Muflih Ma’mun, 2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI
MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Efikasi diri self-efficacy merupakan konsep yang diperkenalkan oleh Albert Bandura 1997 dengan teori kognitif sosial social cognitive theory
sebagai konstruksinya. Teori kognitif sosial merupakan suatu pendekatan dalam memahami kognisi, tindakan, motivasi, dan emosi individu dengan asumsi bahwa
individu memiliki kapasitas untuk melakukan refleksi diri self-reflection dan regulasi diri self-regulation yang secara aktif membentuk lingkungan sekitarnya.
Dalam pandangan teori ini, dimensi kognitif lingkungan, perilaku, dan pribadi saling berkaitan. Individu dalam melakukan aktivitaspekerjaan tidak semata-mata
didorong oleh kekuatan yang berasal dari dalam diri, tetapi juga didorong oleh faktor eksternal melalui serangkaian proses kognisi; simbolisasi, pemikiran ke
depan, observasi, pengaturan diri, sampai pada refleksi diri. Secara
harfiah efikasi diri diartikan sebagai “kemujaraban” atau “kemanjuran”. Pengertian tersebut merujuk pada mekanisme efikasi yang di
dalamnya memuat aktivitas pengaturan dan refleksi diri self-regulation and self- reflection. Regulasi dan refleksi diri merupakan upaya individu dalam mengatur,
mengontrol, dan menetapkan standar kinerja diri dalam suatu tugas atau pekerjaan. Individu yang memiliki efikasi tinggi memahami kondisi dirinya
dengan baik, apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan diri sehingga ia akan mengukur kemampuan diri dengan standar pekerjaan yang dihadapi.
Dalam pengertian yang lebih luas, efikasi diri diartikan sebagai keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimiliki untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan. Efikasi diri berupaya untuk memahami fungsi individu dalam pengendalian diri, pengaturan proses berpikir, motivasi, kondisi afektif, dan
psikologis. Dalam perspektif ini, individu dengan efikasi diri memiliki kemampuan dalam menafsirkan dan menerjemahkan faktor-faktor internal dan
eksternal ke dalam tindakan nyata melalui proses pengambilan keputusan
Muflih Ma’mun, 2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI
MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
decision making dan perilaku yang ditunjukkan behavior serta pemilihan alternatif tindakan.
Efikasi terbentuk dari pengalaman keberhasilan yang dilakukan individu dalam melakukan suatu pekerjaan yang sifatnya terus-menerus dan di dalamnya
memungkinkan individu untuk belajar dari pekerjaan yang dilakukan mastery experiences. Efikasi juga dapat terbentuk dari mekanisme pemodelan; melihat
keberhasilan orang lain dalam suatu pekerjaan vicarious experiences, persuasi verbal dan sosial verbal and social persuasion, serta kondisi fisik dan mental
individu physiological and emotional states. Adapun dalam konteks pengembangan sumber daya manusia, efikasi diri dapat terjadi melalui kegiatan
pengembangan dan pelatihan yang dilakukan. Ini dikarenakan efikasi diri bukanlah suatu sifat trait yang melekat pada individu, tetapi lebih pada
kecenderungan perilaku behavior dan hal tersebut memungkinkan untuk diubah, diperkuat serta ditingkatkan.
Individu dengan efikasi diri tinggi secara mental dan perilaku menunjukkan kesiapan yang lebih baik dalam bekerja dibandingkan individu
dengan efikasi diri rendah. Tekun, ulet, tidak mudah menyerah, tidak mudah putus asa, tidak mudah stres ketika mengalami kegagalan, serta berupaya untuk
meningkatkan standar kinerja merupakan indikasi adanya kematangan efikasi diri pada individu.
