PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KABUPATEN SUBA.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

UCAPAN TERIMA KASIH ...iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR LAMPIRAN ...xi

BAB I Pendahuluan... ...1

A.Latar Belakang ... ...1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah... ...9

C.Tujuan Penelitian ...11

D.Manfaat Penelitian ...12

E. Struktur Organisasi Tesis... ...12

BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ....14

A.Kajian Pustaka ...14

1. Kinerja Mengajar Guru ...14

a. Kinerja dalam Konteks Administrasi Pendidikan... ...14

b. Pengertian Kinerja ...17

c. Faktor – faktor yang mempengaruhi Kinerja ...19

d. Kinerja Mengajar Guru ...20

2. Supervisi Akademik Kepala Sekolah... 35

a. Pengertian Supervisi ...35

b. Prinsip Supervisi Pendidikan ...36

c. Fungsi dan Tujuan Supervisi Pendidikan ...37

d. Supervisi Akademik Kepala Sekolah...39

e. Teknik-teknik Supervisi ...41


(2)

g. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor ...45

h. Program Supervisi Akademik ...47

i. Instrumen Supervisi Akademik...49

3. Iklim Organisasi...51

a. Pengertian Iklim Organisasi ...51

b. Tipe-tipe Iklim Organisasi ...53

c. Dimensi Iklim Organisasi ...55

d. Faktor-faktor Penyebab Iklim Organisasi ...59

4. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan...60

B. Kerangka Pemikiran ...62

C.Hipotesis Penelitian ...64

BAB III Metode Penelitian ...65

A. Pendekatan Penelitian ...65

B. Populasi dan sampel Penelitian ...66

C.Teknik Pengumpulan Data ...69

D. Definisi Operasional... 70

E. Instrumen Penelitian...71

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...76

G. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen...80

H. Teknik Analisis Data...89

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ...96

A. Hasil penelitian...96

1. Pengolahan dan Penyajian Data Penelitian ...96

2. Pengujian Persyaratan Uji Hipotesis ...107

B. Pembahasan ...128

1. Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah pada SMA Negeri di Kabupaten Subang ...128

2. Kondisi Iklim Organisasi pada SMA Negeri di Kabupaten Subang.134 3. Kinerja Mengajar Guru pada SMA Negeri di Kabupaten Subang... .137


(3)

Kinerja Mengajar Guru (Y) pada SMA Negeri di Kabupaten

Subang ...142

5. Pengaruh Iklim Organisasi (X2) terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y) pada SMA Negeri di Kabupaten Subang ...144

6. Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1) dan Iklim Organisasi terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y) pada SMA Negeri di Kabupaten Subang ...146

BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi ...149

A. Kesimpulan ...149

B. Rekomendasi...150

DAFTAR PUSTAKA ...155

LAMPIRAN-LAMPIRAN...159


(4)

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16

Profil Tipe Iklim Kerja... Populasi dan Sampel Penelitian... Kisi-kisi Instrumen... Hasil Uji Validitas Variabel Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1)...

Hasil Uji Validitas Variabel Iklim Organisasi (X2)...

Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Mengajar Guru (Y)... Hasil Uji Reliabilitas Variabel X1...

Hasil Uji Reliabilitas Variabel X2...

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y... Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r... Klasifikasi Skor Data Penelitian... Distribusi Frekuensi Variabel Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1)...

Distribusi Frekuensi Variabel Iklim Organisasi (X2)...

Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja Mengajar Guru (Y)... Rata-rata Kecenderungan Data Variabel Penelitian... Hasil Uji Normalitas Variabel X1...

Hasil Uji Normalitas Variabel X2...

Hasil Uji Normalitas Variabel Y... Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data... Hasil Uji Linieritas Data Variabel X1 dan Variabel Y...

Hasil Uji Linieritas Data Variabel X2 dan Variabel Y...

Rekapitulasi Hasil Uji Linieritas... Persamaan Regresi X1-Y...

Hasil Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1...

Korelasi antara Variabel X1 dengan Y...

Koefisien Determinasi X1 terhadap Y...

56 69 73 81 83 85 86 87 88 91 96 98 101 104 106 107 109 111 113 114 115 115 117 118 119 119


(5)

Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Tabel 4.21 Tabel 4.22 Tabel 4.23 Tabel 4.24 Tabel 4.25

Persamaaan Regresi Y atas X2...

Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X2...

Korelasi antara Variabel X2 dan Y...

Koefisien Determinasi Variabel X2 terhadap Variabel Y...

Persamaaan Regresi Y atas X1 dan X2...

Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1 dan X2...

Hasil Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda... Koefisien Determinasi X1 dan X2 Terhadap Y...

Rekapitulasi Hasil Hipotesis... 120 121 122 123 124 125 126 127 127


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar 2.2

Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 4.1

Gambar 4.2

Gambar 4.3

Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7

Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan... Hubungan antara Perilaku Supervisi, Perilaku Mengajar, Perilaku Belajar, dan Hasil Belajar... Paradigma Supervisi Klinis... Hubungan antar Variabel Penelitian... Diagram Batang Skor Rata-rata Variabel Supervisi

Akademik Kepala Sekolah (X1)...

Diagram Batang Skor Rata-Rata Variabel Iklim Organisasi (X2)...

Diagram Batang Skor Rata-rata Variabel Kinerja Mengajar Guru (Y)... Grafik Uji Normalitas Variabel X1...

Grafik Uji Normalitas Variabel X2...

Grafik Uji Normalitas Variabel Y... Model Koefisien Determinasi Variabel X1, X2 terhadap

Variabel Y... 15

40 45 64

100

103

106 108 110 112


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5

Kisi-kisi Instrumen dan Angket Uji Coba... Tabulasi Data Responden Uji Coba... Kisi-kisi Instrumen dan Angket Penelitian... Tabulasi Data Responden Penelitian... Surat-surat Izin Penelitian...

159 168 171 182 191


(8)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sedangkan pendidikan itu sendiri bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran di sekolah, karena pada dasarnya hasil (output) pendidikan dipengaruhi oleh proses dan input pendidikan.

Sekolah sebagai sebuah lembaga untuk mencapai tujuan pendidikan menjadi sangat vital keberadaannya, karena sekolah adalah tempat dimana proses seluruh pembelajaran berlangsung. Keberhasilan sebuah sekolah secara tidak langsung dapat dilihat dari keberhasilan sekolah dalam menghasilkan output pendidikan seperti yang diamanatkan oleh undang-undang. Semakin baik output, maka dapat dikatakan pembelajaran telah mencapai tujuan yang diharapkan. Ukuran keberhasilan dari pembelajaran dapat terlihat dari hasil ulangan ataupun nilai ujian


(9)

2

akhir sebagai nilai kuantitatif, dapat pula kita mengukur dari perubahan sikap dan perilaku sebagai ukuran kualitatif.

Sekolah sebagai organisasi sosial memandang organisasi dalam konteks sistem sosial yang memiliki tujuan tertentu dan merupakan tujuan bersama. Organisasi sosial adalah organisasi yang dicirikan oleh saling ketergantungan antara satu bagian dengan bagian lainnya, kejelasan anggota, perbedaan dengan lingkungannya, hubungan sosial yang kompleks, serta iklim dan budaya organisasi yang khas.

Dalam suatu lingkungan sekolah, banyak komponen yang berperan penting dalam pengelolaan sekolah, diantaranya Kepala Sekolah, guru, tenaga kependidikan, maupun Komite Sekolah dan masyarakat. Komponen-komponen tersebut sangat berkaitan satu sama lain dalam upaya memberikan layanan pendidikan yang baik bagi peserta didik. Dalam tataran mikro teknis, guru sebagai tenaga pendidik merupakan pemimpin pendidikan, dia amat menentukan dalam proses pembelajaran di kelas, dan peran kepemimpinan tersebut akan tercermin dari bagaimana guru melaksanakan peran dan tugasnya, ini berarti bahwa kinerja guru merupakan faktor yang amat menentukan bagi mutu pembelajaran/pendidikan yang akan berimplikasi pada kualitas output pendidikan setelah menyelesaikan sekolah. Dengan kata lain guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya dalam memberikan pengajaran, sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek "guru".

Saat ini profesionalisasi guru yang dibuktikan dengan sertifikasi sudah mulai merebak di kalangan pendidik, maka dari itu mutu guru pun harus lebih


(10)

3

ditingkatkan seiring dengan profesionalitas mereka. Salah satu kriteria mutu guru dapat terlihat dari mutu mengajarnya. Sehingga dapat dikatakan mutu pendidikan bergantung pada mutu pembelajaran, dan mutu pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kinerja guru. Kinerja guru pada dasarnya merupakan kinerja atau unjuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas kinerja guru akan sangat menentukan pada kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pendidikan/pembelajaran di lembaga pendidikan.

Berdasarkan Permendiknas No. 14 Tahun 2005, terdapat empat kompetensi yang harus dimiliki seorang guru, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Penerapan empat kompetensi tersebut akan mencerminkan kinerja guru secara keseluruhan. Sedangkan kinerja mengajar guru merupakan penerapan dari salah satu kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik. Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru, kompetensi pedagogik tersebut memiliki indikator-indikator sebagai berikut :

1. Menguasai karakteristik peserta didik.

2. Menguasasi teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. 3. Pengembangan kurikulum.

4. Kegiatan pembelajaran yang mendidik. 5. Pengembangan potensi peserta didik. 6. Komunikasi dengan peserta didik. 7. Penilaian dan evaluasi.

(Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru)

Baru-baru ini, pemerintah melaksanakan Tes Uji Kompetensi Awal (UKA). Uji kompetensi awal dijadikan seleksi bagi guru untuk mengikuti


(11)

4

pendidikan dan latihan guru (PLPG) sebelum berhak mendapatkan tunjangan profesi atau sertifikasi. Pada akhir Maret 2012, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan memaparkan hasil uji kompetensi awal. Sebagaimana yang diberitakan dalam artikel berjudul Kompetensi Guru Nasional: 42 dari Skala 100 : Uji kompetensi awal diikuti oleh 281.016 guru (98,3 persen) dari total pendaftar 285.884 guru di seluruh Indonesia. Hasil uji kompetensi awal yang diikuti oleh guru menunjukkan hasil yang rendah. Nilai rata-rata kompetensi guru secara nasional hanya sebesar 42,25 dari nilai tertinggi 100. ... untuk Provinsi Jawa Barat nilai rata-rata kompetensi gurunya adalah 44,0. Menurut Mendikbud hasil yang rendah menunjukkan pendidikan dan pelatihan guru tidak boleh berhenti. Dan para guru harus senantiasa meningkatkan kompetensinya karena kualitas guru sejalan dengan kualitas pendidikan.

Wahyuni dan Sidarta (2012:1)

Rendahnya nilai tersebut seakan menguatkan kesan yang sudah ada selama ini bahwa rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia diakibatkan oleh rendahnya kualitas guru. Sudarwan Danim (2002) pun mengungkapkan bahwa salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai, masih ada guru yang mengajar hanya asal menyampaikan apa yang sudah ada dalam buku, tidak memperkaya murid dengan pengetahuan lainnya. Itu salah satu contoh guru yang kurang berkompeten walaupun latar belakang keilmuannya sudah sesuai. Dapat kita bayangkan apabila guru yang mengajar satu bidang studi bukan berlatar belakang bidang studinya tersebut. Tentulah kompetensi keilmuan

yang dimilikinya pun secara tidak langsung “sia-sia” karena tidak dapat diterapkan dalam kehidupan nyata.


(12)

5

Selain data dari Uji Kompetensi tersebut, kita pun dapat melihat profil kinerja mengajar guru dari hasil belajar siswa. Hasil Ujian Nasional SMA pada tahun 2012 menurut data yang dikeluarkan Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Provinsi Jawa Barat, angka kelulusan SMA di Provinsi Jawa Barat mencapai 99,94% dengan jumlah siswa tidak lulus 89 orang. Bahkan ada beberapa Kabupaten dengan kelulusan mencapai 100%, seperti Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Sukabumi, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Garut, Kuningan,Majalengka,Subang, dan Sumedang. Walaupun kelulusan mencapai 100%, namun nilai rata-rata UN di Kabupaten Subang, masih berada di bawah 7 Kabupaten/Kota lainnya. Hal ini dapat pula mengindikasikan bahwa kinerja mengajar guru SMA di Subang belum sebaik di Kabupaten/Kota lainnya di Jawa Barat.

Ada banyak faktor yang mengakibatkan kinerja mengajar guru masih cenderung rendah, salah satunya bisa saja terjadi karena kurangnya proses pengawasan atau supervisi dari Kepala Sekolah. Karena dalam proses pembelajaran, dibutuhkan suatu pengawasan atau supervisi yang akan menjaga, memperbaiki bahkan meningkatkan kualitas pembelajaran. Sebagaimana yang tercantum pula dalam Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, bahwa standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Mengacu pada pendapat Lovell and Wiles (1983:46) “ Supervision is an organizational behavior system that has the function of interacting with the


(13)

6

teaching behavior system for the purpose of improving the learning situation for

children.” Maka dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan bagian tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar, mutu pembelajaran dan mutu sekolah. Sahertian (2000:19) menegaskan bahwa pengawasan atau supervisi pendidikan tidak lain dari usaha memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran.

Pengawasan pada hakikatnya menunjuk pada segenap upaya bantuan supervisor kepada stakeholder pendidikan terutama guru yang ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran. Bantuan yang diberikan kepada guru harus berdasarkan penelitian atau pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam dengan acuan perencanan program pembelajaran yang telah dibuat. Proses bantuan yang diorientasikan pada upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar itu penting, sehingga bantuan yang diberikan benar-benar tepat sasaran. Jadi bantuan yang diberikan itu harus mampu memperbaiki dan mengembangkan situasi belajar mengajar.

Di dalam sekolah, supervisi terhadap guru atau yang biasa dikenal dengan supervisi akademik tersebut dapat dilakukan oleh kepala sekolah maupun oleh pengawas sekolah. Namun, sebagai orang yang paling dekat dan memahami kondisi serta kebutuhan guru, kepala sekolah yang harus lebih intensif membina guru dalam hal perbaikan situasi belajar mengajar. Maka tanggung jawab untuk


(14)

7

melakukan supervisi pada guru harus dilakukan oleh Kepala Sekolah, karena menurut Permendiknas no.13 tahun 2007, seorang Kepala Sekolah harus memiliki lima jenis kompetensi, yaitu : (1) Kompetensi Kepribadian ; (2) Kompetensi Manajerial ; (3) Kompetensi Kewirausahaan ; (4) Kompetensi Supervisi ; (5) Kompetensi Sosial.

Urgensi kompetensi supervisi bagi Kepala Sekolah tersebut senada pula dengan pernyataan Suhardan :

Supervisi dalam bentuk pengawasan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah tampaknya tak bisa lepas dari kegiatannya selaku kepala sekolah, kegiatan supervisinya dilakukan masih dalam lingkup melaksanakan tugas kepemimpinan pembelajaran, yaitu menjalankan roda sekolah supaya berjalan dengan baik dan semua guru dapat mencurahkan tenaganya untuk melaksanakan tugas akademik yang menjadi tanggung jawab masing-masing. (Suhardan, 2010:159)

Dari uraian diatas, maka terlihat betapa pentingnya supervisi yang dilakukan kepala sekolah terhadap kinerja mengajar seorang guru. Selain karena sudah menjadi kewajiban Kepala Sekolah untuk melakukan supervisi ini, supervisi kepada guru pun mencakup pemberian bantuan, baik bantuan teknis yangberupa teknis penyusunan rencana mengajar, silabus, dan berbagai perangkat pembelajaran guru, maupun bantuan moral yang berupa dorongan moral agar guru memiliki semangat kerja dalam menjalankan tugasnya.

Pentingnya supervisi terhadap peningkatan kinerja guru ini diperkuat pula oleh hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Yati Ruhayati,dkk. (2009) tentang pengaruh supervisi akademik untuk meningkatkan kinerja para guru pendidikan jasmani di sekolah dasar menunjukkan bahwa layanan supervisi mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap kinerja guru. Serupa pula dengan penelitian


(15)

8

Dadang Suhardan (2006) tentang keefektifan pengawasan profesional terhadap kinerja guru yang menghasilkan salah satu temuan berupa adanya perbaikan kerja guru setelah dilaksanakannya pengawasan yang efektif oleh Kepala Sekolah.

Selain supervisi akademik, lingkungan sekolah dalam hal ini iklim organisasinya juga tak kalah penting untuk diteliti. Karena iklim organisasi yang baik akan berpengaruh positif bagi kinerja mengajar guru di sekolah. Menurut Wirawan (2008:124), iklim organisasi merupakan persepsi anggota organisasi mengenai dimensi-dimensi iklim organisasi yang akan mempengaruhi perilaku anggota organisasi yang kemudian mempengaruhi kinerja mereka dan kemudian mempengaruhi kinerja organisasi. Dalam dunia fisika, iklim dapat menentukan apakah tumbuhan tumbuh dengan subur atau gagal berkembang. Maka iklim pada sebuah sekolah, dengan cara yang sama, memiliki pengaruh yang besar pada moral, pembelajaran, dan produktivitas.

Iklim organisasi dapat mempengaruhi perilaku organisasi, baik secara positif maupun negatif. Jika seseorang bekerja pada lingkungan kerja yang tidak kondusif, serta penuh dengan konflik, maka akan menciptakan kinerja anggota organisasi yang rendah. Sebaliknya, jika seseorang bekerja di lingkungan yang kondusif, nyaman dan bersih, maka akan tercipta kinerja karyawan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Litwin and Stringer dalam Hoy and Miskel (2008:198): “ organizational climate is a set of measurable properties of the work environment, based on the collective perceptions of the people who live and work


(16)

9

Hal tersebut diperkuat oleh beberapa penelitian tentang iklim organisasi dari Anton Sinaga (2012) yang menghasilkan temuan tentang pengaruh positif signifikan dari iklim organisasi terhadap kinerja guru. Kemudian hasil penelitian Carudin (2011) yang menghasilkan temuan bahwa iklim organisasi sekolah berpengaruh signifikan terhadap kinerja mengajar guru.

Hasil dari beberapa penelitian terdahulu tersebut penulis jadikan masukan untuk lebih memfokuskan penelitian penulis tentang kinerja mengajar guru, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Diantara banyak faktor yang mempengaruhi kinerja mengajar guru, penulis menganggap supervisi akademik kepala sekolah dan iklim organisasi menjadi variabel yang cukup dominan sehingga penulis akan meneliti pengaruhnya terhadap kinerja mengajar guru.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis ungkapkan diatas, maka penulis akan melakukan penelitian yang berfokus pada kinerja mengajar

guru dengan judul “Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Mengajar Guru SMA Negeri di Kabupaten Subang.“

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Kinerja ditentukan oleh faktor-faktor kemampuan, motivasi dan kesempatan/komitmen (Robbins dalam Rivai, 2008:15). Sedangkan menurut A. Dale Timple dalam (Mangkunegara, 2009:15), faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang dihubungkan


(17)

10

dengan sifat-sifat seseorang, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan.

