Peran Ibu Dalam Pembentukan Kepribadian Anak Sholeh Menurut Konsep Islam

PERAN IBU DALAM PEMBENTUKAN
KEPRIBADIAN ANAK SHOLEH MENURUT
KONSEP ISLAM
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
ANIS CHOIRUNNISA
NIM 108011000094

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M

l.'

pv


1

It

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

PERAN IBU DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK
SHOLEH MENURUT KONSEP ISLAM
SKRIPSI
DiajukanKepadaFakultasIlmu TarbiyahdanKeguruanUntuk Memenuhi
Persyaratan
MencapaiGelarSarjanaPendidikanAgamaIslam (S.pd.I)

oleh:
Anis Choirunnisa
NIM 108011000094

DibawahBimbingan
DosenPembimbingSkripsi


far
Dra Hi. Eri Rossatria.M.As
NIP. 194707t7 1966082001

JURUSAN PEI{DIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
r434HJ20r3M

l

v

It'E
I i.!

l"

l'

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudulPeran Ibu Dalam PembentukanKepribadian Anak Sholeh
Menurut Konsep rslam disusunoleh Anis choirunnisa,NIM 108011000094,
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
UniversitasIslam Negeri Syarif HidayatullahJakarta.Telah melalui bimbingan
dan dinyatakansah sebagaikarya ilmiah yang berhakuntuk diujikan padasidang
munaqasahsesuaiketentuanyangditetapkan.

Jakarta,l0 Januari2013

Yang Mengesahkan,

[a,t
Dra Hi. Eri Rossatria.M.As
NIP. 194707t7 1966082001

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
SkripsiberjudulPeran Ibu Dalam PembentukanKepribadian Anak Sholeh

Menurut Konsep Islam disusunoleh ANIS CHOIRLINNISA,Nomor Induk
Mahasiswa 108011000094,
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah
dinyatakanlulus dalamUjian Munaqasahpadatanggal4 April 2013 di hadapan
gelarSarjanaSl (S.Pd.I)
dewanpenguji.Karenaitu, penulisberhakmemperoleh
dalambidangPendidikanAgamaIslam.
Iakarta,l3April 2013
PanitiaUjian Munaqasah

I(etuaPanitia(KetuaJurusan/ProgramStudi)

Tanggal

Bahriss,alim.M.Ae.
NIP: 19680307
199803I 002

T-


Tanda Tangan

+r/t )n3

(Sekretaris
Sekretaris
Jurusan/Prodi)
Drs. SapiudinShidiq.M.Ae.
NIP: 19670328
200003I 001

oft'4'J)

PengujiI
l F- o 1 - / t 3

DR. Akhmad Sodiq.M.Ae
NIP: 19710709
199803I 001

PengujiII

4r--ot)

Drs. SapiudinShidiq.M.Ae.
NIP: 19670328
200003I

. H. Rifat

20520198103
1 001

g

SURAT PERI\IYATAAN KARYA ILMIAII
Yang bertandatangandibawahini:
Nama

ANIS CHOIRTINNISA


NIM

1 0 8 01 0 0 0 0 9 4

Jurusan

PendidikanAgamaIslam

Alamat

Jl. BentengBetawiNO. 31 RT01/15
KelurahanTanahTinggi, KecamatanTangerang,Kota
Tangerang
15119

MENYATAKAN DENGAN SESLINGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Peran lbu

Dalam pembentukan


Kepribadian Anak sholeh Menurut Konsep rslam adalahbenar hasil karya
sendiridi bawahbimbingandosen:
NamaPembimbing : Dra Hj. Eri Rossatria,
M.Ag
NIP

:194707171966082001
Demikian surat pernyataanini saya buat dengansesungguhnyadan saya

siap menerimasegalakonsekuensiapabilaterbukti bahwa skripsi ini bukanhasil
karyasendiri.

Anis Choirunnisa

ABSTRAK
Anis Choirunnisa, 108011000094, Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan. “Peran Ibu Dalam Pembentukan Kepribadian Anak
Sholeh Menurut Konsep Islam”
Kata Kunci : Peran ibu, Pembentukan Kepribadian Anak Sholeh Menurut Konsep

Islam
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ibu dalam pembentukan
kepribadian anak sholeh usia 2-6 tahun menurut konsep Islam. Penelitian ini
dilaksanakan bulan Mei 2012 sampai Oktober 2012 melalui sumber-sumber
tertulis yang berkaitan dengan peran ibu dalam pembentukan kepribadian anak
sholeh usia 2-6 tahun. Adapun permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini
adalah adanya ibu yang tidak berkepribadian baik, padahal fungsi tersebut akan
berdampak terhadap anak. Penelitian ini dibatasi, pada peran ibu dan tanggung
jawabnya dalam pembentukan kepribadian anak usia 2-6 tahun agar menjadi anak
yang sholeh menurut konsep Islam.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kepustakaan (Library
Research), dengan pendekatan teknik analisis deskriptif. Untuk pengumpulan data
dilakukan dengan cara membaca, menelaah buku-buku, majalah, surat kabar dan
bahan-bahan informasi lainnya, yang ada hubungannya dengan pembahasan ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran ibu sangat penting sekali
diterapkan pada anak usia 2-6 tahun, karena ibu merupakan penentu atau peletak
dasar dalam pembentukan kepribadian anak sholeh. Dan untuk memperoleh hal
tersebut, maka penulis menerapkan beberapa peran ibu diantaranya: (1) Ibu
sebagai pendidik anak sholeh perlu memperhatikan perannya, yaitu: ibu perlu
mendidik atau mengajari anak dengan kegiatan sehar-hari di barengi dengan

belajar sambil bermain. (2) Ibu sebagai pembina anak sholeh, yaitu membina anak
dengan pendidikan-pendidikan yang Islami. (3) Dan ibu sebagai teladan anak
sholeh, yaitu dengan meneladani sikap dan perilaku Rasulullah SAW sebagai
teladan paripurna.

i

KATA PENGANTAR

‫بسم اه الرّحمن الرّحيم‬
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT sang
penentu segala urusan atas berkat, rahmat, taufik, hidayah, dan limpahan
petunjuk-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul:
“Peran Ibu Dalam Pembentukan Kepribadian Anak Sholeh Menurut Konsep
Islam”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa
petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1.


Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Bahrissalim, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang selalu
memberikan kemudahan dalam setiap kebijakan yang beliau berikan selama
penulis menjadi mahasiswa di jurusan PAI.

3.

Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag. Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

4.

Siti Khodijah, MA. Dosen Penasehat Akademik Jurusan Pendidikan Agama
Islam, yang memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis.

5.

Dra. Hj. Eri Rossatria, M.Ag. Dosen pembimbing skripsi, yang selalu
menyempatkan waktu di tengah kesibukan beliau untuk membimbing.
mengarahkan dan memberikan semangat selama proses penulisan skripsi ini.

6.

Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama, Perpustakaan FITK dan
Perpustakaan Iman Jama, yang turut memberikan pelayanan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.

7.

Yang paling utama untuk orang tua tercinta, Ayahanda dan Ibunda, Drs.K.H.
Ahmad Sachowi Solihin dan Sufanah, S.Pd, serta adik-adik yang penulis
banggakan Laylie Musyrifah, Ummu Salamah, Laiqotul Jannah, Muhammad

ii

Kafa A’zmiy dan Himmatul Aliyah. Do’a dan dukungan semangat demi
kemajuan penulis.
8.

Para santriwan Pondok Pesantren Babussalam, khususnya Asep Fahruddin,
Andri Ramdhani, Ahmad Jalaluddin, Faizuddin dan mang Oji yang telah
memberikan inspirasi dan motivasi, dan selalu menghibur penulis disaat
kejenuhan dan kesulitan.

9.

Kawan-Kawan PAI C angakatan 2008 khususnya Ismawati, Mudzakir Faozi,
Muniroh, Ana Mutiara, Pipit Riyani, Siti Rohimah dan Devi Febina, yang
mejadi tempat berdiskusi, bertukar pikiran dengan semangat perjuangan kita
bersama-sama menuju kesuksesan.

10. Kawan-Kawan Tafsir Hadist angkatan 2007 khususnya Latifani Wardah
Shomita dan Liha Fadhillah yang selalu mendukung, mendoakan, dan
memberikan semangat kepada penulis.
11. Sahabat tercinta Imas Sholihat dan Siti Khairani yang selalu mendukung,
menghibur, dan memberikan semangat kepada penulis.
12. Dan kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungan
kepada penulis baik secara moral maupun material.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangan, namun penulis berharap kritik dan saran yang
dapat memperbaiki, baik penulisan maupun isinya. Semoga skripsi ini dapat
dijadikan inspirasi bagi yang akan mengadakan penelitian selanjutanya, dan dapat
bermanfaat untuk kita semua.
Tangerang, 10 Januari 2013

Penulis

Anis Choirunnisa

iii

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK …………………………………………………………..

i

KATA PENGANTAR ……………………………………………...

ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………..

iv

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………

1

B. Identifikasi Masalah ………………………………..

6

C. Pembatasan Masalah ……………………………….

7

D. Perumusan Masalah ………………………………..

7

E. Tujuan Penelitian …………………………………..

7

F. Kegunaan Penelitian ………………………………

7

KAJIAN TEORETIK
A. PERAN IBU
1. Pengertian Ibu Dan Perannya …….……………

8

2. Tugas Dan Tanggung Jawab Ibu .……………..

12

3. Karakteristik Ibu yang Baik ……………………

15

B. PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK SHOLEH

BAB III

1. Pengertian Kepribadian Anak Sholeh ………….

20

2. Fase Perkembangan Anak Usia 2-6 Tahun……..

24

3. Faktor-Faktor Pembentukan Kepribadian Anak ..

30

C. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN ……...

33

METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu Penelitian ……………………………………

iv

37

BAB IV

BAB V

B. Metode Penulisan …………………………………...

37

C. Fokus Penelitian ……….……………………………

38

D. Prosedur Penelitian …………………………………

38

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Ibu Sebagai Pendidik Anak Sholeh ……………….

40

B. Ibu Sebagai Pembina Anak Sholeh ……………......

48

C. Ibu Sebagai Teladan Anak Sholeh …………….…..

54

PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………

64

B. Saran ……………………………………………….

65

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

v

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Seorang anak yang senantiasa mendambakan ibu yang baik nan sholehah,
taat menjalankan ibadah mahdah, rajin menjalankan syariat hukum sesuai dengan
aturan agama Islam, memberikan kasih sayang yang tulus, mendidik dengan baik
dan berbudi pekerti yang luhur. Itulah yang disebut dengan ibu ideal dalam
pandangan Islam.
Hal ini diperjelas dengan pendapat Adil Fathi Abdullah dalam bukunya
Menjadi Ibu Ideal yakni:
Ibu yang ideal adalah ibu yang berhasil dalam menjalankan peranannya
secara maksimal sebagai seorang ibu. Ia harus dapat membaca pribadi
anak-anaknya, persoalan dan problem yang dihadapi, bagaimana
berinteraksi dengan mereka, bagaimana cara mendidik, bagaimana
mengajarkan al-Quran, dan bagaimana mengajarkan masalah-masalah
yang berkaitan dengan agama dan pendidikan, serta memiliki
pengetahuan tentang sarana pendidikan modern dan cara
menggunakannya. 1
Begitu juga pendapat Ya’qub Chamidi dalam bukunya Menjadi Wanita
Shalihah dan Mempesona yang menyatakan bahwa:
Seorang ibu yang baik adalah selalu mendoakan kebaikan anak-anaknya
mulai dalam rahim sang ibu hingga meninggal sekalipun. Dan dalam
kesehariannya, ibu yang baik akan menghargai keberadaan anakanaknya, memperlakukan mereka dengan adil tanpa membeda-bedakan
laki-laki ataupun perempuan. Selain itu, dengan ungkapan tegas lagi
1

Adil Fathi Abdullah, Menjadi Ibu Ideal, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h. 121.

1

2

lembut diwujudkan dengan contoh yang baik, serta mengajarkan budi
pekerti dan tauhid serta akidah kepada anak-anaknya, sehingga anakanak akan menjadi generasi yang tahan dengan goncangan, dapat
diandalakan di masa-masa yang akan datang dan menjadi generasi yang
bahagia dunia dan akhirat.2
Sejatinya, ibu dikatakan ideal dalam Islam yaitu mampu mendidik anak
dengan nilai ke-islaman sejak masih dini, memiliki budi pekerti yang baik
(akhlakul karimah), selalu menjaga perilakunya agar menjadi teladan bagi
anaknya, memiliki sikap penyabar, sopan serta lembut dalam berbicara agar kelak
sang anak dapat memiliki kepribadian yang tangguh dalam Islami.
Begitu juga, dengan pendidikan anak yang merupakan salah satu topik
amat penting serta mendapat perhatian dari Islam. Dengan pendidikan anak akan
mempunyai banyak ketrampilan dan kepribadian. Ketrampilan dan kepribadian
merupakan sekian banyak dari proses yang dialami anak untuk menjadi makhluk
yang bekualitas baik fisik maupun mental. Pribadi berkualitas dan berakhlak
mulia tidak datang dengan sendirinya, tetapi ada semacam latihan-latihan.
Kebiasaan yang baik akan berakibat baik dan menjadi bagian dari kepribadian
keseharian, sebaliknya kepribadian dan kebiasaan sehari-hari yang buruk juga
akan berakibat buruk terhadap kepribadaian dan perbuatan dirinya sendiri.
Tidak ada yang meragukan betapa pentingnya peran ibu dalam pendidikan
anak seperti kasih sayang dan perhatian dari seorang ibu. Karena perhatian dan
kasih sayang tersebut akan menimbulkan perasaan di terima dalam diri anak-anak
dan membangkitkan rasa percaya diri di masa-masa pertumbuhan mereka.
Karena itu, hal ini dipertegas oleh Lidia Yurita dalam bukunya Mukjizat
Doa Ibu! yang menyatakan bahwa “ibu muncul sebagai sosok yang siap siaga dan
serba bisa. Kasih sayang, kelembutan dan perhatiannya menempatkan ibu menjadi
sosok yang dibutuhkan seluruh anggota keluarga”.3
Begitu juga, dalam bukunya Khairiyah Husain Thaha yang berjudul
Konsep Ibu Teladan yang menyatakan bahwa:

Ya’qub Chamidi, Menjadi Wanita Shalihah dan Mempesona, (Jakarta: Mitra Press
Studio,2011), h. 190.
3
Lidia Yurita, Mukjizat Doa Ibu!, (Jogjakarta: Diva Press, 2009), h. 76.
2

3

Orang tua terutama ibu yang banyak bergelut dengan anak, mempunyai
tugas yang amat besar untuk mendidik anak baik pendidikan jasmani,
intelektual dan mental spritual, sehingga melalui teladan yang baik atau
pelajaran yang berupa nasehat-nasehat, kelak ia dapat memetik tradisitradisi yang benar dan pijakan moral yang sempurna dari masa kanakkanaknya itu.4
Namun, realitasnya banyak ibu yang tidak dapat melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya dengan baik di dalam keluarga, karena ibu tidak pernah tahu
bagaimana cara mendidik anaknya dengan baik, seperti sibuk dengan karirnya
hingga terkadang menyerahkan tanggung jawab terbesar dalam pendidikan kepada
pihak sekolah atau dengan pengasuh anak-anak yang bisa jadi “kurang
berkualitas”, atau mungkin juga ada yang merasa menyerah dan putus asa dalam
mendidik anak karena kurang pengetahuan dan bingung tidak mengerti dengan
apa yang harus dilakukan.
Akibat dari itu, betapa banyaknya keluarga yang hancur berantakan karena
ibu enggan mendidik anak-anaknya, dikarenakan ia mengabaikan begitu saja,
yang akhirnya melahirkan generasi yang tidak dapat diharapkan yaitu generasi
yang jahat dan durhaka kepada orang tua serta masyarakat mereka.
Padahal tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh ibu dalam jiwa anak
sangatlah besar, karena tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang ibu dalam
kehidupan nyata ini jauh lebih besar daripada seorang ayah. Sebab, waktu
bersama seorang ibu dengan anak lebih banyak dan lebih luas di rumah.
Hal ini pun terkait dalam bukunya Awaluddin Habiburrahman yang
berjudul Terbaik Buat Anakku yang mengatakan bahwa:
Ibu adalah ujung tombak dari tanggung jawab mendidik anak-anaknya
sehingga dapat dikatakan bahwa baik atau buruk warna seorang anak
sebagian besar dipengaruhi oleh baik atau buruk warna kepribadian
ibunya. Sehingga ibu yang sadar akan fungsinya yang menentukan
masa depan anaknya akan berusaha sekuat tenaganya untuk menjadi ibu
yang muslimah atau shalihah bagi anak-anaknya.5
Demikian, ibu merupakan orang pertama yang menjadi contoh dalam
pendidikan bagi keluarga serta melindungi anak-anaknya dari kobaran api neraka.
4
5

Khairiyah Husain Thaha, Konsep Ibu Teladan, ( Surabaya: Risalah Gusti, 1992), h. 5.
Awaluddin Habiburrahman, Terbaik Buat Anakku, (Jakarta: Pustaka Group,2009), h. 34.

4

Sebagaimana Allah berfirman dalam surat At-Tahrim: 6 yang berbunyi:

          

           

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
(Q.S. At-Tahrim: 6).6
Perintah ini ditujukan kepada keluarga. Namun, dalam hal ini sosok ibu
lah yang menjadi prioritas utama dalam mendidik anak di dalam keluarga, karena
anak yang diharapkan di dalam keluarga yaitu anak yang sholeh. Dengan
demikian realitas ini memberi kesan bahwa pendidikan utama awal bagi anak
adalah pendidikan yang diterimanya ketika di rumah. Pendidikan di rumah sangat
penting, karena mempunyai pengaruh besar bagi anak kelak mereka sudah bergaul
dan bermasyarakat. Dan ibu yang muslimah atau shalehah lah akan berusaha
memberikan pengaruh keimanan dan ketakwaan yang kuat kepada jiwa anakanaknya sehingga anak-anaknya tumbuh menjadi muslim yang taat dan terhindar
dari api neraka.
Selain mendidik anak, seorang ibu pun harus memperhatikan kepribadian
seorang anak, karena ibu pun tidak luput berfungsi sebagai pembina kepribadian
yang dimulai sejak dalam kandungan hingga beberapa fase perkembangan anak.
Pada tahap fase perkembangan anak ibu memilki sosok yang dibutuhkan oleh
setiap anak. Pola asuh, tingkah laku serta teladan yang baik akan dibutuhkan oleh
anak. Maka dengan ini emosional dan watak seorang ibu pun dapat ditularkan
melalui perilaku seorang ibu selama mengandung, mengasuh dan mendidik.
Sehingga terciptalah perkembangan kepribadian anak yang baik.
Kenyataan ini pun, dipertegas dalam bukunya Zakiah Daradjat, yang
berjudul Islam dan Peranan Wanita, yang mengatakan bahwa:

6

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Jakarta:PT Bumi Restu), h. 951.

5

Sikap dan emosi ibu yang sedang hamil akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan janin yang dikandungnya, suasana keluarga yang tenang
dan bahagia merupakan tanah yang subur bagi pertumbuhan anak. Dan
sebaliknya suasana keluarga yang tidak baik, kacau, serta tidak ada
kehangatan dan pengertian, maka tanah gersang yang akan menghambat
atau menggangu pertumbuhan anak.7
Seorang ibu muslimah yang shalehah amat penting mengemban tugas suci
sebagai ibu yang sejati, karena mengingat tujuan utama seorang muslimah adalah
untuk menjadi ibu rumah tangga yang hakiki. Tujuan ini sangat urgen dan amat
menentukan. Sosok ibu menduduki peranan amat strategis dalam pembentukan
generasi dengan kepribadian yang utuh. Ibu merupakan kunci bagi masa depan
anak. Bagaimana warna generasi muda di masa mendatang, sangat tergantung
pada pola asuh kaum ibu masa kini. Itulah sebabnya, ibu juga disebut sebagai
madrasah pertama dalam pendidikan bangsa karena ia pertama kali mendidik anak
putra-putrinya dan menjadikan mereka berpikiran matang dan memiliki potensi.
Sebagaimana dalam buku Muhammad Ali Hasyimi dengan judul
Kepribadian Wanita Muslimah Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah bahwa:
Seorang penyair ternama Hafiz Ibrahim mengungkapkan sebagai
berikut:
Ibu adalah madrasah (sekolah), bila engkau menyiapkannya berarti
engkau menyiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya. 8
Karena itu, memang sangat jelas bahwa ibu adalah madrasah pertama yang
akan memberikan qudwah (keteladanan) bagi sikap, prilaku dan kepribadian anak.
Hal ini pun dipertegas dalam bukunya Ummu Syafa Suryani Arfah dalam
bukunya Menjadi Wanita Shalihah, bahwa: “ibu adalah shibgah (pencelupan)
pertama bagi watak dan kepribadian anak. Ia merupakan bayangan yang paling
mendekati dengan kepribadian anak, jika ia baik maka akan baik lah anakanaknya”. 9. Demikian secara tak langsung semua tindak-tanduk ibu akan menjadi
7

