PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP EFEKTIVITAS SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN CIKARANG UTARA KABUPATEN BEKASI.
KABUPATEN BEKASI
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh
CHANDRA MULYANA NIM 1308056
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
(2)
KABUPATEN BEKASI
Oleh
CHANDRA MULYANA NIM 1308056
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Administrasi Pendidikan
Sekolah Pascasarjana
© Chandra Mulyana 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
(3)
CHANDRA MULYANA
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA MENGAJAR GURU TERHADAP EFEKTIVITAS SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN CIKARANG UTARA
KABUPATEN BEKASI
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
PEMBIMBING AKADEMIK
Dr. ASEP SURYANA, M.Pd.
NIP. 19720321 199903 1 002
MENGETAHUI,
KETUA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Dr. Hj. AAN KOMARIAH, M.Pd.
(4)
Chandra Mulyana NIM. 1308056
ABSTRAK
Efektivitas sekolah merupakan predikat bagi sekolah yang telah mencapai tujuannya, namun kenyataan masih banyak sekolah yang belum mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkannya, maka diperlukan pengelolaan sekolah dalam prosesnya merujuk kepada pencapaian tujuan sekolah sesuai tujuan pendidikan nasional yang akhirnya menuju pada terwujudnya sekolah efektif. Hal inilah yang mendasari penelitian terhadap efektivitas sekolah khususnya di sekolah dasar negeri. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan kinerja mengajar guru terhadap efektivitas sekolah di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan instruksional kepala se kol ah dan kinerja mengajar guru terhadap efektivitas sekolah. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat dengan obyek penelitian adalah sekolah dasar negeri, dengan sampel sebanyak 36 sekolah dari populasi 56 sekolah dasar negeri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif dengan instrument angket/kuesioner dan analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi, regresi dan pengujian setiap hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah terhadap efektivitas sekolah sebesar 82,5% (2) terdapat pengaruh kinerja mengajar guru terhadap efektivitas sekolah sebesar 38,9%, (3) dan terdapat pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan kinerja mengajar guru secara bersama-sama terhadap efektivitas sekolah sebesar 87,6%. Berdasarkan temuan, penulis merekomendasikan kepada kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi kepemimpinannya, terutama dalam menerapkan kepemimpinan instruksional. Sedangkan para guru selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kinerjanya, berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang pada akhirnya kinerja mengajar guru dapat meningkat secara berkesinambungan.
Kata Kunci : Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah, Kinerja Mengajar Guru, Efektivitas Sekolah.
(5)
in all North Cikarang Subdistricts, Bekasi Regency
Chandra Mulyana NIM. 1308056
ABSTRACT
The school effectiveness is a predicate of any school which was achieving its goals. However, in fact, most of schools are not yet able to achieve specified their goals. Therefore, the school management is necessary within the process in reference to the achievement of school goals in accordance with national educational goals and, in turn, leading to the realization of effective school. It is underlying the study of school effectiveness, particularly state-owned elementary schools. Problem under this study is how the effects of principal instructional leadership and teacher teaching performance on the effectiveness of state-owned elementary schools in all North Cikarang Subdistricts, Bekasi Regency. This study is designed to know the effects of principal instructional leadership and teacher teaching performance on the school effectiveness. This study was conducted in North Cikarang Subdistrict, Bekasi Regency, West Java Province, and the objects of the study are state-owned elementary schools, and the sample of 36 schools in a population of 56 state-owned elementary schools. Method being used in this study is survey by quantitative approach with questionnaire instrument, and the data analyses used are correlation, regression, and the testing of each hypothesis. The results of the study suggest (1) principal instructional leadership have effect on the school effectiveness at 82.5%, (2) teacher teaching performance have effect on the school effectiveness at 38.9%, and (3) both principal instructional leadership and teacher teaching performance have effects on the school effectiveness at 87.6%. Based on the findings, the author recommends principals to improve their leadership competencies, especially instructional leadership application. Meanwhile, teachers are always trying to improve their performance qualities in the promotion of knowledge and skills and, in turn, sustainable teacher teaching performance.
Keywords : Principal Instructional Leadership, Teacher Teaching Performance, School Effectiveness
(6)
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian ... 8
1. Identifikasi Masalah ... 8
2. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Struktur Organisasi Tesis ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Efektivitas Sekolah dalam Konteks Administrasi Pendidikan ... 12
1. Pengertian Efektivitas Sekolah ... 15
2. Karakteristik Efektivitas Sekolah ... 17
3. Dimensi dan Indikator Efektivitas Sekolah... 20
B. Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah ... 23
1. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 23
2. Fungsi dan Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 25
3. Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah ... 26
C. Kinerja Mengajar Guru ... 40
1. Pengertian Kinerja Mengajar Guru ... 40
(7)
4. Kinerja Mengajar Guru Dalam Melaksanakan
Pembelajaran ... 51
5. Kinerja Mengajar Guru Dalam Mengevaluasi Pembelajaran ... 53
D. Kerangka Pemikiran ... 54
E. Hipotesis Penelitian ... 55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 56
1. Lokasi Penelitian ... 56
2. Populasi Penelitian ... 56
3. Sampel Penelitian ... 58
B. Desain Penelitian ... 60
C. Metode Penelitian... 61
D. Definisi Operasional... 61
E. Instrumen Penelitian... 62
F. Proses Pengembangan Instrumen ... 70
1. Tahap Uji Coba Angket ... 70
2. Tahap Pengujian Validitas dan Reliabilitas Angket... 71
3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas instrument ... 72
G. Analisis Data ... 75
1. Analisis Data Deskriptif ... 75
2. Uji Persyaratan Analisis ... 76
3. Uji Hipotesis ... 74
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 81
1. Deskripsi Data Penelitian ... 81
2. Pengujian Persyaratan Analisis ... 88
3. Pengujian Hipotesis ... 93
(8)
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ... 115
B. Rekomendasi ... 116
DAFTAR PUSTAKA ... 118
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 121
(9)
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1 Rekapitulasi Akreditasi SD Negeri Kecamatan Cikarang Utara
Per Tahun 2014 ... 3
Tabel 1.2 Rekapitulasi Rata-rata Hasil Ujian Sekolah Kecamatan Cikarang Utara Per Tahun 2014 ... 3
Tabel 2.1 Komponen yang Dapat Meningkatkan Efektivitas Sekolah Scheerens ... 18
Tabel 2.2 Dimensi dan Indikator Efektivitas Sekolah ... 20
Tabel 2.3 Pendapat Para Pakar tentang Pengertian Kinerja ... 39
Tabel 3.1 Data Populasi Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Cikarang Utara ... 55
Tabel 3.2 Perhitungan Jumlah Sampel Penelitian ... 58
Tabel 3.3 Data Penyebaran Sampel Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Cikarang Utara ... 58
Tabel 3.4 Bobot Jawaban Skala Likert ... 62
Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Efektivitas Sekolah ... 62
Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Kepemimpinan Instruksional ... 64
Tabel 3.7 Kisi-kisi Instrumen Kinerja Mengajar Guru ... 67
Tabel 3.8 Penyebaran Item Angket Ujicoba ... 68
Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kepemimpinan Instruksional Kepala sekolah ... 70
Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kinerja Mengajar Guru 70 Tabel 3.11 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Efektivitas Sekolah ... 71
Tabel 3.12 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 73
Tabel 3.13 Kriteria Skor Rata-Rata Variabel ... 73
Tabel 3.14 Tolak Ukur Koefisien Korelasi ... 75
(10)
Tabel 4.4 Uji Normalitas Kepemimpinan Instruksional ... 87
Tabel 4.5 Uji Normalitas Kinerja Mengajar Guru ... 87
Tabel 4.6 Uji Normalitas Efektivitas Sekolah ... 88
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Variabel X1, X2, dan Y ... 88
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Variabel X1 ... 89
Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Variabel X2 ... 89
Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Variabel Y ... 90
Tabel 4.11 Hasil Uji Linearitas Variabel Y dengan X1 ... 90
Tabel 4.12 Hasil Uji Linearitas Variabel Y dengan X2 ... 91
Tabel 4.13 Uji Koefisien Korelasi Variabel X1 dan Variabel Y ... 92
Tabel 4.14 Uji Signifikansi Variabel X1 dan Variabel Y ... 93
Tabel 4.15 Koefisien Determinasi Variabel X1 terhadap Variabel Y ... 93
Tabel 4.16 Analisis Regresi Variabel X1 dan Variabel Y ... 94
Tabel 4.17 Uji Koefisien Korelasi Variabel X2 dan Variabel Y ... 95
Tabel 4.18 Uji Signifikansi Variabel X2 dan Variabel Y ... 95
Tabel 4.19 Koefisien Determinasi Variabel X2 terhadap Variabel Y ... 96
Tabel 4.20 Analisis Regresi Variabel X2 dan Variabel Y ... 96
Tabel 4.21 Uji Koefisien Korelasi Ganda ... 97
Tabel 4.22 Uji Signifikansi Korelasi Ganda ... 98
Tabel 4.23 Koefisien Determinasi Variabel X1 dan X2 terhadap Variabel Y ... 98
(11)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Sekolah ... 8
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 53
Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 59
Gambar 4.1 Grafik Deskripsi Dimensi Efektivitas Sekolah ... 80
Gambar 4.2 Grafik Deskripsi Dimensi Kepemimpinan Instruksional ... 83
Gambar 4.3 Grafik Deskripsi Dimensi KInerja Mengajar Guru ... 85
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Angket Uji Coba ... 121
Lampiran 2 Rekapitulasi Data Uji Coba Variabel Efektivitas Sekolah ... 129
Lampiran 3 Rekapitulasi Data Uji Coba Variabel Kepemimpinan Instruksisonal ... 130
Lampiran 4 Rekapitulasi Data Uji Coba Variabel Kinerja Mengajar Guru .... 131
Lampiran 5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 132
Lampiran 6 Angket Setelah Uji Coba ... 135
Lampiran 7 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Variabel Efektivitas Sekolah ... 137
Lampiran 8 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Variabel Kepemimpinan Instruksisonal ... 151
Lampiran 9 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Variabel Kinerja Mengajar Guru ... 159
Lampiran 10 Hasil Uji Normalitas Tiap Variabel ... 167
Lampiran 11 Hasil Uji Homogenitas Tiap Variabel ... 168
Lampiran 12 Hasil Uji Linearitas Tiap Variabel... 169
Lampiran 13 Pengujian Hipotesis ... 170
Lampiran 14 SK Pembimbing ... 173
Lampiran 15 SK Izin Penelitian ... 175
Lampiran 16 SK Izin Penelitian Kesbangpol ... 176
(13)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dan menduduki posisi sentral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai barometer kualitas peradaban suatu bangsa. Tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia suatu bangsa sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya kualitas pendidikan yang dimilikinya. Indikator pencapaian kualitas pendidikan di Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah menurut pemerintah dikaji berdasarkan delapan standar nasional pendidikan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). PP ini merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia adapun delapan standar tersebut yaitu, standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar pendidik, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.