Secara konseptual, efikasi diri dibagi atas efikasi diri spesifik specific self-efficacy dan efikasi diri umum general self-efficacy. Efikasi diri spesifik
merujuk pada konsep yang diberikan Bandura yang penggunaannya bayak ditemukan pada disiplin ilmu psikologi. Efikasi diri umum pada prinsipnya
merupakan pengembangan atau modifikasi dari efikasi diri spesifik yang sekarang ini banyak digunakan di berbagai bidang seperti: kesehatan, manajemen,
kepemimpinan, pendidikan, sosial, dan disiplin ilmu lainnya. Dalam pandangan efikasi diri spesifik, keyakinan individu melalui proses
kognisi datang dari pekerjaan yang sifatnya stabilrutin dimana hasil pengalaman keberhasilan hanya dapat digunakan pada pekerjaan-pekerjaan sifatnya spesifik,
Muflih Ma’mun, 2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI
MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
tidak berlaku pada semua pekerjaan. Sedangkan efikasi diri umum memandang bahwa keyakinan individu dalam melaksanakan suatu pekerjaan dapat berubah
statelike, tidak dipengaruhi oleh kondisi spesifik. Artinya, efikasi diri dapat digunakan pada berbagai bidang pekerjaan, pada kondisi yang berbeda dan
keberhasilannya dapat diramalkandiprediksi sebelum pekerjaan dilakukan. Salah satu bentuk pengembangan efikasi diri umum adalah efikasi mengajar teaching
efficacy. Efikasi mengajar merupakan keyakinan guru terhadap kemampuan yang
dimiliki untuk bisa mengajar dengan baik. Adanya efikasi diri menunjukkan adanya kematangan psikologis pada diri guru. Guru dengan efikasi diri memiliki
tenaga ekstra dalam menggunakan dan memberdayakan sumber-sumber pengajaran secara efektif dan efisien demi keberhasilan siswa dalam belajar.
Selain itu, guru dengan efikasi diri juga menunjukkan kematangan secara emosi dengan tidak mudah merasa stres, tahan terhadap tekanan, dan tenang dalam
menghadapi situasi yang tidak menyenangkan. Efikasi mengajar dibagi atas efikasi hasil outcome efficacy dan efikasi
harapan expectancy efficacy. Efikasi output merupakan keyakinan guru dalam mencapai target yang diharapkan dalam kegiatan mengajar. Sedangkan efikasi
expectancy merupakan efikasi terhadap situasi mengajar yang lebih spesifik. Dalam istilah lain, efikasi hasil disebut juga dengan general teaching efficacy
Hoy and Woolfolk, 1990; Tschannen-Moran and Woolfolk Hoy, 2001. Sedangkan efikasi harapan, beberapa ahli menyebutnya dengan personal teaching
efficacy Gibson and Dembo 1984; Hoy and Woolfolk 1990; Tschannen-Moran and Woolfolk Hoy 2001. Personal teaching efficacy merupakan individu dalam
hal ini adalah guru yang memiliki kepercayaan terhadap kemampuan yang dimiliki untuk bisa membawa peserta didik belajar dengan baik Yeo, 2008. Guru
yang memiliki tingkat personal teaching efficacy tinggi memiliki kepercayaan bahwa ia memiliki kemampuan cukup atau pengalaman yang memadai untuk
mengembangkan strategi-strategi ketika menghadapi hambatan dalam kegiatan pembelajaran. Guru dengan personal teaching efficacy tinggi mencurahkan
Muflih Ma’mun, 2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI
MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
waktunya pada upaya pencapaian tujuan, tidak mudah menyerah dan bersikap tabah dalam menghadapi masalah, dan cepat pulih atau bangkit setelah mengalami
keterpurukan atau kegagalan dalam mengajar Bandura dalam Cantrel, dkk., 2003. Sedangkan general teaching efficacy merupakan keyakinan guru terhadap
kemampuan yang dimiliki untuk dapat mempengaruhi kondisi dan lingkungan pada saat pembelajaran berlangsung. Guru dengan general teaching efficacy
tinggi akan mampu mempengaruhi kondisi peserta didik; motivasi, dan performa peserta didik dalam belajar Cantrell, 2003.