Zakiah Daradjat, Islam dan Peranan Wanita, (Jakarta: Bulan Bintang,1978), h. 11.
Muhammad Ali Hasyimi, Kepribadian Wanita Muslimah Menurut Al-Qur’an dan AsSunnah, (Jakarta: Akademika Pressindo,1997), h.195.
9
Ummu Syafa Suryani Arfah, Menjadi Wanita Shalihah, (Jakarta: Eska Media,2010), h.
272.
8

6

suri tauladan bagi keluarganya, terutama bagi anak-anaknya. Karena dari sanalah
akan tumbuh kepribadian pada anak secara bertahap.
Akhirnya ibu yang benar-benar menjalankan fungsinya dengan baik, maka
rumah-tangga itu akan mampu melahirkan anak sholeh yang kelak menjadi tunas
berdirinya masyarakat yang islami. Juga seorang ibu harus berusaha sedemikian
rupa, agar rumah tangganya menjadi terarah dan teratur, yang darinya
tercerminlah kepribadian yang islami.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merasa tertarik untuk
menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul “Peran Ibu dalam
Pembentukan Kepribadian Anak Sholeh Menurut Konsep Islam”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya perhatian ibu dalam mendidik anak sehingga banyaknya
keluarga yang hancur berantakan karena ia mengabaikan begitu saja,
yang akhirnya melahirkan generasi durhaka kepada orang tua serta
masyarakat mereka.
2. Kurangnya kepekaan ibu dalam hubungan baik terhadap anak-anaknya,
sehingga anak susah sekali diatur, walaupun ia menyuruh kepada
kebajikan.
3. Kurang ikhlasnya ibu dalam membina dan membimbing anak, sehingga
anak sukar mendapatkan teladan yang baik.
4. Adanya ibu yang tidak peduli terhadap masa kehamilannya, padahal
emosional dan watak seorang ibu pun dapat ditularkan melalui perilaku
seorang ibu selama mengandung dan mengasuh.
5. Adanya ibu yang tidak berkepribadian baik, padahal fungsi tersebut
akan berdampak terhadap anak-anaknya.

7

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.

Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, penulis merasa perlu

membatasi masalah

yang akan dibahas. Penulis lebih menitikberatkan

permasalahannya pada: Peran ibu dan tanggung jawabnya dalam pembentukan
kepribadian anak usia 2-6 tahun agar menjadi anak yang sholeh menurut konsep
Islam. Dan yang dimaksud kajian dalam konsep Islam ini, yaitu berdasarkan
pemikiran Abu Bakar Ash-Shiddiq, Ibnu Said Al-Maghribi, Adil Fathi Abdullah,
dan Imam Zainal Abidin As-Sajjad as dan Ahmad D. Marimba.
2.

Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah

sebagai titik pangkal pengkajian dan pembahasan skripsi ini. Pokok permasalahan
yang dirumuskan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: Bagaimana peran ibu
dalam pembentukan kepribadian anak sholeh usia 2-6 tahun menurut konsep
Islam?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui peran ibu dalam
pembentukan kepribadian anak sholeh usia 2-6 tahun menurut konsep Islam.
E. Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
bermanfaat diantaranya:
1. Bagi penulis, hasil penelitian ini kiranya dapat memberikan informasi
dan bahan masukan untuk diri sendiri agar mendapatkan khazanah
dalam pengetahuan Islam.
2. Bagi orang tua khususnya para ibu, dari hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi pegangan dalam membentuk kepribadian anak sholeh.
3. Bagi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta agar dapat
digunakan sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut.

BAB II
KAJIAN TEORETIK

A. IBU
1.

Pengertian Ibu dan Perannya
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ibu secara etimologi berarti:

“1.Wanita yang telah melahirkan seseorang; 2. Sebutan untuk wanita yang sudah
bersuami; 3.Panggilan yang takzim kepada wanita baik yang sudah bersuami
maupun yang belum”.1 Sedangkan Kamus Lengkap Bahasa Indonesia kata “ibu
berarti emak, orang tua perempuan”.2
Sedangkan kata ibu secara terminologi yang dinyatakan oleh Abu Al’Aina
Al Mardhiyah dalam bukunya Apakah Anda Ummi Sholihah? bahwa “ibu
merupakan status mulia yang pasti akan disandang oleh setiap wanita normal. Ibu
merupakan tumpuan harapan penerus generasi, di atas pundaknya terletak suram
dan cemerlangnya generasi yang akan lahir”.3
Alex Sobur dalam bukunya Anak Masa Depan juga mengatakan bahwa
“ibu adalah orang pertama yang dikejar oleh anak: perhatian, pengharapan dan
kasih sayangnya, sebab ia merupakan orang pertama yang dikenal oleh anak, ia
menyusukannya dan ia yang mengganti pakaiannya”.4

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), h. 416.
2
Ananda Santoso, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Alumni Surabaya), h.
156.
3
Abu Al’Aina Al Mardhiyah, Apakah Anda Ummi Sholihah?, (Solo: Pustaka Amanah,
1996), h. 20.
4
Alex Sobur, Anak Masa Depan, (Bandung: Angkasa Bandung, 1986), h. 34.