Namun pada kenyataannya, kondisi mutu pendidikan di Indonesia belum mencapai hasil yang optimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian United
Nations For Development Programme’s, Indonesia menempati peringkat ke-108 dari 187 negara pada tahun 2013, atau tidak mengalami perubahan dari tahun 2012. Posisi tersebut menempatkan Indonesia pada kelompok menengah. Skor nilai HDI Indonesia sebesar 0,684, atau masih di bawah rata-rata dunia sebesar 0,702. Peringkat dan nilai HDI Indonesia masih di bawah rata-rata dunia dan di bawah empat negara di wilayah ASEAN yakni Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand (Republika, 2014).
Dari data tersebut mengindikasikan bahwa salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, yang berakibat rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM). Menurut Sagala (2004, hlm. 8) mengemukakan
(14)
bahwa permasalahan pendidikan tersebut dapat berimplikasi pada beberapa hal, yaitu: 1) Sekolah pada semua jenjang dan level diurus seadanya, kreatifitas dan inovatif tidak mendapat tempat yang layak karena bertentangan dengan pandangan pemegang kekuasaan; 2) Pihak sekolah menerima sarana dan prasarana pendidikan di sekolah seadanya, tidak dapat memberikan masukan atau komentar; 3) Guru bekerja tidak maksimal. Mereka bekerja hanya untuk memenuhi jam kerja sesuai yang dijadwalkan. Karena jika bekerja keraspun tetap karier dan prestasinya tetap tidak jelas; 4) Ruang gerak lulusan sekolah jadi sempit karena kualitas sekolah seadanya pula.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas, perlu dilaksanakan upaya-upaya perbaikan, salah satunya melalui peningkatan kualitas pengelolaan satuan pendidikan atau manajemen pengembangan mutu sekolah yakni pengelolaan efektivitas sekolah secara optimal yang diarahkan menjadi sekolah yang efektif atau sekolah yang bermutu. Sekolah yang bermutu diyakini dapat meningkatkan mutu pendidikan, karena sekolah yang bermutu dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas yang secara otomatis bersinergi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Terkait dengan hal tersebut, Hoy dan Miskel (2013) menjelaskan bahwa sekolah yang bermutu harus didahului oleh efektivitas semua program sekolah sebagai organisasi yang dijalankannya, artinya bahwa mutu sekolah erat kaitannya dengan efektivitas sekolah.
Menurut Scheerens (2000, hlm. 20) “school effectiveness is seen as the degree to which schools achieve their goals, in comparison with other schools that are ‘equalized’, in terms of student-intake, through manipulation of certain conditions by the school itself or the immediate school context”, definisi tersebut menyatakan bahwa efektivitas sekolah yaitu gelar untuk sekolah yang telah mencapai tujuannya, dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain yang setara, menurut jumlah siswa yang diterima (student-intake) dengan jalan memanipulasi kondisi-kondisi tertentu yang dilakukan oleh sekolah itu sendiri atau karena konteks yang melingkupi sekolah tersebut.
Komariah dan Triatna (2010, hlm. 35) “Efektivitas sekolah merujuk pula
(15)
berdasarkan tugas pokok dan fungsinya masing-masing dalam struktur program dengan tujuan agar siswa belajar dan mencapai hasil yang telah ditetapkan,
yaitu memiliki kompetensi”. Dalam konteks sekolah sebagai sistem terbuka, yakni memiliki komponen input, proses, dan output yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling terkait, membutuhkan, mempengaruhi, dan menentukan. Maka pendekatan sistem input, proses, dan output (IPO) ini dapat dijadikan indikator keefektivitasan sekolah, Hoy dan Miskel (2008, hlm. 296-297) mengatakan bahwa:
Effectiveness indicators can be derived for each phase of the opensystem cycle: inputs (human and financial resources), transformations (internal processes and structures), and outputs (performance outcomes). At one time or another, virtually every input, transformation, or outcome variable has been used as an indicator of organizational effectiveness. Consequently, the social-system model can serve as a theoretical guide to advance our understanding of school effectiveness and to assess the actions necessary to promote school effectiveness.
Yang maksudnya adalah indikator efektivitas sekolah dapat digunakan dari fase siklus sistem terbuka yaitu: (1) input (SDM dan keuangan); (2) transformasion (proses internal dan struktur); dan (3) output (hasil kinerja). Sehingga model sistem sosial dapat berfungsi sebagai panduan teoritis tentang efektivitas sekolah dan menilai tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan efektivitas sekolah.
Menurut Engkoswara efektivitas dapat juga ditelaah dari: (1) masukan yang merata; (2) keluaran yang banyak dan bermutu tinggi; (3) ilmu dan keluaran yang relevan dengan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun; (4) pendapatan yang memadai (Komariah dan Triatna, 2010, hlm. 35).
Edmons (Sagala, 2010, hlm. 82) mengemukakan bahwa ada lima karakteristik keefektifan sekolah yaitu:
1. harapan-harapan yang tinggi dari keefektifan pengajaran 2. kepemimpinan instruksional yang kuat oleh kepala sekolah 3. iklim yang teratur, tenang, dan berorientasi kerja sekolah 4. melaksanakan kegiatan dan akademik
5. pemantauan atas kemajuan belajar peserta didik
Dari fakta lapangan melalui studi observasi awal, penulis melihat gambaran faktual dan data empirik tingkat pengelolaan efektivitas sekolah di
(16)
wilayah kerja penulis bertugas, yaitu di sekolah dasar di wilayah Kecamatan Cikarang Utara. Berikut ini hasil yang didapat dari hasil studi observasi tersebut:
Tabel 1.1 Rekapitulasi Akreditasi SD Negeri Kecamatan Cikarang Utara Per Tahun 2014
No Akreditasi Jumlah Prosentase
1 A 17 30%
2 B 39 70%
3 C - -
4 TT - -
Sumber: Kantor UPTD Kecamatan Cikarang Utara Tabe 1.2 Rekapitulasi Rata-rata Hasil Ujian Sekolah
Kecamatan Cikarang Utara Per Tahun 2014
No Akreditasi Rata Hasil US
-rata Tertinggi Terendah
1 A 7,92 9,52 5,70
2 B 7,70 9,63 5,38
3 C - - -
4 TT - - -
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi
Dari tabel diatas, teridentifikasi bahwa hasil US di wilayah Kecamatan Cikarang Utara belum maksimal masih dibawah rata-rata, hal ini menunjukkan adanya keterkaitan dengan kinerja mengajar guru yang belum optimal, karena guru merupakan komponen pendidikan yang langsung bertatap muka dengan peserta didik sehingga langsung mempengaruhi hasil akhir dari sekolah yakni output sekolah berupa prestasi siswa yang direpresentasikan dengan nilai US, karena menurut Hoy dan Miskel (2013, hlm. 456) output pendidikan yang paling penting bagi siswa salah satunya adalah prestasi akademis. Sementara itu, dari jumlah sekolah dasar negeri yang berjumlah 56 sekolah, status terakreditasi A baru berjumlah 17 (30%), 39 masih bernilai B (70%), Padahal tujuan akreditasi sekolah menurut PP 19 tahun 2005 pasal 86 ayat 1 adalah untuk menentukan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan. Berdasarkan kenyataan tersebut, menunjukkan adanya proses manajemen yang belum optimal yang dilaksanakan oleh stakeholder pendidikan dimasing-masing sekolah dalam menjamin mutu pendidikan, sedangkan mutu pendidikan erat kaitannya dengan sekolah-sekolah
(17)
yang efektif dan bermutu, sehingga perlu memperbaiki serta meningkatkan proses manajemen sekolah sehingga pengelolaan efektivitas sekolah untuk mencapai sekolah yang efektif akan terlaksana dengan baik.
Terdapat juga beberapa indikasi yang terlihat ketika observasi awal melalui wawancara dengan kepala sekolah serta pengawas didapat informasi bahwa masih terdapat beberapa kondisi yang berhubungan dengan pengelolaan efektivitas sekolah di SDN Kecamatan Cikarang Utara seperti berikut:
- Masih ada sekolah yang merumuskan visi, misi, dan tujuan sekolah belum jelas dan spesifik.
- Masih belum intensifnya kegiatan pelatihan, pembinaan, workshop, dan pengembangan profesional guru yang dilaksanakan oleh sekolah.
- Sebagian kepala sekolah belum mampu memberdayakan sumber daya sekolah.