Dari penelitian yang dilakukan, menunjukkan efikasi mengajar memberikan dampak positif terhadap pencapaian belajar siswa Rew, 2013; Guo,
Piasta, Justice, Kaderavek, 2010; Caprara, Barbaranelli, Steca, Malone, 2006; Muijs Reynolds, 2002; Ross, 1992, sikap positif siswa Gibson
Dembo, 1984, serta tingkat efikasi siswa Schunk, 1997; Pintrich De Groot, 1990; Schunk Swartz, 1992a, 1992b; Zimmerman Martinez-Pons, 1990.
Efikasi diri sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan mengajar sudah tidak diragukan lagi. Efikasi diri mempengaruhi secara positif
seperti halnya faktor lain seperti: motivasi, kompensasi, reward and punishment, atribusi, penghargaan diri, ketersediaan fasilitas, kepemimpinan, iklim dan budaya
sekolah, dan supervisi. Yang membedakan antara efikasi diri dengan faktor yang disebutkan diatas yakni efikasi diri terbentuk dari hasil proses kognisi, perilaku,
dan lingkungan yang dilakukan individu. Efikasi mengajar memandang pengalaman keberhasilan pribadi dan orang
lain dalam mengajar, persuasi orang lain dan sosial di lingkungan sekolah, serta kondisi emosi dan fisik pada saat mengajar sebagai faktor yang mempengaruhi
keberhasilan guru dalam mengajar. Akan tetapi, dalam kajian perilaku organisasi, efikasi mengajar dapat dibentuk, dikembangkan, serta ditingkatkan melalui
mekanisme sistem organisasi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan, pengembangan profesional professional development, serta melalui peran
kepemimpinan leadership.
Muflih Ma’mun, 2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI
MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, diperoleh informasi bahwa efikasi mengajar lebih banyak di pengaruhi oleh keberhasilan pribadi guru dalam
mengajar. Keberhasilan mengajar yang pernah dicapai guru dijadikan sebagai faktor dalam memperkuat keyakinan kesuksesan guru, bahwa ia bisa mencapai
kesuksesan yang sama pada kegiatan mengajar selanjutnya. Hal ini merupakan sesuatu yang kontra produktif dari yang diharapkan. Menurut pandangan peneliti,
faktor ideal yang berpengaruh lebih besar terhadap efikasi mengajar adalah faktor kepemimpinan dan supervisi, mengingat guru merupakan bagian dari sistem
sekolah yang pada setiap aktivitas pencapaian keberhasilan mengajar dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan kepala sekolah dan supervisi.
Gambar 1.1 Sumber Efikasi Mengajar sumber: hasil studi pendahuluan
Kepemimpinan merupakan
aktivitas mempengaruhi
influences, membujuk persuasion, mendorong encourage, dan menggerakkan actuate
orang lain untuk melakukan suatu pekerjaan yang diinginkan. Kepala sekolah merupakan pemimpin leader bagi dirinya dan orang lain guru, peserta didik,
dan staf yang membawa pada kebaikan. Kepala sekolah merupakan agen pembaharu change agent bagi guru dalam setiap aktivitas di sekolah sekaligus
sebagai sumber informasi dan motivasi dalam pekerjaan. Kepala sekolah merupakan orang yang pertama kali dilihat dan dinilai kinerjanya oleh guru.
Muflih Ma’mun, 2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI
MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Segala aktivitas yang dilakukan kepala sekolah dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya sebagai leader, manager, motivator, dan supervisor bagi guru
dan staf akan berdampak pada perilaku, mindset, motivasi, kepuasan, serta komitmen individu di sekolah. Kepala sekolah merupakan orang yang
tanggungjawab dalam menyediakan, mendorong, dan membantu guru dalam pelaksanaan tugasnya serta memastikan kegiatan mengajar berjalan dengan baik.