8

9

Adapun Suryati Armaiyn dalam bukunya Catatan Sang Bunda
mengatakan bahwa:
Ibu adalah manusia yang sangat sempurna. Dia akan menjadi manusia
sempurna manakala mampu mengemban amanah Allah. Yaitu menjadi
guru bagi anak-anaknya, menjadi pengasuh bagi keluarga, menjadi
pendamping bagi suami dan mengatur kesejahteraan rumah tangga. Dia
adalah mentor dan motivator. Kata-katanya mampu menggelorakan
semanagat. Nasihatnya mampu meredam ledakan amarah. Tangisnya
mampu menggetarkan arasy Allah. Doanya tembus sampai langit ke
tujuh. Di tangannya rejeki yang sedikit bisa menjadi banyak, dan
ditangannya pula penghasilan yang banyak tidak berarti apa-apa,
kurang dan terus kurang. Dialah yang mempunyai peran sangat penting
dalam menciptakan generasi masa depan.5
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan arti dari seorang ibu
adalah segalanya, hampir tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Seorang ibu
tidak akan pernah melihat anak-anaknya menderita sedikit pun. Seorang ibu juga
tidak akan pernah membuat anaknya kekurangan apa pun. Seorang ibu akan selalu
berusaha untuk mewujudkan cita-cita anak-anaknya, seorang ibu akan bekerja
bahkan sangat keras untuk memenuhi kebutuhan hidup tanpa memikirkan dirinya
sendiri. Apapun akan dilakukannya, kasih dan sayangnya yang hangat selalu
diberikan kepada anaknya. Seorang ibu juga rela kekurangan demi anaknya, tidak
ada satu perhatian pun yang luput dari dirinya, sebab ibulah yang paling dekat
dengan anak-anaknya, dikarenakan hubungan emosional dan faktor keberadaan
seorang ibu bersama anaknya lebih banyak.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata peran berarti “1. pemain
sandiwara (film), 2. Tukang lawak pada permaianan makyong; 3. Perangkat
tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat”. 6
Adapun dalam Kamus Bahasa Indonesia Lengkap kata “peran berarti yang
diperbuat, tugas, hal yang besar pengaruhnya pada suatu peristiwa.”7
Jadi, peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap kedudukan dalam suatu peristiwa. Dan peristiwa membutuhkan sentuhan
5

Suryati Armaiyn, Catatan Sang Bunda, (Jakarta: Al-Mawardi Prima Jakarta, 2011), h.

6

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op.cit,. h.854.
Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, (Surabaya: Apollo, 1997), h. 487.

7-8.
7

10

atau tindakan seseorang yang dapat mengelola, menjaga, merubah, dan memperbaiki
suatu peristiwa. Dengan ini, sebuah peristiwa membutuhkan peran dari seseorang.
Yang mana, peran juga dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari
luar dan bersifat stabil.

Jika dikaitkan dengan pengertian ibu dengan peranannya, pada umumnya
ibu yang memegang peran penting terhadap pendidikan anak-anaknya sejak anak
itu dilahirkan. Ibu yang selalu di samping anak, itulah sebabnya kebanyakan anak
lebih dekat dan sayang kepada ibu. Tugas seorang ibu sungguh berat dan mulia,
ibu sebagai pendidik dan sebagai pengatur rumah tangga. Hal ini amatlah penting
bagi terselenggaranya rumah tangga yang sakinah yaitu keluarga yang sehat dan
bahagia, karena dibawah perannya lah yang membuat rumah tangga menjadi surga
bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi bagi
suaminya. Sehingga untuk mencapai ketentraman dan kebahagian dalam keluarga
dibutuhkan ibu yang sholehah, yang dapat menjaga suami dan anak-anaknya, serta
dapat mengatur keadaan rumah menjadi tempat yang menyenangkan, memikat
hati seluruh anggota keluarga.
Hal ini pun dipertegas oleh pendapatnya Norma Tarazi dalam bukunya
Wahai Ibu Kenali Anakmu yang mengatakan bahwa: “Peran seorang ibu yang
bijaksana akan mengevaluasi keadannya dengan seksama, menimbang usaha dan
keuntungan dalam mengasuh anak dan merawat rumah. Keadaanya yang
terdahulu harus menjadi dasar, ukuran dan landasan bagi tanggung jawabnya
memenuhi hak-hak setiap anggota keluarga”. 8
Sedangkan, Khatib Ahmad Santhut dalam bukunya Menumbuhkan Sikap
Sosial, Moral dan Spritual Anak dalam Keluarga Muslim yang mengatakan
bahwa: “peran seorang ibu itu senantiasa mempersiapkan diri untuk mengasuh
anak dan rela berkorban untuknya baik di waktu istirahat atau sibuk. Dia akan
tetap sabar. Sikap pengasih inilah yang sering membuat ibu tidak dapat tidur
meskipun anaknya terlelap.” 9

8

Norma Tarazi, Wahai Ibu Kenali Anakmu, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001), h. 83.
Khatib Ahmad Santhut, Menumbuhkan Sikap Sosial, Moral dan Spritual Anak dalam
Keluarga Muslim, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998), h. 18.
9

11

Hemat penulis, bahwa ibu dan peranannya terhadap anak adalah sebagai
pembimbing kehidupan di dunia ini, seorang Ibu merupakan salah satu dari
kedudukan sosial yang mempunyai banyak peran, peran sebagai seorang istri dari
suaminya, sebagai ibu dari anak-anaknya, dan sebagai seorang yang melahirkan
menyusui dan merawat anak-anaknya. Ibu juga berfungsi sebagai benteng
keluarga yang menguatkan anggota-anggota keluarganya, serta mempunyai peran
dalam proses sosialisasi dalam keluarga. Jadi, peran ibu adalah tingkah laku yang
dilakukan seorang ibu terhadap keluarganya untuk merawat suami dan anakanaknya.
Adapun di dalam menjalankan peran, ibu harus membekali dirinya sebaik
mungkin dengan bekal yang bisa membantunya dalam memainkan peran yang
amat penting. Yaitu dalam membimbing anak dengan bimbingan yang bisa
menjaga anak dari keburukan dan terbentuklah pribadi yang sholeh.
Hal ini pun dipertegas oleh Lydia Harlina Martono,dkk dalam bukunya
Mengasuh dan Membimbing Anak dalam Keluarga yang menyatakan bahwa
“mengasuh dan membimbing anak ialah mendidik anak agar kepribadian anak
dapat berkembang dengan sebaik-baiknya, sehingga menjadi manusia dewasa
yang bertanggung jawab”.10
Sedangkan Ali Qaimi dalam bukunya Buaian Ibu membagi jenis-jenis
bimbingan yang tujuannya agar kaum ibu bertanggung jawab dalam membimbing
anak dengan sebaik-baiknya, diantaranya:
a. Bimbingan pemikiran, maksudnya seorang ibu penting sekali
memberikan bimbingan berupa pemikiran atau jalan yang akan
dilaluinya

dengan

baik,

tak

lupa

ibu

membimbingnya

dan

menjauhkannya dari pikiran-pikiran buruk, pendapat yang tidak masuk
akal dan janganlah mencela rasa ingin tahu anak dikala bertanya.
Dengan begitu, sang anak mampu mengenali dirinya, mengikuti
akalnya dalam berbuat serta berkepribadian baik.

10

Lydia Harlina Martono,dkk Mengasuh dan Membimbing Anak dalam Keluarga,
(Jakarta: PT Pustaka Antara, 1996), h. 10.