- Sebagian kepala sekolah belum mampu menciptakan iklim kerja yang baik.
- Sebagian kepala sekolah belum mampu memberikan keteladanan dalam sikap dan tindakan.
- Sebagian guru belum dapat menyelesaikan tugas mereka dengan baik, tepat, dan benar sesuai dengan kebutuhan dalam mengajar mulai dari mempersiapkan pembelajaran sampai melakukan evaluasi.
- Sebagian guru berpendapat bekerja dengan baik dan tidak sama saja. - Sebagian guru belum mampu mencapai standar kerja yang tinggi.
Dari beberapa indikasi tersebut, penulis menduga hal ini disebabkan dari beberapa faktor pendukung dalam efektivitas sekolah yang belum diterapkan secara optimal, diantaranya faktor kepemimpinan instruksional dan kinerja mengajar guru. Untuk mewujudkan efektivitas sekolah hanya mungkin didukung oleh kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan yang efektif. Hechinger (dalam Prasojo, 2012, hlm. 188-189) menyatakan:
Saya tidak pernah melihat sekolah yang bagus dipimpin oleh kepala sekolah yang buruk dan sekolah buruk dipimpin oleh kepala sekolah yang buruk. Saya juga menemukan sekolah yang gagal berubah menjadi sukses, sebaliknya sekolah yang sukses tiba-tiba menurun kualitasnya. Naik atau
(18)
turunnya kualitas sekolah sangat tergantung kepada kualitas kepala sekolahnya.
Pandangan tersebut menunjukkan bahwa peran seorang kepala sekolah begitu sangat kuat untuk membawa sekolah menjadi sekolah yang efektif dan berkualitas. Untuk mewujudkan sekolah efektif diperlukan kepemimpinan kepala sekolah yang efektif pula. Hasil penelitian Davis & Thomas, Sergiovanni, DeRoche (Supardi, 2013, hlm. 28) Kepala sekolah yang efektif menunjukkan ciri-ciri antara lain memiliki visi yang jelas, kepemimpinan yang kuat dan memiliki harapan yang tinggi terhadap prestasi siswa dan kinerja guru.
Kepemimpinan merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah. Banyak model kepemimpinan yang dapat dianut dan diterapkan dalam berbagai organisasi/institusi, baik profit maupun non profit. Sekolah yang merupakan organisasi yang fokus pelayanannya pada proses belajar mengajar, yang tujuan akhirnya meningkatnya hasil belajar siswa, harus dapat memilih model kepemimpinan yang mengarah pada tujuan tersebut. Konsep kepemimpinan instruksional sangat cocok diterapkan di sekolah karena kepemimpinan instruksional merupakan konsep kepemimpinan yang berfokus pada pencapaian prestasi siswa dan proses belajar mengajar. Berdasarkan komisi redisain kepemimpinan instruksional (Learning Centered Leadership Policy, The
Instructional Leadership Redesign Comission, Tennesee, USA, 2008, hlm. 17)
yang diketuai Mary Jo, mendefinisikan kepemimpinan instruksional sebagai berikut:
Instructional leadership is leader that ensure school programs, procedures, and practices focus on the learning and achievement of all students and support the social and emotional development necessary for students to attain academic success, which cover 7 component standards: continuous improvement, culture for teaching learning, assessment, and professional growth, management of the school, ethics, and diversity.
(Learning Centered Leadership Policy, ILRC, Tennessee, USA, 2008). Definisi ini menjelaskan bahwa konsep kepemimpinan instruksional (instructional leadership) yang fokus utamanya pada pembelajaran, bermakna bahwa proses penyelenggaraan sekolah diarahkan pada perbaikan secara terus menerus terhadap mutu kualitas pembelajaran dengan 7 standar: penilaian yang berkelanjutan, pengembangan profesionalitas guru, manajemen sekolah yang
(19)
implementasinya berbasiskan etika dan toleransi terhadap keberagaman siswa, yang diarahkan kepada peningkatan layanan prima untuk pencapaian prestasi akademik siswa yang tinggi. Daresh dan Playco (dalam Dirjen PMPTK, 2010, hlm. 8) mendefinisikan kepemimpinan instruksional sebagai upaya memimpin para guru agar mengajar lebih baik, yang pada gilirannya dapat memperbaiki prestasi belajar siswanya. Menurut Lunenburg & Irby (2006, hlm. 104) The
instructional leadership correlate recognizes that an effective school must have an effective leader. Kepemimpinan instruksional adalah kepemimpinan yang
menekankan pada 5 aspek dalam penyelenggaraan sekolah, yaitu: (1) focusing on
learning; (2) encouraging collaboration; (3) analyzing results; (4) providing support; and (5) aligning curriculum, instruction, and assessment (Lunenburg &
Irby, 2006, hlm. 14).
Dari beberapa hasil kajian tersebut jelas bahwa peningkatan hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan instruksional. Artinya, jika hasil belajar siswa ingin ditingkatkan, maka kepemimpinan yang menekankan pada pembelajaran sebaiknya diterapkan dalam penyelenggaraan proses pendidikan di sekolah.
Efektivitas sekolah juga berkaitan dengan kinerja guru yang tinggi dalam pembelajaran. Gibsons (dalam Moedjiarto, 2002, hlm. 17) menyatakan:
prestasi sekolah akan terangkat dengan menerapkan faktor-faktor keefektifan sekolah yang dianggap penting, yaitu kinerja guru yang tinggi, manajemen kepala sekolah yang kuat, harapan-harapan bagi siswa dan guru, pemantauan yang kontinyu terhadap kemajuan siswa, iklim belajar yang positif, kesempatan yang cukup untuk belajar, pelibatan orang tua dan masyarakat dalam program sekolah
Hal ini menunjukkan bahwa guru merupakan tokoh sentral dalam penyelenggaraan pendidikan karena bagaimanapun guru adalah pihak yang berinteraksi langsung dengan siswa dalam proses pembelajaran dan penentu utama dalam mewujudkan peserta didik yang berkualitas. Oleh karena itu, guru harus memiliki kinerja yang baik. Menurut Suharsaputra (2013, hlm. 198) kinerja guru adalah perilaku yang dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar ketika mengajar di depan kelas, sesuai dengan kriteria tertentu. Guru merupakan pekerjaan profesional yang memerlukan
(20)
Efektivitas Sekolah
Harapan yang tinggi
Konsensus dan Kohesi
Keterlibatan orangtua
Kepemimpinan Instruksional
Penguatan yang positif
Kualitas Kurikulum
Tujuan yang jelas
Kinerja Mengajar Guru
Potensi evaluatif Budaya
Sekolah
Pemantauan prestasi
Kepemimpinsn instruksional belum optimal
keahlian khusus dan kompetensi tertentu, itu artinya bahwa profesi guru ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang.
Kinerja mengajar guru merupakan komponen penting dalam penciptaan efektivitas sekolah (school effectiveness). Salah satu unsur yang paling berperan dalam meningkatkan kinerja mengajar guru adalah kepemimpinan kepala sekolah, dalam hal ini kepala sekolah yang menjalankan model kepemimpinan instruksional, karena prioritas kepemimpinan instruksional dalam aktivitasnya adalah memperbaiki dan meningkatkan mutu belajar dengan memperbaiki kinerja guru yang menanganinya (Suhardan, 2010, hlm. 73).
Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini mengangkat judul sebagai berikut “Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru terhadap Efektivitas Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan
Cikarang Utara Kabupaten Bekasi”.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah seperti yang telah dikemukakan di atas, masalah utama yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah tentang efektivitas sekolah, berdasarkan pendapat banyak ahli dari hasil penelitian empirisnya, diantara faktor-faktor yang ikut mempengaruhi efektivitas sekolah, yaitu:
(21)
Gambar 1.1
Faktor yang mempengaruhi efektivitas sekolah
Diadopsi dari berbagai sumber dan hasil penelitian
Scheerens (2000), Tola & Furqon (Suharsaputra, 2013, hlm. 74-75), Edmons (Sagala, 2010, hlm. 82) Edmonds (dalam Hoy & Miskel, 2008, hlm. 302), Mortimore (dalam Supardi, 2013, hlm. 12), MacBeath & Mortimer (dalam Supardi, 2013, hlm. 13), Purkey dan Smith (dalam Hoy & Miskel, 2008, hlm.
303), dan Scheerens dan Bosker (dalam Hoy & Miskel, 2008, hlm. 303) Dari uraian diatas, dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi efektivitas sekolah, penelitian ini hanya akan membahas tentang kepemimpinan instruksional dan kinerja mengajar guru. Pemilihan kedua variabel ini dengan beberapa alasan. Pertama; faktor kepemimpinan selalu menjadi faktor dari setiap hasil riset banyak ahli. Kedua; kepemimpinan kepala sekolah merupakan motor penggerak kegiatan sekolah dan penentu keberhasilan sekolah mencapai tujuan yang diharapkan. Ketiga; dengan kepemimpinan instruksional yang diterapkan oleh kepala sekolah maka tujuan serta program yang dikembangkan sekolah terfokus pada pengelolaan kegiatan belajar dan mengajar yang merupakan fungsi pokok sekolah sebagai tempat belajar yang paling baik dan penciptaan lingkungan akademis. Keempat; adalah proses kegiatan belajar dan mengajar akan berjalan baik jika kinerja mengajar guru tinggi dan berdampak pada output pendidikan yakni prestasi siswa. Kelima; kedua faktor ini yang terindikasi terlihat mempengaruhi pengelolaan efektivitas sekolah di SDN Kecamatan Cikarang Utara.
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan identifikasi masalah seperti yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana deskripsi kepemimpinan instruksional kepala sekolah dasar negeri se-Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi?