Persuasi verbal kepala sekolah terjadi melalui penggunaan kekuasaan power dan kewenangan authority yang dimiliki dalam bentuk instruksi;
perintah kepada guru. Kepala sekolah memiliki kekuatan memaksa, mendorong, mengarahkan, serta ‘mengintervensi’ guru untuk melakukan aktivitas yang
diinginkan karena disitulah kewenangan kepala sekolah sebagai seorang pemimpin. Meminjam konsep kepemimpinan situasional, proses persuasi verbal
dapat dilakukan melalui aktivitas telling, selling, participating, dan delegating. Persuasi verbal menekankan pada bentuk-bentuk interaksi dan komunikasi yang
dilakukan kepala sekolah dengan guru. Sebagai pemimpin, salah satu tugas dan tanggungjawab kepala sekolah
adalah melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah melalui upaya pendayagunaan sumber daya sekolah secara efektif dan efisien.
Secara spesifik, tugas dan tanggungjawab sekolah dalam peningkatan kualitas pembelajaran meliputi:
1 defining the school mission; frames the school’s goal, communicates the school’s goals, 2 managing the instructional program;
coordinating the curriculum, supervises and evaluation instruction, and monitoring student progress, serta 3 promoting positive learning climate; protect
instructional time, provide incentive for teacher, provide incentive for learning, promotes professional development, and mantains high visibility.
Deskripsi tugas dan tanggungjawab kepala sekolah diatas sejatinya merujuk pada salah satu model kepemimpinan, yakni kepemimpinan instruksional
instructional leadership. Kepemimpinan instruksional merupakan model kepemimpinan yang
berpengaruh efikasi
mengajar. Hasil
penelitian menunjukkan
bahwa
Muflih Ma’mun, 2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI
MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
kepemimpinan instruksional menjadi salah satu sumber efikasi dalam teori sosial kognitif Ross, Hogaboam-Gray, Gray, 2004; Ebmeier, 2003, meningkatkan
pembelajaran di kelas melalui guru, dan secara positif berpengaruh terhadap pengetahuanpemahaman, pelaksanaan mengajar, kompetensi serta efikasi guru
secara individu maupun secara kolektif Blase Blase, 2000. Modal utama untuk bisa menjadi pemimpin instruksional adalah
pemahaman yang memadai tentang proses pembelajaran beserta muatan konten pembelajaran yang ada di dalamnya knowledge of peadagogical content serta
pemahaman tentang manajemen berbasis pengetahuan knowledge based management, mengingat hampir seluruh aktivitas pemimpin instruksional
difokuskan pada penyediaan dan dukungan terhadap peningkatan pembelajaran. Faktor yang mempengaruhi efikasi mengajar selanjutnya adalah supervisi
supervision. Supervisi merupakan sumber efikasi pada dalam bentuk vicarious experiences dan verbal persuasion.
Pernyataan tersebut merujuk pada pendapat Robert Mager yang mengatakan bahwa efikasi diri dapat tingkatkan melalui kegiatan pengembangan
yang dilakukan organisasi. Hal ini dikarenakan efikasi diri bukanlah sifat traits, tetapi lebih kepada perilaku dan memungkinkan untuk dibentuk dan ditingkatkan.
Bentuk pengembangan kemampuan guru dalam lingkup sekolah dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan, diantaranya melalui diklat, loka karya workshop, lesson
study, seminar, in house training IHT, KKG Kelompok Kerja Guru, MGMP Musyawarah Guru Mata Pelajaran, serta supervisi. Dasar kedua yang dipakai
oleh peneliti merujuk pada pernyataan Joshua W. Rew yang menyatakan bahwa salah satu indikator keberhasilan kegiatan pengembangan adalah adanya efikasi
diri dalam diri individu. Supervisi merupakan salah satu media dalam mengembangkan
kemampuan guru dalam mengajar. Melalui supervisi, kemampuan guru diperbaiki, ditingkatkan, dan dikembangkan semaksimal mungkin agar guru
menjadi sosok yang profesional sesuai dengan tanggungjawab yang dibebankan kepadanya. Kontribusi supervisi terhadap peningkatan kemampuan guru tidak
Muflih Ma’mun, 2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI
MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
diragukan lagi. Bahkan sekarang ini, supervisi menjadi jaminan kualitas pendidikan di sekolah supervision as quality assurance. Dari sini dapat ditarik
kesimpulan bahwa efikasi mengajar di sekolah dapat ditingkatkan melalui aktivitas supervisi sebagai upaya dalam mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan-kemampuan guru dalam pelaksanaannya sebagai pendidik. Pelaksanaan supervisi di sekolah memiliki beragam bentukmodel,
tergantung dari kebutuhan sekolah pada aspek mana yang mau perbaiki atau ditingkatkan. Pada masing-masing model memiliki penekanan dan cakupan yang
berbeda. Ada yang menekankan pada aspek administratif, kelembagaan, manajerial, akademik, maupun pembelajaran. Model supervisi yang dapat
digunakan oleh supervisor diantaranya: 1 supervisi akademik academic supervision, 2 supervisi lembaga school supervision, 3 supervisi administratif
administrative supervison, 4 supervisi klinis clinical supervision, 5 supervisi pembelajaran instructional supervision, 6 supervisi kolektif collective
supervision, 7 supervisi kolegial collegial supervision, 8 supervisi kolaboratif collaborative supervision, 9 supervisi manajerial managerial supervision,
serta 10 supervisi informal informal supervision. Sepuluh model supervisi yang peneliti sebutkan diatas tidak seluruhnya
dikaji dalam penelitian ini. Kajian peneliti lebih memfokuskan pada satu model supervisi, yakni supervisi pembelajaran instructional supervision. Peneliti
menjadikan supervisi pembelajaran sebagai faktor yang mempengaruhi efikasi mengajar didasarkan pada beberapa hal, diantaranya: pertama, studi pendahuluan
yang dilakukan peneliti dan diperkuat dengan studi literatur pelaksanaan supervisi di Indonesia, model supervisi yang digunakan supervisor masih terbatas pada
supervisi manajerial, akademik, klinis, dan supervisi pembelajaran, kedua supervisi pembelajaran menekankan pada upaya perbaikan mengajar guru,
sehingga peneliti menganggap model supervisi ini relevan dengan efikasi mengajar dengan asumsi bahwa pelaksanaan supervisi pembelajaran dapat
meningkatkan efikasi mengajar di sekolah, ketiga hasil penelitian menunjukkan
Muflih Ma’mun, 2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI
MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
bahwa sekolah yang menjalankan supervisi pembelajaran dapat membawa dan menunjang pada pengembangan profesional guru Tyagi, 2010.
Supervisi pembelajaran merupakan bentuk layanan yang diberikan oleh supervisor kepada guru dalam rangka memperbaiki, meningkatkan, dan
mengembangkan guru pada kemampuan profesional. Adanya supervisi diharapkan guru dalam mengajar menjadi lebih berkualitas. Supervisi
pembelajaran menekankan pada aktivitas-aktivitas guru selama mengajar. Guru dalam supervisi pembelajaran ditempatkan sebagai pendidik profesional yang
membantu peserta didik mencapai kematangan berpikir, emosi, bertindak, dan memutuskan mana yang terbaik bagi dirinya. Aktivitas utama supervisi
pembelajaran memuat tiga hal yakni: 1 aktivitas pengembangan proses pembelajaran; membantu guru dalam menemukan kesulitan belajar siswa,
membantu guru meningkatkan kemampuan tampil di depan kelas, mendorong guru senantiasa mencurahkan waktu dan tenaga membantu siswa, membantu guru
menilai kemajuan belajar, dan membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar siswa, 2 aktivitas pengembangan kurikulum dalam kegiatan
pembelajaran; membantu guru memahami hierarki tujuan pendidikan, membantu guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran, membantu guru menggunakan alat,
metode dan model pembelajaran, membantu guru memenuhi kebutuhan siswa, serta membantu guru dalam menggunakan pengalaman-pengalaman mengajar,
serta 3 aktivitas pengembangan, pembinaan dan pendampingan; membantu guru beradaptasi dengan tugas, tanggungjawab, dan lingkungan, membantu guru