12

b. Bimbingan kebudayaan, maksudnya seorang ibu harus bersikap lebih
hati-hati dalam mengenali kebudayaan kepada anak. Kebudayaan
terbentuk dari seorang ibu yang membimbing anak melalui bahasa.
Dengan bahasa ibu dan anak akan bertukar pikiran. Sehingga
terbentuklah sebuah kebudayaan, nilai-nilai etika dan nilai-nilai
perbuatan.
c. Bimbingan kemasyarakatan, maksudnya seorang ibu perlu sekali
membimbing anak tentang hubungan sosial, mulai dari cara bergaul
anak dengan orang yang disekelilingnya yaitu ibu, ayah, kakak, adik
serta tetangga dan lain seterusnya. Dengan begitu anak tumbuh menjadi
anak yang realistis.
d. Bimbingan akhlak, maksudnya dalam genggaman seorang ibulah anak
melihat, meniru serta mempraktikan apa yang anak lihat dan dengar
dari seorang ibu. Karena cara yang digunakan ibu dalam menanamkan
akhlak pada pribadi anak sangatlah menentukan bagi kepribadiannya.
e. Bimbingan agama, maksudnya seorang ibulah yang menjadi figur
pertama bagi anak dalam memahami agama. Karena dengan
bimbingannya melalui perilaku, perkataan, sholat, doa serta perbuatan
baik lainnya, anak akan mengenal dengan penciptanya dengan baik.11
Penulis dapat menyimpulkan bahwa peran membimbing anak bagi seorang
ibu diantaranya mendidik anak dengan mengasihi dan menyayangi, membimbing
anak dengan sebenar-benarnya serta mengarahkan anak dengan penuh kesadaran.
Dan ini sangat penting sekali diterapkan oleh ibu, agar terwujud dan terbentuklah
pribadi yang baik, yaitu anak yang sholeh.
2.

Tugas dan Tanggung Jawab Ibu
Ketika seorang ibu bertugas dan bertanggung jawab kepada anaknya, maka

ia harus bisa menjadi panutan yang baik kepada anaknya. Karena pada umumnya
seorang ibu mengemban tugas dan tanggung jawab yang lebih besar dalam
mendidik dan mengasuh anak. Anak-anak juga umumnya menghabiskan sebagian
11

Ali Qaimi, Buaian Ibu, (Bogor: Cahaya, 2002), h. 123-125.

13

besar waktu masa kanak-kanak mereka bersama ibunya, disebabkan fondasi masa
depan anak terletak pada masa tersebut.
Oleh karena itu, kunci dari sikap buruk atau baik seseorang, serta
kemajuan ataupun kemunduran suatu masyarakat, terletak pada kaum ibu. Kaum
ibu semestinya adalah penghasil manusia-manusia unggul dan sempurna. Contoh
para menteri, pengacara, dan profesor yang sholeh harus berutang budi pada cinta
kasih ibu mereka selama masa pertumbuhan mereka.
Hal ini dipertegas oleh Imam Sajjad as, beliau berkata:
Adapun anakmu ialah, engkau harus tahu bahwa ia adalah darimu, dan
kebaikan dan keburukannya di dunia ini dikaitkan kepadamu. Engkau
juga berkewajiban membantunya dalam masalah akhlak yang baik,
mengenal Allah dan ketaatan kepada-Nya. Maka berkenaan dengannya
hendaklah engkau seperti orang yang yakin akan mendapat pahala jika
berbuat kebajikan kepadanya dan mendapat siksa jika berbuat jelek
kepadanya. 12
Menurut Abu Al’Aina Al Mardhiyah dalam bukunya Apakah Anda Ummi
Sholihah? yang mengatakan bahwa: tugas dan tanggung jawab ibu terhadap
anaknya, diantaranya:
(a) Memberikan kasih sayang yang lembut dan tulus kepada anak
mulai sejak lahir hingga dewasa. (b) Memberikan pemeliharaan dan
perawatan kesehatan hingga tumbuh sehat dan kuat. (c) Memberikan
makan yang halal dan bergizi hingga sehat, kuat dan berakhlak mulia.
(d) Memberikan pendidikan dan pengajaran hingga ia mampu berbekal
di dunia dan akhirat. (e) Memiliki perasaan dan ghirah keislaman yang
tinggi dan mampu menstransferkannya kepada putra-putrinya. (f)
Memiliki kesabaran dan wawasan yang luas terhadap berbagai
permasalahan dari makar-makar yang direncanakan oleh musuh
sehingga dapat mengantisipasinya, baik untuk dirinya maupun untuk
anak-anaknya. (g) Memahami fungsi dan tugasnya tidak sebatas sebagai
ibu saja tetapi juga memiliki fungsi-fungsi yang lain dalam berbagai
lapangan kehidupan. (h) Memilki konsep dan kiat tarbiyah sehingga ia
mampu menanamkan nilai-nilai keislaman kepada anak-anaknya. (i)
Bersikap bijaksana dan adil serta terhadap anak-anaknya. (j) Berusaha
menciptakan suasana ukhuwah di antara kerabat dan para sahabat. (k)
Mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya khususnya dan juga
lingkungan sekitarnya. (l) Memberikan kesempatan bermain bagi
anaknya dengan permainan yang mengandung unsur pendidikan. (m)
Menjadikan rumah tangga dalam suasana tentram damai dan sejahtera
12

Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik Anak, (Jakarta: Al-Huda, 2006), h. 57.

14

sehingga anak betah dirumah. (n) Menghindarkan anak dari segala
bentuk pengaruh- pengaruh negatif. (o) Mampu menggali potensi anak
dan menyalurkannya secara proposional.13
Sedangkan Khalid Ahmad Asy-Syantuh dalam karangannya Pendidikan
Anak Putri dalam Keluarga Muslim berpendapat bahwa tugas dan tanggung jawab
seorang ibu, antaranya:
a.

Memperhatikan anak

Seorang ibu dalam memperhatikan anak memang sudah menjadi tugas dan
tanggung jawabnya. Memperhatikan anak seyogyanya tidak hanya di dalam
kegiatan sehari-hari, seperti menyuapi makanan, menyusui, memandikan dan lainlain. Akan tetapi perhatian anak harus mencakup mulai dari pendidikan ruhani,
moral, social, fisik dan emosi. Juga seorang ibu harus mengetahui dasar-dasar
ilmu jiwa anak, agar hubungan anak dan ibu bahkan keluarga bisa bergaul dengan
baik.
b.