Diantara banyak faktor yang mempengaruhi kinerja mengajar guru tersebut, penulis akan mengkaji dua faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru yaitu pengaruh supervisi akademik dan iklim organisasi di sekolah. Pemilihan kedua variabel bebas ini didasarkan pada pengkajian tentang fokus permasalahan pada penelitian ini, yaitu peningkatan kinerja mengajar guru diasumsikan memiliki keterkaitan erat terhadap supervisi akademik kepala sekolah, dan peningkatan kinerja mengajar guru diasumsikan memiliki keterkaitan yang erat pula dengan iklim organisasi.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik Kepala Sekolah pada SMA Negeri di Kabupaten Subang?

2. Bagaimana kondisi iklim organisasi pada SMA Negeri di Kabupaten Subang?

FAKTOR EKSTERNAL

Terdiri dari:

1. Iklim dan budaya sekolah

2.Kebijakan sekolah 3.Manajemen sekolah 4.Supervisi akademik 5.Sarana prasarana 6.Lingkungan organisasi

yang kondusif 7.Kompensasi

8. Perilaku kepemimpinan FAKTOR INTERNAL

Terdiri dari : 1.Pengetahuan 2.Kemampuan 3.Kepercayaan diri 4.Motivasi 5.Persepsi 6.Komitmen 7.Sikap 8.Kesehatan, dll

KINERJA MENGAJAR


(18)

11

3. Bagaimana kinerja mengajar guru pada SMA Negeri di Kabupaten Subang? 4. Seberapa besar pengaruh supervisi akademik Kepala Sekolah terhadap kinerja

mengajar guru pada SMA Negeri di Kabupaten Subang?

5. Seberapa besar pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja mengajar guru pada SMA Negeri di Kabupaten Subang?

6. Seberapa besar pengaruh supervisi akademik Kepala Sekolah dan iklim organisasi terhadap kinerja mengajar guru pada SMA Negeri di Kabupaten Subang?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh supervisi akademik kepala sekolah dan iklim organisasi terhadap kinerja mengajar guru SMA di Kabupaten Subang.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

a. Pelaksanaan supervisi akademik Kepala Sekolah pada SMA Negeri di Kabupaten Subang.

b. Kondisi iklim organisasi pada SMA Negeri di Kabupaten Subang. c. Kinerja mengajar guru pada SMA Negeri di Kabupaten Subang. d. Seberapa besar pengaruh supervisi akademik Kepala Sekolah

terhadap kinerja mengajar guru pada SMA Negeri di Kabupaten Subang.


(19)

12

e. Seberapa besar pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja mengajar guru pada SMA Negeri di Kabupaten Subang.

f. Seberapa besar pengaruh supervisi akademik Kepala Sekolah dan iklim organisasi terhadap kinerja mengajar guru pada SMA Negeri di Kabupaten Subang.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut: 1. Secara teoretis

Penelitian ini dapat mengkaji lebih dalam mengenai bagaimana pelaksanaan supervisi akademik Kepala Sekolah, kondisi iklim organisasi serta kinerja mengajar guru pada SMA Negeri yang ada di Kabupaten Subang.

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi para guru SMA Negeri di Kabupaten Subang dalam meningkatkan kinerja mengajarnya, sekaligus bahan masukan pula bagi Kepala Sekolah SMA Negeri untuk meningkatkan kemampuan supervisi akademiknya dan dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan iklim organisasi di sekolahnya masing-masing.

E. Struktur Organisasi Tesis

Penulisan tesis ini terdiri atas lima Bab. Bab satu berisi tentang uraian pendahuluan, yang di dalamnya berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan


(20)

13

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan dalam tesis ini.

Bab dua tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. Isi dari Bab ini adalah konsep atau teori dalam bidang dikaji, hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti, serta kerangka pemikiran dan hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian.

Bab tiga berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, yang meliputi lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain dan metode penelitian, definisi operasional dari tiap variabel disertai indikatornya, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

Bab empat tentang hasil penelitian dan pembahasan, yang berisi pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis dan tujuan penelitian, serta berisi pembahasan atau analisis temuan.

Bab lima tentang kesimpulan dan saran, menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian serta saran atau rekomendasi yang dapat ditujukan kepada para pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, serta kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.


(21)

65

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei-deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif menekankan

fenomena-fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi objektivitas desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur, dan percobaan terkontrol ( Sukmadinata, 2012:53).

Penelitian survei menurut Kerlinger dalam Akdon (2008:91) adalah

“penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang

dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel

sosiologis maupun psikologis”. Survei digunakan untuk mengumpulkan data atau

informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil (Sukmadinata, 2012:82). Tujuan utama dari survei adalah mengetahui gambaran umum karakteristik dari populasi. Populasi tersebut bisa berkenaan dengan orang, instansi, lembaga, organisasi, unit-unit kemasyarakatan,dll., tetapi sumber utamanya adalah orang.

Adapun penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Menurut Sukmadinata (2012:72) penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian deskriptif


(22)

66

tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penelitian deskriptif dalam bidang pendidikan dan kurikulum pengajaran merupakan hal yang cukup penting, untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena kegiatan pendidikan, pembelajaran, implementasi kurikulum pada berbagai jenis, jenjang dan satuan pendidikan.

Tujuan dari penggunaan metode-metode penelitian yang disebutkan diatas adalah untuk mengetahui pengaruh supervisi akademik kepala sekolah dan iklim organisasi terhadap kinerja mengajar guru SMA Negeri di Kabupaten Subang.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Dalam setiap penelitian ilmiah perlu ditegaskan mengenai populasi dan sampelnya. Menurut Sugiyono (2004:72), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Sedangkan menurut Akdon (2008:96), “Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat

tertentu berkaitan dengan masalah penelitian”. Ditinjau dari banyaknya anggota, populasi terdiri dari populasi terbatas (terhingga) dan tidak terbatas (tak hingga). Sedangkan dilihat dari sifatnya populasi dapat bersifat homogen dan heterogen.


(23)

67

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh guru SMA Negeri yang berada pada 17 SMA Negeri di Kabupaten Subang. Dibatasi hanya pada guru yang berstatus PNS. Hal ini dilakukan karena diasumsikan guru non PNS banyak yang mengajar tidak di satu sekolah saja, sehingga intensitasnya di sebuah sekolah tidak terlalu sering. Ini akan membuat pemahamannya terhadap kondisi di sekolah menjadi sangat berbeda dengan guru PNS. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 615 orang. Penyebaran jumlah populasi dapat dilihat pada tabel 3.1.

2. Sampel

Sampel menurut Sugiyono (2004:73) adalah “bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Sedangkan menurut Akdon (2008:98),

“Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti”. Dengan demikian sampel dapat didefinisikan sebagai bagian dari populasi yang mewakili jumlah dan karakteristik dari keseluruhan populasi.

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini akan menggunakan teknik Simple Random Sampling, yaitu cara pengambilan sampel dari anggota populasi

dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen / sejenis (Akdon, 2008:100). Sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane dalam (Akdon, 2008:107) sebagai berikut :

=


(24)

68

Keterangan: n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d2= presisi yang ditetapkan

Karena jumlah populasi guru PNS di SMA Negeri se-Kabupaten Subang sebesar N = 615 orang dan tingkat presisi yang ditetapkan = 10% atau 0,1, maka jumlah total sampel yang diperoleh adalah :

=

�.�2+1

=

615 615 .0,12+1

=

615

7,15 = 86 orang

Jumlah tersebut harus disebar secara proporsional, sehingga tiap sekolah akan memiliki jumlah sampel yang berbeda. Pengambilan sampel secara proporsional memakai rumusan sebagai berikut: � =��

� �

Keterangan : ni = jumlah sampel di suatu tempat

Ni = jumlah populasi di suatu tempat

N = jumlah populasi seluruhnya n = jumlah sampel seluruhnya

Contoh penghitungan jumlah sampel secara proporsional ini sebagai berikut : 1) SMAN 1 Blanakan, jumlah populasinya 14 orang, maka jumlah sampel yang

diambil dari sekolah tersebut adalah : 14

615× 86 = 1,96 = 2 orang

2) SMAN 1 Ciasem, jumlah populasinya 43 orang, maka jumlah sampel yang diambil dari sekolah tersebut adalah : 43

615× 86 = 6,01 = 6 orang

Sehingga jumlah populasi dan sampel penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :


(25)

69

Tabel 3.1

Populasi dan Sampel Penelitian

No Nama Sekolah Jumlah Populasi Jumlah Sampel

1 SMAN 1 Blanakan 14 2

2 SMAN 1 Ciasem 43 6

3 SMAN 1 Cipeundeuy 19 3

4 SMAN 1 Compreng 5 1

5 SMAN 1 Jalancagak 64 9

6 SMAN 1 Kalijati 29 4

7 SMAN 1 Pabuaran 7 1

8 SMAN 1 Pagaden 41 6

9 SMAN 1 Pamanukan 44 6

10 SMAN 1 Patokbeusi 16 2

11 SMAN 1 Purwadadi 51 7

12 SMAN 1 Pusakanagara 23 3

13 SMAN 1 Serangpanjang 31 4

14 SMAN 1 Subang 58 8

15 SMAN 2 Subang 63 9

16 SMAN 3 Subang 64 9

17 SMAN 1 Tanjungsiang 30 4

Jumlah Total 615 86

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Subang C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam survai dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu wawancara langsung, wawancara melalui telepon, penyebaran angket pada kelompok secara langsung maupun pengiriman angket melalui pos (Sukmadinata, 2012:84). Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Angket/Kuesioner

Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya-jawab dengan responden). Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan


(26)

70

pengguna (Akdon, 2008:131). Angket ini akan disebarkan pada 86 responden. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang merupakan penjabaran indikator-indikator dari variabel Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1), Iklim

Organisasi (X2) dan Kinerja Mengajar Guru (Y).

2. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik (Sukmadinata, 2012:221). Studi dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini bukanlah untuk mendapatkan data utama, namun ditujukan untuk memperoleh data langsung yaitu jumlah guru SMA Negeri di Kabupaten Subang.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan makna variabel yang sedang diteliti. dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Adapun definisi operasional dari berbagai variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Supervisi akademik kepala sekolah adalah supervisi yang menitik beratkan pengamatan supervisor pada masalah-masalah akademik, yaitu hal-hal yang langsung berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses mempelajari sesuatu (Suhardan, 2010:47).

Indikator supervisi akademik meliputi proses perencanaan program supervisi, pelaksanaan supervisi dan melakukan tindak lanjut terhadap hasil supervisi.


(27)

71

2. Iklim organisasi merupakan konsep yang luas yang diketahui anggota mengenai persepsi berbagi terhadap sifat atau karakter tempat kerja, ini merupakan karakteristik internal yang membedakan satu sekolah dengan sekolah yang lainnya dan mempengaruhi orang-orang yang ada di sekolah (Hoy dan Miskel, 2008:198). Dimensi iklim organisasi terbagi menjadi tiga yang kemudian dijabarkan kembali menjadi indikator-indikator. Dimensi tersebut yaitu supportive (keterdukungan), collegial (pertemanan), dan intimate (keintiman).

3. Kinerja mengajar guru merupakan prilaku atau respons yang memberi hasil yang mengacu kepada apa yang mereka kerjakan ketika dia menghadapi suatu tugas (Martinis, 2010:87). Kinerja mengajar guru dapat tercermin dari kemampuannya melaksanakan tugas-tugas pokok guru yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan mengevaluasi pembelajaran.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menyusun instrumen penelitian untuk variabel bebas supervisi akademik kepala sekolah dan iklim organisasi serta variabel terikat kinerja mengajar guru. Instrumen telah disusun berdasarkan indikator dari masing-masing variabel sebelum diujicobakan kepada sampel responden. Penyusunan instrumen ini bertujuan untuk mengumpulkan data berupa skor dari variabel-variabel tersebut. Skor inilah yang akan diolah dan dianalisis untuk mendapatkan hasil yang diinginkan untuk menjawab tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.


(28)

72

Berdasarkan penjelasan di atas, alat pengumpul data yang digunakan untuk mengungkap data tentang variabel Supervisi Akademik Kepala Sekolah, dan Kinerja Mengajar Guru adalah melalui teknik “Skala Likert” . Menurut Akdon (2008:118), Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.

Berikut ini adalah alternatif jawaban dari skala Likert kisaran 1 – 5 yaitu : 5 = Selalu/Sangat Tinggi,

4 = Sering/Tinggi,

3 = Kadang-kadang/Sedang, 2 = Jarang/ Rendah,

1 = Tidak Pernah/ Sangat Rendah.

Untuk lebih jelasnya mengenai instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, berikut akan dipaparkan kisi-kisi atau bagian-bagian yang menjadi dasar dan kemudian dioperasionalkan ke dalam item-item pertanyaan atau pernyataan penelitian yang dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut :


(29)

73

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi terhadap Kinerja Mengajar Guru

VARIABEL ASPEK/

DIMENSI

INDIKATOR NO.

ITEM

1. Supervisi

Akademik Kepala Sekolah (Variabel X1)

“Supervisi yang

menitik beratkan pengamatan supervisor pada masalah-masalah akademik, yaitu hal-hal yang langsung berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses

mempelajari sesuatu.”

(Suhardan, 2010:47)

a. Merencanakan

program supervisi akademik

1) Mampu membuat program

perencanaan supervisi

1,2

2) Mampu membuat instrumen

supervisi

3

3) Mampu membuat jadwal

supervisi

4,5

4) Mampu melakukan supervisi

terhadap Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang

dibuat oleh guru

6

b. Melaksanakan

supervisi akademik

1) Mampu melakukan

introduksi/pendahuluan supervisi akademik

7

2) Mampu menentukan sasaran

supervisi akademik

8

3) Mampu melakukan supervisi

terhadap proses pembelajaran

dan mampu memahami

keseluruhan proses

pembelajaran

11,12, 13,14, 15

4) Mampu melakukan

teknik-teknik supervisi terhadap proses pembelajaran 9,10, 16,17, 18,19, 20,21, 22

5) Mampu mengemukakan

pendapat/masukan yang

berkualitas untuk

pengembangan kompetensi guru 24

6) Mampu memberikan motivasi

untuk berkembang kepada guru 25

7) Mampu menerapkan sikap

kepemimpinan dalam

melaksanakan supervisi

23

c. Menindak

lanjuti hasil

supervisi akademik

1) Mampu memberikan

perbaikan/pembinaan pada guru sebagai tindak lanjut supervisi akademik

26,27, 28

2) Mampu memberikan reward

(penghargaan) pada guru yang kinerja mengajarnya baik

29,30, 31


(30)

74

3) Mampu memberikan

punishment (teguran) pada guru

yang kinerja mengajarnya

kurang baik

32

2. Iklim Organisasi

(Variabel X2)

“Persepsi individu

terhadap lingkungan soasial organisasi yang mempengaruhi organisasi dan perilaku anggota organisasi.” (Hoy&Miskel, 2008:198) a. Supportive (Keterdukungan)

1) Menggunakan kritik secara konstruktif

1,2,3,4 2) Mau mendengarkan saran orang

lain

5,6,7,8

3) Luwes dalam berkomunikasi 9,10,11,

12 b. Collegial

(Pertemanan)

1) Berteman baik dengan yang lain 13,14,

15,16

2) Bersemangat untuk bekerja sama 17,18,

19,20

3) Akrab dalam berdiskusi 21,22,

23,24 c. Intimate

(Keintiman)

1) Saling mendukung 25,26,

27,28 2) Merasakan pekerjaan milik

bersama

29,30, 31,32 3) Mempunyai kesamaan tujuan

dalam bekerja

33,34, 35

3. Kinerja Mengajar

Guru (Variabel Y)

“Prilaku atau respons

yang memberi hasil yang mengacu kepada apa yang mereka kerjakan ketika dia menghadapi suatu tugas.” (Martinis, 2010:87) a. Penyusunan rencana pembelajaran

1) Mampu mendeskripsikan

tujuan/kompetensi pembelajaran 1

2) Mampu memilih/menentukan

materi

2

3) Mampu mengorganisir materi 3

4) Mampu menentukan

metode/strategi pembelajaran 4

5) Mampu menentukan sumber

belajar/media/alat peraga

pembelajaran

5

6) Mampu menyusun perangkat

penilaian

6

7) Mampu menentukan teknik

penilaian

7

8) Mampu mengalokasikan waktu 8

b. Pelaksanaan

interaksi belajar mengajar

1) Mampu membuka pelajaran 9

2) Mampu menyajikan materi 10

3) Mampu menggunakan

metode/media

11

4) Mampu menggunakan alat

peraga

12

5) Mampu menggunakan bahasan

yang komunikatif

13


(31)

75

7) Mampu mengorganisasi

kegiatan

15

8) Mampu berinteraksi dengan

siswa secara komunikatif

16

9) Mampu menyimpulkan

pembelajaran

17

10) Mampu memberikan umpan

balik

18

11) Mampu melaksanakan

penilaian

19

12) Mampu menggunakan waktu

secara efektif

20

c. Penilaian dan

tindak lanjut

hasil penilaian prestasi belajar peserta didik

1) Mampu memilih soal

berdasarkan tingkat kesukaran 21

2) Mampu memilih soal

berdasarkan tingkat pembeda

22

3) Mampu memperbaiki soal yang

tidak valid

23

4) Mampu memeriksa jawaban 24

5) Mampu mengklasifikasikan

hasil-hasil penelitian

25,26

6) Mampu mengolah dan

menganalisis hasil penilaian

27,28

7) Mampu menentukan korelasi

antara soal berdasarkan hasil penilaian

29,30

8) Mampu menyimpulkan dari

hasil penilaian secara jelas dan logis

31

9) Menyusun program tindak

lanjut hasil penilaian

32

10) Mengklasifikasikan

kemampuan siswa

33

11) Mengidentifikasi kebutuhan

tindak lanjut hasil penilaian

34

12) Melaksanakan tindak lanjut 35

13) Mengevaluasi hasil tindak

lanjut

36

14) Menganalisis hasil evaluasi

program tindak lanjut hasil penilaian


(32)

76

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Sebelum menganalisis hasil penyebaran kuesioner, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas atas instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang valid dalam proses ujicoba instrumen akan digunakan kembali dalam proses pengumpulan data. Sedangkan instrumen yang tidak valid tidak akan digunakan kembali.

1. Uji Validitas

Uji validitas adalah untuk mengetahui ketepatan instrumen penelitian mengukur apa yang seharusnya diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen menurut Riduwan (2010:97-118) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Merujuk pada skala yang digunakan yaitu skala Likert lima point, maka teknik yang sesuai untuk menguji validitas kuesioner dengan skala tersebut adalah dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment , seperti yang ditulis oleh Akdon (2008:144) sebagai berikut :

} ) ( . }.{ ) ( . { ) ).( ( ) 2 2 2 2 i i i i i i i i hitung Y Y n X X n Y X Y X n r            Keterangan :

r hitung = Koefisien korelasi


(33)

77

Yi = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden.

Distribusi (Tabel r) untuk  = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 1) Kaidah keputusan :

Jika r hitung > r tabel berarti valid sebaliknya

r hitung < r tabel berarti tidak valid. Sumber: Riduwan (2010b:118)

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut:

Antara 0,800 – 1,000 : sangat tinggi

Antara 0,600 – 0,799 : tinggi

Antara 0,400 – 0,599 : cukup

Antara 0,200 – 0,399 : rendah

Antara 0,000 – 0,199 : sangat rendah (tidak valid).