Kinerja mengajar guru belum optimal
(22)
b. Bagaimana deskripsi kinerja mengajar guru sekolah dasar negeri se-Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi?
c. Bagaimana deskripsi efektivitas sekolah dasar negeri se-Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi?
d. Berapa besar pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah terhadap efektivitas sekolah?
e. Berapa bes ar pengaruh kinerja mengajar guru terhadap efektivitas sekolah?
f. Berapa besar pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan kinerja mengajar guru terhadap efektivitas sekolah?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan instruksional kepala s ekol ah dan kinerja mengajar guru terhadap efektivitas sekolah dasar negeri se-Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi.
Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Terdeskripsikannya kepemimpinan instruksional kepala sekolah dasar negeri se-Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi.
2. Terdeskripsikannya kinerja mengajar guru sekolah dasar negeri se-Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi.
3. Terdeskripsikannya efektivitas sekolah dasar negeri se-Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi.
4. Teranalisisnya besaran pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah terhadap efektivitas sekolah.
5. Teranalisisnya pengaruh kinerja mengajar guru terhadap efektivitas sekolah.
6. Teranalisisnya pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan kinerja mengajar guru terhadap efektivitas sekolah.
(23)
Manfaat penelitian yang dilakukan penulis di sekolah dasar negeri di wilayah Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Sebagai klarifikasi teori terkait efektivitas sekolah dan faktor yang mempengaruhinya meliputi kepemimpinan instruksisonal dan kinerja mengajar guru.
2. Memberikan masukan terhadap semua unsur dan komponen pendidikan terutama para kepala sekolah dasar negeri di Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi tentang pentingnya upaya pengembangan, perbaikan, dan pencapaian prestasi sekolah di sekolah dasar negeri melalui upaya pemberdayaan sekolah mencapai efektivitas sekolah.
3. Bahan refleksi bagi para kepala sekolah dasar negeri di Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi terhadap efektivitas kepemimpinan yang telah dijalankan dalam upaya peningkatan serta perbaikan mutu sekolah yang telah dilakukan.
4. Bahan refleksi bagi para kepala sekolah dasar negeri di Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi.
E. Struktur Organisasi Tesis
Sistematika dalam penulisan tesis ini terdiri atas lima bab, tersusun sebagai berikut:
Bab I, berisi tentang pendahuluan, yang didalamnya berisi uraian latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi tesis.
Bab II, berisi tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Isi dari bab ini adalah konsep-konsep /teori-teori/model-model bidang utama dan turunannya yang dikaji, hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti, serta kerangka pemikiran dan hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian.
Bab III, berisi tentang metedologi penelitian, berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian yang mencakup komponen-komponen lokasi dan subyek populasi/sampel penelitian, cara pemilihan sampel serta justifikasi dari
(24)
pemilihan lokasi serta penggunaan sampel, desain dan metode penelitian, definisi operasional dari tiap variabel disertai indikatornya, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.
Bab IV, berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan, yang berisi pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis dan tujuan penelitian, serta berisi pembahasan atau analisis temuan.
Bab V, berisi tentang simpulan dan saran, berisi tentang penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian, serta saran atau rekomendasi yang dapat ditunjukkan kepada para pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil penelitian, dan kepada peneliti berikutnya yang berminat melakukan penelitian dalam kajian yang sama.
(25)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat dengan obyek penelitian adalah sekolah dasar negeri yang berada di wilayah Kecamatan Cikarang Utara.
2. Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2014, hlm. 117) populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya”. Creswell (2012, hlm. 142) menjelaskan “A
population is a group of individuals who have the same characteristic.
Sedangkan menurut Arikunto (2010, hlm. 173) populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah 56 sekolah dasar negeri di wilayah Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi dengan responden kepala sekolah dan guru se-Kecamatan Cikarang Utara. Berikut ini data populasi penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel.
Tabel 3.1 Data Populasi Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Cikarang Utara
No Nama Sekolah Status
Akreditasi
Kepala
Sekolah Guru Jumlah
1 SDN Cikarang Kota 01 B 1 3 4
2 SDN Cikarang Kota 02 B 1 3 4
3 SDN Cikarang Kota 03 B 1 6 7
4 SDN Cikarang Kota 04 B 1 4 5
5 SDN Karang Baru 01 B 1 8 9
6 SDN Karang Baru 02 A 1 22 23
7 SDN Karang Baru 03 B 1 5 6
8 SDN Karang Baru 04 B 1 13 14
9 SDN Karang Baru 05 B 1 3 4
10 SDN Karang Baru 06 B 1 2 3
11 SDN Karang Asih 01 A 1 10 11
12 SDN Karang Asih 02 B 1 4 5
13 SDN Karang Asih 03 A 1 16 17
(26)
15 SDN Karang Asih 05 A 1 5 6
16 SDN Karang Asih 06 B 1 8 9
Tabel Lanjutan Data Populasi Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Cikarang Utara
No Nama Sekolah Status
Akreditasi
Kepala
Sekolah Guru Jumlah
17 SDN Karang Asih 07 B 1 10 11
18 SDN Karang Asih 08 A 1 4 5
19 SDN Karang Asih 09 A 1 6 7
20 SDN Karang Asih 10 B 1 2 3
21 SDN Karang Asih 11 B 1 4 5
22 SDN Karang Asih 12 A 1 16 17
23 SDN Karang Asih 13 A 1 9 10
24 SDN Karang Asih 14 A 1 8 9
25 SDN Waluya 01 B 1 6 7
26 SDN Karang Raharja 01 B 1 7 8
27 SDN Karang Raharja 02 B 1 7 8
28 SDN Karang Raharja 03 A 1 5 6
29 SDN Simpangan 01 A 1 16 17
30 SDN Simpangan 02 B 1 5 6
31 SDN Simpangan 03 B 1 8 9
32 SDN Simpangan 04 B 1 2 3
33 SDN Simpangan 05 B 1 5 6
34 SDN Simpangan 06 B 1 8 9
35 SDN Simpangan 07 B 1 4 5
36 SDN Pasir Gombong 01 B 1 5 6
37 SDN Pasir Gombong 02 A 1 4 5
38 SDN Pasir Gombong 04 B 1 6 7
39 SDN Pasir Gombong 05 B 1 2 3
40 SDN Pasir Gombong 06 B 1 2 3
41 SDN Tanjung Sari 01 B 1 3 4
42 SDN Tanjung Sari 02 B 1 6 7
43 SDN Tanjung Sari 03 B 1 4 5
44 SDN Mekar Mukti 01 A 1 6 7
45 SDN Mekar Mukti 02 B 1 5 6
46 SDN Mekar Mukti 03 A 1 5 6
47 SDN Mekar Mukti 04 B 1 6 7
48 SDN Mekar Mukti 05 B 1 4 5
49 SDN Mekar Mukti 06 A 1 17 18
50 SDN Harja Mekar 01 B 1 4 5
51 SDN Harja Mekar 02 A 1 2 3
52 SDN Harja Mekar 03 B 1 2 3
53 SDN Harja Mekar 04 B 1 6 7
54 SDN Wangun Harja 01 A 1 5 6
(27)
56 SDN Wangun Harja 03 B 1 4 5
Jumlah 56 361 417
Sumber: Kantor UPTD Pendidikan Kec. Cikarang Utara
3. Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2014, hlm. 118) menyatakan bahwa: “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Creswell (2012, hlm. 142) menjelaskan “A sample is a subgroup of the target population that the researcher plans to study for generalizing about the target population”. Sedangkan menurut Arikunto (2010, hlm. 174) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yanag diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Menurut Nasution (Riduwan, 2014, hlm. 57) berpendapat
bahwa “mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan
tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannnya, serta
mutu pelaksanaan dan pengolahannya”
Teknik sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik
proportionate stratified random sampling, teknik ini digunakan bila populasi
mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2014, hlm. 118). Alasan penggunaan teknik
proportionate stratified random sampling karena populasi berstrata, maka
sampelnya juga berstrata, stratanya ditentukan menurut akreditasi sekolah. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus TaroYamane (dalam Riduwan, 2014, hlm. 65) dengan rumus berikut:
Keterangan:
n = Jumlah sampel N = Jumlah Populasi d2 = Presisi yang ditetapkan
Jadi perhitungan sampel dapat dilakukan sebagai berikut: N = 56 dengan presisi 10%
(28)
= 35,89 dibulatkan menjadi 36 sekolah.