Nyonya rumah tangga

Seorang ibu adalah nyonya rumah tangga. Tapi slogan ini menurut
kalangan barat sebagai ibu yang tidak bekerja di luar rumah, berarti
pengangguran. Karena kalangan barat tidak mau mengakui pekerjaan seorang ibu
yang hakiki, yaitu pekerjaan di dalam rumah tangga.
Adapun tugas dan tanggung jawab dari seorang ibu sebagai nyonya rumah
tangga, diantaranya: mengamati shalat anak-anak, memperhatikan saat proses
belajar harian anak, mempersiapkan makan dan minum bagi semua anggota
keluarga, menjaga kebersihan lingkungan keluarga, berperan sebagai perawat
yang mampu memberikan pertolongan pertama bagi keluarga.14
Begitu juga Hasbi Indra, dkk dalam bukunya Potret Wanita Shalehah yang
mengatakan bahwa “tanggung jawab sebagai ibu terhadap anak-anaknya adalah
tidak hanya sekedar memiliki anak, namun mendidiknya menjadi anak yang sehat,
cerdas, berakhlak, dan taat dalam menjalankan ajaran agama”.15
Abu Al’Aina Al Mardhiyah, op.cit., h. 21-22.
Khalid Ahmad Asy-Syantuh, Pendidikan Anak Putri dalam Keluarga Muslim, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 1993), h. 86-95.
15
Hasbi Indra, dkk , Potret Wanita Shalehah , (Jakarta: Penamadani, 2004), h. 9.
13

14

15

Hal itu sesuai pula dengan peringatan Allah dalam sebuah firman-Nya
surat An-Nisa ayat 9:

           

   

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar. (Q.S. An-Nisa: 9).16
Dari beberapa pendapat yang dipaparkan di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa tugas dan tanggung jawab seorang ibu terhadap seorang
anak diantaranya memberikan kasih sayang yang tulus dan ikhlas, memberikan
perhatian dengan penuh kepercayaan, memberikan arahan, bimbingan dan
pendidikan sesuai jenjang perkembangan seorang anak dengan baik, agar ia
menjadi orang yang beriman, cerdas, berakhlak baik, sholeh, sholehah dan
menjaga kesehatan fisik, juga memenuhi keperluannya dalam batas yang
dibenarkan dan kemampuan yang tersedia, sehingga jadilah anak yang berkualitas.
3.

Karakteristik Ibu yang Baik
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia kata “karakteristik adalah

mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu”.17
Berbicara mengenai arti dari karakteristik ibu yang baik, penulis
mengartikan bahwa seorang ibu yang mempunyai sifat, sikap atau ciri-ciri baik
yang akan diterapkan terhadap anak, sesuai dengan tingkah laku, sifat dan sikap
yang dimiliki ibu dengan baik pula.
Ibu merupakan figur orang dewasa pertama yang dikenal anak sejak bayi.
Selain kedekatan karena faktor biologis, anak biasanya cukup dekat dengan ibu
karena faktor intensitas waktu yang cukup banyak dengan anak. Oleh karena itu,

16
17

Departemen Agama RI, op.cit., h.116.
Ananda Santoso, op.cit., h. 188.

16

ibu mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan anak termasuk dalam hal
menjadi ibu yang baik bagi anak.
Peran penting seorang ibu menjadi ibu yang baik bagi anak memerlukan
perencanaan dan tindak lanjut, agar ibu dapat melakukan pengasuhan yang di
dalamnya memenuhi karakteristik baik bagi seorang ibu, sehingga ibu mampu
mengembangkan karakter yang baik bagi anak.
Hal ini dipertegas Ali Qaimi dalam bukunya Buaian Ibu yang mengatakan
karakteristik ibu yang baik, di antaranya:
a.

Keharusan mengenali diri
Bagi seorang ibu, mengenali diri sendiri amat penting mulai dari

kekuatan, kelebihan, kemampuan serta kekurangan bahkan kelemahan
yang ada di dalam dirinya. Mengenali diri sendiri yang ada di dalam jiwa
ibu sama hal nya dengan mengenal Allah SWT, karena dengan mengenal
Allah SWT seorang ibu akan menjungjung tinggi nilai-nilai ketakwaan,
kemanusiaan, dan kemuliaan yang akhirnya karakter ibu yang baik akan
menjiwai anak dengan baik pula.
b.

Pentingnya pembangunan
Pada dasarnya ibu berpijak di dunia ini bukan untuk berdiam diri saja.

Melainkan

seorang

ibu

bertanggung

jawab

terhadap

pentingnya

pembangunan yaitu membangun anak yang sholeh. Tentunya untuk
membangun anak yang sholeh, ibu tidak berjuang dengan sendiri perlu
bantuan orang lain. Dan Ibu tidak akan menyerah dengan segenap
kesulitan hidup yang ibu hadapi.
c.

Pentingnya ketakwaan bagi ibu
Penting sekali bagi seorang ibu memiliki ketakwaan kepada Allah

SWT, ibu harus terus merasakan akan hadirnya Allah SWT dalam dirinya,
agar dapat mencegah beberapa persoalan

yang dihadapi dalam

kehidupannya. Dengan begitu, ibu bisa terhindar dari segala kesulitan dan
mencegah penyakit jiwa.

17

Seorang ibu juga merupakan sumber teladan bagi keluarga terutama
anak. Maka pentingnya ketakwaan bagi ibu akan mempengaruhi jiwa anak
kelak.
d.

Pentingnya pendidikan menjadi ibu
Penting sekali seorang ibu memiliki pendidikan yang benar sesuai

dengan akidah Islam. Karena dengan ibu mendidik anak secara Islam,
maka anak-anak pun menjadi generasi yang sholeh. Dan sebaliknya, bila
ibu tidak mau mengerti akan pentingnya pendidikan baginya, alhasil
harapan menggapai anak sholeh, berilmu dan berkualitas tidak akan
terwujud. Pendidikan anak bias dimulai oleh ibu melalui pengalaman,
kebiasaan dan tradisi.
e.

Aspek Agama, moral, etika dan tradisi
Dari ketiga aspek ini, kesemuanya memiliki hubungan yang erat dan

pantas dimiliki oleh seorang ibu. Jika ibu berpijak pada agama, moral pun
ikut berperan. Dan apabila seorang ibu tidak mempunyai landasan agama
dan moral yang rapuh, bagaimana mungkin seorang ibu dapat mendidik
anak dengan baik. Maka aspek agama dan moral lah sangat berhubungan
erat terhadap perkembangan spiritual dan moral bagi anak. Begitu juga
dengan aspek etika dan tradisi. Karena seorang ibu tidak mungkin hidup
bermasyarakat dan bergaul kepada sesama hanya mengandalkan aspek
agama dan moral saja. Ibu pun harus memiliki aspek etika dan tradisi, agar
terjalin tatakrama yang baik. Sehingga ini menjadi contoh bagi anak, dan
anak pun mengikuti dengan baik.
f.

Aspek bahasa dan pengetahuan umum
Sejak kecil, ibu sudah mengajarkan anak berbicara dengan

mengucapkan kata-kata. Memang sudah sepantasnya ibu menjadi guru
yang pertama dan utama bagi anak, karena disitu ibu menjadi tempat
bercurah kasih dan tempat menanya dikala anak tak mengetahui sesuatu.
Maka dengan memiliki kesemua itu baik bahasa maupun pengetahuan
umum, niscaya ibu akan melahirkan anak yang unggul terhadap
masyarakat.

18

g.

Pengetahuan kesehatan
Seorang ibu sudah menjadi kewajiban baginya mengetahui kesehatan

terhadap anak. Dan jikalau anak sakit, setidaknya ibu bisa memberikan
pertolongan pertama serta pengobatan terhadap anak sebelum anak dibawa
ke dokter.
h.