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data yang digunakan menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan, kestabilan atau konsisten dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu, walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda-beda. Metode mencari reliabilitas internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, rumus yang digunakan adalah Alpha sebagai berikut:


(34)

78

Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha sebagai berikut.

a) Menghitung Varians Skor tiap-tiap item dengan rumus:

Keterangan : Si = Varians skor tiap-tiap item

Xi2 = Jumlah kuadrat item Xi

(Xi)2 = Jumlah item Xi dikuadratkan N = Jumlah responden

b) Menjumlahkan Varians semua item dengan rumus:

Keterangan :  Si = Jumlah Varians semua item

S1, S2, S3…..n = Varians item ke-1,2,3…...n

c) Menghitung Varians total dengan rumus:

Keterangan : St = Varians total

Xt2 = Jumlah kuadrat X total

(Xt)2 = Jumlah X total dikuadratkan N

N X X

S

t t

t

2 2( )

 

N N X X S

i i i

2 2( )

 

n

i S S S S

S  1 2 3...


(35)

79

N = jumlah responden d) Masukkan nilai Alpha dengan rumus

Keterangan : r11 = Nilai Reliabilitas

Si = Jumlah varians skor tiap-tiap item

St = Varians total

k = Jumlah item

(Sumber:Riduwan, 2010:120)

Kemudian diuji dengan Uji reliabilitas instrumen yang dilakukan dengan menggunakan rumus Korelasi Pearson Product Moment dengan teknik belah dua awal-akhir yaitu:

} ) ( . }.{ ) ( . { ) ).( ( ) 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n rb            (Riduwan, 2010:115)

Harga rXY atau rb ini baru menunjukkan reliabilitas setengah tes. Oleh

karenanya disebut rawal-akhir. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan

rumus Spearman Brown yakni:

b b r r   1 . 2

r11 Untuk mengetahui koefisien

korelasinya signifikan atau tidak digunakan distribusi (Tabel r) untuk  = 0,05

             t i S S k k

r .1

1


(36)

80

atau  = 0,01 dengan derajat kebebasan (dk=n–1). Kemudian membuat keputusan membandingkan r11 dengan r tabel. Adapun kaidah keputusan : Jika r11 > r tabel

berarti Reliabel dan r11 < r tabel berarti Tidak Reliabel.

G. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1)

Berdasarkan hasil uji coba instrumen untuk variabel Supervisi Akademik, diperoleh kesimpulan bahwa ke-32 item tersebut tidak semuanya valid. Ada 3 item yang tidak valid, yaitu item no.10, 16 dan 32. Untuk mengetahui validitas tiap item maka harus dihitung terlebih dahulu nilai korelasi antara skor item dengan skor total item. Penghitungan korelasinya menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment. Jika nilai korelasi yang dihitung (rhitung) lebih besar dari

nilai korelasi pada tabel (rtabel) atau rhitung > rtabel, maka item tersebut valid. Jika

tidak, maka itemnya menjadi tidak valid. Nilai rtabel untuk N=30 dengan derajat

kesalahan 5% (0,05) adalah 0,361. Untuk mempermudah perhitungan, maka digunakan software SPSS versi 18. Berikut contoh hasil perhitungan menggunakan SPSS 18.

Correlations

Item1 Total Item1 Pearson Correlation 1 ,685**

Sig. (2-tailed) ,000

N 30 30

Total Pearson Correlation ,685** 1 Sig. (2-tailed) ,000


(37)

81

Hasil perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Variabel Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1)

Item rhitung rtabel

α=0,05, n=30 Validitas

No.1 0,682 0,361 Valid

No.2 0,612 0,361 Valid

No.3 0,712 0,361 Valid

No.4 0,867 0,361 Valid

No.5 0,637 0,361 Valid

No.6 0,725 0,361 Valid

No.7 0,633 0,361 Valid

No.8 0,763 0,361 Valid

No.9 0,370 0,361 Valid

No.10 0,267 0,361 Tidak Valid

No.11 0,478 0,361 Valid

No.12 0,379 0,361 Valid

No.13 0,448 0,361 Valid

No.14 0,398 0,361 Valid

No.15 0,396 0,361 Valid

No.16 0,189 0,361 Tidak Valid

No.17 0,564 0,361 Valid

No.18 0,561 0,361 Valid

No.19 0,381 0,361 Valid

No.20 0,682 0,361 Valid

No.21 0,440 0,361 Valid

No.22 0,406 0,361 Valid

No.23 0,565 0,361 Valid

No.24 0,60 0,361 Valid

No.25 0,706 0,361 Valid

No.26 0,554 0,361 Valid

No.27 0,699 0,361 Valid

No.28 0,785 0,361 Valid

No.29 0,366 0,361 Valid

No.30 0,630 0,361 Valid

No.31 0,414 0,361 Valid


(38)

82

2. Validitas Iklim Organisasi (X2)

Berdasarkan hasil uji coba instrumen untuk variabel iklim organisasi, diperoleh kesimpulan bahwa ke-35 item tersebut tidak semuanya valid. Ada 4 item yang tidak valid, yaitu item no.3, 23, 34 dan 35. Untuk mengetahui validitas tiap item maka harus dihitung terlebih dahulu nilai korelasi antara skor item dengan skor total item. Penghitungan korelasinya menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment. Jika nilai korelasi yang dihitung (rhitung) lebih besar dari

nilai korelasi pada tabel (rtabel) atau rhitung > rtabel, maka item tersebut valid. Jika

tidak, maka itemnya menjadi tidak valid. Nilai rtabel untuk N=30 dengan derajat

kesalahan 5% (0,05) adalah 0,361. Untuk mempermudah perhitungan, maka digunakan software SPSS versi 18. Berikut contoh hasil perhitungan menggunakan SPSS 18.

Correlations

Item1 Total Item1 Pearson Correlation 1 ,520**

Sig. (2-tailed) ,003

N 30 30

Total Pearson Correlation ,520** 1 Sig. (2-tailed) ,003

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(39)

83

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Variabel Iklim Organisasi (X2)

Item rhitung rtabel

α=0,05, n=30 Validitas

No.1 0,520 0,361 Valid

No.2 0,361 0,361 Valid

No.3 0,271 0,361 Tidak Valid

No.4 0,465 0,361 Valid

No.5 0,466 0,361 Valid

No.6 0,371 0,361 Valid

No.7 0,723 0,361 Valid

No.8 0,662 0,361 Valid

No.9 0,723 0,361 Valid

No.10 0,530 0,361 Valid

No.11 0,374 0,361 Valid

No.12 0,549 0,361 Valid

No.13 0,397 0,361 Valid

No.14 0,664 0,361 Valid

No.15 0,524 0,361 Valid

No.16 0,746 0,361 Valid

No.17 0,651 0,361 Valid

No.18 0,713 0,361 Valid

No.19 0,525 0,361 Valid

No.20 0,509 0,361 Valid

No.21 0,478 0,361 Valid

No.22 0,376 0,361 Valid

No.23 0,145 0,361 Tidak Valid

No.24 0,538 0,361 Valid

No.25 0,449 0,361 Valid

No.26 0,598 0,361 Valid

No.27 0,375 0,361 Valid

No.28 0,719 0,361 Valid

No.29 0,503 0,361 Valid

No.30 0,383 0,361 Valid

No.31 0,201 0,361 Valid

No.32 0,482 0,361 Valid

No.33 0,483 0,361 Valid

No.34 0,229 0,361 Tidak Valid


(40)

84

3. Validitas Kinerja Mengajar Guru (Y)

Berdasarkan hasil uji coba instrumen untuk variabel kinerja mengajar guru diperoleh kesimpulan bahwa ke-37 item tersebut semuanya valid. Untuk mengetahui validitas tiap item maka harus dihitung terlebih dahulu nilai korelasi antara skor item dengan skor total item. Penghitungan korelasinya menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment. Jika nilai korelasi yang dihitung (rhitung)

lebih besar dari nilai korelasi pada tabel (rtabel) atau rhitung > rtabel, maka item

tersebut valid. Jika tidak, maka itemnya menjadi tidak valid. Nilai rtabel untuk

N=30 dengan derajat kesalahan 5% (0,05) adalah 0,361. Untuk mempermudah perhitungan, maka digunakan software SPSS versi 18. Berikut contoh hasil perhitungan menggunakan SPSS 18.

Correlations

Item1 Total Item1 Pearson Correlation 1 ,715**

Sig. (2-tailed) ,000

N 30 30

Total Pearson Correlation ,715** 1 Sig. (2-tailed) ,000

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(41)

85

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Mengajar Guru (Y)

Item rhitung rtabel

α=0,05, n=30 Validitas

No.1 0,715 0,361 Valid

No.2 0,571 0,361 Valid

No.3 0,809 0,361 Valid

No.4 0,799 0,361 Valid

No.5 0,664 0,361 Valid

No.6 0,720 0,361 Valid

No.7 0,702 0,361 Valid

No.8 0,765 0,361 Valid

No.9 0,644 0,361 Valid

No.10 0,635 0,361 Valid

No.11 0,790 0,361 Valid

No.12 0,788 0,361 Valid

No.13 0,520 0,361 Valid

No.14 0,379 0,361 Valid

No.15 0,706 0,361 Valid

No.16 0,435 0,361 Valid

No.17 0,612 0,361 Valid

No.18 0,709 0,361 Valid

No.19 0,506 0,361 Valid

No.20 0,612 0,361 Valid

No.21 0,754 0,361 Valid

No.22 0,706 0,361 Valid

No.23 0,743 0,361 Valid

No.24 0,593 0,361 Valid

No.25 0,730 0,361 Valid

No.26 0,656 0,361 Valid

No.27 0,624 0,361 Valid

No.28 0,785 0,361 Valid

No.29 0,589 0,361 Valid

No.30 0,753 0,361 Valid

No.31 0,391 0,361 Valid

No.32 0,721 0,361 Valid

No.33 0,601 0,361 Valid

No.34 0,674 0,361 Valid

No.35 0,674 0,361 Valid

No.36 0,646 0,361 Valid


(42)

86

4. Reliabilitas Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1)

Pengujian reliabilitas dapat dilihat dari nilai koefisien Guttman Split Half. Untuk mengetahui koefisien korelasinya signifikan atau tidak digunakan distribusi (Tabel r) untuk  = 0,05 atau  = 0,01 dengan derajat kebebasan (dk=n–1). Kemudian membuat keputusan membandingkan r11 dengan r tabel. Adapun kaidah

keputusan : Jika r11 > r tabel berarti Reliabel dan r11 < r tabel berarti Tidak Reliabel.