Jadi jumlah sampel sebesar 36 sekolah. Kemudian dicari pengambilan sampel berstrata dengan memakai rumusan alokasi proportional Sugiyono (dalam Riduwan, 2014, hlm. 66)
Keterangan:
ni = Jumlah sampel menurut stratum
n = Jumlah sampel seluruhnya
Ni = Jumlah Populasi menurut stratum
N = Jumlah Populasi seluruhnya
Tabel 3.2
Perhitungan Jumlah Sampel Penelitian Status
Akreditasi Jumlah
Banyak
sampel Sampel
A 17 17:56x36 11
B 39 39:56x36 25
C - - -
TT - - -
Jumlah 56 36
Berdasarkan tabel di atas maka jumlah sekolah yang dijadikan sampel memiliki proporsi yang sama menurut akreditasi sekolah, yakni sebanyak 11 sekolah terakreditasi A dan 25 sekolah terakreditasi B. Dari jumlah sampel 36 sekolah, berikut dilakukan penyebaran sampel, yang disajikan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 3.3 Data Penyebaran Sampel Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Cikarang Utara
No Nama Sekolah Status
Akreditasi
Kepala
Sekolah Guru Jumlah
1 SDN Karang Asih 01 A 1 10 11
2 SDN Karang Asih 03 A 1 16 17
3 SDN Karang Asih 08 A 1 4 5
4 SDN Karang Asih 13 A 1 9 10
5 SDN Karang Asih 14 A 1 8 9
6 SDN Simpangan 01 A 1 16 17
7 SDN Pasir Gombong 02 A 1 4 5
(29)
9 SDN Mekar Mukti 03 A 1 5 6
10 SDN Mekar Mukti 06 A 1 17 18
11 SDN Wangun Harja 01 A 1 5 6
Tabel Lanjutan Data Penyebaran Sampel Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Cikarang Utara
No Nama Sekolah Status
Akreditasi
Kepala
Sekolah Guru Jumlah
12 SDN Cikarang Kota 01 B 1 3 4
13 SDN Cikarang Kota 03 B 1 6 7
14 SDN Karang Baru 03 B 1 5 6
15 SDN Karang Baru 04 B 1 13 14
16 SDN Karang Asih 02 B 1 4 5
17 SDN Karang Asih 04 B 1 15 16
18 SDN Karang Asih 06 B 1 8 9
19 SDN Karang Asih 07 B 1 10 11
20 SDN Karang Asih 10 B 1 2 3
21 SDN Karang Asih 11 B 1 4 5
22 SDN Waluya 01 B 1 6 7
23 SDN Karang Raharja 01 B 1 7 8
24 SDN Simpangan 02 B 1 5 6
25 SDN Simpangan 03 B 1 8 9
26 SDN Simpangan 07 B 1 4 5
27 SDN Pasir Gombong 01 B 1 5 6
28 SDN Pasir Gombong 04 B 1 6 7
29 SDN Pasir Gombong 06 B 1 2 3
30 SDN Tanjung Sari 02 B 1 6 7
31 SDN Tanjung Sari 03 B 1 4 5
32 SDN Mekar Mukti 02 B 1 5 6
33 SDN Mekar Mukti 04 B 1 6 7
34 SDN Mekar Mukti 05 B 1 4 5
35 SDN Harja Mekar 01 B 1 4 5
36 SDN Wangun Harja 02 B 1 4 5
Jumlah 36 246 282
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Kepemimpinan Intruksional
(X1)
rX1Y
RX1 X2 Y
Efektivitas Sekolah
(30)
Gambar 3.1 Desain Penelitian
C. Metode Penelitian
Mencermati masalah yang akan diteliti, yakni kepemimpinan instruksional kepala sekolah, kinerja mengajar guru, dan efektivitas sekolah maka metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Kerlinger (Riduwan, 2014, hlm. 49) penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari dari data sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.
Sugiyono (2014, hlm.14) menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif berlandaskan filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dengan tujuan untuk menguji hipotesis. Pemilihan pendekatan kuantitatif didasarkan karena penekanan dalam penelitian ini pada fenomena-fenomena obyektif yang bertujuan untuk menguji hipotesis.
D. Definisi Operasional
Menurut Cresswell (2012, hlm. 151) “operational definition is the specification of how you will define and measure the variable in your study”.
Maksudnya adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara menggambarkan dan mengukur suatu variabel. Definisi variabel harus bisa diukur, spesifik serta bisa dipahami oleh orang lain.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis variabel yaitu variabel bebas (independent variable) yaitu kepemimpinan instruksional kepala sekolah (X1), kinerja mengajar guru (X2) dan variabel terikat (dependent variable) yaitu
efektivitas sekolah (Y).
Masing-masing definisi operasional dari variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:
(31)
1. Kepemimpinan instruksional kepala sekolah adalah peran kepemimpinan yang dilakukan kepala sekolah yang memfokuskan pada peningkatan kualitas pengajaran dan pembelajaran di sekolah.
2. Kinerja mengajar guru adalah unjuk kerja yang ditampilkan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pengajar dan pendidik di sekolah mulai dari merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan menilai hasil pembelajaran.
3. Efektivitas sekolah adalah tingkat keberhasilan sekolah dalam memberdayakan semua komponen sekolah dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan sekolah.
E. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2014, hlm. 305), instrumen dalam penelitian kuantitatif dapat berupa tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan kuesioner. Dalam penelitian ini, data akan dikumpulkan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa angket (kuesioner) untuk memperoleh informasi tentang pengaruh kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan kinerja mengajar guru terhadap efektivitas sekolah.
Menurut Sugiyono (2014, hlm. 199), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet.
Untuk pengembangan instrumen, maka penelitian ini menempuh dengan beberapa cara yaitu:
1. Menetapkan variabel yang akan diteliti, yakni variabel terikat (Y) efektivitas sekolah, variabel bebas (X1) kepemimpinan instruksional
(32)
2. Menetapkan dimensi dan indikator dari setiap variabel penelitian 3. Menyusun kisi-kisi kuesioner
4. Memetakan setiap indikator ke dalam bentuk pertanyaan kuesioner
5. Menentukan bobot jawaban sesuai dengan skala yang digunakan. Skala yang digunakan dalam kuisioner yaitu menggunakan skala Likert dengan bobot jawaban sebagai berikut:
Tabel 3.4 Bobot Jawaban Skala Likert Alternatif Jawaban Bobot/skor
Selalu 5
Sering 4
Kadang-kadang 3
Jarang 2
Tidak pernah 1
6. Menyusun angket/kuesioner penelitian
Berikut ini kisi-kisi instrumen yang dijadikan variabel penelitian, yang terdiri atas dua variabel bebas (X1 dan X2) dan satu variabel terikat (Y).
Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Efektivitas Sekolah
Variabel OperasionalDefinisi Dimensi Indikator Item No
Efektivitas Sekolah (Y) Scheerens (2003, hlm. 42-44), Tola dan Furqon (Suharsaputra, 2013, 74-75)
Efektivitas sekolah adalah tingkat keberhasilan sekolah dalam memberdayakan semua komponen sekolah dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan sekolah
1. Tujuan sekolah dinyatakan secara jelas dan spesifik
Dinyatakan secara jelas
Digunakan untuk pengambilan keputusan
Dipahami oleh siswa, guru, dan staf 1, 2, 3 4 2. Pelaksanaan kepemimpinan pendidikan yang kuat oleh kepala sekolah
Bisa dihubungi dengan mudah
Bersikap responsif kepada guru, staf dan siswa Responsif terhadap orangtua dan masyarakat Laksanakan kepemimpinan yang berfokus pada pembelajaran 5 6 7 8
(33)
Menjaga agar rasio antara guru/siswa sesuai dengan rasio ideal
9
3. Ekspektasi guru dan staf tinggi
Yakin bahwa semua siswa dapat belajar dan
berprestasi
Menekankan pada hasil akademis
10
11
Tabel Lanjutan Kisi-kisi Instrumen Efektivitas Sekolah
Variabel OperasionalDefinisi Dimensi Indikator Item No
Efektivitas Sekolah (Y) Scheerens (2003, hlm. 42-44), Tola dan Furqon (Suharsaputra, 2013, 74-75)
Efektivitas sekolah adalah tingkat keberhasilan sekolah dalam memberdayakan semua komponen sekolah dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan sekolah
Memandang guru sebagai penentu terpenting bagi keberhasilan siswa
12
4. Ada kerjasama kemitraaan antara sekolah, orang tua, dan masyarakat Komunikasi secara positif dengan orangtua Memelihara jaminan dukungan orangtua Bekerjasama dengan orangtua dan masyarakat Berbagi tanggungjawab untuk menegakkan disiplin dan mempertahankan keberhasilan
Menghadiri acara-acara penting disekolah 13 14 15 16 17
5. Adanya iklim positif dan kondusif bagi siswa untuk belajar
Rapi, bersih, dan aman secara fisik
Dipelihara secara baik Memberi penghargaan 18 19 20
(34)
kepada yang berprestasi Memberi penguatan terhadap perilaku positif siswa
Menaati aturan sekolah dan aturan pemerintah daerah Menjalankan tugas/kewajiban tepat waktu 21 22 23
Tabel Lanjutan Kisi-kisi Instrumen Efektivitas Sekolah
Variabel OperasionalDefinisi Dimensi Indikator Item No
Efektivitas Sekolah (Y) Scheerens (2003, hlm. 42-44), Tola dan Furqon (Suharsaputra, 2013, 74-75)
Efektivitas sekolah adalah tingkat keberhasilan sekolah dalam memberdayakan semua komponen sekolah dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan sekolah 6. Kemajuan siswa sering dimonitor
Tugas yang tepat
Umpan baik secara cepat (segera) Kemampuan berpartisipasi di kelas secara optimal
Penilaian hasil belajar dari berbagai segi 24 25 26 27 7. Menekankan kepada keberhasilan siswa dalam mencapai keterampilan aktivitas yang esensal
Melakukan hal yang terbaik untuk mencapai hasil belajar yang optimal, baik yang besifat akademis maupun non akademis Memperoleh berbagai keterampilan yang esensial Menunjukkan komitmen dalam mendukung program keterampilan esensial 28 29 30
(35)
Menerima bahan yang memadai untuk mengajarkan keterampilan yang esensial 31
8. Komitmen yang tinggi dari SDM sekolah terhadap program pendidikan Membantu merumuskan dan melaksanakan tujuan pengembangan sekolah Menunjukkan profesionalisme dalam bekerja 32 33
Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Kepemimpinan Instruksional
Variabel OpeaasionalDefinisi Dimensi Indikator Item No
Kepemimpinan Instruksional (X1) Sumber: Mary Jo (Learning Centered Leadership Policy, The Instructional leadership Redesign Comission, Tennesee, USA, 2008 Kepemimpinan instruksional kepala sekolah adalah peran kepemimpinan yang dilakukan kepala sekolah yang memfokuskan pada peningkatan kualitas pengajaran dan pembelajaran di sekolah. 1. Peningkatan secara Berkelanjutan
