dalam bentuk tiga dimensi three dimensional trademark seperti merek pada produk minuman Coca-Cola dan Kentucky Fried Chicken. Di Australia dan Inggris, definisi merek telah berkembang luas dengan mengikutsertakan bentuk dan aspek tampilan produk didalamnya. Di Inggris, perusahaan Cocal-Cola telah mendaftarkan bentuk botol merek sebagai suatu merek. Perkembangan ini makin mengindikasikan kesulitan commit to user 31 membedakan perlindungan merek dengan perlindungan desain produk. Selain itu, kesulitan juga muncul karena selama ini terdapat perbedaan antara merek dengan barang-barang yang ditempeli merek tersebut. Menurut acuan selama ini gambaran produk yang direpresentasikan oleh bentuk, ukuran dan warna tidaklah dapat dikategorikan sebagai merek. Misalnya, ”rumah biru kecil” small blue house tidak dapat didaftarkan sebagai suatu merek karena menggambarkan bentuk rumah. Kemungkinan untuk mendaftarkan merek dengan mempertimbangkan bentuk barang telah menjadi bahan pemikiran pada contoh diatas. Tampilan produk mungkin juga tidak dapat didaftarkan sebagai suatu merek tapi dapat menjadi bahan pertimbangan jika ada produk lain yang mungkin memiliki tampilan serupa. Di beberapa negara, suara, bau, dan warna dapat didaftarkan sebagai merek. OK. Saidin, 2004: 347-348

f. Hak Atas Merek

Pengertian mengenai hak atas merek diberikan menurut Pasal 3 Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 yang menyatakan bahwa hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya. Hak khusus memakai merek ini yang berfungsi seperti suatu monopoli, hanya berlaku untuk barang atau jasa tertentu. Oleh karena itu suatu merek memberi hak khusus atau hak mutlak kepada pemilik merek, maka hak atas merek itu dapat dipertahankan kepada siapapun.Muhammad Djumhan dan Djubaedillah, 1997: 163 Hak atas merek diberikan kepada pemilik merek dagang atau jasa yang beritikad baik. Sesuai dengan ketentuan bahwa hak merek itu diberikan pengakuannya oleh negara, maka pendaftaran atas merek miliknya, merupakan suatu keharusan apabila pemilik merek menghendaki agar menurut hukum dipandang sebagai orang yang berhak atas suatu merek. commit to user 32 Bagi orang yang mendaftarkan mereknya terdapat suatu kepastian hukum abhwa dialah yang berhak atas merek tersebut. Dan bagi pihak lain harus menghormati hak tersebut, apabila mencoba akan mempergunakan merek yang sama atas barang atau jasa lain yang sejenis oleh Direktorat Jenderal akan ditolak pendaftarannya. Memperhatikan ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001, pengertian hak khusus yang diberikan negara kepada pemilik merek meliputi jangkauan: 1 Menciptakan hak tunggal sole or single right Hukum atau undang-undang memberi hak tersendiri kepada pemilik merek. Hak itu terpisah dan berdiri sendiri secara utuh tanpa campur tangan pihak lain. 2 Mewujudkan hak monopoli monopoly right Siapapun dilarang meniru, memakai, dan mempergunakan dalam perdagangan barang dan jasa tanpa izin pemilik merek. 3 Memberi hak paling unggul kepada pemilik merek superior right Hak superior merupakan hak yang diberikan doktrin hak paling unggul bagi pendaftar pertama. Oleh karena itu, pemegang hak khusus atas suatu merek mengungguli merek orang lain untuk dilindungi.

2. Tinjauan Umum tentang Merek Yang Dapat dan Tidak Dapat Didaftar

Dokumen yang terkait

Penegakan Hukum Tindak Pidana Merek Pasca Berlakunya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek

1 57 149

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMALSUAN MEREK DAGANG TERKENAL ASING DI INDONESIA DITINJAU DARI UNDANG UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK

2 38 108

Penemuan Hukum Dalam Perlindungan Merek Yang Digunakan Sebagai Nama Domain Di Indonesia Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.

0 0 41

Perlindungan Terhadap Pemegang Merek Sejenis yang Terdaftar atas Pendaftaran Kembali Merek oleh Pihak Lain Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.

0 2 2

PERLINDUNGAN TERHADAP PEMILIK MEREK ASING TERKENAL DALAM PENGGUNAAN MEREK OLEH USAHA KECIL MENENGAH DIKAITKAN DENGAN HAK EKONOMI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK.

0 0 2

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENDAFTAR PERTAMA HAK MEREK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK ( Studi Putusan Peninjauan Kembali Nomor: 179 PK/PDT.SUS/2012 tentang merek “KOPITIAM”).

0 0 13

PERLINDUNGAN HUKUM HAK ATAS MEREK PERUSAHAAN YANG DI MERGER MENURUT KONSEPSI UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK | FITRIANINGSI | Legal Opinion 6234 20619 1 PB

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN - PERLINDUNGAN HUKUM ATAS PEMEGANG HAK MEREK TERHADAP PELANGGARAN MEREK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG MEREK NO 15 TAHUN 2001

0 0 9

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG KEPABEANAN Ketentuan dan Perlindungan Terhadap Merek Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek - Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terdaftar Dikaitkan Dengan Undang-Unda

0 0 15

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS LAMBANG PALANG MERAH DI INDONESIA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK TESIS

0 0 17