Perhitungan reliabilitas ini dibantu dengan program SPSS versi 18 sebagai berikut :

Tabel 3.6

Hasil Uji Reliabilitas Variabel X1

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Part 1 Value ,865

N of Items 16a

Part 2 Value ,849

N of Items 16b

Total N of Items 32

Correlation Between Forms ,667

Spearman-Brown Coefficient

Equal Length ,800

Unequal Length ,800

Guttman Split-Half Coefficient ,800

a. The items are: Item1, Item2, Item3, Item4, Item5, Item6, Item7, Item8, Item9, Item10, Item11, Item12, Item13, Item14, Item15, Item16.

b. The items are: Item17, Item18, Item19, Item20, Item21, Item22, Item23, Item24, Item25, Item26, Item27, Item28, Item29, Item30, Item31, Item32.

Berdasarkan hasil perhitungan, didapat koefisien Guttman Split Half (r11)

adalah 0,800. Nilai korelasi tersebut, berada pada kategori sangat tinggi. Bila dibandingkan dengan r Tabel (0,361) maka r hitung lebih besar dari r Tabel. Dengan


(43)

87

5. Reliabilitas Iklim Organisasi (X2)

Pengujian reliabilitas dapat dilihat dari nilai koefisien Guttman Split Half. Untuk mengetahui koefisien korelasinya signifikan atau tidak digunakan distribusi (Tabel r) untuk  = 0,05 atau  = 0,01 dengan derajat kebebasan (dk=n–1). Kemudian membuat keputusan membandingkan r11 dengan r tabel. Adapun kaidah

keputusan : Jika r11 > r tabel berarti Reliabel dan r11 < r tabel berarti Tidak Reliabel.

Perhitungan reliabilitas ini dibantu dengan program SPSS versi 18 sebagai berikut :

Tabel 3.7

Hasil Uji Reliabilitas Variabel X2

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Part 1 Value ,869

N of Items 18a

Part 2 Value ,784

N of Items 17b

Total N of Items 35

Correlation Between Forms ,579

Spearman-Brown Coefficient

Equal Length ,733

Unequal Length ,734

Guttman Split-Half Coefficient ,726

a. The items are: Item1, Item2, Item3, Item4, Item5, Item6, Item7, Item8, Item9, Item10, Item11, Item12, Item13, Item14, Item15, Item16, Item17, Item18.

b. The items are: Item18, Item19, Item20, Item21, Item22, Item23, Item24, Item25, Item26, Item27, Item28, Item29, Item30, Item31, Item32, Item33, Item34, Item35.

Berdasarkan hasil perhitungan, didapat koefisien Guttman Split Half (r11)

adalah 0,726. Nilai korelasi tersebut, berada pada kategori tinggi. Bila dibandingkan dengan r Tabel (0,361) maka r hitung lebih besar dari r Tabel. Dengan


(44)

88

6. Reliabilitas Kinerja Mengajar Guru (Y)

Pengujian reliabilitas dapat dilihat dari nilai koefisien Guttman Split Half. Untuk mengetahui koefisien korelasinya signifikan atau tidak digunakan distribusi (Tabel r) untuk  = 0,05 atau  = 0,01 dengan derajat kebebasan (dk=n–1). Kemudian membuat keputusan membandingkan r11 dengan r tabel. Adapun kaidah

keputusan : Jika r11 > r tabel berarti Reliabel dan r11 < r tabel berarti Tidak Reliabel.

Perhitungan reliabilitas ini dibantu dengan program SPSS versi 18 sebagai berikut :

Tabel 3.8

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Part 1 Value ,934

N of Items 19a

Part 2 Value ,934

N of Items 18b

Total N of Items 37

Correlation Between Forms ,899

Spearman-Brown Coefficient

Equal Length ,947

Unequal Length ,947

Guttman Split-Half Coefficient ,946

a. The items are: Item1, Item2, Item3, Item4, Item5, Item6, Item7, Item8, Item9, Item10, Item11, Item12, Item13, Item14, Item15, Item16, Item17, Item18, Item19.

b. The items are: Item19, Item20, Item21, Item22, Item23, Item24, Item25, Item26, Item27, Item28, Item29, Item30, Item31, Item32, Item33, Item34, Item35, Item36, Item37.

Berdasarkan hasil perhitungan, didapat koefisien Guttman Split Half (r11)

adalah 0,946. Nilai korelasi tersebut, berada pada kategori sangat tinggi. Bila dibandingkan dengan r Tabel (0,361) maka r hitung lebih besar dari r Tabel. Dengan


(45)

89

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang akan digunakan adalah analisis korelasi dan analisis regresi. Pada dasarnya analisis regresi dan analisis korelasi keduanya mempunyai hubungan yang sangat kuat dan mempunyai keeratan. Setiap analisis regresi otomatis ada analisis korelasinya, tetapi sebaliknya analisis korelasi belum tentu bisa diuji regresi atau diteruskan dengana analisis regresi (Akdon, 2008:197).

Oleh karena itu agar data yang sudah ditabulasi dapat diuji hipotesisnya menggunakan analisis regresi, maka terlebih dahulu harus diuji apakah data tersebut memiliki persyaratan untuk dapat diuji dengan analisis regresi. Persyaratan agar data yang sudah diperoleh dapat diuji dengan regresi adalah data tersebut harus berdistribusi normal dan linier. Maka sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu harus dilakukan: (1) uji normalitas dan (2) uji linieritas. Untuk membantu dalam perhitungan dapat menggunakan bantuan program SPSS versi 18.

1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas masing-masing variabel dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah sebaran data tiap variabel tidak menyimpang dari ciri-ciri data yang akan berdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS versi 18 yaitu menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov. Dengan kriteria apabila nilai probabilitas atau signifikansi lebih besar dari 0,05 data berdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai probabilitas atau signifikansi lebih kecil dari 0,05 data tidak berdistribusi normal.


(46)

90

2. Uji Linieritas

Variabel yang akan diuji linieritasnya adalah variabel X1 atas Y dan

variabel X2, atas Y. Perhitungan uji linieritas dilakukan dengan bantuan

komputer program SPSS versi 18. Pedoman yang digunakan untuk menentukan kelinieran antar variabel adalah dengan membandingkan nilai probabilitas hitung

dengan nilai probabilitas Tabel pada taraf signifikansi  = 0,05. Kaidah keputusan

yang berlaku adalah sebagai berikut.

a. Nilai signif F atau signifikansi atau nilai probabilitas  0,05, maka distribusi data berpola Tidak Linier.

b. Nilai signif F atau signifikansi atau nilai probabilitas  0,05, maka distribusi data berpola Linier.

3. Uji Hipotesis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi pearson product moment dan korelasi ganda. Analisis ini akan digunakan dalam

menguji besarnya pengaruh variabel X1, dan X2 terhadap Y. Analisis ini untuk

mengetahui pengaruh supervisi akademik Kepala Sekolah (X1) dan iklim

organisasi (X2) terhadap kinerja mengajar guru (Y) secara bersama-sama maupun

secara individu. Rumus analisis korelasi Pearson Product Moment (PPM) adalah sebagai berikut.

}

)

(

.

}.{

)

(

.

{

)

).(

(

)

2 2 2 2

Y

Y

n

X

X

n

Y

X

XY

n

r

XY


(47)

91

Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (–1  r  +1). Apabila nilai r = – 1 artinya korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan Tabel interpretasi Nilai r sebagai berikut.

Tabel 3.9

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Pengaruh

0,80 – 1,000

0,60 – 0,799

0,40 – 0,599

0,20 – 0,399

0,00 – 0,199

Sangat Tinggi

Tinggi

Cukup Tinggi

Rendah

Sangat Rendah Sumber: Riduwan dan Sunarto (2010:138)

Pengujian lanjutan yaitu uji signifikansi yang berfungsi apabila peneliti ingin mencari makna pengaruh variabel X terhadap Y, maka hasil korelasi PPM tersebut diuji dengan Uji Signifikansi dengan rumus :

Keterangan : t hitung = Nilai t

r = Nilai Koefisien Korelasi n = Jumlah sampel

2

1 2

r n r

thitung

  


(48)

92

Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien diterminan. Koefisien determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi PPM yang dikalikan dengan 100%. Dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel X mempunyai sumbangan atau ikut menentukan variabel Y. Sumbangan dicari dengan menggunakan rumus:

Keterangan : KD = Nilai Koefisien Diterminan (Pengaruh antar variabel) r = Nilai Koefisien Korelasi.

Mengetahui pengaruh antara variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y

digunakan rumus korelasi ganda sebagai berikut.

Berikutnya untuk menguji ada tidaknya pengaruh variabel Xi terhadap variabel Y maupun variabel X2 terhadap Y maka dilakukan analisis statistik

dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hubungan antara variabel digambarkan dengan sebuah model matematik yang disebut model regresi yang dirumuskan sebagai berikut.