Kepala sekolah mempunyai visi, misi sekolah yang
menekankan pada kegiatan pembelajaran bagi seluruh siswa, dan dipahami oleh seluruh warga sekolah
Menciptakan struktur organisasi yang kondusif untuk mendukung
pencapaian visi, misi dan tujuan sekolah yang menekankan pada kegiatan pembelajaran bagi seluruh siswa
1
2
(36)
Mengembangkan kerjasama antara kepala sekolah, guru, orangtua siswa, dan masyarakat sekitar dalam rangka peningkatan secara berkelanjutan
Menggunakan data dan aspirasi siswa untuk merencanakan
pengembangan sekolah secara berkelanjutan
4
2. Kultur
Pembelajaran
Mengembangkan dan memelihara lingkungan yang tertib, disiplin belajar dengan aman, tenteram, dan nyaman
Memimpin seluruh staf dan siswa dalam
mengembangkan disiplin diri dan setia dalam menjalankan tugas dan fungsinya
Membangun dan memelihara hubungan kekeluargaan yang kuat dan mendukung
5
6
7
Tabel Lanjutan Kisi-kisi Instrumen Kepemimpinan Instruksional
Variabel OpeaasionalDefinisi Dimensi Indikator No
Item Kepemimpinan Instruksional (X1) Sumber: Mary Jo (Learning Centered Leadership Policy, The Instructional leadership Redesign Comission, Tennesee, Kepemimpinan instruksional kepala sekolah adalah peran kepemimpinan yang dilakukan kepala sekolah yang memfokuskan pada peningkatan kualitas pengajaran dan pembelajaran di
Menjalin tali komunikasi yang kuat dengan guru, orangtua, siswa dan pemangku kepentingan
8
3. Penilaian Hasil
Belajar
Memimpin proses penilaian siswa secara sistematis dan evaluasi program yang
menggunakan data kualitatif dan kuantitatif
Memimpin komunitas belajar profesional dalam menganalisis dan
9
(37)
USA, 2008 sekolah. meningkatkan mutu kurikulum dan mutu pembelajaran
Menjamin aksesibilitas terhadap kurikulum dan
dukungan yang
diperlukan oleh siswa untuk mencapai hasil
maksimum yang
diharapkan
11
4. Pengembangan Profesionalisme Guru
Menyelia dan mengevaluasi secara sistematis mata pelajaran dan guru Mendorong, memfasilitasi, dan mengevaluasi pengembangan profesionalisme guru
Memfokuskan kegiatan sehari-hari sekolah yang
diarahkan pada
pencapaian prestasi akademik seluruh siswa
Mengalokasikan
sumberdaya pendidikan dalam rangka untuk mencapai visi, misi, dan tujuan sekolah yang telah disepakati
12
13
14
15
Tabel Lanjutan Kisi-kisi Instrumen Kepemimpinan Instruksional
Variabel OpeaasionalDefinisi Dimensi Indikator Item No
Kepemimpinan Instruksional (X1) Sumber: Mary Jo (Learning Centered Leadership Policy, The Instructional leadership Redesign Kepemimpinan instruksional kepala sekolah adalah peran kepemimpinan yang dilakukan kepala sekolah yang memfokuskan pada peningkatan kualitas 5. Manajemen
Sekolah
Menyelenggarakan proses pendidikan yang efisien dan menggunakan anggaran pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan Mengidentifikasi permasalahan potensial dan strategis dan menanggapinya dengan perencanaan yang
16
(38)
Comission,
Tennesee, USA, 2008
pengajaran dan pembelajaran di sekolah.
proaktif
6. Etika Melaksanakan pertanggungjawaban secara profesional dengan menjunjung tinggi asas integritas dan keadilan
Menjadi contoh dalam menerapkan kode etik profesional dan nilai-nilai yang menjadi acuannya
Membuat keputusan dalam konteks etika dan menghormati harga diri semua pihak
Mempertimbangkan aspek yuridis, moral, dan etika ketika membuat
keputusan
19
20
21
22
7. Diversity Menghargai perbedaan
latar belakang setiap siswa dan berkomitmen tinggi untuk meningkatkan prestasi belajarnya berdasarkan atas perbedaan kebutuhan setiap siswa
Merekrut, menyeleksi, dan mengangkat guru dan karyawan yang mampu melayani kebutuhan siswa
atas dasar
kebinekaan/perbedaan individu
23
24
Tabel Lanjutan Kisi-kisi Instrumen Kepemimpinan Instruksional
Variabel OpeaasionalDefinisi Dimensi Indikator No
Item
Mengenal dan mengidentifikasi
(39)
perbedaan-perbedaan latar belakang siswa termasuk kepribadian dan
kemampuannya sebagai dasar untuk pembuatan keputusan, terutama yang bersifat akademis
Tabel 3.7 Kisi-kisi Instrumen Kinerja Mengajar Guru Variabel Definisi
Operasional Dimensi Indikator
No Item Kinerja Menagajar Guru (X2) APKG (Supardi, 2013) (Sanjaya, 2008) Kinerja mengajar guru adalah unjuk kerja yang ditampilkan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pengajar dan pendidik di sekolah mulai dari merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan menilai hasil pembelajaran. 1. Merencanakan proses pembelajaran Merumuskan indikator pembelajaran
Merumuskan tujuan pembelajaran
Pemilihan dan rumusan bahan/materi pelajaran
Pemilihan strategi dan metode pembelajaran
Pemilihan media pembelajaran
Rumusan evaluasi
1
2,3 4, 5
6, 7, 8, 9
10 11, 12 2. Melaksanakan
Pembelajaran
Kemampuan membuka pelajaran
Sikap guru dalam proses pembelajaran
Penguasaaan materi pelajaran dan bahan belajar
Pelaksanaan proses pemebelajaran
Kemampuan
menggunakan media pembelajaran
Evaluasi proses pembelajaran
13, 14, 15, 16 17, 18, 19
20 21 22 23 Tabel Lanjutan Kisi-kisi Instrumen Kinerja Mengajar Guru
Variabel Definisi
Operasional Dimensi Indikator
No Item
(40)
Kinerja Menagajar Guru (X2) APKG (Supardi, 2013) (Sanjaya, 2008) Kinerja mengajar guru adalah unjuk kerja yang ditampilkan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pengajar dan pendidik di sekolah mulai dari merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan menilai hasil pembelajaran. Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran
Tindak lanjut pembelajaran 24 25 3. Mengevaluasi hasil pembelajaran
Mampu membuat perangkat penilaian
Mampu memeriksa hasil penilaian
Mampu mengolah hasil penilaian
Mampu
menyimpulkan hasil penilaian secara jelas dan logis
26 27 28 29, 30
F. Proses Pengembangan Instrumen
Beberapa kegiatan proses pengembangan instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Uji coba Angket
Kegiatan uji coba angket bertujuan untuk menguji validitas dan reliabilitas dari item-item kuesioner/angket penelitian, dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel.
Untuk uji coba ini, penulis melaksanakan uji coba kepada 30 responden di luar Kecamatan Cikarang Utara. Angket yang diujicobakan terdiri dari kuesioner yang terdiri dari tiga bagian dengan penyebaran sebagai berikut:
Tabel 3.8
Penyebaran Item Angket Ujicoba
No Variabel Jumlah Item
1 Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah (X1) 25
2 Kinerja Mengajar Guru (X2) 30
3 Efektivitas Sekolah (Y) 33
Jumlah 88
(41)
a. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan agar mendapatkan alat ukur yang valid sehingga dapat mengukur apa yang hendak diukur. Arikunto (2010, hlm. 211) menyatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Menurut Sugiyono (2014, hlm. 173) instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid, valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Riduwan (2014, hlm. 109) untuk menguji validitas instrumen terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir pertanyaan dengan skor total, dengan menggunakan rumus
Pearson Product Moment adalah:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
dimana:
r hitung = Koefisien korelasi Σ Xi = Jumlah skor item
ΣYi = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden
Kemudian harga r hitung yang diperoleh dari perhitungan di atas dibandingkan dengan nilai r tabel dengan syarat jika r hitung > r tabel berarti valid sebaliknya jika r hitung < r tabel berarti tidak valid.
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Menurut Arikunto reliabilitas (2010, hlm. 221) menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Menurut Sugiyono (2014, hlm. 173) instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas dalam
(42)
penelitian ini dilakukan dengan uji Alpha Conbrach dengan rumus sebagai berikut.
Keterangan:
r11 = reliabilitas yang dicari
n = Jumlah item pertanyaan yang di uji
∑σ t2
= jumlah varians skor tiap-tiap item
σ t2
= varians total
Adapun keputusannya adalah dengan membandingkan r11 dengan
nilai r tabel, jika nilai r11 > r tabel berarti reliabel sebaliknya jika nilai r11 <
r tabel berarti tidak reliabel.
3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Secara keseluruhan pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS 18.0.
a. Hasil Uji Validitas
Berikut merupakan hasil uji validitas untuk variabel kepemimpinan instruksional kepala sekolah (X1), kinerja mengajar guru
(X2), dan efektivitas sekolah (Y):
Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Instrumen
Variabel Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah (X1)
Item r hitung α = 0.05; n r tabel= 30 Keterangan
1 0.823 0.361 Valid
2 0.659 0.361 Valid
3 0.695 0.361 Valid
4 0.728 0.361 Valid
5 0.737 0.361 Valid
6 0.833 0.361 Valid
7 0.785 0.361 Valid
8 0.185 0.361 Tidak Valid
9 0.582 0.361 Valid
10 0.515 0.361 Valid
11 0.536 0.361 Valid
12 0.519 0.361 Valid
(43)
14 0.777 0.361 Valid
15 0.758 0.361 Valid
Tabel Lanjutan Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah (X1)
Item r hitung α r tabel
= 0.05; n = 30 Keterangan
16 0.588 0.361 Valid
17 0.809 0.361 Valid
18 0.778 0.361 Valid
19 0.874 0.361 Valid
20 0.766 0.361 Valid
21 0.847 0.361 Valid
22 0.634 0.361 Valid
23 0.746 0.361 Valid
24 0.667 0.361 Valid
25 0.852 0.361 Valid
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS, dari 25 item pernyataan angket yang dinyatakan tidak valid berjumlah 1 item, yakni item nomor 8. Setelah dikonsultasikan dengan pembimbing, item nomor 8 yang tidak valid tetap dipertahankan dan diperbaiki bahasanya sehingga dapat digunakan dalam penelitian.
Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kinerja Mengajar Guru (X2)
Item r hitung α r tabel
= 0.05; n = 30 Keputusan
1 0.355 0.361 Tidak Valid
2 0.693 0.361 Valid
3 0.782 0.361 Valid
4 0.879 0.361 Valid
5 0.742 0.361 Valid
6 0.759 0.361 Valid
7 0.785 0.361 Valid
8 0.754 0.361 Valid
9 0.699 0.361 Valid
10 0.642 0.361 Valid
11 0.817 0.361 Valid
12 0.765 0.361 Valid
13 0.647 0.361 Valid
14 0.604 0.361 Valid
15 0.643 0.361 Valid
16 0.804 0.361 Valid
(44)
18 0.589 0.361 Valid
19 0.539 0.361 Valid
20 0.734 0.361 Valid
Tabel Lanjutan Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kinerja Mengajar Guru (X2)
Item r hitung α r tabel
= 0.05; n = 30 Keputusan
21 0.579 0.361 Valid
22 0.647 0.361 Valid
23 0.723 0.361 Valid
24 0.706 0.361 Valid
25 0.819 0.361 Valid
26 0.778 0.361 Valid
27 0.786 0.361 Valid
28 0.686 0.361 Valid
29 0.499 0.361 Valid
30 0.446 0.361 Valid
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS, dari 30 item pernyataan angket yang dinyatakan tidak valid berjumlah 1 item, yakni item nomor 1. Setelah dikonsultasikan dengan pembimbing, item nomor 1 yang tidak valid tetap dipertahankan dan diperbaiki bahasanya sehingga dapat digunakan dalam penelitian.
Tabel 3. 11 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Efektivitas Sekolah (Y)
Item r hitung α = 0.05; n r tabel= 30 Keputusan
1 0.405 0.361 Valid
2 0.428 0.361 Valid
3 0.369 0.361 Valid
4 0.358 0.361 Tidak Valid
5 0.204 0.361 Tidak Valid
6 0.622 0.361 Valid
7 0.586 0.361 Valid
8 0.465 0.361 Valid
9 0.416 0.361 Valid
10 0.616 0.361 Valid
11 0.436 0.361 Valid
12 0.253 0.361 Tidak Valid
13 0.582 0.361 Valid
14 0.630 0.361 Valid
15 0.519 0.361 Valid
(45)
17 0.446 0.361 Valid
18 0.521 0.361 Valid
19 0.459 0.361 Valid
20 0.351 0.361 Tidak Valid
Tabel Lanjutan Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Efektivitas Sekolah (Y)
Item r hitung α r tabel
= 0.05; n = 30 Keputusan
21 0.460 0.361 Valid
22 0.602 0.361 Valid
23 0.658 0.361 Valid
24 0.653 0.361 Valid
25 0.353 0.361 Tidak Valid
26 0.141 0.361 Tidak Valid
27 0.446 0.361 Valid
28 0.341 0.361 Tidak Valid
29 0.448 0.361 Valid
30 0.483 0.361 Valid
31 0.580 0.361 Valid
32 0.687 0.361 Valid
33 0.606 0.361 Valid
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS, dari 30 item pernyataan angket yang dinyatakan tidak valid berjumlah 7 item, yakni item nomor 4, 5, 12, 20,25, 26, dan 28. Setelah dikonsultasikan dengan pembimbing, item nomor 4, 5, 12, 20,25, 26, dan 28 yang tidak valid tetap dipertahankan dan diperbaiki bahasanya sehingga dapat digunakan dalam penelitian.
b. Hasil Uji Reliabilitas
Tabel 3. 12 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Variabel Cronbach’s
Alpha
r tabel
α = 0.05; n = 30 Keterangan
Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah (X1)
0.955 0.361 Reliabel
Kinerja Mengajar Guru (X2) 0.958 0.361 Reliabel
Efektivitas Sekolah (Y) 0.893 0.361 Reliabel
G. Analisis Data
1. Analisi Data Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk melihat kecenderungan distribusi frekuensi variabel dan menentukan tingkat ketercapaian responden pada
(46)
masing-masing variabel. Gambaran umum setiap variabel digambarkan oleh skor rata-rata yang diperoleh dengan menggunakan teknik Weighted Means
Scored (WMS), dengan rumus:
X = Keterangan:
X = skor rata-rata yang dicari
X = jumlah skor gabungan (hasil kali frekuensi dengan bobot nilai untuk setiap alternatif jawaban).
N = jumlah responden
Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan kriteria dan penafsiran seperti yang tertera pada tabel 3.13 berikut ini:
Tabel 3.13 Kriteria Skor Rata-Rata Variabel
Rentang Nilai Pilihan Jawaban Kriteria
4,21 – 5,00 Selalu Sangat Tinggi
3,41 – 4,20 Sering Tinggi
2,61 – 3,40 Kadang-kadang Cukup
1,81 – 2,60 Jarang Rendah
1,00 - 1,80 Tidak Pernah Sangat Rendah
2. Uji Persyaratan Analisis
Sebelum analisis data, perlu dilakukan langkah uji asumsi klasik, apakah data-data yang ada sudah memenuhi persyaratan pengujian. Oleh karena itu sebelum pengujian hipotesis perlu dilakukan pengujian persyaratan, yakni uji normalitas, uji homogenitas, dan uji linearitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui dan menentukan analisis dan jenis pengolahan data yang akan digunakan. Jika data berdistribusi normal, pengolahan data dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik, sedangkan jika data tidak berdistribusi normal, pengolahan data menggunakan statistik non parametrik. Pengujian normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov.
(47)
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan variansi kelompok-kelompok sampel yang diambil dari populasi yang sama. Uji homogenitas dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS 18. Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan melihat angka probabilitas. Jika probabilitas Sig > 0,05, maka data homogen. Sedangkan jika probabilitas Sig < 0,05, maka data tidak homogen.
c. Uji Linearitas
Salah satu prasyarat untuk analisis korelasi dan regresi dalam pengujian hipotesis adalah bahwa hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat linear. Untuk menguji linearitas dilakukan dengan analisis regresi sederhana, dapat dilihat dari nilai signifikansi dari
deviation of linierity untuk X1 terhadap Y serta X2 terhadap Y. Apabila
nilai signifikansi < 0,05 dapat disimpulkan bahwa hubungannya bersifat linier.
3. Uji Hipotesis
a. Analisis Korelasi Sederhana
Analisis korelasi dimaksudkan untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel X dan Y. Ukuran yang digunakan untuk mengetahui derajat hubungan dalam penelitian ini adalah koefisien korelasi (r) dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product
Moment sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
√ ∑ (∑ } ∑ ∑
Keterangan:
n
=
jumlah sampel∑xy = jumlah perkalian antara skor x dan y
∑x = jumlah total skor x
∑y = jumlah total sor y
∑x2
= jumlah dari kuadrat x
∑y2
(48)
Korelasi dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1 ≤ r ≤ +1). Apabila nilai r = -1 berarti korelasinya negatif sempurna, r = 0 berarti tidak ada korelasi, dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Arti harga r dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r sebagai berikut:
Tabel 3.14 Tolok Ukur Koefisien Korelasi
Nilai Koefisien Kriteria
0,800 – 1,000 Sangat kuat
0,600 – 0,799 Kuat
0,400 – 0,599 Cukup kuat
0,200 – 0,399 Rendah
0,000 – 0,199 Sangat rendah Sumber: Riduwan, 2014, hlm. 136
1) Uji Signifikansi
Uji signifikansi berfungsi untuk mencari makna hubungan variabel X terhadap variabel Y. Uji signifikansi dilakukan dengan menggunakan rumus:
t =
√√
Keterangan: t = Nilai thitung
r = koefisien korelasi hasil n = jumlah responden
Kriteria pengujiannya, korelasi dianggap signifikan jika thitung
lebih besar dari ttabel.
2) Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi untuk mengetahui besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap variabel Y, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
KD = (r2) x 100% Keterangan:
(49)
r2 = koefisien korelasi b. Analisis Regresi Sederhana
Analisis regresi dimaksudkan untuk mengetahui hubungan fungsional antara variabel penelitian. Dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut:
Ŷ
= a + bX Sugiyono (2014:261) Keterangan:Ŷ
= Nilai yang diprediksikana = konstanta atau bila harga X = 0 (harga konstanta) b = koefisien regresi
X = nilai variabel independen c. Analisis Korelasi Ganda
Analisis korelasi ganda berguna untuk mencari besarnya hubungan antara dua variabel bebas X atau lebih secara simultan (bersama-sama) dengan variabel terikat Y. Dengan kata lain digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel X1 dan X2
terhadap variabel Y dengan menggunakan rumus korelasi ganda:
√
(Sugiyono, 2014, hlm. 266) Keterangan:
=
Korelasi antara variabel X1 dengan X2 secarabersama-sama terhadap variabel Y
=
Korelasi Product Moment antara X1 dengan Y
=
Korelasi Product Moment antara X2 dengan Y=
Korelasi Product Moment antara X1 dengan X2(50)
Jadi untuk menghitung korelasi ganda, maka harus dihitung terlebih dahulu korelasi sederhananya melalui korelasi Product
Moment dari Pearson. Untuk mengetahui signifikansi korelasi ganda
dicari dulu Fhitung kemudian dibandungkan dengan Ftabel.