mendayagunakan kemampuan yang dimiliki, membantu guru menemukan kelebihan dan kekurangan, mendorong guru pada pencapaian dan kepuasan dalam
melaksanakan tugas mengajar. Efikasi mengajar dapat ditingkatkan melalui program pelatihan dan
pengembangan salah satunya melalui pelaksanaan supervisi pembelajaran dalam bentuk vicarious experiences dan verbal persuasion. Keberhasilan guru lain
dalam mengajar baik yang berada di sekolah yang sama maupun sekolah lain oleh supervisor dapat dijadikan sebagai role of model dan menjadikannya sebagai
Muflih Ma’mun, 2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI
MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
stimulus kesuksesan bagi guru lainnya. Sedangkan persuasi verbal terjadi melalui aktivitas supervisi yang dilakukan oleh supervisor dalam bentuk instruksi
pengarahan, pembimbingan, pembinaan, dan pendampingan guru. Supervisor merupakan individu yang memiliki pengetahuan mendalam
akan kaidah-kaidah perbaikan dan peningkatan kapasitas mengajar serta memiliki kesanggupan dalam membina, membimbing, dan menghantarkan guru menjadi
sosok profesional. Supervisor memiliki fungsi dan tanggungjawab membantu guru memahami permasalahan siswa dan bagaimana pemecahan masalah
evaluative function, menyediakan informasi yang relevan dengan kondisi kekinian dan kebutuhan guru informative function
, serta menjadi tempat ‘curhat’ guru terhadap permasalahan yang dihadapi counselor function.
Pelaksanaan supervisi
pembelajaran merupakan
media dalam
meningkatkan efikasi guru; memperkuat keyakinan diri guru untuk bisa berhasil dalam mengajar. Persuasi verbal dalam bentuk instruksi; perintah, saran,
masukan, rekomendasi kepada guru merupakan cara efektif untuk meningkatkan kepercayaan diri guru. Instruksi yang diberikan kepada guru merupakan ‘obat
penyembuh’ terhadap penyakit kekurangpercayadirian yang dimiliki guru dalam
mengajar. Instruksi yang diberikan supervisor bukanlah instruksi biasa, melainkan instruksi yang dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan dampaknya
terhadap perbaikan guru karena instruksi tersebut didasarkan pada hasil kejernihan berpikir, objektif, sistematis, ilmiah, bersifat konstruktif, dan juga berasal dari
akumulasi pengalaman keberhasilan seorang supervisor. Pengalaman keberhasilan guru lain dalam mengajar vicarious
experiences juga menjadi informasi yang berharga dengan menjadikannya sebagi role of model bagi guru lain serta sebagai stimulus dalam meyakinkan guru untuk
mencapai keberhasilan yang sama. “Jika guru lain bisa berhasil mengajar dengan baik, mengapa Anda tidak bisa?”
Mengajar merupakan tugas utama seorang guru dimana ruang lingkup tugas dan tanggungjawabnya berlaku sama pada semua guru di sekolah. Hal ini
menjadi dasar bahwa kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran antara satu
Muflih Ma’mun, 2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL DAN SUPERVISI PEMBELAJARAN TERHADAP EFIKASI
MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KOMDA MAJENAN DAN SIDAREJAKABUPATEN CILACAP
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
guru dengan yang lainnya tidaklah jauh berbeda, bahkan ada kemungkinan kendala yang dihadapi sama. Hanya ruang lingkup dan penekanan kendalanya
yang berbeda sesuai dengan kondisi, karakteristik, bidang studi, dan kemampuan guru serta faktor eksternal. Guru yang sukses mengatasi kendala maupun
permasalahan yang dihadapi bisa dijadikan role of model keberhasilan bagi guru lain melalui mekanisme pemodelan. Disinilah arti penting pelaksanaan supervisi
melalui peran supervisor sebagai penyedia informasi informative function yang relevan bagi guru.
Berdasarkan penjelasan diatas, mendorong peneliti mengkaji lebih mendalam mengenai seberapa besar pengaruh kepemimpinan instruksional dan
supervisi pembelajaran terhadap efikasi mengajar guru SMA Negeri di Komda Majenang dan Sidareja Kabupaten Cilacap.
B. Rumusan Masalah