Mengatur rumah tangga dan aspek keterampilan
Dalam berumah tangga, ibu harus paham betul bagaimana mengatur

rumah tangga yang baik serta seni keterampilan apa saja yang pantas ibu
miliki. Seperti mengatur, merawat, membersihkan dan menyusun
perabotan yang ada di rumah dengan penataan yang baik, dengan begitu
anak akan betah tinggal di rumah.18
Sedangkan Muhammad Ulin Nuha dalam bukunya 55 Cinta Allah
Terhadap Wanita yang menyatakan bahwa karakteristik menjadi seorang ibu yang
baik diantaranya:
a.

Mengasuh anak dengan baik
Sebagai ibu yang mempunyai karakteristik yang baik, sudah

sepantasnya memberikan pengasuhan kepada anak dengan baik. Tidak
hanya memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan secara materi saja,
melainkan bentuk kasih sayang dan perhatian pun sangat diperlukan dalam
mengasuh seorang anak.
b.

Memberi teladan yang baik terhadap anak-anaknya
Menjadi ibu yang baik tentu harus memberikan teladan atau contoh

yang baik pula terhadap anak. Karena anak senang sekali meniru apa yang
ia lihat dan rasakan pada dirinya. Untuk itu ibu harus bisa memberikan suri
tauladan yang baik terhadap anak-anaknya baik melalui tutur kata maupun
tingkah laku.
c.

Menanamkan aqidah pada anak-anaknya
Ibu adalah pemimpin di rumah suami, dan kelak akan dimintai

pertanggung jawabanya di akhirat. Oleh karena itu, untuk menjadi ibu
berkarakteristik baik, ibu wajib menanamkan aqidah kepada anak sedini
18

Ali Qaimi, op.cit ,. h. 40-52.

19

mungkin, dengan mengajarkan nilai-nilai keislaman agar tidak terjadinya
krisis moral dan kedangkalan iman.
d.

Tidak menyerahkan anak asuhannya pada orang lain
Sebagai ibu yang berkarakter baik, ia akan memiliki tanggung jawab

penuh terhadap pengasuhan seorang anak. Ia tidak akan melepaskan begitu
saja pengawasan anak-anaknya kepada orang lain yang dari segi iman dan
akhlaknya kurang baik, karena dikhawatirkan anak-anak akan terjerumus
pada perilaku yang tidak baik pula.
e.

Memberikan air susunya pada anaknya.
Menjadi ibu yang memiliki karakter baik, ia akan berusaha

memberikan air susu kepada anaknya dengan baik pula. Karena air susu
ibu merupakan suplemen makanan yang bermutu bagi seorang anak
sebelum usianya dua tahun. Selain itu anak juga akan merasa dekapan
yang hangat dan belaian kasih sayang dari seorang ibu, yang akan
membentuk karakter seorang anak kelak.19
Dengan ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa karakteristik ibu yang
baik diantaranya seorang ibu diharuskan mengenali dirinya terlebih dahulu baik
dari segi kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, dengan begitu ia akan tahu dan
semangat menjadi ibu yang memiliki karakter yang baik, pentingnya nilai
ketakwaan bagi ibu agar ia bisa membedakan hal yang baik dan buruk, sehingga
ibu dapat memberikan yang terbaik bagi anak, dan pentingnya pendidikan menjadi
ibu, dengan begini ibu dapat mengetahui bagaimana mendidik anak dengan baik.
Jadi, karakteristik seorang ibu sangat diperlukan bagi keluarga terutama
anak. Pertemuan antara ibu dan anak sangat intens, sehingga mempengaruhi pada
perkembangan anak. Dengan begitu secara otomatis yang paling banyak
membentuk karakter anak adalah ibu.

19

Muhammad Ulin Nuha, 55 Cinta Allah Terhadap Wanita, (Jombang: Lintas Media,
2007), h. 153-155.

20

B. KEPRIBADIAN ANAK SHOLEH
1.

Pengertian Kepribadian Anak Sholeh
Dalam buku Akyas Azhari yang berjudul Psikologi Umum dan

Perkembangan mengatakan bahwa:
Kepribadian (personality) secara etimologis memiliki akar kata dari
kata latin sonare yang kemudian berkembang menjadi kata persona
yang berarti “topeng”. Yaitu topeng sebagai ilustrasi tentang pemain
tunil (sandiwara) yang memerankan karakter-karakter tertentu yang
telah ditentukan (bukan memerankan sifat aslinya). Maksudnya
manusia itu di dalam kehidupannya sehari-hari tidak selalu
membawakan dirinya sebagaimana adanya, melainkan selalu
menggunakan tutup muka, untuk menutupi kelemahannya agar diterima
oleh masyarakat.20
Sedangkan kata kepribadian secara terminologi yang dinyatakan oleh R.
Soegarda Poerbakawatja dan H.A.H. Harahap dalam Ensiklopedi Pendidikan
mengatakan bahwa “kepribadian adalah keseluruhan dari sifat-sifat subjektif,
emosional serta mental yang mencirikan watak seseorang terhadap lingkungannya
dan keseluruhan dari reaksi-reaksi itu yang sifatnya psikologis dan sosial,
merupakan kepribadian seseorang”. 21
Adapun Djunaidatul Munawwaroh dan Tanenji dalam bukunya Filsafat
Pendidikan mengatakan bahwa “kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin
pada sikap seseorang atau pada suatu bangsa yang membedakan dirinya dari orang
atau bangsa lain”.22
Menurut Gordon Allport yang dikutip oleh Inge Hutagalung dalam
bukunya Pengembangan Kepribadian bahwa “kepribadian adalah organisasi
dinamis dalam individu sebagai system psikofisik yang menentukan caranya yang
khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan”.23
Begitu juga, Sigmund Freud yang dikutip oleh Sjarkawi dalam bukunya
Pembentukan Kepribadian Anak, yang menyatakan bahwa “kepribadian
20

Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan , (Jakarta: PT Mizan Publika,
2004), h. 164.
21
R. Soegarda Poerbakawatja dan H.A.H. Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta:
Gunung Agung, 1981), h. 173.
22
Djunaidatul Munawwaroh dan Tanenji, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2003), h. 150.
23
Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian, (Jakarta: PT Indeks, 2007), h. 1.

21

merupakan suatu struktur yang terdiri dari tiga system, yakni id, ego, super-ego,
sedangkan tingkah laku tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi
ketiga unsur dalam sistem kepribadian tersebut”.24
Oleh karena itu, penulis dapat menyimpulkan bahwa kepribadian adalah
ciri, karakteristik, gaya atau sifat yang khas dan bersifat kompleks serta
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal yang ikut menentukan kepribadian
secara keseluruhan, sehingga terbentuklah sesuatu yang unik pada diri masingmasing individu.
Secara umum, kehadiran seorang anak adalah sepenuhnya kehendak Allah
SWT sehingga pasangan suami istri yang diberikan karunia anak berarti telah
dipercaya Allah SWT untuk