R2/k Fhitung =
(1 - R2) / (n - k - 1)
Keterangan:
R = Nilai koefisien korelasi ganda k = Jumlah variabel bebas (independen) n = Jumlah sampel
F = Nilai F yang dihitung Kaidah pengujian signifikansi:
Jika FHitung ≥ FTabel maka tolak H0 artinya signifikan, dan
Jika FHitung ≤ FTabel maka tolak H0 artinya tidak signifikan
d. Analisis Regresi Ganda
Analisi regresi ganda dimaksudkan untuk mengetahui hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih dengan satu variabel terikat, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Ŷ = a + b1X1 + b2X2
Keterangan:
Ŷ = Nilai taksir Y (variabel terikat) dari persamaan regresi a = Nilai konstanta
b1 = Nilai koefisien regresi X1
X1 = Variabel bebas X1
(51)
Untuk mempermudah perhitungan, alat bantu yang digunakan dalam perhitungan analisis data yaitu program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 18.
(1)
115 BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan
Efektivitas sekolah di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi diukur dalam delapan dimensi yaitu: (1) tujuan sekolah dinyatakan secara jelas dan spesifik, (2) pelaksanaan kepemimpinan pendidikan yang kuat oleh kepala sekolah, (3) ekspektasi guru dan staf tinggi, (4) ada kerjasama kemitraan antara sekolah, orang tua, dan masyarakat, (5) adanya iklim positif dan kondusif bagi siswa untuk belajar, (6) kemajuan siswa sering dimonitor, (7) menekankan kepada keberhasilan siswa dalam mencapai keterampilan aktivitas yang esensial, (8) komitmen yang tinggi dari SDM sekolah terhadap program pendidikan secara keseluruhan berada dalam kategori sangat tinggi.
Kepemimpinan instruksional kepala sekolah di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi diukur dalam tujuh dimensi yaitu, (1) peningkatan secara berkelanjutan, (2) kultur pembelajaran, (3) penilaian hasil belajar, (4) pengembangan profesionalisme guru, (5) manajemen sekolah, (6) etika, dan (7) diversity, secara keseluruhan berada dalam kategori sangat tinggi.
Kinerja mengajar guru di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi diukur dalam tiga dimensi yaitu, (1) merencanakan proses pembelajaran, (2) melaksanakan pembelajaran, dan (3) mengevaluasi hasil pembelajaran, secara keseluruhan berada dalam kategori sangat tinggi.
Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari kepemimpinan instruksional kepala sekolah terhadap efektivitas sekolah di sekolah dasar negeri se- Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi.
Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari kinerja mengajar guru terhadap efektivitas sekolah di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi.
Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari kepemimpinan instruksional kepala sekolah dan kinerja mengajar guru secara bersama-sama
(2)
terhadap efektivitas sekolah di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian maka penulis memberikan rekomendasi sebagai berikut.
1. Kepemimpinan instruksional kepala sekolah di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi secara keseluruhan berada pada kategori sangat tinggi, hal ini membuktikan bahwa salah satu faktor dominan dalam keberhasilan efektivitas sekolah adalah kepemimpinan instruksional kepala sekolah. Namun pada dimensi penilaian hasil belajar perlu ditingkatkan karena menunjukkan nilai yang lebih rendah daripada dimensi lainnya, maka kepala sekolah di SD Negeri Se-Kecamatan Cikarang Utara perlu meningkatkan kompetensi kepemimpinannya, terutama dalam menerapkan kepemimpinan instruksional. Upaya untuk meningkatkan kompetensi kepemimpinannya dapat melalui: (a) pendidikan dan pelatihan kepemimpinan yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun pihak-pihak terkait sehingga secara bertahap dapat meningkatkan kualitas kepemimpinannya; (b) peningkatan kualifikasi pendidikan yang berkaitan dengan kualifikasi kepala sekolah.
2. Kinerja mengajar guru di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi berada pada kategori sangat tinggi. Namun pada dimensi melaksanakan pembelajaran perlu ditingkatkan karena menunjukkan nilai lebih rendah daripada dimensi lainnya. Hal ini menjadi bahan masukan bagi kepala sekolah dan pengawas agar dapat memfasilitasi guru agar kompetensi guru menjadi meningkat melalui pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan profesi guru. Sedangkan para guru selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kinerjanya, berupa peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku, disiplin, penguasaan terhadap teknologi informasi yang pada akhirnya kinerja mengajar guru dapat meningkat secara berkesinambungan.
3. Efektivitas sekolah di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi berada pada kategori sangat tinggi, namun pada
(3)
117
dimensi ada kerjasama kemitraaan antara sekolah, orang tua, dan masyarakat perlu ditingkatkan karena menunjukkan nilai yang lebih rendah dibandingkan dimensi lainnya. Hal ini perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak karena efektivitas sekolah merupakan strategi menuju sekolah efektif dan meningkatkan mutu pendidikan, maka dari itu bagi kepala sekolah perlu mengadakan forum komunikasi dengan orang tua dan masyarakat sehingga terjalin kemitraan yang baik. Bagi para orang tua harus menjadi mitra sekolah yang baik, menjadi pendamping pelaksanaan program-program yang dijalankan sekolah sehingga budaya kritik yang membangun terjalin sehingga efektivitas sekolah menuju sekolah efektif dapat terwujud.
(4)
118
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Z dan Rohmanto, E. (2007). Membangun Profesionalisme Guru Dan
Pengawas Sekolah. Bandung: CV Yrama Widya.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitiaan Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta
Bush, T. (2008). Leadership and Management Development in Education.
London: SAGE Publications Ltd
Creswell, J.W. (2012). Educational research: planning, conducting, and
evaluating quantitative andqualitative research. United States of America:
Pearson Education, Inc
Dirjen PMPTK. (2010). Kepemimpinan Pembelajaran, Materi Diklat Penguatan
Kepala Sekolah. Jakarta. Dirjen PMPTK
Engkoswara. & Komariah, A. (2012). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Hasibuan, M. S. P. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Hoy, W. K & Miskel, C. G. (2008) Educational Administration, Theory,
Research, and Practice, eight edition. New York USA. Mc Graw Hill.
______ (2013). Administrasi Pendidikan. New York USA. Mc Graw Hill
Jo, Mary. (2008). “Education Redesign: Tennessee Instructional Leadership
Standards”. Journal Tennessee Stateboard of Education. Januari 2008. Komariah, A. & Triatna, C. (2010). Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif.
Jakarta: Bumi Aksara.
Lunenburg, F. C, & Irby, B. J. (2006). The Principalship; Vision to Action. Wadsworth, Cengange learning.
Moedjiarto. (2002). Sekolah Unggul; Metodologi untuk Meningkatkan Mutu
Pendidikan. Duta Graha Pustaka.
Muhammad, D (2014, 24 Juli). UNDP: IPM Indonesia di Peringkat 108 dari 187 Negara. [online]. Diakses dari http:// nasional. republika. co. id/ verita/ nacional/ umum/ 14 /07 /21 /n97zl2-undp-ipm-indonesia-di peringkat-108-dari-187-negara.
Mulyasa, E (2005). Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Rosdakarya.
_________. (2013). Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
_________. (2013). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muslim, S.B. (2009). Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualita Profesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta
(5)
119
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan Prasojo, L. D. (2012). Kepemimpinan Efektif dalam mewujudkan Sekolah Efektif.
FIP UNY.
Purwanto, N. (2012). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Riduwan. (2014).Metode dan Teknik menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta,
Rivai,V dan Basri. (2005). Performance Appraisal. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Rosmiati Tati dkk., (2009), Manajemen Pendidikan, Bandung, Alfabeta
Sagala, S. (2004). Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat Strategi
Memenangkan Persaingan Mutu. Jakarta: PT. Nimas Multima.
__________ (2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.
__________ (2010). Manajemen Stratejik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya,W. (2008). Kurikulum dan Pembelajara. Jakarta: Kencana Scheerens, J. (2000). Improving School Effectiveness. Paris: UNESCO __________ (2003). Peningkatan Mutu Sekolah. Jakarta: Logos
Sergiovanni, Thomas J, McCarthy, Martha M, Fowler, Frances C. (2009)
Educational Governance and Adiminstration. USA, Pearson Education,Inc.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif
Kulaitatif dan R &D. Bandung: Alfabeta.
Suhardan, D. (2010). Supervisi Profesional Layanan dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran di Era Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta.
Suharsaputra, Uhar. (2013). Administrasi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya Supardi. (2013). Sekolah Efektif Konsep Dasar dan Praktiknya. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Suryana, A. dan Jalaludin. (2013).Value Based Leadership. Bandung: Nurani Press
Sutikno, M.S. (2005). Pembelajaran Efektif. Mataram: NTP Press.
Tim Dosen Adpen UPI. (2013). Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Undang-undang Guru dan Dosen Nomor 14 tahun 2005
Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI. Bandung: UPI.
Usman, H. dan Raharjo, N, E. (2013). Strategi Kepemimpinan Pembelajaran
Menyongsong Implementasi Kurikulum 201. Jurnal: Cakrawala Pendidikan, 32 (1), hlm. 1-13
(6)
Usman, M.U. (2004). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda karya.
Wahyosumidjo. (2013). Kepemimpinan Kepala sekolahtinjauan teoritik dan
permasalahnnya. Jakarta:PT RajaGrafindo Persada