Y = a + bX1 + b2X2 + e

Keterangan:

Y = Kinerja mengajar guru

X1 = Supervisi akademik kepala sekolah

KD = r 2 x 100%

2 2 . 1 2 . 1 . 2 . 1 2 . 2 2 . 1 . 2 . 1 1 ) ).( ).( ( 2 X X X X Y X Y X Y X Y X Y X X r r r r r r R    


(49)

93

X2 = Iklim organisasi

a = konstanta

b = koefisien arah regressi e = pengaruh faktor lain

Selanjutnya koefisien determinasi (R2) dihitung untuk melihat seberapa besar persentasi proporsi variasi pada variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen secara bersama-sama. Rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien determinasi diformulasikan sebagai berikut:

1 1 2 2

2

2

b yx b yx

R =

y

Keterangan:

bi = koefisien regresi variabel Xi y =

 

Y -Yi

x =

X -Xi

1) Pengujian Secara Individual

a. Supervisi Akademik Kepala Sekolah berpengaruh terhadap Kinerja Mengajar Guru

Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut:

Ha : rx1y≠ 0

Ho : rx1y = 0


(50)

94

Ha : Supervisi akademik Kepala Sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja mengajar guru.

Ho: Supervisi akademik Kepala Sekolah tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja mengajar guru.

b. Iklim organisasi berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru

Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut:

Ha : rx2y ≠ 0

Ho : rx2y = 0

Hipotesis bentuk kalimat:

Ha : Iklim organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja mengajar guru.

Ho: Iklim organisasi tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja mengajar guru.

2) Pengujian secara simultan (bersama-sama)

Uji secara keseluruhan ditunjukkan pada hipotesis statistik dirumuskan: Ha : ryx1 = ryx2 ≠ 0

Ho : ryx1 = ryx2 = 0


(51)

95

Ha : Supervisi akademik kepala sekolah dan iklim organisasi secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja mengajar guru.

Ho: Supervisi akademik kepala sekolah dan iklim organisasi secara bersama-sama tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja mengajar guru.

Selanjutnya, untuk mengetahui signifikansi analisis korelasi, maka dibandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas Sig dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut.

a) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 Sig], maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan. b) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas


(52)

149

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang merujuk kepada hipotesis penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Supervisi Akademik Kepala Sekolah yang telah terlaksana di SMA Negeri yang berada di Kabupaten Subang secara keseluruhan rata-rata berada pada kategori tinggi. Aspek tertinggi pada variabel ini yaitu pada aspek merencanakan program supervisi, sedangkan aspek terendah yaitu pada aspek menindak lanjuti hasil supervisi.

2. Iklim Organisasi yang terdapat di SMA Negeri yang berada di Kabupaten Subang secara keseluruhan rata-rata berada pada kategori tinggi. Dimensi tertinggi pada variabel ini yaitu pada dimensi collegial (pertemanan) dan dimensi terendah yaitu pada dimensi intimate (keintiman).

3. Kinerja Mengajar Guru yang telah terlaksana di SMA Negeri yang berada di Kabupaten Subang secara keseluruhan rata-rata berada pada kategori tinggi. Dimensi tertinggi pada variabel ini yaitu pada dimensi penyusunan rencana pembelajaran sedangkan dimensi terendah yaitu dimensi penilaian dan tindak lanjut hasil penilaian.

4. Supervisi Akademik Kepala Sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Mengajar Guru dan pengaruhnya tergolong cukup tinggi.


(53)

150

Dengan demikian Supervisi Akademik Kepala Sekolah merupakan faktor yang cukup penting dalam meningkatkan Kinerja Mengajar Guru.

5. Iklim Organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Mengajar Guru dan pengaruhnya tergolong tinggi. Dengan demikian Iklim Organisasi merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan Kinerja Mengajar Guru.

6. Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Mengajar Guru dan pengaruhnya tergolong tinggi. Dengan demikian Supervisi Akademik Kepala Sekolah maupun Iklim Organisasi merupakan faktor-faktor yang sangat penting dalam meningkatkan Kinerja Mengajar Guru.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka penulis dapat memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah pada SMA Negeri di Kabupaten Subang sudah dikategorikan tinggi, namun ada beberapa hal yang dianggap perlu diperhatikan diantaranya :

a. Pada aspek merencanakan program supervisi, indikator yang tergolong rendah adalah membuat jadwal supervisi. Maka sebaiknya pihak sekolah, dalam hal ini Kepala Sekolah beserta staf kurikulum sebaiknya secara konsisten membuat jadwal supervisi dan memberitahukan jadwal tersebut


(54)

151

kepada guru-guru. Adapun untuk para guru, diharapkan lebih proaktif untuk menanyakan jadwal supervisi untuk mereka.

b. Pada aspek melaksanakan supervisi, indikator yang tergolong rendah adalah mampu melakukan teknik-teknik supervisi terhadap proses pembelajaran, salah satunya adalah melakukan studi banding. Maka diharapkan Kepala Sekolah agar secara rutin, minimal setahun sekali untuk membawa guru-guru berkunjung ke sekolah yang lebih mumpuni, hal ini dapat meningkatkan motivasi para guru untuk lebih meningkatkan kompetensi mereka. Para guru pun diharapkan memiliki inisiatif untuk menyarankan hal ini kepada Kepala Sekolah.

c. Pada aspek menindak lanjuti hasil supervisi, indikator yang tergolong rendah adalah mampu memberikan reward (penghargaan) secara finansial pada guru yang kinerja mengajarnya baik. Maka ada baiknya jika Kepala Sekolah beserta pihak keuangan sekolah merencanakan untuk memberikan insentif/bonus minimal setahun sekali pada guru yang dianggap memiliki kinerja terbaik di sekolahnya, hal ini untuk meningkatkan motivasi para guru agar lebih berprestasi. Bonusnya tidak harus selalu berupa uang, namun bisa juga dalam bentuk barang.

2. Kondisi Iklim Organisasi pada SMA Negeri di Kabupaten Subang sudah dikategorikan tinggi, namun ada beberapa hal yang dianggap perlu diperhatikan diantaranya :

a. Pada dimensi supportive (keterdukungan), indikator yang tergolong rendah mau mendengarkan saran orang lain. Maka dalam hal ini Kepala


(55)

152

Sekolah sebaiknya senantiasa mengontrol perkembangan guru, apakah guru masih semangat atau tidak dalam mengajar. Adapun untuk guru sebaiknya senantiasa menanamkan semangat dan motivasi dalam dirinya serta harus merasa bahwa mengajar itu kebutuhan, bukan hanya kewajiban.

b. Pada dimensi collegial (pertemanan), indikator yang tergolong rendah adalah pada indikator akrab dalam berdiskusi dengan pimpinan. Maka Kepala Sekolah sebaiknya melakukan pendekatan secara individual kepada setiap guru, agar guru tidak sungkan lagi untuk mengemukakan pendapatnya maupun untuk berbagi tentang permasalahan yang dihadapinya. Adapun untuk guru sebaiknya jangan terlalu menjaga jarak dengan pimpinan, berusahalah untuk membuka diri kepada Kepala Sekolah.

c. Pada dimensi intimate (keintiman), indikator yang tergolong rendah adalah pada indikator merasakan pekerjaan milik bersama. Maka diharapkan Kepala Sekolah dapat menegur guru yang tidak disiplin, tentu saja harus dengan bahasa yang tidak menggurui tetapi melalui pendekatan pribadi agar guru merasa malu jika tidak mengajar dengan baik. Adapun guru seharusnya lebih sering berintrospeksi diri apakah sudah disiplin dalam bekerja atau belum, jangan menunggu sampai ditegur oleh Kepala Sekolah karena tidak disiplin.


(56)

153

3. Kinerja Mengajar Guru SMA Negeri di Kabupaten Subang sudah dikategorikan tinggi, namun ada beberapa hal yang dianggap perlu diperhatikan diantaranya :

a. Pada dimensi penyusunan rencana pembelajaran, indikator yang tergolong rendah yaitu mampu menentukan metode/strategi pembelajaran. Ketidaktepatan pemilihan metode pembelajaran tentu saja akan berpengaruh pada hasil pembelajaran. Maka sebaiknya guru selalu meng-update pengetahuannya tentang metode-metode pembelajaran, dan dapat mengaplikasikan metode yang tepat untuk setiap pokok bahasan. Adapun Kepala Sekolah dalam hal ini sebaiknya memfasilitasi guru dengan mengadakan workshop tentang metode pembelajaran bagi guru secara rutin.

b. Pada dimensi pelaksanaan pembelajaran, indikator yang tergolong rendah adalah mampu menggunakan alat peraga dan mampu menggunakan bahasa yang komunikatif. Maka diharapkan guru dapat lebih kreatif dalam menggunakan media/alat peraga agar dapat membantu siswa lebih memahami pembelajaran. Selain itu, guru juga jangan terlalu menggunakan bahasa baku atau bahasa buku teks, karena bahasa dalam buku teks terkadang kurang dimengerti oleh siswa. Sebaiknya gunakanlah bahasa sehari-hari yang dimengerti oleh siswa. Dalam hal ini Kepala Sekolah dapat memfasilitasi dengan mengadakan workshop tentang penggunaan alat peraga bagi guru secara rutin.


(57)

154

c. Pada dimensi penilaian dan tindak lanjut hasil penilaian, indikator yang masih tergolong rendah adalah pada indikator mampu memperbaiki soal yang tidak valid. Maka sebaiknya guru harus mau memperdalam wawasannya tentang hal validitas soal ini. Adapun dalam hal ini Kepala Sekolah dapat membantu dengan cara mengontrol pengadministrasian hasil penilaian guru secara rutin, dan dengan mengadakan workshop tentang analisis soal dan validitas soal.

4. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya dapat meneliti dengan metode penelitian maupun instrumen penelitian yang berbeda. Instrumen/alat pengukur yang menggunakan skala Likert belum dapat mengukur kondisi riil dengan akurat, karena pilihan jawaban sudah ditentukan. Ada baiknya pada instrumen ditambahkan dengan jawaban deskriptif/essay untuk mendapatkan informasi / deskripsi yang diperlukan untuk menggambarkan realita yang terjadi di lapangan ataupun dapat diberikan bobot yang berbeda untuk pernyataan-pernyataan yang dirasa sangat esensial jawabannya dalam merepresentasikan sebuah variabel.


(58)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

UCAPAN TERIMA KASIH ...iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR LAMPIRAN ...xi

BAB I Pendahuluan... ...1

A.Latar Belakang ... ...1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah... ...9

C.Tujuan Penelitian ...11

D.Manfaat Penelitian ...12

E. Struktur Organisasi Tesis... ...12

BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ....14

A.Kajian Pustaka ...14

1. Kinerja Mengajar Guru ...14

a. Kinerja dalam Konteks Administrasi Pendidikan... ...14

b. Pengertian Kinerja ...17

c. Faktor – faktor yang mempengaruhi Kinerja ...19

d. Kinerja Mengajar Guru ...20

2. Supervisi Akademik Kepala Sekolah... 35

a. Pengertian Supervisi ...35

b. Prinsip Supervisi Pendidikan ...36

c. Fungsi dan Tujuan Supervisi Pendidikan ...37

d. Supervisi Akademik Kepala Sekolah...39

e. Teknik-teknik Supervisi ...41


(59)

g. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor ...45

h. Program Supervisi Akademik ...47

i. Instrumen Supervisi Akademik...49

3. Iklim Organisasi...51

a. Pengertian Iklim Organisasi ...51

b. Tipe-tipe Iklim Organisasi ...53

c. Dimensi Iklim Organisasi ...55

d. Faktor-faktor Penyebab Iklim Organisasi ...59

4. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan...60

B. Kerangka Pemikiran ...62

C.Hipotesis Penelitian ...64

BAB III Metode Penelitian ...65

A. Pendekatan Penelitian ...65

B. Populasi dan sampel Penelitian ...66

C.Teknik Pengumpulan Data ...69

D. Definisi Operasional... 70

E. Instrumen Penelitian...71

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...76

G. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen...80

H. Teknik Analisis Data...89

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ...96

A. Hasil penelitian...96

1. Pengolahan dan Penyajian Data Penelitian ...96

2. Pengujian Persyaratan Uji Hipotesis ...107

B. Pembahasan ...128

1. Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah pada SMA Negeri di Kabupaten Subang ...128

2. Kondisi Iklim Organisasi pada SMA Negeri di Kabupaten Subang.134 3. Kinerja Mengajar Guru pada SMA Negeri di Kabupaten Subang... .137 4. Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1) terhadap


(1)

Hertien Kurniawaty Suheri, 2013

Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah Dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Mengajar Guru SMA Negeri Di Kabupaten Subang

g. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor ...45

h. Program Supervisi Akademik ...47

i. Instrumen Supervisi Akademik...49

3. Iklim Organisasi...51

a. Pengertian Iklim Organisasi ...51

b. Tipe-tipe Iklim Organisasi ...53

c. Dimensi Iklim Organisasi ...55

d. Faktor-faktor Penyebab Iklim Organisasi ...59

4. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan...60

B. Kerangka Pemikiran ...62

C.Hipotesis Penelitian ...64

BAB III Metode Penelitian ...65

A. Pendekatan Penelitian ...65

B. Populasi dan sampel Penelitian ...66

C.Teknik Pengumpulan Data ...69

D. Definisi Operasional... 70

E. Instrumen Penelitian...71

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...76

G. Hasil Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen...80

H. Teknik Analisis Data...89

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ...96

A. Hasil penelitian...96

1. Pengolahan dan Penyajian Data Penelitian ...96

2. Pengujian Persyaratan Uji Hipotesis ...107

B. Pembahasan ...128

1. Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah pada SMA Negeri di Kabupaten Subang ...128

2. Kondisi Iklim Organisasi pada SMA Negeri di Kabupaten Subang.134 3. Kinerja Mengajar Guru pada SMA Negeri di Kabupaten Subang... .137 4. Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1) terhadap


(2)

Hertien Kurniawaty Suheri, 2013

Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah Dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Mengajar Guru SMA Negeri Di Kabupaten Subang

Kinerja Mengajar Guru (Y) pada SMA Negeri di Kabupaten

Subang ...142

5. Pengaruh Iklim Organisasi (X2) terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y) pada SMA Negeri di Kabupaten Subang ...144

6. Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1) dan Iklim Organisasi terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y) pada SMA Negeri di Kabupaten Subang ...146

BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi ...149

A. Kesimpulan ...149

B. Rekomendasi...150

DAFTAR PUSTAKA ...155

LAMPIRAN-LAMPIRAN...159

RIWAYAT HIDUP...194


(3)

Hertien Kurniawaty Suheri, 2013

Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah Dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Mengajar Guru SMA Negeri Di Kabupaten Subang

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16

Profil Tipe Iklim Kerja... Populasi dan Sampel Penelitian... Kisi-kisi Instrumen... Hasil Uji Validitas Variabel Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1)... Hasil Uji Validitas Variabel Iklim Organisasi (X2)... Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Mengajar Guru (Y)... Hasil Uji Reliabilitas Variabel X1... Hasil Uji Reliabilitas Variabel X2... Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y... Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r... Klasifikasi Skor Data Penelitian... Distribusi Frekuensi Variabel Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1)... Distribusi Frekuensi Variabel Iklim Organisasi (X2)... Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja Mengajar Guru (Y)... Rata-rata Kecenderungan Data Variabel Penelitian... Hasil Uji Normalitas Variabel X1... Hasil Uji Normalitas Variabel X2... Hasil Uji Normalitas Variabel Y... Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data... Hasil Uji Linieritas Data Variabel X1 dan Variabel Y... Hasil Uji Linieritas Data Variabel X2 dan Variabel Y... Rekapitulasi Hasil Uji Linieritas... Persamaan Regresi X1-Y... Hasil Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1... Korelasi antara Variabel X1 dengan Y... Koefisien Determinasi X1 terhadap Y...

56 69 73 81 83 85 86 87 88 91 96 98 101 104 106 107 109 111 113 114 115 115 117 118 119 119 viii


(4)

Hertien Kurniawaty Suheri, 2013

Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah Dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Mengajar Guru SMA Negeri Di Kabupaten Subang

Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Tabel 4.21 Tabel 4.22 Tabel 4.23 Tabel 4.24 Tabel 4.25

Persamaaan Regresi Y atas X2... Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X2... Korelasi antara Variabel X2 dan Y... Koefisien Determinasi Variabel X2 terhadap Variabel Y... Persamaaan Regresi Y atas X1 dan X2... Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1 dan X2... Hasil Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda... Koefisien Determinasi X1 dan X2 Terhadap Y... Rekapitulasi Hasil Hipotesis...

120 121 122 123 124 125 126 127 127


(5)

Hertien Kurniawaty Suheri, 2013

Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah Dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Mengajar Guru SMA Negeri Di Kabupaten Subang

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar 2.2

Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 4.1

Gambar 4.2

Gambar 4.3

Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7

Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan... Hubungan antara Perilaku Supervisi, Perilaku Mengajar, Perilaku Belajar, dan Hasil Belajar... Paradigma Supervisi Klinis... Hubungan antar Variabel Penelitian... Diagram Batang Skor Rata-rata Variabel Supervisi

Akademik Kepala Sekolah (X1)... Diagram Batang Skor Rata-Rata Variabel Iklim Organisasi (X2)... Diagram Batang Skor Rata-rata Variabel Kinerja Mengajar Guru (Y)... Grafik Uji Normalitas Variabel X1... Grafik Uji Normalitas Variabel X2... Grafik Uji Normalitas Variabel Y... Model Koefisien Determinasi Variabel X1, X2 terhadap Variabel Y...

15

40 45 64

100

103

106 108 110 112

128


(6)

Hertien Kurniawaty Suheri, 2013

Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah Dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Mengajar Guru SMA Negeri Di Kabupaten Subang

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5

Kisi-kisi Instrumen dan Angket Uji Coba... Tabulasi Data Responden Uji Coba... Kisi-kisi Instrumen dan Angket Penelitian... Tabulasi Data Responden Penelitian... Surat-surat Izin Penelitian...

159 168 171 182 191


Dokumen yang terkait

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN CONGGEANG KABUPATEN SUMEDANG.

0 1 73

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) SE-KABUPATEN TASIKMALAYA.

0 2 68

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SD NEGERI KECAMATAN SUKARESMI KABUPATEN CIANJUR.

1 8 54

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN SUKARESMI KABUPATEN CIANJUR.

0 10 72

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMP NEGERI KABUPATEN KARAWANG.

0 0 50

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU PADA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN CILEUNYI KABUPATEN BANDUNG.

2 26 60

KONTRIBUSI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN:Studi tentang Persepsi Guru atas Supervisi Akademik Kepala Sekolah dan Kinerja Guru Terhadap Efektivitas Pembelajaran di SMA Negeri se-Kabupaten Indramayu.

7 30 69

HUBUNGAN IKLIM ORGANISASI SEKOLAH DAN SUPERVISI AKADEMIK DENGAN KINERJA MENGAJAR GURU SMA NEGERI DI KABUPATEN KUBU RAYA

0 0 16

KONTRIBUSI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU

0 0 14

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK DAN IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN

1 4 14